Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Definisi sepsis

Sepsis merupakan disfungsi organ karena adanya gangguan regulasi respon

tubuh terhadap infeksi.1,2,3 Sepsis dan syok sepsis merupakan masalah kesehatan

utama, mempengaruhi jutaan orang di dunia setiap tahun, dan kematian akibat

sepsis terjadi setiap satu dari empat kasus sepsis bahkan lebih.4,5

Diagnosis sepsis berdasarkan pedoman Surviving Sepsis Campaign 2016

yaitu harus dibuktikan adanya infeksi berdasarkan hasil laboratorium dan ditambah

dengan kriteria QuickSOFA (qSOFA), yaitu1,2,4 :

1. Perubahan tingkat kesadaran (GCS<15)

2. Frekuensi pernafasan 22x/menit

3. Tekanan darah sistolik 100 mmHg

Bila skor qSOFA mencapai 2 maka outcome dari kejadian sepsis tersebut

buruk.1,3

1.1.2. Epidemiologi Sepsis

Sepsis menempati urutan ke-10 sebagai penyebab utama kematian di

Amerika Serikat dan penyebab utama kematian pada pasien sakit kritis. Kejadian

sepsis meningkat hampir empat kali lipat dari tahun 1979-2000, menjadi sekitar
660.000 kasus (240 kasus per 100.000 penduduk) sepsis atau syok septik per tahun

di Amerika Serikat.1,5

Dari tahun 1999 sampai 2005 ada 16.948.482 kematian di Amerika

Serikat. Dari jumlah tersebut, 1.017.616 dikaitkan dengan sepsis (6% dari semua

kematian). Sebagian besar kematian terkait sepsis terjadi di rumah sakit, klinik dan

pusat kesehatan (86,9%) dan 94,6% dari ini adalah pasien rawat inap tersebut.4,5

Analisis retrospektif dari CDC menjelaskan bahwa 437 dari 100.000 orang

tiap tahunnya mengalami sepsis dari data tahun 1995 sampai 2015 di seluruh dunia.

Kasus sepsis yang meningkat setiap tahunnya ini berkaitan terhadap umur dan

resistensi antibiotic. Pasien dengan usia 65 tahun merupakan mayoritas dari

penderita sepsis, mencapai 60 85% di seluruh dunia.1,6,7

1.1.3. Etiologi Sepsis

Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat

disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).

Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah

Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia. Spesies

Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan. Umumnya,

sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung

dari mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal

dari inang terhadap infeksi. Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada

40-70% kasus syok septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif,

terdapat hingga 70% isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif
atau gram negatif saja; sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran

lainnya.2,4,6,7

1.1.4. Terapi Sepsis

Berdasarkan Surviving Sepsis Campaign 2012, terapi sepsis terdiri dari :

A. Yang harus dilakukan dalam 3 jam pertama:

1) Memeriksa kadar laktat

2) Memeriksakan kultur darah dan resistensi antibiotik

3) Memberikan antibiotik spectrum luas

4) Memberikan resusitasi cairan kristaloid 30 ml/kg untuk hipotensi atau

kadar laktat 4mmol/L

B. Yang harus dilakukan dalam 6 jam :

5) Memberikan vasopresor untuk hipotensi yang tidak respons terhadap

resusitasi cairan untuk menjaga tekanan arteri rerata (MAP) 65 mm Hg

6) Pada hipotensi yang persisten setelah pemberian cairan inisiasi (MAP <

65 mm Hg) atau kadar laktat 4 mmol/L, nilai kembali status volume dan

perfusi jaringan

7) Ukur kembali kadar laktat jika kadar laktat awal di atas nilai normal.

Pada awal tahun 2013, IDSA (Infectious Diseases Society of America)

menerbitkan rekomendasi antimikroba untuk sepsis: 7,8

1. Antimikroba sebaiknya diberikan dalam waktu tidak lebih dari satu jam

setelah diagnosis sepsis dilakukan.


2. Pemilihan antimikroba empirik didasarkan pada antimikroba yang aktif

terhadap mikroba penyebab dan yang dapat mencapai sumber infeksi.

3. Pemeriksaan kadar prokalsitonin dapat digunakan untuk membantu

diagnosis.

4. Untuk infeksi akibat mikroba yang resisten terhadap banyak antibiotic,

seperti Acinetobacter dan Pseudomonas, sebaiknya gunakan antibiotik

kombinasi.

Salah satu rekomendasinya adalah kombinasi antara golongan beta lactam

berspektrum luas dengan aminoglikosida atau fluoroquinolone.

Kombinasi antibiotik empirik sebaiknya tidak dipakai lebih dari 35 hari.

Sebaiknya segera lakukan de-eskalasi bila profil sensitivitas telah

diketahui.7,8

5. Durasi pemberian antimikroba biasanya 7 10 hari, tetapi dapat lebih

panjang bila terjadi pada pasien dengan defisiensi imun. Respon dari

antimikroba rata rata terjadi selama 3 5 hari setelah terapi antibiotik.4,7,8

1.1.6. Komplikasi (MODS)

Disfungsi dua sistem organ atau lebih (MODS) sehingga intervensi

diperlukan untuk mempertahankan homeostasis. Primer, dimana gangguan

fungsi organ disebabkan langsung oleh infeksi atau trauma pada organ-organ

tersebut. Misal, gangguan fungsi jantung/paru pada keadaan pneumonia yang

berat. Sekunder, dimana gangguan fungsi organ disebabkan oleh respons


peradangan yang menyeluruh terhadap serangan. Misal, ALI atau ARDS pada

keadaan urosepsis.7,8,9

Sepsis perlu mendapatkan perhatian serius karena terapi sepsis

membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan yang intensif, serta biaya

pengobatannya, terutama antibiotik yang sangat mahal, sehingga diperlukan

pengobatan yang efektif dengan biaya minimal. Dalam rangka memberikan pilihan

terapi maupun biaya yang sesuai, diperlukan penelitian efektivitas biaya pasien

sepsis dengan kultur darah dan tanpa kultur darah. Oleh karena itu, penelitian ini

bertujuan untuk melakukan Analisis Efektifitas Biaya Penggunaan Antibiotik pada

Pasien Sepsis Dengan Pemeriksaan Kultur dibandingkan terhadap Penggunaan

Antibiotik pada Pasien Sepsis Tanpa Pemeriksaan Kultur.

I.2. Pertanyaan Kebijakan

Apakah penggunaan antibiotik pada pasien sepsis dengan pemeriksaan kultur

dapat lebih cost effective dibandingkan terhadap penggunaan antibiotik pada

pasien sepsis tanpa pemeriksaan kultur dalam hal pembiayaan kesehatan?

I.3. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa ICER per disease response penggunaan antibiotik pada pasien sepsis

dengan pemeriksaan kultur terhadap penggunaan antibiotik pada pasien

sepsis tanpa pemeriksaan kultur di Rumah Sakit?

2. Berapa tambahan biaya yang diperlukan untuk meningkatkan disease

response pada penggunaan antibiotik pada pasien sepsis dengan


pemeriksaan kultur atau penggunaan antibiotik pada pasien sepsis tanpa

pemeriksaan kultur di Rumah Sakit?.

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian bertujuan untuk mengetahui ICER per disease

response dari penggunaan antibiotik pada pasien sepsis dengan pemeriksaan

kultur terhadap penggunaan antibiotik pada pasien sepsis tanpa pemeriksaan

kultur di Rumah Sakit.

Tujuan khusus penelitian :

1. Menilai efektivitas penggunaan antibiotik pada pasien sepsis dengan

pemeriksaan kultur terhadap penggunaan antibiotik pada pasien sepsis

tanpa pemeriksaan kultur di Rumah Sakit.

2. Menghitung biaya penggunaan penggunaan antibiotik pada pasien sepsis

dengan pemeriksaan kultur terhadap penggunaan antibiotik pada pasien

sepsis tanpa pemeriksaan kultur di Rumah Sakit.

I.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Menambah pengetahuan dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan

2. Manfaat bagi rumah sakit

Sebagai pertimbangan kebijakan rumah sakit dalam memilih antibiotik

yang efektif dan efisien dalam terapi sepsis dari hasil kultur.
3. Manfaat bagi pemerintah

Sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan pengadaan

antibiotik untuk terapi sepsis di Indonesia.

1.6. Konsep Penelitian


BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Desain Penelitian


Penelitian cost effectiveness penggunaan antibiotik pada pasien sepsis dengan
pemeriksaan kultur dibandingkan terhadap penggunaan antibiotik pada pasien
sepsis tanpa pemeriksaan kultur ini akan menggunakan rancangan penelitian
observasional Kohort Retrospektif, dengan follow-up 10 hari. Bagan
rancangan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Rancangan Penelitian Kohort Retrospektif

Untuk penelitian farmakoekonomi akan menggunakan evaluasi cost


effectiveness ratio yang membandingkan penggunaan antibiotik pada pasien
sepsis dengan pemeriksaan kultur dibandingkan terhadap penggunaan
antibiotik pada pasien sepsis tanpa pemeriksaan kultur. Bagan rancangan dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 3. Rancangan Penelitian Cost Effective

2.2 Populasi dan Subyek Penelitian


2.2.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah penderita sepsis di di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
2.2.2 Subjek Penelitian
Adapun kriteria subyek yang akan masuk penelitian ini adalah subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
2.2.1.1 Kriteria Inklusi
- Dewasa (18 tahun)
- Terdiagnosis sepsis
- Mendapat terapi antibiotik dengan pemeriksaan kultur atau tanpa
pemeriksaan kultur
- Data respon kultur tersedia minimal setelah 7 hari terapi dengan
antibiotik
2.2.2.2 Kriteria Eksklusi
Mendapatkan terapi antibiotik < 7 hari
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian
2.3.1 Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian atau studi akan dilaksanakan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo
2.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Maret sampai dengan Desember 2017. Data yang
akan diambil berasal dari rekam medik dan register pasien di rumah sakit yang
didiagnosis sepsis.

2.4 Perspektif penelitian


Penelitian farmakoekonomi ini akan menggunakan perspektif rumah sakit di
mana biaya yang akan dihitung adalah biaya yang terkait secara langsung pada
kondisi medis dari subyek yang diteliti, yaitu biaya administrasi rumah sakit,
biaya konsultasi, biaya pemeriksaan diagnostik baik berupa laboratorium
maupun pencitraan, biaya terapi obat dan tindakan medis, biaya bahan habis
pakai, biaya hospitalisasi, biaya rawat jalan, biaya terapi lain, biaya terapi atau
penangganan efek samping.
2.5 Comparator : Penggunaan antibiotic tanpa kultur
2.6 Time Horizon :
2.7 Discount Rate : 3%
2.8 Outcome :
1. Gagal terapi diukur dengan :
- Komplikasi sepsis berat dengan MODS
- Syok sepsis
- Meninggal

1.9 Pengukuran effectiveness


Variabel biaya dan luaran kesehatan dianalisis dengan menggunakan model
Markov untuk mendapatkan nilai Incremental Cost Effectiveness Ratio
(ICER).
2.10Estimating resource and cost
Sumber data penelitian ini adalah berasal dari Registrasi pasien, Rekam
Medik, data biaya dari Instalasi Penjaminan, Instalasi Farmasi, Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIR/INSTI), dan Tim Tarif di Rumah Sakit.
Antibiotik yang tercantum di dalam Formularium Nasional.
Estimasi pemeriksaan kultur darah dan penggunaan antibiotic.

2.11Sumber data dan biaya


Sumber data penelitian ini adalah berasal dari Registrasi pasien, Rekam
Medik, data biaya dari Instalasi Penjaminan, Instalasi Farmasi, Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIR/INSTI), dan Tim Tarif di Rumah Sakit.

2.12Currency price date dan conversion


Penelitian dilaksanakan pada Maret sampai dengan Desember 2017. Data
yang akan diambil berasal dari Rekam Medik pasien di Rumah Sakit pada
tahun 2017.

2.13Modelling
Menggunakan Markov model

2.14Asumsi
Probability dari Markov model, biaya yang dikumpulkan

2.15Data analysis
2.15.1 Baseline dan outcome data
Karakteristik dari subyek penelitian akan dideskripsikan dengan
menggunakan distribusi statistik seperti rata-rata dan standard deviasi untuk
continous data atau persentase untuk data kategorikal. Perbedaan baseline
data antara kelompok antibiotik dengan kultur dan antibiotik tanpa kultur
akan diuji menggunakan Analisis Univariate menggunakan Student T-test dan
Chi-square test untuk data kategorikal. Respon penyakit akan ditampilkan
menggunakan grafik survival Kaplan Meier.

2.15.2 Effectiveness analysis


Analisis statistik menghubungkan antara variabel independen dan dependen
akan menggunakan Chi-square Analysis. Adjustmen terhadap confounding
akan menggunakan logistik regresi analisis dan Cox regresi analisis untuk
respon penyakit hingga 10 hari pengobatan.

2.15.3 Costs analysis


Untuk biaya terapi dan penyakit, akan dideskripsikan menggunakan nilai rata-
rata dan standard deviasi dari setiap unit costs dengan membandingkan antara
antibiotik dengan kultur dan antibiotik tanpa kultur menggunakan Student T-
test. Pada best case scenario akan menggunakan nilai rata-rata biaya dan
respon dari rumah sakit.
2.15.4 Incremental cost analysis
ICER (Incremental Costs Effectiveness Ratio) akan dihitung sesuai rumus
sebagai berikut:

Cost A - Cost B (dalam moneter)


ICER = Effect A - Effect B (dalam %)

2.15.5 Sensitivity analysis


Sensitivity analysis akan dilakukan untuk lowest costs dan high costs yang
berasal dari standar deviasi biaya dari rumah sakit, dan potongan harga dari
antibiotik dengan kultur dan antibiotik tanpa kultur.

2.15.6 Acceptability analysis


Acceptability analysis akan menggunakan Monte Carlo analysis.
2.16Variabel Penelitian
2.16.1 Terapi
Untuk penelitian analisis efektifitas biaya penggunaan antibiotik pada pasien
sepsis dengan pemeriksaan kultur dibandingkan terhadap penggunaan
antibiotik pada pasien sepsis tanpa pemeriksaan kultur, variabel yang akan
diukur adalah:
1. Variabel Independen : penggunaan antibiotik dengan kultur atau tanpa
kultur
2. Variabel Dependen : luaran penyakit, yang dikategorikan menjadi gagal
terapi diukur dengan :
-Komplikasi sepsis berat dengan MODS
-Syok sepsis
-Meninggal
3. Variabel lain yang diukur:
a. Karakteristik pasien :
Umur, jenis kelamin, etnis
b. Karakteristik penyakit antara lain
Onset of disease (lamanya waktu dari diagnosis sampai dengan
terapi)
Suhu
Mean Arterial Pressure
Saturasi oksigen
Central Venous Pressure
Leukosit
Trombosit
Laktat
Kultur dan resistensi antibiotik
Riwayat terapi
Komorbiditas
Comedication
c. Adverse event yang terjadi pada pasien selama penelitian
Subjective complaints
Hemodinamic abnormality: MAP, CVP
Laboratorium abnormality: Leukosit, Laktat, Hasil kultur

2.16.2 Biaya terapi


Untuk penelitian biaya penggunaan antibiotik pada pasien sepsis dengan
pemeriksaan kultur dibandingkan terhadap penggunaan antibiotik pada
pasien sepsis tanpa pemeriksaan kultur, variabel biaya yang akan diukur
adalah:
1. Biaya saat kunjungan awal:
a. Administrasi Rumah Sakit
b. Biaya Diagnostik (pemeriksaan CVP, saturasi oksigen, hematologi,
laktat, kultur)
c. Biaya Konsultasi/kunjungan
d. Terapi dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) yang digunakan
e. Tarif Alat Diagnostik dan Biaya Konsultasi.

2. Biaya saat Follow-up visit


a. Administrasi Rumah Sakit
b. Pemeriksaan darah tepi (hematologi)
c. Biaya Konsultasi
d. Terapi + BMHP ( Bahan Medis Habis Pakai)
e. Satu hari biaya perawatan (jika diperlukan)
3. Biaya saat rawat inap selama periode pengobatan baik pada kunjungan
awal dan adverse events
a. Administrasi Rumah Sakit
b. Biaya Diagnostik
c. Terapi
d. Akomodasi
4. Biaya pemeriksaan disease reponse yaitu hematologi dan kultur darah.

2.17Definisi Operasional
1. Sepsis didefinisikan sebagai munculnya infeksi bersamaan dengan manifestasi

infeksi sistemik. Bukti klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (>38oC

atau <36oC) ; takikardi; asidosis metabolik; biasanya disertai dengan

alkalosis respiratorik terkompensasi dan takipneu; dan peningkatan atau

penurunan jumlah sel darah putih.

2. Kultur darah didefinisikan sebagai pemeriksaan untuk mendeteksi adanya

mikroorganisme dalam darah, seperti bakteri atau jamur.

3. Antibiotik didefinisikan sebagai substansi atau senyawa yang digunakan untuk

membunuh atau menghalangi pertumbuhan mikroorganisme.

4. Respon Penyakit dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Sepsis berat dengan komplikasi MODS didefinisikan sebagai sepsis


ditambah dengan disfungsi organ atau hipoperfusi jaringan.
2. Syok sepsis adalah sepsis yang disertai keadaan tekanan darah sistole
<90 mm Hg atau Mean Arterial Pressure (MAP) < 70 mm Hg atau
tekanan darah sistole berkurang >40 mm Hg dari nilai standar berdasarkan
usia disertai dengan tanda tanda hipoperfusi jaringan seperti
melambatnya capillary refill.
3. Meninggal
4. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran sampai
pada saat penelitian ini dilakukan.
5. Komorbiditi adalah penyakit penyerta lain
2.18Prosedur Studi
1. Literature review terhadap reference, hasil-hasil penelitian, laporan-
laporan terkait penggunaan obat Nilotinib dan Imatinib serta biaya kedua
obat tersebut.
2. Forum diskusi dengan stakeholder terkait.
3. Penulisan Proposal dan pengembangan CRF.
4. Ethical Clearance dan perizinan.
5. Pengumpulan data.
6. Data Entry, Data Cleaning dan Analisis.
7. Presentasi hasil
8. Pembuatan laporan akhir oleh peneliti
9. Diseminasi Hasil Penelitian

2.19Manajemen dan Analisis Data


Data Sekunder akan dianalisis secara statistik deskriptif dengan komputer
menggunakan SPSS. Data Sekunder akan di analisis secara sistematik yang
akan dibuat matriks. Hasil analisis akan didiskusikan dan diintensifkan dalam
forum diskusi dengan mengundang stakeholder terkait. Desiminasi hasil
analisis dilakukan untuk mendapatkan umpan balik sebelum dikonsolidasikan
dalam bentuk kebijakan, yang akan disampaikan pada penentu kebijakan
ditingkat pusat dan daerah.
Tahapan manajemen data sebagai berikut:
1. Pengelompokkan data (data classification)
Data dikelompokkan sesuai dengan kategori masing-masing
2.Pengkodean data (data coding)
Data akan diubah menjadi bentuk angka untuk memudahkan analisis.
3.Penyuntingan data (data editing)
Kelengkapan data akan diperiksa sebelum dimasukkan dalam analisis.
4.Pemasukan data (data entry)
Data akan dimasukkan ke tabel parameter di Microsoft Excel
5.Pembersihan data (data cleaning)
Data diperiksa ulang agar tidak dimasukkan data yang tidak sesuai
kriteria inklusi.

2.20Hasil yang diharapkan


Output dari penelitian ini merupakan rekomendasi sebagai bahan
pertimbangan kebijakan dari hasil kajian penilaian cost effective penggunaan
antibiotic dengan pemeriksaan kultur pada pasien sepsis.

2.21Pertimbangan Izin Penelitian


Pada penelitian ini akan dimintakan perizinan dari pemerintah pusat dan
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo sebagai tempat
pengambilan data.

2.22Pertimbangan Etik
Pada penelitian ini akan dilakukan Ethical Clearance dari Komite Etik
Penelitian Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1.Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM. Surviving
sepsis campaign: international guidelines for management of severe sepsis and
septic shock: 2013. Crit Care Med. 2013;41(2):580-637.
2.American Thoracic Society; Infectious Diseases Society of America. Guidelines
for the management of adults with hospital-acquired, ventilator-associated, and
healthcare-associated pneumonia. Am J Respir Crit Care Med. 2005;171(4):388-
416.
3. Derek, Walter, Jeffrey. Epidemiology of severe sepsis in the United States:
Analysis ofincidence, outcome, and associated costs of care. 2001; Critical Care
Med; 29(7):191-200
4. Erraboina, Gopagoni, Manthen. Treatment Pattern of Antibiotics and Cost
Analysis in Sepsis Patients: A Cross Sectional Retrospective & Prospective Study.
2016; Value in Health; 19(7):910-919
5. Lagu T, Rothberg MB, Shieh MS, Pekow PS, Steingrub JS, Lindenauer PK.
Hospitalizations, costs, and outcomes of severe sepsis in the United States 2003 to
2007. Crit Care Med. 2012;40:754-61.
6. Brun-Buisson C, Roudot-Thoraval F, Girou E, Grenier-Sennelier C, Durand-
Zaleski I. The costs of septic syndromes in the intensive care unit and influence of
hospital- acquired sepsis. Intensive Care Med. 2003;29:1464-71.
7. Braun L, Riedel AA, Cooper LM. Severe sepsis in managed care: analysis of
incidence, one-year mortality, and associated costs of care. J Manag Care Pharm.
2004;10:521-30.
8. Klein Klouwenberg PMC, Ong DSY, Bos LDJ, et al. Interobserver Agreement
of Centers for Disease Control and Prevention Criteria for Classifying Infections
in Critically Ill Patients. Crit Care Med. 2013;41:2373-8.
9. https://www.england.nhs.uk/wp-content/uploads/2015/08/Sepsis-Action-Plan-
23.12.15-v1.pdf
10. Maynara, Mala, Giselina, Cintia. Sepsis in a university hospital: a prospective
study for the cost analysis of patients' hospitalization. 2016;50(2):183-191

11. http://www.uphs.upenn.edu/dgimhsr/acadcrs/korea07/08.markovmodels.pdf

12. https://www.ispor.org/meetings/neworleans0513/releasedpresentations/W16-
Chhatwal.pdf
Lampiran 2.
JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan Februari Maret April Juni Juli Agustus Sept Okt Nov
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusuna
n proposal:
a.
Penyusuna
n draft
proposal
b. Study
Literatur
c.
Konsultasi
dengan
Tim
Peneliti RS
d.
Finalisasi
proposal
2 Kaji etik
a.
Pengajuan
kaji etik
3 Training
PE dan
Protokol
4 Perizinan
RS
a.
Pengurusa
n perizinan
5 Pengambil
an data

6 a. Data
entry
b. Data
cleaning
7 Monitoring
8 Analisis
Data
9 laporan
hasil studi
10 Diseminasi
hasil
Lampiran 3.

PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL DAN KESANGGUPAN


MELAKSANAKAN ANALISIS FARMAKOEKONOMI

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Menyatakan bahwa kami sepakat untuk melakukan riset dengan judul:

ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DENGAN


KULTUR DAN TANPA KULTUR PADA PSIEN SEPSIS

Proposal ini bukan merupakan ulangan ataupun bagian dari program kegiatan riset
lainnya, maupun kegiatan yang telah mendapatkan bantuan dari program lain, dan
program insentif riset kompetitif lainnya.

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, dan bila di kemudian hari terbukti
tidak sesuai dengan pernyataan ini maka kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan
aturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai