ARDIAN ADHIWIJAYA
P4200214407
i
Pelaksanaan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dalam
Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji Makassar
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
ARDIAN ADHIWIJAYA
P4200214407
Kepada
ii
iii
iv
PRAKATA
segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-NYA.
Salam dan shalawat tak lupa kita kirimkan kapada Rasulullah Muhammad
bakti dan terima kasihku yang tak terhingga kepada kedua orang tua
Tak lupa kepada adik-adik penulis Chandra Arysandi, Yenni Angraini dan
Eghi Algi Fari yang telah memanjatkan doa agar penulis bisa
menyelesaikan pendidikan.
v
Tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
Elly L. Sjattar, Skp., M.Kes dan Prof. dr. Rosdiana Natsir., PhD selaku
S.Kep., Ns., MN., Ph.D, dr. Cahyono Kaelan, Ph.D., Sp.PA(K), Sp.s, Dr. dr.
bermanfaat bagi semua pihak dan juga semoga Allah SWT membalas
semua pihak yang telah berjasa kepada penulis selama penulis menempuh
Ardian Adhiwijaya
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................. iii
ABSTRACT .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
A. Tinjauan Teori dan Konsep ............................................................... 7
1. Tinjauan Umum Tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ...... 7
a. Konsep dasar pencegahan pengendalian infeksi (PPI) ................... 7
b. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi .............................. 7
c. Ruang lingkup PPI ........................................................................... 8
d. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya ............................... 10
e. Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ....................... 12
f. Monitoring, evaluasi dan Pelaporan .............................................. 24
3. Faktor Yang Dibutuhkan Agar Program Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Dapat Berhasil Dan Efektif
Manajemen ....................................................................................... 25
a. Manajemen ................................................................................... 25
b. Organisasi (Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) ........ 33
ix
c. Pendekatan manajemen dalam organisasi/komite pencegahan dan
pengendalian Infeksi di rumah sakit ............................................. 35
4. Teori dan Konsep Desain Penelitian Kualitatif Pendekatan
Fenomenologi ................................................................................... 46
B. Kerangka Teori.................................................................................. 48
1. Reasons’s model........................................................................... 48
2. Health-care Associated Infections (HAIs)...................................... 50
3. Pendekatan Model Donabedian (1969)......................................... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 59
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 59
B. Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti ............................................... 59
C. Lokasi Penelitian ............................................................................. 60
D. Sumber Data ................................................................................... 60
E. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................ 63
F. Tekhnik Analisa Data....................................................................... 63
G. Etik Penelitian .................................................................................. 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 69
A. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 69
1. Tema 1: Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi 73
2. Tema 2: Peningkatan pengetahuan tentang infeksi 76
3. Tema 3: Manfaat pelaksanaan PPI 77
4. Tema 4: Kendala dalam penerapan PPI 79
5. Tema 5: Alternatif pemecahan masalah 83
6. Tema 6: Harapan untuk pelaksanaan kegiatan PPI yang lebih
efektif 86
B. PEMBAHASAN ................................................................................ 88
1. Tujuan 1: Eksplorasi pengalaman tim PPI dalam
pelaksananaan pencegahan infeksi. 88
2. Tujuan 2: Eksplorasi kendala yang dihadapi dalam
pelaksanakan PPI serta strategi yang digunakan dalam
menghadapi kendala tersebut. 91
x
3. Tujuan 3: Eksplorasi harapan untuk pelaksanaan PPI 97
C. KETERBATASAN PENELITIAN ...................................................... 99
BAB V PENUTUP ............................................................................... 101
A. KESIMPULAN ............................................................................... 101
B. SARAN .......................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 104
LAMPIRAN ....................................................................................... 1048
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Pemakaian
Pertama Kali
SINGKATAN Nama pada halaman
xv
K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 13
SPO Standar Prosedur Operasional 15
KLB Kejadian Luar Biasa 15
SDM Sumber Daya Manusia 15
D3 Diploma tiga 18
APD Alat Pelindung Diri 21
VAP Ventilator Associated Pneumonia 22
POAC Planning, Organizing, Actuating, Controlling 25
AS/NZS Australian Standard/New Zealand Standard 52
ISO International Organization for Standarization 52
KKP-RS Komite Keselamatan Pasien - Rumah Sakit 55
UCLA University California Los Angeles 63
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah sakit dapat dinilai dari berbagai indikator, salah satunya melalui
penilaian terhadap infeksi. Infeksi silang yang berasal dari rumah sakit
Infeksi ini bisa datangnya dari tubuh pasien sendiri, kontak dengan
rata-rata 8,7% pasien dari rumah sakit tersebut mengalami HAIs (World
sakit.
point prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh
Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
(ILO) sebesar 18,9%, Infeksi Saluan Kemih (ISK) 15,1%, Infeksi Aliran
1
Darah Primer (IADP) 26,4%, pneumonia 24,5% dan infeksi saluran nafas
lain 15,1% serta infeksi lain 32,1%. Sebesar 9,8% pasien rawat inap
bulan Januari - Desember 2016 terjadi 150 kasus infeksi karena jarum
phlebitis.
Infeksi yang sering terjadi di rumah sakit adalah infeksi plebitis, ILO
nosokomial pada pasien rawat inap adalah 1,5% (Depkes RI, 2008). Hal
salah satu unsur penting yang wajib ada di Rumah Sakit, berdasarkan
2
Hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
RSUD Labuang Baji Makassar adalah salah satu rumah sakit milik
pemerintah kelas B yang telah memiliki Komite PPI sejak tahun 2015
3
petugas kesehatan dalam melakukan PPI yaitu karena tekanan waktu,
B. Rumusan Masalah
infeksi.
Baji Makassar, hal in perlu menjadi perhatian oleh pihak rumah sakit agar
kurang, hal ini bertolak belakang dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
Komite PPI yang mulai berjalan tahun 2015 di RSUD Labuang Baji
Makassar masih tergolong baru, hal ini bisa saja menjadi penyebab
masih adanya kejadian infeksi dan atau masih banyaknya perawat yang
4
telah dilaksanakan oleh Komite PPI, namun pengalaman anggota PPI
Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
c. Mengeksplorasi harapan tim PPI dalam melaksanakan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat aplikatif
2. Manfaat keilmuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk
penggunaan antibiotika
penularan).
8
a) Kewaspadaan Standard
1) Cuci tangan
desinfeksi, sterilisasi)
7) Penempatan
8) Kesehatan karyawan
9) Etika batuk
1) Airbone
2) Droplet
3) contact
3. Surveilans
9
d. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
cost effectiveness.
Kriteria Pendukung :
karyawan.
10
c) Pelaksanaan program PPI dilakukan evaluasi dan tindak
disempurnakan.
Kriteria pendukung :
pengelola kegiatan PPI yang terdiri dari komite dan Tim PPI
Utama/Direktur.
lainnya.
11
e. Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
dimaksud agar sumber daya yang ada di rumah sakit dan fasilitas
Kriteria :
anggota
12
1) Dokter wakil dari tiap SMF (Staf Medis Fungsional)
4) Laboratorium
5) Farmasi
6) Perawat PPI/IPCN
7) CSSD
8) Laundry
10) Sanitasi
b) Tim PPI terdiri dari perawat PPI/IPCN dan 1 (satu) dokter PPI
rumah sakit.
epidemiologi Klinik
13
DIREKTUR UTAMA /
DIREKTUR
TIM PPI
A.1 DIREKTUR
Tugas Direktur
nosokomial
nosokomial
14
5. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian
komite PPIRS
PPIRS.
tersebut.
15
6. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
11. Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada
Direktur.
resistensi antibiotika.
16
17. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
PPI.
Kriteria IPCO :
Tugas IPCO :
resistensi antibiotika
17
5. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
Kriteria IPCN :
PPI
18
6. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah
rasional
lainnya
kepatuhan PPI
PPI
14. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan
prinsip PPI
tentang PPIRS
19
16. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
Kriteria IPCLN :
Tugas IPCLN :
20
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam
raoat rutin
1. Kebijakan Manajemen
1) Kebersihan tangan
21
3) Peralatan perawatan pasien
4) Pengendalian lingkungan
7) Penempatan pasien
Pneumonia, VAP
2. Kebijakan Tekhnis
22
b. Ada SPO penggunaan alat pelindung diri (APD)
1) Tim PPI
sejenisnya
23
d. Semua karyawan baru, mahasiswa, PPDS harus mendapatkan
orientasi PPI.
1) Monitoring
2) Evaluasi
3) Laporan
24
3. Faktor Yang Dibutuhkan Agar Program Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Dapat Berhasil Dan Efektif
Manajemen
a. Manajemen
2008).
pengendalian (controlling).
25
1) Proses Manajemen
26
2) Fungsi Manajemen
mencapai tujuan.
a) Perencanaan (Planning)
27
paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan alat
(Swansburg, 1996).
b) Pengorganisasian(Organizing)
28
yang penting adalah adanya rantai komando, kesatuan
c) Pengarahan (actuating)
29
mendukung lingkungan yang memotivasi staf, mendukung
d) Pengendalian(controlling)
30
dan Ajzen (1975) dalam Cohen, 2000 meyakini bahwa sikap
31
interpersonal yang baik akan dapat menurunkan stres karena
1996).
(Longest, 1996).
32
b. Organisasi (Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
sakit.(Haley, 1998).
33
wewenang: tiap anggota harus mengetahui batas kewenangan serta
34
yang ada di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap sistem terdiri atas lima unsur yaitu :
Setiap sistem terdiri atas lima unsur yaitu : input, proses, output, controll
1) Input
a) Komitmen Pimpinan
35
menuju prestasi. Komitmen dapat diartikan sebagai janji atau
36
2) Melakukan eksperimen, mengambil resiko, dan belajar dari
wawasan pemimpin.
pengumuman.
37
8) Memperkuat orang dengan memberikan kekuasaan,
b) Kepemimpinan
38
tujuan organisasi tersebut (Stoner, 1995; Wiroatmojo, 1994;
Philpot, 1994).
karena terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan profesi. Oleh sebab
kelompoknya.
mengadaptasi diri.
39
Sebagai pemimpin kelompok seseorang berperan mendorong
yang dipimpinnya.
c) Kerjasama
2006).
sama seperti sumber daya lain yang ada dalam rumah sakit.
40
aktivitas sebuah kerjasama tim, meskipun pada kondisi tertentu
saja.
yang sama.
d) Komunikasi
41
pengarahan dan pengawasan sehingga mampu menggerakan
1) Pengawasan
2) Motivasi
infeksi
3) Ekspresi emosi
social
42
4) Informasi
bersifat informasi.
yaitu:
melakukan feedback.
43
dan bisa melalui laporan, buletin intern yang memuat kegiatan-
2) Proses
3) Output
44
rumah sakit tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang
4) Control
5) Feedback
45
4. Teori dan Konsep Desain Penelitian Kualitatif Pendekatan
Fenomenologi
kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada
itu terjadi. Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian
mengkaji secara mendalam isu sentral dari struktur utama suatu objek
kajian dan selalu bertanya "apa pengalaman utama yang akan dijelaskan
46
memperlihatkan fenomena serta mencari makna dari pengalaman
informan.
kesehatan.
47
B. Kerangka Teori
1. Reasons’s model
48
Tipe Faktor Faktor yang berkontribusi
c. Dukungan administratif dan
manajerial
d. Lingkungan fisik
Faktor organisasi dan a. Sumber dan kendala
manajemen keuangan
b. Struktur organisasi
c. Kebijakan, standar dan
tujuan
d. Budaya dan prioritas
keselamatan
Faktor institusi a. Faktor Konteks ekonomi dan
regulasi
b. Eksekutif layanan kesehatan
nasional
c. Link dengan organisasi
eksternal
(Reproduced from British Medical Journal, Charles Vincent, Sally
Taylor-Adams, Nicola Stanhope.‘‘Framework for analysing risk and
safety in clinical medicine’’. 316, no. 7138,[1154–1157], 1998, with
permission from BMJ Publishing Group Ltd.)
terhadap praktik klinik dan hasil yang dicapai. Faktor pasien seperti
kesehatan.
49
Faktor petugas (individu) meliputi pengetahuan, keterampilan
staf atau petugas kesehatan adalah bagian dari tim di dalam unit
rawat inap, dan bagian dari organisasi rumah sakit. Cara seorang
50
kematian dan peningkatan morbiditas antara pasien yang
yaitu:
51
ruangan atau isolasi, kehilangan pendapatan, bahaya, cacat atau
kematian
wabah)
g. Merugikan masyarakat
52
Menghindari risiko
Adakah proses alternatif atau prosedur yang dapat
Meyakinkan bahwa risiko diidentifikasi, dianalisis, dan diatasi mengeliminasi risiko
Evaluasi risiko
53
tingkat dan fasilitas yang mendukung untuk program pencegahan
54
Tabel 2.2 Matrix risiko
memungkinkan
55
c) perlakuan resiko diimplementasikan secara efektif.
a. Struktur
b. Proses
56
c. Outcome
pasien.
pada HAIs (Lardo et al., 2016) dan pendekatan teori dari Donabedian
sebagai berikut :
57
Struktur Proses Outcome
Faktor yang berkontribusi Proses Manajemen Risiko pada HAIs (Lardo et al., 2016) Short outcome Kualitas
dalam praktik klinis untuk pelayanan meningkat ditandai
Menghindari risiko dengan:
keselamatan di rumah sakit
Adakah proses alternatif atau prosedur yang dapat 1. Pemeriksaan dan tindakan ke
(Vincent, Taylor-Adams & mengeliminasi risiko
Stanhope 1998): pasien lebih cepat
2. Kesehatan pasien meningkat
1. Faktor pasien
Jika risiko tidak dapat dieliminasi, harus dikelola 3. Kepuasan pasien meningkat
Evaluasi risiko
METODOLOGI PENELITIAN
masing informan dengan bersikap jujur dan terbuka tentang tujuan dan
59
melakukan pengumpulan data, analisis data, serta membuat
C. Lokasi Penelitian
Makassar yang terdiri dari Sembilan ruang perawatan. Hal ini dilakukan
penelitian ini berdasar pada survey awal yang dilakukan dan beberapa
salah satu rumah sakit daerah provinsi yang menjadi pilihan masyarakat
untuk berobat, termasuk pula sebagai salah satu rumah sakit tertua di
D. Sumber Data
60
1. Informan
atau IPCLN)
61
kelompok yang dipelajari dan secara generalisasi terdiri atas
2. Dokumen
62
meliputi pengecekan laporan Surveilans, SPO tentang
yaitu anggota tim PPI yang terdiri dari IPCN dan IPCLN selama 60-
wawancara.
63
yang dikembangkan oleh Colaizzi, 1978 (dikutip dalam Streubert &
pelayanan kesehatan
dikelompokkan.
64
8. Melakukan validasi makna dengan informan dengan cara peneliti
informan.
G. Etik Penelitian
Dignity)
65
manfaat penelitian, prosedur, resiko penelitian, keuntungan yang
penelitian.
66
formulir informed consent, jika ia menyetujui ikut serta dalam
penelitian.
inclusiveness)
67
4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan
penelitian.
5. Confediantiality
68
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
kesehatan di RSUD Labuang Baji Makassar. Pada bab ini, hal pertama
Labuang Baji Makassar terkhusus pada TIM PPI yaitu 3 IPCN dan 9
69
penelitian ini bukan nama asli informan. Setiap informan diberi kode
masing-masing.
sebagai berikut :
2015.
2015.
2015.
2016.
70
tahun, jenis kelamin perempuan, dengan lama kerja sebagai IPCLN
tahun 2016.
2016.
tahun 2016.
tahun 2016.
71
11. CLN08/I adalah seorang kepala ruangan yang juga bertugas
2015.
jenis kelamin laki-laki, dengan lama kerja sebagai IPCLN sejak tahun
2015.
menunjukkan enam tema yang disusun dari beberapa sub tema yang
Makassar.
dan pengendalian infeksi, tema ini dibentuk dari sub tema monitoring
Tema 3 adalah manfaat pelaksanaan PPI, tema ini dibentuk dari sub
72
kasus infeksi yang tidak berkelanjutan. Tema 5 adalah alternatif
yang lebih efektif, tema ini dibentuk dari sub tema harapan untuk
Tema ini dibentuk dari tiga sub tema yaitu monitoring evaluasi
terjadinya infeksi.
73
monitoring. Pernyataan informan diantaranya diungkapkan sebagai
berikut :
pasien atau dengan melihat data pada buku status pasien yang
dicatat oleh perawat jaga pada saat itu. Informan juga menyatakan
74
mahasiswa praktek. Studi dokumen didapatkan adanya formulir
75
cara yang dilakukan misalnya memastikan penggunaan APD (alat
Tema ini dibentuk dari satu sub tema yaitu peningkatan pengetahuan
tentang infeksi.
terlibat dalam tim PPI, karena untuk menjadi anggota tim PPI
76
dimiliki informan dibagikan kepada perawat yang ada di
Tema ini dibentuk dari dua sub tema yaitu bermanfaat untuk petugas
77
pengetahuan yang mereka miliki tentang infeksi bermanfaat bagi
78
“manfaatnya banyak karena semua bisa terkoordinir,
yang sampah dulunya misalnya tidak terkoordinir yang
dipilah-pilah sekarang bisa. Infus yang dulunya
dibiarkan saja tidak ada pencatatan pelaporan untuk
bikin BOR, maksudnya bikin pelaporan pasien”
(CLN01/V)
Tema ini dibentuk dari tiga sub tema kurang tersedianya sarana dan
79
infeksius, namun distribusi kantong sampah tersebut tidak lancer
sampah jarum tidak masukkan dalam safety box, hal ini beresiko
80
yang biasanya ada, biasa diganti dengan jerigen
karena habis” (CLN01/V)
81
semua orang bisa menerima tapi karena basic yah
harus tetap melakukan pekerjaan mau menerima mau
tidak mau kita edukasi” (CN03/H)
tidak terekam dalam form yang disiapkan oleh tim PPI, sehingga
82
“Biasanya kalau dari segi pemahaman kan disini
apalagi kalau yang bangsal, masih ada maksudnya
kalau dari pasien biasa belum mengerti bagaimana
sebenarnya. Kalau dari rekan-rekan teman biasa
masih ada yang kurang peduli misalnya untuk
membantu kita melihat. Kan tidak selamanya kita 24
jam. Biasa ada yang terlewatkan. Untuk infusnya
misalnya, apakah karena sudah terlalu sibuk ataukah
dilupami yang mana pasien kemarin ini” (CLN01/V)
Tema ini dibentuk dari dua sub tema yang didapatkan dari hasil
a. Improvisasi alat
83
kantung sampah plastik berwarna untuk pemilahan sampah
84
PPI mereka melakukan pendekatan interpersonal kepada
85
c. Memberikan teguran langsung
sebagai berikut :
efektif
Tema ini dibentuk dari dua sub tema yaitu harapan untuk sesama
86
observasi ke tiap ruang perawatan dan mengadakan pelatihan
87
dengan cara menjamin ketersediaan sarana dan prasarana
B. PEMBAHASAN
pencegahan infeksi.
88
hubungan antara pengetahuan yang baik tentang infeksi dengan
89
IPCN untuk menilai tingkat infeksi di RSUD Labuang Baji. Selain itu,
kompetensi perawat.
90
manfaat. Manfaat dirasakan oleh petugas kesehatan khususnya
PPI, maka pelaporan kejadian infeksi lebih rapi dan jalur pelaporan
baik. Selain itu, pemilahan sampah infeksius dan non infeksius lebih
91
a. Kendala dalam pelaksanakan PPI
manajemen.
92
kesehatan memiliki persepsi yang berbeda tentang PPI,
Hal ini terkait dengan kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM)
tim PPI. Seperti yang didapatkan oleh Nelwan, Madagi dan Boky
93
ketua tim perawatan yang beban kerjanya sudah banyak,
pelaporan.
94
mempengaruhi praktik pengendalian infeksi yang buruk di
95
Penelitian ini juga menunjukkan strategi lain yang
Dawson, 2003).
Perdalin, 2008). Dalam hal ini, IPCN dan IPCLN mencoba untuk
96
IPCLN, setiap kenaikan variabel supervisi 1% maka variabel
yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih
kesehatan dan untuk pihak rumah sakit agar pelaksanaan PPI dapat
97
IPCLN berharap agar IPCN lebih meningkatkan monitoring dan
house training) sudah dilakukan dan wajib diikuti oleh seluruh IPCLN
saat awal diberi tugas memberikan output yang baik yaitu program
98
terhadap employee performance (kinerja pegawai) bersama-sama
C. KETERBATASAN PENELITIAN
99
1. Pembatasan pemilihan informan yang hanya mengambil IPCLN
100
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tim PPI meliputi IPCN dan IPCLN terlibat dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi.
pelaksanaan PPI di RSUD Labuang Baji tetap berjalan karena tim PPI
101
pelaksanaan PPI di RSUD Labuang Baji sehingga dapat
B. SARAN
102
sakit. Selain pemberian pelatihan secara berkala juga perlu
103
DAFTAR PUSTAKA
Adinma ED, Ezeama C, Adinma JI, Asuzu MC. (2009). Knowledge and
practice of universal precautions against blood borne pathogens
amongst house officers and nurses in tertiary health institutions in
Southeast Nigeria. Niger J Clin Pract.12:398–402
Agustin. C.R, Amri. C & Suyanto. A. (2017). Pemaanfaatan Limbah Jerigen
Menjadi Safety Box Di RSUD Wates. Sanitasi, Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol.8 No.4, Mei 2017, Hal 158 – 163.
Al-Amri, N. M. (2015). Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M.
Djoelham Dalam Implementasi Sistem Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Tahun 2015. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ariyani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang
mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patient safety
di Instalasi Perawatan Intensif Di RSUD Moewardi Surakarta.,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R.
(1956). Taxonomy of educational objectives, handbook I: The
cognitive domain: New York: David McKay Co Inc.
Charalambous, L. (1995). Development of the Link-Nurse Role in Clinical
Setting. Nurse Times, vol. 91, pp. 36–7
Dawson, S.J. (2003). The Role of the Infection Control Link Nurse. Journal
of Hospital Infection, vol. 54, pp 251–257
Depkes, RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety): Jakarta.
Depkes, RI. (2008). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit
(patient safety). Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI., (2010). Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit.
Jakarta: Kemenkes RI
Depkes dan Perdalin. (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya. Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Jakarta
Farooq, M., dan Khan, M.A. (2011). Impact of Training and Feedback on
Employee Performance, Journal Far East of Psychology and
Business. vol. 5 (1), pp. 23–33.
Ginting, D. S. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Kemampuan Perawat
Dengan Penerapan Standar Joint Commission International Tentang
104
Keselamatan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsup. H. Adam
Malik Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hasibuan, D. C. (2015). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan
Pasien (Patient Safety) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hasibuan, M. (2005). SP.(2005) Manajemen Sumber Daya manusia. Edisi
Revisi. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
Irwanto, H. (2008). Potensi, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Pajak
Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Kepahiang. Tesis Program
Magister Perencanaan Pembangunan, Universitas Bengkulu, tidak
dipublikasikan.
Iliyasu, G., Dayyab, F. M., Habib, Z. G., Tiamiyu, A. B., Abubakar, S.,
Mijinyawa, M. S., & Habib, A. G. (2016). Knowledge and practices of
infection control among healthcare workers in a Tertiary Referral
Center in North-Western Nigeria. Annals of African Medicine, 15(1),
34–40. http://doi.org/10.4103/1596-3519.161724
Kemenkes. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/Viii/2011 Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Jakarta.
Kermode M, Jolley D, Langkham B, Thomas MS, Holmes W, Gifford SM.
(2005). Compliance with Universal/Standard Precautions among
health care workers in rural North India. Am J Infect Control. 33:27–
33
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2009). Leadership roles and management
functions in nursing: Theory and application: Lippincott Williams &
Wilkins.
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan: teori dan aplikasi. Jakarta: EGC.
Mitchell, T. M. (1982). Generalization as search. Artificial intelligence, 18(2),
203-226.
Muchlas, M., & KJ, S. (1998). Hubungan antara nilai potensi motivasi (NPM)
dengan kepuasan kerja perawat (Akper) di Rumah Sakit Umum
Pusat Persahabatan Jakarta. Universitas Gadjah Mada.
Munzenmaier, C., & Rubin, N. (2013). Bloom’s taxonomy: What’s old is new
again. The Elearning Guild. Santa Rosa.
Mustariningrum DLT, Koeswono M & Ahsan. (2015). Kinerja IPCLN dalam
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit: Peran
Pelatihan, Motivasi Kerja dan Supervisi. Jurnal Aplikasi Manajemen
(JAM) Vol 13 No 4, Desember 2015: 643-652.
105
Nelwan. Renatta M, Mandagi Chreisye K. F, Boky Harvani. 2017. Analisis
Pelaksanaan Program Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di
RSUP Ratatotok Buyat Tahun 2017. (Online)
https://ejournalhealth.com/index.php/medkes/article/viewFile/253
/245. Diakses tanggal 06 November 2017.
Nivalinda, D., Hartini, M. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi
Perawat dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap
Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana
Pada Rumah Sakit Pemerintah di Semarang. Jurnal Manajemen
Keperawatan, 1(2).
Notoadmodjo, S. (2007). Pengantar Ilmu Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku, Jakarta. Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodelogi penelitian kesehatan (Revisi ed.).
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, F. E. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta, Salemba
Medika.
Ogoina D, Pondei K, Chima G, Isichei C, Gidado S. (2015). Knowledge,
attitude and practice of standard precautions of infection control by
hospital workers in two tertiary hospitals in Nigeria. J Infect
Prev. 16:16–22.
Okechukwu EF, Modteshi C. (2012). Knowledge and practice of standard
precautions in public health facilities in Abuja, Nigeria. Int J Infect
Control. 8:1–7.
Puspasari Y. (2015). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktik
Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap
Rumah Sakit Islam Kendal. Fikkes Jurnal Keperawatan. Vol. 8 No. 1
Maret 2015 : 23 – 43.
Ramadhan, S. (2016). Peranan Kepemimpinan Klinik (Clinical Leadership)
Dalam Implementasi Patient Safety Di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Reda AA, Fisseha S, Mengistie B, Vandeweerd JM. (2010). Standard
precautions: Occupational exposure and behavior of health care
workers in Ethiopia. PLoS One. 5:e14420
Reksohadiprodjo, S., & Handoko, T. H. (2001). Organisasi Perusahaan
Teori struktur dan perilaku. Edisi Kedua, cetakan Ketigabelas, BPFE
Yogyakarta.
106
Simanjuntak, P. (2011). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Suarli & Bachtiar. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Suarnianti, Martiana, T., & Damayanti, N. A. (2016). Effects of Self-
Justification on and Nurses’ Commitment to Reducing the Risk of
Disease Transmission in Hospitals. Pakistan Journal of Nutrition,
15(4), 324-327.
Sugeng, Abdul Ghofur, Lilik Kurniawati. (2017). Hubungan Pengetahuan
Dan Sikap Perawat Dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatigajawa
Tengah. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. (online)
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/187/1/Sugeng-jurkep.pdf diakses
tangggal 06 November 2017.
Sunyoto, D. (2012). Sumber Daya Manusia Praktik Penelitian. Yogyakarta:
CAPS (Centre For Aademic Publishing Service).
Susanto, A. (2013). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang
Program Patient Safety di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Karya
Bhakti Bogor. Universitas Indonesia, Jakarta.
Triwibowo, C. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Jakarta: Tim.
Utarini, A. (2011). Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia: Sistem
Regulasi yang Responsif. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Kedokteran. Yogyakarta.
W, W. J., Luthans, F., & Hodgetts, R. (1970). Who Really Are Promotables.
Personnel Journal, 49(2), 123-127.
Wagner, L. M., Capezuti, E., & Rice, J. C. (2009). Nurses' Perceptions of
Safety Culture in Long‐Term Care Settings. Journal of Nursing
Scholarship, 41(2), 184-192.
Winardi, J. (2007). Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Zuhrotul A & Satyabakti P. (2013). Surveilans Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Menurut Komponen Surveilans Di Rumah Sakit X Surabaya Tahun
2012. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013:
254–265.
107
Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Komite Etik Universitas
Hasanuddin
108
Lampiran 2. Surat keterangan izin pengambilan data Rumah Sakit
Umum Daerah Labuang Baji Makassar
109
Lampiran 3. Surat keterangan selesai penelitian
110
Lampiran 4. Lembar penjelasan untuk responden
Peneliti utama
Ardian Adhiwijaya
111
Lampiran 5. Lembar persetujuan menjadi responden
112
Lampiran 6. Pedoman wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
KARAKTERISTIK INFORMAN
1. Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
2. Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang Baji?
3. Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
4. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya, pelatihan
apa?
5. Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di Komite
PPIRS RSUD Labuang Baji?
PERTANYAAN
1. Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
2. Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?
3. Apa saja yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?
4. Pengalaman apakah yang Anda dapatkan sejak menjadi IPCN/IPCLN?
5. Apa tantangan/kendala yang Anda hadapi dalam menjalankan tugas
sebagai IPCN/IPCLN?
6. Bagaimana pengaruh dari kendala tersebut dalam pelaksanaan tugas
IPCN/IPCLN?
7. Strategi apa yang Anda lakukan dalam menghadapi kendala tersebut?
8. Apa manfaat yang Anda rasakan dengan adanya tim PPI?
9. Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?
113
Lampiran 7. Transkrip wawancara
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CN01
Inisial :N
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I 2016
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I D3 Kep
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I Kan keselamtan pasien itu bagian SKP tapi kami juga masuk dalam
bagian itu, karena itu karena kalau ada terkena pajanan atau
tertutsuk jarum, itu semua
114
P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi
IPCN/IPCLN?
115
TRANSKRIP WAWANCARA
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I 2016
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I S1 Keperawatan
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Ada kursus dasar PPI, Pendalin, Workshop dari dinas kesehatan
P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di
Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?
I Purna waktu
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I IPCN itu salah satu sebagai tolak ukur atau dia yang paling pertama
sebagai pencegahan infeksi di rumah sakit. Nah disitu dia
mengawasi, memonitoring bagaimana agar pencegahan infeksi itu
berjalan dengan baik. Selain itu ya memotivasi, mengawasi dan
koordinasi.
P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?
116
I Selain menjalankan tugas, kita juga bisa lebih waspada terhadap
infeksi yang bisa terjadi sama kita sendiri, eee lebih banyak tau juga
tentang infeksi nosocomial.
P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi
IPCN/IPCLN?
I Ehmmm kalau kami sih mau supaya PPI bisa kerja lebih baik lagi,
kantong sampah bisa selalu ada sama pihak manajeman, supaya
bukan kami ayng diminta terus sama teman. Agar lancara kerjaan
PPI. Semua teman di ruangan bisa mengerti kerjaan kita, ini juga
untuk perbaikan layanan, bukan kami ingin menyuruh-nyuruh saja,
tapi memang sudah kerjaan.
117
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CN03
Inisial :H
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I 2014
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I S1 kep
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Tidak ada.
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I Kalau fungsi peran IPCN itu dalam buku pedoman manjer ada 17,
setiap hari mengawasi keadaan di RS ttg PPI tttg penerapan SOPm,
banyak sih banyak sekali kalau peran PPI, misalnya audit, monev
iqra, paling banyak ttg audit, cuci tangan monev APD, semua ttg
eneraooan kewaspadaan isolasi
P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?
I
P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi
IPCN/IPCLN?
118
I Ranah PPI kan seluruh RS, kantin dan semuanya, kan
pengalamannya istilahnya kita mau mengurusi dapurnya orang,
semua instalaasi, jadi bisa ebih paham semuanya, kita harus tau
semuanya, jadi lebih pahammisalnya bgmn engolahan makanan,
pengolahan lanundry, sebagai IPCN harus tahu semua
P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi
IPCN/IPCLN?
I Yah kita edukasi lagi mereka, misalnya ada yang belum paham kita
berikan lagi pemahaman seusia kemmapuan kita, ada yang belum
melaksanakan kita bombing lagi suaya dilakasanakan k=tugas
masing2
P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
I
P Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?
119
TRANSKRIP WAWANCARA
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I 1 Tahun Lalu
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I S.Kep.,Ns
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Tidak
P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di
Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?
I Ketua TIM
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I Yang setau saya sih untuk mengetahui berapatingkat misalnya itu
infus ada yang phlebitis, kateter, tentang apa lagi. Ituji yang dua yang
saya anu. Tentang phlebitis pemasangan infus. Berapa pasien yang
phlebitis, di area mana phlebitis. Begitu.
P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?
I Ya dengan mengobservasi pasien yang setiap hari melihat pasien
infus kita observasi misalnya ada kemerahannya kalau phlebitis,
bagaimana apakah ada tingkatannya. Seperti ituji.
P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?
I Keselamatan pasien, memasang gelang identitas. Biasanya begitu.
5 benar. Pemberian obat, benar pasien, benar dosis.
P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi
IPCN/IPCLN?
I Pengetahuan pasti ada bertambahlah dari tidak tau menjadi tau
tentang bagaimana keselamatan pasien, untuk pencegahan infeksi.
Seperti itu.
P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi
IPCN/IPCLN?
I Biasanya kalau dari segi pemahaman kan disini apalagi kalau yang
bangsal, masih ada maksudnya kalau dari pasien biasa belum
120
mengerti bagaimana sebenarnya. Kalau dari rekan-rekan teman
biasa masih ada yang kurang peduli misalnya. Untuk membantu kita
melihat kan tidak selamanya kita 24 jam. Biasa ada yang
terlewatkan. Untuk infusnya misalnya. Apakah karena sudah terlalu
sibuk ataukah dilupami yang mana pasien kemarin ini. Faktor tenaga
juga, safety box juga masih ada yang belum peduli. Kerjasamaji
kalau kita berhadapan tapi biasa dilapangannya begitu. Pemisahan
sampah-sampahnya begitu. Sudah ditulis sudah dipisahkan tapi
biasanya ini. Kalau hand hygiene dokternya biasa disuruh tapi siapa
yang mau selalu suruh dokternya hand hygiene kecuali yang
mungkin bisa diajak kolaborasi toh dan itu masih kurang karena alat
APD juga masih terbatas. Jangankan APD yang biasa saja kantong
sampah yang kuning hitam itukan biasa disediakan dan biasa
kosong-kosong. Safety box yang biasanya ada, biasa diganti
dengan jerigen karena habis.
P Bagaimana pengaruh kendala tadi dalam pelaksanaan tugas
IPCN/IPCLN?
121
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN02
Inisial : As
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I S.Kep.,Ns
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Pernah PPI TB
P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di
Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?
I Kepala Ruangan
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
122
dipasangi langsung di cekhlist semua phlebitis, waduh meningkatki
anu phlebitisku nanti. Biasa langsung kalau pagi-pagi ke kamar
pasien, kan di dalam status itu ada memang berkas setiap pasien
baru dikasih masuk itu daftar phlebitis, dari situ selalu kita control dia
phlebitis betul atau tidak. Sama dengan pemisahan sampah kalau
pagi-pagi setiap operan langsung kita lihat, karena kalau salah
masuk lagikan tim PPI biasa turun.
P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?
123
P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
I Manfaatnya itu besar, karena dengana danya PPI itu ada yang bisa
mengontrol keselamatan pasien. Kayak sekarang kita sudah tau
jalurnya kemana kalau tertusuk jarum, lebih bagus. Dulu-dulukan
diam-diam saja. Sekarang kita harus bicara.
P Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?
I PPI itu lebih sering turun terus sarana prasarana disiapkan terus
kayaknya pelatihan masih mau ditingkatkan karena masih banyak
teman-teman yang belum pelatihan tentang PPI. Kalau kayak kitaji
mau diskusi mungkin nda anu tapi kalau kita pelatihan ada
prakteknya, dikasih Tanya bagaimana cara mencampur ini, klorin
apa. Itukan ada. Beda efeknya. Siapa tau kamu mau melaksanakan
pelatihan, anu toh in house training sekali-kali maksudnya.
124
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN 03
Inisial :M
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I S1
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Perawat pelaksana
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
125
P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi
IPCN/IPCLN?
I Kalau mahasiswa itu sih setiap masuk kami tetap berikan bimbingan.
Ini sampah tidak tercampur. Biasanya lembaran dilampirkan di
status pasien jadi kalau teman-teman menulis pasti dia buat juga.
Kami lihat dibuku laporan kembali.
P Apa manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya tim PPI?
126
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN04
Inisial : Bi
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I Setahun lebih
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I D3 Kebidanan
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Bidan pelaksana
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I Saya kumpulkan data tiap hari, cek pasien yang terpasang infus,
terpasang kateter, saya mendatangi kapan pemasangannya, lihat
tanda-tandanya dan ada phlebit atau tidak. Kalau kateter
penempatannya sesuai atau tidak, jumlah urin keluaran dengan
masuknya cairan.
P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?
127
I Pengalaman, masalah-masalah yang biasa terjadi pada saat seperti
pasien pemasangan infus, tingkat, tingkatannya juga, misalanya
masalah phlebitis.
P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi
IPCN/IPCLN?
128
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN05
Inisial :H
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I Tahun 2015
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I Ners
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Kepala ruangan
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I Apa yah, mengontrol kali yah, mengaontrol kayak ada itu pencatatan
phlebitis, pencatatan kejadian, ehh itu mengatur bak sampah,
infeksius non infeksius.
P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?
I
P Apa pengalaman yang Anda dapatkan selama menjadi
IPCN/IPCLN?
129
I
P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi
IPCN/IPCLN?
I Banyak teman2 tidak sadar tentang terutama tentang sampah,
sampah masih sering digabung-gabung, jadi kalau pagi digabung
sampah infeksius, botol minum, saya jadi bingung, diatur kembali
lagi, dikasi pindah lagi. Kalau pencatatan tidak terlalu ji, karena yang
merekap itu IPCN kita yang kumpulkan.
130
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN06
Inisial :B
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I 2015
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I Ners
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Pernah, in house training PPI
P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di
Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?
I Kepala ruangan
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
131
I Pengalamannya sangat banyak, yang tadinya sangat suah ee
mungkin biasa kan teman2 kita sudah sampaikan kan
penerimaannya beda, artinya satu persepsi begitu, tapi yah setiap
hari kami meyampaikan itu.
P Apa tantangan atau kendala yang dihadapi selama menjadi
IPCN/IPCLN?
I
P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
132
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN07
Inisial : Na
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I 2016
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I Ners
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I In house training
P Apakah Bapak/Ibu mempunyai tugas dan jabatan lain selain di
Komite PPIRS RSUD Labuang Baji?
I Kepala ruagan
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
133
mungkin selama ini hanya data saja padahal sebenarnya data yang
ada itu tiap bulan harusnya mereka report.
I IPCN kurang aktif kalau saya lihat, harusnya setiap saat turun ke
lapangan da nada actioni. Pernah satu kali melaporkan sejak
terbentuk ini. Satu kali pernah ada laporan bahwa ruangan ini
infeksinya begini begini tapi untuk mengurangi angka itu juga dari
mereka tidak ada. Jadi mungkin selama ini hanya data saja padahal
sebenarnya data yang ada itu tiap bulan harusnya mereka report.
P Bagaimana pengaruh kendala tadi dalam pelaksanaan tugas
IPCN/IPCLN?
I Yah tidak teratasi masalah yang ada, bisa terjadi lagi kan
P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
134
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN08
Inisial :I
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I 2016
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I Ners
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Kepala ruangan
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I Kalau tugas yang dikasi ee tentang apalagi itu dih, oh iya mencatat
kejadian-kejadian plebhitis, pemasangan kateter, juga itu yang
seirng tentang sampah non infeksius dan infeksius agar dipisahkan,
begitu ji sering saya lakukan
P Bagaimana Anda menjalankan peran sebagai IPCN/IPCLN?
I Yah tiap hari kalau jaga liat pasien bagaimana keadaannya, lihat
tempat sampah yang sudah disiapkan, biasa juga kalau mencatat
kita lihat saja di status pasien kalau memang ada yang lupa ditulis
sama teman
P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?
135
I Lebih teratur dan tahu tentang bagaiaman itu infeksi, sampah-
sampah juga say harus belajar yang mana itu sampah infeksi dan
non, kan tidak enak kalau saya tidak tahu abru harus kasi tahu orang
lain atau menegur mahasiswa, jadi belajar lagi
I Yah samphanya tidak teratur yang mana infeksi, mana non infeksi.
Begitu
P Apa strategi yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
I Saya contoh dari teman karena hamper semua begitu juga, itu
kantong sampah yang dikasi warna hitam kita kasi tulisan
INFEKSIUS dan NON INFEKSIUS.
P Apa manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya tim PPI?
I Bisa lebih tahu lah bagaimana itu infeksi kana da pelatihan toh, nah
disitu dijar cara-caranya supaya tidak infeksi lagi atau banyak hal
tentang infeksi dijelaskan
P Apa harapan Anda untuk IPCN/IPCLN?
I Mungkin perlu pelatihan lagi supaya refresh ingatan, itu juga kantong
sampah supaya lebih total manejemn siapka itu agar sampah
tidakberserakan lagi atau campur
136
TRANSKRIP WAWANCARA
No. Responden : CLN09
Inisial : Ma
Karakteristik Responden :
P Apakah jabatan Bapak/Ibu dalam Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Nosokomial RSUD Labuang Baji Makassar?
I IPCLN
P Sejak kapan Bapak/Ibu menjadi anggota Komite PPIRS Labuang
Baji?
I 2016
P Apakah latar belakang pendidikan Bapak/Ibu?
I S1 Kep
P Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat pendidikan dan pelatihan
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial? Jika Ya,
pelatihan apa?
I Kepala ruangan
Pertanyaan Wawancara
P Apa yang Anda pahami tentang peran Anda sebagai IPCN/IPCLN?
I Setiap hari pasti harus lihat status, pasien kemudian nanti ada form
kayak ini, itu diisi nanti diambil sama IPCN untuk datanya mereka
P Apa yang Anda lakukan agar tujuan keselamatan pasien tercapai?
137
I apa pengalaman? Kalau bertambah oengetahuan masuk yah? Oh
iya, jadi paham infeksi dari sebelum-sebelumnya
I Kan enak juga kalau diaksi tahu terus tapi maumi gimana kalau
merka kadang tidak menulis di buku, jadi yah saya ansehati saja lagi,
kalau ini buku perlu diisi uspay lengkap, nda ditegur kita sama
pimpinan
P Apa manfaat yang bisa dirasakan dengan adanya tim PPI?
I Saya mau dikasi pelatihan lagi karena apa itu kayak kurang kurasa
tentang infeksinya, jadi perlu belajar lagi, biasa dikasi tau diajari
sama PPI tapi beda kalau ada pelatiham bisa lebih serius belajr
138
Lampiran 8. Matriks wawancara
139
Mengeksplorasi Pengalaman selama menjadi TIM PPI
C C C CL C C C C C C C C
N N N N0 L L L L L L L L
0 0 0 1/ N N N N N N N N
1 2 3 V 0 0 0 0 0 0 0 0
/ / / 2 3 4 5 6 7 8 9 CODING SUB TEMA TEMA
N B H / / / / / / / /
A M B H B N I M
S i a a
√ √ √ √ √ √ Pemahaman lebih mendalam tentang infeksi Peningkatan Peningkatan
√ √ √ Berbagi ilmu kepada rekan kerja pengetahuan pengetahuan tentang
√ Proteksi diri dari infeksi tentang infeksi infeksi
140
Mengeksplorasi kendala yang dihadapi selama menjadi TIM PPI
C C C CL C C C C C C C C
N N N N0 L L L L L L L L
0 0 0 1/ N N N N N N N N
1 2 3 V 0 0 0 0 0 0 0 0
/ / / 2 3 4 5 6 7 8 9 CODING SUB TEMA TEMA
N B H / / / / / / / /
A M B H B N I M
S i a a
√ √ √ √ √ √ Kantong sampah plastik selalu habis Kurang tersedianya Kendala dalam
√ Safety box jarang tersedia sarana dan penerapan PPI
√ √ √ √ √ Sampah medis dan non medis masih tercampur prasarana
√ √ √ Keterbatasan APD
√ √ Persepsi yang berbeda tentang PPI Kesadaran petugas
√ √ √ √ √ √ Kurangnya pemahaman petugas kesehatan tentang PPI kesehatan yang
√ √ Tidak semua petugas ingin menerima edukasi masih kurang
√ √ √ Petugas kesehatan belum memanfaatkan APD
√ √ √ Pencatatan yang susah Pencatatan kasus
√ √ √ √ Kurangnya kerjasama dari petugas kesehatan infeksi yang tidak
√ √ √ √ √ √ Data infeksi yang kurang lengkap berkelanjutan
141
√ √ √ √ √ Melakukan pendekatan interpersonal dengan petugas Memberikan
kesehatan bimbingan ulang
√ √ √ √ √ √ Memberikan edukasi terus-menerus kepada petugas
√ √ √ Memberikan motivasi kepada petugas kesehatan
√ √ √ √ Senantiasa mengingatkan petugas kesehatan Memberikan
√ √ √ √ √ Menegur petugas kesehatan secara langsung teguran langsung
142
Lampiran 9. Rangkuman tema beserta subtema hasil wawancara
143
Lampiran 10. Curiculum Vitae
CURRICULUM VITAE
144