3
INSTRUMENTASI STANDAR
AKREDITASI
PROGRAM MUTU PUSKESMAS
PENYUSUNAN DOKUMEN
TATA GRAHA
PEMBENTUKAN TIM POKJA
AKREDITASI DAN TIM MUTU
PUSKESMAS
PENDAMPINGAN AKREDITASI PADA LOKAKARYA PUSKESMAS
Esensi Bab I
Administrasi dan Manajemen
Puskesmas
1.3.Evaluasi kinerja
Puskesmas
(2.2.1)
Ketersediaan tenaga:kebutuhan dan
jenis pelayanan (2.2.2)
7.1. Pendaftaran
Proses: Sesuai kebutuhan dan keselamatan
Informasi: Fasilitas, Tahapan, Hak & Kewajiban Pasien
Kendala: Fisik, Bahasa, kendala lain
7.2. Pengkajian
7.3. Keputusan Layanan
klinis
Paripurna,
Kebutuhan dan harapan
pasien,
Medis, Keperawatan,
kajian lain,
Dicatat dalam rekam
medis,
Pemberian prioritas
pada kedaruratan,
Dengan peralatan dan
sarana memadai,
Keputusan oleh tenaga
yang kompeten.
7.5.
Rencana
rujukan
1. SOP
Rujukan
2. Informasi
rujukan
3. Kerjasama
dengan
fasilitas
rujukan
4. Resume
medis
5. Didampingi
staf
kompeten
7.6 sd 7.9.
Pelaksanaan
layanan
7.10.
Pemulangan,
rujukan dan
tindak lanjut
SOP Pemulangan
Kriteria
pemulangan
SOP tindak lanjut
Tindak lanjut
terhadap umpan
balik dari sarana
rujukan
SOP: perlu rujukan
tetapi tidak
mungkin dilakukan
Rujukan sesuai
kebutuhan dan
pilihan pasien
Bab VIII
Manajemen Penunjang Pelayanan Klinis
Pelayanan laboratorium
Pengelolaan obat
Jenis dan jumlah obat yang tersedia,
formularium
Prosedur peresepan obat dan pelayanan
obat
Bgm menjamin ketersediaan obat
Pengelolaan obat psikotropik dan narkotik
Kebersihan, keamanan penyimpanan,
penyiapan dan penyampaian obat kepada
pasien
Penyimpanan dan prosedur penanganan
obat
Penanganan obat kedaluwarsa
Penanganan efek samping obat dan alergi
Pelaporan dan tindak lanjut jika terjadi
medication error
Ketersediaan obat-obat emergensi
Program peningkatan mutu dan
manajemen risiko pada pelayanan obat:
indicator pelayanan obat, analisis dan
tindak lanjut, identifikasi risiko
pelayananan obat, analisis dan tindak
lanjut
Pelayanan
radiodiagnostik
Jenis pelayanan, prosedur
pelayanan, dan pemantauannya
Program pengamanan radiasi baik
bagi masyarakat maupun petugas
Pembuangan limbah dari pelayanan
radiologi
Pelaksanaan dan interpertasi oleh
tenaga yang kompeten
Menjamin ketersediaan alat/BHP,
foto
Penyampaian hasil pemeriksaan
Pemeliharaan alat dan kalibrasi:
inventarisasi, jadual pemeliharaan,
pelaksanaan, monitoring dan tindak
lanjut, kalibrasi
Perijinan alat
Pengendalian mutu pelayanan
radiodiagnostik
Manajemen
informasi
Pembakuan klasifikasi
diagnosis, kode diagnosis,
symbol, specimen tanda
tangan dan inisial
dokter/perawat
Prosedur pelayanan rekam
medis
Proses pengelolaan rekam
medis
Cara identifikasi pasien
agar tidak terjadi kesalahan
Pengaturan isi rekam medis
Kelengkapan isi rekam
medis
Tenaga yang kompeten
Manajemen lingkungan
dan prasarana
Kondisi fisik lingkungan/bangunan
Manajemen prasarana: instalasi
listrik, kualitas air, ketersediaan
gas medis, ventilasi, dan system
utama yang lain
Penanganan B3B
Penanganan limbah
Rencana penanggunangan bencana
Rencana penanggulangan
kebakaran
Monitoring, evaluasi, tindak lanjut
kondisi fisik
Program pemeliharaan lingkungan
fisik
Program penanggulangan bencana
dan kebakaran dan bagaimana
pelaksanaannya
Tenaga yang bertanggung jawab
untuk pengelolaan lingkungan dan
kalau terjadi bencana/kebakaran
Manajemen
peralatan
Manajemen
sdm klinis
Penghitungan kebutuhan
tenaga kesehatan (klinis),
peta kompetensi
Penilaian kinerja tenaga
klinis
Proses kredensial,
rekredensial dan
penetapan kewenangan
klinis
Upaya peningkatan
kompetensi
Peluang/kesempatan
pendidikan dan pelatihan
Kelengkapan perijinana
tenaga klinis: STR, SIP,
SIK, dsb.
Esensi
Bab III, VI, IX
Program mutu
Puskesmas dan
Keselamatan
Pasien
Perbaikan mutu
berkesinambungan:
koreksi, tindakan korektif,
preventif
3.1.2.Rapat
3.1.7.Kajibanding kinerja antar
Tinjauan
Puskesmas
3.1.4. Internal audit
Manajemen
3.1.3. Peran 3.1.5.Pemberdayaan pengguna
Pimpinan &
Bab IX.
Peningkatan Mutu
dan Keselamatan
Pasien
9.1. Tanggung jawab tenaga klinis
dalam Perencanaan, Monitoring
dan Evaluasi Mutu Layanan Klinis
dan Keselamatan Pasien
9.2. Pemahaman mutu layanan
klinis
9.3. Pengukuran mutu layanan
klinis dan sasaran keselamatan
pasien
9.4. Peningkatan mutu layanan
klinis dan keselamatan pasien
Penetapan
budaya mutu
dan
keselamatan
pasien
indicator
perilaku dalam
pemberian
pelayanan
Inovasi
perbaikan
Evaluasi
Area
prioritas dan
perbaikan
Komitmen
perilaku dalam
Pemahaman
pemberian
Pelaksanaan
program
mutu
klinis dan KP,
pelayanan
Prosedur
penyusunan
standar/SOP
klinis
Penyusunan
standar dan SOP
Indicator mutu layanan
klinis
klinis
Sasaran keselamatan
Tersedia acuan
pasien:
Tidak terjadi salah
yang jelas untuk
identifikasi
Penetapan target untuk tiap indicator
Komunkiasi efektif
penyusunan
dalam pelayanan
mutu klinis dan KP
Tidak terjadi
standar
dandalam
SOPpenetapan
Pertimbangan
kesalahan pemberian
obat
target
klinis
Tidak terjadi
kesalahan prosedur
tindakan
Pengurangan
terjadinya risiko
infeksi
Tidak terjadinya
pasien jatuh
Pengukuran mutu layanan
klinis dan sasaran KP,
analisis, dan tindak lanjut
Kejelasan
penanggung jawab
mutu dan KP
Tim mutu klinis
dan KP - Uraian
tugas dan
tanggung jawab
Rencana dan
program
peningkatan mutu
klinis dan KP
Dat
a
Analisi
s
Program
Mutu &
KP
Implementasi
Penanggung
jawab
Mone
v
Tindak
lanjut
Pencatatan kegiatan
peningkatan mutu layanan
klinis dan KP
Evaluasi thd hasil
peningkatan mutu klinis
dan KP
Tindak lanjut perbaikan
Pendokumentasian
seluruh kegiatan upaya
peningkatan mutu klinis
dan KP
Kebijakan & prosedur distribusi
informasi dan komunikasi PMKP
Sosialisasi proses dan hasil PMKP
Evaluasi thd pelaksanaan sosialisasi
Pelaporan ke Pemilik
Program mutu
puskesmas dan
keselamatan pasien
Bab III, VI, dan IX sebaiknya
diintegrasikan dalam program
mutu puskesmas dan
keselamatan pasien.
Pendahuluan
Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan
untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya
Manusia adalah faktor kunci keberhasilan dari suatu derajat
kesehatan manusia yang prima sehingga dalam hal ini mutlak
diperlukan pembangunan kesehatan
Sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di
Indonesia maka Puskesmas perlu mendapatkan perhatian terutama
berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas
Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari
para pegawainya serta meningkatkan fasilitas/sarana kesehatannya
untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa
layanan kesehatan
PEMBAHASAN
Pengertian Mutu
Mutu adalah mengerti dan menterjemahkan permintaan pelanggan
kepada suatu definisi tingkatan mutu dan untuk memproduksi
barang/produk atau menyediakan jasa yang sesuai dengan permintaan
pelanggan
Mutu harus direncanakan, dirancang dan dibangun ke dalam suatu
produk atau jasa yang mana mutu tidak dapat diinspeksi di dalam produk
atau jasa
Mutu adalah mengenai pencegahan bukan mendeteksi kesalahan
Mutu adalah mengenai peningkatan yang berkelanjutan dan organisasi
harus secara konstan menyadari adanya perubahan / perkembangan
baru dan peningkatan secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan
dan permintaan pelanggan yang selalu berubah
DEFINISI MUTU
Definisi Mutu oleh Lima Pakar
Juran menyebutkan bahwa mutu adalah kecocokan
penggunaan produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan
Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan
Deming mendefinisikan mutu adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar
Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya
Garvin dan Davis menyebutkan mutu adalah suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga
kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen
DEFINISI MUTU
Donabedian mengusulkan tiga definisi
mutu :
Definisi yang absolut
Definisi secara individu,
Definisi secara sosial
DEFINISI MUTU
Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, yang disatu pihak
dapat menimbulkan kepuasan kepada setiap
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata
rata penduduk, serta di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan. (Kementerian Kesehatan RI)
MUTU PELAYANAN
Mutu pelayanan dalam bidang kesehatan
langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan
identifikasi apa produk yang dihasilkan oleh rumah
sakit/organisasi penyedia pelayanan kesehatan
Produk yang dihasilkan oleh rumah sakit atau unit
pelayanan kesehatan dapat berupa barang (goods)
maupun jasa pelayanan (services). Produk pelayanan
gizi masyarakat (misalnya dalam penyelenggaraan
posyandu, apa produknya, siapa pelanggannya),
demikian juga dengan pelayanan gizi institusi (apa
produk instalasi gizi, dan siapa pelanggannya)
MUTU PELAYANAN
Berbagai alasan mengapa perlu memperhatikan mutu
pelayanan kepada pelanggan adalah sebagai berikut:
Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang
profesional
Pelayanan yang bermutu adalah hak pelanggan
Memberikan pelayanan yang bermutu berarti memberikan
yang terbaik bagipelanggan
Pelayanan yang bermutu memberi peluang untuk
memenangkan persaingan
Pelayanan yang diberikan melibatkan berbagai pihak
terkait (lintas fungsi)
Hidup mati organisasi bergantung pada pelanggan,
sehingga pelanggan perlu dipuaskan
PELANGGAN PUSKESMAS
Pelanggan suatu Puskesmas tidak hanya
pasien yang datang, tetapi meliputi:
Pelanggan eksternal, contoh:pasien,
keluarga pasien, pengunjung, pemerintah
daerah, asuransi kesehatan, dokter,
masyarakat umum, rekanan, dsb.
Pelanggan internal, contoh: tenaga profesi
yang ada di rumah sakit, karyawan rumah
sakit, maupun pihak manajemen di Dinas
Kesehatan maupun Puskesmas
DIMENSI MUTU
Pelanggan baik eksternal maupun internal
mempunyai keinginan-keinginan ataupun harapan
terhadap produk/pelayanan yang disediakan oleh
Puskesmas
Pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa
pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan
dapat dipuaskan (customer satisfaction), sedangkan
tenaga profesi mengajukan persyaratan agar
pelayanan yang disediakan memenuhi standar
profesi, sedangkan pihak manajemen menghendaki
pelayanan yang efektif dan efisien
DIMENSI MUTU
Dari pendapat beberapa ahli mutu yang memperhatikan
berbagai sudut pandang tersebut, dapat dirangkum disebutkan
ada delapan dimensi mutu (menurut Brown et al.) yaitu:
Akses terhadap pelayanan (Access): apakah akses terhadap
pelayanan mudah?
Efektivitas (Effectiveness) Apakah pelayanan dilaksanakan
secara efektif, mencapai tujuan dan kebutuhan?
Efisiensi (Efficiency): apakah pelayanan dilakukan secara
efisien baik dari segi pembiayaan dan waktu. Apakah
pelayanan gizi dilakukan secara efisien, baik dari aspek
finansial dan waktu.
Keamanan (Safety): apakah pelayanan dilaksanakan secara
aman baik pagi pasien maupun karyawan?
DIMENSI MUTU
Kontinuitas pelayanan (Continuity of care): jika
memerlukan pelayanan lanjutan, apakah pelayanan
tersebut dapat diperoleh?
Kompetensi tehnis (Technical Competence): apakah
pelayanan dilakukan oleh tenaga yang kompeten
secara tehnis? Kenyamanan (amenities): apakah
pelayanan, sarana dan prasarana memberikan
kenyamanan bagi pasien dan karyawan?
Hubungan interpersonal (Interpersonal relationship):
apakah pelayanan menunjukkan hubungan
interpersonal yang saling menghargai (respect),
perhatian, dan keramahan?
MANAJEMEN MUTU
Crosby mengemukan 4 syarat absolut untuk manajemen
mutu, yaitu:
Definisi mutu adalah patuh terhadap persyaratan
(conformance to requirements), bahwaproduk dan
pelayanan merupakan refleksi dari kepatuhan pada
standar dan terhadap apa yang diinginkan oleh
pelanggan. Menurut Crosby penerapan manajemen
mutu akan mewujudkan 10 % patuh pada persyaratan
dan 90 % merespons keinginan pelanggan
Sistem untuk menciptakan mutu adalah pencegahan:
inspeksi perlu dikurangi, yang perlu diutamakan adalah
mencegah melalui perbaikan sistem dan proses
MANAJEMEN MUTU
Standar kinerja mutu adalah zero
defects: tidak adanya kesalahan, yang
akhir-akhir ini dikembangkan melalui
pendekatan six sigma quality.
Pengukuran mutu adalah harga dari
ketidak patuhan: Produk atau pelayanan
yang tidakberkualitas memerlukan biaya
yang lebih besar dibandingkan biaya
yang digunakan untuk perbaikan mutu
LANGKAH MANAJEMEN
MUTU
Dalam melaksanakan kegiatan perbaikan mutu Crosby
mengemukakan 14 langkah-langkah :
1. Komitmen manajerial: Harus ada kejelasan bahwa para
manajer menunjukkan tanggungjawab dan keseriusan
terhadap perbaikan mutu dalam wujud fokus kegiatan,
strategi, dandukungan untuk kegiatan perbaikan mutu
2. Pembentukan Kelompok Kerja Mutu: Proses perbaikan
yang kontinyu perlu dikembangkanmelalui pendekatan
kelompok kerja
3. Pengukuran: Dalam melakukan perbaikan mutu perlu
dilakukan pengukuran data dasar danpengendalian
terhadap timbulnya variasi proses.
LANGKAH MANAJEMEN
MUTU
4. Penetapan biaya mutu: bahwa untuk perbaikan mutu
diperlukan biaya. Komponen biayamutu meliputi: biaya
pencegahan, biaya penilaian mutu, dan biaya kegagalan.
5. Kembangkan kesadaran akan mutu: perlu dikembangkan
cara untuk meningkatkankepedulian diantara karyawan
tentang perlunya melakukan perbaikan untuk mencapai
tingkatkepatuhan terhadap persyaratan dan kepuasan
pelanggan.
6. Lakukan tindakan koreksi: Perlu dikembangkan metoda
yang sistematis untuk mengatasi masalah mutu yang
diidentifikasi melalui kerja dalam tim, karyawan mencari
solusi sendiri untuk diterapkan, sehingga terjadi
pemberdayaan karyawan
LANGKAH MANAJEMEN
MUTU
7. Perencanaan cacat nihil: Meskipun para ahli
berpendapat bahwa tidak mungkin terjadisama
sekali bebas kesalahan, tetapi dengan diterapkan
perencanaan cacat nihil akan menyadarkan
karyawan bahwa selalu bisa dilakukan usaha yang
lebih baik untuk menghindari kesalahan.
8. Pendidikan dan pelatihan: perlu dilakukan diklat
agar karyawan memahami dan dapatmelakukan
proses perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Perbaikan mutu dapat dilakukan jika kompetensi
SDM ditingkatkan.
9. Penetapan hari bebas cacat
LANGKAH MANAJEMEN
MUTU
10.Penetapan tujuan yang jelas: Untuk mentranformasikan
janji dan komitmen menjadikegiatan dan perilaku, perlu
adanya kesepakatan tentang tujuan yang jelas yang ingin
dicapaiyang dirumuskan bersama.
11.Hilangkan penyebab terjadinya penyimpangan: manajer
perlu mengembangkan metoda komunikasi dalam
organisasi, sehingga situasi yang menyebabkan terjadinya
kesulitan bagikaryawan dalam mewujudkan komitmen
dalam perbaikan. Para manajer perlu tanggap untuk
mengembangkan struktur lingkungan yang mendukung
terjadinya perubahan.
12.Penghargaan: Memberikan apresiasi kepada karyawan
yang berpartisipasi dalamperbaikan mutu. People need
recognition for their efforts, simple thank you makes
difference
LANGKAH MANAJEMEN
MUTU
13.Pembentukan dewan mutu: Perlu dibentuk
komite mutu sebagai wadah berbagi
informasisecara reguler, dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
perbaikan mutu
14.Lakukan sebagai kegiatan yang terus-menerus
(do it all over again): Proses perbaikanmutu
adalah proses yang berkesinambungan.
Perbaikan mutu menuntut proses yang
dinamis,responsif terhadap persyaratan dan
standar yang diminta oleh pelanggan (PDCA)
PDCA
Langkah-Langkah perbaikan mutu menurut Shewhart dan
Deming :
Plan: perbaikan proses dapat dicapai pada tiap tingkat
organisasi. Perbaikan berfokus pada persyaratan yang diajukan
oleh pelanggan maupun input dari rekanan, pelanggan
internal. Seluruh jajaran karyawan dalam organisasi harus
mampu mengatasi masalah yang ada dalamsistem, oleh
karena itu perlu bersama-sama menyusun rencana perbaikan.
Do: Ketika inisiatif untuk melakukan perbaikan telah
direncanakan, maka inilah saatnya untuk melakukan uji coba
dalam skala kecil, segala perubahan yang terjadi diamati,
dicatat, dan dianalisis dengan alat-alat perbaikan mutu seperti
flow chart, fishbone, pareto, analisis trend, histogram, diagram
pencar, diagram kendali, dan sebagainya
PDCA
Chek/Study: Hasil uji coba dianalisis dan
didiskusikan bersama, sehingga dapat dipahami
keterkaitan antara masalah yang satu dengan
yang lain dan dapat memberikan rekomendasi
yang perlu dilakukan untuk perbaikan
Action: Berdasarkan hasil uji coba dapat diambil
keputusan untuk melakukan adopsi perubahan,
melakukan penyesuaian, atau mengembangkan
alternatif lain untuk diuji-coba lagi jika ternyata
hasil uji coba tidak menunjukkan adanya
perbaikan.
PENINGKATAN MUTU
Perbaikan/peningkatan mutu: Untuk mencapai kinerja
yang optimal, proses operasional juga harus optimal.
Kegiatan peningkatan mutu meliputi:
identifikasi proses spesifik untuk ditingkatkan
bentuk tim untuk melakukan perbaikan proses
tersebut
lakukan diagnosis dan analisis untuk mencari
penyebab dan mengidentifikasi penyebab masalah
yang utama
kembangkan kegiatan-kegiatan korektif dan preventif
lakukan uji coba dan berikan rekomendasi untuk
perbaikan yang efektif
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu: tujuan dari pengendalian mutu
adalah dokumentasi dan sertifikasi bahwa tujuan mutu
tercapai dalam kegiatan operasional. Pengendalian
mutu meliputi:
menentukan apa yang akan dikendalikan
menetapkan apa yang akan diukur
memilih metoda dan menyusun instumen pengukuran
melakukan pengukuran secara nyata
memahami dan menganalisis varians, melakukan
interpertasi kenyataan dibandingkan standar
melakukan tindakan koreksi terhadap adanya
kesenjangan antara kenyataan dan standar
HAMBATAN MANAJEMEN
MUTU
Dalam penerapan quality assurance atau quality management
akan dijumpai berbagai hambatan antara lain:
power dan tata hubungan kerja
konsekuensi dari hirarki
tidak adanya keterbukaan dan transparansi
mind set birokrasi
anggapan bahwa boss adalah hero
fiksasi pada keuntungan bisnis atau manfaat jangka pendek
ketidakpastian
Oleh karena itu perlu dikembangkan mind-set, sebagai berikut:
tata nilai yang nyata: kejujuran, dedikasi, kemurahan hati,
forgiveness
evolusi
HAMBATAN MANAJEMEN
MUTU
pemberdayaan untuk pengembangan diri dan
karyawan
komitmen dan tidak mengorbankan diri/orang lain
keterbukaan
hubungan yang bersifat kemitraan
pemahaman terhadap power
pemahaman baru tentang pengendalian (control)
hubungan kemitraan antara manajer dan anak buah
keberhasilan didefinisikan sebagai: quality of the
journey to outcomes
komunikasi yang positif
tokoh masyarakat
perwakilan pasien
perwakilan sasaran
lintas sector
Kegiatan Pokok
Rincian
Kegiatan
Sasaran
Cara
melaksana
kan
Kegiatan
Jadual
pelaksanaa
n
Penanggun
g jawab
Keterangan
Workshop mutu
Puskesmas dan KP
Workshop
Seluruh
karyawan
puskesmas
Pertemuan
15 Februari
2015
Kepala
Puskessmas
Monitoring dan
penilaian kinerja
UKM
Menyusun
indicator
Mengumpulk
an data
indicator
Menganalisis
Evaluasi
pencapaian
indicator
kinerja
Pelaporana
PENYUSUNAN
DOKUMEN YANG
DIPERSYARATKAN
DALAM AKREDITASI
4. Dokumen Kedaluwarsa
Dokumen yang dinyatakan sudah tidak berlaku oleh
karena telah mengalami perubahan/revisi sehingga
tidak dapat lagi menjadi acuan dalam melaksanakan
pekerjaan. Dokumen ini harus ada tanda/stempel
KEDALUWARSA. Dokumen induk diidentifikasi dan
dokumen sisanya dimusnahkan.
DOKUMEN AKREDITASI : Adalah semua
dokumen/regulasi internal yg harus disiapkan, yang
merupaan persyaratan yang diminta oleh standar
akreditasi.
Dibedakan :
Dokumen yg merupakan REGULASI
Rekaman: dokumen sebagai bukti
pelaksanaan kegiatan.
KEBIJAKAN :
Adalah penetapan pimpinan pada tataran strategis
atau bersifat garis besar.
Untuk penerapannya perlu disusun Pedoman / Panduan
dan Prosedur > Kejelasan langkah-langkah untuk
melaksanakan kebijakan (Peraturan / Keputusan).
Ditetapkan dengan Peraturan atau Keputusan
Pimpinan. Dapat dituangkan dalam Pasal-pasal atau
sebagai lampiran dari SK tsb.
SK = BERSIFAT INDIVIDUAL, FINAL, KONGKRET, SUDAH
MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM.
SURAT KEPUTUSAN
Format Peraturan/Surat Keputusan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah yang
berlaku atau dapat disusun sebagai berikut:
Pembukaan ditulis dengan huruf kapital:
Kebijakan : Peraturan/Keputusan Kepala
(sebutkan nama FKTP),
Nomor : ditulis sesuai sistem penomoran di
FKTP,
Judul: ditulis judul Peraturan/Keputusan tentang
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Jabatan pembuat keputusan ditulis simetris,
diletakkan di tengah margin diakhiri dengan
tanda koma (,)
Konsideran, meliputi:
Menimbang:
- Memuat uraian singkat tentang pokokpokok pikiran yang menjadi latar belakang
dan alasan pembuatan keputusan,
- Huruf awal kata menimbang ditulis
dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda
baca titik dua ( : ), dan diletakkan di bagian
kiri,
- konsideran menimbang diawali dengan
penomoran menggunakan huruf kecil dan
dimulai dengan kata bahwa dengan b
huruf kecil, dan diakhiri dengan tanda
baca (;).
Diktum:
Diktum MEMUTUSKAN ditulis simetris di
tengah, seluruhnya dengan huruf kapital;
Diktum Menetapkan dicantumkan setelah
kata memutuskan sejajar dengan kata
menimbang dan mengingat, huruf awal
kata menetapkan ditulis dengan huruf
kapital, dan diakhiri dengan tanda
baca titik dua ( : );
Nama keputusan sesuai dengan judul
keputusan (kepala), seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda baca titik ( . ).
Batang Tubuh.
Batang tubuh memuat semua substansi
Peraturan/Surat Keputusan yang dirumuskan
dalam diktum-diktum, misalnya:
Kesatu :
Kedua :
dst
Dicantumkan saat berlakunya Peraturan/Surat
Keputusan, perubahan, pembatalan, pencabutan
ketentuan, dan peraturan lainnya, dan
Kaki:
Kaki Peraturan/Surat Keputusan merupakan
bagian akhir substansi yang memuat penanda
tangan penerapan Peraturan/Surat Keputusan,
pengundangan peraturan/keputusan yang terdiri
dari:
tempat dan tanggal penetapan,
nama jabatan diakhiri dengan tanda koma
(,),
tanda tangan pejabat, dan
nama lengkap pejabat yang menanda
tangani.
Penandatanganan:
Peraturan/Surat Keputusan Kepala FKTP
ditandatangani oleh Kepala FKTP, dituliskan
nama tanpa gelar.
Mengingat:
Memuat dasar kewenangan dan peraturan
perundangan yang memerintahkan pembuat
Peraturan/Surat Keputusan tersebut,
Peraturan perundangan yang menjadi dasar
hukum adalah peraturan yang tingkatannya
sederajat atau lebih tinggi,
Kata mengingat diletakkan di bagian kiri
sejajar kata menimbang,
Konsideran yang berupa peraturan
perundangan diurutkan sesuai dengan hirarki
tata perundangan dengan tahun yang lebih
awal disebut lebih dulu, diawali dengan nomor
1, 2, dst, dan diakhiri dengan tanda baca
(;).
PEDOMAN.
Pedoman adalah :
ketentuan dasar yg memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan
Dasar untuk menentukan atau
melaksanakan kegiatan.
Mengatur beberapa hal
Panduan :
Petunjuk dalam melakukan kegiatan
Hanya meliputi satu kegiatan
I DEFINISI
IIRUANG LINGKUP
III TATALAKSANA
IV DOKUMENTASI
Logo
PUSKES
Judul SOP.
SOP
No. Dokumen
No. Revisi
Ditetapkan
Oleh Kepala
Puskesmas
Nama. NIP.
Tanggal Terbit :
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Referensi
Prosedur/ Langkah- langkah
Unit terkait
:
11
``````````````````````````
RPK
Penataan Dokumen.
Untuk memudahkan didalam
pencarian dokumen akreditasi
Puskesmas/FKTP dikelompokan
masing- masing bab/kelompok
pelayanan/UKM dengan diurutkan
setiap urutan kriteria dan elemen
penilaian, dan diberikan daftar
secara berurutan.
TATA GRAHA
Tata Graha
94
Dasar
Pemeliharaan
2.1.4.Prasarana Puskesmas tersedia, terpelihara, dan berfungsi dengan baik untuk
menunjang akses, keamanan, kelancaran dalam memberikan pelayanan
sesuai dengan pelayanan yang disediakan.
2.1.5. Peralatan medis dan non medis tersedia, terpelihara, dan berfungsi dengan
baik untuk menunjang akses, keamanan, kelancaran dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan pelayanan yang disediakan.
2.6.1. Pemeliharaan sarana dan peralatan Puskesmas dilaksanakan dan
didokumentasikan secara jelas dan akurat.,
8.3.5. Semua peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi dan diagnostik
imajing diperiksa, dirawat dan dikalibrasi secara teratur, dan disertai catatan
memadai yang dipelihara dengan baik.
8.5.1. Lingkungan fisik Puskesmas, instalasi listrik, air, ventilasi, gas dan sistem lain yang
dipersyaratkan diperiksa secara rutin, dipelihara, dan diperbaiki bila perlu,
Tata Graha
95
Dasar
Meminimalkan
resiko
2.3.13.Lingkungan kerja dikelola untuk
meminimalkan risiko bagi pengguna
Puskesmas dan karyawan.
8.2.3. Ada jaminan kebersihan dan
keamanan dalam penyimpanan,
penyiapan, dan penyampaian obat
kepada pasien serta penatalaksanaan
obat kedaluwarsa/rusak
Tata Graha
Tata Graha
96
TATA
GRAHA
5.
R.
5. S.
Tata Graha
97
5R=5S
Ringkas
= Seiri = Pemilahan
Rapih
= Seiton = Penataan
Resik
= Seiso = Pembersihan
Rawat = Seiketsu= Pemantapan/
Pemeliharaan
Rajin
= Shitsuke= Pembiasaan
Tata Graha
98
Pendahuluan
1. 5 R membantu karyawan untuk mengetahui apa yang
harus dilakukan, dan dikerjakan
2. Sinergi dan kerjasama
3. Prosedur akan dapat dilaksanakan dengan optimal jika
menerapkan 5 R
4. Organisasi yang tidak sehat sulit untuk berhasil
menerapkan 5 R
5. Bukan koreksi tetapi pencegahan
6. Utamakan inti masalah dan sadarilah bahwa masalah
tersebut penting
7. Menerapkan 5 R berarti mengupayakan efisiensi
8. 5 R membedakan manusia dengan mahluk yang bukan
manusia
9. 5 R dapat diterapkan baik dalam organisasi maupun dalam
rumah tangga
10. Akibat tidak menerapkan 5 R potensi terjadi kecelakaan, 5
R mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja
11. 5 R meningkatkan mutu perilaku
manusia
Tata Graha
99
Keunggulan/manfaat 5 R
1. 5 R merupakan langkah awal
penyempurnaan yang berkesinambungan
(Kaizen)
2. 5 R dapat dijadikan barometer
manajemen
3. 5 R beroperasi dalam prinsip
perbuatan lebih meyakinkan dari
pada kata-kata
4. 5 R mengubah cara berpikir dan
berperilaku
5. Sistem yang baik
saja tidak cukup, 101
Tata Graha
5 R sebagai prinsip
manajemen
Tempat kerja yang bersih, tertata,
teratur dan rapih merupakan tempat
yang nyaman dan menyenangkan
5 R merupakan tehnik manajemen
yang wajib diterapkan untuk
mencapai produktivitas dan
keamanan
Tata Graha
102
Tujuan 5 R
1. Keamanan (memperhatikan hal-hal
kecil membuat kerja lebih aman)
2. Efisiensi (tiga menit dapat membuat
perbedaan)
3. Mutu
4. Mencegah kemacetan
Tata Graha
103
Ringkas/pemilahan=Seiri
Ringkas atau pemilahan adalah
menyimpan barang di tempat masingmasing secara benar
Kegiatan pemilahan meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
104
Azas pemilahan
Rendah
Rata-rata
Tinggi
Frekuensi pemakaian
Metoda penyimpanan
(stratifikasi)
Buang
Simpan jauh jaun
Penyimpanan
Arsip
Tata Graha
106
107
Rapih/penataan = seiton
Tehnologi penataan:
Setelah membuang barang yang tidak
diperlukan, maka perlu penataan
dengan rapih dengan memperhatikan 3
aturan:
1. Tentukan tempat barang yang tepat
2. Tentukan bagaimana cara menyimpan
barang sehingga mudah ditemukan dan
mudah diambil ketika diperlukan
3. Taati aturan penyimpanan
Tata Graha
108
Resik/pembersihan = Seiso
RANCANGAN tiga langkah
pembersihan
1. Makro: membersihkan segala sesuatu
dan menangani penyebab keseluruhan
2. Individual : membersihkan tempat
kerja khusus dan bagian mesin khusus
3. Mikro: membersihkan bagian dan alat
khusus serta penyebab kotoran
diidentifikasi dan diperbaiki
Tata Graha
110
Rawat=pemantapan
Suatu keadaan dimana pemilahan, penataan, dan
pembersihan secara konsisten dan rutin dilakukan
Untuk dapat merawat perlu dilakukan pemantauan
(manajemen visual) sehingga permasalahan/kerusakan
dapat dideteksi secara dini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
112
Rajin/pembiasaan =
shitsuke
1. Melakukan hal yang benar sebagai
suatu kebiasaan
2. Kalau perlu gunakan check list
3. Tanggung jawab pribadi
4. Praktekkan dengan disiplin sehingga
memperkecil terjadinya kesalahan
5. Taati peraturan, prosedur, dan
instruksi kerja
Tata Graha
113
POKJA AKREDITASI
Penanggung jawab dan wakil
penanggung jawab secara otomatis
adalah Kepala Puskesmas dan
Kasubbag Tata Usaha
Keanggotaan Pokja minimal 5 orang (
1 ketua pokja, 1 sekretaris pokja, 3
tim penyusun dokumen dan 1 tim
implementasi dokumen)
Penanggung Jawab
MANAJEMEN
Mutu/QMR
MUTU DAN
(KEPALA
KESELAMATAN
Penanggung
jawab Jawab
mutuPUSKESMAS
akmen
Sekretaris
Wakil
Penanggung
Mutu / Steering Commitee
PASIEN
Auditor Akmen
Auditor UKM
Auditor UKP
Penanggung
Jawab akreditasi
POKJA
(KEPALA
AKREDITASI
Pokja
Akmen
PUSKESMAS
Sekretaris
Wakil
Penanggung
Jawab
Akreditasi (KASUBBAG TATA USAHA
Implementasi Akmen
ImplementasiUKM
Implementasi UKP