Anda di halaman 1dari 10

HIGEIA 2 (4) (2018)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Kebiasaan Sarapan pada Mahasiswa Aktif

Alman Putra1, Dhea Nur Syafira1, Salma Maulyda1, Alfan Afandi1, Sri Wahyuni1

1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Di Provinsi Jawa Tengah terdapat status gizi kurang sebanyak 7,5 %, status gizi normal sebanyak
Diterima 5 September 53,1 %, status gizi gemuk sebanyak 28,1, dan status gizi obes sebanyak 11,2 %. Asupan salah satu
2018 faktor yang mempengaruhi status gizi. Asupan salah satunya dapat dipenuhi dengan sarapan.
Disetujui 19 Oktober Dalam penelitian ini menggunakan sampel Mahasiswa Semester 1-7 Program Studi Kesehatan
2018 Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo yang berjumlah 77 orang. Jenis penelitian yang digunakan
Dipublikasikan 30 adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan desain penelitian cross sectional. Dari
Oktober 2018 hasil penelitian, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Mahasiswa Pogram Studi Kesehatan
________________ Masyarakat memiliki status gizi normal sebanyak 57 responden (74 %). Kebiasaan sarapan
terdapat lebih banyak frekuensi sarapan responden 43 (56 %) jarang melakukan sarapan. Lebih
Keywords:
banyak 64 responden (83 %) melakukan sarapan sebelum pukul 09.00. Sedangkan responden
Breakfast, Nutrition Status,
melakukan sarapan setiap pagi sebanyak 38 (49 %) hampir sama dengan responden melakukan
Student
sarapan hanya saat sebelum melakukan aktivitas sebanyak 39 (51 %).
____________________
DOI:
https://doi.org/10.15294 Abstract
/higeia.v2i4.26803
____________________ ___________________________________________________________________
In Central Java Province, there are less than 7.5% nutrition status, 53.1% normal nutrition status, 28.1 obese
nutrition status, and obesity nutrition status of 11.2%. Intake of one of the factors that affect nutritional status.
One intake can be filled with breakfast. In this study used a sample of Students Semester 1-7 Ngudi Waluyo
Community Health Studies Program which amounted to 77 people. The type of research used is descriptive
qualitative research with cross sectional research design. From the results of the research, it can be seen that
overall Student Pogram Studies Public Health has normal nutritional status as much as 57 respondents (74%).
Breakfast habits are more frequent breakfast 43 respondents (56%) rarely do breakfast. More 64 respondents
(83%) did breakfast before 09.00. While respondents do breakfast every morning as much as 38 (49%) almost
the same as the respondent to do breakfast just before the activity as much as 39 (51%).

© 2018 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Jalan Diponegoro no. 186, Gedanganak
Ungaran Timur, Kab. Semarang 50519 e ISSN 1475-222656
E-mail: almanputra@gmail.com

577
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

PENDAHULUAN anemia karena kekurangan zat besi. Kurangnya


asupan protein secara konsisten pada remaja
Dalam pemenuhan gizi masyarakat, dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang,
indonesia saat ini sedang menghadapi masalah keterlambatan maturasi seksual, serta
besar. Untuk menyelesaikan masalah ini berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa
diperlukan anggaran yang cukup besar dan lemak. Selain itu masalah gizi yang sering
kerjasama lintas sektor. Beban gizi ganda muncul adalah kelebihan asupan gizi yang
merupakan tantangan bagi sumber daya dapat menyebabkan obesitas. Penelitian
manusia di Indonesia. Tantangan tersebut dapat menunjukkan bahwa dampak overweight dan
muncul di berbagai tahapan siklus kehidupan obesitas terhadap kualitas hidup terkait
dan sangat berpengaruh kepada daya saing kesehatan. Obesitas meningkatkan risiko
manusia Indonesia. Dampak permasalahan gizi kesakitan dan kematian serta menyebabkan
muncul pada usia dini tidak terbatas hanya pada keterhambatan fungsi fisik dan psikologis yang
status gizi anak saja. Sebagai contoh anak berdampak pada kualitas hidup (Niswah, 2014).
berbadan pendek, anak yang kegemukan atau Pada data Penilaian Status Gizi 2016
anak dengan status gizi buruk (Hardinsyah, bahwa penduduk dewasa umur > 18 tahun
2016). berdasarkan IMT nasional terdapat status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh akibat kurus sebanyak 6,7 %, status gizi normal
mengkonsusmsi makanan, penyerapan dan sebanyak 54,8 %, status gizi gemuk sebanyak
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan 27,9 %, dan status gizi obesitas sebanyak 10,6
menjadi tiga yaitu status gizi kurang, status gizi %. Sedangkan data. di Provinsi Jawa Tengah
normal, dan status gizi lebih. Penentuan status terdapat status gizi kurang sebanyak 7,5 %,
gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara salah status gizi normal sebanyak 53,1 %, status gizi
satu yang sering digunakan adalah Indeks Masa gemuk sebanyak 28,1, dan status gizi obes
Tubuh (IMT) (Sasmito, 2015a). sebanyak 11,2 % (Isa, 2011).
Perlunya pemenuhan zat gizi pada usia Asupan merupakan salah satu faktor yang
remaja, terutama remaja putri berhubungan mempengaruhi status gizi. Asupan salah
dengan perannya dimasa yang akan datang satunya dapat dipenuhi dengan sarapan. Pada
sebagai calon ibu. Kondisi seseorang pada masa dasarnya sarapan akan memberikan kontribusi
dewasa ditentukan oleh keadaan pada masa penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan
remaja. Remaja putra dan putri memiliki porsi tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan
asupan yang sedikit berbeda. Hal ini disebabkan mineral. Bila tidak terbiasa sarapan secara terus
adanya perubahan biologis dan fisiologis, menerus akan mengakibatkan berat badan dan
sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi antara daya tahan tubuh, kurang gizi, dan anemia zat
ke duanya berbeda. Pada usia remaja keadaan besi (Silalahi, 2011). Obesitas orang yang tidak
gizi dan kesehatan harus sangat diperhatikan sarapan merasa lebih lapar pada siang dan
agar berdampak baik di masa mendatang malam hari daripada orang yang sarapan pagi
mengingat wanita memiliki peran melahirkan karena asupan energi cenderung meningkat
generasi berikutnya (Wardoyo, 2013). Pada ketika sarapan dilewatkan. Mereka akan
masa inilah, remaja putri mengalami menstruasi mengkonsumsi lebih banyak makanan pada
awal dalam fase hidupnya. Dalam hal ini, waktu siang dan malam hari. Takut menjadi
menstruasi menuntut kebutuhan zar besi lebih gemuk juga sering dijadikan alasan untuk
banyak. meninggalkan sarapan. Kebiasaan tidak sarapan
Gizi yang tidak seimbang baik pagi yang terus menerus akan mengakibatkan
kekurangan maupun kelebihan gizi akan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak
menurunkan kualitas sumber daya manusia. seimbang.
Kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan Kebiasaan sarapan terkadang sering
kurang gizi yaitu terlalu kurus dan dapat terkena diabaikan oleh setiap orang, padahal sarapan

578
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

sangat penting untuk memenuhi salah satu menggambarkan status gizi dan kebiasaan
asupan gizi harian yang berguna untuk sarapan pagi mahasiswa, dengan desain
mendukung aktivitas setiap hari. Apabila penelitian cross sectional yaitu melakukan
seseorang selalu membiasakan diri untuk pendekatan terhadap responden dengan cara
sarapan maka akan meningkatkan kualitas observasi dan pengumpulan data pada waktu
gizinya sehingga dapat berkontribusi pada yang sama. Teknik pengumpulan data
asupan dan kebutuhan zat gizi harian. menggunakan kuesioner perilaku tentang
Berdasarkan hasil penelitian bahwa survei di kebiasaan sarapan mahasiswa dan pengisian
lima kota besar menunjukan, 17% orang dewasa data pribadi yaitu nama, semester, jenis
tidak sarapan, dan 13% tidak sarapan setiap kelamin, umur, tinggi badan, dan berat badan
hari. Angka tidak sarapan pada anak-anak Lokasi penelitian dilaksanakan di kampus
bervariasi dari 17% di Jakarta, hingga 59% di Universitas Ngudi Waluyo Ungaran Gedung G
Yogyakarta (Setiyawan, 2017). Program Studi Kesehatan Masyarakat Jl.
Kehidupan sosial mahasiswa sangat Gedongsongo, Candirejo, Ungaran, Kabupaten
mempengaruhi perilaku hidup sehatnya Semarang, Jawa Tengan. Dalam penelitian ini
khususnya kebiasaan sarapan setiap hari, akan jumlah populasi adalah Mahasiswa Semester 1-
tetapi masih terdapat mahasiswa yang tidak 7 Program Studi Kesehatan Masyarakat
rutin melakukan sarapan. Hal yang menjadi Universitas Ngudi Waluyo yang berjumlah 91
masalah pada mahasiswa yang tidak rutin orang. Jumlah sampel yang digunakan adalah
melakukan sarapan di karenakan meraka tinggal sebesar 77 responden. Varibel pada penelitian
di luar kota dan kost di sekitar kampus, ini terdiri dari variabel bebas yaitu kebiasaan
sehingga mereka harus menyiapkan makanan sarapan pagi mahasiswa, variabel terikat yaitu
sendiri ataupun mereka harus mencari warung status gizi mahasiswa.
makan untuk sarapan, sedangakan jadwal Instrumen penelitian yang digunakan
kuliah pagi membuat mereka tergesa-gesa dan dalam penelitian ini adalah menggunakan
akhirnya mereka harus menunda sarapan. Lain kuesioner untuk mengetahui status gizi serta
halnya dengan mahasiswa yang tinggal di mengetahui kebiasaan sarapan mahasiswa yang
rumahnya sendiri, ke banyakan dari mereka berupa frekuensi sarapan, waktu sarapan, cara
lebih sering melakukan sarapan pagi karena memperoleh sarapan, dan jenis sarapan.
sudah disediakan makanan untuk sarapan oleh Dalam penelitian ini menggunakan teknik
orang tua. pengambilan sampel acak berdasar area karena
Penelitian ini dilakukan di Universitas saat sedang melakukan penelitian dari seluruh
Ngudi Waluyo Program Studi Kesehatan mahasiswa yang berjumlah 91 orang hanya
Masyarakat dengan tujuan penelitian umum terdapat 77 responden yang masuk saat
yaitu mengetahui kebiasaan sarapan terhadap mengikuti perkuliahan. Maka dari itu kami
status gizi mahasiswa dan tujuan khusus dari hanya mengambil jumlah sampel yang hanya
penelitian ini menggambarkan status gizi dan ada pada saat mengikuti perkuliahan.
kebiasaan sarapan mahasiswa. Tahap pengolahan data meliputi
Manfaat dari penelitian ini Memberikan pemberian kode diberikan oleh penelitian pada
informasi mengenai status gizi dan pentingnya kuesiner yang telah diisi oleh responden,
sarapan bagi Mahasiswa Program Studi pengeditan data, entri data, skoring data, dan
Kesehatan Maasyarakat Universitas Ngudi cleaning data. Data yang telah terkumpul
Waluyo. dilakukan pemerikasan data satu demi satu yang
meliputi jumlah lembaran yang telah dibagikan
METODE PENELITIAN apakah sama dengan jumlah sempel yang
ditentukan dan mengkoreksi setiap lembaran
Jenis penelitian yang digunakan adalah apakah sudah terisi semua serta pemberian kode
penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu pada setiap lembar quesioner. Pengolahan data

579
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

menggunakan program komputer Microsoft memfokuskan pada hal-hal yang penting., 2)


Excel, data disajikan dalam bentuk tabel dengan Penyajian data, Dalam penelitian kualitatif
analisis data yang berupa narasi. Data yang penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
diolah dan dianalisis secara deskriptif yaitu usia, uraian singkat (narasi), bagan, tabel, grafik, dan
jenis kelamin, status gizi, dan kebiasaan sejenisnya dengan penyajian data, maka akan
sarapan. lebih mudah memahami apa yang terjadi karena
Prosedur penelitian dalam penelitian ini data sudah terorganisir dan tersusun., 3)
adalah kegiatan menyusun rancangan awal Penarikan kesimpulan, Data yang telah
penelitian antara lain mencari informasi awal direduksi dan disajikan kemudian dilakukan
melalui review dokumen-dokumen yang relevan penarikan kesimpulan berdasarkan pengamatan
seperti jurnal, berita, buku-buku, dan juga secara menyeluruh dari data-data yang sudah
datadata dari instansi terkait yang dapat terkumpul pada tahap penelitian. Penarikan
dipertanggungjawabkan. Setelah menyusun kesimpulan dalam bentuk penjelasan
rancangan awal penelitian, selanjutnya memilih kalimatkalimat yang mudah dipahami.
tempat penelitian yang dilanjutkan mengurus
perizinan. Dalam memilih lapangan penelitian, HASIL DAN PEMBAHASAN
peneliti tidak secara langsung terjun ke lapangan
untuk observasi dan perizinan pada penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas
ini ditujukan kepada Kepala Kesbangpolinmas Ngudi Waluyo Fakultas Ilmu Kesehatan
Kota Semarang dan Dinas Kesehatan Kota Program Studi Kesehatan Mayarakat dengan
Semarang. Selain itu ada pula perizinan responden Semester 1 sampai dengan Semester
informal, yaitu perizinan kepada beberapa 7 yang berjumlah 77 orang. Berdasarkan hasil
pejabat daerah di lokasi pengambilan data. penelitian diperoleh data karakteristik
Teknik yang digunakan untuk memeriksa responden disajikan pada Tabel 1.
keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan Secara keseluruhan responden 32 (42%)
dengan menggunakan teknik triangulasi. lebih banyak pada semester 1 dan responsen 8
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan (10%) lebih sedikit pada semester 5 , sedangkan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu pada kelompok umur 19 tahun lebih banyak 26
yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan data atau sebagai pembanding Tabel 1. Karakteristik Responden
terhadap data tersebut. Triangulasi yang Variabel Frekuensi Persentase (%)
digunakan dalam penelitian ini adalah Semester
triangulasi sumber. Triangulasi sumber 1 32 42
3 24 31
dilakukan dengan cara mengecek data yang
5 8 10
telah diperoleh melalui beberapa sumber. 7 13 17
Informan berperan sebagai triangulasi adalah Total 77 100
kasi kesos kelurahan Meteseh dan Kelurahan Umur (tahun)
Tembalang, kasi kesos Kecamatan Tembalang, 17 3 4
18 24 31
Pemegang Program P2P Puskesmas Rowosari,
19 26 34
Koordinator Gasurkes DBD Dinas Kesehatan 20 8 10
Kota Semarang, dan perwakilan masyarakat 21 13 17
(PPJ) dari masing-masing kelurahan. 22 1 1
Kegiatan analisis data yang dilakukan 23 2 3
dalam penelitian ini antara lain, 1) Reduksi Total 77 100
Jenis kelamin
data, Reduksi data dilakukan untuk
Perempuan 68 88
menghilangkan/membuang data-data yang
Laki-laki 9 12
tidak diperlukan. Mereduksi data berati Total 77 100
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan

580
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

Tabel 2. Status Gizi dan Kebiasaan Sarapan (48.8%), sedangkan perempuan sebanyak
Mahasiswa Program Studi Kesehatan (51.2%) (Sasmito, 2015a).
Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo Berdasarkan tabel 2 dari hasil penelitian,
Freku Persenta dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
Variabel
-ensi -se (%) Mahasiswa Pogram Studi Kesehatan
Status gizi Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo
Normal 57 74 memiliki status gizi normal sebanyak 57
Kurus 15 19 responden (74 %). Namun masih terdapat
Berat badan lebih 2 3 responden dengan masalah status gizi kurus
Obesitas 3 4 sejumlah 15 responden (19 %), proporsi status
Total 77 100 gizi berat badan lebih 2 responden (3 %) hampir
Frekuensi sarapan sama dengan status gizi obesitas yaitu sebesar 4
Jarang sarapan 43 56 % (3 responden). Hasil penelitian lain
Sering sarapan 34 44 menyatakan bahwa 1804 remaja di Cina
Total 77 100 mengalami status gizi gemuk dan obesitas lebih
Waktu sarapan banyak dialami oleh laki-laki dari pada remaja
Pukul < 09.00 WIB 64 83 perempuan, yaitu sebesar 19.4% untuk remaja
Pukul ≥ 09.00 WIB 13 17 laki-laki dan 13.2% untuk remaja perempuan
Total 77 100 (Sasmito, 2015b) . Kebutuhan gizi pada pria
Setiap pagi 38 49 lebih besar dibandingkan dengan perempuan
Sebelum sehingga setiap kali makan porsinya lebih
39 51
beraktifitas banyak (Sasmito, 2015a) .
Total 77 100 Status gizi pada mahasiswa diukur
Cara memperoleh dengan menggunakan antropometri dengan
sarapan mengetahui umur, jenis kelamin, berat badan,
Disiapkan di rumah 28 36 dan tinggi badan responden. Status gizi dapat
Dibeli di warung 49 64 diketahui dengan menghitung Indeks Massa
Total 77 100 Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh dihitung
Jenis sarapan dengan cara membagi bobot badan (kg) dengan
Makanan pokok 64 83 kudrat tinggi badan (m) : IMT = BB/TB2, BB
Makanan alternatif 13 17 adalah bobot badan (kg) dan TB adalah tinggi
Total 77 100 badan (m). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 2000 telah mengeluarkan kategori IMT
(34 %) responden dan responden 1 (1%) lebih yang cocok untuk masyarakat Asia. Untuk
sedikit pada kelompok umur 22 tahun. Pada praktisnya, kriteria IMT adalah kurus (IMT
usia mahasiswa berada pada masa remaja akhir <18), normal (IMT = 18-25), gemuk sehat (IMT
(18-21 tahun) (Rosyidah, 2016). Faktor umur = 25-30), dan gemuk tidak sehat atau obesitas
sangat penting dalam penentuan status gizi (IMT >30). Dapat diketahui bahwa dari hasil
seseorang. Kesalahan dalam penentuan umur penelitian masih terdapat mahasiswa yang
akan mengakibatkan interpretasi status gizi mengalami masalah status gizi.
menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan
dan berat badan akan menjadi tidak akurat ataupun kecukupan dapat mengakibatkan
apabila tidak disertai dengan penentuan umur masalah status gizi, baik masalah status gizi
yang tepat (Sasmito, 2015a). Jenis kelamin pada kurang maupun gizi lebih (Anzarkusuma,
penelitian ini lebih dominan perempuan 2014).
sebanyak 68 (88 %) dan laki-laki sebanyak 9 Status gizi merupakan keadaan tubuh
(12%). Didukung oleh penelitian lain yang seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,
menyatakan bahwa proporsi laki-laki sebanyak penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan.

581
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

Konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan sehari yaitu sekitar 400-500 kalori dengan 8-9
kebutuhan dapat menyebabkan gizi salah gram protein (Saufika, 2012). Seseorang yang
(malnutrisi) yang dapat berupa gizi lebih dan tidak melakukan sarapan merasa lebih lapar
kurang .Dengan mengetahui status gizi pada siang dan malam hari daripada seseorang
seseorang tersebut status gizinya baik atau tidak yang melakukan sarapan karena asupan energi
baik (Anzarkusuma, 2014; Cintari, 2011). Dari cenderung meningkat ketika sarapan
seluruh responden yang memiliki status gizi dilewatkan. Merekan akan lebih banyak
kurang dapat terjadi karena apabila jenis dan mengkonsumsi makanan lebih banyak pada
jumlah makanan yang dikonsumsi saat sarapan waktu siang dan malam hari. Asupan makanan
belum memenuhi kecukupan gizinya. lebih banyak pada malam hari akan
Kebiasaan sarapan memiliki peran penting mengakibatkan meningkatnya glukosa yang
terhadap kondisi tubuh seseorang. Dalam disimpan sebagai glikogen. Aktivitas fisik sangat
jangka panjang, kebiasaan sarapan akan rendah sehingga glikogen akan disimpan dalam
berpengaruh terhadap status gizi. Sarapan bentuk lemak. Hal tersebut yang dapat
merupakan kegiatan yang penting sebelum mengakibatkan seseorang menjadi obesitas
melakukan aktivitas yang lain pada setiap hari (Achadi, 2010)
(Soedibyo, 2016). Berdasarkan tabel 2 disajikan bahwa dari
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari keseluruhan reponden lebih banyak 64
seluruh 77 responden terdapat lebih banyak responden (83 %) melakukan sarapan sebelum
frekuensi sarapan responden 43 (56 %) jarang pukul 09.00. Sedangkan responden melakukan
melakukan sarapan. Beberapa mahasiswa yang sarapan setiap pagi sebanyak 38 (49 %) hampir
tinggal di kost mereka lebih jarang melakukan sama dengan responden melakukan sarapan
sarapan sebelum kuliah pagi dengan alasan hanya saat sebelum melakukan aktivitas
malas, dan tidak sempat membeli makanan. sebanyak 39 (51 %).
Berbeda dengan mahasiswa yang laju lebih Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan
sering melakukan sarapan pagi karena telah untuk mensejahterakan rakyat dalam
disiapkan makanan oleh orang tua. Penelitian peningkatan kesehatan termasuk gizi. Undang-
lain mengungkapkan alasan terbanyak subjek undang nomor 36 Tahun 2009 tentang
penelitiannya tidak sarapan adalah tidak sempat Kesehatan pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa
atau tidak memiliki waktu karena terburu-buru upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan
sekolah, serta diet penurunan berat badan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan
(Ilyatun Niswah, 2014). Penelitian di negara masyarakat (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
maju juga menyatakan prevalensi anak dan KIA, 2011).
remaja yang melewatkan sarapan berkisar Salah satu upaya peningkatan kesehatan
antara 12—34% (Niswah, 2014) adalah perbaikan gizi terutama pada usia
Sarapan merupakan kegiatan yang sekolah khususnya 6-12 tahun. Makan pagi atau
dilakukan mulai dari bangun tidur di pagi hari sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi
sampai dengan pukul 09.00 untuk memenuhi makanan yang mengandung gizi seimbang dan
sekitar 15-25 % kebutuhan gizi dalam sehari memenuhi 20%- 25% dari kebutuhan energi
agar terwujudnya hidup sehat, aktif dan cerdas. total dalam sehari yang dilakukan pada pagi
Frekuensi sarapan dari penilitian ini adalah hari sebelum kegiatan belajar di sekolah (Ali,
kebiasaan sarapan responden setiap hari. 2003). Sarapan pagi pada anak sekolah
Frekuensi sarapan berkontribusi untuk bertujuan untuk mencukupi kebutuhan energi
meregulasi selera makan dan pencegahan selama beraktivitas di sekolah serta dapat
(Mariza, 2013 ). meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak.
Sarapan termasuk kedalam salah satu 10 Kebiasaan sarapan juga termasuk dalam salah
pesan dari gizi seimbang. Sarapan juga dapat satu 13 pesan dasar gizi seimbang (Alamin,
menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi 2014).

582
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

Sarapan sebaiknya mengandung obesitas meningkat dua kali lipat pada anak usia
makanan sumber karbohidrat, protein, tinggi 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan
serat, dan rendah lemak (Noviani, 2011). meningkat tiga kali lipat pada anak usia 6-11
Melewatkan sarapan dapat berisiko untuk tahun. Di Indonesia, penelitian pada anak
menjadi obesitas dan memiliki gangguan sekolah dasar di beberapa kota besar
kesehatan (Muchtar, 2011). Obesitas dapat menunjukkan kisaran jumlah 2,1-25% (Alamin,
terjadi karena ketika anak tersebut melewatkan 2014).
sarapan dan merasa lapar maka mereka akan Prevalensi obesitas pada anak sekolah
mengkonsumsi makanan berkalori lebih tinggi usia 6-12 tahun di propinsi Jawa Tengah pada
yang didapatkan dari makanan jajanan. 5,6 tahun 2010 lebih tinggi dari prevalensi nasional
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan yaitu 10,9%. Prevalensi obesitas dan overweight
bahwa anak-anak dan remaja yang terbiasa di Semarang tahun 2004 pada murid sekolah
melewatkan sarapan akan memiliki risiko dasar usia 6-7 tahun adalah sebesar 10,6% dan
(Miko, 2016) kali lebih tinggi untuk ngemil dan 9,1% (Kusprasetia, 2016). Obesitas pada dewasa
sulit mengontrol nafsu makan mereka sehingga dapat bermula semenjak anak-anak, dan
dapat menyebabkan obesitas (Mariza, 2013) obesitas dapat menjadi faktor risiko dari
Penelitian yang dilakukan Triyanti di SD berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi,
Citarum 01,02,03, dan 04 Semarang diabetes mellitus, dan jantung (Mariza, 2013)
menunjukkan masih terdapat 34,83% anak SD Sarapan adalah kegiatan penting sebelum
jarang sarapan dan terdapat hubungan antara melakukan aktivitas fisik pada hari tersebut,
kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar mengingat bahwa tubuh tidak mendapatkan
(Lentini, 2014; Maharibe, 2014). Survey yang makanan selama sekitar 10 jam sejak malam
dilakukan Pergizi Pangan Indonesia tahun 2010 hari, serta melakukan sarapan dapat
pada 35 ribu anak usia sekolah dasar menyumbang 25 % dari kebutuhan total energi
menunjukkan 44,6% anak yang sarapan sehari-hari (Sartika, 2012; Nurwijayanti, 2018).
memperoleh asupan energi kurang dari 15% Sarapan yang baik yaitu sarapan yang selalu
kebutuhannya. dilakukan pada pagi hari bukan menjelang
Kelaparan saat di sekolah akan makan siang dan tidak perlu dibedakan antara
menyebabkan anak jajan di sekolah, apalagi sebelum melakukan aktivitas seperti kerja dan
hanya sekitar 5% dari anak-anak tersebut sekolah serta hari libur. Sarapan dimulai dari
membawa bekal dari rumah, sehingga bangun tidur di pagi hari hingga pukul 09.00
kemungkinan untuk membeli makanan jajanan (Kusprasetia, 2016 ).
lebih tinggi (Al-Oboudi, 2010) BPOM RI tahun Sarapan sering dilupakan oleh sebagian
2009 dalam Pangan Jajanan Anak Sekolah individu yang sibuk tetapi sarapan sangat
menunjukkan bahwa makanan jajanan penting untuk menunjang kesibukan individu
memberikan kontribusi masing-masing sebesar pada saat itu. Zat gizi yang dikonsumsi pada
31,1%, dan 27,4% terhadap keseluruhan asupan saat sarapan berpengaruh baik terhadap
energi dan protein anak sekolah dasar (Mariza, kegiatan yang berlanjut sampai siang bahkan
2013) Sebuah studi di Amerika Serikat malam hari. Rata-rata kebiasaan sarapan sering
menunjukkan bahwa anak mengkonsumsi lebih dilewatkan oleh sebagian orang sehingga dapat
dari sepertiga kebutuhan kalori sehari yang berakibat tubuh menjadi kurang sehat.
berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan Seseorang yang tidak sarapan akan mengalami
soft drink dapat menyebabkan obesitas (Adair kekurangan energi dan motivasi untuk
LS, 2005) beraktivitas selain itu kekurangan gizi dan
Hasil RISKESDAS tahun 2010 kekurangan zat gizi mikro dapat memberikan
menunjukkan prevalensi overweight dan dampak terhadap keadaan fisik, mental,
obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar kesehatan, dan menurunkan fungsi kognitif
9,2%. Sejak tahun 1970 hingga 2010, kejadian (Setiyawan, 2017).

583
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

Dari hasil penelitian sebanyak 77 sayur, dan lauk pauk hewani. Jenis makanan
responden cara memperoleh sarapan setiap hari alternatif seperti roti, umbi-umbian, sereal juga
responden lebih banyak di beli di warung dapat dijadikan sebagai makanan alternatif
sebanyak 49 responden (64 %) dengan sarapan. Akan tetapi, kandungan zat gizi lebih
keterangan bahwa mahasiswa lebih banyak banyak hanya mengandung karbohidrat
berasal dari luar kota sehingga mereka (Kusprasetia, 2016; Perdana, 2013 ).
bertempat tinggal di kost ataupun di asrama. Makanan yang dikonsumsi setiap hari
Dalam memperoleh makanan mahasiswa yang harus terpenuhi secara kualitas maupun
tinggal di kost memiliki beberapa cara yaitu kuantitas. Makanan yang seimbang dari segi
membeli di warung dan memasak sendiri. Bagi kualitas maupun kuantitasnya akan mendukung
mereka yang memasak sendiri keteraturan pola kemampuan seseorang dalam melakukan
makannya sangat tergantung kedisiplinan aktivitas sehari-hari. Sarapan yang baik terdiri
mereka mengatur waktu dan uang saku. Tidak dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat
jarang dijumpai mahasiswa yang sarapan dan pembangun, dan sumber zat pengatur. Dalam
makan siang disatukan karena terlambat bangun menuyusun menu sarapan perlu memperhatikan
atau kondisi keungan kurang membaik. Anak kelengkapan kandungan gizi yaitu karbohidrat,
kost biasanya mengalami ada waktu tertentu protein, vitamin, mineral, sayur dan buah tinggi
uang mereka banyak dan ada waktu uang serat, dan rendah lemak (Achadi, 2010).
mereka sedikit bahkan sama sekali tidak ada
(Kalsum, 2016). PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa 64 responden (83 %) lebih Berdasarkan hasil penelitian kebiasaan
dominan dengan makanan pokok saat sarapan sarapan terhadap status gizi pada Mahasiswa
setiap hari, namun tidak menutup kemungkinan Universitas Ngudi Waluyo Program Studi
masih terdapat 13 responden (17 %) melakukan Kesehatan Masyarakat secara umum memiliki
sarapan dengan menggunakan makanan status gizi normal, dan hanya sedikit yang
alternatif. Sarapan yang sesuai dengan menu memiliki status gizi kurus, gemuk dan obesitas.
seimbang (kandungan gizi yang seimbang terdiri Sebaliknya pada penelitian ini kebiasaan
dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan sarapan pada mahasiswa berbanding terbalik
mineral) yang terdiri nasi, sayur/buah, lauk dengan status gizi, yang mana bahwa kebiasaan
pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan sarapan masih jarang dilakukan oleh
akan vitamin dan mineral (Sartika, 2012). mahasiswa. Kondisi ini tidak menunjukkan
Jenis makanan yang dikonsumsi saat bahwa kebiasaan sarapan dapat berpengaruh
sarapan sangat menentukan kualitas sarapan terhadap status gizi pada Mahasiswa
dan energi yang dihasilkan dari sarapan itu Universitas Ngudi Waluyo Program Studi
sendiri. Sarapan dapat menyediakan Kesehatan Masyarakat.
karbohidrat yang digunakan untuk Penelitian ini hanya bersifat deskriptif,
meningkatkan kadar glukosa darah, sehingga belum memberikan penjelasan tentang
produktivitas kerja meningkat. Konsumsi saat faktor yang berhubungan atau berpengaruh
sarapan lebih baik terdiri dari makanan dan terhadap variabel kebiasaan sarapan baik secara
minuman yang beraneka ragam mengandung kualitatif dan kuantitatif. Oleh sebab itu saran
unsur gizi yang di butuhkan oleh tubuh dan yang diberikan untuk penulisan selanjutnya
mengacu pada pedoman gizi seimbang yaitu yaitu dapat meneliti lebih komprehensif tentang
pemenuhan karbohidrat dan zat gizi lainnya faktor yang mempengaruhi kebiasaan dan
seperti protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan bagaimana strategi atau perlakuan yang dapat
serat. Namun, secara umum jenis komposisi mengatasi kebiasaan sarapan mahasiswa
pangan telah memenuhi kebutuhan minimal maupun orang pada umumnya yang masih
sarapan yakni makanan pokok seperti nasi, buruk.

584
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

konsentrasi berfikir pada remaja. Journal of


DAFTAR PUSTAKA Nutrition College, 3(4): 631-637.
Maharibe, C. C. 2014. Hubungan Pengetahuan Gizi
Seimbang dengan Praktik Gizi Seimbang
Achadi, E., Pujonarti, S. A., Sudiarti, T., Rahmawati,
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
R., Kusharisupeni, K., Mardatillah, M., &
Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran
Putra, W. K. 2010. Sekolah dasar pintu
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik,
masuk perbaikan pengetahuan, sikap, dan
2(1).
perilaku gizi seimbang masyarakat. Kesmas:
Mariza, Y. Y., & Kusumastuti, A. C. 2013.
National Public Health Journal, 5(1): 42-48.
Hubungan antara kebiasaan sarapan dan
Alamin, R. L., and Syamsianah, A. 2014. Hubungan
kebiasaan jajan dengan status gizi anak
Sarapan Pagi di Rumah dan Jumlah Uang
sekolah dasar di Kecamatan Pedurungan Kota
Saku dengan Konsumsi Makanan Jajanan di
Semarang. Journal of Nutrition College, 2(1):
Sekolah pada Siswa SD N Sukorejo 02
207-213.
Semarang. Jurnal Gizi, 3(1).
Miko, A., & Dina, P. B. 2016. Hubungan Pola
Al-Oboudi, L. M. 2010. Impact of breakfast eating
Makan Pagi dengan Status Gizi pada
pattern on nutritional status, glucose level,
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh.
iron status in blood and test grades among
AcTion: Aceh Nutrition Journal, 1(2): 83-87.
upper primary school girls in Riyadh City,
Muchtar, M., Julia, M., & Gamayanti, I. L. 2011.
Saudi Arabia. Pakistan Journal of
Sarapan dan jajan berhubungan dengan
Nutrition, 9(2): 106-111.
kemampuan konsentrasi pada remaja. Jurnal
Anzarkusuma, I. S., Mulyani, E. Y., Jus’at, I., &
Gizi Klinik Indonesia, 8(1): 28-35.
Angkasa, D. 2014. Status Gizi Berdasarkan
Niswah, I., Damanik, M. R. M., & Ekawidyani, K.
Pola Makan Anak Sekolah Dasar Di
R. 2014. Kebiasaan Sarapan, Status Gizi, dan
Kecamatan Rajeg Tangerang (Nutritional
Kualitas Hidup Remaja SMP Bosowa Bina
Status Based On Primary School Student’s
Insani Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, 9(2).
Dietary Intake In Rajeg District Tangerang
Noviani, K., Afifah, E., & Astiti, D. 2016. Kebiasaan
City). Indonesian Journal of Human
jajan dan pola makan serta hubungannya
Nutrition, 1(2): 135-148.
dengan status gizi anak usia sekolah di SD
Cintari, L., Padmiari, I. A. E., & Utami, I. G. A. S.
Sonosewu Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi dan
2011. Perbedaan Kejadian Obesitas Pada
Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition
Anak Sekolah Berdasarkan Jenis Sarapan Dan
and Dietetics), 4(2): 97-104.
Faktor Keturunan. J Skala Husada, 8(2): 112-8.
Nurwijayanti, N. 2018. Pola Makan, Kebiasaan
Hardinsyah, H., & Aries, M. 2016. Jenis pangan
Sarapan dan Status Gizi Berhubungan
sarapan dan perannya dalam asupan gizi
Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK di Kota
harian anak usia 6—12 tahun di
Kediri. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(1):
indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, 7(2): 89-96.
54-63.
Isa, K. A. M., & Masuri, M. G. 2011. The association
Perdana, F., & Hardinsyah, H. 2013. Analisis Jenis,
of breakfast consumption habit, snacking
Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan
behavior and body mass index among
Anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, 8(1):
university students. American Journal of Food
39-46.
and Nutrition, 1(2): 55-60.
Rosyidah, Z., & Andrias, D. R. 2016. Jumlah Uang
Kalsum, U., & Halim, R. (2016). Kebiasaan Sarapan
Saku dan Kebiasaan Melewatkan Sarapan
Pagi berhubungan dengan Kejadian Anemia
Berhubungan dengan Status Gizi Lebih Anak
pada Remaja di SMA Negeri 8 Muaro
Sekolah Dasar. Media Gizi Indonesia, 10(1): 1-
Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi: Seri
6.
Sains, 18(1).
Sartika, R. A. D. 2012. Penerapan komunikasi,
Kusprasetia, M. T. 2016 Hubungan antara Kebiasaan
informasi, dan edukasi gizi terhadap perilaku
Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi
sarapan siswa Sekolah Dasar. Kesmas: National
Belajar pada Anak Sekolah Dasar di Kota
Public Health Journal, 7(2):76-82.
Bogor Ilmu Gizi pada Departemen Gizi
Sasmito, P. D. 2015. Hubungan asupan zat gizi
Masyarakat 47.
makro (karbohidrat, protein, lemak) dengan
Lentini, B., & Margawati, A. 2014. Hubungan
kejadian obesitas pada remaja umur 13-15
kebiasaan sarapan dan status hidrasi dengan

585
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)

tahun di propinsi DKI Jakarta (Analisis data Saufika, A., Retnaningsih, A., & Alfiasari, A. 2012.
sekunder Riskesdas 2010). Nutrire Diatita, 7(1): Gaya hidup dan kebiasaan makan
16-23. mahasiswa. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Soedibyo, S., & Gunawan, H. 2016. Kebiasaan Konsumen, 5(2): 157-165.
Sarapan di Kalangan Anak Usia Sekolah Wardoyo, H. A., & Mahmudiono, T. 2013).
Dasar di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Hubungan makan pagi dan tingkat konsumsi
Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Sari zat gizi dengan daya konsentrasi siswa
Pediatri, 11(1): 66-70. sekolah dasar. Media Gizi Indonesia, 9(1), 49-
53.

586

Anda mungkin juga menyukai