PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola
singkat telah diperkenalkan selera makan gaya fast food maupun health food
yang populer di Amerika dan Eropa. Budaya makan telah berubah menjadi
tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro.
konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau siap saji
kian digemari sebagai makanan pengganti nasi, salah satunya adalah mie
instan. Pergeseran pola konsumsi ini dimungkinkan karena mie dapat diproses
dengan mudah, disajikan dengan praktis dan dapat memenuhi selera sebagian
2007). Mie instan adalah makanan favorit dari semua kalangan masyarakat
terutama bagi orang yang memiliki kesibukan yang sangat banyak sehingga
tidak sempat untuk membuat ataupun membeli makanan yang sehat (Fahmi,
2010).
food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie
yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi
mie instan dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein
(Fahmi, 2010). Kebiasaan mengkonsumsi mie siap saji tanpa tambahan sayur
dan protein menjadi kurang tepat karena tidak semua kebutuhan zat gizi
terpenuhi. Selain bahan tambahan yang ada di dalamnya, mie instan juga
rendah serat, serat dalam makanan juga diperlukan untuk menjaga kesehatan
lanjut usia. Alasannya, sifat mie yang enak, praktis dan mengenyangkan.
sumber karbohidrat pengganti nasi. Selain itu, mie instan juga sering dijadikan
solusi untuk mengatasi balita yang sulit makan, padahal jika pemberian mie
instan ini dibiasakan terhadap anak sejak usia dini, mereka akan merasa
ketagihan dan pada akhirnya hanya mau mengkonsumsi mie instan saja karena
rasanya yang gurih dan tekstur yang lembut, serta warnanya yang mencolok
(Ismullah, 2010).
cepat saji, yang umumnya memiliki energi tinggi karena 45 – 50%nya berasal
dari lemak (Irene, 2009). Konsumsi mie instan oleh masyarakat Indonesia
salah satu merk mie instan, dalam 85 gram mie instan mengandung 420 kkal
Pada umumnya, balita membutuhkan asupan energi dan protein yang cukup
kebutuhan zat gizi penting yang lain. Namun yang sering terjadi pada rentang
usia balita adalah asupan makan anak cenderung kurang karena anak menolak
konsumsi mie instan tinggi adalah 58,6% dan 48,5% untuk tingkat konsumsi
frekuensi konsumsi mie instan pada sebagian besar keluarga miskin adalah
40%, sedangkan konsumsi mie instan pada keluarga tidak miskin 30%.
mengakibatkan efek kurang baik bagi tubuh, terutama anak– anak yang berada
dalam masa pertumbuhan. Konsumsi mie instan secara tunggal dan terus
zat gizi (Winarno, 2012). Dahl, Heine, dan Tassinari dalam Pipes (2013)
mengungkapkan bahwa asupan garam yang tinggi pada usia dini dapat
faktor, satu diantaranya adalah umur dan jenis kelamin. Menurut Marotz
balita umur > 24 bulan, nafsu makannya mulai meningkat seiring dengan
dan zat gizi lain antara laki – laki dan perempuan. Pada beberapa studi, laki –
asupan energi dan zat gizi yang lebih tinggi daripada perempuan (Pipes,
2013).
Varian konsumsi antar umur dan jenis kelamin ini dapat dikaitkan
jenis pangan dan mutu gizi makanan yang dikonsumsi anggota keluarga.
Pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi jenis pangan dan mutu gizi
Ibu yang memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap gizi yang tinggi
terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang menentukan mudah
makanan yang baik pula, pengetahuan gizi juga mempunyai peranan yang
perilaku sehat adalah makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini
adalah pola makan sehari – hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh baik
Instan Dan Perilaku Konsumsi Mie Instan Pada Balita Di Wilayah Kerja
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan pengetahuan ibu
tentang mie instan dan perilaku konsumsi mie instan pada balita di Wilayah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Selatan.
Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
tentang mie instan dan perilaku konsumsi mie instan pada balita.
2. Praktis
balita.
b. Bagi Universitas Malahayati
ibu tentang mie instan dan perilaku konsumsi mie instan pada balita.
E. Ruang Lingkup
sectional. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidaksengaja dan ini
yaitu:
1) Faktual berisi unsur-unsur dasar yang harus diketahui siswa jika mereka
2) Konsep meliputi skema, model mental atau teori dalam berbagai model
psikologi kognitif.
harus diikuti.
pribadi seseorang.
2. Tingkatan Pengetahuan
bahasa sendiri.
c. Aplikasi (application) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori
yaitu:
a. Tahu (know)
bahan ajar yang telah dipelajari atau diterima. Oleh karena itu dalam
hafalan.
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
organisasi.
e. Sintesis (synthesis)
bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
Formula tersebut berasal dari formula yang sudah ada namun kemudian
f. Evaluasi (evaluation)
kriteria yang sudah ada. Dalam hal ini pelaku evaluasi tentu saja sudah
teruji kemampuannya.
terhadap sesuatu.
kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini adalah
a. Faktor Internal.
Faktor internal terdiri dari beberapa aspek yang berada pada diri
1) Pendidikan.
2) Pekerjaan.
3) Umur.
1) Faktor Lingkungan.
berfikir seseorang.
2) Sosial Budaya.
B. Mie Instan
Mie adalah makanan cepat saji yang berbentuk adonan tipis dan
panjang serta paling popular dari semua jenis makanan cepat saji, pangan
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari
dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan
atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk dalam
Mie instan adalah produk makanan kering yang dibuat dari tepung
makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah
digoreng atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit (Arianto,
2013). Mie instan biasanya dikenal dengan nama ramen. Mie ini dibuat
rendah serat, rendah vitamin serta mineral, tetapi tinggi kalori, lemak,
bumbu dan membuang air rebusan, dan diganti dengan air yang baru
(Katmawanti, 2016).
2. Bahan Tambahan pada Mie Instan
a. Sodium
simpan makanan maka tidak heran makanan terasa nikmat dan tahan
lama. FDA TBHQ diijinkan hingga 0,02% dari total minyak dalam
mie instan untuk membuat rasa mie instan semakin nikmat.MSG tidak
d. Propylene Glycol
busa dalam pembuatan satu kali pakai seperti gelas, piring, dan
kesehatan manusia.
Selain itu didalam mie instan juga tidak ada nutrisi yang dapat diserap
makanan olahan instan. Tetapi, bahan kimia ini juga bias ditemukan
2016).
gula darah, dan kolestrol. Para konsumen mie instan memiliki asupan
nutrisi lebih rendah, seperti protein, kalsium, fosfor, zat besi, kalium,
penyakit yang berasal dari mie instan adalah MSG dan natrium
C. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
lain adalah kegiatan seseorang yang dapat diamati ataupun tidak yang
terkait disini yaitu bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) dan bersifat
2. Bentuk Perilaku
sarapan pagi.
3. Pengukuran Perilaku
- Selalu (SL) =4
- Sering (SR) =3
- Jarang (JR) =2
- Selalu (SL) =1
- Sering (SR) =2
- Jarang (JR) =3
yaitu:
a. Faktor Predisposisi
kepercayaan keyakinan.
b. Faktor Pemungkin
sarana dan prasarana seperti uang, swalayan yang dapat menjadi factor
c. Faktor Penguat
D. Penelitian Terkait
Tentang Mie Instan Dan Perilaku Konsumsi Mie Instan Pada Balita Di
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang mie instan dan
perilaku konsumsi mie instan (p< 0,05), nilai r hitung (0,849) lebih besar
dari nilai r tabel (0,266) yang memiliki hubungan korelasi sangat kuat.
3. Bulan Putri Intan Raissa Cindy (2016) dengan judul Hubungan Konsumsi
Mie Instan Dengan Status Gizi Pada Balita Usia 24 – 59 Bulan Di Desa
dan protein balita dengan status gizi balita di Desa Jamus, (nilai p =
0,0001 ; = 0,544) untuk kecukupan energi balita dengan status gizi, (nilai
balita. 5. Tidak ada hubungan kontribusi energi dan protein Mie Instan
status gizi balita di Desa Jamus, (nilai p = 0,426 ; = -0,123) untuk persen
kontribusi energi mie instan bdengan status gizi balita, (nilai p = -0,054 ;
= -0,054) untuk persen kontribusi protein mie instan dengan status gizi
balita.
E. Kerangka Teori
Predisposing Genetics
HEALTH
PROGRAM
Quality
Health of life
Policy
Regulation Enabling Environment
Organization
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Pengetahuan Perilaku
G. Hipotesis Penelitian
Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk ada hubungan antara dua
variable, variable bebas dan variable terikat (Notoatmodjo, 2018). Hipotesis
Ha : ada hubungan pengetahuan ibu tentang mie instan dan perilaku konsumsi
Lampung Selatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
(Notoatmodjo, 2018)
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2021 di Wilayah Kerja
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
ukuran sampel paling minimum adalah 30. Jadi jumlah sampel dalam
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi operasional variabel
Definisi Skala
No Variabel Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Dependen (y) Tindakan ibu Kuesioner Mengisi 0. Baik, jika skor Ordinal
Perilaku ibu dalam memberikan Kuesioner ≥80%
makanan berupa 1. Kurang baik,
mie instan kepada jika skor <80%
anak nya yang
masih berusia
balita
2 Independen (x)
Tingkat Tingkat Kuesioner Mengisi 0. Baik : Ordinal
pengetahuan pemahaman Kuesioner Hasil persentase
responden 76% - 100%
mengenai mie 1. Cukup :
instan Hasil persentase
56% - 75%
2. Kurang :
Hasil persentase
<56%
F. Pengumpulan Data.
1. Instrumen
teori yang ada, instrumen berupa kuesioner yang akan diisi oleh ibu yang
pengembangan instrumen :
1) Uji Validitas.
mengatakan bahwa jika koefisien korelasi antara skor item dengan skor
total yang diperoleh (r hitung) lebih besar atau sama dengan koefisien
2) Uji Reliabilitas
dikatakan valid, jika r alpha lebih besar dari konstanta (0,6) maka
G. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting hal ini
merupakan data mentah belum memberikan informasi apapun dan belum siap
untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti
dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2018),
a Editing
cara :
pengolahan.
b Coding
komputer.
c Proccesing
data telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengkodean maupun
dalam waktu membaca kode, sehingga siap untuk dianalisa. Data – data
komputer.
d Cleaning
e Tabulating
disiapkan.
H. Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dan
dianalisis dengan teknik statistik. Proses pemasukan data dan pengolahan data
program SPSS. Penelitian ini menggunakan dua cara dalam menganalisis data
1. Analisa univariat
(Notoatmodjo, 2010).
2. Analisa bivariat
digunakan untuk analisis bivariat ini adalah uji Chi Square (x2) pada α 5%
DAFTAR PUSTAKA
A.Wawan & Dewi M. 2019. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.
Arianto, Nurcahyo Tri. (2013). Pola Makan Mie Instan: Studi Antropologi Gizi
PAda Mahasiswa Antropologi Fisip Unair. BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-
Juni 2013, hal. 27
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Cindy, Bulan Putri Intan Raissa. (2016). Hubungan Konsumsi Mie Instan Dengan
Status Gizi Pada Balita Usia 24 – 59 Bulan Di Desa Jamus Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak, Indonesia Tahun 2015. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-
3346)
Djaali. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Green, Lawrence. (2011). Health Promotion Planning An Educational and.
Environmental Approach. Mayfield Publishing Company.
London: Mountain View-Toronto.
Hendra, Agus. (2013). Hubungan frekuensi konsumsi mie instan dengan
komposisi tubuh pada siswi kelas 3 SMAN 12 Banda Aceh. Jurnal Jurusan
Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh.
Huh, In Sil et al. (2017). Instant noodle consumption is associated with
cardiometabolic risk factors among college students in Seoul. Nutrition
Research and Practice 2017;11(3):232-239
Iniabong A. Charles. (2017). Health risk assessment of instant noodles commonly
consumed in Port Harcourt, Nigeria. Research Article Environ Sci Pollut
Res.
Katmawanti, Septa. (2016). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
Mie Instan Pada Mahasiswa Di Universitas Negri Malang. Jurnal Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.
Mubarokah, Aini. (2014). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan
dengan Konsumsi Mie Instan pada Santriwati SMA Pondok Pesantren Asy
SyarifahMranggen Demak. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah
Semarang April 2014, Volume 3, Nomor 1
Notoatmodjo S. 2011. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Notoatmodjo,S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pritasari dkk. (2017). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Diakses dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/
11/gizi-dalam-daur-kehidupan-final-SC.pdf pada tanggal 28 Januari 2021
Ratnasari, Dewi Kristina. (2012). Gambaran kebiasaan konsumsi mie instan pada
anak usia 7-12 tahun studi di sekolah dasar kanisius tlogosari kulon
semarang. Journal of Nutrition College, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012.
Riska, Riyana. (2013). Hubungan antara konsumsi mie instan, asupan (energi,
Protein, vitamin a dan fe) dan status gizi laki-laki usia 19-29 tahun di
pulau sumatra (analisis data sekunder Riskesdas 2010). Jurnal Nutrire
Diaita Volume 5 Nomor 1, April 2013
Riskesdas. (2013). Konsumsi Makanan Olahan dari Tepung Tahun 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sugiyono 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
World Instan Noodle Assosiation (WINA). (2017). Global Demand For
InstantNoodles. http://instantnoodles.org/en/noodles/market.html. Diakses
pada tanggal 28 Januari 2021