Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STATUS GIZI

MAHASISWA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar-dasar Gizi
yang dibina oleh Dra. Anny Martiningsih, M.Kes

oleh
Silvia Trias Putri 130612607834
Suci Ramadhani 130612607879
Syahyudi Aditya 130612607831
Tahani Ratna Adiba 130612607854
Viska Yolanda 130612607878
Yulinda Nur Maulidya 130612607855
Zakiah Zulfa Diina 130612607856

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Januari 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis
dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah
multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan
berbagai sektor yang terkait.
Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada kedaan masalah gizi
ganda yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Empat masalah gizi
kurang yakni Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA),
Anemia Gizi Besi dan Gangguan Akibat Kekurangan iodium. Sebagian besar
penelitian tentang gizi lebih memperhatikan masalah ketidakseimbangan
antara asupan makan dan aktivitas fisik dan kurang memperhatikan faktor-
faktor lain, seperti aspek psikologis (body image), aspek psikiatrik (depresi),
dan aspek gender (Purnakarya, 2009).
Status gizi merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
mengingat kurangnya status gizi dapat mengakibatkan kualitas fisik yang
rendah yang dapat berdampak pada penurunan tingkat kesegaran jasmani
(physical endurance) yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada
produktivitas kerja (Rismayanthi, 2009).
Pada saat mahasiswa melaksanakan kegiatan sehari-hari mereka
memerlukan energi yang cukup, dimana energi ini nantinya digunakan tubuh
untuk melakukan daya tahan, kelentukan, koordinasi dan kelincahan. Asupan
gizi yang kurang menjadikan status gizi siswa menjadi buruk, sehingga akan
mempunyai cukup energy untuk melakukan aktivitas dalam kesehariannya.
Kekurangan gizi pada usia pertumbuhan akan mempunyai dampak yang
sangat parah, karena pada masa ini akan mengalami perubahan yang sangat
pesat dalam pertumbuhan maupun perkembangannya. Sehingga diperlukan
gizi yang baik maupun kebugaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan yang lebih optimal (Rismayanthi, 2009).
Selain itu, kekurangan zat gizi akan mengurangi kemampuan dalam
konsentrasi belajar, meningkatkan angka kesakitan dan menurunnya
produktifitas (Purnakarya, 2009). Pada umumnya mahasiswa berusia diatas
18 tahun, menurut Sarwono, usia 18 – 21 tahun merupakan tahap remaja
akhir dengan ciri-ciri: (a) lebih stabil dalam emosi, minat, konsentrasi dan
cara berfikir; (b) bertambah realistis; (c) meningkatkan kemampuan untuk
memecahkan masalah; (d) tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua
yang kurang; (e) pertumbuhan fisik pada tahap ini mulai lamban
dibandingkan pada anak yang berusia 13 – 17 tahun (Purnakarya, 2009).
Sebagai remaja tahap akhir, mahasiswa masih mengalami
pertumbuhan dalam hal tinggi badan, berat badan, lemak tubuh dan otot serta
penyempurnaan berbagai sistem organ. Pada masa ini pemenuhan kebutuhan
gizi masih sangat penting, selain itu zat gizi juga sangat penting untuk
menunjang aktifitas dalam perkuliahan. Mahasiswa sebagai SDM yang
berkualitas dicirikan sebagai manusia yang cerdas, produktif dan mandiri
dalam melaksanakan tugas-tugas kemahasiswaannya, salah satu cara
mewujudkannya adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi. Oleh karena
itu sangat perlu mengetahui status gizi mahasiswa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Purnakarya, 2009).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari status gizi?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi status gizi pada mahasiswa?
3. Bagaimanakah sistem penilaian status gizi?
4. Apa sajakah macam klasifikasi status gizi?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari status gizi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada
mahasiswa.
3. Untuk mengetahui sistem penilaian status gizi.
4. Untuk mengetahui macam-macam klasifikasi status gizi.
BAB II
ISI

2.1. Pengertian Status Gizi


Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan gizi
akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun
gizi kurang. Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium
maupun secara antropometri. Antropometri merupakan cara penentuan status
gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT)
direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi
remaja. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat
kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar (Rismayanthi,
2009).
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan
indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari (Rismayanthi,
2009). Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara pemasukan gizi disatu pihak dan pengeluaran energi
dipihak lain yang terlihat melalui indikator berat badan dan tinggi badan
(Arisman, 2002). Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh
seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan
zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2006).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa status gizi merupakan suatu keadaan
seseorang sebagai akibat dari mengkonsumsi dan proses terhadap makanan
dalam tubuh dan kesesuaian gizi yang dikonsumsi dengan gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Status gizi yang baik diperlukan untuk
mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan
bagi seseorang.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi pada Mahasiswa


1. Asupan Makanan:
a) Penjual makanan
Terdapat beberapa tipe penjual makanan dalam kampus antara lain
restoran, dan kantin dengan beberapa jenis makananuntuk mahasiswa
dan penjaja makanan disekitar kampus. Di samping itu ada penjaja
makanan di sekitar universitas yang biasanya menjual satu atau dua
jenis makanan sepertisoto tangkar, sate dan soto mie. Beberapa penjaja
makanan menyediakan nasi, makanan yang dijual pada kantin besar
lebih banyak gorengan daripada makanan yang direbus,s emua penjual
makanan memasak makanan di rumah kemudian mereka
membawamakanan yang sudah matang tersebut untuk dijual di kampus
dan jika perlu tinggal dipanaskan saja terutama yang berkuah.
b) Perilaku makan mahasiswa
1) Frekuensi makan
Sesuai kebiasaan di Indonesia, sebagian besar responden
mahasiswa makan 3 kali sehari dengan menu utama nasi, hanya 4
dari 16 orang mahasiswa yang tidak makan nasi, 3 mahasiswa
minum susu atau kopi dengan roti yang merupakan kebiasaan dari
kecil. Mahasiswa lain tidak makan apapun sebagai upaya mereka
untuk melangsingkan tubuh. Ada juga kebiasaan dalam keluarga
yang mempercayai lebih baik tidak makan pagi terlalu banyak
khususnya nasi karena bisa membuat mengantuk. Beberapa
keluarga makan roti dan minum susu atau kopi saja.
2) Kebiasaan mempersiapkan makanan dan memasak
Semua keluarga mahasiswa memasak sendiri, yang memasak
adalah ibu mereka dibantu oleh pembantu. Alasannya adalah
karena lebih murah dan sehat. Mereka membeli bahan makanan
segar dari penjual keliling, 7 keluarga lainnya membeli ke pasar
tradisional, 3 orang biasa membeli bahan makanan di Supermarket
alasannya karena bersih, tidak perlu tawar-menawar dan
kualitasnya bagus.
3) Rumah dan tempat indekost, masa kecil, makan bersama dan
pengaruhnya terhadap pola kebiasaan makanan
Sebelas dari 16 mahasiswa masih tinggal dengan orang tuanya.
Pola makan mahasiswa yang tinggal dengan orang tuanya
didominasi terutama oleh pola makan keluarganya, karena jumlah
makanan yang dimakan dan makanan mahasiswa tersebut selalu
dijaga oleh ibu mereka. Di antara mahasiswa yang tinggal jauh dari
rumah, 5 orang pola makannya berbeda dengan ketika mereka
tinggal di rumahnya, karena mereka mempersiapkan makan sendiri,
biasanya terlambat makan atau di luar jadual kebiasaan karena
waktu yang terbatas, dan harus memperhitungkan uang yang
mereka punya. Pilihan lainnya membeli makanan warung atau
penjaja makanan.
2. Aktivitas Fisik
a) Jadwal kuliah yang ketat
Jadwal kuliah yang ketat mengakibatkan mahasiswa sulit menyediakan
waktu untuk makan. Pada masa tertentu mahasiswa cenderung
menggunakan waktu mereka untuk belajar bersama dan menggunakan
uang saku mereka untuk memfotokopi materi ujian. Waktu dan uang
yang terbatas mengakibatkan beberapa mahasiswa tidak makan atau
makan sembarang asalkan perut terisi dan kenyang.
b) Jam kuliah kosong karena dosen tidak datang
Jam kuliah kosong karena dosen tidak datang, menciptakan situasi
untuk makan bersama dan mengobrol di kantin atau restoran, dan
tempat yang sering dipakai adalah restoran siap saji atau kantin.
Pertemuan atau Event tertentu di Kampus sudah merupakan kebiasaan
pada kegiatan kemahasiswaan berupa seminar atau perayaan tertentu
disediakan makan siang yang dari restoran di sekitar universitas.dan
biasanya adalah makanan siap saji. Waktu makan siang terbatas upaya
mempercepat masa belajar di universitas berupa pengkonsentrasian
materi belajar dan waktu belajar yang makin singkat mengakibatkan
kepadatan kegiatan mahasiswa, libur semester digunakan untuk kuliah
tambahan agar dapat memperbaiki nilai. Sebagian mahasiswa selalu
terlambat makan siang atau kadang tidak makan siang dan hanya
mengemil kecuali membawa bekal dari rumah untuk makan siang.
3. Body Image
Body Image yang dimiliki mahasiswa akan berpengaruh kepada beberapa
perubahan perilaku. Sebagai contoh, mahasiswa cenderung
membandingkan dirinya dengan teman-teman dan berusaha keras untuk
dapat di terima dalam peer-group (kelompok teman sebaya). Masalah akan
timbul karena tidak semua remaja tumbuh dan berkembang di saat yang
bersamaan dan dengan cara yang sama. Remaja yang tumbuh dengan
keluarga yang terlalu kritis tentang penampilan dan bentuk tubuh juga
akan mengembangkan Body Image yang negatif. Hal ini dapat
mempengaruhi harga diri remaja terutama jika remaja yang bersangkutan
memiliki sifat yang sensitive terhadap komentar yang diberikan oleh orang
lain. Remaja juga dapat mengembangkan Body Image yang negative
dikarenakan komentar dan tanggapan dari teman-teman. Remaja akan
menarik diri dan merasa lebih nyaman berada sendirian daripada bergaul
dengan teman-teman. Dan hal ini menyebabkan pola makan mahasiswa
terganggu apabila tidak diperhatikan. Mahasiswa memilih untuk
mengurangi asupan makannya karena untuk menunjang body image yang
diinginkan. Body Image yang positif dapat dikembangkan melalui
kebiasaan dan gaya hidup sehat serta pola fikir yang sehat pula. Sebagai
contoh, mahasiswa dapat menjaga bentuk tubuh yang proporsional dengan
menjaga pola makan yang sehat dan seimbang
4. Depresi
Mahasiswa sebagai remaja tidak bisa lepas dari berbagai masalah mental
seperti stres, kecemasan dan depresi. Tapi dengan melakukan pola makan
yang sehat bisa membantu remaja melawan masalah mental tersebut.
Sebuah studi terbaru menyarankan para remaja untuk banyak
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran karena bisa membantu melawan
gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Hasil studi ini
mengungkapkan remaja yang memiliki pola makan buruk karena lebih
banyak mengonsumsi junkfood dan makanan olahan lebih mungkin
menderita masalah kesehatan mental. Seorang menuturkan jika bisa
mencegah hal tersebut sebelum mencapai remaja, maka kondisi ini bisa
mengurangi jumlah remaja yang mengalami gangguan mental seperti
depresi, stres dan kecemasan, karena diketahui sekitar 15 persen remaja
mengalami gangguan kecemasan. Selain itu memiliki makanan yang kaya
akan zat gizi baik adalah suatu hal yang benar-benar penting bagi remaja,
karena mereka berada dalam tahap pertumbuhan yang cepat sehingga
butuh nutrisi yang memadai. Studi ini melibatkan 3.000 remaja yang
diminta mengisi kuesioner mengenai pola makan serta gejala
psikologisnya sejak tahun 2005-2007. Setelah itu peneliti akan
menganalisis kuesioner yang didapatkan. Didapatkan remaja yang terbiasa
mengonsumsi makanan sehat memiliki masalah kesehatan mental yang
lebih sedikit dibanding dengan anak yang pola makannya buruk.
5. Gender
Dari analisa gender, asupan makanan dan status gizi mahasiswa sangat
pengaruh. Pada mahasiswa laki-laki membutuhkan banyak asupan
daripada mahasiswa perempuan. Itu sebabnya terdapatnya perbedaan
status gizi. Dan gender merupakan salah satu fakor yang mempengaruhi
status gizi pada mahasiswa. Akan tetapi meskipun terdapat faktor gender,
mahasiswa sangat membutuhkan status gizi yang seimbang untuk
memaksimalkan kegiatannya sehari-hari.

2.3. Sistem Penilaian Status Gizi


Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium
maupun secara antropometri. Antropometri merupakan cara penentuan status
gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT)
direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi
remaja (Rismayanthi, 2009).
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara melihat gambar
dibawah ini:
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing
penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.
Pengukuran langsung:
1. Antropometri
a) Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
b) Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2. Biokimia
a) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
b) Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
3. Klinis
a) Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
b) Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
4. Biofisik
a) Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan.
b) Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Pengukuran tidak langsung:
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu:
survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan
penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Survei Konsumsi Makanan
a) Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak lang¬sung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi
b) Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang kon¬sumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
a) Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
b) Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
a) Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
b) Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar
untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw, 1964).

2.4. Macam-Macam Klasifikasi Status Gizi


1. Klasifikasi Status Gizi
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS
Berat badan menurut Gizi lebih baik > + 2 SD
umur (BB/U) Gizi baik ≥ -2 SD sampai +2 SD
Gizi kurang < - 2 SD sampai ≥ - 3
SD
Gizi buruk < – 3 SD
Tinggi badan menurut Normal ≥ 2 SD
umur (TB/U) Pendek (stunted) < - 2 SD

Berat badan menurut Gemuk > + 2 SD


tinggi badan (BB/TB) Normal ≥ - 2 SD sampai + 2
SD
Kurus (wested) < - 2 SD sampai ≥ - 3
SD
Sangat kurus < – 3 SD

2. Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antopometri yang


dibedakan atas :
1. Berat Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam
bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel di
atas.
2. Tinggi Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam
bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel di
atas.
3. Berat Badan / Tinggi Badan
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan
terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan
sesuai dengan tabel di atas.
4. Lingkar Lengan Atas / Umur
Lingkar lengan atas (LILA) hanya di kategorikan menjadi dua
kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar
1,5 cm/tahun.
5. Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena
memiliki kelebihan, yaitu :
- Tidak memerlukan data umur.
- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus).
6. Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan Z-Score
diklasifikasian menjadi 4, yaitu :
- Gizi buruk (sangat kurus) : < - 3 SD
- Gizi kurang (kurus) : - 3 SD s/d < - 2 SD
- Gizi baik (normal) : - 2 SD s/d + 2 SD
- Gizi lebih (gemuk) : > + 2 SD
DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita. 2006.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.
2. Arisman. 2002. Gizi Dalam daur Kehidupan. Palembang: Direktorat
JendralPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
3. Ghani.Adani, 2011. Atur Pola Makan Atasi Depresi. [online]
http://www.detikhealth.com/read/2011/09/24/100340/1729483/764/atasi-
remaja-yang-depresi-dengan-makan-yang-benar Diakses pada Rabu, 8
Februari 2014.

4. Penilaian Status GiziMasyarakat. [online] Available


http://statusgizi.blogspot.com/ Diakses pada Sabtu, 8 Februari 2014.
5. Punakarya, Idral., Elnovriza, Deni., Zulliadi, Febri. 2009. Studi Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Mahasiswa Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
[online] Available
http://repository.unand.ac.id/715/1/Artikel_DIPA_Idral_Purnakarya_2009.
doc. Diakses padaRabu, 5 Februari 2014.
6. Rismayanthi, Cerika. 2011. Perbedaan Status Gizi Dan V02 Max Pada
Mahasiswa Ikora Yang Tinggal Di Wismor Dengan Mahasiswa Yang
Tinggal Diluar Wismor. [online] Available
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Cerika%20Rismayanthi,
%20S.Or./Status%20Gizi%20%26%20VO2%20Max.pdf Diakses pada
Rabu, 5 Februari 2014.
7. Ruslie, Riska Habriel., Darmadi. 2012. Analisis Regresi Logistik Untuk
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja. [e-journal]
Available http://mka.fk.unand.ac.id/images/articles/No_1_2012/hal_63-
72-isi.pdf. Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012.
DiaksespadaRabu, 5 Februari 2014.
8. Surjadi.Charles, 2013. Globalisasi dan Pola Makan Mahasiswa: Studi
Kasus di Jakarta. [e-journal] Available
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_205Globalisasi%20dan%20Pola%
20Makan%20Mahasiswa-Studi%20Kasus%20di%20Jakarta.pdf Diakses
pada Rabu, 8 Februari 2014.
9. Wirakartakusumah, M.A. 1994. Rekayasa Proses Menghadapi
Tantangan Masa Depan Industri Pangan. Orasi Ilmiah Fakultas Teknologi
Pertanian IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai