Anda di halaman 1dari 48

PEDOMAN PENULISAN

LITERATURE REVIEW
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
Jl. Jend. A.H. Nasution. No. G.14 Anduonohu, Kota Kendari 93232
Telp. (0401) 3190492 Fax. (0401) 3193339 e-mail: poltekkeskendari@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN KENDARI
NOMOR : PP.03.01/1/ 1012 /2020

TENTANG

PENETAPAN BUKU PANDUAN LITERATURE REVIEW


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KENDARI

TAHUN 2020

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN KENDARI

MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka mempersiapkan calon lulusan Poltekkes


Kemenkes Kendari dalam menyelesaikan tugas akhir dimasa
pandemik COVID-19;
b. bahwa Buku Panduan Penulisan Literature Review ini dibuat
sebagai petunjuk bagi Mahasiswa tingkat akhir dalam
menyelesikan salah satu syarat pendidikan di Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam point a dan b, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari tentang Buku Panduan
Penulisan Literature Review

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3495) ;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pendidikan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembar
Negara Nomor 5063);
4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 158, tambahan lembaran negara Republik Indonesia
Nomor 5336);
5. Undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 158, tambahan lembaran negara Republik Indonesia
Nomor 5607);
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 50
Tahun 2014 tentang sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Tinggi;
7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI
Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 38 Tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan di
Lingkungan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan;
9. DIPA Poltekkes Kemenkes Kendari tahun anggaran 2020
.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


KENDARI TENTANG BUKU PANDUAN PENULISAN LITERATURE
REVIEW POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
PERIODE 2017-2021

Pertama : Buku Panduan Penulisan Literature Review sebagaimana


dimaksud tercantum dalam lampiran Keputusan ini merupakan
petunjuk untuk penulisan karya tulis ilmiah.

Kedua : Segala biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan dalam


keputusan ini dibebankan kepada Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari
Tahun Anggaran 2020.

Ketiga : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Kendari
Pada tanggal 20 Mei 2020
Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kendari

Askrening, SKM, M.Kes


NIP 196909301990022001
Kata pengantar

Literature review atau yang biasa disebut dengan studi pustaka, akan sangat
diperlukan untuk memberikan dasar/landasan yang kuat mengenai kenapa kita memilih
tema tertentu. Selain itu, kenapa kita juga menerapkan metode tertentu dan bukan
menerapkan metode yang lainnya. Atau sekedar memberikan dasar/landasan teori yang
menjadi fondasi lingkup pekerjaan yang ingin kita laporkan. Tinjauan literatur berperan
penting dalam dunia pendidikan, Seperti dalam disiplin akademis apa pun, sintesis
pengetahuan menjadi sangat diperlukan untuk mengikuti literatur dibadang kesehatan yang
terrus tumbuh secara eksponensial, membantu para praktisi, akademisi, dan mahasiswa
dalam menemukan, mengevaluasi, dan mensintesis isi banyak makalah empiris dan
konseptual.
Literature review memiliki peran penting dalam membuat suatu tulisan ataupun
karangan ilmiah, karena dapat memberikan ide dan tujuan tentang topik penelitian yang
akan dilakukan. Pada umumnya berisi ulasan, rangkuman & pemikiran penulis tentang
beberapa pustaka (buku, jurnal, majalah) yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Semua pernyataan dan/atau hasil penelitian yang bukan berasal dari penulis harus
disebutkan sumbernya (mengacu pada kaidah kutipan yang berlaku). Dalam menguraikan
penelitian harus dijelaskan mengenai peubah atau variabel yang digunakan, model yang
digunakan, rancangan oenelitian, sampling & teknik pengumpulannya, analisis data & cara
penafsirannya.
Dalam menulis literature review perlu tentang ide dan gagasan, topik tulisan dalam
penelitian, apakah kekurangan dan kelebihan dari sebuah riset dibandingkan riset riset
lainnya yang pernah ada sebelumnya. Review literatur adalah sebuah metode yang
sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis
terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para
peneliti dan praktisi. Sangat diharapkan semua baik dosen dan mahasiswa untuk benar-
benar dapat saling bersinergi sehingga laporan ilmiah melalui literatur review dapat di
apliksikan sebagai penganti KTI akibat wabah Covid 19 ini.
Dasar Pelaksanaan KTI ; Yang Di Ganti Dengan Laporan Penelitian Mengunakan
Literatur Review

Memperhatikan :
a. Surat edaran dari Kementerian Kesehatan RI Nomor. HK.02.02/Menkes/056/2020
perihalmenindaklanjuti WHO yang telah menetapkan status kejadian inveksi COVID-19
sebagai darurat kesehatan global,
b. Kementerian Pendidikandan kebudayaan Nomor.35492/A.A5/HK/2020 tanggal 12
Maret 2020 tentang Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di
Kementerian Pendidikandan Kebudayaan
c. Surat EdaranPusdik SDM Kesehatan BPPSDMK Nomor. PM.03.01/3/01920/2020
tanggal 14 Maret 2020 tentang Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
d. Surat Edaran Sekretaris Jendera Kemenkes RI Nomor. HK.02.02/III/991/2020 tanggal
18 Maret 2020 tentang Optimalisasi Pembelajaran Daring di Poltekkes Kemenkes
DalamUpaya Pencegahan Penyebaran COVID-19
e. Surat Edaran Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK Nomor. DM.01.01/2/1338/2020
tanggal26 Maret 2020 tentang Perpanjangan Pembelajaran Daring Dalam Rangka
Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
f. Surat dari Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Nomor.
245/E.E2/PD/2020 Tanggal 18 Maret 2020 perihal Penundaan Pelaksanaan Uji
Kompetensi Tenaga Kesehatan Periode I BulanMaret 2020
g. Rapat Pokja Keperawatan Poltekkes Kemenkes terkait dengan PBM masa tanggap
darurat Covid-19, pada Senin, 30 maret 2020 (rapat on-line 13.00- 15.00 wib)
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menulis proposal ataupun laporan hasil kerja dalam bentuk tugas akhir, skripsi,
studi pustaka sangat diperlukan untuk memberikan dasar/landasan yang kuat mengenai
kenapa kita memilih tema tertentu, kenapa kita menerapkan metode tertentu dan bukan
metode yang lainnya atau sekedar memberi dasar/landasan teori yang menjadi fondasi
lingkup pekerjaan yang ingin kita laporkan. Literature review adalah uraian tentang
teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk
dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas
dari perumusan masalah yang ingin diteliti. Sumber yang lain menyatakan, literature
review adalah analisa berupa kritik (melihat kelebihan atau kekurangan) dari penelitian
yang sedang dilakukan terhadap topik khusus atau pertanyaan terhadap suatu bagian
dari keilmuan. Literature review merupakan cerita ilmiah terhadap suatu permasalahan
tertentu.(Helen Mongan-Rallis, 2014)
Dalam menulis literature review perlu tentang ide dan gagasan, topik tulisan
dalam penelitian, apakah kekurangan dan kelebihan dari sebuah riset dibandingkan riset
riset lainnya yang pernah ada sebelumnya. Review literatur adalah sebuah metode yang
sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis
terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh
para peneliti dan praktisi. Literature review bertujuan untuk membuat analisis dan
sintesis terhadap pengetahuan yang sudah ada terkait topik yang akan diteliti untuk
menemukan ruang kosong (gaps) bagi penelitian yang akan dilakukan (Okoli &
Schabram, 2010)
Literatur review dapat berupa ringkasan sederhana dari berbagai sumber yang
memiliki pola organisasi dan menggabungkan ringkasan dan sintesis. Ringkasan adalah
rekap dari informasi penting dari sumber, dan sintesis adalah pengorganisasian kembali,
atau perombakan, dari informasi tersebut akan memberikan interpretasi baru dari materi
lama atau menggabungkan yang materi baru dengan interpretasi lama, melacak
perkembangan, termasuk perdebatan (H Mongan-Rallis, 2006).
Di dalam kampus, literature review atau studi pustaka ini merupakan istilah yang
sering digunakan oleh mahasiswa ketika sedang mengerjakan sebuah skripsi, tesis,
ataupun disertesi. Bukan hanya mahasiswa, namun dosen dan peneliti juga fasih dalam
menggunakan istilah ini. Karena, di dalam lingkungan akademisi sangat dekat dengan
perilaku literature review tersebut.

B. DASAR TEORI LITERATUR REVIEW


1. Pengertian Literature Review
Literature review adalah, uraian mengenai sebuah teori, atau temuan yang
didapat dari bahan acuan untuk dijadikan sebagai landasan kegiatan penelitian
dengan tujuan, menyusun sebuah kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan
masalah yang akan diteliti. Tinjauan literatur secara luas digambarkan sebagai cara
sistematis mengumpulkan dan mensintesis penelitian sebelumnya. Tinjauan yang
efektif yang dilakukan dengan baik sebagai metode penelitian menjadi dasar yang
kuat untuk meningkatkan pengetahuan dan memfasilitasi pengembangan teori,
Dengan mengintegrasikan temuan dan perspektif dari berbagai temuan empiris,
tinjauan literatur dapat menjawab pertanyaan penelitian dengan kekuatan yang tidak
dimiliki oleh metode studi lain. Teknik menulis menggunakan Literature review
diartikan sebagai metode identifikasi, evaluasi, dan penafsiran karya orang lain di
bidang keilmuan tertentu yang menjadi masalah penelitan (Tranfield et al., 2003;
Webster & Watson, 2002)
Literature review tidak hanya bermakna membaca literatur, tapi lebih ke arah
evaluasi yang mendalam dan kritis tentang penelitian sebelumnya pada suatu topik.
Literature revie w yang baik adalah yang melakukan evaluasi terhadap kualitas dan
temuan baru dari suatu paper ilmiah, Melakukan analisis kritis terhadap sumber yang
diterbitkan, pada topik tertentu. pada dasarnya review literatur adalah penilaian kritis
dari pengetahuan kolektif saat ini tentang suatu subjek. Tinjauan literatur menjadi
ringkasan informasi yang informatif, klasifikasi, perbandingan dan evaluasi. tetapi
tidak bias, memberikan pandangan yang seimbang yang mencakup temuan dan
inkonsistensi yang saling bertentangan, serta pemikiran terbaru. Literature review
membantu memberikan gambaran umum tentang bidang-bidang di mana
penelitiannya berbeda dan interdisipliner. Selain itu, tinjauan pustaka adalah cara
yang sangat baik untuk mensintesis temuan penelitian untuk menunjukkan bukti pada
tingkat meta dan untuk mengungkap area di mana lebih banyak penelitian diperlukan,
yang merupakan komponen penting untuk menciptakan kerangka kerja teoritis dan
membangun model konseptual. Namun, cara tradisional untuk menggambarkan dan
menggambarkan literatur sering kurang teliti dan tidak
dilakukan secara sistematis (Tranfield, Denyer, & Smart, 2003; Winchester & Salji,
2016)

2. Tujuan Dari Literature Review


Tujuan dibuatnya literature review adalah, untuk meyakinkan pembaca
mengenai ide dan gagasan tulisan Anda yang akan diketengahkan dalam penelitian.
Kemudian, apa saja kekurangan dari riset kalian, dan apa kelebihan riset Anda
daripada riset-tiset lainnya yang pernah ada sebelumnya. Selain itu, sebagai sebuah
karya tulis, tentu literature reveiw tidak dapat dibuat dengan cara asal susun, tempel
sana tempel sini. Namun, ada cara yang perlu diperhatikan dan harus ada alur yang
halus agar mudah dipahami oleh pembacanya.
Kegunaan atau tujuan dari literature review, selain akan memperluas cakupan
pengetahuan bagi penulisnya, juga akan mengasah kemampuan penulisnya dalam
mencari sebuah informasi dan melakukan taksiran kritis. Karena, di dalam mencari
sebuah informasi, terdapat seni dan cara tersendiri. Kita tidak boleh asal comot
informasi begitu saja. Oleh karena itu, sebagai seorang peneliti atau pembuat
literature review, kita harus memastikan bahwa apa yang kita catat tersebut berasal
dari penerbitan yang terpercaya. Misalnya macam-macam karya ilmiah seperti jurnal,
laporan penelitian, buku, proseding seminar, dan lain sebagainya. Selain itu, masing-
masing sumber dari literature review yang akan kita buat juga harus dilihat, siapa
penulisnya dan pada tahun berapa penulisannya. Kita juga harus mempunyai prinsip
dasar, apa saja yang akan kita masukan ke dalam literature reivew tersebut.
Di antara metode lain, tinjauan literatur sangat penting untuk: (a)
mengidentifikasi apa yang telah ditulis pada subjek atau topik; (B) menentukan
sejauh mana area penelitian tertentu mengungkapkan tren atau pola yang dapat
ditafsirkan; (c) menggabungkan temuan empiris yang terkait dengan pertanyaan
penelitian sempit untuk mendukung praktik berbasis bukti; (d) menghasilkan
kerangka kerja dan teori baru; dan (e) mengidentifikasi topik atau pertanyaan yang
membutuhkan penyelidikan lebih lanjut (Paré, Trudel, Jaana, & Kitsiou, 2015).

3. Tujuan dari Literatur Review adalah untuk:


a. Membantu peneliti untuk dapat lebih memahami permasalahan yang sedang
diteliti dengan benar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah, sehingga peneliti
memahami bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan.
b. Mengetahui tentang uraian teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh
dari bahan acuan untuk dijadikan landasan dalam kegiatan penelitian.
c. Menyusun kerangka pemikiran dalam pemecahan masalah.
d. Mendapatkan gambaran yang berkenaan dengan apa yang sudah dikerjakan orang
lain sebelumnya, dimana gambaran ini terkait dengan penelitian si peneliti.

Poin-Poin Utama; (Maggio, Sewell, & Artino, 2016)


a. Tinjauan literatur membentuk dasar untuk penelitian pendidikan kesehatan yang
berkualitas dan membantu memaksimalkan relevansi, orisinalitas, generalisasi,
dan dampak.
b. Tinjauan literatur memberikan konteks, menginformasikan metodologi,
memaksimalkan inovasi, menghindari penelitian duplikasi, dan memastikan
bahwa standar profesional terpenuhi.
c. Tinjauan literatur membutuhkan waktu, bersifat iteratif, dan harus dilanjutkan
selama proses penelitian.
d. Peneliti harus memaksimalkan penggunaan sumber daya manusia (pustakawan,
kolega), alat pencarian (database / mesin pencari), dan literatur yang ada (artikel).

4. Mengapa Harus Menulis Tinjauan Literatur


Literatur yang relevan sangat penting untuk semua disiplin ilmu. Ketika
membaca sebuah artikel, penulis mulai dengan menjelaskan penelitian sebelumnya
untuk memetakan dan menilai area penelitian untuk memotivasi tujuan penelitian dan
membenarkan pertanyaan penelitian dan hipotesis. Yang disebut sebagai
"tinjauan literatur," "kerangka kerja teoritis," atau "latar belakang penelitian." agar
tinjauan literatur menjadi metodologi penelitian yang tepat, seperti halnya dengan
penelitian lain, sebaiknya mengikuti langkah-langkah yang tepat agar ulasan tersebut
akurat, tepat, dan dapat dipercaya. Seperti semua penelitian, nilai tinjauan akademik
tergantung pada apa yang dilakukan, apa yang ditemukan, dan kejelasan pelaporan.
pada tujuan literature review, peneliti dapat menggunakan sejumlah strategi, standar,
dan pedoman yang dikembangkan terutama untuk melakukan tinjauan literatur
(David Moher, Liberati, Tetzlaff, & Altman, 2009; D. Moher, Stewart, & Shekelle,
2015)
5. Kapan Tinjauan Literatur Digunakan Sebagai Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, tinjauan literatur menjadi alat
metodologi terbaik untuk memberikan jawaban. Sebagai contoh, ulasan berguna
ketika peneliti ingin mengevaluasi teori atau bukti dalam bidang tertentu atau untuk
memeriksa validitas atau keakuratan teori tertentu atau perbandingan
teori. Pendekatan ini, seperti menyelidiki efek atau hubungan antara dua variabel
tertentu, atau bisa lebih luas, seperti menjelajahi bukti kolektif di area penelitian
tertentu. Selain itu, tinjauan literatur berguna ketika tujuannya adalah untuk
memberikan tinjauan umum tentang masalah tertentu atau masalah
penelitian. Biasanya, jenis tinjauan pustaka ini dilakukan untuk mengevaluasi tingkat
pengetahuan tentang topik tertentu. Ini dapat digunakan, misalnya, untuk membuat
agenda penelitian, mengidentifikasi kesenjangan dalam penelitian, atau hanya
membahas masalah tertentu (Torraco, 2005)
Tinjauan literatur dapat berguna jika tujuannya untuk pengembangan teori.
Dalam kasus ini, tinjauan pustaka memberikan dasar untuk membangun teori
konseptual baru, dan sangat penting ketika bertujuan untuk memetakan
pengembangan bidang penelitian tertentu dari waktu ke waktu. penting untuk dicatat
bahwa metode yang digunakan akan bervariasi tergantung pada tujuan tinjauan
literatur (Torraco, 2005; Tranfield, Denyer, & Smart, 2003)
Literature review tidak hanya memberikan gambaran tentang penyampaian
hasil penelitian tetapi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memaparkan
pandangan kritis terhadap masalah yang ditelitinya, memnerikan keuntungan karena
Dengan melakukan tinjauan literatur, akan memudahkan dalam menemukan
permasalahan penelitian. Literature review dapat digunakan untuk
mengorganisasikan literatur terdahulu dan mengevaluasinya, sehingga dapat
menemukan berbagai hal yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukannya,
selain itu dapat mnegetahui permasalahan yang belum pernah dikaji sesuia topik
penelitian yang ditelaahnya, menjadi peluang bagi para peneliti baru lebih produktif
dalam menemukan persoalan-persoalan yang bisa dikaji. (D. Moher et al., 2015)

6. Pendekatan Menyusun Tinjauan Literatur, (Snyder, 2019)


Terdapat beberapa pedoman tinjauan literatur, tergantung pada metodologi
sesuai tujuan dari tinjauan literatur, (Tabel 1 ). Pendekatan yang dilakukan dapat
bersifat kualitatif, kuantitatif, atau desain gabungan antara kualitatif dan kuantitatif
. tiga jenis metode yang umum digunakan dirangkum dalam Tabel 2. Secara umum
terdiri dari tinjauan sistematis, tinjauan semi-sistematis, dan tinjauan integratif.
semua strategi peninjauan ini sangat membantu untuk menjawab pertanyaan
penelitian tertentu. Namun, ada banyak bentuk tinjauan literatur lainnya, dan
elemen-elemen dari pendekatan yang berbeda sering digabungkan, Karena
pendekatan ini cukup luas, dan perbedaan antara systematic review dan literature
review (Tabel 2 ).

Tabel 1 . Pendekatan tinjauan literatur.

Pendekatan Sistematis Semi-sistematis Integratif


Tinjauan umum area
Mensintesis dan
Tujuan khusus membandingkan bukti penelitian dan pengembangan Kritik dan sintesis
dari waktu ke waktu
Pertanyaan
Spesifik Luas Sempit atau luas
penelitian
Strategi Biasanya tidak
Sistematis Mungkin atau tidak sistematis
pencarian sistematis
Artikel penelitian,
Karakteristik
Artikel kuantitatif Artikel penelitian buku, dan teks yang
sampel
diterbitkan lainnya
Analisis dan
Kuantitatif Kualitatif kuantitatif Kualitatif
evaluasi
Tema pengetahuan
Taksonomi atau
Bukti dampak dalam literatur
Contoh klasifikasi
Memberitahu Tinjauan sejarah
kontribusi Model atau kerangka
kebijakan dan praktik Agenda penelitian
kerja teoritis
Model teoritis

7. Methods Literature Reviews & Jenis Literatur Review Pada Artikel ; (Lau &
Kuziemsky, 2016; Paré et al., 2015)
Peneliti e-Health memiliki sejumlah pendekatan dan metode untuk memahami
literatur yang ada, semuanya dengan tujuan untuk temuan penelitian dalam konteks
sejarah atau menjelaskan kontradiksi yang mungkin ada di antara serangkaian studi
penelitian utama yang dilakukan pada topik tertentu. jenis literatur review yang
merupakan pusat pertumbuhan dan perkembangan domain e-Health.
a. Literatur review Naratif ; (Paré et al., 2015)
Ulasan naratif adalah cara "tradisional" untuk meninjau literatur yang ada
dan condong ke interpretasi kualitatif dari pengetahuan sebelumnya. Sederhananya,
sebuah tinjauan naratif mencoba untuk merangkum atau mensintesis apa yang telah
ditulis pada topik tertentu tetapi tidak mencari generalisasi atau pengetahuan
kumulatif dari apa yang ditinjau. Sebagai gantinya, tim peninjau sering melakukan
tugas mengumpulkan dan mensintesis literatur untuk menunjukkan nilai dari sudut
pandang tertentu. Karena itu, pengulas dapat secara selektif mengabaikan atau
membatasi perhatian yang diberikan pada studi tertentu untuk membuat suatu poin.
Dalam pendekatan yang tidak sistematis ini, pemilihan informasi dari artikel utama
adalah subyektif, tidak memiliki kriteria eksplisit untuk inklusi dan dapat
menyebabkan interpretasi atau kesimpulan yang bias. Ada beberapa ulasan naratif
dalam domain eHealth tertentu, seperti di semua bidang, yang mengikuti pendekatan
yang tidak terstruktur.
Terlepas dari kritik-kritik ini, tinjauan jenis ini sangat berguna dalam
mengumpulkan sejumlah literatur dalam bidang studi tertentu dan
mensintesiskannya. Seperti disebutkan di atas, tujuan utamanya adalah untuk
pembaca dengan latar belakang yang komprehensif agar memahami pengetahuan
saat ini dan menyoroti pentingnya penelitian baru. Di dunia pendidikan lebih
menyukai menggunakan ulasan naratif di kelas karena mereka sering lebih up to
date daripada buku teks, menyediakan sumber tunggal bagi siswa untuk referensi,
dan mengekspos siswa untuk literatur peer-review. Bagi para peneliti, ulasan naratif
dapat menginspirasi ide-ide penelitian dengan mengidentifikasi kesenjangan atau
ketidakkonsistenan dalam pengetahuan, sehingga membantu para peneliti untuk
menentukan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis.

Yang penting, ulasan naratif juga dapat digunakan sebagai artikel pendidikan untuk
membuat para praktisi up to date dengan topik masalah tertentu.
Yang terbaru, ada beberapa upaya untuk memperkenalkan seleksi lebih ketat
dalam ulasan naratif yang akan membawa perubahan ke dalam standar publikasi
kerangka kerja umum untuk melakukan tinjauan tersebut dengan Model mengikuti
pendekatan pemrosesan data sistematis yang terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1) pencarian dan penyaringan literatur;
2) ekstraksi dan analisis data; dan
3) menulis tinjauan literatur.
Adanya instruksi terperinci dan sangat membantu tentang bagaimana
melakukan setiap langkah dari proses peninjauan. Sebagai kontribusi metodologis
lainnya, vom Brocke et al. (2009) menawarkan serangkaian pedoman untuk
melakukan tinjauan literatur, dengan fokus khusus tentang cara mencari dan
mengekstrak pengetahuan yang relevan. Bandara, Miskon, dan Fielt (2011)
mengusulkan metode terstruktur, dan standar. Darlow dan Wen (2015) memberikan
contoh yang baik dari tinjauan narasi yang sangat terstruktur dengan penulis
mensintesis artikel yang diterbitkan yang menggambarkan proses pengembangan
intervensi kesehatan untuk manajemen diri perawatan kanker pasien. Seperti dalam
kebanyakan ulasan naratif, ruang lingkup pertanyaan penelitian yang diselidiki luas:
1) bagaimana pengembangan sistem ini dilakukan;
2) (B) metode mana yang digunakan untuk menyelidiki sistem ini; dan
3) kesimpulan apa yang dapat ditarik sebagai hasil dari pengembangan sistem ini.

Untuk memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan-pertanyaan ini, pertama :


pencarian literatur dilakukan pada enam database elektronik dan Google Cendekia.
Pencarian dilakukan dengan menggunakan beberapa istilah dan kata-kata teks
bebas, menggabungkannya dengan cara yang tepat. Empat kriteria inklusi dan tiga
eksklusi digunakan selama proses penyaringan.
Kedua penulis secara independen meninjau masing-masing artikel yang
diidentifikasi untuk menentukan kelayakan dan mengekstrak informasi studi.
Diagram alir menunjukkan jumlah studi yang diidentifikasi, disaring, dan
dimasukkan atau dikeluarkan pada setiap tahap pemilihan studi. Dalam hal

kontribusi, tinjauan ini memberikan serangkaian rekomendasi praktis untuk


pengembangan intervensi m-kesehatan.

b. Literatur review Deskriptif atau Pemetaan


Tujuan utama dari tinjauan deskriptif adalah untuk menentukan sejauh mana
pengetahuan dalam topik penelitian tertentu mengungkapkan setiap pola atau tren
yang dapat ditafsirkan sehubungan dengan proposisi, teori, metodologi atau temuan
yang sudah ada sebelumnya ( King & He, 2005 ; Paré et al., 2015 ). Berbeda dengan
ulasan naratif, ulasan deskriptif mengikuti prosedur yang sistematis dan transparan,
termasuk pencarian, penyaringan, dan pengklasifikasian studi ( Petersen,
Vakkalanka, & Kuzniarz, 2015 ).
Metode pencarian terstruktur digunakan untuk membentuk sampel yang
representatif dari kelompok yang lebih besar dari karya yang diterbitkan ( Paré et
al., 2015)). Selanjutnya, penulis tinjauan deskriptif mengekstraksi dari setiap studi
karakteristik tertentu yang menarik, seperti tahun publikasi, metode penelitian,
teknik pengumpulan data, dan arah atau kekuatan hasil penelitian (misalnya, positif,
negatif, atau tidak signifikan) dalam bentuk analisis frekuensi untuk menghasilkan
hasil kuantitatif ( Sylvester et al., 2013 ). Pada dasarnya, setiap studi yang termasuk
dalam tinjauan deskriptif diperlakukan sebagai unit analisis dan literatur yang
diterbitkan secara keseluruhan menyediakan database dari mana penulis berusaha
untuk mengidentifikasi tren yang dapat ditafsirkan atau menarik kesimpulan
keseluruhan tentang manfaat dari konseptualisasi yang ada, proposisi, metode atau
temuan ( Paré et al., 2015). Dengan demikian, tinjauan deskriptif dapat mengklaim
bahwa temuannya mewakili keadaan seni dalam domain tertentu ( King & He, 2005
).
Dalam bidang ilmu kesehatan dan informatika medis, ulasan yang berfokus
pada pemeriksaan kisaran, sifat, dan evolusi area topik dijelaskan oleh Anderson,
Allen, Peckham, dan Goodwin (2008) sebagai ulasan pemetaan. Seperti ulasan
deskriptif, pertanyaan penelitian bersifat umum dan biasanya terkait dengan pola
dan tren publikasi. Tidak ada rencana yang terbentuk sebelumnya secara sistematis
meninjau semua literatur meskipun hal ini dapat dilakukan. Sebaliknya, para peneliti
sering mempresentasikan studi yang mewakili sebagian besar karya yang diterbitkan
di area tertentu dan untuk dipetakan

Contoh dari pendekatan ini dalam domain e-Health oleh DeShazo, Lavallie,
dan Wolf (2009). Tujuan dari tinjauan deskriptif atau pemetaan ini adalah untuk
mengkarakterisasi tren publikasi dalam literatur informatika medis selama periode
20 tahun (1987 hingga 2006). Untuk mencapai tujuan ini, penulis melakukan
analisis bibliometrik kutipan informatika medis yang diindeks secara medline
menggunakan tren publikasi, frekuensi jurnal, faktor dampak, frekuensi istilah judul
Medical Subject Headings (MeSH), dan karakteristik kutipan. Temuan
mengungkapkan bahwa ada lebih dari 77.000 artikel informatika medis yang
diterbitkan selama periode yang dicakup dalam banyak jurnal dan bahwa tingkat
pertumbuhan tahunan rata-rata adalah 12%. Analisis istilah MeSH juga
menyarankan tren interdisipliner yang kuat. Akhirnya, skor dampak rata-rata
meningkat seiring waktu dengan dua periode pertumbuhan penting. Secara
keseluruhan, pola dalam hasil penelitian yang tampaknya mencirikan tren historis
dan komponen saat ini di bidang informatika medis menunjukkan itu mungkin
disiplin yang semakin matang (DeShazo et al., 2009).

c. Literatur Review Ruang Lingkup


Penjajakan ulasan berupaya memberikan indikasi awal dari ukuran potensi
dan sifat dari literatur yang ada pada topik muncul (Arksey & O'Malley, 2005;
Daudt, van Mossel, & Scott, 2013 ; Levac, Colquhoun, & O'Brien, 2010).
Peninjauan ruang lingkup dapat dilakukan untuk menguji tingkat, jangkauan dan
sifat kegiatan penelitian di bidang tertentu, menentukan nilai melakukan tinjauan
sistematis penuh atau mengidentifikasi kesenjangan penelitian dalam literatur yang
masih ada ( Paré et al., 2015 ). Sejalan dengan tujuan utama mereka, tinjauan
pelingkupan biasanya diakhiri dengan presentasi agenda penelitian terperinci untuk
pekerjaan di masa depan bersama dengan implikasi potensial untuk praktik dan
penelitian.
Tidak seperti ulasan naratif dan deskriptif, inti dari pelingkupan bidang
harus seluas mungkin, termasuk literatur abu-abu (Arksey & O'Malley, 2005).
Kriteria inklusi dan eksklusi harus ditetapkan untuk membantu peneliti
menghilangkan studi yang tidak selaras dengan pertanyaan penelitian. Juga
direkomendasikan bahwa setidaknya dua coders independen meninjau abstrak yang
dihasilkan dari strategi pencarian dan kemudian artikel lengkap untuk pemilihan
studi ( Daudt et al., 2013 ). Bukti yang disintesis dari konten atau analisis tematik
relatif mudah disajikan dalam bentuk tabel (Arksey & O'Malley, 2005; Thomas &
Harden, 2008 ).
Salah satu ulasan pelingkupan yang paling banyak dikutip diterbitkan oleh
Archer, Fevrier-Thomas, Lokker, McKibbon, dan Straus (2011) . Para penulis ini
meninjau literatur yang ada pada sistem catatan kesehatan pribadi termasuk desain,
fungsionalitas, implementasi, aplikasi, hasil, dan manfaat. Tujuh database dicari dari
tahun 1985 hingga Maret 2010. Beberapa istilah pencarian yang berkaitan dengan
frase digunakan selama proses ini. Dua penulis secara mandiri menyaring judul dan
abstrak untuk menentukan status inklusi. Layar kedua artikel teks lengkap, lagi-lagi
oleh dua anggota independen tim peneliti, memastikan bahwa studi tersebut
menggambarkan frases.
Secara keseluruhan, 130 artikel memenuhi kriteria dan datanya diekstraksi
secara manual ke dalam basis data. Para penulis menyimpulkan bahwa meskipun
ada sejumlah besar survei, pengamatan, kohort / panel, dan bukti anekdotal manfaat
dan kepuasan frase untuk pasien, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengevaluasi hasil implementasi frase . Analisis mendalam mereka terhadap
literatur mengisyaratkan bahwa ada sedikit bukti kuat dari uji coba terkontrol secara
acak atau penelitian lain melalui penggunaan frase . Oleh karena itu, mereka
menyarankan bahwa lebih banyak penelitian diperlukan yang membahas kurangnya
pemahaman saat ini tentang fungsi optimal dan kegunaan sistem ini, dan bagaimana
mereka dapat memainkan peran yang bermanfaat dalam mendukung manajemen
diri pasien (Archer et al., 2011 ).

d. Literatur Review Aggregatif/sistematis


Penyedia layanan kesehatan, praktisi, dan pembuat kebijakan saat ini
kewalahan dengan volume besar informasi, termasuk bukti berbasis penelitian dari
berbagai uji klinis dan studi evaluasi, menilai efektivitas teknologi informasi
kesehatan dan intervensi ( Ammenwerth & de Keizer, 2004 ; Deshazo et al., 2009 ).
Adalah tidak realistis untuk berharap bahwa semua faktor yang berbeda ini akan
memiliki waktu, keterampilan, dan sumber daya yang diperlukan untuk
mengidentifikasi bukti yang tersedia di bidang keahlian mereka dan
mempertimbangkannya ketika membuat keputusan. Tinjauan sistematis yang
melibatkan penerapan strategi ilmiah yang ketat yang bertujuan membatasi
subjektivitas dan bias (yaitu, kesalahan sistematis dan acak) dapat menanggapi
tantangan ini.
Tinjauan sistematis mencoba untuk mengumpulkan, menilai, dan mensintesis
dalam satu sumber semua bukti empiris yang memenuhi serangkaian kriteria
kelayakan yang ditentukan sebelumnya untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
dirumuskan dengan jelas dan sering mempersempit pada topik tertentu yang
menarik untuk mendukung praktik berbasis bukti. ( Liberati et al., 2009 ). Mereka
mematuhi erat prinsip-prinsip ilmiah eksplisit ( Liberati et al., 2009) dan pedoman
metodologi yang ketat (Higgins & Green, 2008) yang bertujuan mengurangi
kesalahan acak dan sistematis yang dapat mengarah pada penyimpangan dari
kebenaran dalam hasil atau kesimpulan. Penggunaan metode eksplisit
memungkinkan tinjauan sistematis untuk mengumpulkan sejumlah besar bukti
penelitian, menilai apakah efek atau hubungan berada pada arah yang sama dan
dengan besaran umum yang sama, menjelaskan kemungkinan inkonsistensi antara
hasil studi, dan menentukan kekuatan bukti keseluruhan untuk setiap hasil yang
menarik berdasarkan kualitas studi termasuk dan konsistensi umum di antara
mereka ( Cook, Mulrow, & Haynes, 1997 ). Prosedur utama tinjauan sistematis
melibatkan :
1) Merumuskan pertanyaan ulasan dan mengembangkan strategi pencarian
berdasarkan kriteria inklusi eksplisit untuk identifikasi studi yang memenuhi
syarat (biasanya dijelaskan dalam konteks protokol ulasan rinci).
2) Mencari studi yang memenuhi syarat menggunakan banyak basis data dan
sumber informasi, termasuk sumber literatur kelabu, tanpa batasan bahasa apa
pun.
3) Memilih studi, mengekstraksi data, dan menilai risiko bias secara duplikat
menggunakan dua pengulas independen untuk menghindari kesalahan acak atau
sistematis dalam proses.
4) Menganalisis data menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif.
5) Menyajikan hasil dalam ringkasan tabel temuan.
6) Menafsirkan hasil dan menarik kesimpulan.
Banyak tinjauan sistematis, tetapi tidak semua, menggunakan metode
statistik untuk menggabungkan hasil studi independen ke dalam perkiraan
kuantitatif tunggal atau ukuran efek ringkasan. Dikenal sebagai meta-analisis ,
tinjauan ini menggunakan ekstraksi data spesifik dan teknik statistik (misalnya,
meta-analisis jaringan, frequentist, atau Bayesian) untuk menghitung dari setiap
penelitian dengan hasil yang menarik ukuran efek bersama dengan interval
kepercayaan yang mencerminkan tingkat ketidakpastian di balik estimasi titik efek (
Borenstein, Hedges, Higgins, & Rothstein, 2009 ; Deeks, Higgins, & Altman, 2008).
Selanjutnya, mereka menggunakan model analisis efek tetap atau acak untuk
menggabungkan hasil studi termasuk, menilai heterogenitas statistik, dan
menghitung rata-rata tertimbang dari perkiraan efek dari berbagai studi, dengan
mempertimbangkan ukuran sampel mereka. Ukuran efek ringkasan adalah nilai
yang mencerminkan besarnya rata-rata efek intervensi untuk hasil tertentu yang
menarik atau, lebih umum, kekuatan hubungan antara dua variabel di semua studi
yang termasuk dalam tinjauan sistematis. Dengan menggabungkan data dari
berbagai studi secara statistik, meta-analisis dapat membuat perkiraan efek
intervensi yang lebih tepat dan andal daripada yang diperoleh dari studi individual
saja, ketika ini diperiksa secara independen sebagai sumber informasi yang berbeda.
Meta-analisis dianggap sebagai alat yang ampuh untuk mendapatkan
kesimpulan yang bermakna. Namun, ada situasi di mana tidak masuk akal atau tidak
sesuai untuk mengumpulkan studi bersama-sama menggunakan metode meta-
analitik hanya karena ada heterogenitas klinis yang luas antara studi yang disertakan
atau variasi dalam alat pengukuran, perbandingan, atau hasil yang menarik. Dalam
kasus ini, tinjauan sistematis dapat menggunakan metode sintesis kualitatif seperti
penghitungan suara, analisis konten, skema klasifikasi dan tabulasi, sebagai
pendekatan alternatif untuk secara naratif mensintesis hasil studi independen yang
termasuk dalam ulasan. Bentuk tinjauan ini dikenal sebagai tinjauan sistematis
kualitatif.

e. Literatur Review Realis


Tinjauan realis adalah tinjauan interpretatif berbasis teori yang
dikembangkan untuk menginformasikan, meningkatkan, atau melengkapi tinjauan
sistematis konvensional dengan memahami bukti heterogen tentang intervensi
kompleks yang diterapkan dalam konteks beragam dengan cara yang
menginformasikan pengambilan keputusan kebijakan ( Greenhalgh, Wong,
Westhorp, & Pawson , 2011 ). Mereka berasal dari kritik terhadap ulasan sistematis
positivis yang berpusat pada asumsi dasar "simplistis" mereka ( Oates, 2011).
Seperti dijelaskan di atas, tinjauan sistematis berusaha mengidentifikasi penyebab.
Logika seperti itu sesuai untuk bidang-bidang seperti kedokteran dan pendidikan di
mana temuan uji coba terkontrol secara acak dapat dikumpulkan untuk melihat
apakah pengobatan atau intervensi baru memang meningkatkan hasil. Namun,
banyak yang berpendapat bahwa tidak mungkin untuk membangun hubungan sebab
akibat langsung seperti itu antara intervensi dan hasil di bidang-bidang seperti
kebijakan sosial, manajemen, dan sistem informasi di mana untuk setiap intervensi
tidak mungkin ada hasil yang teratur atau konsisten ( Oates, 2011 ; Pawson, 2006 ;
Rousseau, Manning, & Denyer, 2008 ).
Untuk menghindari keterbatasan ini, Pawson, Greenhalgh, Harvey, dan
Walshe (2005) telah mengusulkan pendekatan baru untuk mensintesis pengetahuan
yang berupaya membongkar mekanisme bagaimana "intervensi kompleks" bekerja
dalam konteks tertentu. Pertanyaan penelitian dasar
- apa yang berhasil?
- yang biasanya terkait dengan perubahan tinjauan sistematis untuk: apa intervensi
ini yang bekerja, untuk siapa, dalam situasi apa, dalam hal apa dan mengapa?
Ulasan realis tidak memiliki preferensi khusus untuk bukti kuantitatif atau kualitatif.
Sebagai pendekatan pembangunan teori, tinjauan realis biasanya dimulai dengan
mengartikulasikan mekanisme yang mungkin mendasari dan kemudian meneliti
bukti yang tersedia untuk mengetahui apakah dan di mana mekanisme ini berlaku (
Shepperd et al., 2009). Studi primer yang ditemukan dalam literatur yang ada
dipandang sebagai studi kasus yang dapat menguji dan memodifikasi teori awal (
Rousseau et al., 2008 ).
Tujuan utama dalam tinjauan realis yang dilakukan oleh Otte-Trojel, de
Bont, Rundall, dan van de Klundert (2014) adalah untuk memeriksa bagaimana
portal pasien berkontribusi pada pemberian layanan kesehatan dan hasil pasien.
Tujuan khusus adalah untuk menyelidiki bagaimana hasil dihasilkan dan, yang
paling penting, bagaimana variasi hasil dapat dijelaskan. Tim peneliti mulai dengan
peninjauan eksplorasi dokumen latar belakang dan studi penelitian untuk
mengidentifikasi cara di mana portal pasien dapat berkontribusi pada pemberian
layanan kesehatan dan hasil pasien. Para penulis mengidentifikasi enam cara utama
yang mewakili untuk diuji terhadap data dalam studi evaluasi. Studi-studi ini
diidentifikasi melalui pencarian formal dan sistematis di empat basis data antara
2003 dan 2013. Dua anggota tim peneliti memilih artikel menggunakan daftar
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya dan mengikuti
prosedur dua langkah. Para penulis kemudian mengekstraksi data dari artikel yang
dipilih dan membuat beberapa tabel, satu untuk setiap kategori hasil. Mereka
mengatur informasi untuk mengedepankan mekanisme di mana portal pasien
berkontribusi pada hasil dan variasi dalam hasil di berbagai konteks yang berbeda.

f. Literatur Review Kritis


Terakhir, tinjauan kritis bertujuan untuk memberikan evaluasi kritis dan
analisis interpretatif literatur yang ada pada topik tertentu yang menarik untuk
mengungkapkan kekuatan, kelemahan, kontradiksi, kontroversi, inkonsistensi, dan
/ atau masalah penting lainnya berkenaan dengan teori, hipotesis, metode penelitian
atau hasil ( Baumeister & Leary, 1997 ; Kirkevold, 1997). Tidak seperti jenis ulasan
lain, tinjauan kritis berusaha untuk mengambil akun reflektif dari penelitian yang
telah dilakukan di bidang minat tertentu, dan menilai kredibilitasnya dengan
menggunakan instrumen penilaian atau metode interpretif kritis. Dengan cara ini,
tinjauan kritis mencoba untuk secara konstruktif menginformasikan para sarjana lain
tentang kelemahan penelitian sebelumnya dan memperkuat pengembangan
pengetahuan dengan memberikan fokus dan arahan untuk studi untuk perbaikan
lebih lanjut ( Kirkevold, 1997 ).
Kitsiou, Paré, dan Jaana (2013) memberikan contoh ulasan kritis yang
menilai kualitas metodologis dari tinjauan sistematis sebelumnya dari studi
telemonitoring rumah untuk pasien kronis. Para penulis melakukan pencarian
komprehensif pada banyak basis data untuk mengidentifikasi ulasan yang memenuhi
syarat dan kemudian menggunakan instrumen yang divalidasi untuk melakukan
penilaian kualitas yang mendalam. Hasil-hasil menunjukkan bahwa mayoritas
tinjauan sistematis dalam bidang khusus ini menderita kelemahan dan bias
metodologis penting yang merusak validitas internal mereka dan membatasi
kegunaannya untuk tujuan klinis dan pengambilan keputusan. Untuk tujuan ini,
mereka memberikan sejumlah rekomendasi untuk memperkuat pengembangan
pengetahuan menuju peningkatan desain dan pelaksanaan ulasan di masa depan
pada telemonitoring rumah.

C. PROSES MELAKUKAN LITERATUR REVIEW


Dalam melakukan tinjauan literatur, sebaiknya memilih berbagai hasil penelitian
atau jurnal yang relevan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Peneliti tidak perlu
terlalu banyak mencari literatur untuk menunjang penelitiannya, yang penting
melakukan pengorganisasian dan evaluasi terhadap literatur-literatur yang akan
ditelaahnya selanjutnya melakukan analisa dan sintesa. beberapa hal penting yang dapat
dilakukan dalam mengevaluasi telaah literatur dengan melihat konsep, faktor, dan variabel
dari penelitian terdahulu. Kemudian melihat hubungan antara ketiga hal tersebut.
(Coverdale et al., 2017; Liberati et al., 2009; David Moher et al., 2009)
Teknik selanjutnya, melihat kembali teori yang digunakan dalam literatur
kemudian memberikan penilaian terhadap kelemahan atau ketidakkonsistenan teori yang
digunakan dalam literatur. Dari sinilah dimulai proses penulisan untuk pembuatan
laporan. Di awali dari penyusunan konsep dengan melihat kekurangan dari literatur yang
digunakannya. menguji kembali atau memutakhirkan teori, konsep, atau hal lainnya yang
masih memiliki kekurangan bukti atau bertentangan dengan bidang
keilmuan. Kemudian melihat rancangan atau metode yang masih mengandung kesalahan,
sehingga dapat melakukan penyempurnaan hasil penelitian dalam literatur ketika
generalisasi yang diberikan terbatas dan tidak dapat disimpulkan (Coverdale et al., 2017;
Dila, 2012; Liberati et al., 2009; D. Moher et al., 2015).
Beberapa pendekatan langkah yang akan digunakan untuk melakukan tinjauan
pustaka/literatur review yang memenuhi persyaratan pada Tabel 3. Berikut ini, langkah-
langkah dasar yang terlibat dalam melakukan tinjauan pustaka terdiri dari empat fase; (1)
merancang ruang lingkup topik yang akan direview, (2) melakukan tinjauan, (3) analisis
dan (4) menulis ulasan. Proses ini dikembangkan dari pengalaman praktis dan merupakan
sintesis dan dipengaruhi oleh berbagai standar dan pedoman yang disarankan untuk
tinjauan literatur (Harris et al., 2014; Liberati et al., 2009; Snyder, 2019; Torraco, 2005;
Tranfield et al., 2003; Winchester & Salji, 2016; Wong, Greenhalgh, Westhorp,
Buckingham, & Pawson, 2013)
Tabel 3 . Pertanyaan penting dalam setiap langkah melakukan review

literatur Fase 1: desain

 Apakah tinjauan ini diperlukan dan apa kontribusi dari pelaksanaan tinjauan ini?

 Apa Manfaat dari ulasan ini?

 Apa tujuan khusus dan pertanyaan penelitian yang akan ditinjau oleh ulasan ini?

 Apa metode yang tepat untuk menggunakan tujuan khusus ulasan ini?

 Apa strategi pencarian untuk ulasan khusus ini? (termasuk istilah pencarian, database,
kriteria inklusi dan pengecualian, dll.)

Fase 2: perilaku

 Apakah rencana pencarian yang dikembangkan pada fase satu berfungsi untuk
menghasilkan sampel yang sesuai atau perlu penyesuaian?

 Apa rencana praktis untuk memilih artikel?

 Bagaimana proses pencarian dan seleksi akan didokumentasikan?

 Bagaimana kualitas proses pencarian dan seleksi akan dinilai?

Fase 3: analisis

 Jenis informasi apa yang perlukan untuk memenuhi tujuan dari tinjauan khusus?

 Jenis informasi apa yang diperlukan untuk melakukan analisis spesifik?

 Bagaimana bimbingan bagi yang melakukan tlaah akan dilatih untuk memastikan
kualitas proses ini?

 Bagaimana proses ini akan didokumentasikan dan dilaporkan?

Fase 4: menyusun dan menulis ulasan

 Apakah motivasi dan kebutuhan untuk ulasan ini dikomunikasikan dengan jelas?

 Standar pelaporan apa yang sesuai untuk tinjauan khusus ini?

 Informasi apa yang perlu dimasukkan dalam ulasan?

 Apakah tingkat informasi yang diberikan cukup dan sesuai untuk memungkinkan
transparansi sehingga pembaca dapat menilai kualitas ulasan?

 Hasilnya disajikan dengan jelas dan dijelaskan?

 Apakah kontribusi ulasan dikomunikasikan dengan jelas?
3.1. Fase 1: merancang ruang lingkup topik yang akan
direview a. Merancang Ruang Lingkup Topik
Pertanyaan pertama yang harus ditanyakan adalah mengapa tinjauan ini
harus dilakukan. Apakah benar-benar ada kebutuhan untuk tinjauan literatur di
bidang ini? Jika demikian, jenis tinjauan literatur apa yang paling membantu dan
akan memberikan kontribusi terbesar? Yang harus dipertimbangkan adalah obyek,
sasaran dan target ketika memilih sebuah topik. Ini adalah pertanyaan yang relevan
untuk menentukan kemungkinan ulasan diterbitkan dan dampaknya pada
komunitas penelitian.
Melakukan tinjauan literatur sebaiknya dengan topiknya yang menarik bagi
peneliti dan pembaca. langkah pertama adalah menjelaskan ulasan literatur lain
yang sudah ada, menilai jumlah studi penelitian yang harus dinilai, merumuskan
dan mendefinisikan dengan jelas tujuan, ruang lingkup, dan pertanyaan penelitian
spesifik yang akan ditinjau, karena akan membantu mengidentifikasi pendekatan
mana yang paling tepat. Misalnya,
 jika peninjauan bertujuan untuk merangkum atau mengevaluasi bidang
penelitian yang luas atau beberapa bidang penelitian, pendekatan peninjauan
sistematis tidak cocok, Sebaliknya, pendekatan peninjauan naratif atau integratif
lebih cocok.

 jika tujuan tinjauan adalah untuk menyelidiki dan mensintesis bukti pengaruh
faktor tertentu, tinjauan integratif tidak cocok ; sebagai gantinya, pendekatan
tinjauan sistematis yang harus digunakan.

b. Mengidentifikasi Sumber-Sumber Yang Relevan
Setelah membuat pertanyaan penelitian dan pendekatan peninjauan,
selanjutnya mengembangkan strategi pencarian untuk mengidentifikasi literatur
yang relevan. Dengan memilih istilah pencarian dan database yang sesuai sesuai
kriteria inklusi dan eksklusi merupakan hal penting yang akan menentukan kualitas
tinjauan. pencarian dapat berupa kata atau frasa yang digunakan untuk mengakses
artikel, buku, dan laporan yang sesuai yang didasarkan pada kata-kata dan konsep
yang langsung terkait dengan tujuan ulasan dan pertanyaan penelitian, istilah
pencarian ini bisa luas atau sempit.
Semua pencarian literatur awal menghasilkan banyak artikel, diperlukan
strategi untuk mengidentifikasi mana yang relevan. Kriteria inklusi untuk tinjauan
harus dipandu oleh pertanyaan penelitian yang dipilih. Kriteria yang dapat
dipertimbangkan dan umum digunakan misalnya, tahun publikasi, bahasa artikel,
jenis artikel dan jurnal. Untuk kualitas penelitian, menentukan kriteria inklusi dan
eksklusi adalah langkah paling penting ketika melakukan tinjauan literatur. penting
diperhatikan adalah adanya alasan tentang semua pilihan yang dibuat; logis dan
valid, sehingga sebuah penelitian dapat berakhir dengan jawaban dan kesimpulan
yang sangat berbeda untuk pertanyaan penelitian yang sama. Misalnya, dengan
hanya memilih beberapa jurnal, tahun, atau bahkan istilah pencarian tertentu untuk
mencoba membatasi pencarian Anda, Anda dapat berakhir dengan sampel yang
tidak sesuai dan studi yang tidak masuk dalam tinjauan literatur yang mungkin
relevan dengan topik peneltian atau bahkan bertentangan dengan penelitian lain
sehingga dapat mencapai pada kesimpulan yang salah tentang adanya kesenjangan
dalam literatur, sehingga penulis harus menjelakan untuk memahami bagaimana
literatur diidentifikasi, dianalisis, disintesis, dan dilaporkan.

c. Alat Pencarian dan Literatur Terkait. (Maggio et al., 2016)


Peneliti akan menemukan sebagian besar informasi yang dibutuhkan
menggunakan database dan mesin pencari. Sumber daya yang sangat baik tersedia
untuk memandu para peneliti dalam mekanisme pencarian literatur, peneliti harus
menyertakan alat pencarian dengan cakupan, keperawatan dan yang mencakup
beberapa jenis publikasi, seperti laporan, jurnal, artikel, abstrak konferensi, dan.
Banyak alat pencarian menyertakan opsi untuk melihat kutipan artikel yang dipilih.
Meneliti referensi yang dikutip menyediakan artikel tambahan untuk ditinjau dan
artikel yang dipilihsesuai bidangnya.

Sumber Informasi
 PubMed

 Web Ilmu Pengetahuan

 Pusat Informasi Sumber Daya Pendidikan (ERIC) 

 Indeks Kumulatif Keperawatan & Kesehatan Sekutu (CINAHL) 

 Scopus

 PsycINFO

 beasiswa Google
Setelah artikel yang relevan ditemukan, akan bermanfaat untuk memilih
artikel tersebut untuk kutipan tambahan. Salah satu strategi adalah untuk
memeriksa referensi artikel utama, terutama artikel review, untuk kutipan yang
relevan

3.2. Fase 2: melakukan tinjauan


a. Proses Peninjauan
Setelah memutuskan tujuan, pertanyaan penelitian yang spesifik, dan jenis
pendekatan, selanjutnya mulai melakukan tinjauan. Saat melakukan peninjauan,
mengikuti proses peninjauan sesuai protokol yang berlaku. Dengan menguji istilah
pencarian dan kriteria inklusi pada sampel yang lebih kecil, proses berikutnya dapat
disesuaikan sebelum melakukan tinjauan utama. Pemilihan sampel dapat dilakukan
dengan beberapa cara, tergantung sifat dan ruang lingkup tinjauan dan berapa
banyak artikel yang dihasilkan, sesuai dengan pendekatan yang dilkaukan , contoh :
 peneliti dapat membaca teks lengkap secara utuh setiap literatur yang muncul
dalam pencarian; dapat menjadi salah satu pendekatan dalam literature review
tetapi mengunakan waktu yang lebih lama.

 Pilihan lain berfokus pada metode penelitian atau temuan

 Cara ketiga adalah melakukan tinjauan secara bertahap dengan membaca abstrak
terlebih dahulu lalu membuat pilihan, jika dianggap cocok kemudian membaca
artikel teks lengkap sebelum membuat pilihan akhir. Selanjutnya artikel awal
(literatur lain yang relevan) telah dikumpulkan, teks disaring untuk memastikan
memenuhi kriteria inklusi. Sebagai strategi tambahan, referensi dalam artikel
yang dipilih dapat dipindai untuk mengidentifikasi artikel lain yang berpotensi
relevan

b. Terorganisir
Karena sumber daya kemungkinan akan memberikan sejumlah besar
informasi, organisasi sangat penting. peneliti harus menentukan rincian mana yang
paling penting untuk studi mereka (misalnya, sampel, intervensi, dasar teori,
metode, hasil) dan menghasilkan strategi untuk menjaga data tersebut secara detail
dan terorganisir dan dapat diakses. Semakin banyak, peneliti menggunakan alat-alat
digital, untuk mendapatkan informasi, akan meningkatkan aksesibilitas ruang kerja
digital dan kemampuan pencarian. Penggunaan manajer kutipan dapat membantu
karena dapat menyimpan kutipan dan, dalam beberapa kasus, dapat menghasilkan
bibliografi.
Tabel 4 Manajer Kutipan

3.3. Fase 3: analisis


a. Tahap dasar
1) Setelah melakukan tinjauan pustaka dan menentukan sampel akhir, penting
bagaimana artikel akan digunakan dalam melakukan analisis yang sesuai.
Artinya, setelah memilih sampel akhir, sarana standar untuk mengabstraksi
informasi yang sesuai dari setiap artikel harus digunakan.
2) Data yang diabstraksi dapat berupa informasi deskriptif, seperti penulis, tahun
terbit, topik, jenis studi, manfaat dan hasil penelitian. Dapat juga dalam bentuk
konseptualisasi ide atau perspektif teoretis tertentu. Yang penting, sesuai dengan
tujuan dan pertanyaan penelitian dari tinjauan khusus,
3) Dalam langkah ini, penting melatih pengulas/peneliti untuk menghindari
perbedaan dalam pengkodean dan abstraksi (jika ada lebih dari satu) dan
memantau abstraksi data selama proses peninjauan untuk memastikan kualitas
dan keandalan. memerlukan deskripsi terperinci dari proses atau ukuran
keandalan jadi mudah, jika informasi menarik misalnya, populasi, ukuran efek,
atau ukuran sampel. Namun, menjadi lebih sulit ketika informasi yang menarik
adalah tema dalam literatur, perspektif, atau memberikan garis waktu sejarah.
4) Tergantung tinjauan, metode analisis yang berbeda dapat digunakan, penting
analisinya telah menjawab pertanyaan penelitian. Misalnya, jika tujuannya untuk
mengevaluasi bukti dari pengaruh program , penggunaan meta-analisis adalah
yang paling tepat. Tetapi jika tujuannya adalah untuk mengembangkan model
teoritis atau kerangka kerja meta-analisis tidak cocok; teknik analisis yang cocok
adalah tinjauan integratif
b. Teknik dan Instrumen yang digunakan dalam Sintesis; (Murniarti,
Nainggolan, Panjaitan, Pandiangan, & Widyani, 2018; Ramdhani, Ramdhani,
& Amin, 2014)
Salah satu teknik yang digunakan dalam sintesis adalah dengan
menggunakan matriks sintesis (synthesis matrix) yang dikelola berdasarkan pada
topik tertentu. Matrik sintesis ini sangat bermanfaat sebagai basis penelitian yang
akan dilakukan. Matrik sintesis adalah sebuah tabel/diagram yang memungkinkan
peneliti untuk mengelompokkan dan menglasifikasi argumen-argumen yang
berbeda dari beberapa artikel dan mengombinasikan berbegai elemen yang berbeda
untuk mendapatkan kesan/simpulan terhadap keseluruhan artikel secara umum.
Metrik sintesis digunakan untuk mengelola sumber-sumber literatur dan
mengintegrasikannya dengan interpretasi yang unik.
Matrik sintesis dibuat dengan cara (1) identifikasi 4-12 artikel yang sangat
relevan dengan fokus penelitian dan (2) buat kolom-kolom untuk mengidentifikasi
beberapa hal, seperti (a) pertanyaan penelitian yang diajukan penulis, (b) metode
yang digunakan, (c) karakteristik sampel penelitian, (d) persamaan yang ditemukan
dan (e) perbedaan masing-masing artikel yang tidak ditemukan pada artikel yang
lain. Format Matrik sintesis adalah sebagai berikut: (Rahayu, Syafril, Wekke, &
Erlinda, 2019)
Penulis &
Tujuan Metode Sampel Temuan Kesamaan Keunikan Lain-lain
Tahun
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3
Dst

Matrik sintesis yang lain adalah tabel atau diagram yang memungkinkan
peneliti menyajikan argumen-argumen yang berbeda tentang sebuah isu dengan
format baris paling atas digunakan untuk menuliskan sumber-sumber yang akan
direview dan kolom di sisi sebelah kiri digunakan untuk menuliskan topik yang
akan direview. Ketika membaca artikel pertama, isilah matrik secara vertikal di
kolom yang sama sesuai dengan ide-ide pokok yang sudah dituliskan pada kolom
paling kiri; dan begitulah seterusnya sampai semua sumber selesai direview. Ide-ide
pokok mungkin saja bertambah ketika penulis membaca/memnganalisis setiap
artikel. (Ingram, Hussey, Tigani, & Hemmelgarn, 2006)
Secara detail matrik sintesis ini dapat dilihat sebagai berikut: (Rahayu et al., 2019)
Topik: ................................................................

Sumber #1 Sumber #2 Sumber #3 Sumber #4


Ide Pokok A
Ide Pokok B
Dst

Ketika membaca artikel pertama, penulis juga bisa mengisi kolom secara horisontal
(dari kiri ke kanan) sampai semua ide-ide pokok terisi, seperti pada tabel berikut. (Rahayu
et al., 2019)
Topik: ................................................................

Sources Main Idea


Ide Pokok Ide Pokok Ide Pokok Ide Pokok Ide Pokok dst
A B C D E
Sumber #1
Sumber #2
Sumber #3
Sumber #4
Sumber #5
Sumber #6
Dst

Matrik sintesis di atas dapat disederhanakan dengan cara membuat tabel atau
diagram berdasarkan satu ide pokok atau isu yang direview dari berbagai sumber, seperti
pada tabel berikut: (Rahayu et al., 2019)
Topik: ................................................................

Sumber (penulis
Deskripsi topik/isu yang sedang direview
& tahun)
Sumber #1
Sumber #2
Sumber #3
Sumber #4
Sumber #5
Dst

3.4. Fase 4 : menulis ulasan


a. ketika menulis ulasan, motivasi dan kebutuhan ulasan harus dikomunikasikan
dengan jelas. Sesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, artikel ulasan akhir
dapat disusun dengan cara yang berbeda, dan akan membutuhkan berbagai jenis
informasi dan tingkat detail yang berbeda. Sejumlah standar dan pedoman secara
eksplisit membahas bagaimana tinjauan literatur harus dilaporkan dan disusun,
Meskipun ulasan artikel dapat diatur dengan berbagai cara, Semua penulis
diharapkan untuk mengikuti konvensi untuk melaporkan bagaimana penelitian
dilakukan. Penting untuk menggambarkan secara transparan proses mendesain
tinjauan dan metode untuk mengumpulkan literatur, yaitu, bagaimana literatur
diidentifikasi, dianalisis, disintesis, dan dilaporkan oleh penulis. (Carlborg,
Kindström, & Kowalkowski, 2014)
b. Dalam mempersiapkan menulis makalah penelitian, penting untuk
mempertimbangkan kutipan mana yang akan dimasukkan sebagai informasi bagian
pendahuluan dan pembahasan. "Petunjuk untuk Penulis" untuk jurnal yang
ditargetkan akan sering memberikan panduan tentang penyusunan tinjauan literatur
(atau pengantar) dan jumlah total kutipan yang diizinkan untuk setiap kategori
artikel. Meninjau artikel sejenis yang diterbitkan dalam jurnal yang ditargetkan juga
dapat memberikan panduan mengenai struktur dan panjang rata-rata bagian
pendahuluan dan diskusi. Ketika memilih referensi untuk pendahuluan
pertimbangkan yang menggambarkan latar belakang inti konsep teoretis dan
metodologis, serta studi terbaru yang relevan. Pendahuluan harus singkat dan
menyajikan referensi bukan sebagai daftar atau narasi literatur yang tersedia,
melainkan sebagai ringkasan yang disintesis untuk memberikan konteks untuk
penelitian ini dan untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam literatur yang ingin
diisi oleh penelitian ini. Untuk pembahasan, kutipan harus dipilih dengan cermat
untuk membandingkan dan membedakan temuan penelitian ini dengan literatur saat
ini dan untuk menunjukkan bagaimana penelitian ini bermanfaat dimasa akan
datang .(Maggio et al., 2016)

Langkah-langkah dalam Literatur Review :


Secara sistematis langkah-langkahnya terdiri dari :
Langkah 1 : Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait
Tahap 1 : Perhatikan struktur dan teks misalnya daftar isi, abstrak, heading dan sub-
headings, untuk melihat apakah teks itu sesuai untuk tujuan anda.
Tahap 2 : Jika teks terlihat sesuai untuk tujuan anda maka baca dengan lebih detil
untuk mencari penelitian tertentu yang akan mendukung Literature Review.
Teknik ini memungkinkan untuk mengidentifikasi materi yang sesuai
dengan membaca secara luas dan untuk memperoleh pengertian umum
mengenai literatur yang ada di bidang anda.

Langkah 2 : Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca


Tulisan ilmiah berkualitas adalah Jurnal elektronis dan database. Hati-hati dalam
melakukan google search yang menghasilkan site yang tidak qualified dan pastikan dari
mana asal dan sumber riset. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi tulisan
ilmiah:
a. Akurasi
Pastikan apakah literatur ini akurat dengan cara mengecek apakah penelitian yang sama
diacu di sumber lain atau apakah sumber ini tidak konsisten dengan sumber lain. Dan
pastikan literatur berasal dari sumber terpercaya.
b. Obyektivitas
1. Apakah ada bukti bias dalam artikel? Misalnya, apakah anda akan percaya riset dari
pabrik rokok yang menyatakan bahwa merokok tidak membahayakan kesehatan?
2. Apakah statistik sesuai dengan publikasi lain? Jika tidak, apakah argument (metode,
rancangan penelitian dll) yang dipakai dasar cukup meyakinkan?
3. Bagaimana anda mengetahui kalau data yang dimuat adalah benar? Data pendukung
apa yang tersedia?
c. Kemutahiran
1. Pastikan kapan tanggal publikasi material.
2. Pastikan apakah mungkin ada informasi yang lebih terbaru dan menimbulkan
keraguan atau menentang beberapa temuan yang sudah ada.
d. Cakupan
1. Informasi dari literatur yang tersedia harus lengkap dan mencakup bidang yang
diteliti.
2. Pastikan apakah ada penelitian lebih lanjut yang tidak disebut atau secara
sengaja dihilangkan dari penemuan?

Langkah 3 : Buat ringkasan publikasi-publikasi tersebut Buatlah catatan saat


membaca literatur mengenai:
a. Apakah poin/teori/masalah utama yang diangkat dalam teks misalnya buku atau artikel?
b. Rangkum poin utama yang diajukan pengarang.
c. Catat detil kuotasi, atau halaman referensi yang anda anggap mungkin berguna dalam
Literature Review.
d. Pastikan anda memiliki semua informasi seperti pengarang, tanggal dan tahun, judul
buku, sumber, penerbit buku/jurnal, halaman, tujuan penelitian, hipotesis, metode
penelitian, material, desain eksperimen, dan hasil/data.
e. Catat bagaimana pengarang menggunakan materi asal. Jika anda meniru kata-kata
pengarang secara langsung pastikan anda menempatkannya dalam tanda petik dan
menyebut halamannya.
f. Apa kesimpulan yang dibuat oleh pengarang?
g. Poin apa yang mendukung kesimpulan?
h. Tulis juga pendapat anda tentang bacaan tersebut. Hal ini akan berguna saatanda
melihat kembali catatan yang anda buat atau menggunakannya saatmenulis.
Panduan Menulis Topik Penelitian
Dengan Pendekatan Literatur Review

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTARABSTRAK (BAHASA INDONESIA & BAHASA INGGRIS)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II METODE PENELITIAN
A. Strategi Pencarian Literatur
1. Framework yang digunakan (PICO(T/S) SPIDER dll)
2. Kata Kunci yang digunakan
3. Database atau aplikasi yang digunakan untuk pencarian (SCOPUS, EBSCO,
GOOGLE SCHOLAR dll)
B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
C. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas
1. Hasil Pencarian dan seleksi studi
2. Daftar artikel hasil pencarian
BAB III HASIL DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Conflict of interest
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Butler, A., Hall, H., & Copnell, B. (2016). A Guide to Writing a Qualitative Systematic
Review Protocol to Enhance Evidence-Based Practice in Nursing and Health Care.
Worldviews Evid Based Nurs, 13(3), 241-249. doi:10.1111/wvn.12134
Carlborg, P., Kindström, D., & Kowalkowski, C. (2014). The evolution of service
innovation research: a critical review and synthesis. The Service Industries Journal,
34(5), 373-398.
Coverdale, J., Roberts, L. W., Beresin, E. V., Louie, A. K., Brenner, A. M., & Balon, R.
(2017). Some Potential “Pitfalls” in the Construction of Educational Systematic
Reviews. Academic Psychiatry, 41(2), 246-250. doi:10.1007/s40596-017-0675-7
Dila, K. A. S. (2012). Telaah Kritis Artikel Review Sistematik Dan Meta Analisis.
Retrieved from Telaah Kritis Artikel Review Sistematik Dan Meta Analisis.
Eden, J., Levit, L., Berg, A., & Morton, S. (2011). Standards for finding and assessing
individual studies Finding What Works in Health Care: Standards for Systematic
Reviews: National Academies Press (US).
Harris, J. D., Quatman, C. E., Manring, M. M., Siston, R. A., & Flanigan, D. C. (2014).
How to write a systematic review. Am J Sports Med, 42(11), 2761-2768.
doi:10.1177/0363546513497567
Ingram, L., Hussey, J., Tigani, M., & Hemmelgarn, M. (2006). Writing a literature review
and using a synthesis matrix. NC State University: NC State University Writing and
Speaking Tutorial Service.
Lau, F., & Kuziemsky, C. (2016). Handbook of eHealth evaluation: an evidence-based
approach.
Liberati, A., Altman, D. G., Tetzlaff, J., Mulrow, C., Gøtzsche, P. C., Ioannidis, J. P., . . .
Moher, D. (2009). The PRISMA statement for reporting systematic reviews and
meta-analyses of studies that evaluate health care interventions: explanation and
elaboration. Annals of internal medicine, 151(4), W-65-W-94.
Maggio, L. A., Sewell, J. L., & Artino, A. R., Jr. (2016). The Literature Review: A
Foundation for High-Quality Medical Education Research. Journal of graduate
medical education, 8(3), 297-303. doi:10.4300/JGME-D-16-00175.1
Moher, D., Liberati, A., Tetzlaff, J., & Altman, D. G. (2009). Preferred reporting items for
systematic reviews and meta-analyses: the PRISMA statement. Annals of internal
medicine, 151(4), 264-269.
Moher, D., Stewart, L., & Shekelle, P. (2015). All in the Family: systematic reviews, rapid
reviews, scoping reviews, realist reviews, and more. Syst Rev, 4, 183.
doi:10.1186/s13643-015-0163-7
Mongan-Rallis, H. (2006). Guidelines for writing a literature review. Duluth: University of
Minnesota. Dostupné z http://www. duluth. umn. edu/~
hrallis/guides/researching/litreview. html.
Mongan-Rallis, H. (2014). Guidelines for writing a literature review. URL: http://www.
duluth. umn. edu/~ hrallis/guides/researching/litreview. html.
Murniarti, E., Nainggolan, B., Panjaitan, H., Pandiangan, L., & Widyani, I. (2018). Writing
matrix and assessing literature review: A methodological element of a scientific
project. Journal of Asian Development, 4(2), 133-146.
Okoli, C., & Schabram, K. (2010). A guide to conducting a systematic literature review of
information systems research.
Paré, G., Trudel, M.-C., Jaana, M., & Kitsiou, S. (2015). Synthesizing information systems
knowledge: A typology of literature reviews. Information & Management, 52(2),
183-199.
Pranata, S., Nugroho, H., & Sujianto, U. (2016). Literature Review Pengaruh
Transcutaneous Electrinal Nerve Stimulation (Tens) Terhadap Penyembuhan Luka.
Jurnal Keperawatan Dan Pemikiran Ilmiah, 2(1), 1-12.
Rahayu, T., Syafril, S., Wekke, I. S., & Erlinda, R. (2019). Teknik Menulis Review
Literatur Dalam Sebuah Artikel Ilmiah.
Ramdhani, A., Ramdhani, M. A., & Amin, A. S. (2014). Writing a Literature Review
Research Paper: A step-by-step approach. International Journal of Basic and
Applied Science, 3(1), 47-56.
Snyder, H. (2019). Literature review as a research methodology: An overview and
guidelines. Journal of Business Research, 104, 333-339.
doi:https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.07.039
Torraco, R. J. (2005). Writing integrative literature reviews: Guidelines and examples.
Human resource development review, 4(3), 356-367.
Tranfield, D., Denyer, D., & Smart, P. (2003). Towards a methodology for developing
evidence‐informed management knowledge by means of systematic review.
British journal of management, 14(3), 207-222.
Winchester, C. L., & Salji, M. (2016). Writing a literature review. Journal of Clinical
Urology, 9(5), 308-312.
Wong, G., Greenhalgh, T., Westhorp, G., Buckingham, J., & Pawson, R. (2013).
RAMESES publication standards: meta-narrative reviews. BMC medicine, 11(1),
20.
Tamplate Literatur Review Contoh Dibawah Ini Mangacu Pada Hasil Penelitian Satriya
Pranata Dkk Dosen 1program Pendidikan D3 Keperawatan Stikes Al Islam Yogyakarta
Yang Telah Di Publikasikan (Pranata, Nugroho, & Sujianto, 2016)

LITERATURE REVIEW PENGARUH TRANSCUTANEOUS


ELECTRINAL NERVE STIMULATION (TENS) TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA
(Judul Di Sini: Times New Roman 14, Posisi Center, Bold, 10-16 Kata)
Lilin Rosyanti1, Indriona Hadi2, Nurfantrii3,
Times New Roman 11: Peneliti Pertama1, Peneliti Kedua2, dan Seterusnya
1,2,3Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indoensia (Korespondensi Penulis E-mail:
lilin6rosyanti@gmail.com) Cantumkan E-mail Korespondensi Penulis

ABSTRAK

Latar belakang: Selain menurunkan nyeri, TENS juga mampu merangsang saraf tepi untuk bekerja
maksimal dan melancarkan predaran darah di daerah sekitar tempat elektroda dipasangkan. Predaran darah
baik maka penyembuhan luka dapat terjadi dengan baik. Penurunan nyeri akan mampu meningkatkan sistim
imun sehingga penyembuhan luka juga dapat berjalan maksimal. Perlu digali lebih dalam mengenai pengaruh
TENS terhadap penyembuhan luka. Tujuan : Ingin mengetahui secara spesifik pengaruh TENS terhadap
penyembuhan luka. Metodologi : Pencarian artikel menggunakan Medline, Science Direct, Pro Quest dan
Google Search untuk menemukan artikel sesuai kriteria inklusi dan ekslusi kemudian dilakukan review. Hasil
: Kejadian nekrosis luka post operasi pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
intervensi, tidak terdapat komplikasi dengan nilai signifikansi (P<0.0001). Terdapat perbedaan pemberian
TENS dengan tambahan intervensi protokol panas sebelum, saat dan sesudah intervensi terhadap kelancaran
predaran darah dengan signifikansi (P,0.05). Terjadi granulasi yang baik, folikel rambut tumbuh dengan baik
dan terjadi penurunan Pro Inflammatory (TNF-α) dengan signifikansi (P<0.05). Perbandingan persentase
nekrosis pada kelima kelompok adalah: G1 43,88%, G2 39.20%, G3 38.57%, G4 32.14% dan G5 44.13%, uji
statistik terbukti intervensi TENS pada kelompok G4 lebih efektif dengan signifikansi 0.032. Frekuensi
TENS 10 Hz lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian intervensi TENS 100 Hz dan kelompok
kontrol yang mendapatkan placebo terhadap receptor adrenergic. Intervensi TENS dengan dosis 100 Hz dapat
memperbaiki reaktifitas predaran darah vena dengan baik. Secara signifikan jumlah oedema pada luka
berkurang dan capillary refill 2 detik dengan signifikansi (P<0.001). Diskusi : TENS pada frekuensi 10 Hz
hingga 100 Hz merupakan frekuensi bioelektrik tubuh. Pada frekuensi rendah akan mampu merangsang
pengeluaran hormon endorphin sehingga pasien yang mendapatkan intervensi TENS dapat menjadi lebih
relaks, mengalami penurunan nyeri. Dengan terhambatnya factor inflamasi maka kerja sistim imun baik
hingga akhirnya dapat membantu proses penyembuhan luka dengan baik. Kesimpulan: Terapi TENS
terbukti dapat membantu penyembuhan luka. Alat TENS mudah didapat, mudah digunakan, ekonomis, tidak
menimbulkan adiksi, dapat diberikan kapan saja serta minim efek samping. Hasil penelitian belum dapat
digeneralisasi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan.

Kata Kunci: Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Penyembuhan Luka, Literature review.

ABSTRACT

Background: Instead of reduce pain, TENS is also capable of stimulating the peripheral nerves to work
optimally and improving blood circulation where the electrodes are applied. Having good blood circulation
enhances good wound healing as well. The decrease in pain level will boost the immune system thus the
wound healing can also be improved. It needs further studies on the effect of TENS on wound healing.
Objective: The research aimed to explore specific effect of TENS on wound healing. Methodology: The
research was conducted by using Science Direct article, Medline, Google Search and Pro Quest to find
articles which are appropriate with inclusion and exclusion criteria to be reviewed. Results: The necrosis
cases of the post-operative wound were higher in the control compared to the intervention group, there were
no complications with significant p-value of (P <0.0001). There were differences in the provision of TEENS
with additional of heat protocol before, during and after the intervention towards the blood circulation with
the significance p value of (P, 0.05). Good granulation occurs, the hair follicle grew well and Pro-
inflammatory declined (TNF-α) with the significance p-value of (P <0.05). The comparison of necrosis
percentage in five groups were 43.88%, 39.20%, 38.57%, 32.14% and 44.13% in G1 to G5 respectively. The
statistical tests proved the TEENS intervention

In group G4 was more effective with the significance p value of 0.032. The TENS with frequency of 10 Hz is
more effective compared to 100 Hz TENS and control groups who received placebo towards the adrenergic
receptor. TENS intervention at a dose of 100 Hz can improve the reactivity of venous blood circulation well.
The amount of oedema in the wound is reduced and capillary refills 2 seconds with the significance p-value
of (P <0.001) significantly. Discussion: TENS at a frequency of 10 Hz to 100 Hz is the bioelectrical body
frequency. At low frequencies, it will be able to stimulate the secretion of endorphin hormone so the patients
who received TENS intervention can be more relaxed and feel better as the pain is relieved. The immune
system works well and can help the wound heals properly by inhibition of inflammatory factor. Conclusions:
TENS therapy is proven to help wound healing. TENS equipment is available everywhere, easy to use,
economical, does not cause addiction, and can be given at any time with fewer side effects to the patients.
The results of the study cannot be generalised yet. Further research is needed.

Keywords: Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, wound healing, literature review.

PENDAHULUAN

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah satu


intervensi keperawatan yang dapat diberikan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Intervensi ini menggunakan alat yang dilengkapi elektroda dan diletakkan dikulit untuk
menghantarkan impuls listrik. Impuls listrik tersebut berfungsi sebagai pemblok impuls
nyeri yang dirasakan oleh pasien. Impuls nyeri yang diblok akan mengakibatkan nyeri
berkurang. Pemberian intervensi TENS dengan frekuensi rendah mampu merangsang
tubuh mengeluarkan endorphin, endorphin yang keluar akan meningkatkan relaksasi
kemudian diikuti oleh penurunan nyeri. (Brunner & Suddarth, 2001; Johnson, 2009).
Kerja alat TENS tidak seperti obat. TENS tidak bersifat adiksi, tidak memicu mual,
kantuk serta bebas dilakukan kapan saja sesuai dengan waktu yang diinginkan. TENS
mampu menjadi distraksi dari rasa sakit. TENS mampu mengatasi dismenorea melalui non
farmakologis akupuntur. Pada impuls rendah (2 Hz) endorphin akan diproduksi sebagai
penghilang rasa sakit alami (Santuzzi, 2013; Noehren, 2015). Oleh karena itu TENS telah
banyak digunakan sebagai pereda nyeri patah tulang, strain otot, nyeri sendi, menstruasi
dan nyeri pasca operasi. Kemampuan penurun nyeri mungkin bisa lambat namun
penurunan nyeri yang berlangsung dapat berkurang hingga beberapa jam kedepan.
Seiring perjalan waktu ternyata selain menurunkan nyeri, TENS juga mampu
merangsang saraf tepi untuk bekerja maksimal dan melancarkan predaran darah di daerah
sekitar tempat elektroda dipasangkan. Jika dikaitkan secara teori, apabila predaran darah
baik maka penyembuhan luka dapat terjadi dengan baik. Penurunan nyeri akan mampu
meningkatkan sistim imun sehingga penyembuhan luka juga dapat berjalan maksimal.
Dengan dukungan teori, pengamatan dan study literature yang dilakukan pada
pasien yang menggunakan alat TENS sebagai terapi penurun rasa nyeri di berbagai tatanan
perawatan maka penulis tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai pengaruh TENS
terhadap penyembuhan luka. Tujuan dari study literature ini adalah ingin mengetahui
secara spesifik pengaruh TENS terhadap penyembuhan luka.

METODE
Design penelitian yang masuk dalam literatur review ini menggunakan desain quasi
eksperiment dan random control trial. Jenis metode penelitian ini merupakan metode
terbaik dalam menjawab pertanyaan klinis di lapangan. Tipe study yang direview adalah
semua jenis penelitian yang menggunakan terapi TENS untuk membantu proses
penyembuhan luka. Partisipan yang ditentukan untuk direview tidak dibatasi. Semua jenis
sampel baik manusia atau hewan uji tetap dimasukkan sebagai sampel yang diamati dalam
literature review.
Intervensi yang masuk dalam kriteria inklusi adalah intervensi TENS dengan Tipe
outcome berbatas pada pengaruh TENS terhadap proses penyembuhan luka. literature
review ini disusun melalui penelusuran artikel penelitian yang sudah terpublikasi. Populasi
sampelnya adalah seluruh sampel dengan berbagai jenis luka yang mendapatkan perlakuan
terapi TENS untuk membantu proses penyembuhan luka.
Penelusuran dilakukan menggunakan Medline, Science direct, Pro-quest dan
Google Search dengan kata kuci tiap variabel yang telah di pilih. Artikel yang ditemukan
dibaca dengan cermat untuk melihat apakah artikel memenuhi kriteria inklusi penulis untuk
dijadikan sebagai literatur dalam penulisan literature review. Pencaharian berbatas mulai
dari tahun 2000 hingga tahun 2016 yang diakses fulltext dalam format pdf serta memiliki
desain quasy eksperiment dan RCT. Artikel penelitian yang terpublikasi melakukan terapi
TENS serta mampu membantu proses penyembuhan luka akan dimasukkan dalam
literature review.
Tabel 1. Strategi Pencarian Pada Data Based
Strategi Pencarian Pada Data
Based Langkah pencarian artikel melalui data based
1. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation OR TENS OR electrical Stimulation
2. Wound OR Tissue repair
3. #1 AND #2

Artikel yang masuk dalam kriteria inlklusi dianalisis, diekstraksi dan disintesis
kemudian ditentukan evidancenya. Dari hasil ekstraksi dan analisis diharapkan akan
ditemukan sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan intervensi
keperawatan di rumah sakit ataupun tatanan komunitas.
Berikut merupakan intisari yang diambil dari penelitian: judul penelitian, nama
peneliti, tahun publikasi, metode, jumlah sampel dari kelompok intervensi maupun
kelompok kontrol, alat yang yang digunakan selama penelitian, hasil dan kesimpulan
penelitian lengkap dengan nilai signifikansinya. Intisari yang diambil kemudian
dimasukkan ke dalam sebuah tabel agar hasil ekstraksi mudah dibaca.
Untuk mencari artikel, penulis melakukan pencarian menggunakan kata kunci yang
sudah disusun. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi
didapatkan 7 artikel, 7 artikel tersebut kemudian dianalisis. Di bawah ini merupakan 7
daftar artikel yang di ekstraksi dalam bentuk tabel:

Gambar 1. Artikel Berdasarkan Kriteria


Inklusi dan Ekslusi
Tabel 2. Sinstesis / Ekstraksi Data Hasil Penelitian

Tempat Kelompok Metode penelitian/


Studi/outhor Jumlah sampel Usia Outcome
peneliti an Intervensi Kontrol Alat ukur
The effect of Turki 173 sampel. Rentang Kelompok intervensi Kelompok kontrol Random Kejadian nekrosis pada
transcutaneous Kelompok usia pasien adalah pasien post mendapatkan Control luka post operasi pada
electrical nerve intervensi 25-87 mastectomy yang perawatan Trial/ lembar kelompok control lebih
stimulation berjumlah 87 dimana mendapatkan konventional observasi tinggi bila dibandingkan
on postmastectomy sampel dan rata-rata intervensi TENS setiap rumah sakit/tidak luka kelompok intervensi
skin flap necrosis / dengan nilai signifikansi
Can Atalay Æ Kerim kelompok usia hari sejak hari pertama mendapatkan
kontrol 86 sampel post operasi selama intervensi TENS (P<0.0001). tidak terdapat
Bora Yilmaz (2008) komplikasi pada luka post
pasien. berada satu jam dengan
operasi yang mendapatkan
pada frekuensi 70 Hz.
intervensi TENS
rata- rata
49 tahun
An effective method Jordania 33 sampel Rentang Kelompok pertama kelompok lainnya Quasy Tidak ada perbedaan
for skin blood flow usia 18-40 usia 18-40 mendapatkan mendapatkan Eksperiment/alat perubahan suhu tubuh
measurement using tahun.yang tahun intervensi TENS intervensi TENS pengukur suha dan pasien pada ptorokol panas
local dibagi dalam dengan protokol panas frekuensi 30 Hz doopler untuk lokal dan global. Terdapat
heat combined with perbedaan pemberian TENS
electrical dua kelompok. lokal. panas lokal selama 15 menit mengukur aliran
kelompok hanya pada bagian dengan protokol darah. dengan tambahan intervensi
stimulation / A.-M. protokol panas sebelum,
pertama tubuh tertentu. TENS panas global..
R. Almalty, J. S. saat dan sesudah intervensi.
jumlah Panas global
Petrofsky, B. sampelnya 15 diberikan pada dengan Aliran darah lancar dengan
Al- dan frekuensi 30 Hz mengatur panas signifikansi (P,0.05)
Naami And J. kelompok selama 15 menit pada ruangan.
Al- lainnya TENS diberikan
Nabulsix
(2009)
jumlah pada frekuensi
sampel 18 30 Hz selama 15
menit
Transcutaneous Turki 48 sampel, Tikus Kelompok intervensi Tikus yang Quasy Terdapat perbedaan yang
Electrical Nerve sampel dewasa. diberikan intervensi sudah dilukai eksperiment/kuesio signifikan pada kedua
Stimulation merupakan Usia tikus TENS selama 15 menit tidak diberikan ner observasi luka kelompok. Pada kelompok
(TENS) tikus jantan tidak dengan frekuensi 2 Hz intervensi intervensi terjadi granulasi
Accelerates yang baik, folikel rambut
dan betina dicantumk pada tikus yang sudah apapun.
Cutaneous Wound tumbuh dengan baik dan
Healing and yang dibagi an penulis. dilukai. Perbaikan luka
terjadi penurunan Pro
Inhibits Pro- dalam dua tetap diamati
Inflammatory (TNF-α)
inflammatory kelompok.
dengan signifikansi
Cytokines / Seren Kelompok
(P<0.05)
Gülşen Gürgen, Oya intervensi
Sayın, Ferihan Çetin, terdiri dari 24
and Ayşe Tuç dan kelompok
Yücel(2013) kontrol 24
sampel.
Effect of low- Brazil 75 sampel, Usia tikus Kelompok intervensi Kelompok Random control Hasil perbandingan
frequency dimana tidak dibagi menjadi 4 kontrol G1 tidak trial/kuesioner persentase nekrosis pada
transcutaneous sampel dibagi dicantumk kelompok. Kelompok diberikan observasi luka kelima kelompok adalah:
electrical nerve dalam 5 an oleh G2, G3, G4 dan G5. intervensi G1 43,88%, G2 39.20%,
stimulation penulis, G3
(TENS) on the kelompok. namun berat G2 mendapatkan apapun.
Satu intervensi TENS 2 Hz Intervensi yang 38.57%, G4 32.14% dan G5
viability of tikus 230- 44.13%. group G4 persentase
ischemic skin kelompok 358 gr. dengan 5 mA, G3 dengan didapatkan nekrosisnya paling kecil
flaps in kontrol dan 4 2 Hz 10 mA, G4 dengan 2 hanya prosedur dibandingkan dengan
the rat: An amplitude kelompok Hz 15 mA dan G5 dengan operasi skin flap kelompok lain. Saat
study / Richard Eloin intervensi. 2 Hz 20 mA. Intervensi kemudian dilihat dilakukan uji statistic dengan
Liebano; Luiz
Tiap TENS diberikan pada perubahan luka kelompok kontrol terbukti
Eduardo Felipe Abla;
kelompok tikus pada hari ketiga. bahwa intervensi
yang sudah dilakukan

43
Lydia Masako terdiri atas 15 operasi skin flap dengan TENS pada kelompok G4
Ferreira. (2007) tikus. anastesi Zolazepam lebih efektif dengan
hydrochloride 50 mg/kg. signifikansi 0.032.
Intervensi TENS diberikan frekuensi rendah lebih
selama 1 jam dalam efektif dan lebh valid untuk
waktu 2 hari. mencegah ischemic pada
skin flap.
Effects of different Brazil 29 sampel. Usia Kelompok intervensi Kelompok Random control Frekuensi TENS 10 Hz
frequencies of Dibagi dalam sampel pertama mendapatkan kontrol hanya trial/dopler dan lebih efektif bila
transcutaneous 3 kelompok. antara 20- intervensi TENS 10 Hz mendapatkan kuesioner observasi dibandingkan dengan
electrical nerve 2 Kelompok 35 tahun, kemudian kelompok placebo. nyeri. pemberian intervensi TENS
stimulation
on venous vascular intervensi dan tidak intervensi lain 100 Hz terhadap receptor
1 kelompok merokok, mendapatkan intervensi adrenergic. Intervensi
reactivity / Franco
tidak ada TENS dengan dosis 100 Hz
et al (2014) kontrol. TENS frekuensi 100 Hz.
gejala dapat memperbaiki
kelompok Intervensi diberikan
gangguan reaktifitas predaran darah
kontrol 10 selama 30 menit.
otot tidak vena dengan baik.
sampel,
kelompok rematik
intervensi tidak
pertama terdiri mengalami
dari 9 sampel sakit darah
dan kelompok dan tidak
intervensi mengalami
kedua 10 penurunan
sampel. imunitas.
Experimental model Brazil 15 sampel Tidak Diberikan intervensi - One group posttest Setelah dilakukan
for transcutaneous hanya terdiri ada TENS pada hewan uji design / kuesioner intervensi TENS luka
electrical nerve dari karakter yang sebelumnya sudah observasi luka mengalami perbaikan dan
stimulation kelompok usia pada dilakukan operasi skin pertumbuhan jaringan kulit
tikus
on ischemic random intervensi namun flap dengan panjang 10 dengan baik. Tidak terdapat
skin flap in rat / tanpa tikus yang cm dan lebar 4 cm. nilai statistik pada artikel
Richard Eloin kelompok dijadikan anestesi yang diberikan penelitian. Kesimpulan
Liebano, Lydia kontrol sebagai saat dilakukan operasi peneliti bahwa intervensi
Masako Ferreira, sampel TENS reliable untuk
Miguel Sabino Neto. adalah sodium thiopental
memiliki 50 mg/kg.. intervensi menstimulasi
(2003)
berat yang TENS diberikan selama 1 perkembangan perbaikan
sama yaitu dari skin flap.
jam setelah operasi
330 gr.
selama dua hari baru pada
hari ketiga nekrosis yang
terjadi pada hewan uji
diamati.
Effects Of Electrical Swedia Sampel 20, Rentang Kelompok intervensi yang Kelompok Quasy eksperiment / Pada pasien yang diberikan
Nerve Stimulation ada 5 laki-laki usia sudah menjalani operasi kontrol kuesioner intervensi TENS setelah
(Ens) In Ischemic dan 15 sampel skin flap mendapatkan mendapatkan operasi menunjukkan
Tissue / Kjartansson wanita. adalah usia intervensi TENS dengan placebo perbaikan kondisi luka.
and Lundeberg. sampel dibagi 29-64 frekuensi 90 Hz selama 1 Secara signifikan jumlah
(1990) dalam dua tahun. jam setiap harinya oedema pada luka
kelompok kemudian dievaluasi pada berkurang dan capillary
yaitu: 10 hari ke 4. refill , dari 2 detik dengan
kelompok signifikansi (P<0.001)
intervensi
dan 10
kelompok
kontrol.
HASIL

Didapatkan 7 jenis artikel, metode penelitian artikel yang dianalisis beragam,


metode penelitian tersebut adalah RCT, quasy eksperiment, dan one group post test design.
Tempat penelitian dari artikel dilakukan di tempat yang berbeda, Artikel pertama dan ke-
tiga pengambilan data dilakukan di Turki, artikel ke-dua pengambilan data di Jordania,
artikel ke-empat hingga ke-enam pengambilan data dilakukan di Brazil, artikel ke-tujuh
pengambilan data dilakukan di Swedia. Artikel pertama menunjukkan bahwa kejadian
nekrosis pada luka post operasi pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok intervensi dengan nilai signifikansi (P<0.0001). Tidak terdapat komplikasi pada
luka post operasi yang mendapatkan intervensi TENS. Artikel ke-dua menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan perubahan suhu tubuh pasien pada protokol panas lokal dan global.
Terdapat perbedaan pemberian TENS dengan tambahan intervensi protokol panas
sebelum, saat dan sesudah intervensi terhadap kelancaran predaran darah dengan
signifikansi (P,0.05). Artikel ke-tiga menunjukkan bahwa kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Pada kelompok intervensi terjadi granulasi yang baik, folikel
rambut tumbuh dengan baik dan terjadi penurunan Pro Inflammatory (TNF-α) dengan
signifikansi (P<0.05). Artikel ke-empat menjukkan bahwa hasil perbandingan persentase
nekrosis pada kelima kelompok adalah: G1 43,88%, G2 39.20%, G3 38.57%, G4 32.14%
dan G5 44.13%. group G4 persentase nekrosisnya paling kecil dibandingkan dengan
kelompok lain. Saat dilakukan uji statistik dengan kelompok control, terbukti bahwa
intervensi TENS pada kelompok G4 lebih efektif dengan signifikansi 0.032, frekuensi
rendah lebih efektif dan lebh valid untuk mencegah ischemic pada skin flap. Artikel ke-
lima menunjukkan bahwa Frekuensi TENS 10 Hz lebih efektif bila dibandingkan dengan
pemberian intervensi TENS 100 Hz dan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo
terhadap receptor adrenergic. Intervensi TENS dengan dosis 100 Hz dapat memperbaiki
reaktifitas predaran darah vena dengan baik. Artikel ke-enam menunjukkan bahwa Setelah
dilakukan intervensi TENS luka mengalami perbaikan dan pertumbuhan jaringan kulit
dengan baik. Tidak terdapat nilai statistik pada artikel penelitian. Kesimpulan peneliti
bahwa intervensi TENS reliable untuk menstimulasi perkembangan perbaikan dari skin
flap. Artikel ke-tujuh menunjukkan bahwa pada pasien yang diberikan intervensi TENS
setelah operasi menunjukkan perbaikan kondisi luka. Secara signifikan jumlah oedema
pada luka berkurang dan capillary refill , dari 2 detik dengan signifikansi (P<0.001).

PEMBAHASAN

Penetapan kriteria yang ketat pada metode sangat mempengaruhi jumlah artikel
yang didapat. Penentuan artikel yang diambil awalnya hanya terbatas pada artikel yang
menggunakan metode penelitian quasy eksperiment dan RCT dengan rentang tahun 2000-
2016. Setelah dilihat bahwa jumlah artikel yang didapatkan terbatas, kriteria pengambilan
artikel selanjutnya diturunkan. Artikel dengan metode penelitian one group posttest design
dan tahun penelitian dibawah tahun 2000 akhirnya tetap dimasukkan selama tetap terkait
dengan terapi TENS terhadap proses penyembuhan luka. Setelah menurunkan kriteria
berupa metode penelitian, akhirnya artikel yang didapatkan berjumlah 7 artikel. Hasil yang
sejalan ditunjukkan pada hasil penelitian di artikel, hasil penelitian secara umum
menyebutkan bahwa TENS memang terbukti signifikan mampu membantu proses
penyembuhan luka melalui mekanisme lancarnya predaran darah dan penurunan nyeri.
Penyembuhan luka dipengaruhi oleh banyak faktor. Berbagai faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka adalah nutrisi, usia, nilai sirkulasi perifier yang dapat dilihat dari nilai
ABI atau capilari refill, jenis balutan, nyeri serta obat-obatan yang dikonsumsi (Brunner &
suddart, 2001, Potter & Perry, 2005).
Penggunaan TENS pada frekuensi 10 Hz hingga 100 Hz merupakan frekuensi
bioelektrik tubuh yang sesuai (Johnson, 2009). Pada frekuensi rendah akan mampu
merangsang pengeluaran hormon endorphin sehingga pasien yang mendapatkan intervensi
TENS dapat menjadi lebih relaks, mengalami penurunan nyeri dengan terhambatnya factor
inflamasi sehingga sistim imun tidak terganggu dan akhirnya dapat membantu proses
penyembuhan luka dengan baik (Johnson, 2009; Brunner & Suddart, 2001; Potter & Perry,
2005).
Luka membutuhkan vaskularisasi yang baik karena sel harus melakukan perbaikan
dan berkembang agar luka dapat segera sehat kembali. Fungsi aliran listrik yang sesuai
bioelektrik tubuh akan merangsang saraf tepi dan pembuluh darah di sekitar luka untuk
lebih lancar predarannya sehingga akan mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh sel
yang rusak dan membutuhkan pertumbuhan (Johnson, 2009; Brunner & Suddarth, 2001).
Oksigen akan dapat dialirkan dengan baik ke luka sehingga kejadian nekrosis dapat
dihindari (Potter & Perry, 2005).
Artikel mengenai pelaksanaan terapi TENS terhadap penyembuhan luka yang
terpublikasi masih belum banyak, namun evidence yang ditemukan dari artikel sudah
cukup kuat karena artikel yang ditampilkan merupakan artikel yang terpublikasi dari
literature yang baik, resmi serta sudah dilakukan peer review sebelum dipublikasikan.
Kualitas dan bukti yang ditampilkan pada artikel sudah cukup kuat, hanya saja masih
dibutuhkan penelitian lanjutan dengan sampel manusia lebih banyak serta didukung dengan
metode desain RCT untuk membuktikan efektifitas pelaksanaan TENS terhadap
penyembuhan luka pada sampel manusia. Untuk uji alat TENS pada sampel menggunakan
hewan coba sudah kuat karena desain yang digunakan sangat baik dan dilakukan penentuan
kriteria dan prosedur penelitian yang terstruktur.
Meski jumlah artikel yang melihat pengaruh intervensi TENS terhadap
penyembuhan luka masih sedikit, intervensi TENS ini memiliki peluang yang besar untuk
dipraktekkan di tatanan klinis dan komunitas khususnya di Indonesia. Kondisi ini di
dukung oleh banyaknya kelebihan dari alat ini. Alat TENS ekonomis, mudah digunakan,
tidak menimbulkan adiksi, dapat digunakan kapan saja dan tidak memiliki efek samping
bila diberikan pada pasien yang melakukan perawatan luka. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan pada sampel manusia lebih banyak pada Negara yang berbeda dengan karakter
budaya yang berbeda. Pemilihan lokasi pemasangan TENS memiliki peran penting karena
terdapat jalur-jalur syaraf sehingga perlu menjadi perhatian agar kerja TENS dapat bekerja
lebih maksimal. Alat TENS sudah dijual di Indonesia, penggunaannya tidak perlu melalui
pelatihan karena saat ini alatnya sudah dibuat dengan desain sederhana. Penelitian dengan
metode penelitian RCT dan Negara yang berbeda akan mampu mendukung generalisasi
hasil penelitian kedepannya.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN


Hasil literature review ini menunjukkan bahwa terapi TENS terbukti dapat
membantu penyembuhan luka melalui peningkatan imunitas karena terhambatnya factor
inflamasi dan lancarnya predaran darah tepi. Alat TENS mudah didapat, mudah digunakan,
ekonomis, tidak menimbulkan adiksi, dapat diberikan kapan saja serta minim efek samping
pada pasien.
Dengan sedikitnya hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang
terbaik yang dilakukan pada manusia, penelitian selanjutnya dengan kualitas lebih baik
akan sangat membantu proses perkembangan terapi komplementer khususnya terapi TENS
untuk dipraktekkan di Indonesia.
Jika sudah ditemukan evidence yang terbaru dengan kualitas penelitian yang lebih
baik maka literature review ini dapat diupgrade sebagai pedoman dalam memberikan
terapi kompelementer berupa TENS untuk penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA

Butler, A., Hall, H., & Copnell, B. (2016). A Guide to Writing a Qualitative Systematic
Review Protocol to Enhance Evidence-Based Practice in Nursing and Health Care.
Worldviews Evid Based Nurs, 13(3), 241-249. doi:10.1111/wvn.12134
Carlborg, P., Kindström, D., & Kowalkowski, C. (2014). The evolution of service
innovation research: a critical review and synthesis. The Service Industries Journal,
34(5), 373-398.

Coverdale, J., Roberts, L. W., Beresin, E. V., Louie, A. K., Brenner, A. M., & Balon, R.
(2017). Some Potential “Pitfalls” in the Construction of Educational Systematic
Reviews. Academic Psychiatry, 41(2), 246-250. doi:10.1007/s40596-017-0675-7
Dila, K. A. S. (2012). Telaah Kritis Artikel Review Sistematik Dan Meta Analisis.
Retrieved from Telaah Kritis Artikel Review Sistematik Dan Meta Analisis.
Eden, J., Levit, L., Berg, A., & Morton, S. (2011). Standards for finding and assessing
individual studies Finding What Works in Health Care: Standards for Systematic
Reviews: National Academies Press (US).
Harris, J. D., Quatman, C. E., Manring, M. M., Siston, R. A., & Flanigan, D. C. (2014).
How to write a systematic review. Am J Sports Med, 42(11), 2761-2768.
doi:10.1177/0363546513497567
Ingram, L., Hussey, J., Tigani, M., & Hemmelgarn, M. (2006). Writing a literature review
and using a synthesis matrix. NC State University: NC State University Writing and
Speaking Tutorial Service.
Lau, F., & Kuziemsky, C. (2016). Handbook of eHealth evaluation: an evidence-based
approach.
Liberati, A., Altman, D. G., Tetzlaff, J., Mulrow, C., Gøtzsche, P. C., Ioannidis, J. P., . . .
Moher, D. (2009). The PRISMA statement for reporting systematic reviews and
meta-analyses of studies that evaluate health care interventions: explanation and
elaboration. Annals of internal medicine, 151(4), W-65-W-94.
Maggio, L. A., Sewell, J. L., & Artino, A. R., Jr. (2016). The Literature Review: A
Foundation for High-Quality Medical Education Research. Journal of graduate
medical education, 8(3), 297-303. doi:10.4300/JGME-D-16-00175.1
Moher, D., Liberati, A., Tetzlaff, J., & Altman, D. G. (2009). Preferred reporting items for
systematic reviews and meta-analyses: the PRISMA statement. Annals of internal
medicine, 151(4), 264-269.
Moher, D., Stewart, L., & Shekelle, P. (2015). All in the Family: systematic reviews, rapid
reviews, scoping reviews, realist reviews, and more. Syst Rev, 4, 183.
doi:10.1186/s13643-015-0163-7
Mongan-Rallis, H. (2006). Guidelines for writing a literature review. Duluth: University of
Minnesota. Dostupné z http://www. duluth. umn. edu/~
hrallis/guides/researching/litreview. html.
Mongan-Rallis, H. (2014). Guidelines for writing a literature review. URL: http://www.
duluth. umn. edu/~ hrallis/guides/researching/litreview. html.
Murniarti, E., Nainggolan, B., Panjaitan, H., Pandiangan, L., & Widyani, I. (2018).
Writing matrix and assessing literature review: A methodological element of a
scientific project. Journal of Asian Development, 4(2), 133-146.
Okoli, C., & Schabram, K. (2010). A guide to conducting a systematic literature review of
information systems research.
Paré, G., Trudel, M.-C., Jaana, M., & Kitsiou, S. (2015). Synthesizing information systems
knowledge: A typology of literature reviews. Information & Management, 52(2),
183-199.

49
Pranata, S., Nugroho, H., & Sujianto, U. (2016). Literature Review Pengaruh
Transcutaneous Electrinal Nerve Stimulation (Tens) Terhadap Penyembuhan Luka.
Jurnal Keperawatan Dan Pemikiran Ilmiah, 2(1), 1-12.
Rahayu, T., Syafril, S., Wekke, I. S., & Erlinda, R. (2019). Teknik Menulis Review
Literatur Dalam Sebuah Artikel Ilmiah.
Ramdhani, A., Ramdhani, M. A., & Amin, A. S. (2014). Writing a Literature Review
Research Paper: A step-by-step approach. International Journal of Basic and
Applied Science, 3(1), 47-56.
Snyder, H. (2019). Literature review as a research methodology: An overview and
guidelines. Journal of Business Research, 104, 333-339.
doi:https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.07.039
Torraco, R. J. (2005). Writing integrative literature reviews: Guidelines and examples.
Human resource development review, 4(3), 356-367.
Tranfield, D., Denyer, D., & Smart, P. (2003). Towards a methodology for developing
evidence‐informed management knowledge by means of systematic review.
British journal of management, 14(3), 207-222.
Winchester, C. L., & Salji, M. (2016). Writing a literature review. Journal of Clinical
Urology, 9(5), 308-312.
Wong, G., Greenhalgh, T., Westhorp, G., Buckingham, J., & Pawson, R. (2013).
RAMESES publication standards: meta-narrative reviews. BMC medicine, 11(1),
20.

50
FORMAT PENILAIN NASKAH KTI LITERATUR REVIEW

NAMA :
NIM :
TOPIK KTI :
HARI/TGL/JAM :

Nilai Akhir
No. Kriteria Penilaian Skor(1-10) Bobot
(Skor x Bobot)
1. Format Penulisan
Sistematika penulisan, tata letak, 10
kerapihan ketik, jumlah halaman,
dan daftar pustaka
2. Ide / Gagasan
Orisinalitaskarya,kesesuaiandengan
tema, ketajaman analisis 25
permasalahan
3. Manfaat Penulisan 5
4. Aspek Kebahasaan
Ketepatan&kejelasanpenggunaan
dansistematikabahasadalam
10
menyampaikangagasan,ungkapan
bahasa baku yang baik dan benar
5. Landasan Teori
Akurat, relevan, dan baru (dalam 10 20
tahun terakhir)
6. Hasil dan Diskusi 25
7. Simpulan dan Saran 5
TOTAL NILAI (MAKSIMAL 1000)

Kendari,
Penguji
FORMAT PENILAIN PRESENTASI
KARYA TULIS ILMIAH LITERATUR REVIEW

JUDUL/TOPIK :
NAMA :
NIM :
TANGGAL/HARI/JAM :
Nilai Akhir
No. Kriteria Penilaian Skor(1-10) Bobot
(Skor x Bobot)
1. Teknik Pemaparan
a. Penggunaan bahasa yang
baku 30
b. Cara dan sikap presentasi
c. Ketepatan waktu
2. Transfer Gagasan
a. Sistematika penyajian dan
kesesuaian isi
b. Kontribusi bagi 30
perkembangan ilmu dan
pengetahuan
3. Tanya Jawab
a. Ketepatan menjawab
b. Cara menjawab pertanyaan 40
c. Cara mempertahankan
argumentasi dan pendapat
TOTAL NILAI (MAKSIMAL 1000)

Kendari,
Penguji

Anda mungkin juga menyukai