Alman Putra1, Dhea Nur Syafira1, Salma Maulyda1, Alfan Afandi1, Sri Wahyuni1
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo, Indonesia
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Jalan Diponegoro no. 186, Gedanganak
Ungaran Timur, Kab. Semarang 50519 e ISSN 1475-222656
E-mail: almanputra@gmail.com
577
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
578
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
sangat penting untuk memenuhi salah satu menggambarkan status gizi dan kebiasaan
asupan gizi harian yang berguna untuk sarapan pagi mahasiswa, dengan desain
mendukung aktivitas setiap hari. Apabila penelitian cross sectional yaitu melakukan
seseorang selalu membiasakan diri untuk pendekatan terhadap responden dengan cara
sarapan maka akan meningkatkan kualitas observasi dan pengumpulan data pada waktu
gizinya sehingga dapat berkontribusi pada yang sama. Teknik pengumpulan data
asupan dan kebutuhan zat gizi harian. menggunakan kuesioner perilaku tentang
Berdasarkan hasil penelitian bahwa survei di kebiasaan sarapan mahasiswa dan pengisian
lima kota besar menunjukan, 17% orang dewasa data pribadi yaitu nama, semester, jenis
tidak sarapan, dan 13% tidak sarapan setiap kelamin, umur, tinggi badan, dan berat badan
hari. Angka tidak sarapan pada anak-anak Lokasi penelitian dilaksanakan di kampus
bervariasi dari 17% di Jakarta, hingga 59% di Universitas Ngudi Waluyo Ungaran Gedung G
Yogyakarta (Setiyawan, 2017). Program Studi Kesehatan Masyarakat Jl.
Kehidupan sosial mahasiswa sangat Gedongsongo, Candirejo, Ungaran, Kabupaten
mempengaruhi perilaku hidup sehatnya Semarang, Jawa Tengan. Dalam penelitian ini
khususnya kebiasaan sarapan setiap hari, akan jumlah populasi adalah Mahasiswa Semester 1-
tetapi masih terdapat mahasiswa yang tidak 7 Program Studi Kesehatan Masyarakat
rutin melakukan sarapan. Hal yang menjadi Universitas Ngudi Waluyo yang berjumlah 91
masalah pada mahasiswa yang tidak rutin orang. Jumlah sampel yang digunakan adalah
melakukan sarapan di karenakan meraka tinggal sebesar 77 responden. Varibel pada penelitian
di luar kota dan kost di sekitar kampus, ini terdiri dari variabel bebas yaitu kebiasaan
sehingga mereka harus menyiapkan makanan sarapan pagi mahasiswa, variabel terikat yaitu
sendiri ataupun mereka harus mencari warung status gizi mahasiswa.
makan untuk sarapan, sedangakan jadwal Instrumen penelitian yang digunakan
kuliah pagi membuat mereka tergesa-gesa dan dalam penelitian ini adalah menggunakan
akhirnya mereka harus menunda sarapan. Lain kuesioner untuk mengetahui status gizi serta
halnya dengan mahasiswa yang tinggal di mengetahui kebiasaan sarapan mahasiswa yang
rumahnya sendiri, ke banyakan dari mereka berupa frekuensi sarapan, waktu sarapan, cara
lebih sering melakukan sarapan pagi karena memperoleh sarapan, dan jenis sarapan.
sudah disediakan makanan untuk sarapan oleh Dalam penelitian ini menggunakan teknik
orang tua. pengambilan sampel acak berdasar area karena
Penelitian ini dilakukan di Universitas saat sedang melakukan penelitian dari seluruh
Ngudi Waluyo Program Studi Kesehatan mahasiswa yang berjumlah 91 orang hanya
Masyarakat dengan tujuan penelitian umum terdapat 77 responden yang masuk saat
yaitu mengetahui kebiasaan sarapan terhadap mengikuti perkuliahan. Maka dari itu kami
status gizi mahasiswa dan tujuan khusus dari hanya mengambil jumlah sampel yang hanya
penelitian ini menggambarkan status gizi dan ada pada saat mengikuti perkuliahan.
kebiasaan sarapan mahasiswa. Tahap pengolahan data meliputi
Manfaat dari penelitian ini Memberikan pemberian kode diberikan oleh penelitian pada
informasi mengenai status gizi dan pentingnya kuesiner yang telah diisi oleh responden,
sarapan bagi Mahasiswa Program Studi pengeditan data, entri data, skoring data, dan
Kesehatan Maasyarakat Universitas Ngudi cleaning data. Data yang telah terkumpul
Waluyo. dilakukan pemerikasan data satu demi satu yang
meliputi jumlah lembaran yang telah dibagikan
METODE PENELITIAN apakah sama dengan jumlah sempel yang
ditentukan dan mengkoreksi setiap lembaran
Jenis penelitian yang digunakan adalah apakah sudah terisi semua serta pemberian kode
penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu pada setiap lembar quesioner. Pengolahan data
579
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
580
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
Tabel 2. Status Gizi dan Kebiasaan Sarapan (48.8%), sedangkan perempuan sebanyak
Mahasiswa Program Studi Kesehatan (51.2%) (Sasmito, 2015a).
Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo Berdasarkan tabel 2 dari hasil penelitian,
Freku Persenta dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
Variabel
-ensi -se (%) Mahasiswa Pogram Studi Kesehatan
Status gizi Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo
Normal 57 74 memiliki status gizi normal sebanyak 57
Kurus 15 19 responden (74 %). Namun masih terdapat
Berat badan lebih 2 3 responden dengan masalah status gizi kurus
Obesitas 3 4 sejumlah 15 responden (19 %), proporsi status
Total 77 100 gizi berat badan lebih 2 responden (3 %) hampir
Frekuensi sarapan sama dengan status gizi obesitas yaitu sebesar 4
Jarang sarapan 43 56 % (3 responden). Hasil penelitian lain
Sering sarapan 34 44 menyatakan bahwa 1804 remaja di Cina
Total 77 100 mengalami status gizi gemuk dan obesitas lebih
Waktu sarapan banyak dialami oleh laki-laki dari pada remaja
Pukul < 09.00 WIB 64 83 perempuan, yaitu sebesar 19.4% untuk remaja
Pukul ≥ 09.00 WIB 13 17 laki-laki dan 13.2% untuk remaja perempuan
Total 77 100 (Sasmito, 2015b) . Kebutuhan gizi pada pria
Setiap pagi 38 49 lebih besar dibandingkan dengan perempuan
Sebelum sehingga setiap kali makan porsinya lebih
39 51
beraktifitas banyak (Sasmito, 2015a) .
Total 77 100 Status gizi pada mahasiswa diukur
Cara memperoleh dengan menggunakan antropometri dengan
sarapan mengetahui umur, jenis kelamin, berat badan,
Disiapkan di rumah 28 36 dan tinggi badan responden. Status gizi dapat
Dibeli di warung 49 64 diketahui dengan menghitung Indeks Massa
Total 77 100 Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh dihitung
Jenis sarapan dengan cara membagi bobot badan (kg) dengan
Makanan pokok 64 83 kudrat tinggi badan (m) : IMT = BB/TB2, BB
Makanan alternatif 13 17 adalah bobot badan (kg) dan TB adalah tinggi
Total 77 100 badan (m). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 2000 telah mengeluarkan kategori IMT
(34 %) responden dan responden 1 (1%) lebih yang cocok untuk masyarakat Asia. Untuk
sedikit pada kelompok umur 22 tahun. Pada praktisnya, kriteria IMT adalah kurus (IMT
usia mahasiswa berada pada masa remaja akhir <18), normal (IMT = 18-25), gemuk sehat (IMT
(18-21 tahun) (Rosyidah, 2016). Faktor umur = 25-30), dan gemuk tidak sehat atau obesitas
sangat penting dalam penentuan status gizi (IMT >30). Dapat diketahui bahwa dari hasil
seseorang. Kesalahan dalam penentuan umur penelitian masih terdapat mahasiswa yang
akan mengakibatkan interpretasi status gizi mengalami masalah status gizi.
menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan
dan berat badan akan menjadi tidak akurat ataupun kecukupan dapat mengakibatkan
apabila tidak disertai dengan penentuan umur masalah status gizi, baik masalah status gizi
yang tepat (Sasmito, 2015a). Jenis kelamin pada kurang maupun gizi lebih (Anzarkusuma,
penelitian ini lebih dominan perempuan 2014).
sebanyak 68 (88 %) dan laki-laki sebanyak 9 Status gizi merupakan keadaan tubuh
(12%). Didukung oleh penelitian lain yang seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,
menyatakan bahwa proporsi laki-laki sebanyak penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan.
581
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
Konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan sehari yaitu sekitar 400-500 kalori dengan 8-9
kebutuhan dapat menyebabkan gizi salah gram protein (Saufika, 2012). Seseorang yang
(malnutrisi) yang dapat berupa gizi lebih dan tidak melakukan sarapan merasa lebih lapar
kurang .Dengan mengetahui status gizi pada siang dan malam hari daripada seseorang
seseorang tersebut status gizinya baik atau tidak yang melakukan sarapan karena asupan energi
baik (Anzarkusuma, 2014; Cintari, 2011). Dari cenderung meningkat ketika sarapan
seluruh responden yang memiliki status gizi dilewatkan. Merekan akan lebih banyak
kurang dapat terjadi karena apabila jenis dan mengkonsumsi makanan lebih banyak pada
jumlah makanan yang dikonsumsi saat sarapan waktu siang dan malam hari. Asupan makanan
belum memenuhi kecukupan gizinya. lebih banyak pada malam hari akan
Kebiasaan sarapan memiliki peran penting mengakibatkan meningkatnya glukosa yang
terhadap kondisi tubuh seseorang. Dalam disimpan sebagai glikogen. Aktivitas fisik sangat
jangka panjang, kebiasaan sarapan akan rendah sehingga glikogen akan disimpan dalam
berpengaruh terhadap status gizi. Sarapan bentuk lemak. Hal tersebut yang dapat
merupakan kegiatan yang penting sebelum mengakibatkan seseorang menjadi obesitas
melakukan aktivitas yang lain pada setiap hari (Achadi, 2010)
(Soedibyo, 2016). Berdasarkan tabel 2 disajikan bahwa dari
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari keseluruhan reponden lebih banyak 64
seluruh 77 responden terdapat lebih banyak responden (83 %) melakukan sarapan sebelum
frekuensi sarapan responden 43 (56 %) jarang pukul 09.00. Sedangkan responden melakukan
melakukan sarapan. Beberapa mahasiswa yang sarapan setiap pagi sebanyak 38 (49 %) hampir
tinggal di kost mereka lebih jarang melakukan sama dengan responden melakukan sarapan
sarapan sebelum kuliah pagi dengan alasan hanya saat sebelum melakukan aktivitas
malas, dan tidak sempat membeli makanan. sebanyak 39 (51 %).
Berbeda dengan mahasiswa yang laju lebih Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan
sering melakukan sarapan pagi karena telah untuk mensejahterakan rakyat dalam
disiapkan makanan oleh orang tua. Penelitian peningkatan kesehatan termasuk gizi. Undang-
lain mengungkapkan alasan terbanyak subjek undang nomor 36 Tahun 2009 tentang
penelitiannya tidak sarapan adalah tidak sempat Kesehatan pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa
atau tidak memiliki waktu karena terburu-buru upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan
sekolah, serta diet penurunan berat badan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan
(Ilyatun Niswah, 2014). Penelitian di negara masyarakat (Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
maju juga menyatakan prevalensi anak dan KIA, 2011).
remaja yang melewatkan sarapan berkisar Salah satu upaya peningkatan kesehatan
antara 12—34% (Niswah, 2014) adalah perbaikan gizi terutama pada usia
Sarapan merupakan kegiatan yang sekolah khususnya 6-12 tahun. Makan pagi atau
dilakukan mulai dari bangun tidur di pagi hari sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi
sampai dengan pukul 09.00 untuk memenuhi makanan yang mengandung gizi seimbang dan
sekitar 15-25 % kebutuhan gizi dalam sehari memenuhi 20%- 25% dari kebutuhan energi
agar terwujudnya hidup sehat, aktif dan cerdas. total dalam sehari yang dilakukan pada pagi
Frekuensi sarapan dari penilitian ini adalah hari sebelum kegiatan belajar di sekolah (Ali,
kebiasaan sarapan responden setiap hari. 2003). Sarapan pagi pada anak sekolah
Frekuensi sarapan berkontribusi untuk bertujuan untuk mencukupi kebutuhan energi
meregulasi selera makan dan pencegahan selama beraktivitas di sekolah serta dapat
(Mariza, 2013 ). meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak.
Sarapan termasuk kedalam salah satu 10 Kebiasaan sarapan juga termasuk dalam salah
pesan dari gizi seimbang. Sarapan juga dapat satu 13 pesan dasar gizi seimbang (Alamin,
menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi 2014).
582
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
Sarapan sebaiknya mengandung obesitas meningkat dua kali lipat pada anak usia
makanan sumber karbohidrat, protein, tinggi 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan
serat, dan rendah lemak (Noviani, 2011). meningkat tiga kali lipat pada anak usia 6-11
Melewatkan sarapan dapat berisiko untuk tahun. Di Indonesia, penelitian pada anak
menjadi obesitas dan memiliki gangguan sekolah dasar di beberapa kota besar
kesehatan (Muchtar, 2011). Obesitas dapat menunjukkan kisaran jumlah 2,1-25% (Alamin,
terjadi karena ketika anak tersebut melewatkan 2014).
sarapan dan merasa lapar maka mereka akan Prevalensi obesitas pada anak sekolah
mengkonsumsi makanan berkalori lebih tinggi usia 6-12 tahun di propinsi Jawa Tengah pada
yang didapatkan dari makanan jajanan. 5,6 tahun 2010 lebih tinggi dari prevalensi nasional
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan yaitu 10,9%. Prevalensi obesitas dan overweight
bahwa anak-anak dan remaja yang terbiasa di Semarang tahun 2004 pada murid sekolah
melewatkan sarapan akan memiliki risiko dasar usia 6-7 tahun adalah sebesar 10,6% dan
(Miko, 2016) kali lebih tinggi untuk ngemil dan 9,1% (Kusprasetia, 2016). Obesitas pada dewasa
sulit mengontrol nafsu makan mereka sehingga dapat bermula semenjak anak-anak, dan
dapat menyebabkan obesitas (Mariza, 2013) obesitas dapat menjadi faktor risiko dari
Penelitian yang dilakukan Triyanti di SD berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi,
Citarum 01,02,03, dan 04 Semarang diabetes mellitus, dan jantung (Mariza, 2013)
menunjukkan masih terdapat 34,83% anak SD Sarapan adalah kegiatan penting sebelum
jarang sarapan dan terdapat hubungan antara melakukan aktivitas fisik pada hari tersebut,
kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar mengingat bahwa tubuh tidak mendapatkan
(Lentini, 2014; Maharibe, 2014). Survey yang makanan selama sekitar 10 jam sejak malam
dilakukan Pergizi Pangan Indonesia tahun 2010 hari, serta melakukan sarapan dapat
pada 35 ribu anak usia sekolah dasar menyumbang 25 % dari kebutuhan total energi
menunjukkan 44,6% anak yang sarapan sehari-hari (Sartika, 2012; Nurwijayanti, 2018).
memperoleh asupan energi kurang dari 15% Sarapan yang baik yaitu sarapan yang selalu
kebutuhannya. dilakukan pada pagi hari bukan menjelang
Kelaparan saat di sekolah akan makan siang dan tidak perlu dibedakan antara
menyebabkan anak jajan di sekolah, apalagi sebelum melakukan aktivitas seperti kerja dan
hanya sekitar 5% dari anak-anak tersebut sekolah serta hari libur. Sarapan dimulai dari
membawa bekal dari rumah, sehingga bangun tidur di pagi hari hingga pukul 09.00
kemungkinan untuk membeli makanan jajanan (Kusprasetia, 2016 ).
lebih tinggi (Al-Oboudi, 2010) BPOM RI tahun Sarapan sering dilupakan oleh sebagian
2009 dalam Pangan Jajanan Anak Sekolah individu yang sibuk tetapi sarapan sangat
menunjukkan bahwa makanan jajanan penting untuk menunjang kesibukan individu
memberikan kontribusi masing-masing sebesar pada saat itu. Zat gizi yang dikonsumsi pada
31,1%, dan 27,4% terhadap keseluruhan asupan saat sarapan berpengaruh baik terhadap
energi dan protein anak sekolah dasar (Mariza, kegiatan yang berlanjut sampai siang bahkan
2013) Sebuah studi di Amerika Serikat malam hari. Rata-rata kebiasaan sarapan sering
menunjukkan bahwa anak mengkonsumsi lebih dilewatkan oleh sebagian orang sehingga dapat
dari sepertiga kebutuhan kalori sehari yang berakibat tubuh menjadi kurang sehat.
berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan Seseorang yang tidak sarapan akan mengalami
soft drink dapat menyebabkan obesitas (Adair kekurangan energi dan motivasi untuk
LS, 2005) beraktivitas selain itu kekurangan gizi dan
Hasil RISKESDAS tahun 2010 kekurangan zat gizi mikro dapat memberikan
menunjukkan prevalensi overweight dan dampak terhadap keadaan fisik, mental,
obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar kesehatan, dan menurunkan fungsi kognitif
9,2%. Sejak tahun 1970 hingga 2010, kejadian (Setiyawan, 2017).
583
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
Dari hasil penelitian sebanyak 77 sayur, dan lauk pauk hewani. Jenis makanan
responden cara memperoleh sarapan setiap hari alternatif seperti roti, umbi-umbian, sereal juga
responden lebih banyak di beli di warung dapat dijadikan sebagai makanan alternatif
sebanyak 49 responden (64 %) dengan sarapan. Akan tetapi, kandungan zat gizi lebih
keterangan bahwa mahasiswa lebih banyak banyak hanya mengandung karbohidrat
berasal dari luar kota sehingga mereka (Kusprasetia, 2016; Perdana, 2013 ).
bertempat tinggal di kost ataupun di asrama. Makanan yang dikonsumsi setiap hari
Dalam memperoleh makanan mahasiswa yang harus terpenuhi secara kualitas maupun
tinggal di kost memiliki beberapa cara yaitu kuantitas. Makanan yang seimbang dari segi
membeli di warung dan memasak sendiri. Bagi kualitas maupun kuantitasnya akan mendukung
mereka yang memasak sendiri keteraturan pola kemampuan seseorang dalam melakukan
makannya sangat tergantung kedisiplinan aktivitas sehari-hari. Sarapan yang baik terdiri
mereka mengatur waktu dan uang saku. Tidak dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat
jarang dijumpai mahasiswa yang sarapan dan pembangun, dan sumber zat pengatur. Dalam
makan siang disatukan karena terlambat bangun menuyusun menu sarapan perlu memperhatikan
atau kondisi keungan kurang membaik. Anak kelengkapan kandungan gizi yaitu karbohidrat,
kost biasanya mengalami ada waktu tertentu protein, vitamin, mineral, sayur dan buah tinggi
uang mereka banyak dan ada waktu uang serat, dan rendah lemak (Achadi, 2010).
mereka sedikit bahkan sama sekali tidak ada
(Kalsum, 2016). PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa 64 responden (83 %) lebih Berdasarkan hasil penelitian kebiasaan
dominan dengan makanan pokok saat sarapan sarapan terhadap status gizi pada Mahasiswa
setiap hari, namun tidak menutup kemungkinan Universitas Ngudi Waluyo Program Studi
masih terdapat 13 responden (17 %) melakukan Kesehatan Masyarakat secara umum memiliki
sarapan dengan menggunakan makanan status gizi normal, dan hanya sedikit yang
alternatif. Sarapan yang sesuai dengan menu memiliki status gizi kurus, gemuk dan obesitas.
seimbang (kandungan gizi yang seimbang terdiri Sebaliknya pada penelitian ini kebiasaan
dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan sarapan pada mahasiswa berbanding terbalik
mineral) yang terdiri nasi, sayur/buah, lauk dengan status gizi, yang mana bahwa kebiasaan
pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan sarapan masih jarang dilakukan oleh
akan vitamin dan mineral (Sartika, 2012). mahasiswa. Kondisi ini tidak menunjukkan
Jenis makanan yang dikonsumsi saat bahwa kebiasaan sarapan dapat berpengaruh
sarapan sangat menentukan kualitas sarapan terhadap status gizi pada Mahasiswa
dan energi yang dihasilkan dari sarapan itu Universitas Ngudi Waluyo Program Studi
sendiri. Sarapan dapat menyediakan Kesehatan Masyarakat.
karbohidrat yang digunakan untuk Penelitian ini hanya bersifat deskriptif,
meningkatkan kadar glukosa darah, sehingga belum memberikan penjelasan tentang
produktivitas kerja meningkat. Konsumsi saat faktor yang berhubungan atau berpengaruh
sarapan lebih baik terdiri dari makanan dan terhadap variabel kebiasaan sarapan baik secara
minuman yang beraneka ragam mengandung kualitatif dan kuantitatif. Oleh sebab itu saran
unsur gizi yang di butuhkan oleh tubuh dan yang diberikan untuk penulisan selanjutnya
mengacu pada pedoman gizi seimbang yaitu yaitu dapat meneliti lebih komprehensif tentang
pemenuhan karbohidrat dan zat gizi lainnya faktor yang mempengaruhi kebiasaan dan
seperti protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan bagaimana strategi atau perlakuan yang dapat
serat. Namun, secara umum jenis komposisi mengatasi kebiasaan sarapan mahasiswa
pangan telah memenuhi kebutuhan minimal maupun orang pada umumnya yang masih
sarapan yakni makanan pokok seperti nasi, buruk.
584
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
585
Alman., P. dkk. / Kebiasaan Sarapan Terhadap / HIGEIA 2 (4) (2018)
tahun di propinsi DKI Jakarta (Analisis data Saufika, A., Retnaningsih, A., & Alfiasari, A. 2012.
sekunder Riskesdas 2010). Nutrire Diatita, 7(1): Gaya hidup dan kebiasaan makan
16-23. mahasiswa. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Soedibyo, S., & Gunawan, H. 2016. Kebiasaan Konsumen, 5(2): 157-165.
Sarapan di Kalangan Anak Usia Sekolah Wardoyo, H. A., & Mahmudiono, T. 2013).
Dasar di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Hubungan makan pagi dan tingkat konsumsi
Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Sari zat gizi dengan daya konsentrasi siswa
Pediatri, 11(1): 66-70. sekolah dasar. Media Gizi Indonesia, 9(1), 49-
53.
586