Anda di halaman 1dari 6

1 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2018, Vol. 5 No. 2, hlm.

125 -130

OPEN ACCESS

Indonesian Journal of Human Nutrition


P-ISSN 2442-6636
E-ISSN 2355-3987
www.ijhn.ub.ac.id
Artikel Hasil Penelitian

Hubungan Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Remaja Putri


di SMK Ciawi Bogor
Siti Andina Rachmayani1, Mury Kuswari1*, Vitria Melani1
1
Departement of Nutrition, Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University
*Alamat korespondensi: mury@esaunggul.ac.id Telp. +62 857-2200-2050

Diterima: Maret 2018 Direview: Oktober 2018 Dimuat: Desember 2018


Abstrak
Pada usia remaja pelajar lebih mementingkan penampilan fisik. Remaja putri termasuk kelompok
yang rentan mengalami masalah gizi. Asupan makan yang buruk menjadi penyebab umum masalah
gizi pada remaja. Keseimbangan antara zat gizi yang masuk dibutuhkan untuk kesehatan yang
optimal. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan asupan zat gizi dan status gizi pada remaja putri. Data yang digunakan merupakan data
primer berupa karakteristik responden. Sampel yang digunakan adalah 150 remaja putri di SMK
Sumpah pemuda 2 Ciawi Bogor. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman.
Persentase responden dengan asupan energi cukup sebesar 73,3%, persentase responden dengan
asupan protein kurang sebesar 88%, persentase responden dengan dan asupan karbohidrat cukup
sebesar 51,3%. Kesimpulan penelitian ini adalah Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan
energi, protein, dan karbohidrat dengan status gizi. Untuk mencapai status gizi optimal, remaja
harus memenuhi kebutuhan asupan energi dan zat gizi makro, terutama asupan protein yang sangat
dibutuhkan dalam masa pertumbuhan.
Kata kunci: Remaja putri, Asupan gizi, Status gizi

Abstract
In adolescence, students are more concerned about physical appearance. Female adolescents are a
group particularly vulnerable to nutritional problem. Poor food intake becomes a common cause of
nutritional problems in adolescents. Balance between nutrition intakes is needed for optimal
health. This study used a cross sectional design which aimed to determine the relationship between
nutrition intake and nutritional status in female adolescents. The data used were primary data in a
form of respondents’ characteristics. The sample used was 150 female adolescents in SMK Sumpah
Pemuda 2 Ciawi Bogor. The statistical test used was the Spearman correlation test. The percentage
of respondents with sufficient energy intake was 73.3%, the percentage of respondents with less
protein intake was 88%, the percentage of respondents with and enough carbohydrate intake was
51.3%. There is a significant relationship among energy, protein, and carbohydrate intake with
nutritional status. To reach optimal nutritional status, adolescents must meet the needs of energy
intake and macro nutrients, especially protein intake that is highly needed in the growing period.
Keywords: female adolescent, nutrition intake, nutritional status

125

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
126 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2018, Vol. 5 No. 2, hlm. 125 - 130

PENDAHULUAN sumsi dan kebutuhan zat gizi pada dasar-


Remaja adalah kondisi peralihan nya berawal dari pemahaman yang keliru
dari masa anak–anak menuju dewasa. dan perilaku gizi yang salah sehingga da-
Pada masa ini para remaja mengalami pat menimbulkan masalah gizi pada re-
perubahan fisik seperti penambahan tinggi maja [8].
badan hingga 25 cm, perubahan bentuk Tujuan dari penelitian ini adalah
tubuh dan masa menstruasi, bagi remaja mengetahui hubungan antara asupan zat
putri, daya tarik seksualitas merupakan gizi dan status gizi pada remaja putri di
faktor yang kuat dan berpengaruh dalam SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi Bogor.
kehidupannya [1].
Remaja termasuk kelompok yang METODE PENELITIAN
rentan mengalami berbagai masalah gizi Rancangan Penelitian
seperti gizi kurang maupun gizi lebih [2]. Penelitian ini dilaksanakan di SMK
Seiring dengan peningkatan populasi re- Sumpah Pemuda 2 Ciawi, Bogor pada
maja di Indonesia, masalah gizi remaja bulan November 2017 sampai dengan
perlu mendapatkan perhatian khusus ka- Februari 2018. Penelitian ini merupakan
rena berpengaruh terhadap pertumbuhan jenis penelitian deskriptif korelasi yaitu
dan perkembangan tubuh serta dampaknya menjelaskan hubungan antara variabel in-
pada masalah gizi dewasa [3]. dependen dan variabel dependen. Variabel
Status gizi seseorang menunjukkan independen yang diamati adalah asupan
seberapa besar kebutuhan fisiologis indi- zat energi, asupan protein, dan asupan
vidu tersebut telah terpenuhi [4]. Kese- karbohidrat. Variabel dependen yang di-
imbangan antara gizi yang masuk dan gizi amati adalah status gizi.
yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal
adalah penting. Saat kebutuhan gizi sese- Sasaran Penelitian
orang tercukupi untuk menyokong kebu- Populasi penelitian ini adalah selu-
tuhan tubuh sehari-hari dan setiap pening- ruh siswa perempuan di SMK Sumpah
katan kebutuhan metabolisme, maka indi- Pemuda 2 Ciawi Bogor. Responden pene-
vidu tersebut akan mencapai status gizi litian ini hanya mengambil responden
yang optimal [5]. remaja perempuan, sebaran responden
Saat ini di Indonesia prevalensi diambil acak dari kelas 10 sampai dengan
kurus pada remaja usia 13-15 tahun sebe- kelas 12 dari semua kelas di SMK
sar (11,1%) dan prevalensi gemuk sebe- Sumpah Pemuda 2 Ciawi Bogor. Penen-
sar (10,8%). Pada remaja usia 16-18 tahun tuan jumlah sampel dilakukan dengan
prevalensi kurus sebesar (9,4%) dan pre- software G-Power dan diperoleh jumlah
valensi gemuk sebesar (7,3%). Provinsi responden sebanyak 150 remaja putri.
Jawa Timur termasuk provinsi dengan
prevalensi gemuk di atas nasional pada Pengembangan Instrumen dan Teknik
remaja usia 13-18 tahun. Prevalensi kurus Pengumpulan Data
relatif sama tahun 2007 dan 2013, dan Jenis Data yang digunakan adalah
prevalensi sangat kurus naik (0,4%) seba- data primer yang berasal melalui kuesio-
liknya prevalensi gemuk naik dari (1,4%) ner, wawancara dan pengukuran langsung
pada tahun 2007 menjadi (7,3%) pada dengan subjek. Data primer terdiri atas
tahun 2013 [6]. karakteristik individu dan keluarga (nama,
Penelitian yang dilakukan oleh Haq jenis kelamin, usia, jumlah uang saku dan
pada tahun 2014 juga menunjukan bahwa penghasilan orang tua yang dikategorikan
dalam sehari sebagian besar remaja putri berdasarkan median data tersebut), data
(67,8%) memiliki frekuensi makan kurang asupan makanan, dan data antropometri.
dari 3 kali [7]. Ketidakseimbangan kon- Data asupan zat gizi diperoleh dengan

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
Siti Andina,
Siti Andina, dkk., Hubungan
dkk., Hubungan Asupan
Asupan Zatdan
Zat gizi gizi...dan ...
127

metode food recall. Metode food recall 2 dapat berasal dari orangtua, beasiswa,
x 24 jam dilakukan sebanyak dua kali, dan saudara, bekerja, ataupun sumber lainnya.
dipilih hari yang mewakili hari sekolah Pada penelitian ini, yang dimaksud
dan yang mewakili hari libur. Data status dengan uang saku adalah jumlah uang
gizi diperoleh dengan perhitungan Indeks yang diterima responden setiap hari untuk
Masa Tubuh (IMT). Nilai IMT diperoleh keperluan di sekolah [10]. Uang saku res-
dengan memasukkan data berat badan ponden dikelompokkan menjadi dua kate-
(kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat gori, yaitu uang saku besar (≥median/
(m2). Menurut standar yang dikeluarkan Rp 15.000) dan uang saku kecil (<median/
oleh Kemenkes IMT dikategorikan menja- Rp 15.000).
di kurus, normal, berat badan lebih, dan Hasil analisis menunjukkan bahwa
obesitas. sebanyak 73 (48,7%) responden termasuk
dalam kategori uang saku besar, sedang-
Teknik Analisis Data kan responden yang termasuk dalam ka-
Data yang diperoleh kemudian di- tegori besar sebanyak 77 (51,3%). Pen-
analisis dengan program komputer. Ana- dapatan keluarga responden dikelompok-
lisis univariat dilakukan untuk mengiden- kan menjadi dua kategori berdasarkan
tifikasi karakteristik responden. Analisis median dari pendapatan keluarga
bivariat dengan uji korelasi Spearman. responden, yaitu tinggi (≥median/
Rp1.450.000,00) dan rendah (<median/
HASIL DAN PEMBAHASAN Rp1.450.000,00).
Karateristik Individu dan Keluarga
Tabel 1. Karakteristik Inidvidu dan
Usia remaja menurut WHO di-
Keluarga
kelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
remaja awal (12-16 tahun) dan remaja Kategori Frekuensi Persentase
akhir (17-25 tahun). Hasil analisis menun- (n) (%)
jukkan bahwa sebanyak 58 (38,7%) res- Usia
ponden termasuk dalam kategori remaja 14-19 tahun 58 38,7
awal, sedangkan responden yang termasuk (remaja awal)
17-19 tahun 92 61,3
dalam kategori remaja akhir sebanyak 92
(remaja akhir)
(61,3%). Total 150 100
Hasil penelitian univariat untuk me- Uang Saku/Hari
lihat karakteristik responden disajikan pa- (Rp)
da Tabel 1. Usia remaja merupakan masa <15.000 (kecil) 73 48,7
perkembangan transisi antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa. Pengategorian ≥15.000 (besar) 77 51,3
usia responden dilakukan berdasarkan tiga
fase pada masa remaja yang meliputi, fase Total 150 100
remaja awal (usia 12-14 tahun), remaja Penghasilan
pertengahan (usia 14-18 tahun), dan fase Orang Tua (Rp)
<1.450.000,00 75 50,0
remaja akhir (usia 18-21 tahun) [9]. Se-
(rendah)
baran usia responden pada penelitian ini ≥1.450.000,00 75 50,0
berada pada fase remaja pertengahan yaitu (tinggi)
14-19 tahun. Total 150 100
Uang saku merupakan pendapatan
sementara bagi responden yang merupa- Asupan Zat Gizi
kan salah satu faktor internal konsumsi Berdasarkan rekomendasi Angka
suatu bahan pangan. Sumber uang saku Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013 se-

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
128 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2018, Vol. 5 No. 2, hlm. 125 - 130

baran asupan energi responden disesuai- lebih (>110% AKG). Sebaran responden
kan dengan umur responden dan dikate- berdasarkan asupan karbohidrat dapat di-
gorikan menjadi kurang (<80% AKG), lihat pada Tabel 4. Frekuensi asupan kar-
cukup (80%-110% AKG), dan lebih bohidrat responden dalam kategori kurang
(>110% AKG). Asupan energi kurang sebanyak 68 responden, asupan karbo-
sebanyak 31 responden (20,7%), asupan hidrat cukup sebanyak 77 responden
energi cukup sebanyak 110 responden (51,3%) dan asupan karbohidrat lebih se-
(73,3%), dan asupan gizi lebih sebanyak 9 banyak 5 responden (3,3%).
responden (6%).
Energi merupakan zat yang sangat Tabel 2. Sebaran Asupan Energi,
esensial bagi manusia dalam menjalankan Protein dan Karbohidrat Responden
metabolisme basal, melakukan aktivitas,
Frekuensi Persentase
pertumbuhan, dan pengaturan suhu. Ke- Variabel
(n) (%)
cepatan pertumbuhan fisik pada masa re-
Energi
maja merupakan fase tercepat kedua se-
Kurang (<80%
telah pertumbuhan bayi, sehingga di- AKG) 31 20,7
butuhkan asupan energi yang cukup pada Cukup (80-110%
remaja [10]. AKG) 110 73,3
Sebaran asupan protein responden Lebih (>110% AKG) 9 6
disesuaikan dengan umur responden dan Protein
dikategorikan menjadi kurang (<80% Kurang (<80%
AKG), cukup ( 80%-110% AKG), dan AKG) 132 88
lebih (>110% AKG). Sebanyak 132 res- Cukup (80-110%
ponden kekurangan asupan protein (88%), AKG) 13 8,7
sebaliknya hanya 13 responden yang me- Lebih (>110% AKG) 5 3,3
miliki asupan protein cukup (8,7%) dan 5 Karbohidrat
responden yang memliki asupan protein Kurang (<80%
lebih (3,3%). Walaupun seluruh respon- AKG) 68 45,3
den tetap mengonsumsi makanan sumber Cukup (80-110%
protein setiap hari, namun berdasarkan AKG) 77 51,3
jumlah asupan masih kekurangan protein. Lebih (>110% AKG) 5 3,3
Protein adalah mineral makro yang Total 150 100
berfungsi sebagai sumber energi, zat pem-
bangun tubuh, dan zat pengatur di dalam Status Gizi
tubuh [11]. Penelitian lain yang dilakukan Penilaian antropometri digunakan
menunjukkan bahwa persentase remaja pada remaja dalam konteks yang ber-
umur 16-18 tahun yang mengalami ke- hubungan dengan status gizi dan kese-
kurangan asupan protein sebesar 35,6% hatan [14]. Indeks Massa Tubuh berdasar-
[12]. Hal ini menunjukkan bahwa masih kan usia (IMT/U) direkomendasikan seba-
banyak remaja yang mengalami kekurang- gai dasar indikator antropometri untuk
an asupan protein. Kekurangan protein kekurusan (thinness) dan gemuk pada
bila berlangsung lama dapat mengakibat- masa remaja hingga usia 18 tahun [5].
kan pertumbuhan dan perkembangan ja- Indeks massa tubuh pada remaja usia 19-
ringan yang tidak normal, kerusakan fisik 25 tahun lebih ideal diukur dengan meng-
dan mental, dan anemia [13]. gunakan perbandingan antara berat badan
Sebaran asupan karbphidrat respon- dan tinggi badan (IMT).
den disesuaikan dengan umur responden
dan dikategorikan menjadi kurang (<80%
AKG), cukup (80%-110% AKG), dan

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
Siti Andina,
Siti Andina, dkk., Hubungan
dkk., Hubungan AsupanAsupan
Zat giziZat
dangizi
... dan
129...

Tabel 3. Sebaran Status Gizi kenaikan asupan protein dan karbohidrat


Persentase maka akan terjadi peningkatan status gizi,
Status Gizi Frekuensi (n) dan sebaliknya.
(%)
Kurus 2 1,3 Tabel 4. Korelasi Antar Variabel
Normal 134 89,3
Variabel p-value r
Overweight 7 4,7
Asupan energi dan status 0,001 0,272
Obesitas 7 4,7 gizi
Asupan karbohidrat dan 0,029 0,178
Total 150 100 status gizi
Asupan protein dan 0,027 0,180
Berdasarkan hasil perhitungan In- status gizi
deks Masa Tubuh (IMT) status gizi remaja
Hasil ini sejalan dengan penelitian
dengan kategori remaja usia 14 sampai
yang dilakukan di Asrama Putri Pondok
dengan 18 tahun diperoleh dengan hasil
Pesantren Al-Islam Nganjuk yang me-
perhitungan IMT/U, sedangkan untuk usia
nyatakan ada hubungan yang signifikan
remaja 19 tahun diperoleh dari hasil per-
antara tingkat kecukupan protein dengan
hitungan IMT. Penilaian status gizi dapat
status gizi [15] dan penelitian lainnya
dilakukan dengan berbagai cara yaitu
yang dilakukan di FKM Unhas Makassar
secara antropometri, biologi, klinis, faktor
yang menyebutkan bahwa ada korelasi
ekologi dan konsumsi pangan [13].
positif antara tingkat kecukupan karbo-
Hasil perhitungan menunjukkan se-
hidrat dengan status gizi [16]. Pada remaja
baran status gizi dari 150 responden se-
perlu upaya untuk menjaga status gizi agar
banyak 107 dari 150 responden berstatus
selalu berada dalam kondisi yang optimal
gizi normal (71,3%). Hal ini menunjukkan
yaitu dengan berpedoman pada gizi seim-
sebagian besar status gizi responden nor-
bang, dimana mengonsumsi makanan se-
mal. Terdapat 27 responden dengan status
suai dengan porsi masing-masing individu
gizi kurus (18%) dan tujuh responden
dan menghindari ketidakseimbangan an-
dengan status gizi overweight (4,7%) serta
tara zat gizi [17].
sembilan responden dengan status gizi
obesitas (6%).
SIMPULAN
Terdapat hubungan yang signifikan
Hubungan Energi, Karbohidrat, Protein
antara asupan energi, asupan protein, dan
dan Status Gizi
asupan karbohidrat terhadap status gizi
Berdasarkan hasil uji antara asupan
pada remaja putri.
energi dan status gizi (p=0,001, r=0,27)
Berdasarkan hasil penelitian, remaja
dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
putri harus memperhatikan asupan energi,
yang signifikan positif antara asupan ener-
karbohidrat dan protein agar seimbang se-
gi dan status gizi. Hal ini menunjukkan
hingga status gizi remaja putri normal.
bahwa apabila terjadi peningkatan asupan
Selain itu, diperlukan pula peningkatan
energi makan akan terjadi peningkatan
konsumsi protein karena mayoritas res-
status gizi, dan sebaliknya.
ponden kekurangan asupan protein.
Selain itu hubungan antara asupan
protein dan status gizi (p=0,027, r=0,180)
DAFTAR RUJUKAN
serta hubungan antara asupan karbohidrat
1. Deshmukh, V.R. & Kulkarni, A.A.
dan status gizi (p=0,029, r=0,178) memi-
Body image and its relation with body
liki hubungan yang signifikan positif. Hal
mass index among Indian Adolescent.
ini juga menunjukkan bahwa bila terjadi

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6
130 Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2018, Vol. 5 No. 2, hlm. 125 - 130

Indian Pediatrics.2017; 54: 1025- 10. Evans E.W., Jacques, P.F., Dallal,
1029. G.E., Sacheck, J., dan Must, A. The
2. Cunningham, K., Ruel, M., Ferguson, Role of Eating Frequency on Total
E., dan Uauy, R. Women’s Empower- Energy Intake and Diet Quality in a
ment and Child Nutritional Status in low Income, Racially Diverse Sample
South Asia: a Synthesis of The of Schoolchildren. Public Health
Literature. Maternal Child Nutrition. Nutriton. 2015; 18 (3): 474-481.
2015; 11(1): 1-19. 11. Dhillon, J., Craig, B.A. Leidy, H.J.
3. Washi, S.A. dan Ageib, M.B. Poor Jacobs, A. Jones, B.L. Keeler, C.L. et
Diet Quality and Food Habits are al. (2016). The Effect of Increased
related to Impaired Nutritional Status Protein Intake on Fullness: A Meta
in 13-to 18-Year-Old Adolesccent in Analysis and Its Limitations. Journal
Jeddah. Nutrition Research. 2010; 30 of the Academy of Nutrtion and
(8): 527-534. Dietetics. 2016; 116 (6): 968-983.
4. Rampersaud, G.C., Pereira, M.A., 12. Choudhary, S., Saluja, N., Sharma, S.,
Girard, B.L., Adams, J., Metzl, J.D. Dube, S., Pandey, M., dan Kumar, A.
Breakfast Habits, Nutritional Status, Association of Energy balance and
Body Weight, and Academic Perfor- Protein Intake with Nutritional Status
mance in Children and Adolescents. of Adolescent Girls In a Rural Area
Elsevier. 2005; 105 (5): 743-760. of Haryana. Journal of Medical and
5. Conde, W.L., dan Carlos, A.M. Body Dental Sciences. 2015; 4 (1): 6-11.
mass index cutoff points for 13. Wardlaw, G.M. & Jeffrey, S. H.
evaluation of nutritional status in Perspectives in Nutrition. Seventh
Brazilian children and adolescents. J Edition. New York: McGraw Hill
Pediatr (Rio J). 2006; 82(4): 266-72. Companies Inc; 2007.
6. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 14. Nishida, C. Appropriate bodymass
Laporan Nasional Riset Kesehatan index for Asian populations and its
Dasar (Riskesdas) 2013. Badan Pe- implications for policy and inter-
nelitian dan Pengembangan Kese- vention strategies. The Lancet. 2004;
hatan Depkes RI, Jakarta. 2013. 363: 157-163.
7. Haq, A.B., Murbawani, E. Status Gi- 15. Dewi, C.K. Hubungan Antara Tingkat
zi, Asupan Makan Remaja Akhir Kecukupan Gizi (Energi, Protein,
yang Berprofesi Sebagai Model. Jour- Vitamin A, Vitamin C dan Zat Besi)
nal of Nutrition College. 2014; 3(4). dengan Status Gizi Santriwati di
8. Zuhdy, Nabila. Hubungan Pola Ak- Asrama Putri Pondok Pesantren Al-
tivitas Fisik dan Pola Makan dengan Islam Kecamatan Sukomoro Kabu-
Status Gizi pada Pelajar Putri SMA paten Nganjuk. The Indonesian
Kelas 1 di Denpasar Utara. Tesis. Journal of Public Health. 2011; 9 (1):
Universitas Udayana. Denpasar. 16. Muchlisa., Citrakesumasari., & In-
2015. driasari, R. (2013). Hubungan Asupan
9. Berge, J.M., Jin, S.W., Hannan, P., Zat Gizi dengan Status Gizi pada
dan Sztainer, D.N. Structural and Remaja Putri di Fakultas Kesehatan
Interpersonal Charactersics of Family Masyarakat Universitas Hasanuddin
Meals: Association With Adolescent Makassar Tahun 2013. Jurnal MKMI.
Body Mass Index and Diettary 2013; 9 (3).
Pattern. Journal of The Academy of 17. Devi, N. Nutrition And Food Gizi
Nutrition and Dietetics. 2013; 113 Untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas
(6): 816-822. Media Nusantara. 2010.

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2018.005.02.6

Anda mungkin juga menyukai