A. Latar Belakang
Angka kecukupan gizi (AKG) berguna sebagai patokan dalam penilaian dan perencanaan
konsumsi pangan, serta basis dalam perumusan acuan label gizi. Angka kecukupan gizi
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan Iptek gizi dan ukuran antropometri
penduduk. Setelah sekitar sepuluh tahun ditetapkan angka kecukupan energi (AKE) dan
kecukupan protein (AKP) bagi pendudukIndonesia, kini saatnya ditinjau ulang dan
kecukupan protein(AKP), kecukupan lemak (AKL), kecukupan karbohidrat (AKK) dan serat
Gizi merupakan asupan yang teramat penting bagi tumbuh kembang bayi. Kecukupan gizi
untuk bayi akan mendorong perkembangan bayi secara optimal. Sebaliknya kekurangan gizi
atau malnutrisi akan menimbulkan berbagai risiko bagi kesehatan anak, diantaranya
hambatan pertumbuhan tulang, lemah otot, degeneratif otak serta gangguan mental. Orang tua
Kebutuhan cairan sehari-hari pada setiap orang bisa berbeda, tergantung kondisi tubuh, usia,
jenis kelamin, suhu lingkungan, jenis makanan yang dikonsumsi, maupun jenis aktivitasnya.
Berdasarkan rumusan teknik pengaturan gizi dan pentingnya pengaturan makanan dalam
kehidupan sehari-hari, maka dapat dijelaskan berikut ini ruang lingkup materi yang terkait
1
Badan Pangan dan Gizi Dewan Riset Nasional Amerika Serikat sejak tahun 1941 telah
Allowances/RDA). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) ini merupakan standar
yang mencapai gizi baik bagi penduduk (National Research Council, 1989).
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) didefinisikan sebagai tingkat komsumsi
energi dan zat-zat esensial, yang berdasarkan ilmu pengetahuan mutakhir dinilai cukup
memenuhi kebutuhan gizi untuk pemeliharaan hampir semua penduduk sehat di suatu
populasi. AKG ditetapkan untuk berbagai kelompok umur, gender, dan kondisi fisiologis
AKG ditetapkan berdasarkan perkiraan kebutuhan normal rata-rata zat-zat gizi sesudah
dan ketersediaan biologis (bioavailability) zat-zat gizi yang berasal dari bahan pangan
berbeda.
B.Tujuan
2
Angka kecukupan gizi
Menghitung Kecukupan Gizi Berbagai Kelompok Umur. Bab ini akan menjelaskan tentang
bagaimana cara menghitung Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein). Untuk masing-
masing individu berdasarkan kelompok umur, menghitung angka kecukupan gizi rata-rata
keluarga.Topik ini juga menjelaskan cara menaksir kecukupan energi individu, keluarga dan
kelompok meliputi kecukupan gizi ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balita, anak
sekolah dan remaja, serta dewasa dan manula/ lansia.
Topik ini juga menjelaskan cara menaksir angka kecukupan protein individu, keluarga dan
kelompok meliputi kecukupan gizi ibu hamil dan menyusui, bayi, anak balita, anak sekolah
dan remaja, serta dewasa dan manula/lansia.
A. Kecukupan Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi
berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan
fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka
pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM, 2002). Pangan
sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan protein. Pangan sumber energi
yang kaya lemak antara lain lemak/gajih dan minyak, buah berlemak (alpokat), biji
berminyak (biji wijen, bunga matahari dan kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan
kadar air rendah (kacang tanah dan kacang kedele), dan aneka pangan produk turunnanya.
Pangan sumber energi yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lainnya,
umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain
lain) dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain
daging, ikan, telur, susu dan aneka produk turunannya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kecukupan energi adalah berat badan,tinggi badan,
pertumbuhan dan perkembangan (usia), jenis kelamin,energi cadangan bagi anakdan remaja,
serta thermic effect of food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi karena
asupan pangan yang nilainya 5-10% dari Total Energy Expenditure (TEE) (Mahan & Escoot-
stump 2008). Angka 5 % digunakan bagi anak-anak yang tekstur makanannya lembut dan
minum ASI/susu (umur <3th) ; dan 10% pada usia selanjutnya.
Khusus AKE lansia disebabkan oleh penajaman kelompok umur, dan koreksi hasil model
persamaan regresi yang digunakan yang menurut Krems C (2005) overestimate. Juga koreksi
aktifitas fisik yang diasumsikan sedentary atau sangat ringan pada lansia di atas usia 80
tahun. Sementarapada kelompok usia lainnya (selain lansia >=80 tahun dan anak <9 tahun)
diasumsikan kegiatan fisik ringan, sejalan dengan temuan Riskesdas 2007 bahwa lebih dari
90 % penduduk Indonesia berada pada kategori aktifitas fisik ringan. Kecukupan gizi anak
usia<6 bulan, yang seharusnya diberi ASI ekslusif, lebih baik dibulatkan ke atas untuk
mencapai rata-rata jumlah asupan energiperhari dari ASI selama pemberian ASIekslusif dan
dikoreksi dengan faktor konversi energi dari makanan ibu menyusui menjadi energi dalam
3
ASI, yaitu 1.1 (FAO/WHO, 1985). Penelitian yang dilakukan Nasoetion A (2003) di Bogor
menunjukkan jumlah asupan volume ASI bagi bayi yang diberikan ASI ekslusif dengan
metode penimbangan dan kohort sekitar 750ml/hari, sejalan dengan temuan studi di manca
negara berkisar natara 650 sampai 850 ml/hari.Tambahan kecukupan energi pada trimester
pertama kehamilan tidak diperlukan bila bumil sehat dengan berat badan normal pada saat
memulia kehamilan. Asumsi ini tampaknya lemah karena persentase KEK wanita usia subur
dan ibu hamil trimester pertama di Indonesia sekitar 20-35 %, karena itu lebih baik tambahan
kecukupan energidisebar pada ketiga semester dengan tambahan secara bertahap sejak awal
kehamilan. Tambahan kecukupan energi bagi ibu menyusui.
Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan asam amino esensial, protein
juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Asam
Phinilalanine, Tyrosine, Threonine, Tryptophan dan Valine. Pada umumnya empat asam
amino yang sering defisit dalam makanan anak-anak adalah Lysine, Methionine+Cysteine,
Threonine +Tryptophan. (FAO/WHO, 1985). Protein atau asam amino esensial berfungsi
Pangan sumber protein hewani meliputi daging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahnya.
Pangan sumber protein nabati maliputi kedele, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti
tempe, tahu, susu kedele. Secara umum mutu protein hewani lebih baik dibanding protein
nabati. Di Indonesia kotribusi energi dari protein hewani terhadap total energi relatif rendah
yaitu 4% (Hardinsyah dkk, 2001), yang menurut FAO RAPA (1989) sebaiknya sekitar 15%
Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia (tahap pertumbuhan dan
perkembangan) dan mutu protein dalam pola konsumsi pangannya. Bayi dan anak-anak yang
berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan protein lebih
4
banyak perkilogram berat badannya dibanding orang dewasa (IOM, 2005). 10 Mutu protein
makanan ditentukan salah satunya komposisi dan jumlah asam amino esensial. Pangan
hewani mengandung asam amino lebih lengkap dan banyak dibanding pangan nabati, karena
itu pangan hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati
Disamping itu, mutu protein juga ditentukan oleh daya cerna protein tersebut, yang dapat
berbeda antar jenis pangan. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino esensial dan
semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu
proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis
pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya (Gibney, Vorster & Kok, 2002).
Perhitungan kecukupan protein didasarkan pada kebutuhan protein per-kilogram berat badan
menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan hasil review yang dilakukan IOM (2005);
demikian pula untuk tambahankecukupan protein bagi ibu menyusui (IOM, 2005), dengan
data berat badan rata-ratasehatpenduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis
kelamin, seperti halnya pada perhitungan AKE. Perhitungan kecukupan protein disesuaikan
dengan rata-rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein. Hasil
analisis data konsumsi pangan Susenas 2009 (BPS 2009) menunjukkan bahwa sekitar
separoh konsumsi protein penduduk Indonesia berasal dari serealia terutama beras yang
menurut WHO (2007) mutu protein beras (true digestability) adalah 75. Review yang
dilakukan WHO (2007) menunjukkan bahwa mutu protein diet penduduk Pilipina (yang pola
pangan pokok nasi dan lebih banyak makan daging, ikan dan susu dibanding penduduk
Indonesia) adalah 88, dan penduduk India (yang pola pangan pokok nasi dan banyak kacang-
kacangan dan susu) adalah 78. Oleh karena itu asumsi mutu protein diet penduduk Indonesia
pada perhitungan AKG yang lalu adalah 85 perlu disempurnakan dengan mutu protein 80. Ini
artinya faktor koreksi mutu protein pada AKG 2012 ini adalah 100/80 atau 1.3. Sedangkan
faktor koreksi mutu protein bagi perempuan hamil adalah 1.2 karena pada saat hamil menurut
IOM (2005) terjadi efisiensi penyerapan zat gizi termasuk protein sekitar 10%.Selain itu
dengan mempertimbangkan bahwa asam manio esensial pada diet usia anak dan remaja
cenderung defisit, dan protein terutama protein hewani turut berperan dalam pertumbuhan
5
linear atau pencegahan stunting, maka koreksi mutu protein 1.3 tidak diberlakukan pada anak
Keterangan :
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam bahan makanan dalam jumlah
dan proporsi yangsesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna memelihara,
memperbaiki sel-sel tubuh, proses kehidupan dan pertumbuhan serta perkembangannya.
Menu seimbang adalah menu yang disusun menggunakan semua golongan bahan makanan
dan penggantinya, sehingga susunan makanan tersebut lengkap dan memenuhi kebutuhan
akan semua zat-zat gizi untuk mencapai kesehatan maksimal. Menu sendiri berarti susunan
makanan atau hidangan yang disantap oleh seseorang atau sekelompok orang setiap kali
makan. Di Indonesia menu sehari-hari terdiri dari menu makan pagi, siang dan malam.
6
Diantara dua waktu makan dapat dihidangkan makanan selingan yaitu pagi hari antara pukul
10.00 – 12.00 dan sore hari antara 16.00 – 17.00.
• Menu Seimbang
Gizi Seimbang :- kebutuhan gizi- proporsi zat gizi- distribusi makanan 1 hari- ketersediaan
bahan makanan- keuangan. 4 Sehat 5 Sempurna- Makanan pokok – Sayur – Lauk pauk –
Buah- Susu
• Gizi Seimbang =AB3 – aman, halal dan baik – bergizi, mengandung kh, prot, lemak, vit,
min, air (4S5S) pedomani daftar anjuran makanan sehari (ams)- berimbang komposisi zat gizi
sesuai U, BB, JK, Aktifitas, proporsikan kebutuhan Energi Total (ET):KH : 60-70 % ET
• Beragam menggunakan bahan makanan yang bervariasi, pedomani daftar bahan penukar
sesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan setempat dan keuangan.
4. Menghemat biaya karena menu telah ditetapkan sehingga mengurangi pembelian bahan
yang tidak perlu.
7
Menu seimbang harus mengandung zat-zat gizi yang diperukan oleh tubuh. Karbohidrat
diperoleh dari bahan makanan pokok sebagai enegi. Lemak diperoleh dari minyak goreng,
mentega, susu, daging dan lain-lain. Sementara protein diperoleh dari lauk pauk yang terdiri
dari protein hewani dan nabati. Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari sayuran dan buah-
buahan.
Pola Menu Seimbang dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan makanan untuk
tumbuh dan bertahan hidup. Namun pada kenyataannya, manusia makan tidak hanya untuk
kedua haldiatas. Tujuan lain manusia makan salah satunya adalah untuk hiburan atau
memenuhi selera,serta yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menjaga kesehatan.Jika
pada tiga dekade lalu, pandangan masyarakat mengenai orang yang sehat adalahyang berat
badannya cukup dan terlihat montok dan berisi.
Lain halnya dengan pandanganmasyarakat sekarang. Pada periode ini, masyarakat telah
mengetahui bahwa orang yanggemuk justru memiliki potensi penyakit yang beraneka ragam.
Saat ini, sebagian besar masyarakat telah paham mengenai indikator orang sehat. Hal ini
didukung dengan naiknyatingkat kesadaran pendidikan masyarakat dan juga semaikn
mudahnya akses informasi.Masalah gizi masyarakat Indonesia saat ini adalah mengenai
kekurangan dan kelebihan gizi.
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan
perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan.Kekurangan zat gizi pada salah satu makanan, dapat dicukupi oleh makanan
lain dengan pemberian menu seimbang. Untuk itu pemberian menu seimbang dengan
makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan gizi.
8
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Jakarta.
Arisman ,MB, Dr.(2004), Gizi dalam Daur Kehidupan dalam Buku Ajar Ilmu Gizi, Penerbit
Sunita Almatsier, M.Sc., DR.(2004), Penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Jakarta.
Sunita Almatsier (2005), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.