Anda di halaman 1dari 79

i|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi

MODUL PRAKTIKUM
METODOLOGI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

TAHUN 2022

Disusun:
Aprilia Nuryanti, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
Jl, Letjend Sutoyo, Gg. Jodipati No. 10 Mojosongo, Jebres, Surakarta, Jawa tengah, Kode Pos 57127. No. Telepon: 0271-
2873900. No. Faksimili: 0271-2872220. Website: www.polinsada.ac.id Email: info@polinsada.ac.id

ii | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
PENGESAHAN

MODUL PRAKTIKUM
METODOLOGI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

bagi Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi


Semester Gasal Tahun Akademik 2022/2023

disahkan di : Surakarta
pada tanggal: Juli 2022

oleh:

Kaprodi STKA

(Rahayu Setyaningsih, S.Kep., Ns., M.Kes.)


NIDN. 0620037801

iii | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
VISI, MISI DAN TUJUAN INSTITUSI

A. Visi Politeknik Insan Husada Surakarta:


Menjadi politeknik berintegritas, kompeten dan kompetitif yang terintegrasi
dengan kearifan lokal, unggul dalam sains terapan.

Misi Politeknik Insan Husada Surakarta, adalah


1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasi yang berintegritas, kompeten,
kompetitif unggul dalam sains terapan.
2. Menyelenggarakan penelitian terapan yang bermanfaat bagi kemajuan
pendidikan, teknologi dan masyarakat yang berbasis prioritas riset nasional
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang didasari ilmu
pengetahuan dan teknologi serta hasil penelitian yang terintegrasi dengan
kearifan lokal.
4. Mengembangkan kerjasama kemitraan dan jejaring dalam pendayagunaan
SDM dan lulusan

Tujuan Politeknik Insan Husada Surakarta


1. Terselenggaranya pendidikan tinggi vokasi yang berintegritas, kompeten,
kompetitif unggul dalam sains terapan.
2. Terwujudnya hasil penelitian terapan yang bermanfaat bagi kemajuan
pendidikan, teknologi dan masyarakat yang berbasis prioritas riset nasional
3. Terlaksananya pengabdian kepada masyarakat yang didasari ilmu
pengetahuan dan teknologi serta hasil penelitian yang terintegrasi dengan
kearifan lokal.
4. Terselenggaranya kerjasama kemitraan dan jejaring dalam pendayagunaan
SDM dan lulusan

iv | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
B. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi
Visi Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi:
Menjadi Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi yang
berintegritas, kompeten, dan kompetitif, mengutamakan keselamatan pasien
(patient safety) serta unggul dalam pelayanan keperawatan anestesiologi pada
bedah ortopedi.

Misi Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi:


1. Menyelenggarakan pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
yang mengutamakan keselamatan pasien dan menunjukkan keunggulan
dalam pelayanan kepenataan anestesi bedah ortopedi;
2. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang sains terapan keperawatan
anestesiologi;
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang didasari ilmu
pengetahuan dan teknologi serta hasil penelitian dalam bidang Sarjana
Terapan Keperawatan Anestesiologi untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat;
4. Mengembangkan kerjasama kemitraan dan jejaring dalam pendayagunaan
SDM dan lulusan.
Tujuan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi:
1. Menghasilkan Lulusan Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi yang
mengutamakan keselamatan pasien dan menunjukkan keunggulan dalam
pelayanan kepenataan anestesi bedah ortopedi
2. Menghasilkan penelitian dalam bidang sains terapan keperawatan
anestesiologi
3. Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat yang didasari ilmu
pengetahuan dan teknologi serta hasil penelitian dalam bidang Sarjana
Terapan Keperawatan Anestesiologi untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat;
4. Menghasilkan kerjasama kemitraan dan jejaring dalam pendayagunaan SDM
dan lulusan

v|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………….ii


PENGESAHAN ………………………………………………………………………..…………….iii
VISI, MISI DAN TUJUAN .......................................................................... iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………...vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1. Latar Belakang ................................................................................ 1
2. Deskripsi Mata Kuliah ...................................................................... 1
3. Capaian Pembelajaran ..................................................................... 1
4. Bahan Kajian .................................................................................. 3
5. Deskripsi Proses Pembelajaran ......................................................... 4
6. Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa .................................................... 4

MATERI PRAKTIKUM 1. PENGKAJIAN ASKAN ............................................. 6


MATERI PRAKTIKUM 2. PERUMUSAN MASALAH KESEHATAN ANESTESI .....34
MATERI PRAKTIKUM 3. PERENCANAAN ASKAN .........................................47
MATERI PRAKTIKUM 4. IMPLEMENTASI ASKAN ........................................52
MATERI PRAKTIKUM 5. EVALUASI ASKAN.................................................58
MATERI PRAKTIKUM 6. DOKUMENTASI ASKAN .........................................63
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN ASKAN .......................................................69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................72

vi | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ijin-Nya modul
praktikum Metodologi Keperawatan Anestesiologi telah tersusun. Modul ini
bertujuan memberikan tuntunan dalam pelaksanaan praktikum. Modul ini
terdiri dari bagian pendahuluan, isi dan penutup. Dalam modul praktikum akan
dibahas proses asuhan keperawatan anestesiologi mulai dari pengkajian,
perumusan masalah kesehatan anestesi, perumusan rencana intervensi,
implementasi tindakan askan dan evaluasi askan serta dokumentasi askan.
Modul dilengkapi dengan contoh kasus untuk memberikan stimulasi bagi
mahasiswa berlatih menganalisis dan berpikir kritis.
Modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai
penyusun berharap masukan demi perbaikan modul ini. Semoga modul ini
memberikan manfaat sesuai dengan harapan.

Surakarta, Maret 2022


Penyusun

vii | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Seorang perawat anestesi sebagai salah satu bagian dari profesi
kesehatan seharusnya memiliki kompetensi dalam penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang khusus keperawatan
anestesiologi. Cara atau metode yang digunakan dengan pendekatan ilmiah
dalam melakukan asuhan keperawatan anestesiologi. Metode keperawatan
anestesiologi merupakan kerangka berpikir seorang perawat anestesi dalam
melakukan pendekatan asuhan kepada pasien.

2. Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini adalah salah satu mata kuliah keahlian bagi perawat/
penata anestesi. Mahasiswa akan mempelajari konsep berpikir kritis
sebagai landasan dalam menyusun sebuah proses ilmiah dalam
memberikan pelayanan bagi pasien. Mahasiswa juga akan belajar
mengenai konsep proses keperawatan anestesiologi, mulai dari pengkajian
pra-, intra- dan paska-anestesi (peri-anestesi), perumusan masalah
kesehatan peri-anestesi, perencanaan intervensi peri-anestesi,
implementasi tindakan peri-anestesi dan evaluasi serta dokumentasi askan.
Dokumentasi proses keperawatan anestesiologi dan standar asuhan
keperawatan anestesi akan dipelajari sebagai bagian yang penting dalam
legalisasi seluruh proses pelayanan keperawatan anestesiologi. Rujukan
standar yang digunakan dalam metodologi keperawatan anestesiologi
adalah dari Lynda Juall Carpenito dan NANDA, NOC, NIC.

3. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran pada mata kuliah ini mengarah pada capaian
kompetensi lulusan prodi STKA meliputi aspek sikap, kemampuan umum,
ketrampilan khusus dan penguasaan pengetahuan. Berikut ini adalah

1|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


capaian pembelajaran prodi:
a. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri (S 9)
b. Mampu mengkaji kasus penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
bidang keahliannya dalam rangka menghasilkan prototipe, prosedur
baku, desain atau karya seni, menyusun hasil kajiannya dalam bentuk
kertas kerja, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi (KU1)
c. Mampu melakukan Pelayanan Asuhan Keperawatan Anestesi yang
menyeluruh meliputi asuhan keperawatan praanestesi, intraanestesi,
pascaanestesi, komplikasi anestesi, kondisi emergensi; penyiapan,
penggunaan dan penyimpanan obat-obat anestesi, gas anestesi, alat
anestesi umum, mesin anestesi; dan Asuhan Keperawatan Anestesi
melalui kolaborasi dengan dokter spesialis anestesiologi secara efektif
dan efisien (KK9)
d. Mampu menyelesaikan masalah Keperawatan Anestesi berdasarkan
landasan ilmiah ilmu biomedik, anestesiologi, dan instrumentasi, ilmu
sosial, pengetahuan penggunaan alat-alat anestesi, dan pengetahuan
pemeriksaan fisik dan evaluasi pemeriksaan penunjang, serta
pengetahuan penyakit menular, akut, dan kronis (KK2)
e. Menguasai konsep teoritis yang menunjang mendasari ilmu
keperawatan anestesi, meliputi: anatomi fisiologi, ilmu biomedik dasar,
mikrobiologi dan parasitologi, patologi, ilmu gizi, farmakologi,
instrumentasi anestesi, patient safety dan keselamatan kesehatan
kerja, epidemiologi klinik, serta pemenuhan kebutuhan dasar manusia,
promosi kesehatan, manajemen kepemimpinan, evidence based
practice (EBP) (PP2).
Capaian pembelajaran mata kuliah Metodologi Keperawatan Anestesiologi
adalah
a. Menguasai konsep berpikir kritis dalam keperawatan anestesiologi (S9,
KU1)

2|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


b. Menguasai konsep proses keperawatan anestesiologi (P2, KK2)
c. Menguasai konsep proses keperawatan anestesi: pengkajian (P2, KK2)
d. Menguasai konsep proses keperawatan anestesi: perumusan masalah
kesehatan (P2, KK2)
e. Menguasai konsep proses keperawatan anestesi: perencanaan tindakan
(P2, KK2)
f. Menguasai konsep proses keperawatan anestesi: implementasi (P2,
KK2)
g. Menguasai konsep proses keperawatan anestesi: evaluasi (P2, KK2)
h. Menguasai konsep proses keperawatan anestesi: dokumentasi asuhan
keperawatan anestesi (P2, KK2)
i. Menguasai konsep standar asuhan keperawatan anestesi (P2, KK2)
j. Mampu mengaplikasikan pengkajian keperawatan anestesiologi (P2,
KU1, KK2, KK9)
k. Mampu mengaplikasikan perumusan masalah kesehatan pasien (P2,
KU1, KK2, KK9)
l. Mampu mengaplikasikan tahap perencanaan tindakan dalam
keperawatan anestesiologi
m. Mampu mengaplikasikan tahap tindakan keperawatan anestesiologi
(P2, KU1, KK2, KK9)
n. Mampu mengaplikasikan tahap evaluasi tindakan dalam keperawatan
anestesiologi (P2, KU1, KK2, KK9)
o. Mampu mengaplikasikan formulir dokumentasi keperawatan
anestesiologi (P2, KU1, KK2, KK9)
p. Mampu mengaplikasikan standar asuhan keperawatan anestesiologi
(P2, KU1, KK2, KK9)

4. Bahan Kajian
a. Berpikir kritis dalam keperawatan anestesiologi
b. Proses keperawatan dalam lingkup keperawatan anestesiologi
c. Pengkajian keperawatan anestesiologi

3|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


d. Perumusan masalah kesehatan
e. Perencanaan dalam keperawatan anestesiologi
f. Implementasi keperawatan anestesiologi
g. Evaluasi keperawatan anestesiologi
h. Dokumentasi asuhan keperawatan anestesiologi
i. Standar asuhan keperawatan anestesiologi

5. Deskripsi Proses Pembelajaran


Pengalaman belajar mahasiswa akan didapatkan melalui kuliah dalam
bentuk ceramah, cooperative learning, diskusi, studi kasus dan praktikum.
Pengenalan pada formulir-formulir dalam proses keperawatan anestesi
dan standar asuhan keperawatan akan diberikan melalui demonstrasi
langsung maupun menggunakan media lain yang relevan.

6. Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa


Metode penilaian:
1. Teori: Ujian tulis dan Penugasan
2. Praktikum : laporan praktikum, penugasan
3. Softskill: kehadiran, keaktifan, kedisiplinan, inisiatif dll

Pembobotan:
1. Teori (40%):
a. UTS: 30%
b. UAS: 40%
c. Penugasan: 30%
2. Praktikum laboratorium (40%)
a. Penugasan: 50%
b. Laporan praktikum: 50%
3. Softskill (20%)

4|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


MATERI PRAKTIKUM 1

PENGKAJIAN ASUHAN
KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

5|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


MATERI PRAKTIKUM 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

Selamat, anda memasuki materi pertama pada praktikum metodologi


keperawatan anestesiologi yaitu pengkajian askan. Pengkajian adalah langkah
pertama dalam melakukan pelayanan pada pasien. Sebagai calon perawat/
penata anestesi anda diharapkan menguasai konsep pengkajian dan dapat
mengaplikasikannya dalam praktek klinik. Semua pengalaman menarik ini
dimulai dengan pembelajaran dengan praktikum di kampus. Anda dapat
bersiap diri dengan membaca kembali teori pendahuluan maupun referensi
relevan dari berbagai sumber yang sahih. Materi 1 ini akan membawa anda
untuk menyelami permasalahan pada pasien anda secara komprehensif dari
berbagai aspek diri pasien dan semua hal yang berhubungan dengan masalah
kesehatannya. Anda juga akan mempelajari formulir pengkajian askan baik
tahap pra, intra maupun paska-anestesi. Selamat belajar!

A. Pengertian
Perawat/ penata anestesi mengumpulkan semua informasi yang akurat,
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.

B. Kriteria pengkajian
a. Data tepat, akurat dan lengkap
b. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
dan data objektif (hasil pemeriksaan fisik dan pemerkiksaan diagnostik)
c. Pengkajian, yang meliputi pengumpulan data, analisa data, perumusan
masalah kesehatan anestesi
d. Tahapan pengkajian dari proses keperawatan anestesi meliputi tiga
aktivitas :
1) mengumpulkan data secara sistematis

6|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


2) memilah dan mengatur data yang dikumpulkan
3) mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali
e. Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua
hal yaitu
1) Status kesehatan pasien
2)Kekuatan pasien dan masalah kesehatan yang dialami (aktual,
risiko/potensial)
f. Metode Pemeriksaan Fisik :
1) Inspeksi (melihat)
a. Mengamati tingkah laku klien
b. Mengobservasi keadaan tubuh pasien, dilakukan pada saat
pertama kali bertemu dengan klien & mendeteksi perubahan-
perubahan, gejala, kelainan-kelainan yang berhubungan dengan
status fisik
c. Cara kerja :
(1) Cukup cahaya untuk penerangan dalam ruangan
(2) Suasana nyaman, suhu ruangan yang nyaman
(3) Membuka pakaiaan pada area pemeriksaan
(4) Gunakan alat bantu pemeriksaan
(5) Perhatikan keadaan pasien meliputi : tingkah laku, ekspresi,
postur tubuh, penampilan umum dan dilakukan secara
sistematis dan membandingkan bagian sisi tubuh dengan
lainnya
2) Palpasi (meraba)
a) Pemeriksaan dengan cara menggunakan perabaan pada bagian
yang akan diperiksa
b) Cara kerja :
• Tentukan daerah yang akan dilakukan palpasi
• Menjelaskan pada klien tentang hal-hal yang akan dilakukan
• Gunakan jari 2,3,4 untuk mendeteksi bentuk dan struktur organ
yang akan diperiksa.

7|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


• Perhatikan ekspresi wajah selama melakukan palpasi
3) Perkusi (Mengetok)
a) Pemeriksaan dengan cara mengetuk
• Untuk mengetahui batas-batas organ
• Mengetahui ada/tidaknya kelainan misalnya ada udara, cairan dan
sebagainya
b) Cara kerja :
• Membuka pakaian sesuai dengan kebutuhan
• Jari tangan kiri diluruskan, tekan bagian ujung jari dengan kuat
pada permukaan yang akan diperkusi
• Lenturkan jari tengah kanan dan pertehankan kelenturan pada
pergelangan tangan
• Ketukkan jari tengah kanan pada jari tengah kiri, pertahankan
gerakan pada pergelangan tangan
4) Auskultasi (mendengar)
Pemeriksaan dengan menggunakan alat (stetoskop) untuk
memperjelas pendengaran misalnya :
• Bunyi jantung
• Bunyi/suara paru
• Bising usus
• Denyut jantung
• Tekanan darah

C. Format Pengkajian Askan Peri-anestesi


Format pengkajian askan peri-anestesi meliputi: pengkajian pra-
anestesi pada saat visit (untuk operasi elektif, kunjungan sebelum
pasien dilakukan anestesi), pengkajian di ruang persiapan (pra anestesi
di kamar operasi), pemantauan intra-anestesi dan pasca-anestesi. Ada
kekhususan pada askan di intra-dan pasca-anestesi yaitu menggunakan
bentuk flowsheet yang memungkinkan perawat anestesi dapat
langsung menuliskan rencana dan implementasi tindakan dalam bentuk

8|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


monitoring yang efektif dan sederhana dengan penuh ketelitian. Model
pengkajian pada askan dapat dicermati pada format di bawah ini. Ada
beberapa data pengkajian fokus askan yang harus diperhatikan setiap
kali melakukan askan, seperti pengkajian AMPLE dan pengkajian fisik
6B, penyulit anestesi, status fisik ASA dan pertimbangan anestesi.
Pengkajian sekaligus bersifat sebagai monitoring pada tahap intra-
anestesi meliputi pemberian infus/ cairan parenteral, premedikasi,
induksi, tatalaksana jalan napas yang diperlukan, intubasi, ventilasi,
tindakan anestesi, obat-obatan, infus, gas-gas anestesi, tanda-tanda
vital, pemeriksaan penunjang durante operasi, lama anestesi dan lama
pembedahan. Pengkajian sekaligus monitoring tahap pasca-anestesi
yatiu tanda-tanda vital, skala nyeri, Aldrette score, Steward score,
Bromage score, termasuk data pasien keluar dari ruang pemulihan.
Penggunaan flowsheet atau lembar alur maupun grafik membuat
dokumentasi lebih efisien.

D. FORMAT PENGKAJIAN ASKAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PASIEN ….. (INISIAL) DIAGNOSIS …. (PENYAKIT) DILAKUKAN
TINDAKAN OPERASI …… (NAMA OPERASI) DENGAN
ANESTESI……(TEKNIK ANESTESI)
DI RUANG.....................RS.....................
PADA TANGGAL …….

I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama :
Tanggal lahir/ umur :
No. CM :
Jenis kelamin :
Agama :

9|Modul Praktikum Metokep Anestesiologi


Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Status perkawinan` :
Alamat :
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
Jam Pengkajian :

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Hubungan dengan pasien :
Alamat :

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama (Satu keluhan yang paling menganggu
dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………

2) Keluhan lainnya ( keluhan yang dirasakan pasien selain


keluhan utama )
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
3) Diagnosis Medis :
4) Rencana Tindakan Operasi :
5) Data Fokus Anestesi (AMPLE)
(a) Allergies :
- Riwayat alergi makanan :
- Riwayat obat-obatan :
- Lainnya :
(b) Medications:

10 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
Riwayat penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat
antihipertensi, diuretik, digitalis, antidiabetik dan
antikoagulan yang dapat menimbulkan interaksi dengan
agen anestetik
(c) Past Illness:
- Riwayat penyakit sistemik sebelumnya seperti : DM,
penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit hepar, gangguan perdarahan, serta
- riwayat penyakit keluarga.
- Riwayat operasi sebelumnya
- Riwayat anestesi sebelumnya
(d) Last Meal: Asupan oral terakhir atau puasa
(e) Environments: Kebiasaan yang buruk, seperti riwayat
merokok dan mengkonsumsi alkohol, Kondisi lingkungan
yang berhubungan dengan penyakit pasien (misal: tinggal
di daerah dingin)

2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
GCS : Verbal:……….Motorik……….Mata :……………..Total:…………
Kesadaran :
compos mentis / apatis / delirium/ somnolen / sopor/ koma
Tanda-tanda Vital : Nadi = ….. x/menit, Suhu =…… 0 C, TD =…………
mmHg, MAP: …………..RR =……… x/menit, Skala Nyeri: ……….BB:
……Kg, TB:……. Cm, BMI: …………Lainnya:………………

2) Pemeriksaan 6 B
1. B1 (BREATHING)
- Look externally (Wajah):
□ Normal □ Edema
□ Luka pada wajah □ Kumis/ jenggot □ mikrognathia
□ Gigi palsu □ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Hilangnya gigi

11 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
- Evaluate Thyromental distance
 Kemampuan membuka mulut ≥3 jari □Ya □Tidak
 Jarak Thyro – Mental ≥3 jari □Ya □Tidak
 Jarak Hyoid – Tiroid ≥2 jari □Ya □Tidak
- Mallampati Score: □ I □ II □ III □ IV
- Obstruction or obesity (Obstruksi Jalan Napas)
□ Ya :………………
□ Tidak
- Neck mobility
 Bentuk Leher : □ Simetris □ Asimetris
 Leher pendek : □ Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan (dagu
menyentuh dada)?
□ Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
□ Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan rotasi leher dan kepala?
□ Ya □ Tidak
 Terdapat bekas luka/sikatrik di leher
□ Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan neck collar?
□ Ya □ Tidak
- Bentuk thorax :
- Pola napas :
- Penggunaan otot bantu napas : □ Ya □ Tidak
- Pernapasan cuping hidung : □ Ya □ Tidak
- Perkusi paru : □ sonor □ hipersonor □
dullness
- Suara napas : □Trakeal □ bronchial □
bronkovesikular □vesikuler □ ronchi □ wheezing □
stridor □ snoring □ gurgling

12 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
- Lainnya:

2. B2 (BLOOD)
- Konjungtiva : □ anemis □ tidak
- Kulit : Pucat: ada/tidak
- CRT:…………..
- Pembesaran vena jugularis : □ ya □ tidak
- Ictus cordis : ( + / - ), pelebaran ........cm
- Perdarahan: ada/tidak Lokasi perdarahan:
Jumlah perdarahan:
- Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak
teraba )
- Batas-batas jantung normal adalah :
 Batas atas : ………………….. ( N = ICS II )
 Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
 Batas Kiri : …………………... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
 Batas Kanan : ……………….. ( N = ICS IV Mid Sternalis
Dextra)
- BJ I : □ tunggal □ ganda □ regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda □ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ /
-), Murmur (+ /-)
- Lainnya:

3. B3 (BRAIN)
- Kaku kuduk: □ ada :…………….. □ tidak
- Kejang: □ ada □ tidak
- Tremor: □ ada :…………….. □ tidak
- Nyeri kepala: □ ada :…………….. □ tidak
- Pupil: □ isokor □unisokor □midriasis □miosis □tidak ada reaksi
- Parese: □ ada :…………….. □ tidak
- Plegi: □ ada :…………….. □ tidak
- Lainnya:

4. B4 (BLADDER)
- Nyeri saat BAK: □ ada □ tidak
- Urine disertai darah: □ ada □ tidak
□Poliuri □oliguria □anuria □retensi urin □inkontensia
Nyeri tekan pada Ginjal : □Ya □Tidak
Pembesaran pada Ginjal : □Ya □Tidak
- Produksi urine : cc
- Lainnya:

5. B5 (BOWEL)

13 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
- Bising usus : x/menit
- Mual: □ ada □ tidak
- Muntah: □ ada :……kali □ tidak
- Nyeri menelan: □ ada □ tidak
- Nyeri perut: □ ada :………………. □ tidak
- Borborygmi : □Ya □Tidak
- Distensi : □Ya □Tidak
- Asites : □ shifting dullness □ undulasi
- Pembesaran hepar : □Ya □Tidak
- Lainnya:

6. B6 (BONE)
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: □Kyposis □Scoliosis □Lordosis
□Perlukaan □ infeksi □Fibrosis
- Mobilitas : □leluasa □terbatas
- Lainnya……………………..
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris),
Jejas : □Ya:……………………………. □Tidak
Deformitas : □Ya:……………………………. □Tidak
Fraktur : □Ya:……………………………. □Tidak,
Atropi otot : □Ya:……………………………. □Tidak,
IV line: terpasang di...................., ukuran
abocatch.............
ROM: ………………..,
Lainnya:…………….
- Ekstremitas Bawah :
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris),
Jejas : □Ya:……………………………. □Tidak
Deformitas : □Ya:……………………………. □Tidak
Fraktur : □Ya:……………………………. □Tidak,
Atropi otot : □Ya:……………………………. □Tidak,
IV line: terpasang di...................., ukuran
abocatch.............
ROM: ………………..,
Lainnya:…………….

Kesimpulan palpasi ekstermitas :

- Edema :

- Uji kekuatan otot :

14 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Kesimpulan : (cantumkan hasil lab yang bermasalah dan disertasi


alasannya)..……………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
b. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil Pemeriksaan radiologi : ( hasil interprestasi yang sudah
dibaca oleh dokter
radiologi)……………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
c. Lain-lain:………………………………………………………………………………
Hasil pemeriksaan……………………………………………………………….

4. Terapi Saat ini : (Terapi yang diberikan dokter penanggungjawab


pasien saat pengkajian)
………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
5. Faktor penyulit: ( data yang memungkinkan menjadi hambatan di pra
intra pasca anestesi )
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
6. Kesimpulan status fisik (ASA):

………………………………………………………………………….………………………
………………………………………………………………………………………………….

15 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
7. Pertimbangan Anestesi
Jenis Anestesi : ………………………
Teknik Anestesi : ………………………
Indikasi:……………………………………………..………………………………………

E. Contoh Formulir Asesmen Pra Anestesi

16 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
17 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
18 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
19 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
20 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
21 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
F.

22 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


23 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
24 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
25 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
26 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
27 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
28 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
G.

H.

I.

J.

K.

L.

M.

N.

O.

P.

Q.

R.

S.

T.

U.

29 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


30 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
E. FORMULIR ANALISIS DATA PENGKAJIAN

31 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


LATIHAN SOAL UNTUK DIKERJAKAN
1. Uraikan menurut anda, apa pentingnya dalam memberikan asuhan
keperawatan anestesiologi (askan) harus menggunakan pendekatan
kerangka ilmiah!
2. Sebutkan jenis-jenis dan contohnya dari data pengkajian!
3. Sebutkan dan jelaskan pengkajian 6B!
4. Sebutkan data apa yang harus ada pada asesmen intra-anestesi!
5. Sebutkan data apa saja yang termasuk dalam asesmen pasca-
anestesi!

32 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


MATERI PRAKTIKUM 2

RUMUSAN MASALAH KESEHATAN


ANESTESIOLOGI

33 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


MATERI PRAKTIKUM 2
PERUMUSAN MASALAH KESEHATAN ANESTESI (MKA)

1. Pengertian
Penata anestesi menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menetapkan masalah
pasien yang tepat yang disebut masalah kesehatan anestesi atau disingkat
dengan MKA.

2. Kriteria perumusan masalah


a. Masalah yang dirumuskan sesuai dengan daftar masalah.
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi pasien akibat penyakit dan
efek anestesi.
c. Dapat diselesaikan dengan ASKAN secara mandiri,kolaborasi dengan
rujukan pelimpahan wewenang.
d. Jenis masalah, terdiri dari:
1) Masalah mandiri
a) Merupakan respons pasien terhadap masalahkesehatan yang
aktual atau risiko/potensialdalam proses kehidupan.
b) Disusun oleh penata anestesi.
c) Intervensi tetentu yang dlilakukan oleh penata anestesi socara
legal yang diprogramkan oleh penata alostesi untuk mencapai
tujuan dan suatu masalah pasien.
d) Menggunakan formulasi Problem (P) yaitu masalah aktual dan
risiko/potensial.
2) Masalah Kolaboratif
a) Merupakan respons pasien terhadap komplikasi fisiologis
tertentu yang dipantau oleh penata anestesi untuk mendeteksi
awitan atau perubahan status kesehatan pasien.
b) Disusun oleh penata anestesi dan diketahui oleh dokter.

34 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


c) Intervensi yang dilakukan penata anestesi secara kolaborasi
yaitu dominan intervensi medis melalui pelimpahan wewenang
dan sebagian kecil secara mandiri. Intervensi ini dilakukan
dengan memonitor keadaan pasien, untuk mendeteksi awitan
atau perubahan status kesehatan pasien yang diperlukan secara
bersama untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu
permasalahan pasien sehingga dapat meminimalkan kejadian
komplikasi.
d) Menggunakan formulasi Risiko Komplikasi (RK) yaitu kondisi
yang sedang dan atau berisiko tinggi mengalami masalah
kesehatan.
e. Kriteria masalah
1) Fokus yaitu reaksi/respons pasien terhadap masalahkesehatan
anestesi.
2) Berubah sesuai perubahan respons pasien.
3) Mengarah pada fungsi mandiri penata anestesi dan kolaborasi
dengan medis dalam melaksanakan tindakan dan evaluasinya.

3. Langkah-langkah menetapkan masalah


a. Klasifikasi data
Klasifikasi data adalah mengelompokkan berdasarkan kebutuhan
manusia dalam data subjektif dan data objektif.
b. Interpretasi data
Mengidentifikasi kesenjangan data dan mengidentifikasi masalah.
Masalah kesehatan yang muncul disusun dalam bentuk Web of Caution
(woc) singkat baik secara situasional, maturasi (tingkat kematangan
pasien), medikasi (penggunaan obat- obatan yang diberikan)atau
patofisiologi.
c. Validasi
Menghubungkan dengan klasifikasi tanda dan gejala yang kemudian
merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data.

35 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


4. Merumuskan MKA
Masalah kesehatan anestesi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
a. Label
Label harus dalam istilah yang jelas dan ringkas yang menyampaikan
arti MKA.
b. Definisi
Definisi harus menambah kejelasan pada label masalah. Hal
Ini juga harus membantu untuk membedakan MKA yang
hampir sama. Sebelum memastikan penetapan label, harus
diperhatikan dan dipahami definisinya, sehingga dapat
menetapkan MKA yang fepat sesuai kondisi yang terjadi pada
pasien.
c. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik merupakan tanda dan gejala yang
terdiri dari DS,DO dan faktor risiko. Contoh: Masalah
Kesehatan Anestesi
Risiko Jatuh
Definisi Kondisi ketika individu rentan untuk terjatuh
yang menyebabkan kerusakan fisik

Batasan
Karakteristik
Subyektif 1. Pasien mengatakan lemas
2. Pasien mengatakan pusing
Obyektif 1. Penurunan kesadaran
2. Efek dari agen anestesi
3. Pasien lansia lebih dari 60 tahun
4.Pasien bayi 0-1 tahun
5. Pasien anak 1-5 tahun

Kerusakan Alat dan Mesin Anestesi


Definisi Malafungsi peralatan yang digunakan dalam
tindakan anestesi

36 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


Batasan
Karakteristik
Subyektif -
Obyektif 1. Flowmeter tidak sesuai pengaturan
2. Reservoir bag tidak mengembang
maksimal
3. Tidal volume tidak sesuai pengaturan
4. Hasil monitor tanda vital tidak sesuai
dengan tanda klinis pasien
5. Alarm mesin anestesi, ventilator dan
monitor berbunyi

Risiko Komplikasi (RK) Cedera anestesi


Definisi Kondisi yang sedang dan/atau berisiko yangm
tidak dikehendaki sehingga menyebabkan
gangguan fungsi tubuh akibat anestesi.
Batasan
Karakteristik
Subyektif Pasien mengatakan akan menjalani tindakan
anestesi.
Obyektif Faktor risiko:
1. Pasien akan menjalani anestesi
2. Klasifikasi status fisik ASA (American Society
of Anesthesiologist).
Tanda dan gejala:
1. Tanda reaksi alergi
2. Hemodinamik terganggu.

5. Syarat Merumuskan MKA


a. Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respons pasien
terhadap situasi/keadaan yang dihadapi.
b. Spesifik dan akurat.
c. Merupakan sebuah pernyataan.
d. Dapat dilaksanakan oleh penata anestesi.
e. Mencerminkan keadaan pasien.

37 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


Contoh: Masalah Kesehatan Anestesi "Nyeri"
Stimulus

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri

Merangsang nosiseptor (reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut saraf tipe AC

Medula spinalis

Korteks serebri

Nyeri

Berikut ini adalah beberapa contoh masalah kesehatan yang dapat dirumuskan
pada tahap perianestesi:
Pernyataan Masalah Tanda dan Gejala
Nyeri S: Pasien menyatakan nyeri (PQRST)
: pengalaman perasaan O: Skala nyeri, frekuensi nasi meningkat, tampak
emosional yang tidak kesakitan, diaphoresis, dilatasi pupil, postur tubuh
menyenangkan akibat berhati-hati, peningkatan tekanan darah,
terjadinya kerusakan peningkatan frekuensi nafas, gelisah, terdapat nyeri
actual maupun tekan/ lepas
potensial
Risiko jatuh S: pasien mengatakan lemas, pusing
: kondisi ketika individu O: penurunan kesadaran, efek agen anestesi, lansia
rentan untuk terjatuh >60 tahun, bayi 0-1 tahun, anak 1-5 tahun, pasien
yang menyebabkan gelisah, pasien kesakitan, level risiko jatuh yang
kerusakan fisik teridentifikasi (dengan instrument standar), skor
pasca-anestesi Aldrete, Steward, PADSS, Bromage
yang belum memenuhi kriteria
Risiko Cedera S: Pasien mengatakan akan dilakukan operasi
Trauma Fisik O: penggunaan pelumpuh otot tidak adekuat
: kondisi ketika individu (terdapat nafas spontan/ usaha nafas meskipun
berisiko mengalami pasien diberi pelumpuh otot, usus menyembul keluar
kerusakan jaringan pada laparotomy), posisi pembedahan tidak fisiologis
selama intra-anestesi (terlalu ekstensi, ikatan terlalu kuat, dll)
Risiko Cedera akibat S: Pasien mengatakan akan menjalani tindakan
Agen Anestesi anestesi
: kondisi yang tidak O:
dikehendaki akibat Pasien dijadwalkan menjalani anestesi, klasifikasi

38 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


penggunaan obat status fisik ASA (American Society of
anestesi yang Anesthesiologist)
menyebabkan
gangguan tubuh
Kerusakan Alat dan  Flowmeter tidak sesuai setting
Mesin Anestesi  Reservoir bag tidak mengembang maksimal
: malfungsi peralatan  Tidak volume tidak sesuai setting
yang digunakan dalam  Hasil monitor tanda-tanda vital tidak sesuai
tindakan anestesi dengan tanda klinis pasien
 Alarm mesin anestesi, ventilator, dan monitor
berbunyi
 Grafik pernapasan tidak sesuai dengan setting
 Katup APL tidak berfungsi
Kesulitan Intubasi  Pergerakan leher tidak bebas/ terdapat bekas
: kondisi atau potensial luka bakar di leher
ketidakjelasan lapang  Leher pendek
pandang plica vokalis  Gigi goyang, ompong/ tonggos/ palsu
pada leringoskop  Mallampati 3-4
sehingga perlunya  Lidah besar
teknik khusus  Micrognathia
 tumor rongga mulut
 tonsillitis
 buka mulut < 3 jari
 jarak mentum menuju hyoid < 3 jari
 jarak hyoid menuju tiromental < 2 jari
 obesitas
 obstruksi jalan nafas
 pembesaran tiroid
 deviasi trakea
 neonatus
Kegawatan Jalan S: pasien mengatakan sulit bernapas
Napas O:
: gangguan dan/ atau  tersedak
potensial pada saluran  batuk
pernapasan yang  frekuensi napas cepat dan dangkal
mengancam nyawa  sesak napas
 takip/ bradipnea
 desaturasi oksigen
 sumbatan benda asing
 suara tambahan (snoring, gurgling, stridor,
wheezing)
 takikardia
 berkeringat
 ketidakmampuan berbicara
 penurunan kesadaran
 Respirasi paradoksal

39 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


 Apnea
 Pasien tampak terengah-engah
 sianosis
 edema laring
 bronkospasme
 peningkatan sekresi jalan napas
 aspirasi

6. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dikelompokan berdasarkan tingkat kegawatan/urgensi
a. Prioritas tinggi (mengancam nyawa) yaitu mencerminkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan
tindakan terlebih dahulu.
b. Prioritas sedang (mengancam status kesehatan) yaitu menggambarkan
situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup manusia.
c. Prioritas rendah (mengancam perilaku) yaitu situasi yang tidak
berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit secara
spesifik.

40 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


LATIHAN UNTUK DIKERJAKAN
Petunjuk:
1. Bacalah dengan teliti triger kasus yang tertulis di bawah ini
2. Identifikasi data-data yang anda temukan pada kasus!
3. Kelompokkan dan klasifikasikan jenis data pada tabel analisis data
4. Cobalah untuk merumuskan masalah kesehatan pada kasus!

41 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


KASUS 1
Pasien bernama Tn.O berjenis kelamin laki-laki lahir tanggal 24 Januari 1969
beragama Islam, tidak bekerja didiagnosa memiliki penyakit BPH dan akan
dilakukan tindakan TURP. Pasien akhinya dilarikan ke rumah sakit dan pasien
mengatakan nyeri saat berkemih dan sering terbangun di malam hari untuk
berkemih. Pasien mengeluh terasa panas saat berkemih sejak 3 hari yang lalu,
pancaran urin melemah, jumlah urin menurun dan harus mengedan saat
berkemih, aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah
berkemih. Riwayat alergi dan penyakit keturunan disangkal. Tingkat kesadaran
Compos menthis. Status Fisik ASA II, BB 40 kg, N 88 x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu aksila 36,50C pemeriksaan lab didapatkan Hemoglobin 13g/dl,
Hematokrit 40,5%, Leukosit 7,52 10^3/UI, Trombosit 237 10^3/Ul, Eritrosit
4,87 10^6/Ul, Ureum 23mg/dl, Creatinin 0,99 mg/dl, HbsAg (-). Persiapan Alat
regional anestesi dengan SAB Obat Marcain 0,5% 12,5mg, Obat Lain Ketorolac
30 gr, paracetamol 500 mg, asam traneksamat 1000 mg, Obat Emergency
Ephedrin 50 mg. Cairan Infus Asering 500 ml.
Intra Anestesi Setelah pasien masuk kamar operasi dan dipasang monitor
pulse oxymetri, tanda-tanda vital pada pukul 10.00, Nadi awal pasien 110
x/mnt, SpO2 100% dan TD 119/80 mmHg, RR 22 x/mnt, Pasien diposisikan
duduk dan Injeksi marcain 0,5% 12,5 mg L3-L4 no.26 LCS (+) jernih. Pada
pukul 10.00 nadi pasien 112 x/mnt SpO2 100% dan TD 120/70 mmHg dan RR
20 kpm operator melakukan insisi. Pada pukul 10.10 SpO2 100 %, TD 130/70
mmHg, RR 24 kpm Ketorolac 30g, Paracetamol 500 mg, Asam traneksamat
1000 mg dimasukkan melalui jalur infus.
Pada pukul 10.30 SpO2 100 %, TD 60/40 mmHg dan RR 18 kpm lalu pasien
diberikan obat Ephedrin 50 mg. Pada pukul 10.50 SpO2 100%, TD 120/80
mmHg dan RR 19 kpm pasien di pindahkan ke RR.
Post Anestesi Operasi selesai pukul 10.50 WIB, pasien dibawa ke RR dengan
napas spontan. Monitor tanda vital setelah pasien di bawa ke ruang pemulihan
TD: 130/70 mmHg, N: 68 x/mnt; SpO2 : 100%; RR: 21 x/mnt.. Klien dalam
keadaan lemah, kesadaran composmentis, GCS: E4V5M6, menggunakan

42 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


oksigen 2 lt/menit, posisi supinasi, terpasang infus RL, drainase, dan irigasi.
Pasien mengatakan masih sulit menggerakkan kaki. Tangan kanan terpasang
infus, klien belum mampu bergerak atif, turgor baik. Bising usus (+). Tidak
terdapat tanda perdarahan. Bromage skor 3.

KASUS 2
Pasien bernama Tn. D berumur 54 tahun, jenis kelamin laki- laki beragama
Islam. Diagosa pre operasi Batu Ginjal Dextra dengan tindakan operasi
Extended pyelolitotomidextra. Klien dibawa ke IGD RSUD Ambarawa pada
tanggal 11 Desember 2018 Pasien mengeluh susah buang air kecil. BAK disetai
dengan mengejan. Pasien mengatakan perut terasa begah dengan keluhan
susah BAK dan harus mengejan saat buang air kecil. Sebelumnya pasien
mengalami CKD stage V namun saat ditanya pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab batu ginjal.
Pasien hanya mengatakan sudah menjalani cuci darah selama kurang lebih 1
tahun, cuci darah seminggu dua kali pada hari senin dan kamis di RSUD X.
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit hipertensi, asma, penyakit jantung,
gula darah. Sebelum sakit: Pasien mengatakan sering minum kratingdeng saat
masih muda untuk menambah energi agar lebih semangat dan tidak mudah
capek saat bekerja. Pola eliminasi sebelum sakit: BAK tidak ada masalah, BAK
sehari 4-5 kali. BAB sehari sekali atau dua hari sekali. Selama Sakit: Pasien
terpasang DC ukuran 16 sejak tanggal 11 Desember 2020. Pasien
mengeluhkan susah BAK dan dipasang selang kateter. BAB pasien tidak
mengalami masalah. BAB sehari sekali atau dua hari sekali. Keadaan umum
dan tanda vital dengan esadaran Composmentis, BB: 90 kg, GCS: E4.V5.M6
TB: 172cm RR: 22 x/mnt IMT: 30,4 N: 90 x/mnt TD: 144/82mmHg.
Pemeriksaan fisik Kepala Mesochepal, tidak ada hematom, Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor. Inspeksi Pulmo: Tampak
pengembangan paru kanan dan kiri sama, fremitus raba kanan kiri sama,
perkusi pulmo: sonor, suara nafas vesicular +/+, RR 22x/menit. Inspeksi

43 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


jantung Ictus cordis tidak tampak. Batas jantung kesan tidak melebar, bunyi
jantung I-II intensitas normal, regular, mur-mur (-).
Inspeksi abdomen tampak axites, bisingusus (+) 10x/menit, hepar tidak
teraba, tidak ada nyeri tekan, timpani pada kuadran kiri atas. Pasien
mengatakan sudah pernah menjalani operasi sebelumnya. Operasi yang
pernah dijalani yaitu operasi batu ginjal (kiri) tetapi pasien tetap merasa takut
akan menjalani operasi. Tanda-tanda vital pasien TD : Nadi 90x/ menit, TD :
144/ 92 mmhg
Pasien tiba di IBS pukul 11.15 WIB. Serah terima pasien dengan petugas
ruangan, periksa status pasien termasuk informed consent, hasil lab, hasil
pemeriksaan penunjang dan obat-obatan yang telah diberikan diruang
perawatan. Melakukan pemeriksaan airway pasien : Jalan napas paten, tidak
ada obstruksi jalan napas Prosedur anestesi umum dilakukan dengan
pemantauan dokter spesialis anestesi meliputi: Fentanyl 100 mcg dimasukkan
IV secara pelan, dilanjutkan sedacum (midazolam) 2,5 mg, selanjutnya
propofol 100 mg dan memasukkan obat Tramus (atrakurium) 25 mg IV.
Mengintubasi dengan ETT (ukuran 7,8).
Jam 13.00 TD 155/83mmHg N: 94x/mnt SaO2: 99% Pasien masuk ke kamar
operasi, dan dipindahkan ke meja operasi, Loading cairan infus RL sudah
terpasang pada tangan kanan, aliran lancar.
Jam 13.10 TD: 149/80 mmHg N: 87x/mnt SaO2: 99% Pemberian obat IV,
Fentanil 100 mcg, Sedakum 2,5 mg, Propofol 100 mg, Atrakurium 25 mg.
Jam 13.15 TD: 148/91 mmHg N: 91x/mnt SaO2: 95% pasien tertidur, reflek
bulu mata tidak ada.
Jam 13.18 TD: 149/92 mmHg N: 90 x/mnt SaO2: 98% O2: 6 lt/mnt Sevo: 2
vol%, memberikan ventilasi pasien.
Jam 13.26 TD: 149/89 mmHg N: 89x/mnt SaO2: 93 O2: 6 lt/mnt sevo: 2 vol%
pemasangan intubasi ET.
Jam 13.28 TD: 147/89 mmHg N: 86x/mnt SaO2: 100% memberikan ventilasi
dengan N2O 3,6 lpm, O2 3,4 lpm, sevoflurant 2 vol melalui ETT mengikuti
nafas pasien, hingga 3-5 menit atau saturasi pasien.

44 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


Jam 14.00 TD: 151/99 mmHg N: 89 x/mnt SaO2: 100% Cairan RL diganti
dengan tutofusin.
Jam 14.05 TD: 162/104mmHg N: 91x/mnt SaO2: 100%. Jam 14.40 TD:
155/87 mmHg N: 90x/menit saO2: 99, diberikan Ondansentron 4 mg rute IV
dan ketorolak 30 mg rute IV.
Jam 15.15 Operasi selesai, sevofluran dimatikan, gas N2O dimatikan TD:
154/83mmHg N: 93x/mnt SaO2: 100% O2: 7 lt/mnt 1 vol%
Jam 15.20 TD: 153/86mmHg N: 85x/mnt SaO2: 99% O2: 3 lt/mnt Ekstubasi
sadar Jam 15.22 TD: 156/85 mmHg N: 91x/mnt SaO2: 100% Suction.
Jam 15.30 TD: 154/76mmHg N: 89x/mnt SaO2: 100% pasien dipindahkan ke
ruang RR.
Post Anestesi
Pasien keluar dari ruang RR pukul 16.00 WIB. Kesadaran pasien compos
mentis, Observasi tanda- tanda vital TD 140/80 mmHg, N: 80 x/menit SpO2:
99%. Pasien mengatakan Mual, namun tidak muntah. Pasien mengatakan
tidak pusing. Pasien mengatakan tidak nyeri. Pasien terpasang oksigen nasal
kanul 2 lpm. Posisi pasien pasca anestesi: supinasi. Aldrete skor 9.

45 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


MATERI PRAKTIKUM 3

PERENCANAAN ASKAN

46 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


MATERI PRAKTIKUM 3
PERENCANAAN KEPERAWATAN ANESTESI

1. Pengertian
Penata anestesi merencanakan asuhan keperawatan anestesi berdasarkan
masalah yang ditetapkan.

2. Kriteria perencanaan
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
pasien, tindakan segera yang mengancam nyawa, tindakan antisipasi dan
asuhan secara komprehensif.
b. Melibatkan pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan
c. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk pasien
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya
serta fasilitas yang ada
f. Prioritas menetapkan intervensi sesuai dengan masalah prioritas
berdasarkan tingkat kegawatan atau urgensi
1) Prioritas tinggi ( mengancam nyawa ) : mencerminkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan
tindakan terlebih dahulu
2) Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan ): menggambarkan
situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup manusia
3) Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis
dari suatu penyakit yang secara spesifik )

3. Kriteria Rumusan Tujuan


Rumusan tujuan ASKAN harus berfokus pada pasien, jelas, singkat, dapat
diukur dalam periode tertentu, realistik dan ditentukan antara pasien dan

47 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


penata anestesi serta dapat berkolaborasi dengan medis.
T = S + P + K1 + K2
Keterangan:
T = Tujuan
S = Subyek
P = Suatu kondisi yang melengkapi pasien
K1 = Kriteria : untuk menentukan tercapainya tujan
K2 = Kondisi : sesuatu yang menyebabkan ASKAN diberikan

Contoh menyusun tujuan dan kriteria hasil:


Setelah dilakukan ASKAN selama 30 detik di ruang intra anestesi, kesulitan
intubasi teratasi dengan kriteria hasil:
1. Pasien dapat dilakukan tindakan intubasii dengan mudah,
2. Tidak adanya obstruksi jalan napas,
3. Frekuensi napas normal(12-20 x/menit),
4. Saturasi oksigen95-100%,
5. Pola napas teratur dan ekspansi dada simetris

4. Tujuan rencana tindakan


a. Sebagai alat komunikasi antara sesama penata anestesi dengan tim
kesehatan lainnya.
b. Meningkatkan kesinambungan ASKAN terhadap pasien.
c. Mendokumentasikan proses dan kriteria hasil ASKAN yang akan dicapai.

5. Jenis intervensi
a. Intervensi mandiri
1) Memfasilitasi kebutuhan pasien.
2) Kemampuan profesional dengan menampilkan kompetensi
penanganan pasien secara mandiri.
b. Intervensi kolaborasi
1). Hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan
asuhan

48 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


2). Sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan
3). Saling memberikan informasi tentang kondisi pasien untuk
mencapai tujuan.
4). Bertanggung jawab dalam memastikan
pencapaian kesuksesan.
5). Penerima pelimpahan wewenang selalu
mengetahui perkembangan pasien.

6. Tipe intervensi
a. Observasi yaitu menilai kemungkinan pasien kearah pencapaian
kriteria hasil dengan observasi secara langsung.
Contoh: monitor hemodinamik pasien setiap menit.
b. Terapeutik yaitu menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh
penata anestesi secara langsung untuk mengurangi, memperbaiki
dan mencegah kemungkinan masalah.
Contoh: berikan elevasi kaki 30°.
c. Edukasi yaitu untuk meningkatkan perawatan diri pasien dengan
membantu memperoleh tingkah laku yang diharapkan guna
mempermudah memecahkan masalah pasien.
Contoh: anjurkan relaksasi napas dalam saat nyeri muncul.
d. Kolaborasi yaitu menggambarkan peran penata anestesi sebagai
koordinator dan manager dalam mengatasi masalah pasien dengan
anggota tim kesehatan lain (dokter).
Contoh: kolaborasi pemberian efedrin.

Contoh perencanaan askan


Masalah kesehatan Risiko komplikasi (RK) gangguan fungsi respirasi
anestesi
Tujuan Setelah dilakukan askan selama fase pra/ intra anestesi/
paska-anestesi/ di ruang gawat darurat/ ruang perawatan
kritis/ lokasi bencana, komplikasi gangguan fungsi respirasi
tidak terjadi, dengan kriteria hasil …(sebutkan indicator)
Indikator S: mengatakan tidak sesak napas
O:
1. dapat bernapas dengan mudah,

49 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


2. tidak nyeri dada,
3. tampak tidak sesak napas,
4. tidak ada pernapasan cuping hidung,
5. tidak tampak penggunaan otot bantu napas,
6. frekuensi napas normal (12-20 kali/ menit),
7. saturasi oksigen 95-100%, p
8. ola napas teratur dan
9. ekspansi dada simetris
Intervensi 1. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi
dan kedalaman napas, penggunaan otot bantu
napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen,
minute volume)
2. monitor pola napas (bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne stokes, biot,
ataksis/ napas irregular
3. monitor kadar Et Co2
4. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
pernapasan
5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. monitor nilai analisa gas darah (AGD)
7. Monitor nilai Hb
8. Monitor tanda hipoksia
9. Monitor hasil X-ray toraks
10. Atur gas/ rumatan anestesi sesuai kebutuhan
kondisi pasien
11. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
12. Ajarkan teknik relaksasi
13. Ajarkan perubahan posisi secara rutin
14. Kolaborasi ventilasi mekanik
15. Kolaborasi koreksi asam basa
16. Kolaborasi pemberian diuretic pada edema paru

LATIHAN UNTUK DIKERJAKAN


Buatlah perencanaan keperawatan untuk salah satu masalah kesehatan anestesi pada
tahap intra-anestesi!

50 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


MATERI PRAKTIKUM 4

IMPLEMENTASI ASKAN

51 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


MATERI PRAKTIKUM 4
IMPLEMENTASI ASKAN

A. Pengertian
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
penata anestesi untuk membantu klien dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi
Proses pelaksanaan implementasi mencakup melakukan, membantu, atau
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari- hari, memberikan arahan
perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

B. Tujuan Implementasi
Implementasi bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan klien yang
menghasilkan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen
penyakit, atau pemulihan kesehatan dalam berbagai perawatan termasuk
perawatan akut, perawatan kesehatan di rumah, dan klinik rawat jalan.

C. Kriteria
1. Memperhatikan keunikan pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosial –
spiritual – kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau
keluarganya
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi pasien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar

52 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

D. Jenis Implementasi Keperawatan


Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan,
yaitu:
1. Independent Implementations
Implementasi yang diprakarsai sendiri oleh penata anestesi untuk
membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan
yang tertulis pada rencana asuhan keperawatan, misalnya: membantu
dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
2. Interdependen/Collaborative Implementations
Tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan
atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal
pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube
(NGT), dan lain-lain.
3. Dependent Implementations
Tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,
physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian
nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi,
latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

E. Proses Implementasi
1. Mengkaji Ulang Klien
Pengkajian merupakan suatu proses yang berkelanjutan, yang mungkin
difokuskan hanya pada satu dimensi atau sistem. Setiap kali petugas
kesehatan dengan klien, data tambahan dikumpulkan untuk
mencerminkan kebutuhan fisik, perkembangan, intelektual, emosional,

53 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


social, dan spiritual klien. Ketika data baru didapatkan dan kebutuhan baru
diidentifikasi, perawat memodifikasi asuhan keperawatan. Fase pengkajian
ulang terhadap komponen implementasi memberikan mekanisme bagi
petugas kesehatan untuk menentukan apakah tindakan keperawatan yang
diusulkan masih sesuai.

2. Menelaah dan memodifikasi Rencana Asuhan Keperawatan yang ada


Meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan sesua
dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi selama pengkajian,
perubahan dalam status klien mungkin mengharuskan modifikasi asuhan
keperawatan yang telah direncanakan.

3. Mengidentifikasi Bidang Bantuan


Beberapa situasi keperawatan mengharuskan penata anestesi untuk
mencari bantuan. Bantuan dapat berupa tambahan tenaga, pengetahuan,
atau keterampilan keperawatan. Sebelum mengimplementasikan asuhan,
penata anestesi mengevaluasi rencana untuk menetukan kebutuhan
bantuan dan tipe yang dibutuhkan.

4. Mengimplementasikan Intervensi Keperawatan


Penata anestesi memilih intervensi untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan
• Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan seahri-hari
• Mengonsulkan dan menyuluh klien dan keluarganya
• Memberi asuhan keperawatan langsung
• Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf lainnya.

F. Metode Implementasi
1. Membantu dalam Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktivitas yang biasanya
dilakukan dalam sepanjang hari seperti ambulasi, makan, berpakaian,

54 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


mandi, menyikat gigi, dan berhias.
Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan AKS dapat
bersifat akut, kronis, temporer, permanen, atau rehabilitatif. Sebagai
contoh: klien pascaoperatif yang tidak mampu untuk secara mandiri
menyelesaikan semua AKS sehingga memerlukan bantuan oleh petugas
kesehatan lainnya.

2. Konseling
Konseling merupakan metode implementasi yang membantu klien
menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengenali dan
menangani stres serta yang memudahkan hubungan interpersonal
diantara klien, keluarga, dan tim perawatan kesehatan. Penata anestesi
memberikan konseling berbentuk dukungan emosional, intelektual,
spiritual, dan psikologis.

3. Penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu metode implementasi yang digunakan untuk
menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan
kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien tentang status
kesehatan. Konseling berkaitan erat dengan penyuluhan. Keduanya
mencakup keterampilan berkomunikasi untuk menimbulkan perubahan
pada klien. Pada penyuluhan berfokus pada penambahan pengetahuan
atau psikomotor.

4. Memberikan Asuhan keperawatan Langsung


Untuk mencapai tujuan terapeutik bagi klien, penata anestesi melakukan
intervensi untuk mengompensasi reaksi, yang merugikan, dengan
menggunakan tindakan pencegahan dan preventif dalam memberikan
asuhan dan menyiapkan klien untuk prosedur spesifik, dan melakukan
tindakan yang menyelamatkan jiwa dalam situasi darurat.

55 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


LATIHAN UNTUK DIKERJAKAN

Berdasarkan rencana askan yang anda buat pada modul 3, di bawah ini tuliskan
contoh implementasi yang relevan!

56 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI


MATERI PRAKTIKUM 5

EVALUASI ASKAN

57 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
MATERI PRAKTIKUM 5
EVALUASI ASKAN

A. Pengertian
Pada tahap evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan
yang ada pada klien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir
dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.

B. Kriteria evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi
pasien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada catatan medik pasien
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi pasien

C. Jenis-jenis Evaluasi
Evaluasi dikategorikan berdasarkan (1) apa yang sedang dievaluasi (struktur,
proses, atau hasil) dan (2) frekuensi dan waktu evaluasi.
1. Evaluasi Struktur, Proses, dan Hasil
Struktur, proses, dan hasil merupakan serangkaian dalam perawatan klien;
namun, masing-masing memerlukan kriteria dan metode evaluasi yang berbeda.
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur berfokus pada pengaturan di mana perawatan diberikan. Ini
mengeksplorasi pengaruh karakteristik organisasi pada kualitas perawatan.
Dibutuhkan standar dan data tentang kebijakan, prosedur, sumber daya fiskal,
fasilitas dan peralatan fisik, dan jumlah dan kualifikasi petugas kesehatan.
Contoh kriteria untuk evaluasi struktur meliputi: Setidaknya satu penata anestesi
hadir di setiap unit setiap saat dan alat resusitasi tersedia di setiap lantai.
b. Evaluasi proses

58 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
Evaluasi proses berfokus pada cara perawatan diberikan atau aktivitas yang
dilakukan oleh perawat (dan personel lain). Ini mengeksplorasi apakah
perawatan itu relevan dengan kebutuhan pasien, sesuai, lengkap, dan tepat
waktu. Contoh kriteria untuk evaluasi proses meliputi: Melindungi privasi pasien
saat melakukan prosedur dan cuci tangan sebelum setiap kontak pasien.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada perubahan yang dapat diamati atau diukur dalam
status kesehatan pasien yang dihasilkan dari perawatan yang diberikan. Contoh
kriteria hasil meliputi: Pasien akan berjalan, dibantu, ke ujung aula pada hari ke
5post operasi dan pasien melaporkan nyeri kurang dari 4 pada skala 1–10 dalam
waktu 1 jam setelah pemberian analgesik.

2. Ongoing, Intermittent, dan Terminal evaluation


Evaluasi dilakukan segera setelah penata anestesi melakukan asuhan
keperawatan pertama kali dan berlanjut sampai semua tujuan tercapai.
a. Ongoing evaluation
Evaluasi berkelanjutan dilakukan saat melaksanakan, setelah intervensi, dan
pada setiap kontak dengan pasien.
b. Intermitten evaluation
Evaluasi intermiten dilakukan pada waktu yang ditentukan. Pada evaluasi ini
untuk menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan dan untuk memodifikasi
rencana perawatan yang diperlukan. Tujuan dan hasil yang diharapkan harus
merujuk waktu dalam mengumpulkan data evaluasi. Sebagai contoh: Klien akan
mengalami penurunan skala nyeri 3 setelah 1 jam setelah pengobatan.
c. Evaluasi terminal
Pada evaluasi ini menggambarkan status kesehatan klien dan kemajuan untuk
mencapai tujuan pada saat klien dipulangkan. Seperti dalam semua fase proses
keperawatan, petugas kesehatan harus berkolaborasi dengan pasien dan
keluarga dalam evaluasi sejauh mereka mampu. Sebagai penata anestesi harus
bertanggung jawab untuk menarik kesimpulan evaluasi.

D. Metode Evaluasi
Metode yang digunakan dalam evaluasi antara lain:

59 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
1. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi
dalam keluarga
2. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah
menjalankan anjuran yang diberikan perawat
3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat
dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
4. Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Penulisan Evaluasi
a. SOAP
Anggota tim perawatan kesehatan memantau dan mencatat
perkembangan masalah klien. SOAP adalah akronim dari metode
pendokumentasian yang berorientasi masalah:
S = Data Subjektif (yang diungkapkan oleh klien)
O = Data objektif (data yang diukur dan diamati)
A = Analisa (diagnosis didasarkan pada data)
P = Rencana (apa yang direncanakan pemberi asuhan untuk dilakukan)
Contoh:
S : Klien mengatakan Nyeri pada bagian luka dengan skala 5, rasanya
seperti tertusuk- tusuk jarum, datang ketika ingin beraktivitas. Klien juga
mengatakan sering melakukan tarik nafas dalam jika merasakan nyeri
O : Pengkajian luka, warna: merah, ukuran: 2 x 3 x 1 cm, masih terlihat
inflamasi pada sekitar luka.
A : Nyeri akut
P : Lakukan perawatan luka setiap pagi hari
b. PIE
Dokumentasi PIE serupa dengan pencatatan SOAP dalam kaitannya
dengan orientasi masalah. PIE adalah akronim dari masalah, intervensi,
evaluasi, sebagai berikut:
P : Masalah atau diagnosa keperawaratan
I : Intervensi atau tindakan yang dilakukan
E : Evaluasi hasil intervensi keperawatan dan respon klien terhadap terapi

60 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
keperawatan.
Contoh:
P : Nyeri akut b/d perlukaan
I : Melakukan perawatan luka
E : Klien masih merasakan nyeri dengan skala 4

LATIHAN UNTUK DIKERJAKAN


Cobalah membuat evaluasi askan sesuai dengan rencana dan
implementasi askan di materi praktikum sebelumnya!

61 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
62 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
MATERI PRAKTIKUM 6

DOKUMENTASI ASKAN

MATERI PRAKTIKUM 6
DOKUMENTASI ASKAN

63 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
A. Pengertian
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
Cacatan medis harus mendriskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang
komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien. Dokumentasi
yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan tetapi juga membuktikan
pertanggunggutan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan.
B. Tujuan
Dokumentasi bertujuan sebagai komunikasi antar anggota tim kesehatan terhadap
perawatan klien, terapi individual, edukasi klien, dan penggunaan rujukan untuk
perencanaa pengulangan. Dokumentasi juga bersifat legal karena salah satu
pertahananan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan. Dokumentasi berfungsi sebagai deskripsi tentang apa yang
sebenarnya terjadi pada klien.
C. Kriteria dokumentasi
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang
tersedia (rekam medis pasien)
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
 S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
 O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
 A adalah data hasil analisa, mencatat masalah kesehatan anestesi
 P adalah pentalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan perawatlaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan mandiri, kolaborasi evaluasi / follow up dan
rujukan pelimpahan tugas
D. Pedoman dalam penulisan Dokumentasi
a. Dasar Faktual
Informasi tentang klien dan perawatan harus berdasarkan fakta. Dokumentasi harus
mengandung deskripsi, informasi objektif tentang apa yang dilihat, dengar, dan
rasakan. Deskripsi objektif merupakan hasil dari pengamatan dan pengukuran
langsung.
b. Keakuratan
Dokumentasi klien harus akurat sehingga dokumentasi yang teoat dapat

64 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
dipertahankan. Pengejaan yang tepat penting untuk dokumentasi dan pelaporan
yang akurat. Kesalahan pengejaan yang kecil dapat mengakibatkan kesalahan
pengobatan yang serius.
c. Kelengkapan
Dokumentasi yang baik adalah menyeluruh dan mengandung informasi lengkap
tentang klien. Informasi yang dicatatkan atau laporan harus lengkao, mengandung
informasi yang singkat, lengkap tentang perawatan klien. Data yang singkat mudah
dipahami. Catatan yang panjang sulit untuk dibaca. Catatan yang tidak jelas atau
dengan singkatan dapat memberikan kesan bahwa asuhan keperawatan dilakukan
dengan terburu-buru atau tidak lengkap. Laporan yang panjang memuang waktu
dan seringkali membosankan. Pencatatan dan pelaporan yang jelas, singkay hanya
memberikan informasi penting dan menghindari penggunaan kata-kata atau rincian
yang tidak diperlukan.
d. Keterkinian
Dokumentasi secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien.
Penundaan dalam pencatatan atau pelaporan dapat mengakibatkan omisi serius dan
penundaan tidak tepat waktu untuk perawatan yang diperlukan. Keputusan
berkelanjutan tentang perawatan harus didasarkan pada informasi terbaru yang
dilaporkan.
e. Kerahasiaan
Hukum melindungi informasi tentang klien yang dikumpulkan melalui
pemeriksaan, pengamatan, percakapan, atau pengobatan. Penata anestesi tidak
diperbolehkan mendiskusikan tentang status klien dengan klien lainnya atau dengan
staf yang tidak terlibat dalam perawatan klien. Penata anestesi secara hukum dan
etis berkewajiban untuk menjaga informasi tentang keerahasiaan penyakit dan
pengobatan klien.
E. Model Dokumentasi
1. Dokumentasi naratif
Dokumentasi naratif adalah metode kuno untuk pencacatan asuhan keperawatan.
Metode ini hanya menggunakan cerita untuk mendokumentasikan informasi
spesisfik tentang kondisi klien dan asuhan keperawatan. Sekarang ini, pencatatan
naratif jarang menjadi metode pendokumentasian primer dan telah digantikan

65 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
dengan format lain (SOAP, PIE, dan focus)
2. Dokumentasi SOR (Source-Oriented-Record)
Dokumentasi SOR yang berorientasi pada sumber informasi. Model ini
menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. SOR terdiri dari lima komponen yaitu lembar penerimaan berisi
biodata, lembar order dokter, lembar riwayat medis atau penyakit, catatan
keperawatan, dan catatan laporan khusus.
3. Dokumentasi POMR (Problem-Oriented Medical Record)
Model ini memusatkan data tentang klien, didokumentasikan, dan disusun menurut
masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data
mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan
lain yang terlibat dalam pemebrian layanan kepada klien. Dokumentasi ini terdapat
empat komponen yaitu data dasar, daftar masalah, rencana keperawatan, dan
catatan perkembangan.
d. Dokumentasi PIE (Problem, Intervention, Evaluation)
Dokumentasi PIE dikembangkan pada model masalah, intervensi, dan evaluasi
asuhan keperawatan. Komponen utama dari sistem ini adalah lembar pengkajian
dan catatan perkembangan pada rencana keperawatan.
e. Dokumentasi CBE (Charting By Exception)
Sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau penemuan
yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Pada dokumentasi ini data
yang tidak normal akan terlihat jelas dan mudah untuk ditandai atau dipahami tetapi
menyebabkan pencatatan kejadian yang tidak semua didokumentasikan.
f. Dokumentasi Fokus
Dokumentasi fokus merupakan metode mengidentifikasi dan mencatat
dokumentasi naratif tentang masalah klien untuk memasukkan data, tindakan, dan
respon. Metode ini tidak terbatas pada masalah klien tetapi untuk mengidentifikasi
semua masalah (misal: Hasil uji diagnostik).
g. Dokumentasi komputerisasi
Sistem catatan klinis terkomputerisasi memungkinkan penata anestesi
menggunakan komputer untuk menyimpan data klien. Sistem ini memungkinkan
penata anestesi untuk mencatat pengkajian, administrasi obat-obatan, edukasi yang

66 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
diberikan ke klien, catatan kemajuan, dan pembaruan rencana perawatan. Untuk
mendokumentasikan intervensi keperawatan dan respons klien, penata
memasukkan informasi naratif ke
komputer.

PELAPORAN

A. Pengertian Pelaporan
Informasi tentang klien dipertukarkan di antara anggota tim perawatan kesehatan,
klien, dan anggota keluarga. Penata anestesi mengomunikasikan informasi tentang
klien sehingga semua anggota tim dapat membuat keputusan terbaik tentang klien
dan perawatan mereka. Pelaporan memberi ringkasan tentang aktivitas atas
pengamatan yang dilihat, dilakukan atau didengar. Empat tipe pelaporan yang
dibuat oleh perawat termasuk laporan pertukaran tugas, laporan per telepon, laporan
pemindahan klien, dan laporan kecelakaan.
B. Tipe pelaporan
1. Laporan pertukaran Tugas
Laporan pertukaran tugas terjadi dua arah atau tiga kali sehari pada pertukaran
sift. Pada akhir giliran tugas penata anestesi melaporkan informasi tentang klien
yang menjadi tanggung jawabnya kepada penata anestesi yang bekerja atau
petugas kesehatan lainnya pada giliran tugas berikutnya. Pelaporan merupakan
sistem komunikasi yang ditujukan pada pertukaran informasi penting yang
diperlukan untuk perawatan klien yang aman dan holistik.
2. Laporan Telepon
Anggota tim perawatan kesehatan sering kali berbicara satu sama lain
menggunakan telepon. Sebagai contoh, penata anestesi menginformasikan
kepada dokter tentang perubahan dalam kondisi klien. Informasi dalam
pelaporan per telepon harus didokumentasikan secara permanen dalam format
tertulis jika peristiwas signifikan telah terjadi pada klien. Dengan demikian
orang yang telibat dengan laporan per telepon memastikan bahwa informasi
yang disampaikan jelas, akurat, dan singkat.
3. Instruksi per telepon
Instruksi per telepon (IT) mencakup dokter yang menyatakan terapi yang

67 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
ditentukan melalui telepon kepada penata anestesi yang bertugas.
Mengklarifikasi pesan sangat penting ketika penata anestesi menerima pesanan
dokter melalui telpon. Instruksi harus dipastikan dengan mengulangi pesanan
tersebut dengan jelas dan tepat.
4. Laporan pemindahan klien
Klien dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya untuk mendapat tingkat
perawatan yang berbeda. Sebagai contoh, klien dipindahkan dari IBS (Instalasi
Unit Bedah) ke unit keperawatan umum. Laporan pemindahan klien mencakup
komunikasi tentang informasi mengenai klien dari penata anestesi ke petugas
lainnya yang menerima. Laporan pemindahan klien dapat dimulai melalui
melalui telepon atau langsung pada orang yang bersangkutan. Ketika
memberikan laporan pemindahan, penata anestei mencakupkan informasi
berikut
a. Nama klien, usia, dokter primer, dan diagnosis medis
b. Ringkasan kemajuan medis sampai waktu pemindahan
c. Status kesehatan terakhir (fisik dan psikologis)
d. Diagnosa keperawatan terakhir atau masalah dan rencana perawatan
e. Segala pengkajian atau intervensi penting yang harus segera dilakukan setelah
pemindahan (membantu perawat penerima untuk menetapkan prioritas asuhan)
f. Segala pertimbangan spesifik, seperti status isolasi
LATIHAN UNTUK DIKERJAKAN

Berdasarkan latihan yang sudah dibuat pada materi 5 yaitu, susunlah dokumentasi dan
respon yang dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : No. CM :
Tanggal lahir: Ruang :
Jenis Kelamin : Diagnosis :

68 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN ASKAN

69 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
70 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
71 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Nurse Anesthetists 2005. Scope and Standards for


Nurse Anesthesia Practice.
International Federation of Nurse Anesthetists (2016) Code of Ethics,
Standards of Practice, Monitoring, and Education
Ikatan Penata anestesi Indonesia. Standar Praktik Penata anestesi
Lysa Suarni. Heni Apriyani. 2016. Metodologi Keperawatan
Lynda Juall Carpenito. 2016. Diagnosis Keperawatan (Edisi 13). EGC. Jakarta
Lynda Juall Carpenito. 2016. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
(Edisi 2). EGC. Jakarta
Materi Workshop Asuhan Keperawatan Anestesiologi (ASKAN) IPAI dan
AIPKANI, 2023.
Modul Praktikum Metodologi Keperawatan Anestesi. 2019. Program Studi
Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Asiyiyah Yogyakata.
Potter dan Perry. 2002. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. (Edisi 4 ). EGC.
Jakarta
Setiabudi I.K, dll. (2023). Asuhan Keperawtan Anestesiologi/ Asuhan
Kepenataan Anestesi (ASKAN) Edisi 1. Purwokerto: Penerbit UHB Press.

72 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i

Anda mungkin juga menyukai