Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS PERMINTAAN BAHAN BAKU BUTSUDAN PADA

PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA, MAKASSAR

SISKA DAUD
M 111 11 316

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Permintaan Bahan Baku Butsudan


Pada PT. Maruki Internasional Indonesia,
Makassar.

Nama : Siska Daud

NIM : M 111 11 316

Jurusan : Kehutanan

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Kehutanan
Pada
Program Studi Kehutanan
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Ridwan, MSE Prof. Dr. Ir. Supratman, M.P.


NIP. 19680112199403 1 001 NIP. 19700918199702 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. Syamsuddin Millang, M.S


NIP. 196006171986011 1 002

ii
ABSTRAK

SISKA DAUD (M 111 11 316) : Analisis Permintaan Bahan Baku Butsudan


Pada PT. Maruki Internasional Indonesia, Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan meramalkan permintaan
bahan baku butsudan dan permintaan butsudan, serta menganalisis dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bahan baku
butsudan pada PT. Maruki Internasional Indonesia. Penelitian ini diharapkan
berguna sebagai bahan informasi bagi perusahaan dalam hal pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan persediaan bahan baku. Penelitian ini
dilaksanakan di PT. Maruki Internasional Indonesia di Makassar selama dua bulan
yaitu bulan September sampai Oktober 2014.
Analisis ini difokuskan pada permintaan bahan baku dan permintaan
butsudan dari tahun 2005-2013. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara, dan teknik dokumentasi data. Data sekunder yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah volume permintaan bahan baku
butsudan, jumlah permintaan butsudan, volume penggunaan bahan baku butsudan,
harga bahan baku, dan nilai tukar Rupiah terhadap U$D. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi kuadratis dan analisis regresi
linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total permintaan bahan baku
butsudan tahun 2005-2013 yakni sebesar 14.871,20 m3 dan prediksi untuk tahun
mendatang (2014-2022) cenderung meningkat yakni sebesar 35.743,32 m3. Total
permintaan butsudan tahun 2005-2013 yakni sebesar 56.149 unit dan prediksi
untuk tahun mendatang (2014-2022) cenderung meningkat sebesar 119.582 unit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bahan baku butsudan adalah
permintaan butsudan, penggunaan bahan baku utnuk produksi butsudan dan
persediaan bahan baku.

Kata Kunci : Butsudan, Bahan Baku, Permintaan, Peramalan.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus karena atas
segala kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan bagi setiap
mahasiswa Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin. Selain itu juga
merupakan suatu bukti bahwa mahasiswa telah menyelesaikan kuliah jenjang
program Strata-1 dan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Ridwan, M.SE, Bapak Prof. Dr. Ir. Supratman, M.P dan
Bapak Dr. Ir. Asar Said Mahbub, M.P selaku pembimbing yang dengan
sabar telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Yusran Jusuf, S.Hut., M.Si., Bapak Dr. Ir. Masud Junus,
M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Beta Putranto, M.Sc. selaku dosen penguji, terima
kasih atas saran, kritik, koreksi dan kesediaan waktunya.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Restu, M.P., selaku Dekan Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc., selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Bapak Dr. Ir.
Syamsuddin Millang, M.S., selaku Ketua Jurusan Kehutanan.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin yang
telah banyak memberikan ilmunya selama penulis kuliah.
5. Staf Administrasi Fakultas Kehutanan Unhas, terima kasih atas
bantuannya selama penulis menempuh kuliah hingga menyelesaikan studi.
6. Bapak H. Marufi, Bapak H. Tadir dan Bapak Basri yang telah menerima dan
membantu penulis dalam proses pengambilan data di PT. Maruki Internasional
Indonesia.
7. Sahabat tercinta Rizka Nurul Apriani, Rizki Amaliah, Evalusiaty, Hajar
Dewanti, Hasbia Salsawila, dan Lilis Handayani, atas kebersamaan,
motivasi dan perhatiannya selama ini.

iv
8. Teman-teman Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan
tanpa terkecuali atas kebersamaannya selama ini.
9. Teman-teman Forester Angkatan 011 (Mitra Sutriswan, Mayckel Thoms
William, Zulkifli Nurdin, Abdul Rahman Wahid, Muhajirin, La Ode,
Azfar Gersamawan, Arif Atmawan, Abu Ubaidah, dan teman-teman lain
yang tidak sempat disebutkan namanya) atas kebersamaan dan bantuannya
selama penulis menempuh kuliah hingga menyelesaikan studi.
10. Teman-teman UKM Catur tanpa terkecuali atas kebersamaannya selama
ini.
Terkhusus, penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Daud Bin Kendek dan
Agus Batik, serta saudara-saudaraku Milka Bin Daud, Jhon Bin Daud, Debit
Bin Daud, Kanda Amos, dan Kanda Jefri yang telah mencurahkan kasih sayang,
perhatian, pengorbanan, doa dan motivasi serta segala jerih payahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan tak ada manusia tanpa
kelemahan. Penulis menerima dengan lapang dada setiap nasihat dan kritik yang
membangun demi perbaikan skripsi ini ke depan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih.

Makassar, November 2014

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR . ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan .. ............................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Permintaan ............................................................................... 4
B. Butsudan ........................................... 10
C. Bahan Baku ... ................................................... 11
D. Peramalan Kebutuhan .............................................................. 11
E. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan .................... .............. 14

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan tempat .................................................................... 18
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 18
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 18
D. Analisis Data ......................................................................... 19
E. Konsep Operasional ................................................................ 23

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah Singkat Perusahaan ...................................................... 24
B. Struktur Organisasi dan Personalia ........................................... 25
C. Sistem Produksi Perusahaan ...................................................... 31

vi
D. Sarana Penunjang ....................................................................... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Analisis Permintaan Bahan Baku .............................................. 28
1. Jenis dan Asal Bahan Baku ................................................. 28
2. Permintaan Bahan Baku Butsudan Sembilan Tahun Terakhir 29
3. Prediksi Permintaan Bahan Baku Butsudan Sembilan
Tahun Ke Depan .................................................................. 30
4. Kecenderungan Permintaan Butsudan ................................. 34
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Bahan Baku
Butsudan ................................................................................ 44
1. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kayu
Nyatoh.................................................................................. 46
2. Analisis Faktor Yang Mempangaruhi Permintaan Kayu Eboni 49
3. Analisis Faktor Yang Mempangaruhi Permintaan Kayu
Ciricote ............ .................................................................... 51

VI. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 54
B. Saran ....................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 55

LAMPIRAN ............................................................................................. 57

vii
DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Permintaan Bahan Baku Butsudan dan Prediksi Permintaan


Bahan Baku Butsudan ................................................................ 40

2. Keadaan Permintaan Butsudan dan Kecenderungan


Permintaan Butsudan Sembilan Tahun Yang Akan Datang .. 42

viii
DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia ... 27

2. Supply Chain Sistem Produksi ........ 36

3. Permintaan Butsudan dan Permintaan Bahan Baku Butsudan 39


Selama Sembilan Tahun Terakhir (2005-2013) di PT. Maruk
Internasional Indonesia ......

4. Kecenderungan Permintaan Bahan Baku Butsudan (m3) d 41


PT. Maruki Internasional Indonesia ........................................

5. Kecenderungan Permintaan Butsudan di PT. Maruki 43


Internasional Indonesia ...........................................................

ix
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal.

1. Analisis Kecenderungan Permintaan Bahan Baku Butsudan 57

2. Analisis Kecenderungan Permintaan Butsudan 59

3. Tabel Analisis Regresi Permintaan Bahan Baku 61

4. Tabel Analisis Regresi Kayu Nyatoh 62

5. Tabel Analisis Regresi Kayu Eboni 63

6. Tabel Analisis Regresi Kayu Ciricote 64

7. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang 65


Mempengaruhi Permintaan Bahan Baku

8. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang 67


Mempengaruhi Permintaan Nyatoh

9. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang 69


Mempengaruhi Permintaan Eboni

10. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang 71


Mempengaruhi Permintaan Ciricote

11. Foto Proses Produksi Butsudan Pada PT. Maruki Internasional 74


Indonesia

12. Foto Hasil Produksi Butsudan 83

x
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Butsudan merupakan suatu produk yang sudah jadi berupa lemari yang

digunakan sebagai tempat penyimpanan abu jenasah yang sangat sakral bagi

masyarakat Jepang. Butsudan adalah sebuah benda budaya orang Jepang yang

digunakan sebagai media untuk menghormati para leluhur yang telah wafat.

Menurut tradisi penyembahan agama Buddha di Jepang, produk ini dipakai

sebagai media penyembahan leluhur.

Produk butsudan dibuat melalui pengolahan kayu dengan tahap antara lain

pemotongan sortimen papan lebar, pembuatan alur/profil, perekatan, pengempaan,

pencetakan motif kayu, perakitan, pengamplasan, hingga tahap pengecatan

(painting). Negara tujuan ekspor produk ini sampai sekarang hanya ke Jepang,

namun tidak menutup kemungkinan dipasarkan ke negara lain pada masa

mendatang.

PT. Maruki Internasional Indonesia merupakan salah satu industri

pengolahan sortimen bahan baku kayu gergajian yang memproduksi butsudan.

General Manager PT. Maruki Internasional Indonesia Ir. Husba Phada (2014)

dalam Kondisi Jepang Pengaruhi Permintaan Butsudan mengatakan Butsudan

produksi PT Maruki Internasional Indonesia berasal dari bahan baku kayu.

Komposisi penggunaan material kayu adalah 40% kayu lokal dan 60% kayu

import. Negara asal kayu import, yakni Afrika (Gabon), Asia (Thailand, Laos),

dan Amerika (Mexico). Hasil produksi Butsudan hanya di ekspor ke Jepang,

karena sifatnya sebagai produk budaya Jepang.

1
Kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menawarkan barangnya

memerlukan analisis faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk

menghasilkan barang yang akan diproduksikan. Salah satu faktor produksi yang

sangat penting bagi proses produksi yaitu kebutuhan bahan baku yang dapat

menunjang kelancaran dan kesinambungan proses produksi. Industri harus dapat

memperkirakan seberapa besar kebutuhan bahan baku yang diperlukan di masa

yang akan datang.

Krisis ekonomi yang masih menghinggapi Jepang ternyata berimbas pada

produk yang diekspor ke negara Matahari Terbit tersebut. Bahkan minat

masyarakat Jepang untuk membeli Butsudan ikut berpengaruh. Hal itu dialami

perusahaan multi nasional PT. Maruki International Indonesia, dimana produk

utamanya perusahaan ini butsudan dan hanya diekspor ke Jepang (UPEKS, 2014).

General Manager PT. Maruki Internasional Indonesia Ir. Husba Phada

(2014) dalam Kondisi Jepang Pengaruhi Permintaan Butsudan mengatakan,

minat masyarakat Jepang untuk membeli butsudan ikut menurun, sehingga upaya

dilakukan agar produksi tetap diminati adalah menyesuaikan dengan daya beli

masyarakat Jepang. Selain itu, melakukan efisiensi diantaranya pemanfaataan

bahan baku, efisiensi dalam penggunaan energi dan efektivitas kerja.

Menyikapi kondisi di atas, industri harus dapat mempertahankan kondisi

dimana bahan baku tetap dalam kondisi yang stabil khususnya dari segi jumlah.

Agar proses produksi dapat berlangsung secara berkesinambungan maka industri

harus dapat memperkirakan seberapa besar kebutuhan bahan baku yang

diperlukan di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan

2
penelitian mengenai analisis permintaan bahan baku pada PT. Maruki

Internasional Indonesia.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis permintaan bahan baku butsudan pada PT. Maruki Internasional

Indonesia.

2. Meramalkan permintaan bahan baku butsudan dan permintaan butsudan

beberapa tahun yang akan datang.

3. Menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan bahan baku butsudan pada PT. Maruki Internasional Indonesia.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi penulis, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai analisis

permintaan bahan baku.

2. Bagi akademik, diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai

analisis permintaan bahan baku butsudan pada PT. MII serta dapat sebagai

bahan informasi dalam penelitian lebih lanjut pada bidang yang sama.

3. Bagi instansi, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan

informasi untuk pengembangan usaha butsudan dan menjadi bahan

pertimbangan bagi perusahaan dalam hal pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan persediaan bahan baku serta dapat mengoptimalisasi

produksi butsudan sehingga dapat berlanjut secara terus-menerus.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Permintaan

Menurut Sadono (2011), dalam hukum permintaan dijelaskan sifat

hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum

permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: makin

rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang

tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit

permintaan terhadap barang tersebut.

Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen

pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Teori permintaan menjelaskan

hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga dan patuh pada

hukum permintaan. Hukum permintaan menjelaskan apabila harga suatu barang

naik maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan turun, ceteris

paribus. Sebaliknya, bila harga turun maka jumlah yang diminta akan meningkat.

Oleh sebab itu, hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta adalah

negatif (Pracoyo, 2006).

Menurut Suherman (2006), ada beberapa hal penting yang dapat dilihat

dari definisi permintaan. Pertama adalah bahwa permintaan merupakan sederetan

angka yang menunjukkan banyaknya satuan barang yang diminta pada pelbagai

tingkat harga. Hal kedua yang terpenting adalah bahwa barang yang diselidiki

dalam suatu pembicaraan mengenai permintaan adalah satu jenis barang saja, dan

bahwa permintaan itu terjadi di pasar serta waktu yang juga tertentu.

4
Para ekonom menggunakan istilah ceteris paribus untuk menyatakan

bahwa semua variabel yang relevan, kecuali variabel-variabel yang sedang

dipelajari pada saat tersebut, dianggap konstan. Istilah yang diambil dari bahasa

Latin tersebut berarti hal lainnya dianggap tetap. Kurva permintaan mempunyai

kemiringan ke bawah karena ceteris paribus, harga yang semakin rendah berarti

kuantitas yang diminta semakin besar (Gregory, 2003).

Permintaan akan sesuatu jenis barang adalah jumlah-jumlah itu yang

pembeli (atau para pembeli) bersedia membelinya pada tingkat harga yang

berlaku pada suatu pasar serta waktu tertentu (Suherman, 2006).

Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara

jumlah barang yang diminta dengan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu barang

sangat banyak, diantaranya harga, pendapatan, selera, musim, jumlah penduduk,

dan lain-lain (Pracoyo, 2006).

Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan

matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi

permintaan, maka kita dapat mgetahui hubungan antara varibel tidak bebas

(dependent varibel) dan varibel-variabel bebas (independent varibel).

Penjelasan tersebut dapat ditulis dalam persamaan yang menjelaskan hubungan

antara tingkat permintaan dengan faktor yang mempengaruhi permintaan :

Dx = f (Px, Py, Y/cap)

5
Keterangan :

Dx = Jumlah barang tertentu yang diminta oleh rumah tangga

yang bersangkutan yakni barang merek n

f = Notasi fungsi

Px = Harga X

Py = Harga Y

Y/cap = Pendapatan perkapita

Persamaan tersebut menjelaskan hubungan-hubungan antar variabel

dengan asumsi barang normal. Diluar asumsi itu akan terjadi penyimpangan pola

hubungan. Dalam hal ini varabel yang dianggap mempengaruhi permintaan

suatu barang adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan

(Prathama dan Mandala, 1999).

Pertalian antara harga dan permintaan yang berbanding terbalik (negatif)

menimbulkan konsekuensi bahwa apabila harga naik maka permintaan turun dan

apabila harga turun maka permintaan akan naik. Hubungan ini disebut Hukum

Permintaan.

Penyebab utama berlakunya hukum permintaan ini karena terbatasnya

pendapatan konsumen. Hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang

diminta dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jika harga brang naik, pendapatan konsumen yang tetap merupakan kendala

bagi konsumen untuk melakukan pembelian yang lebih banyak.

2. Jika harga suatu barang naik, konsumen akan mencari barang pengganti.

6
Namun demikian, terdapat beberapa perkecualian sehingga hukum

permintaan ini tidak berlaku, yaitu:

1. Kasus Barang Giffen

Barang giffen adalah barang inferior, tetapi perlu dicatat bahwa tidak

semua barang inferior adalah barang giffen. Barang ini diperkenalkan pertama

kali oleh Robert Giffen dari hasil suatu penelitian. Ia menemukan bahwa semakin

tinggi tingkat harga menyebabkan permintaan terhadap barang ini menunjukkan

angka yang semakin meningkat. Hal itu disebabkan oleh semakin meningkatnya

harga mengakibatkan orang berpenghasilan rendah semakin tidak mampu

membeli barang yang kualitasnya lebih baik sehingga transaksi pembelian

terhadap barang ini menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, barang giffen

dikatakan sebagai barang yang mempunyai slope kurva permintaan positif.

2. Kasus Pengaruh Harapan Dinamis (Dinamic Expectational Effect).

Dalam hal ini perubahan jumlah yang diminta dipengaruhi oleh perubahan

harga yang terkait dengan harapan konsumen. Artinya kenaikan harga suatu

barang hari ini justru akan diikuti kenaikan permintaan terhadap barang tersebut,

karena terselip adanya harapan bahwa barang tersebut akan terus mengalami

kenaikan.

3. Kasus Barang Prestise

Pada kasus ini memasukkan kepuasan konsumen dalam pembelian suatu

barang. Semakin tinggi harga suatu barang semakin tinggi kepuasan konsumen

sehingga meningkatkan unsur prestise, akibatnya semakin tinggi pula kesediaan

7
konsumen untuk membayar harga barang tersebut (Tati Suhartati Joesron dan

Fathorrozi, 2007).

Analisis permintaan dan penawaran merupakan alat yang penting untuk:

1. memahami respon harga dan kuantitas suatu komoditas terhadap perubahan

variabel-variabel ekonomi (misalnya variabel perubahan teknologi, selera

konsumen, harga komoditas lain, harga faktor produksi)

2. menganalisis interaksi yang kompetitif antara penjual dan pembeli dalam

menghasilkan harga dan kuantitas suatu komoditas

3. menunjukkan kebebasan yang diberikan pasar kepada konsumen dan produsen

4. menganalisis efek berbagai intervensi kebijakan pemerintah di pasar (seperti

pengendalian harga, kuota, pajak, subsidi, penetapan upah minimum, insentif

produksi, dll) (Sugiarto dkk., 2005).

Kurva permintaan seseorang menyatakan unit barang atau jasa yang ingin

dan dapat dibeli oleh orang tersebut pada berbagai tingkat harga selama periode

waktu tertentu. Harga dan kuantitas yang diminta berhubungan terbalik pada

harga yang lebih rendah, akan lebih banyak unit yang dibeli sebagai akibat dari

efek substitusi dan efek pendapatan. Ketika harga sebuah komoditas turun,

normalnya seseorang akan membeli barang ini lebih banyak karena dia akan

menggunakannya untuk mengganti barang lain yang harganya tetap. Demikian

pula halnya, jika harga komoditas turun, daya beli seseorang akan naik, sehingga

ia dapat membeli barang tersebut lebih banyak. Ketika digambarkan dalam grafik,

hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta tampak sebagi kurva

permintaan yang mempunyai kemiringan/lereng (slope) negatif. Sebuah kurva

8
permintaan pasar menyatakan unit barang atau jasa yang ingin dan dapat dibeli

semua orang di dalam pasar pada berbagai tingkat harga, yang dinyatakan dalam

persamaan Qd = f (P) (Salvatore dan Eugene, 2004).

Px

O Qx
Gambar 1. Kurva Permintaan

Menurut Wilson (2010), faktor-faktor permintaan yang dapat berpengaruh

terhadap permintaan ke atas suatu barang antara lain, harga barang lain yang

mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya

tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan

datang.

Slope yang menurun disebabkan perilaku rasional dari seorang konsumen,

yaitu apabila harga naik mereka akan menurunkan konsumsinya, begitu pula

sebaliknya bila harga turun mereka akan menaikkan konsumsinya. Di mana satu-

satunya faktor yang menyebabkan perubahan tingkat kuantitas atas suatu produk

hanya dipengaruhi oleh perubahan tingkat harga. Dalam ilmu ekonomi yang

dikenall sebagai pergerakan sepanjang kurva (moving along the curve), di mana

9
perubahan konsumsi hanya terjadi di sepanjang kurva permintaan tersebut dan

tidak terjadi pergeseran dalam kurva permintaan (Nur Rianto dan Euis, 2010).

B. Butsudan

Butsudan adalah sebuah kuil yang ditemukan di kuil-kuil dan rumah-

rumah ibadah di Jepang.butsudan merupakan lemari kayu dengan pintu-pintu

yang menyertakan dan melindungi ikon religius, biasanya sebuah patung. Pintu-

pintu dibuka untuk menampilkan ikon selama peringatan keagamaan. Butsudan

biasanya ditemukan di kuil-kuil dan rumah. Butsudan adalah kata dalam bahasa

Jepang yang berarti Buddhas (Butsu) Platform (dan), (Erik, 2009).

Produk utama perusahaan adalah furnitur untuk budaya masyarakat Jepang

yang disebut Butsudan. Butsudan berfungsi sebagai tempat untuk menghormati

dan berkomunikasi dengan para leluhur yang telah wafat. Terdapat berbagai

macam jenis dan tipe Butsudan, namun umumnya berbentuk lemari. Butsudan

produksi PT Maruki Internasional Indonesia berasal dari bahan baku Kayu.

Komposisi penggunaan material kayu adalah 40% kayu lokal dan 60% kayu

import. Negara asal kayu import, yakni Afrika (Gabon), Asia (Thailand, Laos),

dan Amerika (Mexico). Hasil produksi Butsudan hanya di export ke Jepang,

karena sifatnya sebagai produk budaya jepang (Maruki Internasional Indonesia,

2011).

Maruki memproduksi butsudan dengan bahan baku kayu hitam(eboni) asli

dari Sulawesi Tengah. Produk ini dibutuhkan masyarakat Jepang untuk

menjalankan tradisi, jika statusnya makin tinggi harga butsudan mencapai Rp

100-500 juta per Unit. Tiap 5 tahun biasanya orang Jepang membeli 2-3 butsudan

10
untuk merayakan kenaikan pangkat, kelahiran anak atau keberhasilan lainnya

(Erik, 2009).

C. Bahan Baku

Perkembangan industri pengolahan kayu terutama didukung oleh industri

penggergajian dan industri kayu lapis yang berkembang pesat ini memberikan

dampak yang cukup besar yaitu berupa tekanan terhadap sumber bahan baku

(Departemen Kehutanan, 1990). Bahan baku industri pengolahan kayu gergajian

yang harus tersedia secara terus-menerus agar proses produksi berjalan lancar. Hal

ini berkaitan erat dengan potensi hutan sebagai sumber bahan baku (Padlinuriaji

dan Ruhendi, 1983).

Persediaan bahan baku di dalam perusahaan adalah merupakan hal yang

sangat wajar untuk dikendalikan dengan baik. Setiap perusahaan yang

menghasilkan produk (perusahaan-perusahaan yang menyelenggarakan proses

produksi) akan memerlukan persediaan bahan baku ini. Baik disengaja maupun

tidak disengaja perusahaan yang bersangkutan ini akan menyelenggarakan

persediaan bahan baku yang menunjang jalannya proses produksi dalam

perusahaan yang bersangkutan (Ahyari Agus, 1986).

D. Peramalan Kebutuhan

Peramalan merupakan seni dan ilmu dalam mempresdiksikan kejadian

yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Peramalan (forecast) dapat juga

diartikan sebagai penggunaan data atau informasi untuk menentukan kejadian

pada masa depan, dalam bentuk perhitungan atau perkiraan dari data yang lalu

dan informasi yang lainnya. Sedangkan Prediksi lebih bersifat subyektif dalam

11
mengestimasikan apa yang dihadapi pada masa depan, juga menggunakan data

atau informasi pada masa lalu secara pertimbangan subyektif. Walaupun istilah-

istilah tersebut di atas dapat dibedakan , tetapi pada umumnya dunia usaha dan

ekonomi menggunakan pengertian prakiraan untuk kedua kombinasi maksud dari

peramalan dan prediksi. Sehingga hal ini juga berlaku untuk penggunaan istilah

prakiraan atau peramalan dan prediksi dalam pengambilan keputusan bagi

manajemen produksi dan operasi (Assauri, 2008).

Terdapat perbedaan keputusan yang harus diambil dalam produksi operasi,

sehingga membutuhkan peramalan yang berbeda-beda. Secara umum ada dua

pendekatan yang digunakan dalam peramalan yaitu peramalan kualitatif dan

peramalan kuantitatif. Metode peramalan yang kualitatif berdasarkan

peramalannya pada keputusan pandangan atau intuisi seseorang. Beberapa orang

dapat menggunakan metode kualitatif yang sama tetapi hasil peramalannya dapat

berbeda. Sedangkan peramalan kuantitatif menggunakan berbagai model

matematis yang menggunakan data histori dan atau variable-variabel kausal untuk

meramalkan permintaan. Metode peramalan kuantitatif terdiri atas prakiraan atau

peramalan deret waktu (time series) dan peramalan sebab akibat. Kedua metode

ini mendasarkan peramalannya pada data yang lalu dengan menggunakan prediksi

untuk masa mendatang (Supranto, 2000).

Analisis data kuantitatif dimaksudkan untuk memperhitungkan atau

memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu

(beberapa) kejadian lainnya. Perubahan suatu kejadian dapat dinyatakan dengan

perubahan nilai variabel (Supranto, 2000).

12
Korelasi pada dasarnya adalah hubungan. Dua kejadian yang

berhubungan, apabila ingin diukur kuat tidaknya hubungan tersebut, maka

kejadian tersebut harus dinyatakan dalam nilai variabel. Variabel harga, biaya,

produksi dan hasil penjualan untuk melihat atau mengetahui perubahan harga,

biaya, produksi dan hasil penjualan. Apabila dua kejadian berkorelasi maka

kejadian yang satu mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap

kejadian lainnya. Maka dari itu kalau variabel X berkorelasi dengan variabel Y,

nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk memperkirakan

atau memperhitungkan nilai variabel Y, oleh karena perubahan X akan

mempengaruhi Y. Garis regresi ialah suatu garis untuk memperkirakan atau

meramalkan Y kalau nilai X sudah diketahui (Supranto, 2000).

Menurut Haizer dan Render (2001), metode prakiraan/peramalan deret

waktu (time series) mendasarkan data yang lalu dari suatu produk. Yang dianalisis

pola data tersebut apakah berpola trend, musiman atau bersiklus. Dalam

penyusunan peramalan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi di

dalam suatu perusahaan, maka kadang-kadang manajemen perusahaan

menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method). Metode kuadrat

terkecil merupakan suatu prakiraan atau taksiran mengenai nilai a dan b dari

persamaan Y = a + bx yang didasarkan atas data hasil observasi sedemikian rupa

sehingga dihasilkan jumlah kesalahan kuadrat terkecil (minimum).

Yamit (1999) berpendapat bahwa dengan menggunakan metode kuadrat

terkecil/trend garis lurus maka manajemen perusahaan yang bersangkutan

mempunyai anggapan dasar bahwa pemakaian bahan baku untuk keperluan proses

13
produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan dari waktu ke waktu akan

mempunyai tingkat perubahan yang tetap. Bentuk umum dari metode kuadrat

terkecil/trend garis lurus adalah :

= a + bx

Dimana : = nilai kecenderungan pada waktu periode x

a = nilai kecenderungan bila x = 0

b = garis kecenderungan yang miring

x = periode waktu dimana x = 1, 2, 3, ..., n periode waktu.

Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh

antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Rumus:

Y = a + b1X1+b2X2++bnXn

Y = variabel terikat

a = konstanta

b1,b2 = koefisien regresi

X1, X2 = variabel bebas

E. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan

Menurut Boediono (2012), dalam ilmu ekonomi pengertian pasar tidak

harus dikaitkan dengan suatu tempat yang dinamakan pasar dalam pengertian

sehari-hari. Suatu pasar dalam ilmu ekonomi adalah di mana saja terjadi transaksi

antara penjual dan pembeli. Barang yang ditransaksikan bisa berupa barang

apapun, mulai dari beras dan sayur-mayur, sampai ke jasa angkutan, uang dan

tenaga kerja. Setiap barang ekonomi, mempunyai pasarnya sendiri-sendiri. Pasar

14
beras, pasar sayur, pasar sepatu, pasar jasa angkutan termasuk kategori pasar

output, sedang pasar modal, pasar tenaga kerja, pasar tanah termasuk pasar

input. Di masing-masing pasar terjadi transaksi pasar untuk barang yang

bersangkutan. Dan apabila terjadi suatu transaksi, maka ini berarti telah terjadi

suatu persetujuan (antara pembeli dan penjual) mengenai harga transaksi dan

volume transaksi bagi barang tersebut. Dua aspek transaksi inilah (yaitu, harga

dan volume) yang menjadi pusat perhatian ahli ekonomi apabila ia menganalisa

suatu pasar.

Permintaan akan input timbul karena produsen berhasrat melakukan proses

produksi tertentu. Mereka berhasrat untuk berproduksi karena ada permintaan

akan output hasil proses produksi tersebut. Permintaan akan output timbul karena

orang-orang di sektor Rumah Tangga :

a. Memerlukan barang-barang konsumsi (output) untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya .

b. Memiliki daya beli (uang) yang berasal dari penjualan jasa input-input yang

mereka miliki kepada sektor produksi (Boediono, 2012).

Istilah faktor produksi sering pula disebut dengan korbanan produksi,

karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi.

Dalam bahasa Inggris, faktor produksi ini disebut dengan input. Untuk

menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor

produksi (input) dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini

disebut dengan faktor relationship (FR). Dalam rumus matematis, FR ini dapat

dituliskan dengan:

15
Y = f (X1, X2, . . ., Xi, . . . Xn)

Dimana :

Y = produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi, X, dan

X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y (Soekartawi,

2003).

Menurut Wilson (2010), fungsi produksi menjelaskan hubungan antara

faktor-faktor produksi dengan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan

istilah input, sedangkan hasil produksi disebut sebagai output.

Organisasi perusahaan dapat dibedakan kepada tiga bentuk organisasi

yang pokok, yaitu perusahaan perseorangan, firma dan perseroan terbatas. Dari

segi jumlah produksi dan hasil penjualan yang dilakukannya, organisasi

perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas adalah bentuk perusahaan yang

paling penting. Di negara-negara maju sebagian besar hasil produksi nasional

diciptakan oleh perusahaan seperti ini. Perusahaan-perusahaan besar

kebanyakannya berbentuk perseroan terbatas. Kebaikan yang terpenting dari

perseroan terbatas adalah di dalam kemampuannya memperoleh modal.

Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dapat mengumpulkan modal secara

mengeluarkan saham-saham bentuk surat berharga yang menyatakan bahwa

pemegangnya adalah menjadi salah seorang pemilik perusahaan yang

mengeluarkan saham tersebut. Dengan mengeluarkan saham-saham perusahaan,

dan menjualnya kepada masyarakat, perseroan terbatas dapat mengumpulkan

modal sebesar yang dingini. Pemegang saham bebas untuk menentukan besarnya

saham yang dimilikinya. Kalau uangnya sedikit, sedikitlah saham yang dibelinya

16
dan kalau uangnya banyak, ia dapat membeli saham lebih banyak. Kalau ia tidak

mau lagi menjadi pemilik perusahaan itu orang tersebut dapat dengan mudah

menjual saham yang dimilikinya melalui pasaran saham (Sadono, 2011).

Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori

ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau

persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat (dan

kombinasi) penggunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap

mempunyai suatu fungsi produksi untuk pabriknya.

Q = f (X1, X2, X3, , Xn)

Q = Tingkat produksi (output)

X1, X2 .. Xn = berbagai input yang digunakan.

Dari segi suatu perusahaan, kita bisa membedakan dua macam input, yaitu

a. Input antara (intermediate inputs), dan

b. Input primer (primary inputs).

Input antara adalah input yang digunakan oleh suatu perusahaan, yang

merupakan output dari perusahaan lain (misalnya : kapas untuk pabrik tekstil,

pupuk bagi petani dan sebagainya). Input primer adalah input yang bukan

merupakan output perusahaan lain manapun dalam perekonomian. Dalam

golongan ini termasuk tenaga kerja, tanah, kapital dan kepengusahaan (Boediono,

2012).

17
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, yang dimulai

pada bulan September dan berakhir pada bulan Oktober 2014. Lokasi penelitian

ini dilaksanakan pada PT. Maruki Internasional Indonesia di Kota Makassar.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari PT. Maruki Internasional

Indonesia dan nilai kurs diperoleh dari internet dalam

https://unstats.un.org./unsd/snaama/selCountry.asp. Sedangkan data primer yaitu

data yang dikumpulkan dari hasil wawancara dan observasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Observasi

Kegiatan observasi yang dilakukan berupa pengamatan langsung di

lapangan dan wawancara terhadap pimpinan/staf yang ditunjuk oleh pihak

perusahaan untuk pengambilan data.

2. Wawancara/Interview

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan staf yang ada di perusahaan

tempat pelaksanaan penelitian, maka diperoleh suatu informasi mengenai keadaan

umum perusahaan dan yang utama mengenai keadaan permintaan bahan baku

butsudan di perusahaan tersebut.

18
3. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan teknik dokumentasi

terhadap data-data yang berhubungan dengan penelitian baik data kualitatif

maupun data kuantitatif. Data-data tersebut antara lain :

a. Volume permintaan bahan baku butsudan (m3)

b. Jumlah Permintaan Butsudan (unit)

c. Volume penggunaan bahan baku butsudan (m3)

d. Harga Kayu Nyatoh dan Kayu Eboni (Rp)

e. Harga Kayu Impor Ciricote ($)

f. Nilai tukar U$D (Rp.)

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis deskriptif yaitu data-data yang telah dikumpulkan dengan cara

pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terhadap karyawan atau staf

yang ditunjuk oleh pimpinan perusahaan berupa permintaan bahan baku

butsudan dan permintaan butsudan ditabulasi dan digrafikkan.

2. Untuk menganalisis kecenderungan permintaan bahan baku butsudan, maka

dilakukan analisis kuantitatif menggunakan analisis time series dengan pola

analisis regresi kuadratik yaitu:

Y = a + bt + ct2

Konstanta a, b dan c dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Y b t c t 2
a= - -
n n n

19
g .J - q .a
b=
g .b - a .a

q - b .a
c=
g

dimana :
a = t. t 2 - n t 3

b = t. t - n t 2

g = t 2 . t 2 - n t 4

s = t. Y (t ) - n tY (t )

q = t 2 . Y (t ) - n t 2Y (t )

Keterangan :

Y = Besarnya permintaan

a = Komponen yang tetap dari permintaan setiap tahun

b, c = Tingkat perkembangan permintaan setiap tahun

t = Periode peramalan

n = Jumlah tahun dari data yang ada

Perkembangan permintaan bahan baku butsudan dan produksi

butsudan selama lima tahun terakhir selanjutnya dianalisis dengan analisis

regresi kuadratik dengan menggunakan tabel sebagai berikut :

Permintaan
Periode
Tahun t2 t3 t4 Y(t) tY(t) t2Y(t)
(t)
(m3)
2005 1 1 1 1
2006 2 4 8 16
2007 3 9 27 81

2013 9 81 729 6561
Total 45 285 2025 15333

20
3. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan bahan baku pada industri adalah analisis regresi linear berganda

dengan menggunakan program SPSS dengan persamaan :

= a + b1 X1 + b2 X2

Keterangan :

= Permintaan bahan baku butsudan (m3)

a = konstanta

b1,b2 = koefisien regresi

X1 = Permintaan Butsudan (Unit)

X2 = Volume Penggunaan Bahan Baku Butsudan (m3)

a. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kayu Nyatoh yaitu

dengan persamaan :

= a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan :

= Permintaan Kayu Nyatoh (m3)

a = konstanta

b1,..,b3 = koefisien regresi

X1 = Permintaan Butsudan (Unit)

X2 = Volume Penggunaan Kayu Nyatoh (m3)

X3 = Harga Kayu Nyatoh (Rp)

b. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kayu Eboni yaitu

dengan persamaan :

21
= a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan :

= Permintaan Kayu Eboni (m3)

a = konstanta

b1,..,b3 = koefisien regresi

X1 = Permintaan Butsudan (Unit)

X2 = Volume Penggunaan Kayu Eboni (m3)

X3 = Harga Kayu Eboni (Rp)

c. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kayu Ciricote yaitu

dengan persamaan :

= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

= Permintaan Kayu Ciricote (m3)

a = konstanta

b1,..,b4 = koefisien regresi

X1 = Permintaan Butsudan (Unit)

X2 = Volume Penggunaan Kayu Ciricote (m3)

X3 = Harga Kayu Ciricote ($)

X4 = Kurs (Rp)

d. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi :

0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

>0 0,25 : Korelasi sangat lemah

>0,25 0,5 : Korelasi cukup

>0,5 0,75 : Korelasi kuat

22
>0,75 0,99 : Korelasi sangat kuat

1 : Korelasi sempurna

E. Konsep Operasional

Konsep operasional mencakup pengertian-pengertian atau batasan-batasan

yang digunakan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian dan memudahkan

pengambilan data. Adapun konsep operasional yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

1. Butsudan adalah produk dalam bentuk lemari yang diproduksi oleh PT.

Maruki Internasional Indonesia.

2. Permintaan bahan baku adalah jumlah bahan baku yang dibeli oleh PT.

Maruki Internasional Indonesia dari pemasok kayu.

3. Permintaan butsudan adalah jumlah produk butsudan yang di order oleh

konsumen (Jepang)

4. Harga Permintaan Bahan Baku adalah besarnya nilai bahan baku yang

diberikan dari pemasok/penjual bahan baku

5. Peramalan atau forecasting adalah prediksi permintaan di masa yang akan

datang.

6. Penggunaan bahan baku adalah jumlah pemakaian bahan baku untuk

produksi oleh PT. Maruki Internasional Indonesia.

7. Kurs adalah nilai tukar rupiah terhadap U$D

8. Stok bahan baku adalah persediaan bahan baku yang digunakan untuk

produksi

23
IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Maruki Internasional Indonesia sebelumnya bernama PT. Tokai

Material Indonesia, penggantian nama perusahaan ini disebabkan oleh adanya

perubahan kepemilikan saham. Maka sejak tanggal 14 Februari 2003 PT. Tokai

Material Indonesia berubah nama menjadi PT. Maruki Internasional Indonesia.

PT. Maruki Internasional Indonesia merupakan perusahaan dengan status

penanaman asing (PMA) Jepang. Perusahaan ini didirikan dengan Surat

Persetujuan Presiden Republik Indonesia No. B-323/PRES/6/1997. PT. Maruki

Internasional Indonesia terletak di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, 15 Km

arah Utara kota Makassar, tepatnya di kelurahan Kapasa, Kecamatan Tamalanrea

dalam Kawasan Industri Makassar (KIMA).

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 3 Juli 1997 dan sebagai pemimpin

perusahaan ditunjuk Mr. Hidehiro Asano bersama Dr. Ir. Nurdin Abdullah.

Dipilahnya lokasi pada kelurahan Kapasa karena secara geografis sangat

menguntungkan, akses pelabuhan laut dan bandar udara yang dekat memberi

kemudahan dan kelancaran baik untuk distribusi ekspor, pengadaan bahan baku

dan mobilitas pendukung produksi lainnya.

Pelaksanaan pembangunan di atas lahan 3,5 Ha, dimulai pada bulan

Agustus 1997 dengan surat persetujuan Presiden RI dari BPKM Nomor

359/PMA/1997. Investasi yang ditanamkan dalam pendirian perusahaan sebesar

USD 2,5 juta yang bersumber dari perusahaan induk di Jepang.

24
Setelah diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan, PT Maruki

Internasional Indonesia memulai proses produksinya yang ditandai dengan

pelaksanaan Grand Opening tanggal 23 April 1998 kemudian pada tahun 1999

dilakukan ekspor pertama.

Produk utama yang dihasilkan adalah Butsudan yaitu jenis furniture yang

dalam tradisi agama Budha di Jepang, sudah digunakan sebagai media untuk

berkomunikasi dengan leluhur, dimana tipe atau jenis butsudan berbeda untuk

setiap daerah. Sejalan dengan perkembangan agama Budha, permintaan akan

Butsudan semakin meningkat maka PT. Maruki CO.Ltd yang berkedudukan di

Kyoto Jepang mendirikan perusahaan. Penghasil Butsudan di beberapa negara

salah satunya adalah PT.Maruki Internasional Indonesia yang berkedudukan di

Sulawesi Selatan.

Visi PT. Maruki Internasional Indonesia quality and moralty yaitu

menjadikan perusahaan yang mengedepankan peningkatan kualitas produksi dan

memperhatikan aspek social dan lingkungan serta menjunjung tinggi semangat

kerja keras. Sedangkan misi dari perusahaan adalah melibatkan segenap unsur

karyawan yang mengarah kepada proses perbaikan yang berkelanjutan dan

berkesinambungan.

B. Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organisasi menunjukkan hal-hal apa yang menjadi tugas pokok

dan fungsi dari masing-masing bagian atau komponen yang harus dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip dan tanggung jawab guna menciptakan efektivitas

25
kerja dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai sasaran yang telah

ditentukan atau ditargetkan terlebih dahulu.

Untuk mencapai target sasaran tersebut maka pada setiap pengelolahan

perusahaan harus mempunyai pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.

Hal ini dimaksudkan agar setiap kegiatan yang ada dalam perusahaan dapat

dikerjakan dengan lebih terkonsentrasi dan terarah.

Pada perusahaan ini menganut sistem garis dan staf (line and staff

organization mode), sedangkan struktur organisasi PT. Maruki Internasional

Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut :

26
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Maruki Internasional Indonesia

Komisaris Presiden
Direktur
Interpreter/
Sek Presdir
Direktur

GM GM
Umum Produksi

Manajer Manajer Manajer Manajer Manajer Manajer


FIN & ACC HRD & Ga PPIC Produksi R&D Produksi

AST SR. AST AST Manager SR. ASR


Manajer Pengembangan Perencanaan & Manajer
FIN & Sistem & SDM Kontrol Pabrik 1 & 2
ACC
AST AST AST
Manager Manager INV. Manajer
Personalia Material Pabrik 3

AST AST SR. AST


Manager Manager INV. Pengembangan
Pelayanan Raw Material Sistem & SDM

AST AST SR. AST


Manager Manager Hori Pengembangan
Pengadaan Sistem & SDM

AST AST SR. AST


Manager Manager Pengembangan
Pengadaan Maintenance Sistem & SDM

Sumber : PT. MARUKI INTERNASIONAL INDONESIA

27
1. Purchasing

Departemen purchasing berfungsi untuk mengatur segala pembelian

keperluan perusahaan baik yang ada di pabrik maupun keperluan administrasi

dengan mengeluarkan surat pembelian dan diberikan kepada masing-masing unit

untuk melakukan pembelian tersebut sesuai kebutuhan. Departemen ini terbagi

atas dua unit, yaitu unit pembelian raw bahan baku dan unit pembelian bahan

baku (kayu).

2. Human Resource Department (HRD)

Human Resource Department (HRD) berfungsi mengelola

pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan

tenaga kerja serta menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan,

penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi

kerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan. HRD terbagi ke dalam

beberapa unit, yaitu Employee Administration, Employee Control dan Employee

Services.

3. Finance Department

Finance Department mempunyai fungsi dan tugas yang berhubungan

dengan pencatatan dan pembukaan segala transaksi keuangan yang dilakukan

perusahaan, misalnya : mencatat kuitansi yang masuk dan membuat buku besar

perusahaan.

4. Export-Import Department

Export-Import Department berfungsi melaksanakan kegiatan ekspor dan

impor serta segala aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang

28
berhubungan dengan kawasan berikat. Eksport-Import Department terbagi ke

dalam beberapa unit yaitu unit service, unit administrasi dan unit store Butsudan.

5. General Affair Department (GA)

General Affair Department (GA) berfungsi memberikan dukungan

pelayanan yang optimal kepada perusahaan menyangkut sistem pembelian,

protokoler, alat tulis menulis, kebersihan serta pekerjaan pelayanan yang

ditugaskan. GA terbagi ke dalam beberapa unit yaitu administrator, protokoler,

kendaraan, rumah tangga, kebersihan dan keindahan serta security yang memiliki

tugas masing-masing.

6. Management Information System (MIS)

Management Information System berfungsi sebagai tempat sebuah sistem

manusia dan mesin yang terpadu, untuk menyajikan informasi guna mendukung

fungsi operasional, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah

organisasi. MIS terbagi dalam beberapa unit yaitu System Development serta

Information Technology yang juga terbagi dalam dua unit yaitu Administrasi dan

Pelayanan serta Perawatan dan Perbaikan.

7. Maintenance Department

Maintenance Department berfungsi untuk mendukung dan menjaga serta

merawat seluruh peralatan produksi dan non produksi baik yang ada di

lingkungan pabrik dan non pabrik agar tetap dalam kondisi yang siap pakai.

Department ini terbagi ke dalam beberapa unit yaitu produksi, non produksi dan

building.

29
8. Planning and Design Department

Departemen Perencanaan dan Desain berfungsi melakukan perencanaan

produksi dengan membuat desain gambar produksi, cutting size, schedule

produksi untuk memenuhi permintaan pasar dan melakukan control inventory

sehingga komponen/bahan baku selalu tersedia pada saat dibutuhkan untuk proses

produksi dalam hal jumlah, kualita yang terkontrol, serta pengontrolan proses

produksi dalam hal kaitannya dengan realitas schedule produksi dan erat

kaitannya dengan apa yang akan dihasilkan perusahaan setiap bulannya.

Departemen Perencanaan dan Desain terbagi ke dalam dua unit, yaitu Unit

dan Unit Design. Unit Planning sendiri terbagi atas beberapa bagian yaitu bagian

schedule, Hory, Tata Usaha Kayu, Admiinistrasi Bahan Baku, Kiln Dry Boiler,

Store Bahan Baku, Raw bahan baku serta Control Raw Bahan Baku. Sedangkan

unit Desain terbagi atas tiga bagian yaitu : Produksi, Cad dan Cam serta Desain.

9. Production Department

Production Department berfungsi mengolah proses perubahan atau proses

dimana sumber-sumber daya yang berlaku sebagai input diubah menjadi produk

sesuai dengan standar kuantitas dan kualitas yang telah ditetapkan.

Adapun sumber daya manusia (SDM) yang ada di PT. Maruki

Internasional Indonesia adalah sebagai berikut :

Karyawan PT. Maruki Internasional Indonesia berjumlah 507 orang yang

terdiri atas 369 karyawan laki-laki dan 118 karyawan perempuan dengan

supervisor dan fungsional 2 orang, asisten manager 12 orang, manager 6 orang

dan general manager 2 orang.

30
Jumlah karyawan pada devisi produksi 483 orang yang bekerja di 1

persiapan dan 6 factory. Sedangkan jumlah karyawan non-produksi 24 orang.

Rekrutment tenaga kerja PT. Maruki Internasional Indonesia adalah tenaga kerja

yang diambil dari lulusan balai latihan tenaga kerja Makassar dan masyarakat

sekitar pabrik yang selanjutnya megikuti program latihan dan pemagangan di

Jepang sekitar satu tahun atau lebih, untuk ahli teknologi dalam pembuatan

Butsudan sebagai produk utama PT. Maruki Internasional Indonesia (Data

sekunder PT. Maruki Internasional Indonesia tahun 2013).

Fasilitas perusahaan :

a. Klinik (umum dan gigi)

b. Bus Karyawan

c. Asuransi karyawan (ASKES)

d. Jamsostek

e. Perpustakaan

f. Sarana ibadah

g. Ruang serba guna (kantin dan ruang makan).

C. Sistem Produksi Perusahaan

PT. Maruki Internasional Indonesia menganut sistem produksi berdasarkan

proses yang tergolong dalam sistem produksi pesanan, hal ini didasarkan atas sifat

permintaan yang menghendaki produksi standar dengan volume yang tinggi,

penggunaan fasilitas produksi secara kontinu dengan pemprosesan disesuaikan

sepenuhnya dengan produk serta memproduksi untuk memenuhi pesanan dalam

hal ini Maruki Co. Ltd.

31
1. Bahan Baku

Untuk memproduksi butsudan digunakan kayu dengan jenis nyato, eboni,

paorose, wenge, rosewood, dan lain-lain. Jenis kayu eboni dan nyato diperoleh

dari Sulawesi, untuk jenis wenge, paorose dan rosewood diimpor dari negara

afrika, dan amerika. Selain itu bahan baku lain yang digunakan adalah lem, cat,

kertas dan bahan lain diimpor dari jepang.

2. Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi berupa mesin dan peralatan produksi lainnya terdiri dari

berbagai jenis dan kegunaan misalnya: hot press machine, wide belt sander, mesin

printing, circular saw dan lainnya disusun berdasarkan urutan proses yang akan

dilalui oleh bahan, dimana susunan dari mesin dan peralatan produksi diusahakan

untuk dapat menunjang pelaksanaan proses produksi.

3. Energi

Untuk menjaga proses produksi dalam perusahaan dalam hal ini

penggunaan tenaga listrik, perusahaan menggunakan tenaga listrik dari PLN

dengan kapasitas 240 kVA di samping oleh beberapa Genzet sebagai cadangan.

D. Sarana Penunjang

1. Boiler

Boiler merupakan sarana penunjang yang erat kaitannya dengan

ketersediaan panas untuk mengeringkan kayu dalam kiln dry. Boiler yang

digunakan di PT. Maruki Internasional Indonesia adalah boiler hot water dengan

tipe BVW 600 WW yang memiliki temperatur kerja 900 C dengan luas permukaan

32
33,46 m2. Bahan bakar boiler berasal dari limbah pengolahan kayu gergajian baik

dalam bentuk serbuk maupun potongan

2. Dust Collection System

Dust Collection System merupakan sarana vital untuk mengurangi polusi

serbuk gergajian yang dapat mengganggu proses produksi. Dust collector yang

digunakan dua jenis berdasarkan kecepatan (speed) yaitu kecepatan 1.159 rpm

dengan kapasitas daya 55 KW dan kecepatan rpm 1.850 dengan kapasitas daya 37

KW yang berfungsi untuk menghisap dan selanjutnya membuang serbuk gergaji

yang dihasilkan pada saat produksi.

3. Kiln Dry

Kiln dry merupakan alat yang digunakan untuk menurunkan kadar air kayu

sesuai dengan kadar air kayu yang diinginkan. Kiln dry yang ada di PT. Maruki

Internasional Indonesia terdiri dari 3 chamber (kamar). Lama pengeringan yang

dibutuhkan untuk pengeringan kayu dalam kiln dry tergantung pada jenis kayu

yang dikeringkan, ukuran kayu (tebal, panjang) dan kadar air yang dikehendaki.

4. Store Room

Store room merupakan sarana penunjang sebagai tempat penyimpanan

alat-alat yang digunakan baik itu untuk spare part mesin, maupun untuk

perlengkapan karyawan seperti masker, clipper, mistar, dan lain-lain.

5. Generator

Generator genset merupakan alat pembangkit tenaga listrik yang

digunakan pada proses produksi (pada proses kiln dry). Genset ini digunakan oleh

PT. Maruki Internasional Indonesia untuk membantu pasokan listrik yang

33
bersumber dari PLN, selain itu genset juga digunakan sebagai cadangan untuk

mencegah agar proses produksi tidak berhenti meskipun dari aliran PLN padam.

E. Proses Produksi Butsudan

Dalam proses pembuatannya, Butsudan melalui beberapa tahap produksi

yaitu sebagai berikut :

a. Persiapan bahan baku, bahan baku yang berupa papan ditempatkan pada

tempat yang terbuka sehingga bahan baku tersebut dapat mengering sampai

pada kisaran kadar air 20%. Setelah itu bahan baku dimasukkan dalam kiln

dry yang terdiri dari 3 chamber (kamar) dimana berisi kayu yang berbeda dan

dalam jumlah tertentu. Proses pengeringan berlangsung selama 1-2 minggu

hingga mendapat kadar air 6-8%, selanjutnya bahan baku siap diproses di

factory 1.

b. Factory 0 merupakan tempat pembuatan Tsukita yaitu irisan tipis dari kayu

dengan tebal (0,1-1,5) mm menyerupai kertas (kertas kayu) yang digunakan

untuk melapisi hardboard maupun kayu sehingga diperoleh motif kayu yang

diinginkan.Sebelum melakukan pengirisisan, kayu terlebih dahulu direndam

dengan air panas selama 2 minggu untuk mempermudah proses

pengerjaannya. Tsukita yang dihasilkan kemudian dikeringanginkan (dry

seosoning).

c. Factory 1 adalah departemen yang bertanggung jawab untuk proses persiapan

bahan baku dan tempat pemotongan (cutting) material dan laminating sesuai

dengan jadwal produksi. Proses pada factory 1 dimulai dengan memasukkan

papan ke mesin planner yang bertujuan untuk mendapatkan ketebalan yang

34
diinginkan sesuai dengan cutting sheet dan gambar kerja yang ada. Setelah itu

papan dipotong di mesin cross cut, lalu dibelah di mesin ripe saw kemudian

dihaluskan lagi di mesin finish planner untuk memudahkan proses perekatan.

Selain proses pengerjaan bahan baku kayu, pada factory ini juga dilakukan

perekatan tsukita pada kayu nyatoh dan hardboard.

d. Factory 2 adalah departemen produksi yang bertanggung jawab dalam

pembuatan komponen penting Butsudan berupa aksesoris Butsudan yang

terdiri dari ukiran dan anyaman yang bahannya merupakan hasil factory 1.

e. Factory 3, yaitu departemen produksi yang bertugas menangani proses kerja

dengan menggunakan pengamplasan otomatis, pemotongan dan pembentukan

komponen khusus dengan mesin otomatis.

f. Factory 4, yaitu proses yang dikhususkan untuk proses pengamplasan

komponen dan pengecatan (painting).

g. Factory 5 yaitu proses painting lanjutan dari pekerjaan di factory 4

h. Factory 6, yaitu departemen akhir dalam proses produksi yang bertugas untuk

perakitan akhir (finishing assembling), finishing painting dan packing. Factory

6 juga merupakan gudang penyimpanan hasil produksi yang akan diekspor ke

Jepang.

35
Berikut adalah bagan proses produksi yang menunjukkan aliran

pembuatan Butsudan.

Persiapan

Gudang Bahan Baku

Factory 1

Factory 2

Factory 3

Factory 4 Factory 5

Factory 6

Gudang Produk Jadi Butsudan

Gambar 2. Supply Chain Sistem Produksi

36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Permintaan Bahan Baku

1. Jenis dan Asal Bahan Baku

Bahan baku butsudan yang digunakan pada PT. Maruki Internasional

Indonesia terdiri dari kayu lokal dan kayu impor. Kayu lokal yang digunakan

yaitu Palaquium sp. (nyatoh), Diospyros rumphii (eboni), Dalbergia

latifolia (sonokeling), unga-unga, jati, Adina fagifolia (lasi), dan Diospyros

celebica (amara). Dari ketujuh jenis kayu tersebut, kayu yang paling banyak

digunakan yaitu nyatoh. Adapun kayu impor yang digunakan yaitu Dalbergia

latifolia (rosewood), chinchan, Swratzia madagascariensis (paorose), pao roze,

paorose kuning, karin, Cordia dodecandra (ciricote), Cordia geraschantus

(bocote), Millettia laurentii (wenge), Fraxinus americana (white ash), enju, kuwa,

honduras rosewood, granadillo, yaku suki, Juglans nigra (black walnut), dan

kanaha.

Sumber bahan baku kayu lokal yang digunakan berasal dari bermacam-

macam daerah, seperti Sulawesi Tengah (Palu, Donggala, dan Poso), Sulawesi

Barat (Mamuju), Sulawesi Selatan (Soppeng) dan Surabaya. Sedangkan sumber

kayu impor berasal dari berbagai negara, seperti Thailand, Vietnam, Afrika,

Honduras, Mexico, Amerika, Cina, dan Jepang.

Pengadaan bahan baku kayu pada PT. Maruki Internasional Indonesia

dilakukan berdasarkan jumlah persediaan (stock) dengan sistem pembelian secara

kontrak kerjasama dengan perusahaan pemasok (supplier). Selain itu pemenuhan

bahan baku juga dilakukan dengan cara pembelian secara bebas untuk

37
mengantisipasi permintaan yang terjadi di luar perencanaan perusahaan, sehingga

apabila bahan baku yang dipesan terlambat sampai, sementara permintaan

butsudan semakin meningkat maka bahan baku yang digunakan untuk produksi

berasal dari persediaan bahan baku yang ada. PT. Maruki Internasional Indonesia

berproduksi berdasarkan permintaan dari konsumen atau pihak pembeli.

2. Permintaan Bahan Baku Butsudan Beberapa Tahun Terakhir

Permintaan bahan baku butsudan pada PT. Maruki Internasional Indonesia

mengalami fluktuasi. Data sembilan tahun terakhir menunjukkan bahwa

permintaan bahan baku untuk produksi butsudan pada tahun 2005-2006

meningkat sebesar 321,64 m3. Selanjutnya, permintaan bahan baku menurun dari

tahun 2007-2008 sebesar 105.63 m3 dan 952,85 m3. Hal tersebut terjadi karena

permintaan butsudan pada tahun 2008 juga menurun, sehingga persediaan bahan

baku masih cukup untuk produksi dan menyebabkan permintaan bahan baku

butsudan ikut menurun. Jumlah permintaan butsudan mengalami penurunan pada

tahun 2008-2009 disebabkan karena pada saat itu terjadi krisis ekonomi global

termasuk negara tujuan ekspor butsudan yaitu Jepang. Salah satu dampak krisis

perekonomian dunia saat itu adalah menurunnya konsumsi dunia terhadap

berbagai barang/komoditi ekspor dari Indonesia. Perkembangan permintaan

butsudan dan bahan baku butsudan dapat dilihat pada gambar berikut:

38
8000
7174
6467 6508 6511 6619
7000 6316 6224

6000 5570
4760
5000
Permintaan
4000
Bahan Baku
(m3)
3000
1999.11893.47 1840.681898.29
1677.46 1728.65 Permintaan
2000 1448.72 1444.2
940.62 Butsudan (m3)
1000

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Gambar 3. Permintaan Butsudan dan Permintaan Bahan Baku Butsudan Selama


Sembilan Tahun Terakhir (2005-2013) di PT. Maruki Internasional
Indonesia

Permintaan butsudan pada tahun 2011 mengalami penurunan disebabkan

karena pada saat itu negara tujuan ekpor produk butsudan yaitu Jepang,

mengalami bencana tsunami. Bencana yang melanda Jepang tersebut

mempengaruhi perekonomian rakyat Jepang, sehingga berimbas pada pembelian

produk butsudan oleh masyarakat Jepang. Tahun 2012 permintaan bahan baku

kembali naik sebesar 396,47 m3 dan terus meningkat pada tahun 2013 sebesar

57,61 m3. Demikian halnya dengan permintaan butsudan, dari tahun 2012 terus

meningkat hingga tahun 2013.

3. Peramalan Permintaan Bahan Baku Butsudan

Berdasarkan situasi permintaan bahan baku selama sembilan tahun

terakhir dapat diprediksi kecenderungan permintaan di masa mendatang.

Kecenderungan permintaan tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis time

39
series sistem regresi kuadratik. Hasil analisis time series (Lampiran 1) diperoleh

kecenderungan permintaan bahan baku butsudan di PT. Maruki Internasional

Indonesia dengan persamaan :

Y = 2142,36-275,84t+28,08t2

Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat diketahui prediksi permintaan

bahan baku butsudan di masa yang akan datang. Permintaan bahan baku butsudan

selama tahun 2009-2013 dan prediksi untuk tahun 2014-2020 dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1. Permintaan Bahan Baku Butsudan dan Prediksi Permintaan Bahan Baku
Butsudan
Tahun Permintaan Bahan Tahun Permintaan Bahan
3
analisis Baku Butsudan (m ) Prediksi Baku Butsudan (m3)
2005 1.677,46 2014 2.191,96
2006 1.999,1 2015 2.505,8
2007 1.893,47 2016 2.875,8
2008 940,62 2017 3.301,96
2009 1.448,72 2018 3.784,28
2010 1.728,65 2019 4.322,76
2011 1.444,2 2020 4.917,4
2012 1.840,68 2021 5.568,2
2013 1.898,29 2022 6.275,16
Total 14.871,20 Total 35.743,32
Rata-rata 1.652,36 Rata-rata 3.971,48
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2014

Pengolahan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis terhadap

permintaan bahan baku butsudan dari tahun 2005-2013 rata-rata 1.652,36 m3 dan

prediksi untuk tahun mendatang (2014-2020) rata-rata 3.971,48 m3. Hal tersebut

40
menunjukkan adanya peningkatan terhadap permintaan bahan baku butsudan yaitu

240,35 %. Adapun kecenderungan permintaan bahan baku butsudan disajikan

pada gambar berikut :

Gambar 4. Kecenderungan Permintaan Bahan Baku Butsudan (m3) di PT.


Maruki Internasional Indonesia.

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa jumlah permintaan bahan baku

butsudan mengalami peningkatan setiap tahun. Kondisi ini terjadi apabila

kecenderungan yang terjadi selama lima tahun terakhir juga terjadi pada tujuh

tahun yang akan datang, dalam hal ini semua faktor yang mempengaruhi

permintaan bahan baku butsudan tidak mengalami perubahan.

4. Kecenderungan Permintaan Butsudan

Berdasarkan data permintaan butsudan selama sembilan tahun terakhir

maka dapat diprediksi kecenderungan permintaan butsudan di masa yang akan

datang. Kecenderungan jumlah permintaan butsudan tersebut dianalisis dengan

menggunakan analisis time series. Hasil analisis time series (Lampiran 2)

41
diperoleh kecenderungan permintaan butsudan pada PT. Maruki Internasional

Indonesia dengan persamaan :

Y(t) = 7443,04-752,84t+80,84t2

Berdasarkan permintaan butsudan selama sembilan tahun terakhir (2005 -

2013), maka dapat diprediksi untuk tahun 2014-2022. Keadaan permintaan dan

kecenderungan permintaan butsudan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2. Keadaan Permintaan Butsudan dan Kecenderungan Permintaan Butsudan


Sembilan Tahun Yang Akan Datang

Tahun Permintaan Butsudan Tahun Prediksi Permintaan


analisis (Unit) Prediksi Butsudan (Unit)
2005 6.467 2014 7.998,64 7.999
2006 6.508 2015 8.943,44 8.943
2007 6.511 2016 10.049,92 10.050
2008 5.570 2017 11.318,08 11.318
2009 4.760 2018 12.747,92 12.748
2010 6.316 2019 14.339,44 14.339
2011 6.224 2020 16.092,64 16.093
2012 6.619 2021 18.007,52 18.007
2013 7.174 2022 20.084,08 20.084
Total 56.149 Total 119.581,68
Rata-rata 6.238,78 Rata-rata 13.286,85
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2014.

Permintaan butsudan terus meningkat dari tahun 2005-2007, namun pada

tahun 2008-2009 jumlah permintaan butsudan menurun akibat krisis ekonomi

global yang terjadi pada saat itu. Jumlah permintaan butsudan pada tahun 2010

kembali meningkat sebesar 1556 unit. Selanjutnya, permintaan butsudan tahun

2011 menurun sebesar 92 unit, diakibatkan pada tahun tersebut Jepang dilanda

42
bencana tsunami sehingga mempengaruhi perekonomian rakyat Jepang. Pada

tahun 2012 permintaan butsudan kembali naik sebesar 395 unit dan terus

mengalami kenaikan sebesar 555 unit pada tahun 2013.

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil analisis terhadap permintaan butsudan

dari tahun 2005-2013 rata-rata 6.238,78 unit6.239 unit dan prediksi untuk tahun

mendatang (2014-2022) rata-rata 13.286,8513.287 unit. Hal ini berarti adanya

peningkatan terhadap permintaan butsudan yaitu 212,97%. Adapun

kecenderungan permintaan butsudan disajikan pada gambar berikut :

25000

20000

15000
Unit

10000
Permintaan
Butsudan
5000

Tahun
Gambar 5. Kecenderungan Permintaan Butsudan di PT. Maruki Internasional
. Indonesia
Gambar 5 menunjukkan kecenderungan permintaan butsudan mengalami

peningkatan setiap tahun. Kondisi ini terjadi apabila semua faktor yang

mempengaruhi permintaan butsudan tidak mengalami perubahan. Hal ini berarti

permintaan butsudan di masa yang akan datang akan melebihi kapasitas produksi

43
yang ada di PT. Maruki Internasional Indonesia yaitu sebesar 8.600 unit/tahun

dengan jumlah kebutuhan bahan baku 4.300 m3.

Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa kebutuhan bahan baku

kayu untuk produksi butsudan semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 2015

prediksi permintaan butsudan telah melewati kapasitas produksi yaitu 8.943 unit,

berarti kebutuhan bahan baku sekitar 4.300 m3. Kendala yang akan dihadapi

perusahaan ke depannya adalah apakah industri kayu yang menyuplai bahan baku

butsudan akan selalu memenuhi kebutuhan bahan baku kayu di masa yang akan

datang karena dari prediksi data permintaan bahan baku dan permintaan butsudan

setiap tahunnya mengalami peningkatan yang tidak sedikit jumlahnya.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Bahan Baku Butsudan

Permintaan bahan baku butsudan dipengaruhi oleh penggunaan kayu untuk

produksi butsudan dan permintaan butsudan. Semakin naik permintaan butsudan

(X1), maka volume permintaan bahan baku (Y) juga akan meningkat. Demikian

juga dengan penggunaan bahan baku butsudan (X2), semakin meningkat volume

penggunaan bahan baku, maka permintaan bahan baku juga akan bertambah.

Hasil regresi menunjukkan hubungan antara permintaan bahan baku dengan

faktor-faktor peubah bebas yang secara matematis disajikan dalam persamaan

berikut:

= -382,112 + 0,336 X1 0,036 X2

Berdasarkan persamaan yang diperoleh dari hasil analisis regresi tersebut,

diketahui nilai konstanta sebesar -382,112, artinya jika permintaan butsudan (X1)

dan penggunaan bahan baku untuk produksi butsudan (X2) nilainya adalah 0,

44
maka permintaan bahan baku menurun 382,112 m3. Hal ini berarti permintaan

butsudan dan penggunaan bahan baku menentukan volume permintaan bahan

baku karena permintaan bahan baku bernilai minus ketika permintaan butsudan

dan penggunaan bahan baku tidak ada.

1. Hubungan antara permintaan bahan baku (Y) dengan permintaan butsudan (X1)

yaitu apabila permintaan butsudan mengalami kenaikan 1%, maka permintaan

bahan baku () akan mengalami peningkatan sebesar 0,336%. Terjadi

hubungan positif antara permintaan butsudan dengan permintaan bahan baku,

semakin naik permintaan butsudan semakin meningkat permintaan bahan baku.

Koefisien korelasi antara Y dan X1 juga menunjukkan hubungan yang kuat

yaitu dengan nilai 0,684.

2. Hubungan antara permintaan bahan baku (Y) dengan penggunaan bahan baku

untuk produksi butsudan (X2) memiliki hubungan negatif, dalam hal ini setiap

meningkatnya 1% penggunaan bahan baku butsudan, akan menurunkan

permintaan bahan baku sebesar 0,036 %. Hal ini terjadi karena persediaan

bahan baku (stok bahan baku) masih tersedia dalam jumlah yang cukup

sehingga ketika penggunaan bahan baku meningkat, maka permintaan bahan

baku akan menyesuaikan dengan stok bahan baku yang ada. Koefisien korelasi

antara Y dan X2 juga menunjukkan hubungan yang sedang yaitu dengan nilai

0,436.

Besarnya pengaruh agregatif variabel bebas terhadap variabel terikat

ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) pada persamaan di atas.

Besarnya koefisien regresi persamaan permintaan 0,468. Dengan demikian

45
variabel bebas dapat menjelaskan 46,8% variabel jumlah bahan baku yang

diminta, sedangkan sisanya variasi tersebut dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak termasuk dalam pengamatan.

Hasil pengujian signifikansi dilakukan untuk megetahui pengaruh dari

masing-masing faktor peubah bebas. Diketahui bahwa tidak ada faktor-faktor

yang berpengaruh nyata terhadap permintaan bahan baku butsudan karena nilai

signifikansi yang diperoleh dari hasil analisis regresi lebih dari 0,05.

Selain permintaan butsudan dan penggunaan bahan baku, harga suatu

bahan baku juga mempengaruhi permintaan bahan baku. Lebih jelasnya untuk

dapat melihat pengaruh permintaan butsudan, penggunaan bahan baku, dan harga

terhadap volume permintaan bahan baku akan dibahas lebih lanjut dengan

menspesikkan jenis bahan baku. Jenis bahan baku yang dimaksud yaitu kayu

nyatoh, kayu eboni, dan kayu ciricote.

1. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kayu Nyatoh

Kayu nyatoh merupakan salah satu jenis bahan baku kayu yang paling

banyak digunakan untuk produksi butsudan. Permintaan kayu nyatoh dipengaruhi

oleh permintaan butsudan, penggunaan kayu nyatoh untuk produksi butsudan dan

harga kayu nyatoh. Hubungan antara Permintaan bahan baku kayu nyatoh (Y)

dengan permintaan butsudan (X1), yaitu semakin meningkat permintaan butsudan,

maka permintaan terhadap kayu nyatoh juga akan meningkat. Demikian halnya

dengan penggunaan bahan baku kayu nyatoh (X2), semakin meningkat volume

penggunaan bahan baku kayu nyatoh, maka permintaan kayu nyatoh akan

bertambah. Sedangkan pengaruh harga (X3) terhadap volume permintaan kayu

46
nyatoh yaitu semakin tinggi harga, maka permintaan kayu nyatoh akan berkurang.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diperoleh persamaan:

= -186,321 + 0,292 X1 0,122 X2 + 0X3

Berdasarkan persamaan yang diperoleh dari hasil analisis regresi di atas,

diketahui konstanta sebesar -186,321, artinya jika permintaan butsudan (X1) dan

penggunaan kayu nyatoh untuk produksi butsudan (X2) nilainya adalah 0, maka

permintaan nyatoh sebesar -186,321 m3. Hal ini berarti kedua variabel bebas

tersebut (X1 dan X2) menentukan volume permintaan bahan baku karena

permintaan bahan baku bernilai minus ketika permintaan butsudan dan

penggunaan bahan baku tidak ada.

1. Hubungan antara permintaan kayu nyatoh (Y) dengan permintaan butsudan

(X1) yaitu apabila permintaan butsudan mengalami kenaikan 1%, maka

permintaan nyatoh () akan mengalami peningkatan sebesar 0.292 %. Terjadi

hubungan positif antara permintaan butsudan dengan permintaan kayu nyatoh,

semakin naik permintaan butsudan semakin meningkat permintaan kayu

nyatoh. Koefisien korelasi antara Y dan X1 juga menunjukkan hubungan yang

kuat yaitu dengan nilai 0,724.

2. Hubungan antara permintaan kayu nyatoh (Y) dengan penggunaan kayu nyatoh

untuk produksi butsudan (X2) memiliki hubungan negatif, dalam hal ini setiap

meningkatnya 1% penggunaan kayu nyatoh, akan menurunkan permintaan

kayu nyatoh sebesar 0.122 %. Hal ini terjadi karena masih tersedianya stok

kayu nyatoh, sehingga jumlah permintaan kayu nyatoh biasanya kurang dari

47
penggunaan kayu nyatoh untuk produksi. Koefisien korelasi antara Y dan X2

menunjukkan hubungan yang kuat yaitu dengan nilai 0,609.

3. Harga kayu (X3) tidak memiliki pengaruh terhadap permintaan nyatoh. Hal ini

terjadi karena PT. Maruki Internasional Indonesia akan selalu memesan kayu

nyatoh berdasarkan stok yang ada untuk persediaan bahan baku meskipun

harga pada saat itu tinggi, mengingat kayu ini paling banyak digunakan pada

komponen butsudan. Koefisien korelasi antara Y dan X3 menunjukkan

hubungan yang sangat lemah yaitu dengan nilai 0,175.

Koefisien regresi (R2) yang didapat yaitu 0,553. Hal ini berarti variabel

bebas (X1, X2, X3) dapat menjelaskan 55,3 %, variabel jumlah bahan baku (kayu

nyatoh) yang diminta, sedangkan sisanya variasi tersebut dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak termasuk dalam pengamatan.

Hasil pengujian signifikansi dilakukan untuk megetahui pengaruh dari

masing-masing faktor peubah bebas. Diketahui bahwa tidak ada faktor-faktor

yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kayu nyatoh karena nilai

signifikansi yang diperoleh dari hasil analisis regresi melebihi 0,05.

2. Analisis Faktor Yang Mempangaruhi Permintaan Kayu Eboni

Kayu eboni merupakan salah satu jenis bahan baku kayu yang banyak

digunakan untuk produksi butsudan setelah kayu nyatoh. Permintaan kayu eboni

dipengaruhi oleh permintaan butsudan, penggunaan kayu eboni untuk produksi

butusdan dan harga kayu eboni. Hubungan antara Permintaan bahan baku kayu

eboni (Y) dengan permintaan butsudan (X1), yaitu semakin meningkatnya

permintaan butsudan, maka permintaan terhadap kayu eboni juga akan meningkat.

48
Demikian halnya dengan penggunaan bahan baku kayu eboni (X2), semakin

meningkat volume penggunaan bahan baku kayu eboni, maka permintaan kayu

eboni akan bertambah. Sedangkan pengaruh harga (X3) terhadap volume

permintaan kayu eboni yaitu semakin tinggi harga kayu eboni, maka permintaan

kayu eboni akan berkurang. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda

diperoleh persamaan:

= 495,101 0,038 X1 0,401 X2 1.266E-8 X3

Berdasarkan persamaan yang diperoleh dari hasil analisis regresi di atas,

diketahui konstanta sebesar 495,101, artinya jika permintaan butsudan (X1),

penggunaan kayu eboni untuk produksi butsudan (X2) dan harga kayu eboni (X3)

nilainya adalah 0, maka permintaan eboni 495,101 m3. Hal ini terjadi karena kayu

eboni merupakan kayu yang langka di industri pemasaran kayu, sehingga

permintaan kayu eboni yang ada di PT. Maruki Internasional Indonesia akan tetap

ada tanpa melihat dari jumlah permintaan butsudan dan volume penggunaan kayu

eboni untuk produksi.

1. Hubungan antara permintaan eboni (Y) dengan permintaan butsudan (X1) yaitu

apabila permintaan butsudan mengalami kenaikan 1%, maka permintaan eboni

() akan menurun sebesar 0,038 %. Terjadi hubungan negatif antara

permintaan butsudan dengan permintaan kayu eboni, semakin naik permintaan

butsudan semakin menurun permintaan kayu eboni. Koefisien korelasi antara

Y dan X1 yaitu dengan nilai 0,241. Hal ini menunjukkan permintaan butsudan

tidak memiliki hubungan yang kuat dengan permintaan kayu eboni.

49
2. Hubungan antara permintaan kayu eboni (Y) dengan penggunaan kayu eboni

untuk produksi butsudan (X2) memiliki hubungan negatif, dalam hal ini setiap

meningkatnya 1% penggunaan kayu eboni, akan menurunkan permintaan kayu

eboni sebesar 0,401 %. Hal ini terjadi karena masih tersedianya stok kayu

eboni, sehingga jumlah penggunaan kayu untuk produksi biasanya melebihi

dari jumlah permintaan kayu eboni. Selain itu, kayu eboni tidak selalu tersedia

di jual karena kayu eboni merupakan kayu yang langka di pasaran. Koefisien

korelasi antara Y dan X1 yaitu dengan nilai 0,221. Hal ini menunjukkan

permintaan butsudan tidak memiliki hubungan yang kuat (memiliki hubungan

yang sangat lemah) dengan penggunaan kayu eboni.

3. Harga kayu eboni (X3) berpengaruh negatif terhadap permintaan kayu eboni.

Semakin meningkat harga eboni, maka permintaan eboni berkurang. Koefisien

korelasi antara Y dan X1 yaitu 0,183. Ini bearti bahwa harga tidak memiliki

hubungan yang kuat terhadap permintaan kayu eboni. Hal ini terjadi karena

perusahaan akan selalu membeli kayu eboni meskipun harganya mahal karena

kayu eboni tidak selalu tersedia dijual (sulit untuk didapatkan).

Nilai R2 yang didapat yaitu 0.105, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh

variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y) sebesar 10,5 % (sangat

rendah), sehingga ada 89,5 % faktor lain yang mempengaruhi dimana faktor lain

tersebut tidak termasuk dalam pengamatan.

Hasil pengujian signifikansi dilakukan untuk megetahui pengaruh dari

masing-masing faktor peubah bebas. Diketahui bahwa tidak ada faktor-faktor

50
yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kayu eboni karena nilai signifikansi

yang diperoleh dari hasil analisis regresi lebih besar dari 0,05.

3. Analisis Faktor Yang Mempangaruhi Permintaan Kayu Ciricote

Kayu Ciricote merupakan jenis bahan baku kayu impor. Permintaan kayu

ciricote dipengaruhi oleh permintaan butsudan, volume penggunaan kayu ciricote

untuk produksi butusdan, harga kayu ciricote, dan nilai tukar rupiah terhadap

dollar. Hubungan antara Permintaan bahan baku kayu ciricote (Y) dengan

permintaan butsudan (X1), yaitu semakin meningkatnya permintaan butsudan,

maka permintaan terhadap kayu ciricote juga akan meningkat. Demikian halnya

dengan penggunaan bahan baku kayu ciricote (X2), semakin meningkat volume

penggunaan bahan baku kayu ciricote, maka permintaan kayu ciricote akan

bertambah. Sedangkan pengaruh harga (X3) dan Kurs (X4) terhadap volume

permintaan kayu ciricote yaitu semakin tinggi harga kayu ciricote dan Kurs, maka

permintaan kayu ciricote akan berkurang. Berdasarkan hasil analisis regresi linear

berganda diperoleh persamaan:

= -40,841 + 0,005 X1 + 2,616 X2 + 0,004 X3 + 0 X4

Berdasarkan persamaan yang diperoleh di atas diketahui konstanta sebesar

-40,841; artinya jika permintaan butsudan (X1), penggunaan ciricote untuk

produksi butsudan (X2), dan harga kayu Ciricote (X3) nilainya adalah 0, maka

permintaan kayu Ciricote -40,841 m3.

1. Hubungan antara permintaan ciricote (Y) dengan permintaan butsudan (X1)

yaitu apabila permintaan butsudan mengalami kenaikan 1%, maka permintaan

ciricote () akan mengalami peningkatan sebesar 0,005 %. Terjadi hubungan

51
positif antara permintaan butsudan dengan permintaan kayu ciricote, semakin

naik permintaan butsudan semakin meningkat permintaan kayu ciricote.

Koefisien korelasi antara Y dan X1 menunjukkan hubungan yang sangat lemah

yaitu dengan nilai 0,174.

2. Hubungan antara permintaan kayu ciricote (Y) dengan penggunaan kayu

ciricote untuk produksi butsudan (X2) memiliki hubungan positif, dalam hal ini

setiap meningkatnya 1% penggunaan kayu ciricote, maka jumlah permintaan

kayu ciricote juga akan meningkat sebesar 2,616 %. Kayu ciricote merupakan

kayu impor sehingga perusahaan akan selalu memesan kayu tersebut melebihi

jumlah perkiraan penggunaan kayu untuk produksi karena akses untuk

mendatangkan kayu sulit. Koefisien korelasi antara Y dan X2 menunjukkan

hubungan yang sangat kuat yaitu dengan nilai 0,939.

3. Harga kayu ciricote (X3) berpengaruh positif terhadap permintaan kayu

ciricote. Semakin meningkat harga ciricote, maka volume permintaan ciricote

juga akan meningkat. Koefisien korelasi antara Y dan X3 yaitu 0,402. Ini bearti

bahwa harga tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap volume permintaan

ciricote. Hal ini terjadi karena perusahaan akan selalu membeli kayu ciricote

meskipun harganya mahal karena dibutuhkan untuk produksi.

4. Koefisien regresi Kurs (X4) adalah 0, yang berarti kurs tidak memiliki pengaruh

terhadap permintaan kayu ciricote. Hal ini terjadi karena perusahaan akan

selalu membeli kayu ciricote meskipun nilai kurs pada saat itu tinggi/rendah

karena kayu ciricote dibutuhkan untuk produksi. Koefisien korelasi antara Y

dan X4 menunjukkan hubungan yang sangat lemah yaitu dengan nilai 0,237.

52
Koefisien regresi (R2) yang didapat yaitu 0,914. Hal ini berarti variabel

bebas (X1, X2, X3, X4) dapat menjelaskan 91,4%, variabel jumlah bahan baku

yang diminta, sedangkan sisanya variasi tersebut dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak termasuk dalam pengamatan.

Hasil pengujian signifikansi dilakukan untuk megetahui pengaruh dari

masing-masing faktor peubah bebas. Diketahui bahwa dari faktor-faktor peubah

bebas yaitu permintaan butsudan, penggunaan kayu Ciricote untuk produksi

butsudan, harga kayu Ciricote, dan nilai tukar Rupiah terhadap Kurs Dollar, yang

berpengaruh nyata terhadap permintaan kayu Ciricote hanya penggunaan kayu

Ciricote dengan nilai signifikansi 0,005.

53
VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Perkembangan permintaan bahan baku butsudan selama tahun 20052013

mengalami fluktuasi dengan total permintaan sebesar 14.871,20 m3 dengan

rata-rata 1.652,36 m3 dan prediksi untuk tahun mendatang (2014-2022)

cenderung meningkat setiap tahun dengan total permintaan 35.743,32 m3 dan

rata-rata 3.971,48 m3.

2. Perkembangan permintaan butsudan selama tahun 2005-2013 rata-rata 6.239

unit dengan total permintaan 56.149 unit dan prediksi untuk tahun mendatang

(2014-2022) cenderung meningkat setiap tahun dengan rata-rata 13.287 unit

dan total permintaan 119.582 unit.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bahan baku butsudan secara umum

pada PT. Maruki Internasional Indonesia yaitu permintaan butsudan, penggunaan

bahan baku untuk produksi butsudan, dan persediaan bahan baku.

B. Saran

Setelah menganalisis perkembangan permintaan bahan baku dan

permintaan butsudan di PT. Maruki Internasional Indonesia maka yang perlu

dilakukan adalah pembelian bahan baku perlu direncakan dengan baik demi

berlangsungnya proses produksi di masa yang akan datang serta perusahaan dapat

beroperasi lebih efisien dimasa yang akan datang.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. 1986. Manajemen Produksi (Pengendalian Produksi). Yogyakarta :


BPFE

Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Bangun, Wilson. 2010. Teori Ekonomi Mikro. Bandung : PT Refika Aditama.

Boediono. 2012. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Erik. 2009. Ternyata Alat Sembahyang Jepang Impor dari Indonesia dalam
http://erikekaputra.blogspot.com/2009/10/ternyata-alat-sembahyang-
jepang-impor.html. [Diakses tanggal 16 Mei 2014].

Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi. 2007. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi
Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Jakarta : Salemba Empat.

Mankiw, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

McEachern, William A. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba


Empat.

Padlinuriaji, I dan Ruhendi. 1983. Penggergajian. Bogor : Fakultas Kehutanan


Institut Pertanian Bogor.

Pratama dan Mandala. 1999. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta

Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo. 2006. Jakarta : PT. Grasindo.

PT. Maruki Internasional Indonesia. 2011. Profile Perusahaan dalam


http://marukiinternasionalindonesia.blogspot.com/2011/09/profile-
perusahaan.html. [Diakses tanggal 16 Mei 2014].

Salvatore, Dominick dan Eugene A. Diulio. 2004. Schaums Outline of Theory


and Problems Of Principles of Economics. Terj. Bartley. Alan. 2004.
Prinsip-prinsip Ekonomi. Jakarta : Erlangga

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

55
Sugiarto dkk. 2005. Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sukirno, Sadono. 2011. Mikro Ekonomi. Jakarta : Rajawali Pers.

Supranto. 2000. Statistik : Teori dan Aplikasi. Edisi keenam. Erlangga: Jakarta.

Triandaru, Sigit. 2000. Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.

UPEKS. 2014. Kondisi Jepang Pengaruhi Permintaan Butsudan. Ujungpandang


Ekspress (online). Tersedia http://www.upeks.co.id/index.php/bisnis/jasa-
dan-keuangan/item/5561-kondisi-jepang-pengaruhi-permintaan-butsudan-
maruki. [Diakses tanggal 15 Mei 2014].

Yamit, Z. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. PT.Ekonisia: Yogyakarta.

56
Lampiran 1. Analisis Kecenderungan Permintaan Bahan Baku Butsudan

Permintaan
Periode 2 3 4
Tahun t t t Y(t) tY(t) t2Y(t)
(t)
(m3)
2005 1 1 1 1 1677.4568 1677.457 1677.457
2006 2 4 8 16 1999.0992 3998.198 7996.397
2007 3 9 27 81 1893.4727 5680.418 17041.25
2008 4 16 64 256 940.6207 3762.483 15049.93
2009 5 25 125 625 1448.7220 7243.61 36218.05
2010 6 36 216 1296 1728.6510 10371.91 62231.44
2011 7 49 343 2401 1444.2050 10109.44 70766.05
2012 8 64 512 4096 1840.6830 14725.46 117803.7
2013 9 81 729 6561 1898.2950 17084.66 153761.9
Jumlah 45 285 2025 15333 14871.20 74653.63 482546.17

= (45)(285) (9)(2025) = -5400

= (45)2 (9)(285) = -540

= (285)2 (9)(15333) = -56772

= (45)(14871,20) (9)(74653,63) = -2678,67

= (285)(14871,20) (9)( 482546,17) = -104623,53

b = (-56772)(-2678,67) (-104623,53)(-5400) = -275,84


(-56772)(-540) (-5400)2
c = (-104623,53) (-275,84)( -5400) = 28,08
(-56772)
14871.20 (275,84)(45) (28,08)(285)
a = = 2142,36
9 9 9

Jadi, Y(t) = 2142,36-275,84t+28,08t2

57
Dengan demikian, hasil peramalan untuk tahun 2014 2020 adalah sebagai
berikut :
2
Y2014 atau Y10 = 2142,36 - (275,84) (10) + (28,08) (10) = 2191.96
2
Y2015 atau Y11 = 2142,36 - (275,84) (11) + (28,08) (11) = 2505.8
2
Y2016 atau Y12 = 2142,36 - (275,84) (12) + (28,08) (12) = 2875.8
2
Y2017 atau Y13 = 2142,36 - (275,84) (13) + (28,08) (13) = 3301.96
2
Y2018 atau Y14= 2142,36 (275,84) (14) + (28,08) (14) = 3784.28
2
Y2019 atau Y15 = 2142,36 - (275,84) (15) + (28,08) (15) = 4322.76

Y2020 atau Y16 = 2142,36 - (275,84) (16) + (28,08) (16)2 = 4917.4

Y2021 atau Y17 = 2142,36 - (275,84) (17) + (28,08) (17)2 = 5568.2


2
Y2022 atau Y18 = 2142,36 - (275,84) (18) + (28,08) (18) = 6275.16

58
Lampiran 2. Analisis Kecenderungan Permintaan Butsudan

Permintaan
Periode 2 3 4
Tahun t t t Y(t) tY(t) t2Y(t)
(t)
(m3)
2005 1 1 1 1 6467 6467 6467
2006 2 4 8 16 6508 13016 26032
2007 3 9 27 81 6511 19533 58599
2008 4 16 64 256 5570 22280 89120
2009 5 25 125 625 4760 23800 119000
2010 6 36 216 1296 6316 37896 227376
2011 7 49 343 2401 6224 43568 304976
2012 8 64 512 4096 6619 52952 423616
2013 9 81 729 6561 7174 64566 581094
Jumlah 45 285 2025 15333 56149 284078 1836280

= (45)(285) (9)(2025) = -5400

= (45)2 (9)(285) = -540

= (285)2 (9)(15333) = -56772

= (45)( 56149) (9)( 284078) = -29997

= (285)( 56149) (9)(1836280) = -524055

b = (-56772)(-29997) (-524055)(-5400) = -752,84


(-56772)(-540) (-5400)2
c = (-524055) (-752.84)( -5400) = 80,84
(-56772)
56149 (752,84)(45) (80,84)(285)
a = = 7443.04
9 9 9

Jadi, Y(t) = 7443,04-752,84t+80,84t2

59
Dengan demikian, hasil peramalan untuk tahun 2014 2020 adalah sebagai
berikut :

Y2014 atau Y10 = 7443.04 - (752,84) (10) + (80,84) (10)2 = 7998.64

Y2015 atau Y11 = 7443.04 - (752,84) (11) + (80,84) (11)2 = 8943.44

Y2016 atau Y12 = 7443.04 - (752,84) (12) + (80,84) (12)2 = 10049.92

Y2017 atau Y13 = 7443.04 - (752,84) (13) + (80,84) (13)2 = 11318.08

Y2018 atau Y14= 7443.04 (752,84) (14) + (80,84) (14)2 = 12747.92

Y2019 atau Y15 = 7443.04 - (752,84) (15) + (80,84) (15)2 = 14339.44

Y2020 atau Y16 = 7443.04 - (752,84) (16) + (80,84) (16)2 = 16092.64

Y2021 atau Y17 = 7443.04 - (752,84) (17) + (80,84) (17)2 = 18007.52

Y2022 atau Y18 = 7443.04 - (752,84) (18) + (80,84) (18) = 20084.08


2

60
Lampiran 3. Tabel Analisis Regresi Permintaan Bahan Baku

Permintaan Bahan Baku Permintaan Penggunaan bahan


Tahun (m3) Butsudan (Unit) baku (m3)
(X1) (X2) (X3)
2005 1677.4568 6467 1809.9543

2006 1999.0992 6508 1582.3717

2007 1893.4727 6511 1498.2208

2008 940.6207 5570 1268.6464

2009 1448.7220 4760 908.2571

2010 1728.6510 6316 1270.8934

2011 1444.2050 6224 1446.5955

2012 1840.6830 6619 1408.8466

2013 1898.2950 7174 1450.1429

61
Lampiran 4. Tabel Analisis Regresi Kayu Nyatoh

Permintaan Permintaan Penggunaan Harga


Tahun Kayu (m3) Butsudan (Unit) Kayu (m3) Kayu/m3 (Rp)
(Y) (X1) (X2) (X3)
2005 1179.68 6165 1166.25 2150000

2006 1238.70 6508 998.68 2600000

2007 1366.87 6511 1027.84 2800000

2008 596.61 5570 878.04 3100000

2009 894.11 4760 719.83 3100000

2010 929.34 6316 905.37 2900000

2011 961.282 6224 1080.74 3050000

2012 1310.95 6619 1025.07 3250000

2013 1346.11 7174 1090.68 3250000

62
Lampiran 5. Tabel Analisis Regresi Kayu Eboni

Permintaan Permintaan Penggunaan Harga Kayu


Tahun Kayu Eboni (m3) Butsudan (Unit) Kayu Eboni (m3) Eboni/ m3 (Rp)
(Y) (X1) (X2) (X3)
2005 156.07 6165 243.1802 16000000

2006 214.21 6508 243.3279 19000000

2007 197.04 6511 196.0376 20500000

2008 125.26 5570 177.6537 20500000

2009 333.23 4760 111.64 38500000

2010 414.51 6316 134.71 27500000

2011 80.57 6224 126.29 30500000

2012 156.72 6619 131.35 37900000

2013 197.87 7174 87.73 43000000

63
Lampiran 6. Tabel Analisis Regresi Kayu Ciricote

Permintaan Permintaan Penggunaan Harga Kurs


Tahun Kayu (m3) Butsudan (Unit) Kayu (m3) Kayu/m3 ($) (Rp)
(Y) (X1) (X2) (X3) (X4)
2005 82.89 6165 30.00 2570 9704.74

2006 70.64 6508 25.40 3350 9159.32

2007 27.87 6511 12.25 2090 9141.00

2008 12.65 5570 9.55 2080 9698.96

2009 18.46 4760 7.72 2150 10389.94

2010 51.528 6316 12.31 2350 9090.43

2011 19.042 6224 6.56 2690 8770.43

2012 21.77 6619 6.17 2770 9386.63

2013 18.45 7174 3.15 2900 12171

64
Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Bahan Baku

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Prm_BhnBaku 1652.356156 330.1766420 9

Prm_Butsudan 6205.22 689.323 9

Pgg_BhnBaku 1404.880967 247.8033372 9

Correlations

Prm_BhnBaku Prm_Butsudan Pgg_BhnBaku

Pearson Correlation Prm_BhnBaku 1.000 .684 .436

Prm_Butsudan .684 1.000 .660

Pgg_BhnBaku .436 .660 1.000

Sig. (1-tailed) Prm_BhnBaku . .021 .120

Prm_Butsudan .021 . .027

Pgg_BhnBaku .120 .027 .

N Prm_BhnBaku 9 9 9

Prm_Butsudan 9 9 9

Pgg_BhnBaku 9 9 9

Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Pgg_BhnBaku, . Enter
a
Prm_Butsudan

a. All requested variables entered.

Model Summary

65
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate

1 .684a .468 .290 278.1243984

a. Predictors: (Constant), Pgg_BhnBaku, Prm_Butsudan

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 408013.834 2 204006.917 2.637 .151

Residual 464119.086 6 77353.181

Total 872132.920 8

a. Predictors: (Constant), Pgg_BhnBaku, Prm_Butsudan

b. Dependent Variable: Prm_BhnBaku

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -382.112 890.719 -.429 .683

Prm_Butsudan .336 .190 .702 1.770 .127

Pgg_BhnBaku -.036 .528 -.027 -.068 .948

a. Dependent Variable: Prm_BhnBaku

66
Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Nyatoh

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Prm_Nyatoh 1091.5169 261.10062 9

Prm_Butsudan 6205.22 689.323 9

Pgg_Nyatoh 988.0556 134.54853 9

Harga 2911111.11 355121.263 9

Correlations

Prm_Nyatoh Prm_Butsudan Pgg_Nyatoh Harga

Pearson Correlation Prm_Nyatoh 1.000 .724 .609 -.175

Prm_Butsudan .724 1.000 .772 -.011

Pgg_Nyatoh .609 .772 1.000 -.402

Harga -.175 -.011 -.402 1.000

Sig. (1-tailed) Prm_Nyatoh . .014 .041 .326

Prm_Butsudan .014 . .007 .489

Pgg_Nyatoh .041 .007 . .142

Harga .326 .489 .142 .

N Prm_Nyatoh 9 9 9 9

Prm_Butsudan 9 9 9 9

Pgg_Nyatoh 9 9 9 9

Harga 9 9 9 9

Variables Entered/Removed

67
Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Harga, . Enter
Prm_Butsudan,
a
Pgg_Nyatoh

a. All requested variables entered.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .743 .553 .284 220.89095

a. Predictors: (Constant), Harga, Prm_Butsudan, Pgg_Nyatoh

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 301424.203 3 100474.734 2.059 .224a

Residual 243964.056 5 48792.811

Total 545388.259 8

a. Predictors: (Constant), Harga, Prm_Butsudan, Pgg_Nyatoh

b. Dependent Variable: Prm_Nyatoh

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -186.321 1117.023 -.167 .874

Prm_Butsudan .292 .208 .770 1.402 .220

Pgg_Nyatoh -.122 1.165 -.063 -.105 .920

Harga .000 .000 -.192 -.505 .635

a. Dependent Variable: Prm_Nyatoh

68
Lampiran 9. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Eboni

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Prm_Eboni 208.3867 104.28301 9

Prm_Butsudan 6205.22 689.323 9

Pgg_Eboni 161.3244 56.58564 9

Harga Eboni 28155555.56 9855469.435 9

Correlations

Prm_Eboni Prm_Butsudan Pgg_Eboni Harga Eboni

Pearson Correlation Prm_Eboni 1.000 -.241 -.221 .183

Prm_Butsudan -.241 1.000 .020 .068

Pgg_Eboni -.221 .020 1.000 -.919

Harga Eboni .183 .068 -.919 1.000

Sig. (1-tailed) Prm_Eboni . .266 .284 .319

Prm_Butsudan .266 . .480 .431

Pgg_Eboni .284 .480 . .000

Harga Eboni .319 .431 .000 .

N Prm_Eboni 9 9 9 9

Prm_Butsudan 9 9 9 9

Pgg_Eboni 9 9 9 9

Harga Eboni 9 9 9 9

Variables Entered/Removed

69
Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Harga Eboni, . Enter


Prm_Butsudan,
a
Pgg_Eboni

a. All requested variables entered.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .324 .105 -.432 124.81024

a. Predictors: (Constant), Harga Eboni, Prm_Butsudan, Pgg_Eboni

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9111.582 3 3037.194 .195 .896a

Residual 77887.984 5 15577.597

Total 86999.566 8

a. Predictors: (Constant), Harga Eboni, Prm_Butsudan, Pgg_Eboni

b. Dependent Variable: Prm_Eboni

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 495.101 681.576 .726 .500

Prm_Butsudan -.036 .066 -.236 -.544 .610

Pgg_Eboni -.401 2.022 -.218 -.198 .851

Harga Eboni -1.266E-8 .000 -.001 -.001 .999

a. Dependent Variable: Prm_Eboni

70
Lampiran 10. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Ciricote

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Prm_Ciricote 35.9222 25.87640 9

Prm_Butsudan 6205.22 689.323 9

Pg_Ciricote 12.5678 9.13129 9

Harga 2550.00 427.697 9

Kurs 9723.6056 1031.71940 9

Correlations

Prm_Ciricote Prm_Butsudan Pg_Ciricote Harga Kurs

Pearson Correlation Prm_Ciricote 1.000 .174 .939 .402 -.275

Prm_Butsudan .174 1.000 .002 .588 .149

Pg_Ciricote .939 .002 1.000 .276 -.339

Harga .402 .588 .276 1.000 .095

Kurs -.275 .149 -.339 .095 1.000

Sig. (1-tailed) Prm_Ciricote . .327 .000 .141 .237

Prm_Butsudan .327 . .498 .048 .351

Pg_Ciricote .000 .498 . .236 .186

Harga .141 .048 .236 . .404

Kurs .237 .351 .186 .404 .

N Prm_Ciricote 9 9 9 9 9

Prm_Butsudan 9 9 9 9 9

Pg_Ciricote 9 9 9 9 9

Harga 9 9 9 9 9

Kurs 9 9 9 9 9

71
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Kurs, Harga, . Enter


Pg_Ciricote,
Prm_Butsudana

a. All requested variables entered.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .956a .914 .827 10.74803

a. Predictors: (Constant), Kurs, Harga, Pg_Ciricote, Prm_Butsudan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4894.625 4 1223.656 10.593 .021a

Residual 462.081 4 115.520

Total 5356.706 8

a. Predictors: (Constant), Kurs, Harga, Pg_Ciricote, Prm_Butsudan

b. Dependent Variable: Prm_Ciricote

72
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -40.841 49.440 -.826 .455

Prm_Butsudan .005 .007 .129 .692 .527

Pg_Ciricote 2.616 .476 .923 5.495 .005

Harga .004 .012 .071 .362 .735

Kurs .000 .004 .012 .078 .942

a. Dependent Variable: Prm_Ciricote

73
Lampiran 11. Foto Proses Produksi Butsudan Pada PT. Maruki Internasional
Indonesia

Foto 1. Pengeringan Bahan Baku

74
Lanjutan Lampiran 10.

Foto 2. Gudang Bahan Baku

75
Lanjutan Lampiran 10.

Foto 3. Tempat Pembuatan Tsukita Pada Factory 0

Foto 4. Hasil Pembuatan Tsukita Pada Faktory 0

76
Lanjutan Lampiran 10.

Foto 5. Kegiatan Pada Factory 1

77
Lanjutan Lampiran 10.

Foto 6. Kegiatan Pada Factory 2

78
Lanjutan lampiran 10.

Foto 7. Kegiatan Pada Factory 3

79
Lanjutan Lampiran 10.

Foto 8. Kegiatan Pada Factory 4

80
Lanjutan Lampiran 10.

Foto 9. Kegiatan Pada Factory 5

81
Lanjutan Lampiran 10.

Foto 10. Factory 6

82
Lampiran 11. Foto Hasil Produksi Butsudan

83
Lanjutan Lampiran 11.

84

Anda mungkin juga menyukai