Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN HASIL PENELITIAN

SURVEI KEPUASAN MAHASISWA FARMASI FFS UHAMKA


TAHUN AKADEMIK 2016-2017

DISUSUN OLEH

TIM PENELITI FFS UHAMKA

KETUA:
DRS. INDING GUSMAYADI, M.Si., Apt.

ANGGOTA:
DWITIYANTI, M.Farm., Apt.
PRAMULANI MULYA LESTARI, M.Farm., APT.
MERI SUZANA, M.Kes.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA, JAKARTA
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Survei Kepuasan Mahasiswa Farmasi FFS
UHAMKA Tahun Akademik 2016-2017
2. Bidang Penelitian :
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., Apt.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NPD/NIDN : 0315076801
d. Disiplin Ilmu : Farmasi
e. Pangkat /golongan : Lektor Kepala
f. Jabatan : Ketua Gugus Penjamin Mutu Fakultas
g. Fakultas/Prodi : FFS/FARMASI
h. Alamat : Islamic Centre, Jl. Delima II/IV Perumnas
Klender, Jakarta-Timur
i. Telepon/fax : (021) 8611070 / (021) 86603233
j. Alamat rumah : Jl. Ancol Selatan II, RT 14, RW 07, No. 34,
Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta
Utara, 14350
k. Telepon/E-mail : 08129972982 / igusmayadi@yahoo.co.id
4. Jumlah Anggota Peneliti : 2
a. Nama Anggota I : Dwitiyanti, M. Farm., Apt.
b. Nama Anggota II : Pramulani Mulya Lestari, M.Farm., Apt.
c. Nama Anggota III : Meri Suzana, M.Kes.
5. Lokasi Penelitian : Fakultas Farmasi & Sains UHAMKA
6. Jumlah Biaya yang diusulkan : Rp. 4.000.000

Jakarta, 17 Desember 2017

Mengetahui
Fakultas Farmasi dan Sains Ketua Peneliti
Dekan

Dr. Hadi Sunaryo, M.Si., Apt. Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., Apt.
NIDN : 0327067201 NIDN: 0315076801

Menyetujui Kelua LPM UHAMKA

Dr. H. Budhi Akbar, M.Si.


NIDN: 0004036601

ii
ABSTRAK

Program studi Farmasi FFS UHAMKA terus berupaya meningkatkan


kualitas pelayanan kepada mahasiswa. Pelayanan pimpinan, dosen dan
karyawan/tenaga kependidikan terus ditingkatkan demikian juga dengan sarana
dan prasarana. Diharapkan dengan terus meningkatnya kualitas pelayanan akan
ada peningkatan peringkat akreditasi BAN PT Program studi Farmasi.
Sehubungan dengan hal tersebut program studi Farmasi secara terus menerus
melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang peningkatan mutu pelayanan,
salah satunya adalah melakukan penelitian tentang penilaian kepuasan mahasiswa
terhadap pimpinan, dosen dan karyawan. Penilaian ini berguna untuk mengetahui
sejauh mana mahasiswa prodi Farmasi dapat merasa nyaman dan puas dengan
segala kegiatan yang ada di program studi Farmasi FFS UHAMKA.
Dalam Kegiatan ini telah dilakukan penyebaran instrument berupa angket
penelitian kepada para mahasiswa program studi Farmasi FFS UHAMKA.
Instrumen meliputi 4 poin dengan 25 atribut yang ditanyakan kepada mahasiswa
meliputi, Pimpinan, Dosen, Karyawan, Sarana dan prasarana di Prodi Farmasi,
prodi D4 Analis kesehatan serta Prodi Profesi Apoteker FFS UHAMKA.
Pengumpulan data bersifat sensus, karena menjaring semua mahasiswa aktif
melalui KRS on line. Selanjutnya data yang sudah terkumpul diolah, dianalisis
dan menghasilkan laporan hasil penelitian tentang kepuasan mahasiswa secara
komprehensif. Hasil yang diperoleh secara keseluruhan tingkat kepuasan
mahasiswa prodi Farmasi FFS UHAMKA terus meningkat, pada awal survei
dilakukan yaitu semester genap TA 2012-2013 rata-rata kepuasan hanya 65,9%
terus meningkat yaitu semester ganjil 2013-2014 sebesar 68,4%, semester genap
2013-2014 sebesar 66,6, semester ganjil 2014-2015 sebesar 69,0%, semester
genap 2014-2015 sebesar 68,7%, semester ganjil 2015-2016 sebesar 71,9%,
semester genap 2015-2016 sebesar 70,9%, semester ganjil 2016-2017 sebesar
73,9% dan terakhir semester genap 2016-2017 sebesar 72,7%.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna terutama bagi peningkatan mutu
pelayanan kepada mahasiswa di program Studi Farmasi FFS UHAMKA di masa
yang akan datang.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kurniaNya pada penulis untuk menyelesaikan dan
melaporkan penelitian ini. Selanjutnya salawat dan salam semoga tercurah pada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan
pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Mutu suatu program studi tidak hanya ditentukan oleh bagusnya materi
perkuliahan, dosen yang professional dan biaya yang terjangkau tetapi juga
ditentukan oleh bisa tersalurkan kerjanya para alumni tersebut pada tempat-tempat
yang stategis sesuai profesionalisme (kompetensi) mereka miliki. Untuk lebih
mengembangkan mutu setiap prodi yang ada di Universitas Muhammmadiyah
Prof. DR. HAMKA, Lembaga penjamin mutu UHAMKA mengadakan penelitian
survei kepuasan mahasiswa terhadadap pelaksanaan penddikan mahasiswa di
semua prodi di FFS UHAMKA. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester
ganjil dan genap dari tahun akademik 2012/2013 sampai terakhir tahun akademik
2016-2017 secara on line ketika pengisian KRS.
Kepada semua pihak yang sudah membantu terselenggaranya penelitian
ini seperti, lembaga penjamin mutu, lembaga penelitian UHAMKA, para
mahasiswa yang telah mengisi angket dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan
di sini satu per satu kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala
bantuannya. Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya demi penyempurnaan laporan
ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2017

Tim Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN………………………………………...................... ii
ABSTRAK………………………………………………………….................... iii
KATA PENGANTAR……………………………………………...................... iv
DAFTAR ISI………………………………………………………..................... v
DAFTAR TABEL…………………………………………………..................... vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….................... vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….................. viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………....................... 1
BAB II PERUMUSAN MASALAH ................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA……………………………… ……………… 3
A. Kepuasan Pelanggan .…………………………………….............. 3
B. Profesionalisme ............................................................................... 3
C. Kewibawaan Kepemimpinan .......................................................... 10
D. Integritas ........................................................................................ 12
E. Kualitas .......................................................................................... 16
BAB IV TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN …………………….... 17
BAB V METODOLOGI PENELITIAN …………………………………...... 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………….. 17
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 18
BAB VI JADWAL PELAKSANAAN ............................................................. 21
BAB VII HASIL DAN PEMBAHASAN…………………….......................... 21
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN…………………………................. 23
A. Kesimpulan………………………………………………………... 24
B. Saran…………………………………………………………….…. 29
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 29
LAMPIRAN ........................................................................................................ 32

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian …………………………………………………... 27

Tabel 2 Jumlah Mahasiswa Yang Disurvei Per Semester Dalam 9 Kali 28


Survei...................................................................................................

Tabel 3 Persentase Kepuasan Mahasiswa FFS dalam 9 Kali Survei................ 29

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian ………………………………………. 37

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ………………. ………………………. 38

Lampiran 3. Data Keuangan …………………………………………….. 41

Lampiran 4. Riwayat Hidup ………………………………………..…... 42

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa adalah komponen utama dalam proses belajar mengajar di

Perguruan Tinggi. Mahasiswa adalah subjek sekaligus objek dalam proses belajar

mengajar, merupakan bagian utama dalam pelayanan dari Perguruan Tinggi

tempatnya belajar. Keberhasilan mahasiswa dalam belajar tidak hanya ditentukan

oleh kualitas pengajar, kondisi dan situasi akademik, tetapi juga harus dipenuhi

dengan pelayanan yang baik yang memuaskan serta menyenangkan bagi para

mahasiswa. Sarana dan prasarana yang lengkap, dosen yang berkualitas tidak akan

menjadi penunjang kualitas belajar mengajar apabila tidak didukung dengan

pelayanan yang menyenangkan baik dari dosen maupun dari tenaga

kependididkan.

Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA, merupakan salah satu fakultas

yang memiliki jumlah mahasiswa banyak. Menurut kondisi ideal sebuah program

studi di perguruan tinggi farmasi jumlah ini sudah melewati batas ideal, sehingga

perlu dikaji dan diteliti apakah pelayanan dalam proses belajar mengajar di prodi

memberikan kepuasan atau tidak kepada para mahasiswanya. Meskipun dalam hal

sarana dan prasarana pendidikannya prodi Farmasi FFS UHAMKA telah berusaha

melengkapinya terutama untuk peralatan laboratorium, belum tentu hal ini akan

memuaskan para mahasiswa sebagai konsumen dalam proses belajar mengajar.

Untuk itu perlu dilakukan survei apakah mahasiswa prodi FFS UHAMKA telah

merasakan pelayanan yang memuaskan atau tidak.

1
BAB II

PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dibatasi dengan ruang lingkup penelitian dan juga populasi

sampel yang diambil. Hal ini disebabkan oleh tujuan utama penelitian yaitu

mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa FFS UHAMKA dalam proses belajar

mengajar. Untuk ruang lingkup penelitian pada penelitian ini hanya kepuasan

berdasarkan pelayanan kepada mahasiswa dan populasi yang diambil keseluruhan

mahasiswa FFS UHAMKA, yang terdiri dari Program Studi Farmasi, Program

Studi Profesi Apoteker dan Program Studi D4 Analis Kesehatan.

Dengan demikian rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini

adalah sejauh mana tingkat kepuasan mahasiswa Fakultas Farmasi dan Sains

UHAMKA pada pelayanan dalam proses belajar mengajar selama ini yang telah

mereka rasakan, dengan melihat skor rata-rata hasil survei pada skala Lingkert 1-

5, dengan skor 1 paling tidak puas dan skor 5 sangat puas.

2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan harus menjadi tujuan dalam setiap proses pelayanan

kepada konsumen. Keberhasilan dalam pelayanan kepada konsumen akan terlihat

dari tingkat kepuasan yang mereka rasakan dengan indikasi semakin banyaknya

konsumen yang datang (Griffin. 1990). Keberhasilan dalam pelayanan di sebuah

Perguruan Tinggi juga akan sejalan dengan prinsip di atas, yaitu jika pelayanan

kepada mahasiswa sebagai konsumen akan terlihat dari semakin banyaknya

mahasiswa yang mendaftar, meskipun hal ini tidak terlalu signifikan.

Dalam hal pelayanan kepada mahasiswa tentu harus memberikan juga

kepuasan agar semakin banyak mahasiswa, sebagai konsumen, datang dan

mengikuti perkuliahan di prodinya. Indikasi ini memang tidak hanya karena

pelayanan, tetapi juga bisa karena kepentingan dan tujuan serta cita-cita si calon

mahasiswanya, sarana dan prasarana, lokasi dan sebagainya. Akan tetapi kualitas

pelayanan akan menjadi sangat startegis dan sangat menunjang tatkala kondisi

lain sudah establish (Mulyasa. 2004 dan Nasution. 1995).

Kepuasan pelayanan akan menjadi promosi efektif dalam pemasaran.

Keberhasilan promosi harus ditunjang pelayanan yang memuaskan pelanggan.

Dalam kaitan ini maka pelayanan kepada mahasiswa harus juga memenuhi

kriteria dalam pemasaran tadi karena dalam manajemen pendidikan juga

pelaksanaannya bisa sama dengan manajemen pemasaran.

3
B. Profesionalisme Pelayanan

Istilah profesionalisme berasal dari kata professio, dalam Bahasa Inggris

professio memiliki arti sebagai berikut: A vocation or occupation requiring

advanced training in some liberal art or science and usually involving mental

rather than manual work, as teaching, engineering, writing, etc. (Webster

dictionary,1960:1163) (suatu pekerjaan atau jabatan yang membutuhkan pelatihan

mendalam baik di bidang seni atau ilmu pengetahuan dan biasanya lebih

mengutamakan kemampuan mental daripada kemampuan fisik, seperti mengajar,

ilmu mesin, menulis, dll). Dari kata profesional tersebut melahirkan arti

profesional quality, status, yang secara komprehensif memilki arti lapangan kerja

tertentu yang diduduki oleh orang -orang yang memiliki kemampuan tertentu

pula.

Demikian juga dengan apa yang dikatakan oleh Korten & Alfonso (1981)

dalam Tjokrowinoto (1996:178) yang dimaksud dengan profesionalisme adalah

“kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi

(bureaucratic-competence) dengan kebutuhan tugas (task-requirement),

merencanakan, mengkordinasikan, dan melaksanakan fungsinya secara efisien,

inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi”.Menurut pendapat tersebut,

kemampuan aparatur lebih diartikan sebagai kemampuan melihat peluang-peluang

yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, kemampuan untuk mengambil langkah-

langkah yang perlu dengan mengacu kepada misi yang ingin dicapai dan

kemampuan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh

kembang dengan kekuatan sendiri secara efisien, melakukan inovasi yang tidak

4
terikat kepada prosedur administrasi, bersifat fleksibel, dan memiliki etos kerja

tinggi.

Pandangan lain seperti Siagian (2000:163) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan profesionalisme adalah “keandalan dalam pelaksanaan tugas

sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yangtepat, cermat, dan dengan

prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan”. Dalam pandangan

Tjokrowinoto (1996:191) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

profesionalisme adalah kemampuan untuk menjalankan tugas dan

menyelenggarakan pelayanan publik dengan mutu tinggi, tepat waktu, dan

prosedur yang sederhana. Terbentuknya kemampuan dan keahlian juga harus

diikuti dengan perubahan iklim dalam dunia birokrasi yang cenderung bersifat

kaku dan tidak fleksibel.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1999) yang dimaksud dengan

profesionalisme adalah: ”kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan

yang cepat berubah dan menjalankantugas dan fungsinya dengan mengacu kepada

visi dan nilai-nilai organisasi (control by vision dan values) ”. Kemampuan untuk

beradaptasi menurut pendapat tersebut merupakan jawaban terhadap dinamika

global yang tumbuh dan berkembang secara cepat. Pesatnya kemajuan teknologi

merupakan salah satu diantara dinamika global yang membuat birokrasi harus

segera beradaptasi jika tidak ingin ketinggalan zaman dan terbelakang dalam hal

kemampuan. Kemampuan beradaptasi merupakan jawaban bagi dinamikaglobal

yang tidak pasti sehingga dalam menjalankan tugasnya, aparat tidak lagi terikat

secara kaku kepada petunjuk-dan teknis-pelaksanaan tapi terikat kepada apa yang

ingin dicapai oleh organisasi (organization-mission). Fleksibilitas aparat dalam

5
menjalankan tugas dan berorientasi kepada hasil dan visi yang ingin dicapai oleh

organisasi merupakan langkah positif untuk meninggalkan cara kerja yang kaku

dan reaktif.

Upaya untuk mencari paradigma baru dalam meningkatkan

profesionalisme aparatur yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi

bukanlah pekerjaan mudah maka kemampuan aparatur untuk beradaptasi dengan

fenomena yang terjadi merupakan jawaban bagi permasalahan tersebut.

Pentingnya kemampuan aparatur dalamberadaptasi terhadap perubahan

lingkungan eksternal dan internal organisasi dijadikan tolak-ukur dalam melihat

profesionalisme birokrasi.

Menurut Ancok (1999) dijelaskan tentang pengukuran profesionalisme

sebagai berikut : Kemampuan beradaptasi, kemampuan dalam menyesuaikan diri

dengan fenomena global dan fenomena nasional.Mengacu kepada misi dan nilai

(mission & values-driven professionalism), birokrasi memposisikan diri sebagai

pemberi pelayanan kepada publik dan dalam mewujudkan tujuan organisasi yang

berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai organisasi.

Profesionalisme dalam pandangan Korten dan Alfonso (1981) diukur

melalui keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan kebutuhan

tugas yang dibebankan organisasi kepada seseorang. Alasan pentingnya

kecocokan antara disiplin ilmu atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang karena

jika keahlian yang dimiliki seseorang tidak sesuai dengan tugas yang dibebankan

kepadanya akan berdampak kepada inefektifitas organisasi.

Dalam pandangan Tjokrowinoto (1996:190) birokrasi dapat dikatakan

profesional atau tidak, diukur melalui kompetensi sebagai berikut:

6
1. Profesionalisme yang Wirausaha (Entrepreneurial-Profesionalism);

Kemampuan untuk melihat peluang-peluang yang ada bagi peningkatan

pertumbuhan ekonomi nasional, keberanian mengambil risiko dalam

memanfaatkan peluang, dan kemampuan untuk menggeser alokasi sumber dari

kegiatan yang berproduktifitas rendah ke produktifitas tinggi yang terbuka dan

memberikan peluang bagi terciptanya lapangan kerja dan peningkatan

pendapatan nasional.

2. Profesionalisme yang Mengacu Kepada Misi Organisasi (Mission-driven

Profesionalism) . Kemampuan untuk mengambil keputusan dan langkah

langkah yang perlu dan mengacu kepada misi yang ingin dicapai (mission-

driven professionalism), dan tidak semata mata mengacu kepada peraturan

yang berlaku (rule-driven professionalism).

3. Profesionalisme Pemberdayaan (Empowering-Profesionalism); Kemampuan

ini diperlukan untuk aparatur pelaksana atau jajaran bawah (grassroots) yang

berfungsi untuk memberikan pelayananpublik (service provider) .

Profesionalisme yang dibutuhkan dalam hal ini adalah profesionalisme-

pemberdayaan (empowering-prefesionalism) yang sangat berkaitan dengan

gaya pembangunan.

Dalam konsep ini birokrasi berperan sebagai fasilitator atau meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk tumbuh berkembang dengan kekuatan sendiri

(enabler) (Osborne & Gaebler,1992). Menurut Siagian (2000) profesionalisme

diukur dari segi kecepatannya dalam menjalankan fungsi dan mengacu kepada

7
prosedur yang telah disederhanakan. Menurut pendapat tersebut, konsep

profesionalisme dalam diri seseorang dilihat dari segi:

1. Kreatifitas (creativity); Kemampuan aparatur untuk menghadapi hambatan

dalam memberikan pelayanan kepada publik dengan melakukan inovasi. Hal

ini perlu diambil untuk mengakhiri penilaian miring masyarakat kepada

birokrasi publik yang dianggap kaku dalam bekerja. Terbentuknya aparatur

yang kreatif hanya dapat terjadi apabila: terdapat iklim yang kondusif yang

mampu mendorong aparatur pemerintah untuk mencari ide baru dan konsep

baru sertamenerapkannya secara inovatif: adanya kesediaan pemimpin untuk

memberdayakan bawahan antara lain melalui partisipasi dalam pengambilan

keputusan yang menyangkut pekerjaan, mutu hasil pekerjaan, karier dan

penyelesaian permasalahan tugas.

2. Inovasi (innovationi) ; Perwujudannya berupa hasrat dan tekad untuk mencari,

menemukan dan menggunakan cara baru, metode kerja baru, dalam

pelaksanaan tugasnya. Hambatan yang paling mendasar dari perilaku inovatif

adalah rasa cepat puas terhadap hasil pekerjaan yang telah dicapai.

3. Responsifitas (responsivity); Kemampuan aparatur dalam mengantisipasi dan

menghadapi aspirasi baru, perkembangan baru, tuntutan baru, dan pengetahuan

baru, birokrasi harus merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam

menjalankan tugas dan fungsinya.

Menurut Tjokrowinotono (1996:193) menyatakan bahwa: Profesionalisme

tidak hanya cukup dibentuk dan dipengaruhi oleh keahlian dan pengetahuan agar

aparat dapat menjalankan tugas dan fungsi secara efektif dan efisien, akan tetapi
8
juga turut dipengaruhi oleh filsafat-birokrasi, tata-nilai, struktur, dan prosedur-

kerja dalam birokrasi.

Untuk mewujudkan aparatur yang profesional diperlukan political will dari

pemerintah untuk melakukan perubahan besar dalam organisasi birokrasi publik

agar dapat bekerja secara profesional dan responsif terhadap aspirasi dan

kebutuhan publik. Perubahan tersebut meliputiperubahan dalam filsafat atau cara

pandang organisasi dalam mencapai tujuan yang dimulai dengan merumuskan visi

dan misi yang ingin dicapai dan dijalankan oleh organisasi, membangun struktur

yang flat dan tidak.

Menurut Solihin (2007) wujud nyata kompetensi dapat dilihat dari upaya

penilaian dari prinsip profesionalisme dan kebutuhan dan evaluasi yang dilakukan

terhadap tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia yang ada,

dan dari upaya perbaikan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Indikator minimal untuk mengukur profesionalisme adalah Berkinerja tinggi; Taat

asas; Kreatif dan inovatif; Memiliki kualifikasi di bidangnya. Sedangkan

perangkat Pendukung Indikator adalah standar kompetensi yang sesuai dengan

fungsinya; Kode etik profesi; Sistem reward and punishment yang jelas; Sistem

pengembangan sumber daya manusia (SDM); dan Standar indikator kinerja.

Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (1968) adalah

mengembangkan konsep profesionalisme yang digunakan untuk mengukur

bagaimana para profesionalisme memandang profesi mereka yang tercermin

dalam sikap dan perilaku mereka. Hall (1968) menganggap bahwa ada hubungan

timbal balik antara sikap dan perilaku yaitu perilaku profesionalisme merupakan

9
cerminan dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya (Kalbers dan

Fogarty, 1995, Rahmawati, 1997).

Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (1968) adalah

konsep profesionalisme pada level individual, yang digunakan untuk menguji

profesionalisme pemeriksa (auditor). (Morrow dan Goetz, 1988), yang meliputi 5

elemen:

1. Pengabdian pada profesi (dedication) yang tercermin dalam dedikasi

profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.

Sikap ini adalah ekspresi dari pencerahan diri secara total terhadap pekerjaaan.

Pekerjaan didefinisi sebagai tujuan bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.

Sedangkan totalitas adalah merupakan komitmen pribadi sehingga kompensasi

utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani dan kepuasan

material.

2. Kewajiban sosial (social obligation) yaitu pandangan tentang pentingnya peran

profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun

profesionalisme itu sendiri, karena adanya pekerjaan tersebut.

3. Kemandirian (autonomy demands) yaitu suatu pandangan bahwa seorang

profesionalisme harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari

pihak lain.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu suatu

keyakinan bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional

adalah rekan sesama profesi bukan pihak luar yang tidak mempunyai

kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaannya dan

10
5. Hubungan dengan sesama profesi (profesional community affiliation) yaitu

penggunaan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan

kelompok –kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan ini.

Melalui ikatan profesi ini, profesional membangun kesadaran profesinya.

Walaupun indikator profesionalisme tersebut belum diuji secara luas, nemun

beberapa penelitian empiris mendukung bahwa profesionalisme adalah bersifat

multidimensi walaupun tidak selalu identik untuk diterapkan pada anggota

kelompok yang berbeda (Snizek, 1972; Kerr et al, 1977, dan Bartol, 1979

seperti yang dikutip oleh Kalbers ddan Forgaty, 1995). Penelitian ini

menggunakan indikator profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (1968)

karena profesi pemeriksa pajak memiliki karakteristik sebagaimana yang

dikemukakan dalam elemen profesionalisme tersebut.

Elliot (1972) seperti di kutip oleh Rahmawati (1997) menyatakan, bahwa

cara sosialisasi selama menjalani pendidikan di perguruan tinggiatau organisasi

tempat profesional kerja mempengaruhi tingkat profsionalisme para profesional.

Tingkat konflik dengan organisasi dimana profesional bekerja juga menunjukan

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profesionalisme mereka.

4. Kewibawaan Kepemimpinan

Garry Yuki (2010: 176) “Leadershi[ is the process of influencing other to

understand and agree about what needs to be done and how it can be done

effectively, and the process of facilitating individual and collective efforts to

accomplish the shared objectives" (Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi

orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan

bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif, dan proses mamfasilitasi

11
usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama). Sedler(1997: 99)

Kepemimpinan adalah suatu proses di mana individu mempengaruhi kelompok

untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Gibson (1997) kepemimpinan adalah “suatu usaha yang

menggunakan gaya kepemimpinan untuk dapat mempengaruhi dan tidak

memaksa dalam memotivasi individu untuk mencapai tujuan”. Sedangkan

Hasibuan (2010:32) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah “proses pengaruh

sosial dimana pemimpin mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya

dalm usaha mencapai tujuan organisasi” Robbins dalam Nawawi (2003: 43)

mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu

kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam buku yang sama Owen

mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu interaksi antar suatu

pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin.

Ada pula yang mengartikan “kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab

total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi”(Yuki:

2010:192). Sedangkan Thoha (2006: 75) merumuskan bahwa kepemimpinan

adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain, atau seni mempengaruhi

perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.”

Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu perilaku seorang dengan

menggunakan gaya kepemimpinan yang dirancang untuk mempengaruhi aktifitas

para anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama dan memberi manfaat

kepada individu dan organisasi. Definisi lain dikemukakan oleh Usman

12
“kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain atau kelompok

untuk bertindak seperti yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan secara

efektif dan efisien.”

Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

pengertian kepemimpinan adalah (1) seni dalam mempengaruhi orang lain

sehingga mau bekerja secara sukarela dan penuh antusias kearah pencapaian

tujuan kelompok, untuk itu dibutuhkan adanya kualitas pemimpin yang ditandai

oleh sifat-sifat kepribadian yang kuat, memiliki kewibawaan, dan mampu

menggunakan perilaku dan gaya kepemimpinan dengan tepat dalam

mempengaruhi orang lain; (2) hubungan interaksi antara dua orang atau lebih

yang melibatkan adanya seorang pemimpin dengan orang-orang yang dipimpin.

Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya mempunyai jiwa dan

kemampuan kepemimpinan sehingga mampu menjalankan fungsi dan tugasnya

untuk menggerakan, meyakinkan dan memotivasi bawahan dalam mencapai

tujuan yang dapat dikatakan bahwa, pengertian kepemimpinan ditekankan pada

fungsi dan tugas seorang pemimpin (dalam hal ini kepala sekolah) berdasarkan

kemampuan kepemimpinannya untuk mempengaruhi dan menggerakan orang-

orang yang dipimpin (guru) dalam mencapai tujuan sekolah.

C. Integritas

Integritas berkaitan dengan kualitas moral yang dituntut dari setiap

organisasi yaitu jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela senantiasa

mengutamakan kepentingan umum. Oleh karena itu hampir setiap organisasi

memasukan integritas sebagai salah satu faktor penting dalam kode etik bagi

13
anggotanya, mulai dari mulai manajemen tingkat puncak hingga pelaksana

lapangan dalam berperilaku Morrison (2001: ).

Menurut Bass (1990: ) ; Kirkpatrick & Locks (1991: ); Yukl & Van Fleet

(1992: ) bahwa integritas itu adalah sifat utama yang hanya dimiliki oleh para

pemimpin bisnis, meski integritas itu sendiri dicirikan oleh sifat-sifat tertentu

(Zauderer, 1992: ).

Di dalam konteks organisasi istilah integritas telah merasuk ke dalam

organisasi, membentuk nilai dan budaya organisasi, komunikasi di dalamnya,

hingga komitmen setiap orang untuk menerapkan etika dalam kegiatan bisnisnya

(Weiss: 2003: ). Integritas adalah penentu sikap percaya dalam hubungan kerja

sebuah organisasi (Hosmer, 1995 ; Mayer, Davis &Schoormen, 1995) dan nilai

kerja yang paling dibutuhkan oleh sebuah organisasi (Askun, Oz, Askun, 2010).

Dalam konteks lembaga pendidikan integritas dapat dikaitkan dengan komitmen

pimpinan lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan good

governance.

Integritas disajikan sedikutip sebagai karakter yang penuh kebajikan

sebagai sesuatu yang ideal, dan dikreditkan dalam bentuk sikap moral yang

positif. Walaupun pengertian integritas sendiri sangat lekat dengan konteks moral,

integritas tidak hanya digunakan dalam literatus etika, tetapi dalam manajemen

sumber daya manusia, perilaku organisasi, psikologi, teori kepemimpinan dan

sebagainya (Trevino, Rodriguez, 2007). Hal ini menunjukkan luasnya cakupan

penerapan istilah integritas dan anggapan bahwa integritas adalah hal yang sangat

penting untuk dikaji.

14
Dalam teori kepemimpinan integritas digunakan untuk menggambarkan

kemampuan seseorang dalam menerjemahkan perkataan ke dalam tindakannya

yang nyata dengan kata lain terdapat konsistensi antara perkataan dan

tindakannya, oleh karena itu dibutuhkan komitmen untuk melakukannya.

Komitmen dan konsistensi menjadi criteria yang perlu dipertimbangkan untuk

mewujudkan integritas.

Integritas telah didefinisikan dengan menekankan pada konsistensi moral,

kebutuhan pribadi dan kejujuran, merupakan reputasi yang dapat dipercaya dan

jujur untuk menjelaskan istilah “kepercayaan” dalam konteks organisasi (Bufler

dan Cantrel, 1984; Hosmer, 1995). Integritas ditempatkan sebagai inti etika

keutamaan yang digagas oleh Solomon (1992) dan etika tidak hanya otonomi

individual dan kebersamaan, tetapi juga loyalitas, keserasian, kerjasama, dan

dapat dipercaya.

1. Integritas sebagai bentuk loyalitas; Integritas diartikan sebagai loyalitas

terhadap prinsip-prinsip dan nilai- nilai yang rasional Peikoff (1991). Integritas

sebagai bentuk loyalitas; Pertama merupakan keteguhan hati seseorang untuk

memegang prinsip dan nilai moral universal. Prinsip moral adalah norma,

yaitu aturan moral yang menganjurkan atau melarang seseorang untuk berbuat

sesuatu. Dasar dari prinsip moral tersebut adalah nilai moral, prinsip moral

untuk tidak membunuh orang lain ataupun diri sendiri di atas pemikiran bahwa

kehidupan adalah sesuatu yang bernilai moral secara universal. Kedua bahwa

integritas bukan tentang perkataan, tetapi mencerminkan tindakan yang sejalan

dengan prinsip dan nilai moral universal dan rasional Becker (1998). Maka

loyalitas terhadap prinsip atau nilai tersebut diwujudkan dalam bentuk

15
tindakan, loyalitas ditunjukkan sebagai keteguhan hati seseorang untuk

bertndak sejalan dengan prinsip atau nilai yang dipegangnya. Tetapi bukan

berarti bahwa tidak ada kemungkinan seseorang untuk berubah, bahkan

seseorang memiliki kewajiban untuk merubah pandangannya bila apa yang

selama ini dipegangnya salah (Peikoff, 1991; Becker, 1998). Ketiga integritas

bukan hanya sekedar bertindak sejalan dengan prinsip atau nilai, tetapi prinsip

atau nilai objektif yang dapat dibenarkan secar amoral. Pembenaran ini harus

menggambarkan kesimpulan yang diperoleh melalui prinsip-prinsip logika

bukan emosi belaka (Peikoff, 1991). Prinsip dan nilai-nilai moral adalah hal

yang sangat objektif dan konseptualisasinya dibangun melalui pengalaman

nyata dan persepsi inderawi terhadap obyek dan kondisi actual (Becker, 1998).

Oleh karena itu integritas membutuhkan lebih dari sekedar loyalitas terhadap

prinsip dan nilai moral yang dipercaya oleh individu atau disetujui oleh

kelompok masyarakat atau organisasi tertentu. Integritas juga bukan sekedar

bertindak sesuai dengan nilai yang diterima oleh individu, masyarakat atau

organisasi (Mayer, Davis, & Schoorman, 1995; Trevino-Rodrigues, 2007),

tetapi merujuk pada prinsip moral universal yang dapat dibenarkan secara

rasional, melalui criteria-kriteria pembenaran objektif. Opini subjektif dari

individu , masyarakat atau organisasi tidak dapat menjadi dasar bagi integritas

moral.

2. Integritas Moral Dalam Pengambilan Keputusan; Ketika integritas diterapkan

dalam pengambilan keputusan, maka integritas diartikan sebagai bentuk

konsistensi atara hasil keputusan yang diambil dengan tindakan actual yang

dilakukan. Pengabilan keputusan yaitu keputusan yang berkaitan dengan niali

16
etis (moral), dilakuka melalui; Pertama Sensitivitas moral, yang mengandalkan

kebutuhan akan akan kesadaran moral atau kemampuan mengidentifikasi isu-

isu moral. Di dalamnya terjadi proses interpretasi seorang individu mengenali

bahwa suatu masalah moral ada di dalam situasi yang dihadapi atau suatu

prinsip moral menjadi relevan di dalamnya. Tahap ini dinilai kritis karena

kemampuan mengidentifikasi signifikansi moral dari suatu isu yang berperan

besar dalam mengawali sebuah proses pengambilan keputusan dan perilaku

etis. Kedua Penalaran etis, yang didalamnya merupakan kesadaran moral yang

berperan secara dominan. Oleh karena itu konsistensi terhadap prinsip moral

disebut sebagai integritas moral. Kohberg (1995) menekankan pentingnya

perhatian terhadap kesadaran moral untuk memahami bagaimana keputusan

diambil dan mengapa seseorang mengambil keputusan tertentu (Rest, 1996;

Trevino, 1992). Salah satu hal yang mendasar dari konsep ini bahwa kesadaran

moral tidak ditentukan oleh perasaan, melainkan oleh kemampuan intelektual,

yaitu kemampuan untuk memahami dan mengerti sesuatu secara rasional.

3. Integritas dan Perilaku; Beberapa literature yang memuat pandangan tentang

integritas kaitannya dalam kajian perilaku organisasi, kepemimpinan dan

lainnya secara esensial menyandingkan integritas dengan kejujuran. Beberapa

peneliti menggunakan kedua istilah tersebut dengan menyamakan makna

keduanya, bahkan sinonim (Yukl & Van Fleet, 1992; Hosmer, 1995). Meski

kedua istilah tersebut berhubungan tetapi bukan berarti keduanya sinonim dan

bahkan berbeda. Integritas dan kejujuran adalah dua hal yang berbeda dan tidak

dapat disamakan. Menurut Rand (1957) kejujuran adalah pengakuan atas

kenyataan bahwa seseorang tidak dapat memalsukan eksistensi (yaitu fakta-

17
fakta tentang dunia luar), dan integritas adalah pengakuan tentang fakta bahwa

seseorang tidak dapat memalsukan kesadarannya (yaitu fakta-fakta yang

berhubungan dengan prinsip atau nilai yang dipegang seseorang). Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa kejujuran mengandalkan seseorang tidak

menggunakan kesadarannya untuk mendistorsikan realitas (baik bagi dirinya

sendiri ataupun orang lain), sedangkan integritas mengandalkan bahwa

seseorang tidak mengkhianati keyakinan tentang kesadarannya dalam

bertindak. Bila dikatakan bahwa integritas adalah sikap loyal terhadap prinsip

moral tertentu yang diwujudkan ke dalam tindakan, maka salah satu contoh

prinsip moral tersebut adalah untuk bertindak jujur pada setiap kesempatan.

Dengan demikian kejujuran dibutuhkan untuk menciptakan integritas, tetapi

bukan suatu keharusan. Agar dapat membentuk suatu integritas moral, tindakan

jujur haruslah didasari oleh prinsip moral kejujuran. Prinsip moral untuk

bertindak jujur ini sendiri harus merupakan turunan dari nilai kejujuran dan

nilai moral universal, bukan dari nilai lainnya. Dengan demikian tindakan

jujur yang dilakukan benar-benar nilai kejujuran itu sendiri bukan karena

alasan lain yang digunakan untuk membenarkan tindakan jujur.

Pemahaman terhadap makan integritas tidak cukup hanya dibahas pada

skala perilaku yang ditunjukkan oleh individu ataupun prinsip moral yang

dipegang oleh individu. Integritas mencakup keduanya, oleh karena itu kajian

maupun penilaian terhadap integriats harus meliputi baik pemahaman terhadap

prinsip moral yang dipegang oleh individu dan perilaku yang ditunjukkan. Prinsip

moral itu sendiri harus dibangun di atas nilai moral universal, sehingga tindakan

yang dilakukan sejalan dengan prinsip moral yang yang benar-benar berniali etis.

18
Integritas bukan hanya istilah yang merujuk pada perilaku etis, tetapi integritas

mengandalakan tingkat pemahaman moral yang universal yang secara rasional

dapat dipertanggung jawabkan.

D. Kualitas

Kualitas sering diartikan juga mutu adalah tingkat keberhasilan suatu

proses menghasilkan produk yang memenuhi syarat. Kualitas minimal adalah

yang memenuhi syarat minimal, sedangkan kualitas baik apabila kriteria yang

dipersyaratkan bisa terlampaui, melebihi syarat yang ditentukan. Keberhasilan

produk pendidikan adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas, artinya lulusan

yang memenuhi kriteria kompetensi yang dipersyaratkan. Kualitas lulusan akan

terlihat dalam aktivitasnya setelah bekerja. Mendapatkan pekerjaan sesuai

kompetensinya, bisa melaksanakan semua pekerjaan sesuai kompetensinya. Jika

bisa melebihi batas minimal persyaratan kompetensi diharapkan maka inibisa

diartikan sebagai keberhasilan menelorkan produk sangat baik dalam kualitasnya.

19
BAB IV

TUJUAN PENELITIAN

Adapun penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi sejauh mana

tingkat kepuasan mahasiswa Fakultas Farmasi dan sains UHAMKA dari tahun

akademik 2012-2013 sampai 2016-2017. Dengan diketahuinya tingkat kepuasan,

akan menjadi tolok ukur dalam pengambilan kebijakan pimpinan baik di tingkat

Fakultas maupun di tingkat Universitas untuk melangkah ke depan dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar. Di samping itu juga dengan adanya hasil

survei ini juga akan menjadi gambaran umum pelayanan dan bisa dijadikan bahan

penilaian dalam akreditasi Prodi maupun institusi.

20
BAB V
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan di Fakultas

Farmasi dan Sains UHAMKA dilakukan di kampus Klender. Dilakukan pada

bulan September 2016 sampai bulan Agustus 2017.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, diperoleh

melalui survei dengan kuesioner yang terdiri atas pertanyaan tertutup pada saat

mahasiswa melakukan Her Registrasi di Prodi Farmasi FFS UHAMKA secara on

line.

Data yang ditelusuri dalam penelitian ini adalah data-data yang terkait

langsung dengan kepuasan mahasiswa terhadap layanan yang diberikan oleh

seluruh bagian pelayanan pada Prodi Farmasi FFS UHAMKA selama ini. Agar

proses penggalian data lebih terarah maka gambaran sumber data dapat dirinci

sebagai berikut:

1. Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil adalah seluruh mahasiswa Prodi Farmasi FFS

UHAMKA yang mendaftar ulang secara on line melalui AKADEMIK ON LINE.

Pada saat mahasiswa akan Her Registrasi secara otomatis system komputer akan

memunculkan sejumlah pertanyaan tentang kepuasan pelayanan kepada

mahasiswa. Data langsung ter-input dan dikumpulkan pada bagian pusa IT


21
UHAMKA. Dengan demikian data diperoleh secara SENSUS. Selanjutnya data

akan diolah oleh TIM peneliti.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan

teknik survai. Pendekatan kuantitatif deskriptif dilakukan dengan pencarian fakta

mahasiswa Prodi Farmasi FFS UHAMKA. Di samping itu, pendekatan kuantitatif

deskriptif ini juga dilakukan untuk menjelaskan tentang karakteristik mahasiswa

Prodi Farmasi FFS UHAMKA dalam merasakan kualitas pelayanan selama proses

belajar mengajar. Selanjutnya, penggunaan metode survai bertujuan untuk

memperoleh gambaran tingkat kepuasan mahasiswa atas pelayanan di prodi

Farmasi FFS UHAMKA.

3. Teknik Analisis Data

Data yang diharapkan dari penelitian ini adalah data verbal yang

dikuantifikasi berdasarkan pertanyaan terstruktur yang telah disediakan untuk

responden. Sebelum dilakukan pengolahan data, dari data yang telah terkumpul

terlebih dahulu dilakukan perhitungan persentase atas jawaban responden. Data

disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana. Selanjutnya, data dianalisis dengan

menggunakan metode analisis Importance Performance Analysis (IPA) untuk

mengetahui apakah kinerja atau performa dari lulusan Farmasi UHAMKA itu

sesuai atau tidak dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur

kepuasan stakeholder.

22
Importance Performance Analysis (IPA), menurut Supranto (2006) adalah

metode untuk menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan stakeholder terhadap

kinerja lulusan Farmasi UHAMKA. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa

tingkat kepentingan UHAMKA dilihat dari kepuasan stakeholder terhadap kinerja

lulusan. Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dengan menggunakan skala

likert, dengan menggunakan diagram kartesius, dengan rumus sebagai berikut (1).

…………………………………………………………..(1)

Keterangan :
X = skor rataan tingkat kinerja
Ȳ = skor rataan kepentingan
N = jumlah responden

Hubungan antara tingkat kepuasan (kinerja) dan tingkat kepentingan

ditentukan dengan menggunakan diagram kartesius. Diagram kartesius merupakan

suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis

yang berpotongan tegak lurus pada titik – titik (X,Ȳ), dimana X adalah rata – rata

dari rata – rata skor tingkat kinerja atau kepuasan konsumen selluruh faktor atau

atribut dan Ȳ merupakan rata- rata dari rata- rata skor tingkat kepentingan seluruh

faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Titik tersebut diperoleh dari

rumus (2).

…………………………………………….(2)

Keterangan :
X = rataan skor tingkat kinerja seluruh atribut
Ȳ = rataan skor tingkat kepentingan seluruh atribut
K = banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan responden

23
Selanjutnya tingkat unsur- unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi

menjadi empat, yaitu kuadran I, II,III DAN IV ke dalam diagram kartesius

(Gambar. 3).

P I. Prioritas Utama II. Pertahankan Prestasi


Y
E

I
Y III. Prioritas Rendah IV. Berlebihan
N

N
X X
KINERJA

Gambar 1. Diagram Kartesius (Sumber : Supranto, 2006)


Keterangan:
Kuadran I: menunjukkan, bahwa atribut – atribut yang sangat
penting bagi konsumen, akan tetapi pihak perusahaan
belum melaksanakan sesuai dengan keinginan konsumen,
sehingga menimbulkan rasa tidak puas.
Kuadran II: Menunjukkan, bahwa atribut- atribut yang dianggap
penting oleh konsumen telah dilaksanakan dengan baik
dan dapat memuaskan pelanggan.
Kuadran III: Menunjukkan, bahwa atribut – atribut yang memang
dianggap oleh konsumen kurang penting, dimana
sebaiknya perusahaan menjalankan secara sedang.
Kuadran IV: Menunjukkan, bahwa atribut – atribut yang dianggap
kurang penting, tetapi dijalankan dengan sangat baik oleh
perusahaan atau sangat memuaskan.

24
Index Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index)

Metode Customer Satisfaction Index merupakan metode yang

menggunakan indeks untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat kepuasan

stakholder berdasarkan atribut tertentu yang telah ditetapkan. Hasil dari

pengukuran ini digunakan oleh UHAMKA sebagai acuan dalam memperbaiki

layanan untuk menghasilkan lulusan yang lebih baik pada tahun mendatang.

Dalam pandangan Dickson terdapat empat langkah dalam penghitungan Customer

Satisfaction Index (CSI), yaitu:

1. Menentukan Mean inportance score (MIS) dan Mean Satisfaction Score

(MSS) nilai ini diperoleh dari rata – rata kepentingan dan tingkat kinerja

2. Membuat Weight Factors (WF):

Weight Factors (WF), adalah fungsi dari Mean Importance Scare (MIS-i)

masing- masing atribut dalam bentuk persen dari total Mean Importance Score

(MIS-t) untuk seluruh atribut yang diuji. Mean Importance Score merupakan

nilai rata- rata score tingkat kepentingan yang didapat dari hasil penilaian

kepentingan dibagi dengan jumlah sampel. Bobot ini merupakan persentase

nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

3. Membuat Weight Score (WS)

Weight Score (WS), adalah fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) dikali
n
weighted factor (WF). Mean Satification Score merupakan nilai rata – rata

score tinggi kinerja yang didapat dari hasil penilaian kinerja yang didapat dari

hasil penilaian kinerja dibagi dengan jumlah sampel. Perkalian antara nilai

kinerja perfomance score dengan Importance weightting. Bobot ini

25
merupakan perkalian anatara Weight Factor (WF) dengan rata- rata tingkat

kepuasan (Mean Satification Score = MSS).

4. Menetukan Coustemer Satification Indeks (CSI)

Coustemer Satification Indeks (CSI), adalah fungsi dari weighted

Average (WA) dibagi highest scale (HS atau skala maksimum yang dipakai

skala 5 dikalikan 100 persen).

Skala kepuasan konsumen yang umum dipakai dalam interpretasi

indek adalah skala nol sampai satu, yaitu sebagai berikut :

a. 0,81 – 1,00 Sangat Puas

b. 0,66 – 0,80 Puas

c. 0,51 – 0,65 Cukup Puas

d. 0,35 – 0,50 Tidak Puas

e. 0,00 – 0,34 Tidak Puas

26
BAB VI

JADWAL PELAKSANAAN

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Farmasi dan Sains Universitas

Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Waktu penelitian mulai dilakukan pada

bulan September 2016 sampai dengan Agustus 2017.

Tabel I. Jadwal penelitian


Kegiatan Tanggal Keterangan
Persiapan dan pengumpulan data on September 2016 - FFS UHAMKA
line (ganjil 2016) - IT UHAMKA
Maret 2017 (genap
2017)
Pengolahan data awal Maret - Agustus 2017 IT UHAMKA
Pengolahan data di Fakultas September – FFS UHAMKA
Desember 2017
Evaluasi hasil pengolahan data Desember 2017 FFS UHAMKA
Presentasi dan pelaporan Hasil Januari 2018 FFS UHAMKA
Penelitian LPPM UHAMKA
Universitas

27
BAB VII

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian survei kepuasan mahasiswa di Prodi Farmasi FFS


UHAMKA ini dilakukan kepada mahasiswa yang akan melakukan her registrasi
secara on line. Prosesnya adalah pada saat mahasiswa sudah log in ke sistem
akademik on line akan muncul sejumlah pertanyaan yang harus dijawab terlebih
dahulu oleh mahasiswa sebelum melanjutkan ke pengisian KRS on line.
Untuk FFS UHAMKA survei yang dilakukan sudah sebanyak 9 kali, yaitu
genap 2012-2013, ganjil 2013-2014, genap 2013-2014, ganjil 2014-2015, genap
2014-2015, ganjil 2015-2016, genap 2015-2016, ganjil 2016-2017, dan genap
2016-2017. Adapun jumlah mahasiswanya yang disurvei dapat dilihat pada tabel
2, dengan terbanyak pada semester ganjil yaitu tahun akademik 2015-2016.

Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Yang Disurvei Per Semester Dalam 6 Kali


Survei

JUMLAH
NO SEMESTER
MAHASISWA
1. GENAP TAHUN AKADEMIK 2012-2013 1292
2. GANJIL TAHUN AKADEMIK 2013-2014 1737
3. GENAP TAHUN AKADEMIK 2013-2014 1512
4. GANJIL TAHUN AKADEMIK 2014-2015 1833
5. GENAP TAHUN AKADEMIK 2014-2015 1642
6. GANJIL TAHUN AKADEMIK 2015-2016 2056
7. GENAP TAHUN AKADEMIK 2015-2016 1747
8. GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016-2017 2019
9. GENAP TAHUN AKADEMIK 2016-2017 1867

Dalam penelitian ini pertanyaan yang diajukan meliputi pertanyaan


mengenai dosen, tenaga kependidikan / karyawan, pimpinan serta sarana dan
prasarana. Untuk dosen awalnya terdiri dari 9 pertanyaan sejak semester genap
13-14 menjadi 10 pertanyaan, untuk karyawan 4 pertanyaan, untuk pimpinan 4
pertanyaan dan untuk sarana dan prasarana awalnya ada 8 pertanyaan sejak genap
13-14 jadi 9 pertanyaan. Semua pertanyaan jawabannya hanya menyebutkan skor

28
antara 1 sampai 5 dengan 1 merupakan penilaian terrendah dan 5 adalah penilaian
tertinggi.

Tabel 3. Persentase Kepuasan Mahasiswa FFS dalam 9 Kali Survei

% KEPUASAN
No Aspek Penilaian GNP GJL GNP GJL GNP GNP GJL GNP
12-13 13-14 13-14 14-15 14-15 15-16 16-17 16-17
A Dosen 66,5 68,6 66,8 69,1 68,7 71,0 73,9 72,7
B Tenaga Kependidikan 67,7 69,0 66,7 68,9 68,5 70,8 74,2 72,7
C Pimpinan 65,1 68,3 66,8 69,1 68,8 70,9 73,9 72,7
D Sarana Prasarana 64,5 67,9 66,3 68,8 68,8 70,9 73,8 72,8
Keseluruhan 65,9 68,4 66,6 69,0 68,7 70,9 73,9 72,7

A. Aspek penilaian dosen


Penilaian dosen pada survei ini diperoleh data seperti pada Tabel 3, dari
data dapat dilihat rerata persentase kepuasan untuk dosen dari tiap semester
adalah 66,5 sampai 73,9% (cukup memuaskan) berarti untuk kualitas dosen dinilai
mahasiswa sudah cukup memuaskan. Jika dilihat fluktuasinya maka pada
semester genap 12-13 persentase sangat rendah yaitu hanyan 66,5 %, sedangkan
pada semster ganjil 16-17 mencapai 73,9%, ini menunjukkan trend kenaikan yang
sangat signifikan. Berarti mahasiswa FFS UHAMKA semakin merasa puas
dengan dosennya.

B. Aspek penilaian tenaga kependidikan


Penilaian untuk tenaga kependidikan atau karyawan pada survei ini
diperoleh data seperti tertera pada Tabel 3 di atas. Dari data dapat dilihat rerata
persen kepuasan untuk karyawan terrenda 66,7% dan tertinggi 74,2% (cukup
memuaskan) berarti untuk kualitas karyawan dinilai mahasiswa juga sudah cukup
memuaskan.
Ketidakpuasan mahasiswa terhadap karyawan cenderung sama
dibandingkan terhadap dosen, hal ini bisa dimaklumi karena selain jumlah
karyawan yang dirasa masih sangat kurang juga karena waktu pelayanan
rentangnya terlalu lebar dari jam 7.30 pagi sampai dengan jam 21.00. lebarnya
rentang waktu mahasiswa minta dilayani karyawan selama masa perkuliahan ini
29
menyebabkan kondisi karyawan menjadi kurang dalam pelayanannya terutama
untuk pelayanan di luar jam kerja (di atas jam 17.00). Banyak mahasiswa
mengeluhkan kesulitan mendapatkan pelayanan pada saat sudah sore. Sekalipun
dilakukan shift dalam pelayanan tetapi dalam kenyataan karyawan terkadang tetap
harus masuk dari pagi hingga malam sehingga kelelahan.
Untuk memenuhi kepuasan pelayanan kepada mahasiswa sudah barang
tentu peningkatan pelayanan harus selalu dilakukan. Penambahan jumlah
karyawan yang sebanding, peningkatan kualitas personal karyawannya dan
pembagian waktu kerja yang optimal akan meningkatkan kualitas pelayanan ini.
Tidak boleh hanya meningkatkan jumlah tanpa diikuti kualitas dan pengaturan
jam kerja. Ketiganya harus berjalan seiring. Di samping itu juga dalam hal
perilaku, tutur kata dan sopan santun, harus terus dibina. Peningkatan kualitas
mental dengan pembinaan Al-Islam Kemuhammadiyahan juga harus terus
dialakukan sebagaimana pembinaan untuk dosen dan seluruh sivitas akademika di
FFS UHAMKA ini.

C. Aspek penilaian pimpinan


Untuk penilaian pimpinan pada survei ini diperoleh data seperti pada
Tabel 3 di atas, dapat dilihat rentang persentase kepuasan untuk pimpinan adalah
65,1% sampai 73,9 (cukup memuaskan) berarti untuk kualitas pimpinan dinilai
mahasiswa sudah cukup memuaskan, dan terus meningkat. Kepuasannya belum
mencapai sangat memuaskan, hal ini perlu terus diperbaiki dan ditingkatkan.

D. Aspek penilaian sarana dan prasarana


Terhadap sarana dan prasarana mahasiswa juga menialai sudah merasa
cukup puas dengan rentang persentase kepuasan diperoleh 64,5% sampai 73,8%
(lihat Tabel 3).
Dari 9 aspek yang ditanyakan kepada mahasiswa mengenai kepuasan
mereka terhadap sarana dan prasarana, skor tertinggi diberikan untuk lingkungan
yang nyaman, akses menuju kampus, tempat ibadah yang memadai dan
laboratorium yang lengkap untuk menunjang proses belajar dan mengajar.

30
Sementara skor terrendah diberikan untuk menialai toilet dan sarana kebersihan,
dengan rerata skor 3,32 dan 3,30.
Penilaian ini menunjukkan bahwa pada saat ini Fakultas Farmasi dan
Sains UHAMKA telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai, mencukupi
untuk segala kegiatan mahasiswa terutama untuk kegiatan yang sifatnya primer
atau utama. Untuk kegiatan penunjang pun demikian. Banyak kegiatan ekstra
kurikuler yang dirasakan oleh mahasiswa sudah cukup memenuhi kebutuhan
mereka. Akan tetapi dari segi kualitas mereka masih menganggap belum
memuaskan.

Hal penting yang lain yang harus diperhatikan terkait sarana dan
prasarana ini adalah pemeliharaan. Untuk menjaga agar kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana tetap terjaga, maka pemeliharaan menjadi hal penting.
Kepuasan mahasiswa dalam menggunakan fasilitas di kampus tentu akan
terganggu apabila kualitas dan kuantitas sarana prasarana semakin lama semakin
menurun.

Gambar 1. Grafik Perbandingan Hasil Survei 9 Semester Berturut-turut

Baik dari segi personil, pimpinan, dosen dan karyawan, maupun dari segi
sarana dan prasarana dari survei kepuasan ini dapat kita lihat hasinya rata-rata
cukup memuaskan. Keadaan yang seperti ini sudah barang tentu harus menjadi
bahan pemikiran para pengelola di fakultas. Peningkatan kualitas dan kuantitas,
pemeliharaan, peningkatan mutu, pembinaan, pelatihan dan sebagainya menjadi

31
sesuatu keharusan. Unsur utama adalah bagaimana menjaga yang sudah ada,
selanjutnya baru meningkatkan kualitas dan disusul kuantitasnya.
Kepuasan mahasiswa FFS UHAMKA dari hasil survei 9 semester
terburut-turut ternyata semuanya menunjukkan peningkatan, semua aspek pada
tahun akademik 2016-2017 mendapatkan skor yang hampir sama yaitu 73,8
sampai 74,2. ini berarti mahasiswa FS UHAMKA sudah semakin merasakan
perubahan dari semua aspek ke arah yang semakin baik. Kenaikan yang cukup
signifikan bila dibandingkan sewaktu survei pertama tahun akademik 2012-2013.
Dengan memperhatikan hasil survei ini paling tidak bisa dijadikan acuan
awal untuk melaksanakan peningkatan mutu. Dengan melihat data keseluruhan
ini, maka dapat dikatakan bahwa FFS UHAMKA sudah memberikan cukup
kepuasan kepada para mahasiswa Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA.

32
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasar hasil survei kepuasan mahasiswa di Fakultas Farmasi dan Sains


UHAMKA tahun 2014/2015, maka dapat disimpulkan:
1. Mahasiswa Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA sudah merasa puas dengan
kondisi di FFS UHAMKA dapat dilihat dari rerata skor untuk keseluruhan
aspek yang ditanyakan sebesar 73,9%.
2. Pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, dan sarana prasarana di FFS
UHAMKA semuanya mendapatkan skor di atas 73,8%.

B. Saran

Berbagai kekurangan-kekurangan berdasarkan rincian aspek yang belum


memuaskan, selanjutnya harus dibuatkan dalam bentuk rekomendasi atas
kekurangan tersebut sehingga diharapkan kekurangan tersebut bisa segera
dipenuhi atau ditingkatkan oleh para pimpinan Fakultas sehingga kepuasan yang
terus membaik bagi para mahasiswa di Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA
terus meningkat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta. PT. Raja Grafindo


Persada.

Chaplin, J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah : Kartono, Kartini.


Jakarta. Grafindo Persada.

Cole, L. 1963. Psychology of Adolance. New York : Hort, Rienhart and Winston
inc.

Danim, S. 2006. Visi Baru manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Effendi, Onong U. 1980. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya.

Nana, F. 2011. Managing of strategic human capital management. Jakarta :


Erlangga.

Geertz, C. 1992. Kebudayaandan Agama. Jogyakarta: Kanisius.

Gibson. J.L. 1997. Organisasi, Perilaku, struktur dan Proses. Terjemahan. Nunuk
Adiarni. Jakarta. Penerbit Bina Rupa Aksara.

Gitosudarmo dan Sudita. 2000. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama.


Yogyakarta. BPFE.

Griffin, R.W. 1990. Management. 3nd Boston : Houghton Miffin Company.

Hasibuan, M .2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Sinar Grafika.

Ismail, F. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam:Studi Kritis dan Refleksi Historis.


Jogyakarta:Titian Ilahi Press.

Kahmad, D. 2002. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Liliweri, A. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya.


Yogyakarta: Lkis

Mangkunegara.A.A. Anwar Prabu. 2005. Perencanaan dan pengembangan SDM.


Bandung: Refika Aditama

Mappiare, A., 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mayer, R.E. (2001). Multimedia Learning. USA Cambridge University Press.

34
Merriam, W. 2009. Kamus Stanford Encyclopedia of
Philosophy.University Encyclopedia of Philosophy. Wikipedia.

Arni, M. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa. E.2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Penerbit


Remaja Rosda Karya.

Nashori, F. dan Rachmy D.M. 2002. Mengembagkan Kreativitas dalam Perspektif


Psikologi Islam. Jogyakarta:Menara Kudus.

Nasution, M. 1995. Sosiologi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, H. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.

Osborne, D. & Gaebler T. 1992. Mewirausahakan Birokrasi (terjemahan). Jakarta


: PPM.

Osborne, D. & Plastrik P. 1997. Memangkas Birokrasi (terjemahan). Jakarta PPM.

Posner and Kauzes .2009. The Leadesrhip Challenge. Jakarta. Erlangga.

Rakhmat. 1988. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV. Remaja Karya.

Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan


Non Profi. Jakarta: Gramedia.

Sedler, P. 1997. Leadership. London : Kogan.

Siagian, S.P, 1994. Patologi Birokrasi. Jakarta : Galia Indonesia.

Soekarso. dkk. 2010. Teori Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sutopo, H.A. 2003. Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Tilaar, H.A.R. (1999) Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam


Perspektif Abad 21. Magelang : Tera Indonesia

Thoha, M. 1999. Perilaku Organisasi,Cetakan X. Jakarta: Rajawali Pers.

Tjokrowinoto, M. 1996. Pembangunan, Dilema dan Tantangan. Yogyakarta.


Pustaka Pelajar.

Usman U. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.


35
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung : Alfabeta.

Wahyosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Rajawali Press.

Widiyanta, A. 2002. Sikap Terhadap Lingkungan Alam (Tinjauan Islam Dalam


Menyelesaikan Masalah Lingkungan). Makalah Psikologi Fakultas
Kedokteran / Program Studi Psikologi USU.

Yuki, Gary. 2010. Leadership in Organization. Saddle River. New Jersey :


Prentice. all ’Bout Psikologi, Bisnis Online, Aku , And Cinta.Htm. Http//
Religiusitas diakses 9 April 2008.

36
Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian

Menyiapkan instrumen
untuk dimasukkan ke
dalam sistem IT
MULAI Universitas

Melakukan uji coba


pengisian angket sampai Pengisian angket
didapat hasil dilanjutkan berbarengan dengan
dengan penerapan dalam pengisian KRS on line untuk
siste IT Universitas Mahasiswa Prodi Farmasi
UHAMKA .

Merekapitulasi skor dan


menghitung jumlah
pengisi angket dari Melaporkan Hasil Penelitian
keseluruhan data masuk kepada Lemlit UHAMKA
dilanjutkan mengolah data

37
Lampiran 2. Instrumen Penelitian

ANGKET PENELITIAN SURVEY KEPUASAN MAHASISWA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
Assalamualaikum wr.wb.

Saudara sekalian para mahasiswa, dimohon sebelum mengisi KRS secara on line mengisi
terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

Program Studi : …………………..

Beri tanda silang (X) pada kotak yang sesuai.

Skala
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5

I. Dosen
Senantiasa menciptakan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
1. suasana pembelajaran tidak baik baik
yang bernuasa islami baik

Kompeten dengan mata □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


2. kuliah yang diampunya tidak baik baik
baik
Teratur/tertib dalam □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
3. penggunaan waktu tidak baik baik
perkuliahan baik

Memberi tugas dan soal □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


4.
ujian yang sesuai dengan tidak baik baik
silabus, SAP, dan materi baik
ajar

Mampu menggunakan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


5. strategi pembelajaran yang tidak baik baik
efektif baik

Mampu dalam □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


6. pemanfaatan media tidak baik baik
pembelajaran baik

Memiliki wawasan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


7.
keilmuan yang mendalam tidak baik baik
baik
Berbusana rapih dan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
8.
serasi, bertutur kata, tidak baik baik
bersikap dan bertindak baik
santun

38
Skala
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
□ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
9. Toleran terhadap
perbedaan pendapat tidak baik baik
baik
Tenaga Kependidikan
Senantiasa mendukung □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
10. suasana kampus yang tidak baik baik
islami baik

Memberi pelayanan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


11. dengan ramah, tertib dan tidak baik baik
tepat waktu baik

Bersikap informatif dan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


12.
komunikatif tidak baik baik
baik
Memfasilitasi pengurusan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
13. surat-menyurat dan tidak baik baik
dokumen akademik baik

II. Pimpinan
Menciptakan kebijakan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
14. yang mendukung tidak baik baik
terwujudnya kampus islami baik

Mudah untuk menyediakan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


15. waktu berkomunikasi dan tidak baik baik
berkonsultasi baik

Berkomitmen terhadap □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


16.
mutu tidak baik baik
baik
Mengembangkan minat □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
17.
dan bakat mahasiswa tidak baik baik
baik
III. Sarana dan Prasarana
Lingkungan kampus yang □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
18.
nyaman dan aman tidak baik baik
baik

Ruang kelas nyaman dan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


19. memiliki alat pembelajaran tidak baik baik
yang lengkap baik

Ruang perpustakaan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


nyaman, dan memiliki tidak baik baik
20. koleksi pustaka lengkap, baik
serta mudah dalam
mengakses informasi

Laboratorium lengkap dan □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


21. sesuai dengan kebutuhan tidak baik baik
program studi baik

39
Skala
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5

Tempat beribadah yang □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


22.
memadai tidak baik baik
baik
Toilet dan sarana □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
23. kebersihan memadai, tidak baik baik
bersih, dan nyaman baik

Lokasi parkir memadai, □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat


24.
nyaman dan aman tidak baik baik
baik
Akses menuju dan keluar □ Sangat □ Tidak □ Cukup □ Baik □ Sangat
25.
kampus mudah tidak baik baik
baik

40
Lampiran 3: RIWAYAT HIDUP

Ketua Peneliti

Nama Lengkap : Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., Apt.


NIDN : 03.150768.01
Tempat/Tgl. Lahir : Ciamis, 15 Juli 1968
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Pria
Status : Dosen Tetap Persyarikatan di Farmasi FMIPA UHAMKA
Alamat Rumah : Jl. Ancol Selatan II, No. 29 A, Sunter Agung, Jakarta Utara, 14350
Rt.: 14 Rw.: 07 No. Telepon: 08129972982
Kantor : Jl. Delima II/IV Prumnas Klender, Jakarta Timur, 13460
No. Telepon: 021-8611070
No. Fax 021-86603233

PENDIDIKAN:

TAHUN
UNIVERSITAS GELAR BIDANG
SELESAI

FAK. FARMASI UGM


DRS 1991 FARMASI
JOGJAKARTA

FAK. FARMASI UGM


APOTEKER 1993 FARMASI
JOGJAKARTA

PASCASARJANA UGM TEKNOLOGI


M.Si. 2000
JOGJAKARTA FARMASI

41
PENGALAMAN PENELITIAN/Daftar Hibah Kompetitif yang pernah
diperoleh:

Tahun
No Nama Penelitian Sumber Dana
Penelitian

Penggunaan amilum biji nangka sebagai


1. 2006 Dikti
bahan tambahan dalam pembuatan tablet

Penggunaan amilum pregelatinasi


2. sebagai bahan pengikat dalam 2007 Dikti
pembuatan tablet

Pemanfaatan Amilum Pisang Kepok


3. Sebagai Bahan Tambahan dalam 2008 Dikti
Pembuatan Tablet

Perbandingan PVP, Gelatin dan


4. Musilago Amili sebagai pengikat tablet 2012 UHAMKA
Hisap Ekstrak Jahe

DAFTAR PUBLIKASI RELEVAN:

1. Uji Campuran 70% Amilum Umbi Singkong (Manihot esculenta Crantz.) dengan
30% Amilum Umbi Talas (Colocasia esculenta (L) Schott) sebagai bahan Pengisi
dalam Pembuatan Tablet, dalam: Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855, Vol
6 No. 1, Juli 2006 halaman 9 – 14 (JURNAL TERAKREDITASI)

2. Identifikasi Deksametason dengan KLT dan KCKT pada Jamu Gemuk yang Dijual di
Pasar Jatinegara, dalam: FaKtA Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Eksakta ISSN 1412-1224
Vol 3 No 1 Agustus 2006 halaman 33 – 36

3. Pemeriksaan Patologis Telur Cacing pada Sayuran di Wilayah Kemayoran Jakarta


Pusat, dalam: FaKtA Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Eksakta ISSN 1412-1224 Vol 3 No 2
Desember 2006 halaman 56 – 62

Jakarta, 17 Desember 2017


Yang membuat,

Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., Apt.

42
Anggota 1 Peneliti

Nama Lengkap : Dwitiyanti, M. Farm., Apt.


NIDN : 0305058203
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 5 Mei 1982
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Menikah
Alamat Rumah : Jln AMD XII, kel. Makasar, Kec. Makasar
Rt.: 004 Rw.: 002 No. Telepon: 08159367590
Kantor : Jl. Delima II/IV Prumnas Klender, Jakarta Timur, 13460
No. Telepon: 021-8611070
No. Fax 021-86603233

PENDIDIKAN:

TAHUN
UNIVERSITAS GELAR BIDANG
SELESAI

UHAMKA S.Si Farmasi

UHAMKA Apt Profesi Apoteker

Farmasi-
Univ. Andalas M.Farm 2011
Farmakologi

PENGALAMAN PENELITIAN/Daftar Hibah Kompetitif yang pernah


diperoleh:

Tahun
No Nama Penelitian Sumber Dana
Penelitian
Uji Toksisitas Ekstrak Etanol 70% Daun Teh
1. (Camelia sinensis (L.) Kuntze) dengan 2012 lemlitbang
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2. Hibah Bersaing 2013 dikti


Kombinasi Ekstrak Etanol Rimpang
43
Zingiber officinale Roscoe dengan Zn
Sebagai Hipoglikemia, Hipolipidemia,
dan Antiaterosklerosis pada Mencit
Diabetik Diet Tinggi Kolesterol.

DAFTAR PUBLIKASI RELEVAN:


1. Aktivitas Ekstrak Jahe Gajah (Zingiber Officinale) Dengan Zinc Terhadap Kadar
glukosa Darah Mencit Yang Diinduksi Streptozotocin Dan Pakan Hiperkolesterol.
ISSN: 2302-772X, Vol 2, No.2 Oktober 2014, Hal 29-35
Jakarta, 17 Desember 2017
Yang membuat,

Dwitiyanti, M.Farm., Apt.

44
Anggota 2 Peneliti

Nama Lengkap : Pramulani Mulya Lestari, M.Farm., Apt.


NIDN : 0301118401
Tempat/Tgl. Lahir : Kepahiang / 1 November 1984
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Wanita
Status Pernikahan : Nikah
Alamat Rumah : Jl. Bina Asih 3, Cluster Jatiasih Village Blok F 1 No. 11
Rt.: 006 Rw.: 008 No. Telepon: 085781067170
Kantor : Jl. Delima II/IV Prumnas Klender, Jakarta Timur, 13460
No. Telepon: 021-8611070
No. Fax 021-86603233

PENDIDIKAN:

TAHUN
UNIVERSITAS GELAR BIDANG
SELESAI

UHAMKA S.Si 2006 Farmasi

UHAMKA Apt. 2008 Profesi Apoteker

Teknologi
Univ. Andalas M.Farm 2011
Farmasi

PENGALAMAN PENELITIAN/Daftar Hibah Kompetitif yang pernah


diperoleh:

Tahun
No Nama Penelitian Sumber Dana
Penelitian

Pembuatan Kembang Gula Jelly Lidah LPPM


1. Buaya dengan Gelatin sebagai Gelling 2015
UHAMKA
Agent
Pemanfaatan Pektin dari Kulit Buah LPPM
2. Pisang kepok (Musa paradisiaca) 2014
UHAMKA
sebagai pengikat dalam Pasta Gigi

45
Pembuatan Sediaan Topikal dan Uji
Aktivitas dari Kombinasi Zinc Oxide LPPM
3. 2013
dengan Madu (mel depuratum) untuk UHAMKA
Luka Terbuka pada Tikus Putih Jantan

Stabilitas Fisik Tablet Kunyah Ekstrak


Etanol 95% Rimpang Kencur LPPM
4. (Kaempfria galangal L) dengan variasi 2013
UHAMKA
konsentrasi metil selulosa Sebagai
Bahan pengikat

Pengaruh Peningkatan Konsentrasi


Polivinil Alkohol, Carbomer 980, dan
LPPM
5. Natrium karboksi Metil Selulosa sebagai 2012
UHAMKA
Gelling Agent Terhadap Stabilitas Fisik
Masker Gel Peel-Off Sari Buah Nanas.

DAFTAR PUBLIKASI RELEVAN:


1. Optimasi Perbandingan Hidroksi Propil Metil Celulosa dengan Eudragit RS
30 D sebagai Penyalut terhadap Propil Disolusi Mikrokapsul Diltiazem HCl
dengan Metoda Pengeringan Semprot

2. Formulasi dan Evaluasi Fisik Granul Effervescent Sari Buah Naga


(Hylocereus undatus).
3. Comparasion Optimization Ethyl Cellulosa and Eudragit RS 30D as the
Profile Coating Dissolution of Diltiazem HCl Microcapsul with Spray
Drying.
4. The Influence of Increase Concentration Polyvinil Alcohol (PVA) as A
Gelling Agent on Physical Properties of the Peel-off Gel of Pineapple Juice
(Ananas comomus L)

Jakarta, 17 Desember 2017


Yang membuat,

Pramulani Mulya Lestari, M.Farm., Apt.

46
Anggota 3 Peneliti

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Meri Suzana, SST, MKes
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional -
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 197707292001122002
5 NIDN -
6 Tempat, Tanggal Lahir Padang, 29 Juli 1977
7 E-mail merisuzana@yahoo.co.id
8 Nomor Telepon/HP 081213003477
Jl. Delima II/IV Perumnas Klender, Jakarta Timur
9 Alamat Kantor
13460
10 Nomor Telepon/Faks 021-8611070/021-86603233
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan -
12 Nomor Telepon/Faks -
1. Urinalisa dan Feses, teori dan praktikum
2. Hemostasis dan Koagulasi, teori dan paktikum
13 Mata Kuliah yang Diampu
3. Kimia Klinik Cairan Tubuh, teori dan praktikum
4. Kimia Klinik Darah

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3


Poltekkes Kemenkes
Nama Perguruan Tinggi Universitas Respati Indonesia -
Bandung
Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Bidang Ilmu Analis Kesehatan peminatan Promosi -
Kesehatan
Tahun Masuk-Lulus 2011 – 2012 2012 - 2014 -
Faktor-Faktor Yang
Diterminan Laanya Pasien
Mempengaruhi Lamanya
Ketergantungan Opioit
Pasien Ketergantungan
Berada dalam Program Terapi
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Opioid Berada dala Terapi -
Rumatan Metadon di RSKO
Rumatan Metadon di
Jakarta Tahun 2012 - 2014
RSKO Jakarta Pada 1
Januari 2008 sampai

47
dengan 1 Januari 2012
Wiwin Wiryanti, 1. Prof. Dr. dr. Rachmadi
Nama
S.Pd, M.Kes Purwana, SKM -
Pembimbing/Promotor

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

Pendanaan
No. Tahun Judul Penelitian Jml
Sumber*
(Juta Rp)

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Jml
Sumber* (Juta
Rp)
1
2

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun


1
2

F. Pertemuan Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir (seminar, lokakarya,


workshop, dll)

Yang
No. Jenis Pertemuan Tahun
mengadakan
2014, 2015,
1 Seminar PATELKI PATELKI
2016

48
Seminar Nasional , Kontribusi Penelitian dan Pengabdian
Poltekes III
2 Masyarakat Civitas Akademika Terhadap Pengembangan 2016
Jakarta
IPTEK Kesehatan

G. Pengalaman Organisasi

No. Nama Organisasi Jabatan Tahun


1
2

G. Riwayat Kerja

No. Instansi Jabatan Tahun


1 Lab. Klinik Gunung Sahari Analis 2000 - 2001
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
2 Staf Laboratorium 2001 - Sekarang
Jakarta
3 Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Dosen 2014 – Sekarang

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penelitian Dosen Pemula.

Jakarta, 17 Desember 2017

Meri Suzana, SST, M.Kes.

49

Anda mungkin juga menyukai