Anda di halaman 1dari 9

BAB III

ANGKA KECUKUPAN GIZI


(AKG)

A. Latar Belakang

Angka kecukupan gizi (AKG) berguna sebagai patokan dalam penilaian dan perencanaan

konsumsi pangan, serta basis dalam perumusan acuan label gizi. Angka kecukupan gizi

mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan Iptek gizi dan ukuran antropometri

penduduk. Setelah sekitar sepuluh tahun ditetapkan angka kecukupan energi (AKE) dan

kecukupan protein (AKP) bagi pendudukIndonesia, kini saatnya ditinjau ulang dan

disempurnakan. Kajian ini bertujuan merumuskan angka kecukupan energi (AKE),

kecukupan protein(AKP), kecukupan lemak (AKL), kecukupan karbohidrat (AKK) dan serat

makanan (AKS) penduduk Indonesia.

Gizi merupakan asupan yang teramat penting bagi tumbuh kembang bayi. Kecukupan gizi

untuk bayi akan mendorong perkembangan bayi secara optimal. Sebaliknya kekurangan gizi

atau malnutrisi akan menimbulkan berbagai risiko bagi kesehatan anak, diantaranya

hambatan pertumbuhan tulang, lemah otot, degeneratif otak serta gangguan mental. Orang tua

harus memahami standar kebutuhan gizi bayi yang harus terpenuhi.

Kebutuhan cairan sehari-hari pada setiap orang bisa berbeda, tergantung kondisi tubuh, usia,

jenis kelamin, suhu lingkungan, jenis makanan yang dikonsumsi, maupun jenis aktivitasnya.

Berdasarkan rumusan teknik pengaturan gizi dan pentingnya pengaturan makanan dalam

kehidupan sehari-hari, maka dapat dijelaskan berikut ini ruang lingkup materi yang terkait

dengan teknik pengaturan gizi.

1
Badan Pangan dan Gizi Dewan Riset Nasional Amerika Serikat sejak tahun 1941 telah

menyusun Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (Recommended Dietary

Allowances/RDA). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) ini merupakan standar

yang mencapai gizi baik bagi penduduk (National Research Council, 1989).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) didefinisikan sebagai tingkat komsumsi

energi dan zat-zat esensial, yang berdasarkan ilmu pengetahuan mutakhir dinilai cukup

memenuhi kebutuhan gizi untuk pemeliharaan hampir semua penduduk sehat di suatu

populasi. AKG ditetapkan untuk berbagai kelompok umur, gender, dan kondisi fisiologis

tubuh tertentu, yaitu hamil dan menyusui.

AKG ditetapkan berdasarkan perkiraan kebutuhan normal rata-rata zat-zat gizi sesudah

diabsorpsi; kemudian ditetapkan faktor penyesuaian untuk menutupi penggunaan (utilisasi)

tidak sempurna, serta untuk menampung perbedaan-perbedaan dalam kebutuhan perorangan

dan ketersediaan biologis (bioavailability) zat-zat gizi yang berasal dari bahan pangan

berbeda.

B.Tujuan

1. Ingin mengetahui kecukupan energi individu.

2. Mengetahui kecukupan protein individu.

3. Mengetahui pedoman menyusun menu seimbang.

4. Mengetahui pendoman menyusun menu industri.

2
Angka kecukupan gizi

Menghitung Kecukupan Gizi Berbagai Kelompok Umur. Bab ini akan menjelaskan tentang
bagaimana cara menghitung Angka Kecukupan Gizi (Energi dan Protein). Untuk masing-
masing individu berdasarkan kelompok umur, menghitung angka kecukupan gizi rata-rata
keluarga.Topik ini juga menjelaskan cara menaksir kecukupan energi individu, keluarga dan
kelompok meliputi kecukupan gizi ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balita, anak
sekolah dan remaja, serta dewasa dan manula/ lansia.

Topik ini juga menjelaskan cara menaksir angka kecukupan protein individu, keluarga dan
kelompok meliputi kecukupan gizi ibu hamil dan menyusui, bayi, anak balita, anak sekolah
dan remaja, serta dewasa dan manula/lansia.

A. Kecukupan Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi
berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan
fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka
pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (IOM, 2002). Pangan
sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan protein. Pangan sumber energi
yang kaya lemak antara lain lemak/gajih dan minyak, buah berlemak (alpokat), biji
berminyak (biji wijen, bunga matahari dan kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan
kadar air rendah (kacang tanah dan kacang kedele), dan aneka pangan produk turunnanya.
Pangan sumber energi yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lainnya,
umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain
lain) dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain
daging, ikan, telur, susu dan aneka produk turunannya.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kecukupan energi adalah berat badan,tinggi badan,
pertumbuhan dan perkembangan (usia), jenis kelamin,energi cadangan bagi anakdan remaja,
serta thermic effect of food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi karena
asupan pangan yang nilainya 5-10% dari Total Energy Expenditure (TEE) (Mahan & Escoot-
stump 2008). Angka 5 % digunakan bagi anak-anak yang tekstur makanannya lembut dan
minum ASI/susu (umur <3th) ; dan 10% pada usia selanjutnya.

Khusus AKE lansia disebabkan oleh penajaman kelompok umur, dan koreksi hasil model
persamaan regresi yang digunakan yang menurut Krems C (2005) overestimate. Juga koreksi
aktifitas fisik yang diasumsikan sedentary atau sangat ringan pada lansia di atas usia 80
tahun. Sementarapada kelompok usia lainnya (selain lansia >=80 tahun dan anak <9 tahun)
diasumsikan kegiatan fisik ringan, sejalan dengan temuan Riskesdas 2007 bahwa lebih dari
90 % penduduk Indonesia berada pada kategori aktifitas fisik ringan. Kecukupan gizi anak
usia<6 bulan, yang seharusnya diberi ASI ekslusif, lebih baik dibulatkan ke atas untuk
mencapai rata-rata jumlah asupan energiperhari dari ASI selama pemberian ASIekslusif dan
dikoreksi dengan faktor konversi energi dari makanan ibu menyusui menjadi energi dalam

3
ASI, yaitu 1.1 (FAO/WHO, 1985). Penelitian yang dilakukan Nasoetion A (2003) di Bogor
menunjukkan jumlah asupan volume ASI bagi bayi yang diberikan ASI ekslusif dengan
metode penimbangan dan kohort sekitar 750ml/hari, sejalan dengan temuan studi di manca
negara berkisar natara 650 sampai 850 ml/hari.Tambahan kecukupan energi pada trimester
pertama kehamilan tidak diperlukan bila bumil sehat dengan berat badan normal pada saat
memulia kehamilan. Asumsi ini tampaknya lemah karena persentase KEK wanita usia subur
dan ibu hamil trimester pertama di Indonesia sekitar 20-35 %, karena itu lebih baik tambahan
kecukupan energidisebar pada ketiga semester dengan tambahan secara bertahap sejak awal
kehamilan. Tambahan kecukupan energi bagi ibu menyusui.

B. Kecukupan Protein Individu

Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan asam amino esensial, protein

juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Asam

amino esensial meliputi Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Cysteine,

Phinilalanine, Tyrosine, Threonine, Tryptophan dan Valine. Pada umumnya empat asam

amino yang sering defisit dalam makanan anak-anak adalah Lysine, Methionine+Cysteine,

Threonine +Tryptophan. (FAO/WHO, 1985). Protein atau asam amino esensial berfungsi

terutama sebagai katalisator, pembawa, pengerak, pengatur, ekpresi genetik, neurotransmitter,

penguat struktur, penguat immunitas dan untuk pertumbuhan(WHO, 2002).

Pangan sumber protein hewani meliputi daging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahnya.

Pangan sumber protein nabati maliputi kedele, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti

tempe, tahu, susu kedele. Secara umum mutu protein hewani lebih baik dibanding protein

nabati. Di Indonesia kotribusi energi dari protein hewani terhadap total energi relatif rendah

yaitu 4% (Hardinsyah dkk, 2001), yang menurut FAO RAPA (1989) sebaiknya sekitar 15%

dari total energi.

Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia (tahap pertumbuhan dan

perkembangan) dan mutu protein dalam pola konsumsi pangannya. Bayi dan anak-anak yang

berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan protein lebih

4
banyak perkilogram berat badannya dibanding orang dewasa (IOM, 2005). 10 Mutu protein

makanan ditentukan salah satunya komposisi dan jumlah asam amino esensial. Pangan

hewani mengandung asam amino lebih lengkap dan banyak dibanding pangan nabati, karena

itu pangan hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati

Disamping itu, mutu protein juga ditentukan oleh daya cerna protein tersebut, yang dapat

berbeda antar jenis pangan. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino esensial dan

semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu

proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis

pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya (Gibney, Vorster & Kok, 2002).

Perhitungan kecukupan protein didasarkan pada kebutuhan protein per-kilogram berat badan

menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan hasil review yang dilakukan IOM (2005);

demikian pula untuk tambahankecukupan protein bagi ibu menyusui (IOM, 2005), dengan

data berat badan rata-ratasehatpenduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis

kelamin, seperti halnya pada perhitungan AKE. Perhitungan kecukupan protein disesuaikan

dengan rata-rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein. Hasil

analisis data konsumsi pangan Susenas 2009 (BPS 2009) menunjukkan bahwa sekitar

separoh konsumsi protein penduduk Indonesia berasal dari serealia terutama beras yang

menurut WHO (2007) mutu protein beras (true digestability) adalah 75. Review yang

dilakukan WHO (2007) menunjukkan bahwa mutu protein diet penduduk Pilipina (yang pola

pangan pokok nasi dan lebih banyak makan daging, ikan dan susu dibanding penduduk

Indonesia) adalah 88, dan penduduk India (yang pola pangan pokok nasi dan banyak kacang-

kacangan dan susu) adalah 78. Oleh karena itu asumsi mutu protein diet penduduk Indonesia

pada perhitungan AKG yang lalu adalah 85 perlu disempurnakan dengan mutu protein 80. Ini

artinya faktor koreksi mutu protein pada AKG 2012 ini adalah 100/80 atau 1.3. Sedangkan

faktor koreksi mutu protein bagi perempuan hamil adalah 1.2 karena pada saat hamil menurut

IOM (2005) terjadi efisiensi penyerapan zat gizi termasuk protein sekitar 10%.Selain itu

dengan mempertimbangkan bahwa asam manio esensial pada diet usia anak dan remaja

cenderung defisit, dan protein terutama protein hewani turut berperan dalam pertumbuhan

5
linear atau pencegahan stunting, maka koreksi mutu protein 1.3 tidak diberlakukan pada anak

dan remaja tetapi ditingkatkan menjadi 1.5

Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein

Keterangan :

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)

BB = Berat badan aktual (kg)

Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3

bagi dewasa dan 1.5 bagi anak dan remaja

Faktor koreksi mutu protein

Perempuan hamil = 1.2

C. Pedoman Menyusun Menu Seimbang

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam bahan makanan dalam jumlah
dan proporsi yangsesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna memelihara,
memperbaiki sel-sel tubuh, proses kehidupan dan pertumbuhan serta perkembangannya.
Menu seimbang adalah menu yang disusun menggunakan semua golongan bahan makanan
dan penggantinya, sehingga susunan makanan tersebut lengkap dan memenuhi kebutuhan
akan semua zat-zat gizi untuk mencapai kesehatan maksimal. Menu sendiri berarti susunan
makanan atau hidangan yang disantap oleh seseorang atau sekelompok orang setiap kali
makan. Di Indonesia menu sehari-hari terdiri dari menu makan pagi, siang dan malam.

6
Diantara dua waktu makan dapat dihidangkan makanan selingan yaitu pagi hari antara pukul
10.00 – 12.00 dan sore hari antara 16.00 – 17.00.

Prinsip Menu Seimbang

• Menu Seimbang

Gizi Seimbang :- kebutuhan gizi- proporsi zat gizi- distribusi makanan 1 hari- ketersediaan
bahan makanan- keuangan. 4 Sehat 5 Sempurna- Makanan pokok – Sayur – Lauk pauk –
Buah- Susu

• Gizi Seimbang =AB3 – aman, halal dan baik – bergizi, mengandung kh, prot, lemak, vit,
min, air (4S5S) pedomani daftar anjuran makanan sehari (ams)- berimbang komposisi zat gizi
sesuai U, BB, JK, Aktifitas, proporsikan kebutuhan Energi Total (ET):KH : 60-70 % ET

A Kalori dibagi 4 gr = X gr KHProtein : 10-15 % ET

B Kalori dibagi 4 gr = Y gr ProteinLemak : 15-20 % ET

C Kalori dibagi 9 gr= Z gr Lemak

• Beragam menggunakan bahan makanan yang bervariasi, pedomani daftar bahan penukar
sesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan setempat dan keuangan.

• Tujuan Penyusunan Menu

Tujuan penyusunan menu sehari-hari adalah sebagai berikut :

1. Memudahkan penyiapan makanan sesuai dengan kebutuhan seluruh anggota keluarga.

2. Memudahkan penyiapan hidangan menjadi lebih bervariasi, misalnya variasi bahan


pangan, resep, teknik olah dan lain-lain.

3. Menghemat penyediaan waktu dan tenaga dalam persiapan.

4. Menghemat biaya karena menu telah ditetapkan sehingga mengurangi pembelian bahan
yang tidak perlu.

5. Keinginan dan selera keluarga dapat terpenuhi.

6. Kualitas dan kuantitas menu keluarga terjamin.

7. Menu yang dihidangkan tidak membosankan.

7
Menu seimbang harus mengandung zat-zat gizi yang diperukan oleh tubuh. Karbohidrat
diperoleh dari bahan makanan pokok sebagai enegi. Lemak diperoleh dari minyak goreng,
mentega, susu, daging dan lain-lain. Sementara protein diperoleh dari lauk pauk yang terdiri
dari protein hewani dan nabati. Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari sayuran dan buah-
buahan.

D. Pedoman Menyusun Menu Industri

Pola Menu Seimbang dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan makanan untuk
tumbuh dan bertahan hidup. Namun pada kenyataannya, manusia makan tidak hanya untuk
kedua haldiatas. Tujuan lain manusia makan salah satunya adalah untuk hiburan atau
memenuhi selera,serta yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menjaga kesehatan.Jika
pada tiga dekade lalu, pandangan masyarakat mengenai orang yang sehat adalahyang berat
badannya cukup dan terlihat montok dan berisi.

Lain halnya dengan pandanganmasyarakat sekarang. Pada periode ini, masyarakat telah
mengetahui bahwa orang yanggemuk justru memiliki potensi penyakit yang beraneka ragam.
Saat ini, sebagian besar masyarakat telah paham mengenai indikator orang sehat. Hal ini
didukung dengan naiknyatingkat kesadaran pendidikan masyarakat dan juga semaikn
mudahnya akses informasi.Masalah gizi masyarakat Indonesia saat ini adalah mengenai
kekurangan dan kelebihan gizi.

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan
perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan
perkembangan.Kekurangan zat gizi pada salah satu makanan, dapat dicukupi oleh makanan
lain dengan pemberian menu seimbang. Untuk itu pemberian menu seimbang dengan
makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan gizi.

8
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Suhardjo, Clara M. Kusharto(1982), Prinsip-prinsip Ilmu Gizi, Penerbit Kanisius, Jakarta.

Darwin Karyadi, Muhilal(1985), Kecukupan Gizi Yang Danjurkan, Penerbit PT Gramedia,

Jakarta.

Arisman ,MB, Dr.(2004), Gizi dalam Daur Kehidupan dalam Buku Ajar Ilmu Gizi, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sunita Almatsier, M.Sc., DR.(2004), Penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Sunita Almatsier (2005), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai