SKRIPSI
Skripsi ini dengan judul “Aplikasi Media Selektif Mikoorganisme Sebagai Indikator
Cerdas Untuk Memantau Mutu Daging Buah, Dan Sayuran” oleh Dwi Intan
AmaliaRauf dengan Nomor Induk Mahasiswa 432 14 012 dinyatakan layak untuk
diujiankan.
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Kimia
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini dengan judul “Aplikasi Media Selektif Mikoorganisme Sebagai Indikator
Cerdas Untuk Memantau Mutu Daging Buah, Dan Sayuran” oleh Zulfikar. A. R.
dengan Nomor Induk Mahasiswa 432 14 024 dinyatakan layak untuk diujiankan.
Makassar , 11 September2018
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Kimia
iii
HALAMAN PENERIMAAN
Pada hari ini, hari senin tanggal 27 Agustus 2018, tim penguji seminar proposal
skripsi telah menerima hasil seminar proposal skripsi oleh mahasiswa: Zulfikar. A.R.
NIM 432 14 024 dengan judul “Aplikasi Media Selektif Mikoorganisme Sebagai
.
3. M. Yasser, S. Si., M. Si Anggota (...............................)
iv
HALAMAN PENERIMAAN
Pada hari ini, hari senin tanggal 27 Agustus 2018, tim penguji seminar proposal
skripsi telah menerima hasil seminar proposal skripsi oleh mahasiswa: Dwi Intan
Amalia Rauf NIM 432 14 012 dengan judul “Aplikasi Media Selektif Mikoorganisme
Sebagai Indikator Cerdas Untuk Memantau Mutu Daging Buah, Dan Sayuran”.
.
3. M. Yasser, S. Si., M. Si Anggota (...............................)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
Sebagai Indikator Cerdas Untuk Memantau Mutu Daging Buah, Dan Sayuran” dapat
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami.
Banyak rintangan dan kesulitan yang dapat membuat kami menyerah dan patah
pihak, hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
2. Bapak Dr. Ir. Hamzah Yusuf, M.S. selaku Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang
beserta jajarannya.
3. Bapak Wahyu Budi Utomo, HND., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia.
4. Bapak Irwan Sofia, M.Si. selaku Ketua Program Studi Teknologi Kimia Industri.
5. Ibu Dra. Sri Indriati, M.Si. dan Bapak Muh. Yusuf, STP., M.Si sebagai
skripsi ini.
6. Dosen - dosen dan tenaga kependidikan Jurusan Teknik Kimia yang telah membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama mengikuti pendidikan
di Politeknik Negeri Ujung Pandang.
8. Para rekan Pengurus Harian Keluarga Mahasiswa Teknik Kimia Politeknik Negeri
vi
Ujung Pandang periode 2016/2017
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman – teman seperjuangan
Jurusan Teknik Kimia khususnya kelas 4 D-4 dan orang terdekat lainnya yang senantiasa
memberikan dukungan, saran dan semangat kepada penulis.Seperti pepatah “Tak ada
gading yang tak retak”, begitu pulapenulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini dan demi perbaikan pada masa
Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
viii
2.6 Sifat Fisik dan Mekanika Film ...................................................... 15
2.7 Metode Penangkapan .................................................................... 16
2.8 Total Volatile Base Nitrogen (TVBN) .......................................... 16
ix
DAFTAR TABEL
hlm.
Tabel 5Hasil Analisa Uji Sifat Fisik pada Tiap Formula .................... 29
Tabel 7Hasil Pengujian TVBN dan TMA pada Daging dan Ikan....... 36
x
DAFTAR GAMBAR
hlm.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
hlm.
xii
DAFTAR SIMBOL, SATUAN, DAN SINGKATAN
∑c - Jumlah koloni
kgf/mm2 - kilogram force per
- milimiter kuadrat
N/mm2 - newton per millimeter
kgf - kuadarat
kPa - kilogram force
M - kilo Pascal
N - berat sampel (gram)
- koloni/gram
Fp - faktor pengenceran
o
C - derajat Celsius
- -
- ATP Adenosine Triphospate
- ADP Adenosine dipshospate
EMBA Euosin Methylene Blue
- NA Nutrein Agar
- PDA Potato Dextro Agar
- SEB Selenit Enrichment
- Broth
- TPC Total Plat Count
-
-
-
-
-
xiii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 43214012
menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini
yang berjudul “Aplikasi Media Selektif SEB (Selenit Enrichment Broth) dan EMBA
(Eosin Methylen Blue) Sebagai Indikator Untuk Mendeteksi Mutu Daging, Buah dan
Sayuran” merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam skripsi ini.
Jika pernyataan saya tersebut diatas tidak benar, saya siap menanggung risiko yang
xiv
SURAT PERNYATAAN
NIM : 43214024
menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini
yang berjudul “Aplikasi Media Selektif SEB (Selenit Enrichment Broth) dan EMBA
(Eosin Methylen Blue) Sebagai Indikator Untuk Mendeteksi Mutu Daging, Buah dan
Sayuran” merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam skripsi ini.
Jika pernyataan saya tersebut diatas tidak benar, saya siap menanggung risiko yang
Zulfikar. A. R.
NIM 43214024
xv
APLIKASI MEDIA SELEKTIF MIKOORGANISME SEBAGAI
INDIKATOR CERDAS UNTUK MEMANTAU MUTU DAGING
BUAH, DAN SAYURAN
RINGKASAN
xvi
SELECTIVE MEDIA APPLICATIONS OF MICOORGANISM AS INTELLIGENT
INDICATORS FOR MONITORING QUALITY OF FRUIT MEAT, AND
VEGETABLES
SUMMARY
xvii
BAB I. PENDAHULUAN
segar. Dalam hal ini bahan yang akan ditindak lanjuti adalah daging, bayam, dan tomat,
serta pisang dalam kemasan. Indikator cerdasdapat memberikan informasi secara actual
mengenai kondisi produk ikan dan tomat dalam kemasan dibandingkan tanggal
bentuk warna yang berubah sesuai kondisi aktual produk. Adanya penggunaan indikator
cerdaspada ikan dan sayuran untuk mengatasi masalah penjaminan mutu dan
Sintetik ini menjadi informasi yang lebih baik untuk menujukkan penurunan mutu produk
menyebabkan infeksi primer pada usus seperti diare pada anak travelers diarrhea dan
kemampuan menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus.Label cerdas untuk
mendeteksi keberadaan E.coli dapat menggunakan indikator yang dapat berubah warna
secara signifikan.
Pewarna yang digunakan adalah Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) dan Selenite
Enrcrichment Broth (SEB), Media Eosin Methylene Blue Agar ini mempunyai
1
keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk membedakan mikroba yang
eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan warna. Namun demikian, jika
media ini digunakan pada tahap awal, kuman lain bisa juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun
media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli
bakteri gram positif karena golongan Enterobacteriaceae merupakan bakteri gram negatif
dan menekan pertumbuhan enterics gram-negatif yang lain selain Salmonella. L-sistin
digunakan sebagai pengayaan selektif media untuk isolasi Salmonella dari kotoran,
makanan, artikel farmasi. yang diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 derajat celcius.Dan
pada akhir inkubasi didapatkan hasil akhir media yang semula berwarna kuning bening
menjadi keruh yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri dari sampel feses yang
menandakkan pada sampel feses terdapat jenis bakteri golongan Enterobacteriaceae yang
merupakan gram negatif karena pada media ini menekan pertumbuhan bakteri gram
positif. feses pada umumnya mengandung bakteri e.coli karena floranormal pada usus
manusia.
label cerdas sebagai indikatorE.coli yang terbuat dari gliserol, agar bubuk, tapioka, dan
pewarna eosin menghasilkan label indikator tidak tahan air. Warna indikator yang
2
digunakan yaitu pewarna eosin dan pewarna methylene blue. Penelitian label dilanjutkan
oleh Dwirianti (2014), telah menghasilkan formulasi terbaik untuk mendeksi adanya E.coli
dengan menggunakan indikator warna methyil red. Oleh karena itu kami mencoba
Pseudomonas sp?
sayuran?
media pertumbuhan mikroba yaitu Eosin Methylene Blue (EMBA), dan Selenit Enrichment
Broth (SEB) dengan variasi suhu, yaitu suhu ruang 28°C ± 2°C dan suhu dingin 8°C ± 2°C
untuk mendeteksi bakteri E.coli dan pseudomonas, yang diaplikasikan daging, ikan, tomat
bayam.
1) Membuat label indikator bakteri patogen pada daging, buah dan sayuran komersil
3
2) Mengetahui pengaruh konsentrasi EMBA dan SEB terhadap pertumbuhan
Pseudomonas sp.
3) Untuk memberikan informasi secara langsung mengenai kondisi produk pada saat
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum kemasan cerdas (smart packaging) adalah kemasan yang dapat
merasakan dan menginformasikan kondisi produk (Kuswandi et al. 2011). Sementara itu,
menurut Robertson (2006), kemasan cerdas adalah suatu kemasan berindikator yang dapat
diletakkan secara internal maupun eksternal dan dapat memberikan informasi mengenai
keadaan kemasan dan atau kualitas makanan di dalamnya. Adanya indikator tersebut dapat
menggunakan bahan cerdas untuk memberikan informasi kepada pengguna. Contoh dari
5
2.2 Agar Bubuk
Gelidium dan Pterocladia) yang berasal dari rumput laut merah.Agar bubuk adalah
polymer alami yang digunakan sebagai media budaya biologis untuk tumbuhan jamur
atau bakteri dan secara luas digunakan dalam berbagai industri salah satunya adalah
industri pangan.Agar bubuk juga digunakan dalam aplikasi bioteknologi mulai dari
Agar memiliki kerangka glukosa yang terdiri dari dua bolak polisakarida.Agar
kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium (Yumizal 2000).Hal tersebut membuat agar
bubuk telah banyak digunakan pada pembuatan biodigradble, kemasan film, film yang
Agar juga telah banyak digunakan untuk membuat biodegradable film dengan
mencampurkan agar bubuk dengan polimer sintetis lainnya seperti Polibutilena adipate-
co-terephthalate (PBAT) PVA, LDPE, dan polyvinyl alchohol.Shiv Shankar and Jong-
Whan Rhim (2017),menjelaskan bahwa penggunaan agar sebagai bahan pembuatan film
Escherichia coli, atau biasa disingkat E.coli, adalah jenis bakteri dengangenus
Escherichia yang memiliki karakteristik gram negatif, tidak berspora, dapat berkembang
biak dengan cepat, dan memiliki flagella peritrichate (Blackburn etal. 2003). Walaupun
sebagian besar jenis E.coli tidak berbahaya, kontak secaralangsung dengan orang lain
6
E.colidapat menyebabkan diare dan beberapa jenis penyakit lainnya yang dapat
penyakit lainnya. E.coli juga digunakan sebagai salah satu parameter dalam air minum
untuk menunjukkan kontaminasi dari air itu sendiri. Berikut adalah jenis patogen dari
s almonella sp Negatif/25g
Bahan pangan seperti daging memiliki kadar air yang tinggi sehingga mudah
ditumbuhi oleh mikroba. Selain kadar air yang tinggi, kondisi yang mendukung mikroba
untuk tumbuh pada daging adalah ada atau tidaknya oksigen, terutama pada kondisi
aerobik. Keberadaan mikoba pada daging dapat menyebabkan kerusakan sehingga tidak
layak untuk dikonsumsi. Beberapa jenis mikroba yang dapat merusak daging diantaranya
7
Proteus(Rahayu dan Nurwitri, 2012). Salah satu mikroba yang paling mudah tumbuh
pada daging adalah Escherichia coli.Hal ini dikarenakan E.coli dapat tumbuh pada
Daging yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seperti
kontak daging secara langsung dengan udara, air cucian daging yang terkontaminasi. Hal
ini didukung oleh pernyataan oleh pernyataan Rahayu dan Nurwitri (2012) dimana
mikroba dapat merusak daging pada kondisi anaerobik terutama pada saat daging
dikemas vakum.Hal ini dapat terjadi karena bakteri anaerobik dapat menempel pada
patogen yang terdapat pada bahan pangan seperti daging dapat menurunkan kualitas
air minum yang telah terkontaminasi dan juga daging mentah atau susu non pasteurisasi.
Ketiganya merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi tubuh manusia sehingga hal
ini perlu diperhatikan agar konsumen tidak mengalami dampak serius akibat
8
Daging merupakan bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi sehingga mudah
ditumbuhi oleh mikroba. Mikroba yang tumbuh pada daging dapat merusak kondisi
daging menjadi tidak segar sehingga berwarna keabuan dan juga menjadi tidak layak
untuk dikonsumsi. Selain kadar air yang tinggi, kondisi yang mendukung mikroba untuk
tumbuh pada daging adalah ada atau tidaknya oksigen, terutama pada kondisi aerobik.
Beberapa jenis mikroba yang dapat merusak daging diantaranya adalah E.coli,
Daging yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seperti
kontak daging secara langsung dengan udara, air cucian daging yang terkontaminasi
bakteri, dan sistem pengemasan, distribusi, dan transportasi yang tidak sesuai
pernyataan Rahayu dan Nurwitri (2012) dimana mikroba dapat merusak daging pada
kondisi anaerobik terutama pada saat daging dikemas dalam kondisi vakum. Hal ini dapat
terjadi karena bakteri anaerobik dapat menempel pada kemasan dan kemudian
yang berasal dari mikroorganisme patogen atau mikroba beracun telah menjadi perhatian
penting mengenai masalah kesehatan di dunia. WHO (World Health Organization) juga
telah mendefinisikan masalah foodborne disease ini sebagai penyakit yang disebabkan
pada makanan atau pelepasan enzim intra dan ekstra seluler (mengikuti kerusakan sel)
9
pada lingkungan makanan. Salah satu bakteri yang berkaitan dengan pembusukan
Bakteri yang mendekati genus ini mempunyai ciri-ciri morfologi yaitu: warna
koloni agak kekuningan, termasuk bersifat Gram -, dan dalam kelompok sel berbentuk
batang dan lurus dengan ukuran 0,5-1,0 x1,5-5,0 μm. Banyak spesies dapat menguraikan
poli²-hidroksibutirat sambil menyerap karbon yang ada dalam material, bersifat fakultatif,
uji katalase positif dan oksidase negatif, motil, metil red positif, suhu optimum
pertumbuhan pada 30-37℃ dan tumbuh baik pada NaCl 3-7%. Bakteri Pseudomonas sp.
Ada yang bersifat patogen dan ada yang bersifat menguntungkan bagi organisme lain.
terbawa secara alamiah yang potensial untuk bertahan hidup dan/atau yang berasal dari
terbawa secara normal dalam bahan, dapat mencapai 105 hingga 107 CFU (Coloni
Forming Unit), dimana 90% diantaranya adalah bakteri gram-negatif berbentuk batang
menghasilkan spora, berbentuk batang, hampir semuanya bersifat aerobik dan bergerak
et al., 1985).
10
Spesies utama genus Pseudomonas yang berperan dalam pembusukan
buah-buahan dan sayuran. Sedangkan strain proteolitik dan lipolitik dari P. fluorescens,
daging, susu dan ikan. Pembusukan yang disebabkan oleh bakteri ini ditandai dengan
penampakan berlendir atau tampak lembek, berbau serta kerusakan sebagian dan
yang paling sering dikaitkan memiliki peran penting dalam pembusukan makanan asal
1. Suhu
viridflavapektolitik yang
berhubungandenganpembusukanproduksegardapattumbuhpadaproduksegar yang
2. Komposisiatmosferik
Pertumbuhandandayatahanmikrobapembusuksangatdipengaruhiolehkomposisi gas
konsentrasitinggiatau O2
konsentrasirendahdilaporkandapatmenurunkanjumlahPseudomonas.Efekpenghambatan
11
CO2 konsentrasitinggipadapertumbuhanPseudomonas di brokoliterjadipadasuhu 4°C
tetapitidakpadasuhu 10°C.
Aktifitas air merupakan faktor penting yang membatasi daya tahan dan
pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen di makanan atau di lingkungan. Bakteri yang
dengan aw tinggi. Pseudomonas lebih sering dijumpai pada permukaan daging segar,
daging dan sayuran dengan aw tinggi (0,99 atau lebih tinggi). Nilai aw minimal yang
Buah dan sayur dapat tercemar oleh bakteri patogen dari air irigasi yang ter-cemar
limbah, tanah, atau kotoran hewan yang digunakan sebagai pupuk. Cemaran akan
semakin tinggi pada bagian tanaman yang ada di dalam tanah atau dekat dengan tanah.
Mikroba tertentu seperti Liver fluke dan Fasciola hepatica akan berpindah dari tanah ke
selada air akibat penggunaan kotoran kambing atau domba yang tercemar sebagai pupuk.
Air irigasi yang tercemar Shigella sp., Salmonella sp., E.coli, dan Vibrio cholerae dapat
men-cemari buah dan sayur. Selain itu, bakteri Bacillus sp., Clostridium sp., dan Listeria
monocytogenes dapat mencemari buahdan sayur melalui tanah. Namun, penanganan dan
pemasakan yang baik dan benar dapat mematikan bakteri patogen tersebut, kecuali
Hasil kajian tentang tingkat cemaran mikroba pada sayuran disajikan pada, serta
kisaran batas maksimum kontaminasi mikroba pada produk pangan . Tingkat cemaran
mikroba pada beberapa jenis sayuran cukup tinggi. Menurut Sulaeman dan Nisa (2005),
12
tingkat cemaran E. coli pada selada, wortel, dan tomat dari Bogor cukup tinggi, yaitu
5,80 x 101 hingga 1,80 x 103 CFU/g (Tabel 3), padahal persyaratan kontaminasiE. coli
dalam produk pangan harus negatif (Badan Pengawasan Obat dan Makanan 2004).
Warna merupakan salah satu faktor sensori yang mempengaruhi penrimaan produk
pangan (Holinesti, 2009 dalam Indrayani, 2012).Secara visual faktor warna tampil lebih
kesegaran suatu atau kematngan suatu produk.Warna pada bahan dapat diukur dengan
untuk mengukur warna.Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan
13
mengukur komponen warna dalam besaranvalue, hue, dan chroma.Nilai value
menunjukkan gelap terangnya warna, nilai hue mewakili panjang gelombang yang
dominan yang akan menentukan apakah warna tersebut merah, hijau atau kuning,
sedangkan chroma menunjukkan intensitas warna. Ketiga komponen itu diukur dengan
menggunakan alat khusus yang mengukur nilai kromatisitas suatu bahan. Angka-angka
yang diperoleh berbeda untuk setiap warna, kemudian angka-angka tersebut diplotkan ke
Sistem Warna Hunter (Lab) Sistem warna Hunter dikembangkan oleh Hunter tahun
1952. Pengukuran warna dengan metode ini jauh lebih cepat dengan ketepatan yang cukup
baik.Pada sistem ini term penilaian terdiri atas 3 parameter yaitu L, a dan b. Lokasi warna
pada sistem ini ditentukan dengan koordinat L*, a* dan b*. Notasi L*: 0 (hitam); 100
(putih) menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan
hitam. Notasi a*: warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a* (positif) dari 0
sampai +80 untuk warna merah dan nilai –a* (negatif) dari 0 sampai - 80 untuk warna
hijau. Notasi b*: warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b* (positif) dari 0
sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b* (negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru
14
Gambar 2. Diagram Warna L*a*b
suyatma 2009
Sifat mekanik film yang menjadi standar kekuatan darifilm yang umumnya terdiri
dari kuat tarik, elongasi (Yun et al,2009) dan modulus Young (su et al, 2007) biasanya
disebut sebagai sifat perengangan. Kekuatan tarik suatu bahan merupakan gambaran mutu
bahan secara mekanik (Akrom, 2009). Sifat perengangan menunjukkan bagaimana materi
akan bereakasi terhadap gaya yang diterapkan dalam ketegangan. Uji tarik merupakan uji
Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film.
Parameter ini menggambarkan gaya maksimum yang terjadi pada filmselama pengukuran
berlangsung. Hasil dari pengukuran ini sangat erat hungungannya dengan plastisizer yang
ditambahkan pada proses pembuatan film. Penambahan plastisizer lebih dari jumlah
Kuat mulur merupakan perubahan panjang maksimum pada saat terjadi perengangan
besar akan membuat nilai persen pemanjangan suatu filmmeningkat lebih besar (Rahmat,
2017).
15
2.8 Metode penangkapan
suatu tempat.Prinsip metode ini adalah menangkap uap air di permukaan label. Uap
ATP terbentuk karena substrat yang mengandung gugus fosfat berfosforilasi. Gugus
fosfat ditangkap oleh Adenosine diphosphate (ADP) menjadi ATP. Beberapa bakteri
seperti E.coli, Shigella dan Salmonella menghasilkan sistem enzim untuk mengubah
menjadiglukosa dan galaktosa. E.colijuga memiliki enzim sukrase yang dapat memecah
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Proses fermentasi terjadi saat semua gula
terdegradasi dalam bentuk yang lebih sederhana. Hasil fermentasi mengeluarkan asam
organik yang dapat merubah pH media. Media tersebut mengalami perubahan warna
Total Volatile Base (TVB) atau disebut juga basa yang mudah menguap dan
terbentuk dalam otot jaringan ikan yang sebagian besar terdiri atas amonia,
jenis ikan yang satu dengan lainnya atau dengan jenis ikan yang sama. Keadaan dan
jumlah kadar TVB tergantung pada mutu kesegaran ikan. Semakin rendah mutu ikan,
16
maka kadar TVB semakin meningkat. Kenaikan kadar TVB terutama disebabkan oleh
aksi bakteri yang dibuktikan dengan peningkatan jumlah bakteri sebagai parameter
pembusukan ikan.
Komponen utama Total Volatile Base(TVB) adalah NH3, TMA dan DMA.
kandungan TVB dan penilaian organoleptik. TVB dapat dijadikan sebagai indeks
kesegaran ikan semenjak basa volatile terakumulasi dalam daging ikan sampai
dalam tahap akhir pembusukan. Adapun batas penerimaan ikan ditinjau dari
kandungan TVB tergantung pada spesies ikan tersebut, batas penerimaan pada
ikan, yaitu bila mempunyai kandungan TVB sebesar 20-30 mg / 100 g ikan
(Soekarto, 1990).
1. Ikan sangat segar dengan kadar TVBN 10 mgN / 100 g atau lebih kecil;
3. Ikan yang berada pada garis batas kesegaran yang masih dapat dikonsumsidengan
4. Ikan busuk yang tidak dapat dikonsumsi dengan kadar TVBN lebih besar dari
30 mgN / 100 g.
17
BAB 3. METODE PENELITAN
pipet, cawan petri, sudip neracaanalitik, blender, saringan, kain saring, wadah
alumunium, gelas ukur, gelas piala, labu ukur, tabung reaksi, pipet tetes,
styrofoam, plastik pembungkus (warp), dan alat pelindung diri, cawan petri, gelas
piala, magnetic stirer, autoklaf, oven (pengering), inkubator, kompor, hot stirer,
Bahan yang digunakan yaitu agar bubuk, tepung tapioka, gliserol, Xylose
yang digunakan untuk analisis antara lain, aquades, asam asetat, indikator pp, air
bebas ion, NaCl, NaOH, HCl, akuades, etanol 95%, dan alumunium foil, serta
18
kertas pH indikator universal serta aluminium folie dan tisu. alumunium, plat
2 jenis yaitu; (i) agar bubuk + EMBA; (ii) agar bubuk + SEB. Pemilihan film
3) Menimbang agar bubuk sebanyak 2 gram dan tapioka sebanyak 0,5 gram
19
6) Mensterilisasi campuran larutan film dengan autoclavesuhu 121℃ selama
15 menit
7) Menuangkan pada plat kaca dan dikeringkan pada oven dengan suhu 60℃
selama 24 jam.
3) Menimbang agar bubuk sebanyak 2 gram dan tapioka sebanyak 0,5 gram
dan tapioka
15 menit
8) Menuangkan pada plat kaca dan dikeringkan pada oven dengan suhu 60℃
selama 24 jam.
20
3.6 Analisa fisik pada label indikator cerdasASTM D638-02A-2002
kali pengukuran secara acak dan nilai ketebalan dinyatakan dari hasil rata-
rata pengukuran
Untuk mengukur maksimum beban yang dapat ditahan oleh film indikator
sebagai berikut:
2) Memasang sampel pada alat pengukur kekuatan tarik sesuai dengan posisi
3) Melakukan pengukuran kuat tarik dan mulur pada film indikator cerdas
hingga putus.
menggunakan chromatormeter
21
seadangkan a dan b adalah koordinat-koordinat chroma, dimana a untuk
warna hijau (a negetif) sampai merah (a positif) dan b untuk warna biru (b
selama 15 menit
pada label.
22
Gambar 3. Langkah Uji Sensitivitas Label Cerdas Terhadap Pertumbuhan
Eschericia Coli dan Pseuodomonas
petri
5) Menuangkan larutan film yang telah dibuat kedalam cawan petri yang
(±10°C).
23
4) Melakukan pengamatan selama pengujian dengan mengamati adanya
perubahan warna yang terjadi pada indikator cerdas dan kondisi fisik pada
sampel ikan.
dan TPC.
porselin.
𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁 (𝑉1−𝑉2) 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝑀
𝑇𝑉𝐵𝑁 ( 100𝑔𝑟𝑎𝑚 ) = ………….…………………(1)
𝑀
Keterangan :
24
V1 = Volume NaOH 0,01 M yang dibutuhkan untuk titrasi blanko
V2 = Volume NaOH 0,01 M yang dibutuhkan untuk titrasi sampel
M = Berat sampel (gram)
N = Normalitas NaOH (0.01M)
2) Menitrasi dengan NaOH 0.01 M hingga larutan berubah warna dari tidak
porselindalamcawanpetridis.
4) Memasukkansampelkedalamtabungreaksiberisiaquadeststerillaludihomog
enkandenganmenggunakanmikropipet.
25
5) Melakukanpengencerandengandipipet1ml larutankedalamtabungreaksi
8) Melakukanpengamatandanperhitunganjumlahkolonisetelah
masainkubasimenggunakankoloni counter
dandihitungmenggunakanrumus:
1
𝑁 = ∑ 𝐶 × 𝐹𝑃 …………………………………..(2)
Keterangan:
N= jumlahkolonipadasampel (koloni/gram)
M= beratsampel (gram)
26
Bahan pewarna yang digunakan berasal dari media selektif yaitu Eosin
methylene Blue (EMBA) dan Selenit Enrichment Broth (SEB) kedua media ini
yang digunakan terdiri dari agar bubuk, gliserol, tapioka dan EMBA serta SEB.
bakteri dan cendawan (Sagoo et al. 2002).Muatan positif kitosan merupakan hasil
dari protonisasi kelompok fungsional amino yang bereaksi dengan dinding, hal ini
27
metabolisme yang menyebabkan kematian sel (Sebti et al., 2005).Kitosan larut
larutan film yang lebih jernih dan bening.Tapioka mengandung 83% amilopektin
yang menyebabkan pasta menjadi bening dan kecil (Chan, 1983). Tapioka
sifat birefringence granula pati akibat penambahan air dan pemanasan pada waktu
dansuhu tertentu, sehingga granula pati membengkak dan tidak dapat kembali
pada kondisi semula (Winarno, 1997). Bahan yang dipilih untuk pembuatan film
inidapat menghasilkan sifat fisik film yang lebih baik dan sensitif terhadap
EMBA dan SEB. Film terbuat dari agar bubuk sebanyak 2 gram, 0,5 gram tapioka
suhu 60℃ selama 24 jam. Agar bubuk dipilih karena merupakan keturunan dari
polisakarida sehingga membentuk film yang baik. Edible film yang telah
dikeringkan selama 24 jam pada suhu 60 ℃ memiliki warna yang berbeda dan
konsentrasi yang terbaik adalah 1% memiliki karakterisitik film yang sangat terbal
dan mudah di kikis. Film yang telah dibuat dengan pencampuran seluruh bahan
dinyatakan sebagai indikator cerdas yang akan ditempel dalam kemasan produk
pangan yang dapat memberi informasi secara actual pada kondisi produk.
28
4.2 Karakterisasi Sifat Fisik Film Indikator
lembaran film yaitu 0,19 mm. Pengeringan pada suhu 60°C menghasilkan film
yang tipis, sehingga film indikator memiliki nilai ketebalan yang rendah.
matriks film.
Kuat tarik adalah gaya maksimum yang dapat ditahan oleh film. Kekuatan
29
merupakan perubahan panjang maksimum hingga sampel terputus. Hasil
pengujian menunjukan bahwa yang memiliki nilai kekuatan tarik terbesar untuk
sedangkan untuk SEB memiliki nilai kekuatan tarik terbesar pada konsentrasi 1 %
89.9733 N/mm2 dan elongasi sebesar 10.97 %. Nilai kekuatan tarik dan elongasi
film indikator ini cukup tinggi. Nilai gaya tarik dan elongasi yang baik
menghasilkan film yang tidak mudah putus. Salah satu faktor yang mempengaruhi
nilai kekuatan tarik dan elongasi yaitu penambahan gliserol. Gliserol dapat
Gliserol berbentuk cair, kental, tidak berbau, transparan, higroskopis, serta dapat
larut dalam air dan alkohol.Selain itu, gliserol memiliki molekul kecil sehingga
mudah disisipkan di antara rantai polimer (Gontrad et al. 1993). Perbedaan nilai
kuat tari juga terjadi disebakan EMBA memiliki Agar dalam komposisinya
13.500 gram, hal ini mengakibatkan perbedaan kuat tarik dan elongasi dimana
Agar meningkatkan konsentrasi larutan film dan menigkatkan total padatan dan
tingkat penerimaan bahan pangan. Penentuan mutu suatu bahan pangan pada
pada film indikator EMBA dan SEB dilakukan untuk mengetahui kisaran warna
eksterak film indikator yang diperoleh. Pengukuran intensitas warna film indikator
30
diukur dengan menggunakan kromatometer dengan sistem notasi warna Hunter
Hasil yang diperoleh dari kromatometer adalah nilai L*, a*, b*. Dimana L
warna hijau apabila nilai a negatif samapai merah apa bila nilai a positif, b untuk
warna biru apabila nilai b negatif sampai kuning apabila nilai b posotif. Nilai a
memiliki nilai -80 sampai 100.Nilai b memiliki nilai dari -70 sampai
HUE dan nilai chroma. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 6.
Film indikator menghasilkan nilai derajat HUE yang berbeda. EMBA 0,5
% menghasilkan derajat HUE dengan nilai 71.69 dengan kisaran warna orange,
EMBA 1% 50.79 dengan kisaran warna merah dan EMBA 1,5 % dengan kisaran
warna merah dengan nilai 48.33. Untuk SEB 0,5% menghasilkan nilai 147.26,
SEB 1% dengan nilai 147.33, SEB 1,5% dengan nilai 145.93 dengan semua
kisaran warna kuning kehijauan. Dari tabel juga dapat dilihat EMBA 0,5%
31
menghasilkan warna kroma orange dimana hal ini disebabkan karena konsentrasi
EMBA yang sangat sedikit sehingga pada saat pembacaan oleh alat cenderung
label terhadap semua formula terhadap suhu penyimpanan. Sensitifitas film sangat
60
50
32
50
45
40
35
Jumlah Koloni
0
HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5
Waktu
(28±2)℃.Jumlah koloni yang yang tumbuh terus mengalami peningkatan dari hari
ke-1 hingga hari ke-3 dan mengalami penurunan pada hari ke-4 dan ke-
5.Petumbuhan E.colidan pseudomonas pada suhu (8±2)℃ dimulai pada hari ke-1
dan hingga hari ke-4 dan mengalami penurunan pada hari ke-5.E.colidan
pseudomonas tumbuh pada suhu 8-10℃ dan tidak dapat tumbuh pada suhu beku
(Nila, 2011). Dari grafik diatas juga dapat dilihat EMBA memiliki sensitifitas
yang baik dibanding SEB hal ini terjadi dikarenakan EMBA memiliki komposisi
yang lebih kompleks dibanding dengan SEB. Komposisi EMBA terdiri atas
pepton, laktosa, sukrosa, pewarna eosin Y dan metilen biru sedangkan komposisi
33
Kedua media merupakan media selektif EMBA memiliki senstifitas yang
lebih baik dari SEB, tetapi EMBA merupakan media yang diperuntukan untuk
untuk mendeteksi salmonella. Dari hasil grafik diatas dapat dilihat bahwa yang
dengan EMBA sebagai media yang paling baik dalam sensitifitas terhadap
mikroba. Nilai EMBA 1% 50 koloni pada suhu ruang dan 47 koloni pada suhu
dingin untuk E.colidan 36 koloni untuk suhu ruang dan 25 untuk suhu dingin
ruang, dan 28 koloni pada suhu dingin, untuk pseudomonas 46 koloni pada suhu
(a) (b)
(c) (d)
34
Gambar 6 Pertumbuhan Mikoorganisme pada Formula Larutan Film
(a) hari 1 (b) hari 2 (c) hari 4 (d) hari 6
dioven dengan suhu 60℃ sehingga menghasilkan film yang tipis, kering, dan
(ADP) menjadi ATP. Bakteri seperti E.coli mampu menghasilkan sistem enzim
yang mampu mengubah asam piruvat menjadi asam. E.coliadalah bakteri yang
bersifat anaerob fakultatif yang mampu melakukan proses fermentasi suatu zat
merupakan emisi gas etil/metil ester, komponen sulfida, pemecahan asam lemak
rantai pendek, dan protein oleh lipase dan protease hingga menghasilkan
ammonia, H2S, indol dan senyawa-senyawa amin seperti diamin kadaverin dan
putresin (Siagian 2002; Doyle 2007), serta beberapa volatile sulfide misalnya,
35
metilmerkaptan (CH3SH) dan dimetil sulfida (CH3) 2S, keton, ester, dan aldehida
ikan, bayam, dan tomat yang diletakkan didalam sterofoam yang dibungkus
dengan plastik wrap dan ditutup rapat untuk mencegah senyawa yang mudah
menguap. Label indikator cerdas yang telah dibuat ditempelkan didalam kemasan
mennghapadap ke daging, ikan, bayam, dan tomat. Adapun hasil dari pengujian
nilai TVBN, TMA, pada sampel daging dan ikan dapat diilihat pada tabel 6,
sedangkan untuk hasil dari pengujian nilai TPC pada sampel daging, ikan, bayam,
Tabel 7.Hasil Pengujian TVBN dan TMA Pada Daging dan Ikan
36
Tabel 8.Hasil Pengujian TPC Pada Daging, Ikan, Bayam, dan Tomat
parameter yang menjadi titik pengamatan, yaitu perubahan warna pada indikator
cerdas, penentuan kadar TVBN, TMA, dan TPC yang di amati setiap terjadi
37
perubahan warna pada masing-masing suhu penyimpanan. Dari tabel 6 dan tabel
tabel 8 dapat dilihat dari kondisi awal nilai untuk daging sapi diperoleh 2,34 mg
N/100 g dan TPC 10, 64 x 104.Ikan diperoleh 8,86 mg N/100 g dan TPC 70,58 x
104 untuk bayam 7 x 104dan untuk tomat TPC 41,54 x 104. Dari nilai TPC pada
kondisi awal yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah E.coli yang terdapat
pada produk masih sedikit dan belum terdeteksi oleh label indikator.
Penentuan nilai TVBN, TMA, dan TPC dilakukan setiap selang dua hari
untuk melihat perubahan warna pada indikator cerdas. Untuk nilai TVBN pada
suhu ruang diperoleh untuk daging 34,24 mg N/100g dan ikan 36,26mg N/100g
untuk suhu dingin (10℃) diperoleh nilai TVBN untuk daging 32,26 mg N/100g
dan ikan 34,97 Pada suhu ruang (28℃) diperoleh nilai akhir TPC pada daging sapi
326 x 104 ikan 444,83 x 104 bayam 411 x 104 dan tomat 386, 63 x 104 untuk suhu
dingin (10℃) diperoleh nilai TPC 333, 30 x 104 ikan 339,47 x 104 bayam 411,x
104 dan tomat 276,69 x 104 dengan perubahan pada label terdapat bintik putih dan
uap fermentasi pada label dari hasil tersebut memperlihatkan sampel yang telah
didiamkan pada hari ke 6 sudah rusak dilihat dari nilai TVBN dan TPC yang
dimana terdapat bintik putih pada label.Hal ini juga dapat dilihat dari penampakan
daging maupun sayuran yang sudah berlendir dan bau serta pada sayuran yang
1. Ikan sangat segar dengan kadar TVBN 10 mgN/100 g atau lebih kecil;
38
2. Ikan segar dengan kadar TVBN sebesar 10-20 mgN/100 g;
3. Ikan yang berada pada garis batas kesegaran yang masih dapat dikonsumsi
4. Ikan busuk yang tidak dapat dikonsumsi dengan kadar TVBN lebih besar
dari 30 mgN/100 g.
Sedangkan pada daging sapi peningkatan nilai TMA juga menjadi indikasi
timbulnya warna karena adanya pigmen yang dihasilkan oleh mikroba Balia
(2010), dalam Syah (2011), dengan meningkatnya nilai TMA maka warna pada
daging juga makin pucat, hal ini sejalan dengan kadar TMA yang ditunjukkan
pada tabel 7 dan 8 dimana nilai TMA semakin meningkat diikut dengan
perubahan warna pada daging maupun ikan pada awal pengujian kadar TMA pada
suhu ruang daging 3,24 dan pada akhir masa penyimpanan 12,15 sedangkan pada
TMA 10,03 sedangkan pada ikan 2,95 dan pada akhir penyimapanan kadar
TMA10,61. Pada bayam dan tomat tingkat kerusakan pada sayuran terus
kandungan nutrisi serta kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara.
Pada saat proses umur simpan, suhu mempengaruhi kondisi disekitar produk
sehingga respirasi juga berlangsung lebih cepat sebaliknya dengan suhu yang
39
yang menjadi nutrisi mikorba berjalan lebih lambat, akibat dari proses proses
respirasi yang cepat dikarenakan suhu yang tinggi misalanya suhu ruang
sayur dan buah diakibatkan pseudomonas penyebab penyakit busuk lunak pada
sayuran yang mampu menghasilkan enzim yang mampu melunakkan jaringan dan
tidak perlu menginfeksi lewat perlukaan bentuk kerusakan lain yang disebabkan
pseudomonas bahan jadi lunak, lembek kapang abu-abu dan timbulnya bintik
eosine dan metilen biru sekitar 6:1. Sukrosa ditambahkan kedalam media sebagai
mengambil warna pada kompleks metylene blue dan eosin saat pH turun. Pewarna
kompleks diserap kedalam koloni dengan adanya pewarna eosin dan Metilenbiru
40
Salmonella dan Shigella tidak dapat tumbuh pada hal ini disebabkan pewarna
dimana warna pada label terdapat koloni berwarna putih. Label ini dapat
digunakan untuk memonitoring kesegaran pada daging, ikan, sayur, dan buah ,
(28°C)
Daging
(10°C)
41
(28°C)
Ikan
(10°C)
(28°C)
Bayam
(10°C)
Tomat (28°C)
42
10°C)
mikroorganisme pada bahan pangan harus disesuaikan dengan standar yang berlaku.
43
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisa dan pengamatan yang telah dilakukan, serta pengolahan
1. Label indikator EMBA dan SEB yang dibuat dari media selektif dapat mendeteksi
2. bakteri patogen yang terdapat pada bahan daging, ikan, tomat dan sayuran bayam,
yang ditandai oleh adanya perubahan warna dan mikroorganisme yang melekat
pada label.
dengan agar bubuk 2% tapioka 0,5% dan gliserol 1% adalah yang terbaik
4. Respon label indikator cerdas dalam mendeteksi kerusakan daging ikan, bayam,
dan tomat cukup baik karena memerlukan waktu sekitar 72 jam sampai 96 jam
yang untuk mendeteksi kerusakan pada produk pangan, ditandai perubahan warna
merah mewakili kondisi yang cukup baik dan bintik putih yang menandakan
5.2 SARAN
Perlunya dilakukan kajian tentang label indikator dari bahan media selektif
beragam.
44
DAFTAR PUSTAKA
Chan HT. 1983. Handbook of Tropical Foods. New york. Marcel Dekker Inc.
Gontrad N, Gulibert S, Cuq JL. 1993. Water and glycerol as plasticizers affect
mechanical and water vapor barrier properties of an ediblewheat film.
Journal of Food Science. 58: 206-211.
Giménez B. et al. 2013. Release of active compounds from agar and agaregelatin
films with green tea extract. Madrid, Spain.. Institute of Food Science,
Technology and Nutrition
45
Hasnedi YW. 2009. Pengembangan kemasan cerdas (smart packaging) dengan
sensor berbahan dasar kitosan-asetat, polivinil alkohol, dan pewarna
indikator bromthymol blue sebagai pendeteksi kebusukan fillet ikan
nila. [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Teknologi Hasil Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Kumar, M. R., Muzzarelli, R., Muzzarelli, C., Sashiwa, H., & Domb, A.
J. (2004). Chitosan chemistry and pharmaceutical
perspectives. Chemical reviews, 104(12), 6017-6084.
Kerry JP, Day BPF, Lagaron JM, OcioMJ, Hogan SA et al. 2008. Smart
packaging technologies. UK: John Wiley & Sons Ltd.
Mao Bosi et al. 2016. Heat-induced aging of agar solutions: impact on the
structural and mechanical properties of agar gels. France. Universit´e
Bordeaux, Centre de Recherche Paul Pascal
Nila. 2011. Escherichia Coli [Internet]. [di unduh 2013 Jun 7] Tersedia pada
http://nillaaprianinaim.wordpress.com/2011/06/25/ escherichia-
coli/
46
Soekarto, S. (1990). Dasar Pengawetan dan Standarisasi Mutu Bahan Pangan
Departemen Perikanan dan Kelautan. Dirjen Perguruan Tinggi Antar
Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor, 350.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Umum.
Wolfe, J., Darling, S. M., Erickson, R. P., Craig, I. W., Buckle, V. J., Rigby, P. W.
J., & Goodfellow, P. N. (1985). Isolation and characterization of an
alphoid centromeric repeat family from the human Y chromosome. Journal
of molecular biology, 182(4), 477-485.
47
48
Lampiran 1. Perhitungan
Tabel 10. Data Analisa Hasil Penentuan chroma dan derajat HUE
KONSENTRASI L* a* b*
EMBA 0,5% 35.88 2.26 1.97
EMBA 1% 33.26 4.24 2.36
EMBA 1,5% 34.76 7.45 3.91
SEB0,5% 37.16 -0.20 2.03
SEB 1% 36.56 -0.22 2.25
SEB 1,5% 39.50 -0.29 2.59
C = (𝑎2 + 𝑏 2 )1/2
1
= (2.262 + 1.972 )2
= 3.00
𝑏
°𝐻𝑈𝐸 = 𝑡𝑎𝑛−1
𝑎
1.97
= 𝑡𝑎𝑛−1
2.26
= 71.69
49
b. Penentuan Kadar TVBN
𝑚𝑔 𝑁 (𝑉1 − 𝑉2) 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝑀
𝑇𝑉𝐵𝑁 ( )=
100𝑔 𝑀
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
(15,1 − 14,3)𝑚𝐿 𝑥 0,0106 𝑥 14,007
𝑚𝐿 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
= 𝑥 100
5,0451 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2,34 𝑚𝑔 𝑁⁄100 𝑔
50
Tabel 12. Kadar TVBN Sampel Pada Daging dan Ika
Tabel 13. Data Analisa Hasil Penentuan Kadar TMA Pada Daging dan Ikan
51
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑔 𝑁 1,1𝑚𝐿 𝑥 0,0106 𝑚𝐿 𝑥 14,007 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
𝑇𝑀𝐴 ( )= 𝑥 100
100𝑔 5,0347 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 3,24 𝑚𝑔 𝑁⁄100 𝑔
52
Tabel 15. Jumlah koloni masing – masing sampel (koloni/gram) Pada
Daging , Ikan, dan Sayuran
1
𝑐 𝑥 𝑓𝑝
7𝑥
1
10−4
𝑁= =
𝑀 1,0211 𝑔𝑟𝑎𝑚
53
Tabel 16. Jumlah koloni masing – masing sampel (koloni/gram) Pada
Daging , Ikan, dan Sayuran
Bahan Suhu Warna Indikator Jumlah Koloni
Penyimpanan Cerdas
Suhu Ruang Merah 11 x 104
Daging (28°C) Merah 186 x 104
Putih 326 x 104
Merah 11 x 104
Suhu Dingin Merah 151 x 104
(10°C) Putih 333 x 104
Suhu Ruang Merah 71 x 104
Ikan (28°C) Merah 166 x 104
Putih 445 x 104
Merah 71 x 104
Suhu Dingin Merah 106 x 104
(10°C) Putih 340 x 104
Suhu Ruang Merah 7 x 104
Bayam (28°C) Merah 284 x 104
Putih 411 x 104
Merah 7 x 104
Suhu Dingin Merah 106 x 104
(10°C) Putih 411 x 104
Suhu Ruang Merah 42 x 104
Tomat (28°C) Merah 295 x 104
Putih 387 x 104
Merah 42 x 104
Suhu Dingin Merah 131x 104
(10°C) Putih 277 x 104
54
Lampiran 2. Diagram Alir Pembuatan Label Indikator Cerdas Dengan
Media EMBA
Aquadest
Agar bubuk 2 g Tapioka 0,5 gram
Larutan film
55
Lampiran 3. Diagram Alir Pembuatan Label Indikator Cerdas DenganMedia SEB
Aquadest
Agar bubuk 2 g Tapioka 0,5 gram
56
Lampiran 4. Diagram Alir Penelitian
Bahan baku
Agar bubuk + EMB,
Agar bubuk + SEB
Indikator cerdas
Variasi suhu
Analsa respon
penyimpanan suhu
indikator cerdas pada
ruang ±28 dan suhu
daging, ikan, bayam,
dingin ± 8
dan buah
57
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
58
Aplikasi dengan Metode Penangkapan Penentuan Formula Terbaik
Kondisi Daging pada suhu ruang (Bintik Putih) Kondisi Awal Ikan (merah)
59
Kondisi Ikan pada suhu ruang Kondisi Ikan Pada Suhu Ruang
(Bintik Putih) (Bintik Putih)
60
Kondisi Tomat Pada Suhu Ruang Kondisi Bayam pada suhu ruang
(Bintik Putih) (Bintik Putih)
Hasil sentrifuge
Proses sterilisasi
61
Mikroba Pada kondisi Mikroba Pada suhu ruang
awal (warna Indikator cerdas
merah)
62
4
63
64
65