2019/2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan
1.3 Tujuan
BAB II
Tinjauan Pustaka
Menerapkan etika komunikasi atasan dengan bawahan memang sesuatu yang perlu
kebiasaan tersendiri. Bagaimana tidak, hubungan komunikasi ini akan
berhasil hanya jika masing-masing pihak tahu betapa pentingnya etika
dalam berkomunikasi. Etika digunakan di dalam komunikasi dengan tujuan
hubungan antar individu bisa terjaga dengan baik. Demikian pula bila ini
dikaitkan dengan hubungan atasan kepada bawahan. Kadang kala, jika
komunikasi yang sifatnya antara atasan dengan bawahan ini diabaikan, tentu
bisa timbul konflik dan tidak menutup kemungkinan pula hubungan kerja
sama yang sebelumnya telah dijalin kemudian menjadi rusak.
Berikut ini adalah beberapa macam etika yang perlu diperhatikan antara atasan
dengan bawahan ketika berkomunikasi sehingga mencegah timbulnya
sesuatu yang sifatnya kurang baik. Tentunya ini akan sangat berguna
terutama bila diterapkan pula pada komunikasi bisnis atau komunikasi
pemasaran.
Etika dari berkomunikasi antara atasan dengan bawahan yang pertama adalah
dengan menggunakan bahasa formal. Sebenarnya ini bukan hal yang begitu
wajib terutama apabila kita berkecimpung di dunia industri kreatif, namun
demikian, bagaimana pun juga bahasa formal adalah bahasa yang paling
aman dan memiliki kesan rasa saling menghargai di dalamnya. Kita juga
bisa mempelajari kegunaan bahasa sebagai alat komunikasi sehingga kita
tahu betapa pentingnya poin ini.
Intonasi yang jelas akan membuat kelangsungan komunikasi berjalan dengan baik.
Apabila seseorang berkomunikasi tanpa intonasi yang jelas, bisa jadi pesan
yang akan disampaikan tidak diterima dengan baik. Akibatnya, bisa terjadi
kesalahpahaman yang tentu saja ujung-ujungnya nanti bisa menjadi
permasalahan baru.
Saat melakukan pembicaraan, pastikan kita fokus dan “hadir” baik secara fisik mau
pun pikiran dalam pembicaraan tersebut. Ini adalah salah satu etika
komunikasi atasan dengan bawahan yang kadang kala sering diabaikan.
Bagaimana tidak, seseorang seringkali merasa diabaikan hanya karena
lawan bicaranya tidak fokus saat diajak bicara. Hal ini tentu saja bisa
memicu terjadinya perselisihan.
4. Hindari menggurui
Sikap menggurui adalah sikap yang paling tidak disukai oleh siapa saja. Apalagi
jika sudah berada di dunia kerja. Masing-masing individu merasa memiliki
pengalaman yang berbeda dengan orang lain. Manakala dalam
berkomunikasi ada kesan menggurui, maka bisa dipastikan asumsi-asumsi
tertentu akan muncul dalam hubungan kerja. Oleh karena itu, bijaklah dalam
berkomunikasi sehingga tidak terjadi sikap menggurui.
Belajar fungsi komunikasi ekspresif akan sangat membantu mengenai hal ini.
Komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk dari hasil interaksi
antar individu. Ekspresi-ekspresi tertentu bisa dianggap sebagai suatu tanda
bagi lawan bicara. Pastikan masing-masing nyaman dengan tidak
memunculkan suatu sikap atau ekspresi-ekspresi yang memang kurang
bagus ini.
6. Sadar posisi
Menyadari posisi masing-masing dalam berkomunikasi adalah hal yang penting. Ini
bisa membangun pola komunikasi organisasi yang baik. Seseorang harus
memahami sebagai apa dia saat ini dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Manakala hal ini diabaikan, maka tidak menutup kemungkinan seseorang
akan menjadi lebih merasa superior dibandingkan yang lain.
7. Mengendalikan emosi
Sikap-sikap profesional akan terlihat dari bagaimana cara kita bertutur kata. Oleh
karena itu, mempelajari cara berkomunikasi dengan baik dan profesional
adalah salah satu cara yang paling tepat untuk menjadikan kita lebih
dihargai.
Jadi, demikianlah beberapa macam etika komunikasi yang perlu diperhatikan saat
kita akan berkomunikasi dengan atasan atau bawahan. Hal yang tak kalah
penting adalah bagaimana kita bisa membuat masing-masing nyaman saat
berinteraksi. Tantangannya memang tidak mudah, namun setidaknya
dengan mengetahui etika komunikasi atasan dengan bawahan kita bisa
melaluinya.
BAB III
Penutup
DAFTAR PUSTAKA