MODUL PRAKTIKUM
METODOLOGI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN 2022
Disusun:
Aprilia Nuryanti, S.Kep., Ns., M.Kep.
ii | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM
METODOLOGI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
disahkan di : Surakarta
pada tanggal: Juli 2022
oleh:
Kaprodi STKA
iii | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
VISI, MISI DAN TUJUAN INSTITUSI
iv | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
B. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi
Visi Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi:
Menjadi Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi yang
berintegritas, kompeten, dan kompetitif, mengutamakan keselamatan pasien
(patient safety) serta unggul dalam pelayanan keperawatan anestesiologi pada
bedah ortopedi.
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1. Latar Belakang ................................................................................ 1
2. Deskripsi Mata Kuliah ...................................................................... 1
3. Capaian Pembelajaran ..................................................................... 1
4. Bahan Kajian .................................................................................. 3
5. Deskripsi Proses Pembelajaran ......................................................... 4
6. Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa .................................................... 4
vi | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ijin-Nya modul
praktikum Metodologi Keperawatan Anestesiologi telah tersusun. Modul ini
bertujuan memberikan tuntunan dalam pelaksanaan praktikum. Modul ini
terdiri dari bagian pendahuluan, isi dan penutup. Dalam modul praktikum akan
dibahas proses asuhan keperawatan anestesiologi mulai dari pengkajian,
perumusan masalah kesehatan anestesi, perumusan rencana intervensi,
implementasi tindakan askan dan evaluasi askan serta dokumentasi askan.
Modul dilengkapi dengan contoh kasus untuk memberikan stimulasi bagi
mahasiswa berlatih menganalisis dan berpikir kritis.
Modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai
penyusun berharap masukan demi perbaikan modul ini. Semoga modul ini
memberikan manfaat sesuai dengan harapan.
vii | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seorang perawat anestesi sebagai salah satu bagian dari profesi
kesehatan seharusnya memiliki kompetensi dalam penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang khusus keperawatan
anestesiologi. Cara atau metode yang digunakan dengan pendekatan ilmiah
dalam melakukan asuhan keperawatan anestesiologi. Metode keperawatan
anestesiologi merupakan kerangka berpikir seorang perawat anestesi dalam
melakukan pendekatan asuhan kepada pasien.
3. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran pada mata kuliah ini mengarah pada capaian
kompetensi lulusan prodi STKA meliputi aspek sikap, kemampuan umum,
ketrampilan khusus dan penguasaan pengetahuan. Berikut ini adalah
4. Bahan Kajian
a. Berpikir kritis dalam keperawatan anestesiologi
b. Proses keperawatan dalam lingkup keperawatan anestesiologi
c. Pengkajian keperawatan anestesiologi
Pembobotan:
1. Teori (40%):
a. UTS: 30%
b. UAS: 40%
c. Penugasan: 30%
2. Praktikum laboratorium (40%)
a. Penugasan: 50%
b. Laporan praktikum: 50%
3. Softskill (20%)
PENGKAJIAN ASUHAN
KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
A. Pengertian
Perawat/ penata anestesi mengumpulkan semua informasi yang akurat,
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.
B. Kriteria pengkajian
a. Data tepat, akurat dan lengkap
b. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa : Biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
dan data objektif (hasil pemeriksaan fisik dan pemerkiksaan diagnostik)
c. Pengkajian, yang meliputi pengumpulan data, analisa data, perumusan
masalah kesehatan anestesi
d. Tahapan pengkajian dari proses keperawatan anestesi meliputi tiga
aktivitas :
1) mengumpulkan data secara sistematis
I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama :
Tanggal lahir/ umur :
No. CM :
Jenis kelamin :
Agama :
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama (Satu keluhan yang paling menganggu
dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
10 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
Riwayat penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat
antihipertensi, diuretik, digitalis, antidiabetik dan
antikoagulan yang dapat menimbulkan interaksi dengan
agen anestetik
(c) Past Illness:
- Riwayat penyakit sistemik sebelumnya seperti : DM,
penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit hepar, gangguan perdarahan, serta
- riwayat penyakit keluarga.
- Riwayat operasi sebelumnya
- Riwayat anestesi sebelumnya
(d) Last Meal: Asupan oral terakhir atau puasa
(e) Environments: Kebiasaan yang buruk, seperti riwayat
merokok dan mengkonsumsi alkohol, Kondisi lingkungan
yang berhubungan dengan penyakit pasien (misal: tinggal
di daerah dingin)
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
GCS : Verbal:……….Motorik……….Mata :……………..Total:…………
Kesadaran :
compos mentis / apatis / delirium/ somnolen / sopor/ koma
Tanda-tanda Vital : Nadi = ….. x/menit, Suhu =…… 0 C, TD =…………
mmHg, MAP: …………..RR =……… x/menit, Skala Nyeri: ……….BB:
……Kg, TB:……. Cm, BMI: …………Lainnya:………………
2) Pemeriksaan 6 B
1. B1 (BREATHING)
- Look externally (Wajah):
□ Normal □ Edema
□ Luka pada wajah □ Kumis/ jenggot □ mikrognathia
□ Gigi palsu □ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Hilangnya gigi
11 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
- Evaluate Thyromental distance
Kemampuan membuka mulut ≥3 jari □Ya □Tidak
Jarak Thyro – Mental ≥3 jari □Ya □Tidak
Jarak Hyoid – Tiroid ≥2 jari □Ya □Tidak
- Mallampati Score: □ I □ II □ III □ IV
- Obstruction or obesity (Obstruksi Jalan Napas)
□ Ya :………………
□ Tidak
- Neck mobility
Bentuk Leher : □ Simetris □ Asimetris
Leher pendek : □ Ya □ Tidak
Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan (dagu
menyentuh dada)?
□ Ya □ Tidak
Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
□ Ya □ Tidak
Dapatkah pasien melakukan rotasi leher dan kepala?
□ Ya □ Tidak
Terdapat bekas luka/sikatrik di leher
□ Ya □ Tidak
Apakah pasien menggunakan neck collar?
□ Ya □ Tidak
- Bentuk thorax :
- Pola napas :
- Penggunaan otot bantu napas : □ Ya □ Tidak
- Pernapasan cuping hidung : □ Ya □ Tidak
- Perkusi paru : □ sonor □ hipersonor □
dullness
- Suara napas : □Trakeal □ bronchial □
bronkovesikular □vesikuler □ ronchi □ wheezing □
stridor □ snoring □ gurgling
12 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
- Lainnya:
2. B2 (BLOOD)
- Konjungtiva : □ anemis □ tidak
- Kulit : Pucat: ada/tidak
- CRT:…………..
- Pembesaran vena jugularis : □ ya □ tidak
- Ictus cordis : ( + / - ), pelebaran ........cm
- Perdarahan: ada/tidak Lokasi perdarahan:
Jumlah perdarahan:
- Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak
teraba )
- Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ………………….. ( N = ICS II )
Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri : …………………... ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ……………….. ( N = ICS IV Mid Sternalis
Dextra)
- BJ I : □ tunggal □ ganda □ regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda □ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ /
-), Murmur (+ /-)
- Lainnya:
3. B3 (BRAIN)
- Kaku kuduk: □ ada :…………….. □ tidak
- Kejang: □ ada □ tidak
- Tremor: □ ada :…………….. □ tidak
- Nyeri kepala: □ ada :…………….. □ tidak
- Pupil: □ isokor □unisokor □midriasis □miosis □tidak ada reaksi
- Parese: □ ada :…………….. □ tidak
- Plegi: □ ada :…………….. □ tidak
- Lainnya:
4. B4 (BLADDER)
- Nyeri saat BAK: □ ada □ tidak
- Urine disertai darah: □ ada □ tidak
□Poliuri □oliguria □anuria □retensi urin □inkontensia
Nyeri tekan pada Ginjal : □Ya □Tidak
Pembesaran pada Ginjal : □Ya □Tidak
- Produksi urine : cc
- Lainnya:
5. B5 (BOWEL)
13 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
- Bising usus : x/menit
- Mual: □ ada □ tidak
- Muntah: □ ada :……kali □ tidak
- Nyeri menelan: □ ada □ tidak
- Nyeri perut: □ ada :………………. □ tidak
- Borborygmi : □Ya □Tidak
- Distensi : □Ya □Tidak
- Asites : □ shifting dullness □ undulasi
- Pembesaran hepar : □Ya □Tidak
- Lainnya:
6. B6 (BONE)
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: □Kyposis □Scoliosis □Lordosis
□Perlukaan □ infeksi □Fibrosis
- Mobilitas : □leluasa □terbatas
- Lainnya……………………..
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris),
Jejas : □Ya:……………………………. □Tidak
Deformitas : □Ya:……………………………. □Tidak
Fraktur : □Ya:……………………………. □Tidak,
Atropi otot : □Ya:……………………………. □Tidak,
IV line: terpasang di...................., ukuran
abocatch.............
ROM: ………………..,
Lainnya:…………….
- Ekstremitas Bawah :
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris),
Jejas : □Ya:……………………………. □Tidak
Deformitas : □Ya:……………………………. □Tidak
Fraktur : □Ya:……………………………. □Tidak,
Atropi otot : □Ya:……………………………. □Tidak,
IV line: terpasang di...................., ukuran
abocatch.............
ROM: ………………..,
Lainnya:…………….
- Edema :
14 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
………………………………………………………………………….………………………
………………………………………………………………………………………………….
15 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
7. Pertimbangan Anestesi
Jenis Anestesi : ………………………
Teknik Anestesi : ………………………
Indikasi:……………………………………………..………………………………………
16 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
17 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
18 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
19 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
20 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
21 | Modul Praktikum METOKEP-ANESTESIOLOGI
F.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
1. Pengertian
Penata anestesi menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menetapkan masalah
pasien yang tepat yang disebut masalah kesehatan anestesi atau disingkat
dengan MKA.
Batasan
Karakteristik
Subyektif 1. Pasien mengatakan lemas
2. Pasien mengatakan pusing
Obyektif 1. Penurunan kesadaran
2. Efek dari agen anestesi
3. Pasien lansia lebih dari 60 tahun
4.Pasien bayi 0-1 tahun
5. Pasien anak 1-5 tahun
Berikut ini adalah beberapa contoh masalah kesehatan yang dapat dirumuskan
pada tahap perianestesi:
Pernyataan Masalah Tanda dan Gejala
Nyeri S: Pasien menyatakan nyeri (PQRST)
: pengalaman perasaan O: Skala nyeri, frekuensi nasi meningkat, tampak
emosional yang tidak kesakitan, diaphoresis, dilatasi pupil, postur tubuh
menyenangkan akibat berhati-hati, peningkatan tekanan darah,
terjadinya kerusakan peningkatan frekuensi nafas, gelisah, terdapat nyeri
actual maupun tekan/ lepas
potensial
Risiko jatuh S: pasien mengatakan lemas, pusing
: kondisi ketika individu O: penurunan kesadaran, efek agen anestesi, lansia
rentan untuk terjatuh >60 tahun, bayi 0-1 tahun, anak 1-5 tahun, pasien
yang menyebabkan gelisah, pasien kesakitan, level risiko jatuh yang
kerusakan fisik teridentifikasi (dengan instrument standar), skor
pasca-anestesi Aldrete, Steward, PADSS, Bromage
yang belum memenuhi kriteria
Risiko Cedera S: Pasien mengatakan akan dilakukan operasi
Trauma Fisik O: penggunaan pelumpuh otot tidak adekuat
: kondisi ketika individu (terdapat nafas spontan/ usaha nafas meskipun
berisiko mengalami pasien diberi pelumpuh otot, usus menyembul keluar
kerusakan jaringan pada laparotomy), posisi pembedahan tidak fisiologis
selama intra-anestesi (terlalu ekstensi, ikatan terlalu kuat, dll)
Risiko Cedera akibat S: Pasien mengatakan akan menjalani tindakan
Agen Anestesi anestesi
: kondisi yang tidak O:
dikehendaki akibat Pasien dijadwalkan menjalani anestesi, klasifikasi
6. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dikelompokan berdasarkan tingkat kegawatan/urgensi
a. Prioritas tinggi (mengancam nyawa) yaitu mencerminkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan
tindakan terlebih dahulu.
b. Prioritas sedang (mengancam status kesehatan) yaitu menggambarkan
situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup manusia.
c. Prioritas rendah (mengancam perilaku) yaitu situasi yang tidak
berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit secara
spesifik.
KASUS 2
Pasien bernama Tn. D berumur 54 tahun, jenis kelamin laki- laki beragama
Islam. Diagosa pre operasi Batu Ginjal Dextra dengan tindakan operasi
Extended pyelolitotomidextra. Klien dibawa ke IGD RSUD Ambarawa pada
tanggal 11 Desember 2018 Pasien mengeluh susah buang air kecil. BAK disetai
dengan mengejan. Pasien mengatakan perut terasa begah dengan keluhan
susah BAK dan harus mengejan saat buang air kecil. Sebelumnya pasien
mengalami CKD stage V namun saat ditanya pasien tidak mengetahui tentang
penyakitnya. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab batu ginjal.
Pasien hanya mengatakan sudah menjalani cuci darah selama kurang lebih 1
tahun, cuci darah seminggu dua kali pada hari senin dan kamis di RSUD X.
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit hipertensi, asma, penyakit jantung,
gula darah. Sebelum sakit: Pasien mengatakan sering minum kratingdeng saat
masih muda untuk menambah energi agar lebih semangat dan tidak mudah
capek saat bekerja. Pola eliminasi sebelum sakit: BAK tidak ada masalah, BAK
sehari 4-5 kali. BAB sehari sekali atau dua hari sekali. Selama Sakit: Pasien
terpasang DC ukuran 16 sejak tanggal 11 Desember 2020. Pasien
mengeluhkan susah BAK dan dipasang selang kateter. BAB pasien tidak
mengalami masalah. BAB sehari sekali atau dua hari sekali. Keadaan umum
dan tanda vital dengan esadaran Composmentis, BB: 90 kg, GCS: E4.V5.M6
TB: 172cm RR: 22 x/mnt IMT: 30,4 N: 90 x/mnt TD: 144/82mmHg.
Pemeriksaan fisik Kepala Mesochepal, tidak ada hematom, Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor. Inspeksi Pulmo: Tampak
pengembangan paru kanan dan kiri sama, fremitus raba kanan kiri sama,
perkusi pulmo: sonor, suara nafas vesicular +/+, RR 22x/menit. Inspeksi
PERENCANAAN ASKAN
1. Pengertian
Penata anestesi merencanakan asuhan keperawatan anestesi berdasarkan
masalah yang ditetapkan.
2. Kriteria perencanaan
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
pasien, tindakan segera yang mengancam nyawa, tindakan antisipasi dan
asuhan secara komprehensif.
b. Melibatkan pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan
c. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk pasien
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya
serta fasilitas yang ada
f. Prioritas menetapkan intervensi sesuai dengan masalah prioritas
berdasarkan tingkat kegawatan atau urgensi
1) Prioritas tinggi ( mengancam nyawa ) : mencerminkan situasi yang
mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan
tindakan terlebih dahulu
2) Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan ): menggambarkan
situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup manusia
3) Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis
dari suatu penyakit yang secara spesifik )
5. Jenis intervensi
a. Intervensi mandiri
1) Memfasilitasi kebutuhan pasien.
2) Kemampuan profesional dengan menampilkan kompetensi
penanganan pasien secara mandiri.
b. Intervensi kolaborasi
1). Hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan
asuhan
6. Tipe intervensi
a. Observasi yaitu menilai kemungkinan pasien kearah pencapaian
kriteria hasil dengan observasi secara langsung.
Contoh: monitor hemodinamik pasien setiap menit.
b. Terapeutik yaitu menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh
penata anestesi secara langsung untuk mengurangi, memperbaiki
dan mencegah kemungkinan masalah.
Contoh: berikan elevasi kaki 30°.
c. Edukasi yaitu untuk meningkatkan perawatan diri pasien dengan
membantu memperoleh tingkah laku yang diharapkan guna
mempermudah memecahkan masalah pasien.
Contoh: anjurkan relaksasi napas dalam saat nyeri muncul.
d. Kolaborasi yaitu menggambarkan peran penata anestesi sebagai
koordinator dan manager dalam mengatasi masalah pasien dengan
anggota tim kesehatan lain (dokter).
Contoh: kolaborasi pemberian efedrin.
IMPLEMENTASI ASKAN
A. Pengertian
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
penata anestesi untuk membantu klien dari status kesehatan saat ini ke status
kesehatan yang diuraikan dalam kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi
Proses pelaksanaan implementasi mencakup melakukan, membantu, atau
mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari- hari, memberikan arahan
perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
B. Tujuan Implementasi
Implementasi bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan klien yang
menghasilkan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, manajemen
penyakit, atau pemulihan kesehatan dalam berbagai perawatan termasuk
perawatan akut, perawatan kesehatan di rumah, dan klinik rawat jalan.
C. Kriteria
1. Memperhatikan keunikan pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosial –
spiritual – kultural
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau
keluarganya
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privacy pasien
6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7. Mengikuti perkembangan kondisi pasien secara berkesinambungan
8. Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
E. Proses Implementasi
1. Mengkaji Ulang Klien
Pengkajian merupakan suatu proses yang berkelanjutan, yang mungkin
difokuskan hanya pada satu dimensi atau sistem. Setiap kali petugas
kesehatan dengan klien, data tambahan dikumpulkan untuk
mencerminkan kebutuhan fisik, perkembangan, intelektual, emosional,
F. Metode Implementasi
1. Membantu dalam Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktivitas yang biasanya
dilakukan dalam sepanjang hari seperti ambulasi, makan, berpakaian,
2. Konseling
Konseling merupakan metode implementasi yang membantu klien
menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengenali dan
menangani stres serta yang memudahkan hubungan interpersonal
diantara klien, keluarga, dan tim perawatan kesehatan. Penata anestesi
memberikan konseling berbentuk dukungan emosional, intelektual,
spiritual, dan psikologis.
3. Penyuluhan
Penyuluhan adalah suatu metode implementasi yang digunakan untuk
menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan
kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien tentang status
kesehatan. Konseling berkaitan erat dengan penyuluhan. Keduanya
mencakup keterampilan berkomunikasi untuk menimbulkan perubahan
pada klien. Pada penyuluhan berfokus pada penambahan pengetahuan
atau psikomotor.
Berdasarkan rencana askan yang anda buat pada modul 3, di bawah ini tuliskan
contoh implementasi yang relevan!
EVALUASI ASKAN
57 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
MATERI PRAKTIKUM 5
EVALUASI ASKAN
A. Pengertian
Pada tahap evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan
yang ada pada klien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir
dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
B. Kriteria evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi
pasien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada catatan medik pasien
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi pasien
C. Jenis-jenis Evaluasi
Evaluasi dikategorikan berdasarkan (1) apa yang sedang dievaluasi (struktur,
proses, atau hasil) dan (2) frekuensi dan waktu evaluasi.
1. Evaluasi Struktur, Proses, dan Hasil
Struktur, proses, dan hasil merupakan serangkaian dalam perawatan klien;
namun, masing-masing memerlukan kriteria dan metode evaluasi yang berbeda.
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur berfokus pada pengaturan di mana perawatan diberikan. Ini
mengeksplorasi pengaruh karakteristik organisasi pada kualitas perawatan.
Dibutuhkan standar dan data tentang kebijakan, prosedur, sumber daya fiskal,
fasilitas dan peralatan fisik, dan jumlah dan kualifikasi petugas kesehatan.
Contoh kriteria untuk evaluasi struktur meliputi: Setidaknya satu penata anestesi
hadir di setiap unit setiap saat dan alat resusitasi tersedia di setiap lantai.
b. Evaluasi proses
58 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
Evaluasi proses berfokus pada cara perawatan diberikan atau aktivitas yang
dilakukan oleh perawat (dan personel lain). Ini mengeksplorasi apakah
perawatan itu relevan dengan kebutuhan pasien, sesuai, lengkap, dan tepat
waktu. Contoh kriteria untuk evaluasi proses meliputi: Melindungi privasi pasien
saat melakukan prosedur dan cuci tangan sebelum setiap kontak pasien.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada perubahan yang dapat diamati atau diukur dalam
status kesehatan pasien yang dihasilkan dari perawatan yang diberikan. Contoh
kriteria hasil meliputi: Pasien akan berjalan, dibantu, ke ujung aula pada hari ke
5post operasi dan pasien melaporkan nyeri kurang dari 4 pada skala 1–10 dalam
waktu 1 jam setelah pemberian analgesik.
D. Metode Evaluasi
Metode yang digunakan dalam evaluasi antara lain:
59 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
1. Observasi langsung adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi
dalam keluarga
2. Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah
menjalankan anjuran yang diberikan perawat
3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat
dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
4. Latihan stimulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Penulisan Evaluasi
a. SOAP
Anggota tim perawatan kesehatan memantau dan mencatat
perkembangan masalah klien. SOAP adalah akronim dari metode
pendokumentasian yang berorientasi masalah:
S = Data Subjektif (yang diungkapkan oleh klien)
O = Data objektif (data yang diukur dan diamati)
A = Analisa (diagnosis didasarkan pada data)
P = Rencana (apa yang direncanakan pemberi asuhan untuk dilakukan)
Contoh:
S : Klien mengatakan Nyeri pada bagian luka dengan skala 5, rasanya
seperti tertusuk- tusuk jarum, datang ketika ingin beraktivitas. Klien juga
mengatakan sering melakukan tarik nafas dalam jika merasakan nyeri
O : Pengkajian luka, warna: merah, ukuran: 2 x 3 x 1 cm, masih terlihat
inflamasi pada sekitar luka.
A : Nyeri akut
P : Lakukan perawatan luka setiap pagi hari
b. PIE
Dokumentasi PIE serupa dengan pencatatan SOAP dalam kaitannya
dengan orientasi masalah. PIE adalah akronim dari masalah, intervensi,
evaluasi, sebagai berikut:
P : Masalah atau diagnosa keperawaratan
I : Intervensi atau tindakan yang dilakukan
E : Evaluasi hasil intervensi keperawatan dan respon klien terhadap terapi
60 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
keperawatan.
Contoh:
P : Nyeri akut b/d perlukaan
I : Melakukan perawatan luka
E : Klien masih merasakan nyeri dengan skala 4
61 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
62 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
MATERI PRAKTIKUM 6
DOKUMENTASI ASKAN
MATERI PRAKTIKUM 6
DOKUMENTASI ASKAN
63 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
A. Pengertian
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
Cacatan medis harus mendriskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang
komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien. Dokumentasi
yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan tetapi juga membuktikan
pertanggunggutan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan.
B. Tujuan
Dokumentasi bertujuan sebagai komunikasi antar anggota tim kesehatan terhadap
perawatan klien, terapi individual, edukasi klien, dan penggunaan rujukan untuk
perencanaa pengulangan. Dokumentasi juga bersifat legal karena salah satu
pertahananan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan. Dokumentasi berfungsi sebagai deskripsi tentang apa yang
sebenarnya terjadi pada klien.
C. Kriteria dokumentasi
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang
tersedia (rekam medis pasien)
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah data hasil analisa, mencatat masalah kesehatan anestesi
P adalah pentalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan perawatlaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan mandiri, kolaborasi evaluasi / follow up dan
rujukan pelimpahan tugas
D. Pedoman dalam penulisan Dokumentasi
a. Dasar Faktual
Informasi tentang klien dan perawatan harus berdasarkan fakta. Dokumentasi harus
mengandung deskripsi, informasi objektif tentang apa yang dilihat, dengar, dan
rasakan. Deskripsi objektif merupakan hasil dari pengamatan dan pengukuran
langsung.
b. Keakuratan
Dokumentasi klien harus akurat sehingga dokumentasi yang teoat dapat
64 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
dipertahankan. Pengejaan yang tepat penting untuk dokumentasi dan pelaporan
yang akurat. Kesalahan pengejaan yang kecil dapat mengakibatkan kesalahan
pengobatan yang serius.
c. Kelengkapan
Dokumentasi yang baik adalah menyeluruh dan mengandung informasi lengkap
tentang klien. Informasi yang dicatatkan atau laporan harus lengkao, mengandung
informasi yang singkat, lengkap tentang perawatan klien. Data yang singkat mudah
dipahami. Catatan yang panjang sulit untuk dibaca. Catatan yang tidak jelas atau
dengan singkatan dapat memberikan kesan bahwa asuhan keperawatan dilakukan
dengan terburu-buru atau tidak lengkap. Laporan yang panjang memuang waktu
dan seringkali membosankan. Pencatatan dan pelaporan yang jelas, singkay hanya
memberikan informasi penting dan menghindari penggunaan kata-kata atau rincian
yang tidak diperlukan.
d. Keterkinian
Dokumentasi secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien.
Penundaan dalam pencatatan atau pelaporan dapat mengakibatkan omisi serius dan
penundaan tidak tepat waktu untuk perawatan yang diperlukan. Keputusan
berkelanjutan tentang perawatan harus didasarkan pada informasi terbaru yang
dilaporkan.
e. Kerahasiaan
Hukum melindungi informasi tentang klien yang dikumpulkan melalui
pemeriksaan, pengamatan, percakapan, atau pengobatan. Penata anestesi tidak
diperbolehkan mendiskusikan tentang status klien dengan klien lainnya atau dengan
staf yang tidak terlibat dalam perawatan klien. Penata anestesi secara hukum dan
etis berkewajiban untuk menjaga informasi tentang keerahasiaan penyakit dan
pengobatan klien.
E. Model Dokumentasi
1. Dokumentasi naratif
Dokumentasi naratif adalah metode kuno untuk pencacatan asuhan keperawatan.
Metode ini hanya menggunakan cerita untuk mendokumentasikan informasi
spesisfik tentang kondisi klien dan asuhan keperawatan. Sekarang ini, pencatatan
naratif jarang menjadi metode pendokumentasian primer dan telah digantikan
65 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
dengan format lain (SOAP, PIE, dan focus)
2. Dokumentasi SOR (Source-Oriented-Record)
Dokumentasi SOR yang berorientasi pada sumber informasi. Model ini
menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. SOR terdiri dari lima komponen yaitu lembar penerimaan berisi
biodata, lembar order dokter, lembar riwayat medis atau penyakit, catatan
keperawatan, dan catatan laporan khusus.
3. Dokumentasi POMR (Problem-Oriented Medical Record)
Model ini memusatkan data tentang klien, didokumentasikan, dan disusun menurut
masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data
mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan
lain yang terlibat dalam pemebrian layanan kepada klien. Dokumentasi ini terdapat
empat komponen yaitu data dasar, daftar masalah, rencana keperawatan, dan
catatan perkembangan.
d. Dokumentasi PIE (Problem, Intervention, Evaluation)
Dokumentasi PIE dikembangkan pada model masalah, intervensi, dan evaluasi
asuhan keperawatan. Komponen utama dari sistem ini adalah lembar pengkajian
dan catatan perkembangan pada rencana keperawatan.
e. Dokumentasi CBE (Charting By Exception)
Sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau penemuan
yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Pada dokumentasi ini data
yang tidak normal akan terlihat jelas dan mudah untuk ditandai atau dipahami tetapi
menyebabkan pencatatan kejadian yang tidak semua didokumentasikan.
f. Dokumentasi Fokus
Dokumentasi fokus merupakan metode mengidentifikasi dan mencatat
dokumentasi naratif tentang masalah klien untuk memasukkan data, tindakan, dan
respon. Metode ini tidak terbatas pada masalah klien tetapi untuk mengidentifikasi
semua masalah (misal: Hasil uji diagnostik).
g. Dokumentasi komputerisasi
Sistem catatan klinis terkomputerisasi memungkinkan penata anestesi
menggunakan komputer untuk menyimpan data klien. Sistem ini memungkinkan
penata anestesi untuk mencatat pengkajian, administrasi obat-obatan, edukasi yang
66 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
diberikan ke klien, catatan kemajuan, dan pembaruan rencana perawatan. Untuk
mendokumentasikan intervensi keperawatan dan respons klien, penata
memasukkan informasi naratif ke
komputer.
PELAPORAN
A. Pengertian Pelaporan
Informasi tentang klien dipertukarkan di antara anggota tim perawatan kesehatan,
klien, dan anggota keluarga. Penata anestesi mengomunikasikan informasi tentang
klien sehingga semua anggota tim dapat membuat keputusan terbaik tentang klien
dan perawatan mereka. Pelaporan memberi ringkasan tentang aktivitas atas
pengamatan yang dilihat, dilakukan atau didengar. Empat tipe pelaporan yang
dibuat oleh perawat termasuk laporan pertukaran tugas, laporan per telepon, laporan
pemindahan klien, dan laporan kecelakaan.
B. Tipe pelaporan
1. Laporan pertukaran Tugas
Laporan pertukaran tugas terjadi dua arah atau tiga kali sehari pada pertukaran
sift. Pada akhir giliran tugas penata anestesi melaporkan informasi tentang klien
yang menjadi tanggung jawabnya kepada penata anestesi yang bekerja atau
petugas kesehatan lainnya pada giliran tugas berikutnya. Pelaporan merupakan
sistem komunikasi yang ditujukan pada pertukaran informasi penting yang
diperlukan untuk perawatan klien yang aman dan holistik.
2. Laporan Telepon
Anggota tim perawatan kesehatan sering kali berbicara satu sama lain
menggunakan telepon. Sebagai contoh, penata anestesi menginformasikan
kepada dokter tentang perubahan dalam kondisi klien. Informasi dalam
pelaporan per telepon harus didokumentasikan secara permanen dalam format
tertulis jika peristiwas signifikan telah terjadi pada klien. Dengan demikian
orang yang telibat dengan laporan per telepon memastikan bahwa informasi
yang disampaikan jelas, akurat, dan singkat.
3. Instruksi per telepon
Instruksi per telepon (IT) mencakup dokter yang menyatakan terapi yang
67 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
ditentukan melalui telepon kepada penata anestesi yang bertugas.
Mengklarifikasi pesan sangat penting ketika penata anestesi menerima pesanan
dokter melalui telpon. Instruksi harus dipastikan dengan mengulangi pesanan
tersebut dengan jelas dan tepat.
4. Laporan pemindahan klien
Klien dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya untuk mendapat tingkat
perawatan yang berbeda. Sebagai contoh, klien dipindahkan dari IBS (Instalasi
Unit Bedah) ke unit keperawatan umum. Laporan pemindahan klien mencakup
komunikasi tentang informasi mengenai klien dari penata anestesi ke petugas
lainnya yang menerima. Laporan pemindahan klien dapat dimulai melalui
melalui telepon atau langsung pada orang yang bersangkutan. Ketika
memberikan laporan pemindahan, penata anestei mencakupkan informasi
berikut
a. Nama klien, usia, dokter primer, dan diagnosis medis
b. Ringkasan kemajuan medis sampai waktu pemindahan
c. Status kesehatan terakhir (fisik dan psikologis)
d. Diagnosa keperawatan terakhir atau masalah dan rencana perawatan
e. Segala pengkajian atau intervensi penting yang harus segera dilakukan setelah
pemindahan (membantu perawat penerima untuk menetapkan prioritas asuhan)
f. Segala pertimbangan spesifik, seperti status isolasi
LATIHAN UNTUK DIKERJAKAN
Berdasarkan latihan yang sudah dibuat pada materi 5 yaitu, susunlah dokumentasi dan
respon yang dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : No. CM :
Tanggal lahir: Ruang :
Jenis Kelamin : Diagnosis :
68 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN ASKAN
69 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
70 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
71 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i
DAFTAR PUSTAKA
72 | M o d u l P r a k t i k u m M e t o k e p A n e s t e s i o l o g i