Anda di halaman 1dari 22

IMUNOGLOBULIN DAN

ANTIGEN

Dr. Meironi Waimir

Manusia dan Vertebrata lainnya memiliki sistem

pertahanan tubuh yang berperan untuk melindungi


dirinya dari serangan agen-agen penyebab penyakit
Sistem pertahanan tubuh dapat dibedakan menjadi
2 yaitu:
1. Pertahanan Nonspesifik yang memiliki sifat
alami (innate) artinya sudah ada sejak organisme itu
lahir dan berlaku bagi semua agen infeksi.
2. Pertahanan Spesifik atau disebut juga
pertahanan perolehan (acquired) karena pertahanan
ini diperoleh setelah adanya rangsangan oleh benda
asing (agen infeksi).

Sifat dan Penetapan Imunoglobulin


Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok

glikoprotein yang terdapat dalam serum atau cairan


tubuh pada hampir semua mamalia.
Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein,
mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96%
polipeptida dan 4-18% karbohidrat.
Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu
1. mengikat antigen secara spesifik
2. memulai reaksi fiksasi komplemen serta
pelepasan histamin dari sel mast.

Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam

rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian


asam amino yang dikenal sebagai rantai H (rantai
berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L
(rantai ringan) dengan berat molekul 22.000.
Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri
dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat
oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga
membentuk struktur yang simetris.
Rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (),
rantai A (), rantai M (), rantai E () dan rantai D
().

Jenis dan Sifat Imunoglobulin


Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai

H.
Tiap kelas mempunyai berat molekul, masa paruh,
dan aktivitas biologik yang berbeda.

Imunoglobulin G
Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh

jumlah imunoglobulin.
ImunoglobulinG (IgG) Adalah reaksi imun yang
diproduksi terbanyak sebagai antibodi utama dalam
proses sekunder
Merupakan pertahanan inang yang penting terhadap
bakteri yang terbungkus dan virus.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing
mempunyai perbedaan yang tidak banyak, dengan
perbandingan jumlahnya sebagai berikut:
IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%.
Masa paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3
yang hanya mempunyai masa paruh l minggu.

Mampu menyebar dengan mudah ke dalam celah

ekstravaskuler dan mempunyai peranan penting


menetralisir toksin kuman, serta melekat pada
kuman sebagai persiapan fagositosis.
Immunoglobulin G ( Ig G ) Merupakan satu-satunya
immunoglobulin yang mampu melewati plasenta
Merupakan kekebalan pasif dari ibu kepada anaknya
sera merupakan pertahanan utama untuk bayi pada
minggu-minggu pertama dalam kehidupannya ( dari
kolustrum)

Imunoglobulin M
10% dari seluruh jumlah imunoglobulin
Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama kali timbul

pada respon imun terhadap antigen dan antibodi yang


utama pada golongan darah secara alami.
Bervalensi tinggi paling sering bereaksi di antara
semua Imunoglobulin,
Sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik,
pengikatan komplemen, reaksi antibodi-antigen yang
lain karena timbulnya cepat setelah terjadi infeksi dan
tetap tinggal dalam darah
IgM merupakan daya tahan tubuh yang penting untuk
bakteremia dan virus.
Antibodi ini dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi.

Imunoglobulin A (IgA)
Adalah Imunoglobulin utama dalam sekresi selektif,

misalnya pada susu, air liur, air mata dan dalam


sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran
pencernaan atau usus (Corpo Antibodies).
melindungi selaput mukosa dari serangan bakteri
dan virus.

Imunoglobulin D
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03

mg/ml)
Sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap
proteolisis.
Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan
imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM
dan diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.
juga terdapat pada sel penderita leukemia getah bening.
Telah dibuktikan pula bahwa IgD dapat bertindak sebagai
reseptor antigen apabila berada pada permukaan limfosit
B tertentu dalam darah tali pusar janin dan mungkin
merupakan reseptor pertama dalam permulaan
kehidupan sebelum diambil alih fungsinya IgM dan
Imunoglobulin lainnya, setelah sel tubuh berdiferensiasi
lebih jauh.

ImunoglobulinE (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah.
Disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa dan tonsil
Mengakibatkan sel melepaskan histamin dan berperan dalam

reaksi alergi
IgE apabila disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada Mast
Cells dan Basofil.
Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi
dari Mast Cells dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif.
IgE yang terikat ini berlaku sebagai reseptor yang merangsang
produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang dihasilkan
memicu respon alergi Anafilaktik melalui pelepasan zat
perantara.

Pada orang dengan hipersensitivitas alergi

berperantara antibodi, konsentrasi IgE akan


meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar.
IgE serum secara khas juga meningkat selama
infeksi parasit cacing.

Antigen
Istilah antigen mengandung dua arti,

1. Mengambarkan molekul yang memacu respon


imun (juga disebut imunogen)
2. Menunjukkan molekul yang dapat bereaksi
dengan antibodi atau sel T yang sudah disensitasi
Antigen yaitu setiap substansi asing yang dapat

menginduksi timbulnya respon imun

Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi

dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang


tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga
dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang
menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam
produksi antibodi.
Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi
dapat juga berupa molekul Iainnya.
Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan
polisakarida yang bersifat antigen, sehingga antigen
bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat,
sel-sel kanker, dan racun

Bagian Antigen Secara fungsional terbagi menjadi 2,

yaitu:
1. Imunogen,
molekul besar (disebut molekul pembawa). Bagian dari
molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah antibodi
(oleh reseptor sel-T) atau bagian antigen yang dapat
membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi,
menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat
dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh
reseptor antibodi, bisa juga disebut determinan
antigen atau epitop.

2. Hapten
kompleks yang terdiri atas molekul kecil.
Hapten merupakan sejumlah molekul kecil yang
dapat bereaksi dengan antibodi namun tidak dapat
menginduksi produksi antibodi

Sifat-Sifat Antigen
1. Secara genetik asing terhadap hospes.
2. Harus mempunyai ukuran minimum tertentu,
imunogen yang mempunyai berat molekul yang
kecil, respon terhadap hospes minimal, dan fungsi
zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung
dengan proten-proten jaringan.
3. Kompleksitas Faktor-faktor yang mempengaruhi
kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik
maupun kimia molekul.

4. Bentuk-bentuk (Conformation) Tidak adanya bentuk


dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear
atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta
protein globular, semuanya mampu merangsang
terjadinya respon imun.
5. Muatan (charge) Imunogenitas tidak terbatas
pada molekuler tertentu; zat-zat yang bermuatan
positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun
demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan
antibodi yang tanpa kekuatan.
6. Kemampuan suatu kelompok determinan pada sistem
pengenalan akan menentukan hasil respon imun

Interaksi Antigen dan Antibodi


Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui

makanan,minuman,udara,injeksi,atau kontak
langsung Antigen dengan antibodi
Histamine keluar dari sel mast dan basofil Timbul
manifestasi alergi
Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan
menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier.

Interaksi tingkat primer


adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
Interaksi tingkat sekunder
terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
1. Netralisasi Adalah jika antibody secara fisik dapat
menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect
yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat
toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini
berinteraksi dengan sel yang rentan.
2. Aglutinasi Adalah jika sel-sel asing yang masuk,
misalnya bakteri atau transfuse darah yang tidak cocok
berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.

3. Presipitasi Adalah jika complex antigen-antibodi yang


terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat
bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya
mengendap.
4. Fagositosis Adalah jika bagian ekor antibody yang
berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor
fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan
fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
5. Sitotoksis Adalah saat pengikatan antibody ke antigen
juga menginduksi serangan sel pembawa antigen oleh
killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell
kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi
oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses
lisis membran plasmanya

Interaksi tingkat tersier


Adalah munculnya tanda-tanda biologic dari
interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau
merusak bagi penderitanya.
Pengaruh menguntungkan antara lain:
aglutinasibakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain.
Pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan
kerentanan terhadap infeksi

Anda mungkin juga menyukai