Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Dry eye adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan
ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Angka kejadian dry eye
lebih banyak pada wanita dan cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan
usia. Banyak diantara penyebab dry eye mempengaruhi lebih dari satu komponen
tear film atau berakibat perubahan permukaan mata yang secara sekunder
menyebabkan tear film menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk
timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan
filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-
goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan keratinasi.1
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluhkan sensasi tergores
(scratchy) atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi
mukus berlebih, ketidakmampuan menghasilkan air mata, sensasi terbakar,
fotosensitivitas, kemerahan, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. Pada
kebanyakan pasien, ciri paling jelas pada pemeriksaan mata adalah tampilan mata
yang secara kasar tampak normal. Ciri paling khas pada pemeriksaan slitlamp
adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior.1
Diagnosis dan penentuan derajat kondisi mata kering dapat dilakukan secara
akurat dengan metode diagnostik seperti Uji Schirmer yang berfungsi untuk
menilai produksi air mata. Tear film break-up time yang berguna untuk
memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Uji Ferning untuk
menilai kualitas lapisan musin. Pewarnaan Rose Bengal untuk menilai keadaan
sel-sel konjungtiva dan kornea yang patologis, yang tidak dilapisi musin. Sitologi
impresi dilakukan untuk menilai keadaan serta densitas sel-sel permukaan mata.
Serta pemeriksaan Tear Composition Assay.1,2
Pada makalah ini akan dibahas mengenai patogenesis dan pemeriksaan pada
dry eye sehingga dapat lebih memahami perjalanan penyakit dry eye dan prosedur
pemeriksaannya.

Anda mungkin juga menyukai