ii
KARAKTERISTIK KLINIKOPATOLOGI DAN
MUTASI EGFR PADA PASIEN KARSINOMA PARU
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
DENPASAR TAHUN 2018 - 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. I Gusti Ayu Sri Mahendra Dewi, Sp.PA(K) dr. Ni Made Mahastuti, M.Biomed, Sp.PA
NIP. 19650201 199601 2 001 NIP. 19810915 200912 2001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
iii
Halaman Penetapan Panitia Penguji Usulan Penelitian
Usulan Penelitian Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji
pada Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
pada Tanggal 12 November 2019
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Elective Study Tahap
II ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI........................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
vi
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................35
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Adenocarcinoma.................................................................................7
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
dan terjadi pada negara-negara berkembang dan negara miskin. Hal ini erat
berkembang mengenai kanker yang masih rendah dibandingkan pada negara maju.
Selain itu pola hidup masyarakat dan fasilitas yang tersedia di negara-negara miskin
juga tidak sebaik masyarakat negara maju serta belum terbentuknya kebiasaan
memasuki usai lanjut. Penyakit kanker juga disebut sebagai penyakit mahal karena
penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 adalah
sebesar 1,4‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Jenis kanker yang paling
sering terdiagnosis adalah jenis kanker paru (1,82 juta kasus), kanker payudara
(1,67 juta kasus), dan kanker kolorektal (1,36 juta kasus). Menurut Komite
dari seluruh diagnosis kanker di dunia dan merupakan jenis kanker dengan
tertinggi akibat kanker pada laki-laki. Peningkatan jumlah penderita kanker paru
terjadi di Australia dari 5.951 kasus pada tahun 1982 menjadi 11.174 kasus pada
1
2
tahun 2013 dan akan meningkat seiring pertambahan usia. Menurut WHO
peningkatan kanker paru ini akan meningkat hingga 78% pada tahun 2025.
yang disebabkan. Menurut WHO (2018), jumlah kematian yang disebabkan oleh
kanker paru adalah 1.69 juta dari jumlah kematian yang disebabkan kanker yaitu
sebanyak 8.8 juta jiwa pada tahun 2015. Angka kematian pasien karsinoma paru di
Australia juga meningkat dari 2.883 pada tahun 1968 menjadi 8.251 ditahun 2014.
Faktor risiko utama dari kanker paru adalah akibat paparan terhadap asap
rokok. 80%-90% kasus kanker paru memiliki hubungan erat dengan pola hidup
sebagai perokok aktif, meskipun hanya 10%-15% perokok aktif yang terkena
prevalensi perokok di Indonesia mengalami peningkatan dari 27% pada tahun 1995
menjadi 36,3% pada tahun 2013 yang berarti tiap 3 laki-laki Indonesia terdapat 2
perokok aktif. Angka kesakitan dan kematian akibat kanker paru meningkat
sebanding dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari, usia saat mulai merokok,
dalamnya hisapan, lama kebiasaan merokok dan tingginya zat karsinogen dalam tar
pada asap rokok. Asap rokok ini tidak hanya berefek pada perokok aktif tetapi juga
pada orang yang berada pada lingkungan yang terpapar asap rokok. Menurut
American Cancer Society, kemungkinan terkena kanker paru adalah 1:15 untuk
70 tahun dengan jenis kasus terbanyak adalah karsinoma paru. (Latimer dan Mott,
pada pasien dengan usia lanjut. Hal ini menyebabkan sulitnya meningkatkan
harapan hidup pada pasien karsinoma paru adalah kedua terendah yakni 15%.
Non-Small Cell Lung Cancer oleh peneliti, juga dikembangkan obat yang memiliki
target spesifik terhadap perubahan ini yang disebut terapi target yang saat ini paling
sering digunakan pada kasus kanker berat dan digunakan sebagai monoterapi atau
Tingginya angka kejadian karsinoma paru pada berbagai usia dan jenis
kelamin, serta perkembangan terapi pasien karsinoma paru khususnya pada NSCLC
khususnya di Bali yaitu studi epidemiologi karsinoma paru di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah (RSUP Sanglah) Denpasar. Rentang waktu data yang diteliti adalah
klinikopatologi yang terdiri atas usia, jenis kelamin, lateralisasi, serta tipe
sitopatologi dan karakteristik mutasi gen EGFR. Studi epidemiologi ini diharapkan
dapat berguna dalam bidang Pendidikan maupun bidang kesehatan di masa yang
akan datang.
4
2018 – 2019?
klinikopatologi dan mutasi EGFR pasien karsinoma paru dari 1 Januari 2018 hingga
akibat kanker.
TINJAUAN PUSTAKA
secara tidak terkontrol dan mengabaikan sinyal perintah pembelahan sel. Pada
umumnya pengaturan pembelahan dan proliferasi sel dilakukan oleh materi genetic
dari sel tersebut, namun pada sel kanker telah terjadi mutasi materi genetik sel yang
Kanker dapat terjadi di sel epitel yang disebut sebagai karsinoma paru, dan jenis
Secara umum terdapat dua subtipe utama dari karsinoma paru yaitu small
cell lung carcinoma dan non-small cell lung carcinoma. Selanjutnya NSCLC dibagi
lagi menjadi 3 tipe, yakni Squamous Cell Carcinoma, Adenocarcinoma, dan Large
tumours, tumor yang berasal dari ektopik dan tumor yang bermetastasis. Karsinoma
6
7
Carcinoma(14%), Large Cell Carcinoma (3%) dan jenis lainnya (25%). (Robbin
ROS1,RET, NTRK1, dan NRG1. Diantara mutasi tersebut EGFR dan ALK
invasi adalah jenis adenocarcinoma dengan ukuran ≤3 cm dengan pola lepidic dan
invasi ≤5 mm. Pada umumnya jenis karsinoma ini tidak bermusin dan biasanya
dari pneumosit tipe II yang mengelilingi dinding alveolar dan bronkiolus respirasi.
Pertumbuhannya terbatas pada sel neoplastis tanpa adanya invasi pembuluh darah,
menunjukkan keratinisasi dan / atau jembatan inter seluler, atau NSCLC yang
karsinoma dapat menunjukkan adanya keratin atau tanpa keratin. Karsinoma sel
atau tanpa jembatan intrasel, Squamous Cell Carcinoma juga dapat terjadi pada sel
basal dengan epitel malignan berdiferensiasi yang muncul sebagai proliferasi sel
kecil lobular dengan pagar perifer yang terdiri atas banyak lapisan sel. Selnya kecil,
vesicular dan dengan atau tanpa nucleoli fokal. Karsinoma sel skuamosa in situ
adalah lesi dysplasia yang muncul dari epitel bronkus sebagai respon terhadap
hilangnya sel goblet yang normal dan tipe sel bersilia. (WHO, 2015)
(SCC) dan Large Cell Neuroendocrine Carcinoma. Small Cell Carcinoma (SCC)
adalah tumor epitel ganas yang terdiri atas sedikit sitoplasma dan batas sel yang
sulit dilihat. Sel berbentuk lingkaran, oval, atau berbentuk sel spindle. Nekrosis luas
9
NSCC lainnya, seperti adenocarcinoma, squamous cell carcinoma, dan large cell
carcinoma. SCLC biasanya berbentuk massa perihilar besar. Nekrosis dan histosit
berbusa akan tampak sebagai latar belakang. Bentuk rosett juga akan tampak. Sel
pada umumnya berukuran kecil dengan anak inti lingkaran, oval, dan berbentuk
spindle. Sitoplasma yang sedikit mengelilingi anak inti, dengan bentuk inti tidak
2015)
menjadi tipikal dengan karakter tumor kurang dari 2 mitosis per 2 mm 2, tidak
disertai dengan nekrosis, dan berukuran lebih dari 0.5 cm, sedangkan karsinoid
atipikal adalah tumor dengan 2 hingga 10 mitosis per 2 mm 2, dan disertai dengan
pseudoglandular sera folikular. Sel tumor biasanya terlihat seragam dengan bentuk
polygonal. Pada jenis tumor ini juga terdapat lesi non-invasif yakni diffuse
umum dari sel neuroendokrin yang dapat terjadi pada mukosa jalur napas dan
Large Cell Carcinoma (LCC) adalah NSCLC yang tidak berdiferensiasi dan
anak inti massive dan prominen, serta sitoplasma yang jumlahnya sedang. LCC
Sel karsinoma berukuran besar, berupa massa solid, dengan nekrosis dan jarang
dan/atau sel raksasa atau karsinoma yang hanya terdiri atas sel spindle dan sel
raksasa. Apabila tumor hanya terdiri atas sel spindle tanpa diferensiasi elemen
karsinoma maka disebut sebagai spindle cell carcinoma, sedangkan bila hanya
mengandung sel raksasa maka tanpa diferensiasi elemen karsinoma maka disebut
terjadi ditandai dengan pola pertumbuhan syncytial, nucleus vesicular besar dan
agresif ditandai dengan adanya penyusunan ulang gen protein nuklear di testis.
(WHO, 2015)
berada pada parenkim perifer paru namun juga dapat ditemukan dibagian pusat.
Tumor pada bagian perifer akan menunjukkan adanya luka. Umumnya karsinoma
adenoskuamosa memiliki stadium T yang lebih tinggi. Lebih dari separuh pasien
sitologi memiliki tiga tipe sel yakni sel glandular dengan eccentric nuclei,
sitoplasma halus dan batas yang tidak jelas, sel intermediet berbentuk kecil, bulat,
dengan kromatin seimbang, serta sel squamoid dengan sitoplasma dense dan batas
12
sel jelas. Sedangkan adenoid cystic carcinoma secara sitologi memiliki pola
mikroasinar tiga dimensi dengan globulus opaque warna merah muda hingga pucat.
Papilloma dapat terjadi pada sel skuamous dan sel kolumnar (glandular).
yang longgar dilapisi oleh epitel skuamous berlapis. Tumor exophytic memiliki
epitel maturase dan permukaan sel berkeratin. Sedangkan papilloma sel kolumnar
memiliki gambaran inti stromal dengan tulang hyalin atau vaskular dengan dilapisi
epitel. Epitel kolumnar berlapis atau berlapis semu dapat membentuk tufts. (WHO,
2015)
Sclerosing pneumocytoma ditandai dengan adanya dua tipe sel yakni sel permukaan
13
kuboidal dan sel bulat stromal yang dianggap neoplastik. Adenoma alveolar
yang menandai alveoli. Papillary adenoma ditandai dengan struktur papiler berisi
detandai dengan kista lokal berisi musin, sedangkan mucous gland adenoma
ditandai dengan nodul exophytic diatas tulang kartilago dari dinding bronkial.
mesenkimal dan jaringan neurogenic. EGFR termasuk dalam kelompok gen erbB
yang berhubungan dekat dengan beberapa reseptor tirosin kinase diantaranya erbB1
(EGFR), erbB2 (HER2), erbB3, dan erbB4. Meskipun memiliki struktur dasar yang
sama namun setiap reseptor memiliki sifat dan variasi aktivitas tirosin kinase yang
Pada kondisi normal, ketika berikatan dengan ligan spesifik, EGFR akan
menyebabkan transduksi sinyal oleh berbagai jalur dengan hasil berupa proliferasi
sel atau pemeliharaan sel dengan menghambat apoptosis. Mutasi DNA pada EGFR
dapat terjadi pada regio corresponding pada porsi ekstrasel dan intrasel dari protein.
Pada NSCLC terdapat ekspresi berlebihan dari EGFR yang disebabkan oleh
mutasi domain tirosin kinase. Mutasi gen EGFR ditemukan pada 16% hingga 62%
dari seluruh kasus NSCLC, sedangkan terdapat mutasi EGFR pada 10-15% dari
14
pasien adenokarsinoma, serta 8.8% pada pasien karsinoma sel skuamosa. (Zappa
and Mousa, 2016; Ho et al., 2019) Mutasi EGFR pada pasien adenokarsinoma lebih
sering terjadi pada pasien yang tidak merokok serta perokok ringan. Umumnya
mutasi pada domain tirosin kinase berupa delesi pada ekson 19 dan L858R atau
mutasi poin pada ekson 21, dimana mutasi dibagi menjadi tiga tipe, yaitu
hingga enam asam amino (E746 hingga S752) pada exon 19.
hingga 21.
c. Class III dimana mutasi berupa duplikasi dan/atau insersi yang terjadi pada
exon 20.
salinan gen EGFR berupa amplifikasi atau polisomi yang tinggi yang dikaitkan
dengan respon yang lebih baik pada inhibitor tirosin kinase (TKI). Meskipun
salinan gen, namun beberapa kasus hanya menunjukkan salah satu. Penelitian
salah satu metode terapi dengan target memberikan peningkatan survival rate pada
EGFR. Pengobatan dengan gefinitib dan erlonitib diberikan sebagai lini pengobatan
kedua atau ketiga pada kasus karsinoma paru berat. Mutasi EGFR intrasel pada
et al., 2010) Resistensi sekunder terhadap EGFR inhibitor dapat terjadi akibat
mutasi somatic pada EGFR (mutasi T790M) atau akibat amplifikasi dari proto-
2.3. Epidemiologi
Jumlah kasus dan angka kematian karena kanker paru sudah meningkat
secara tetap sejak tahun 1930 akibat kebiasaan merokok. Dalam 100 tahun terakhir,
kanker paru yang sebelumnya merupakan penyakit langka menjadi penyakit global.
Jumlah kejadian kanker paru mencapai 13% dari seluruh diagnosis kanker.
Karsinoma paru adalah jenis karsinoma yang paling banyak diderita laki-laki
didunia, dan keempat paling sering diderita perempuan didunia. Berdasarkan usia,
karsinoma paru umumya terjadi pada laki-laki berusia diatas 50 tahun dengan
kejadian paling tinggi pada usia 60 hingga 70 tahun. Karsinoma paru jarang
Kasus kanker paru pada laki-laki terbanyak terjadi di Amerika Utara, Asia
Timur, Eropa Tengah, Eropa Timur, dan Eropa selatan, sedangkan kasus kanker
paru pada perempuan banyak terjadi di Amerika Utara dan Eropa Timur. (Ridge
dkk., 2013) Berdasarkan tipe karsinoma, Small Cell Lung Cancer 17%-34% terjadi
sebanyak 10%-30% pada perempuan dan 30%-55% pada laki-laki. (Barrera and
hingga 2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan
keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) dan penyebab kematian akibat
kanker terbanyak pada pria (28,94%). Sedangkan, angka kasus baru kanker paru
meningkat lebih dari lima kali lipat dalam 10 tahun terakhir dengan sebagian besar
pasien datang pada stadium lanjut (IIIB atau IV) dan jumlah kasus yang terjadi
mencapai lebih dari 1000 kasus pertahun di Rumah Sakit Umum Pusat
2.4. Etiologi
adanya peningkatan fungsi mutasi onkogenik, seperti sinyal growth factor receptor
yang termasuk mutasi dari gen yang mengkode reseptor tirosin kinase seperti
EGFR, ALK, ROS, MET dan RET yang juga termutasi dalam kanker jenis lainnya.
Jenis karsinoma tanpa mutasi gen EGFR umumnya memiliki mutasi pada gen
KRASnya.
tumor suppressor. Hilangnya gen ini khususnya gen yang memiliki 3p, 9p (bagian
dari gen CDKN2A), dan 17p (bagian dari gen TP53) adalah awal perubahan sel
menjadi sel karsinoma. Mutasi TP53 adalah yang paling banyak terjadi pada
karsinoma sel skuamosa. Gen TP53 dapat dideteksi dengan penanda, yakni protein
17
p53 sehingga ketika terjadi ekspresi protein p53 secara berlebih, kemungkinan
terdapat dysplasia ataupun karsinoma. Squamous cell carcinoma juga dapat terjadi
cyclin dependant kinase CDKN2A, serta amplifikasi FGFR1 dimana FGFR1 adalah
gen yang mengkode fibroblast growth factor receptor tyrosine kinase. SCC adalah
jenis karsinoma yang memiliki hubungan paling kuat dengan rokok. Karsinoma sel
kecil disebabkan karena hilangnya fungsi gen TP53 (pada 75% hingga 90% kasus),
RB (pada hampir 100% kasus) dan delesi dari kromosom 3p serta amplifikasi dari
tembakau, akan tetapi hanya sekitar 11% dari jumlah perokok yang terkena
1. Rokok
Rokok merupakan faktor risiko terhadap 80% kasus karsinoma paru pada laki-
laki dan 50% kasus karsinoma paru pada perempuan didunia. Wanita memiliki
yang belum diketahui. Menurut Parkin, durasi merokok adalah faktor penentu
terkuat risiko munculnya karsinoma paru, namun jumlah rokok yang dihisap juga
anorganik (contoh: arsen, asetaldehid), dan polonium 210. Karsinogen seperti NNK
monooxygenase sehingga perokok dengan variasi genetik ini memiliki risiko besar
atas karsinoma paru. Ketika seseorang berhenti merokok, risiko terkena karsinoma
paru akan menurun namun perubahan genetik tetap terjadi dan bertahan selama
Risiko kanker paru tidak hanya didapat ketika seseorang merokok secara aktif
tetapi juga ketika seseorang terpapar asap rokok orang-orang disekitarnya. Perokok
pasif memiliki risiko karsinoma paru dua kali lebih tinggi dibandingkan bukan
2. Polusi udara
Karsinoma paru yang disebabkan oleh polusi udara itu sendiri belum diketahui
secara pasti, namun polusi udara tersebut meningkatkan risiko timbulnya karsinoma
paru terutama pada perokok aktif dan perokok pasif. Namun paparan dari asap yang
disertai debu karsinogenik dapat menyebabkan iritasi paru dan inflamasi yang dapat
3. Asbestos
Asbestos adalah sebutan untuk enam jenis mineral dimana serat asbestos
bersifat tahan panas, api, zat kimia, dan tidak menghantarkan listrik. Ketika
senyawa asbestos terganggu, maka serat-serat kecil asbestos akan tersebar di udara.
Apabila terhirup, serat asbestos akan tetap berada di paru-paru dan terakumulasi
secara terus menerus. Risiko terjadinya mesothelioma meningkat dalam waktu lama
setelah paparan asbestos berakhir. Oleh karena itu, seseorang yang pernah terpapar
asbestos selama 20 tahun kemudian berhenti memiliki risiko yang sama dengan
asbestos dengan asap rokok meningkatkan risiko karsinoma paru. Risiko karsinoma
paru pada orang yang terpapar asbestos bergantung dari jenis serat, ukuran serat,
4. Penyakit non-neoplasma
Penyakit Paru Obstruksi Kronis, dan Fibrosis Paru. Risiko karsinoma paru
(tuberculosis), fibrosis paru seperti silicosis, atau bronchitis kronis dan emfisema.
Selain itu COPD atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis juga merupakan faktor risiko
dari karsinoma paru khususnya squamous cell carcinoma. Faktor risiko dari COPD
risiko terkena karsinoma paru hingga 50%. (Durham dan Adcock, 2015)
20
5. Paparan Radon
Radon merupakan gas inert (tahan terhadap reaksi kimia) yang dihasilkan dari
hasil peluruhan uranium. 2-3% dari karsinoma paru setiap tahun diperkirakan
disebabkan oleh paparan radon. The US National Research Council Report of The
paparan radon menyebabkan 2100 kasus baru karsinoma paru tiap tahunnya. (Tan
2011) Radon beserta molekul turunannya dalam bentuk partikel dapat tetap berada
di udara atau terserap ke partikel tertentu. Apabila terhirup, maka partikel radon
akan masuk kedalam tubuh manusia, dan menempel pada jaringan paru. Apabila
radon dipancarkan selama peluruhan, sinar-α radon akan berdampak pada sel paru
sehingga radon termasuk dalam zat karsinogen utama. (Yoon dkk., 2016)
6. Faktor Genetik
yang memengaruhi kerentanan terhadap karsinoma paru terdiri dari alel heterogen
pada satu lokus atau kombinasi alel pada lokus ganda. Faktor lingkungan dan
perkembangan kanker paru. (Kanwal dkk,. 2017) Karsinoma paru ini timbul secara
genetik yang berhubungan dengan karsinoma paru bahkan dapat ditemukan pada
epitel bronkial dari perokok yang tidak terkena karsinoma paru, sehingga zat
dengan akumulasi dari mutasi gen tersebut berkembang menjadi karsinoma invasif.
paru.
progression. Paparan asap rokok menyebabkan proses inisiasi dan promosi dari
karsinogenesis dimana asap rokok menyebabkan delesi dari gen 3p dan mutasi p53
yang apabila berlangsung terus menerus sel yang terinisiasi akan terakumulasi dan
berhenti merokok namun sel yang terinisiasi tetap dapat berkembang dan mengalam
tahapan selanjutnya.
2.7. Diagnosis
adalah batuk yang tidak kunjung hilang dan bertambah parah, batuk berdarah atau
batuk dengan sputum kental berwarna kecoklatan, sesak dada, suara serak,
penurunan berat badan diikuti dengan hilangnya selera makan, napas pendek,
mudah lelah, infeksi seperti bronchitis atau pneumonia yang tidak kunjung hilang
dan terus kembali, dan suara mengi seperti penderita asma. Apabila karsinoma paru
telah metastasis organ lain, maka gejala yang mungkin timbul adalah sakit pada
22
tulang, perubahan sistem saraf bila metastasis ke tulang belakang atau ke otak yang
menyebabkan sakit kepala, mati rasa pada ekstremitas, pusing, dan gangguan
keseimbangan. Apabila metastasis karsinoma paru ke hati maka kulit dan mata
pasien akan menjadi kuning. Jika sel karsinoma bermetastasis ke kulit atau
Akibat lain dari karsinoma paru adalah beberapa sindrom seperti sindrom
sekumpulan gejala yang terdiri dari penurunan atau lemahnya salah satu kelopak
mata, pupil yang mengecil, berkurangnya keringat pada bagian wajah, dan rasa
sakit pada punggung. Sindrom ini disebabkan karena karsinoma terletak pada apex
paru atau disebut (pancoast tumors) sehingga mengganggu sistem saraf pada mata
dan sebagian wajah. Sindrom vena cava superior adalah kondisi dimana karsinoma
menekan vena cava superior sehingga darah kembali ke pembuluh vena dan
menyebabkan pembengkakkan di wajah, leher, lengan dan dada. Sindrom ini juga
karsinoma paru dapat menghasilkan substansi seperti hormon yang dapat menyebar
melalui aliran darah yang dapat mengganggu jaringan organ lain meskipun sel
Diuretic Hormone) adalah sindrom dimana ginjal akan menahan air sehingga kadar
garam dalam darah menurun. Cushing syndrome adalah keadaan sel karsinoma
kortisol yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan gula darah.
Karsinoma paru juga dapat menyebabkan sistem imun untuk menyerang sistem
saraf. Salah satu gangguan yang terjadi yaitu Lambert-Eaton syndrome dimana otot
disekitar pinggang menjadi lemah. Gangguan pada sistem saraf lainnya adalah
darah yang dapat menyebabkan buang air kecil terus menerus, rasa haus, konstipasi,
dan nyeri perut. Selain itu juga dapat terjadi penebalan tulang tertentu, biasanya
terjadi pada jari sehingga jari terasa sakit. (American Cancer Society, 2016)
adanya tumor atau perubahan pada paru. CT Scan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan sinar-X untuk membuat gambaran cross sectional dari suatu organ,
jaringan, tulang, atau pembuluh darah dan akan menunjukkan lokasi, ukuran dan
bentuk dari sel karsinoma. Pembesaran nodus limfa juga akan terlihat dan CT Scan
dapat digunakan untuk menuntun biopsy. PET dan PET-CT adalah metode
pemeriksaan yang digunakan untuk melihat aktivitas metabolik dari jaringan tubuh.
Metode pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat metastasis dari karsinoma paru
24
dan dapat menemukan sel karsinoma yang berukuran lebih dari 8 mm. Pemeriksaan
dengan menggunakan PET dan PET-CT lebih akurat dibandingkan CT Scan untuk
menemukan adanya penyebaran hingga pembuluh limfa pada dada atau bagian
tubuh lainnya. Namun PET Scan tidak dapat digunakan pada otak karena otak
yang mirip dengan PET dan digunakan untuk menentukan stadium. Ultrasound
adalah metode yang digunakan untuk membantu menuntun aspirasi jarum atau
pleura, metastasis jauh, dan mengambil sampel jaringan atau cairan pleura.
dokter mengambil sampel jaringan dari tubuh pasien untuk kemudian ditelusuri.
aspirasi (Fine needle aspiration) melalui kulit untuk mengambil sel karsinoma yang
berada diparu bagian luar, core biopsy yang mirip dengan FNA namun
disekitar paru untuk melihat adanya sel karsinoma pada cairan tersebut dan operasi
endoscopy adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat seberapa jauh sel
pemeriksaan penunjang apabila metode lain tidak dapat memperoleh sampel untuk
Beberapa jenis karsinoma paru yaitu Squamous Cell Carcinoma dan tumor
berukuran besar dapat menyebarkan sel karsinoma ke sputum pasien sehingga perlu
dilakukan tes sputum untuk memastikan adanya sel karsinoma pada sputum pasien.
maka akan diketahui mutasi DNA yang terjadi pada sel sehingga dapat ditentukan
2.8. Stadium
Pada pasien yang terdiagnosis karsinoma paru maka perlu diketahui stadium
karsinoma paru untuk mengetahui sejauh apa metastasis dari karsinoma paru
pada pasien. Metode penentuan stadium karsinoma paru yang umum digunakan
keterlibatan nodus limfa, dan metastasis ke organ lain yang biasa disingkat TNM,
Tabel 2.1. Karakteristik sel karsinoma pada Klasifikasi TNM. (WHO, 2015)
Keterangan
T Tumor primer
T0 Tidak ada bukti keberadaan tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor berukuran <3 cm dan dikelilingi sel paru atau pleura visceral,
tanpa ada invasi menurut hasil bronkoskopi dan tumor berada lebih
proximal dari lobar bronkus
T1a Tumor berukuran ≤2 cm
T1b Tumor berukuran >2 cm atau ≤3 cm
T2 Tumor berukuran >3 cm atau ≤7 cm dan termasuk bronkus utama,
menginvasi pleura viseral
T2a Tumor berukuran ≤5 cm atau ukuran tumor tidak dapat dipastikan
T2b Tumor berukuran >5 cm namun ≤7 cm
T3 Tumor berukuran >7 cm atau tumor menginvasi dinding dada,
diafragma, pleura mediastinal, pericardium parietal atau tumor
berada pada bronkus utama <2 cm menjauhi carina tanpa
keikutsertaan carina, atau adanya obstruksi pneumonitis dari seluruh
paru
T4 Tumor yang menginvasi mediastinum, hati, pembuluh darah besar,
trakea, esophagus, sum-sum tulang, carina, penyebaran ke lobus paru
ipsilateral
N Nodus Limfa
Nx Penyebaran nodus limfa tidak dapat diperiksa
N0 Tidak terdapat metastasis ke nodus limfa
N1 Metastasis terhadap peribronkial yang ipsilateral dan/atau terhadap
hilar nodus limfa
N2 Metastasis terhadap mediastinal ipsilateral dan/atau nodus limfa
subcarina
N3 Metastasis pada mediastinal kontralateral, hilar kontralateral, atau
nodus lima supraclavicular
M Distant Metastasis
M0 Tidak ada metastasis ke jaringan/organ lain
M1 Terdapat metastasis ke jaringan/organ lain
M1a Metastasis ke lobus paru kontralateral, tumor dengan nodul pleural
atau keganasan pleural, atau efusi pericardial
M1b Metastasis jauh
27
stadium karsinoma paru dengan Klasifikasi TNM seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Stadium Paru menurut karakteristik sel karsinoma (WHO, 2015)
Derajat TNM
Occult Ca Tx N0 M0
0 Tis N0 M0
IA T1a N0 M0
T1b N0 M0
IB T2a N0 M0
IIA T1a N1 M0
T1b N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0 M0
IIB T2b N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T1 N1 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
IIIB T4 N2 M0
Sembarang T N3 M0
IV Sembarang T Sembarang N M1a
Sembarang T Sembarang N M1b
2.9. Penatalaksanaan
karsinoma paru bergantung pada stadium dan jenis karsinoma paru tersebut. apabila
dalam stadium I atau II maka dapat dilakukan operasi untuk mengambil sel
karsinoma, atau mengambil satu lobus paru. Metode operasi juga dapat dilakukan
bedah melihat bagian dalam rongga dada dengan menggunakan thoracoscope yang
memiliki kamera sehingga dokter bedah dapat membuang sel karsinoma dengan
melihat melalui thoracoscope tanpa perlu membuat torehan yang besar di dada
FEV1 pasien 1.1 - 2.4 L dan pneumonectomy jika FEV1 pasien lebih dari 2.5L. Usai
dilakukan operasi pengambilan sel karsinoma paru, maka pasien perlu menjalani
kemoterapi untuk mencegah sel karsinoma kembali lagi. Metode ini dilakukan pada
pasien karsinoma paru yang terdiagnosis karsinoma paru pada stadium IIA, IIB dan
IIIA. Sementara itu, untuk pasien dengan stadium III karsinoma paru yang tidak
stadium IV, metode perawatan utamanya adalah kemoterapi dan radiasi hanya
digunakan untuk gejala paliatif. Perawatan kemoterapi pada pasien karsinoma paru
merupakan lini pertama yang digunakan pada pasien karsinoma paru. Pasien yang
terbebas dari karsinoma paru kemudian kembali terkena karsinoma paru akan
operasi untuk memperkecil ukuran sel karsinoma sehingga lebih mudah ketika
khusus yaitu sel karsinoma itu sendiri dengan cara menempel atau menghalangi
target yang berada dipermukaan sel. Perbedaan metode pengobatan ini yaitu
metode ini bekerja khusus pada sel karsinoma, sedangkan metode pengobatan lain
belum dapat membedakan sel karsinoma dan sel normal. Pasien karsinoma paru
dengan penanda molekuler tertentu dapat menerima pengobatan bertarget ini atau
jenis obat yang melakukan blocking reseptor (EGFR) pada permukaan sel dimana
sel karsinoma. Pasien dengan mutasi EGFR memiliki respon yang lebih baik
metastasis dari karsinoma paru serta pasien yang juga memiliki mutasi gen EGFR.
Gefitinib juga merupakan pengobatan yang digunakan pada pasien karsinoma paru
30
baru yang akan digunakan untuk menutrisi sel karsinoma. Crizotinib adalah
pengobatan dengan melakukan blocking terhadap ALK, apabila pasien tidak dapat
karsinoma sel kecil metode pengobatan yang digunakan adalah kemoterapi dengan
dibedakan pada SCLC dan NSCLC. Pengobatan imunoterapi pada karsinoma sel
paru non-kecil yaitu nivolumab untuk pengobatan sel karsinoma skuamous yang
sistem imun tubuh menyerang sel karsinoma. Metode imunoterapi lainnya adalah
pengobatan imunoterapi pada karsinoma sel paru kecil adalah dengan antibodi
target molekul yang menjadi checkpoint dan keseimbangan pada regulasi respon
imun, vaksin terapis dengan target antigen tumor, dan transfer adoptive T-cell
aktivitas dari T-cell tersebut terhadap sel karsinoma. (Zhou, dkk., 2011; Cancer
Research UK, 2017; National Collaborating Centre for Cancer UK, 2011)
2.10. Prognosis
Karsinoma paru merupakan salah satu kanker yang fatal dengan tingkat
kematian paling tinggi jika dibandingkan dengan kanker lainnya. Prognosis kanker
31
kankernya maka angka harapan hidup 5 tahun akan semakin rendah seperti
ditunjukkan table 2.3. (American Cancer Society, 2016; GA, dkk., 2016)
yang lanjut usia lebih tinggi dan nilai median waktu bertahan hidup pada pasien
lanjut usia lebih rendah dibandingkan pasien berusia lebih muda. Pasien lanjut usia
yang didagnosis dengan small cell lung carcinoma secara histologis memiliki luaran
yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien NSCLC, dan pasien dengan
hidup lebih rendah dibandingkan dengan pasien dengan kadar LDH normal. Selain
itu pasien lanjut usia ditemukan lebih anemia dan respon terhadap kemoterapi lebih
tahun pada pasien NSCLC metastasis adalah 4.5% sedangkan penelitian lainnya
dengan mutasi EGFR yang diobati dengan erlonitib atau gefitinib mencapai 14.6%.
Karsinoma paru adalah jenis kanker dengan insidensi cukup tinggi yakni
mencapai 13% dari seluruh diagnosis kanker dan merupakan penyebab kematian
tertinggi akibat kanker dimana karsinoma ini terjadi pada bagian epitel dari paru.
Proporsi kasus karsinoma paru dari yang tertinggi hingga terendah yaitu
(14%), Large Cell Carcinoma (3%) dan jenis lainnya (25%). Berdasarkan usia,
karsinoma paru umumya terjadi pada laki-laki berusia diatas 50 tahun dengan
kejadian paling tinggi pada usia 60 hingga 70 tahun dan jarang terjadi pada pasien
berusia dibawah 40 tahun, sedangkan berdasarkan jenis kelamin kasus kanker paru
pada laki-laki terbanyak terjadi di Amerika Utara, Asia Timur, Eropa Tengah,
Eropa Timur, dan Eropa selatan, sedangkan kasus kanker paru pada perempuan
rokok, polusi udara, faktor genetik, paparan radon dan asbestos, serta penyakit non-
32
33
neoplasma. Karsinoma paru ini disebabkan oleh aktivasi onkogen atau inaktivasi
karsinoma paru dan perlu ditindak lanjut dengan pemeriksaan fisik maupun
adanya metastasis, sementara itu untuk mengetahui tipe karsinoma paru perlu
diperlukannya terapi target atau tidak. Terapi target merupakan terapi yang saat ini
berkembang dan digunakan pada kasus NSCLC. Obat-obatan pada terapi target
memiliki target spesifik pada mutasi gen EGFR dan digunakan pada kasus
studi epidemiologi karsinoma paru di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah (RSUP
yang terdiri atas jenis kelamin, usia, lateralisasi, dan tipe sitopatologi, dan
karateristik mutasi EGFR. Melalui studi epidemiologi ini maka diharapkan studi ini
mendatang.
34
Penelitian ini akan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil
Anatomi RSUP Sanglah pada tahun 2018 hingga 2019 yang memenuhi kriteria
sampel. Adapun variabel yang akan diteliti terdiri atas data klinis yaitu usia, jenis
kelamin, lateralisasi, dan data patologi berupa tipe sitopatologi, serta data mutasi
EGFR.
dan mutasi EGFR karsinoma paru di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah tahun
2018-2019.
a. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis sebagai
b. Populasi Terjangkau
hasil pemeriksaan sitopatologi dan mutasi EGFR dari tanggal 1 Januari 2018
35
36
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi terjangkau dengan
data yang tercatat di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pusat
Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian ini sama dengan jumlah
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dari tanggal 1 Januari 2018 – 31
Desember 2019.
a. Jenis Kelamin
b. Usia
d. Tipe sitopatologi
e. Karakteristik Mutasi
37
a. Jenis Kelamin adalah perbedaan perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi
keturunan. Data jenis kelamin pasien karsinoma paru diperoleh dari arsip
b. Usia adalah lamanya hidup seseorang. Data usia pasien karsinoma paru
atau paru kiri. Data lateralisasi diperoleh dari data arsip pemeriksaan di
e. Mutasi EGFR adalah mutasi yang terjadi pada domain tirosin kinase dari
menjadi positif mutasi EGFR atau negatif mutasi EGFR. Data mutasi EGFR
Anatomi RSUP Sanglah dari 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2019. Data yang
diambil berupa jenis kelamin, usia, lateralisasi, tipe sitopatologi dan mutasi EGFR.
lampiran.
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien karsinoma paru yang
memenuhi kriteria sampel di RSUP Sanglah dan didiagnosis sejak tanggal 1 Januari
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
seluruh populasi yang memenuhi kriteria dalam batas waktu yang ditentukan.
39
Teknik total sampling menjadi pilihan peneliti dimana tujuan penelitian ini adalah
meliputi jenis kelamin, usia, lateralisasi, tipe sitopatologi dan karakteristik mutasi
EGFR pada pasien karsinoma paru di RSUP Sanglah pada tahun 2018-2019.
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder dari
Data diperoleh dari hasil pemeriksaan sitopatologi dan mutasi EGFR pasien
Data penelitian akan diolah menggunakan SPSS versi 25.0 dan dianalisis
42
43
Lin, J., Cardarella, S., Lydon, C., Dahlberg, S., Jackman, D., Jänne, P. & Johnson,
B. 2016. Five-Year Survival in EGFR -Mutant Metastatic Lung Adenocarcinoma
Treated with EGFR-TKIs. Journal of Thoracic Oncology, 11(4), pp.556-565.
N, Akhtar. & Bansal JG., 2017. Risk factors of Lung Cancer in Nonsmoker..
[Online] Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28823540?log$=activity [Diunduh 24
April 2018].
National Collaborating Centre for Cancer (UK), 2011. The Diagnosis and
Treatment of Lung Cancer (Update). Cardiff: NICE Clinical Guidelines.
Robbin dan Cotran, 2015. Pathologic Basis of Disease. 9 ed. Philadelpia: Elsevier.
Inc.
Ridge, C. A., McErlean, A. M. & Ginsberg, M. S., 2013. Epidemiology of Lung
Cancer. 30(2), hal. 93-98.
TAS, F., CIFTCI, R., KILIC, L. & KARABULUT, S. (2013). Age is a prognostic
factor affecting survival in lung cancer patients. Oncology Letters, 6(5), hal.1507-
1513.
Telbany, A. E. & Ma, P. C., 2012. Cancer Genes in Lung Cancer. [Online]
Tersedia di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3527990/ [Diunduh 8
Mei 2018].
WHO, 2015. WHO Classification of Tumours of The Lung, Pleura, Thymus, and
Heart. 4th ed. France: International Agency for Research on Cancer (IARC).
Yoon, J. Y., Lee, J. D., Joo, S. W. & Kang, D. R., 2016. Indoor Radon Exposure
and Lung Cancer: A Review of Ecological Studies. [Online] Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4807540/ [Diunduh 12 Mei
2018].
Zappa, C. & Mousa, S. 2016. Non-small cell lung cancer: current treatment and
future advances. Translational Lung Cancer Research, 5(3), hal.288-300.
Zhou, C. dkk., 2011. Erlotinib Versus Chemotherapy as First-Line Treatment For
Patients with Advanced EGFR Mutation-Positive Non-Small-Cell Lung Cancer
(OPTIMAL, CTONG-0802): A Multicentre, Open-Label, Randomised, Phase 3
Study. The Lancet Oncology, 12(8), hal. 735-742.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lateralisasi Mutasi
Nomor Nama Usia Jenis Tipe
No. Karsinoma EGFR
CP Pasien (tahun) Kelamin Sitopatologi
Paru (+/-)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
44
45
Paru
1. Laki-laki
2. Perempuan
47
1. Paru Dekstra
2. Paru Sinistra
48
Paru
Paru
1. Adenocarcinoma
2. Squamous Cell
Carcinoma
3. Large Cell
Carcinoma
Neuroendocrine
4.
Tumor
5. Carcinoid tumor
Pleomorphic
6.
carcinoma
Pulmonary
7.
Blastoma
Adenosquamous
8.
Carcinoma
Sarcomatoid
9.
Carcinoma
Salivary-gland
10.
type tumor
11. Papilloma
12. Adenoma
Unclassified
13.
carcinoma
50