Oleh :
Kemal Maulana
(09220190079)
Muhriah Bustamin
(09220190106)
i
PROSES PEMBUATAN GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN
CAKALANG
Skripsi ini telah disidangkan dan sukses dipertahankan di depan tim penguji pada
tanggal 24 Dzulqa’dah 1444 H bertepatan 14 Juni 2023
Tim Penguji:
Ketua Sidang : Ir. Hj. Setyawati Yani., S.T., M.T., Ph.D., IPM.,
ASEAN Eng. ( )
(Pembimbing I)
Sekretaris : Ir. Hj. Lastri Wiyani., M.P. ( )
(Pembimbing II)
Penguji : 1. Dr. Ir. Nurjannah., S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng ( )
14 Ramadhan1444 H
Makassar,
05April2023 M
Mengetahui:
ii
KATA PENGANTAR
iii
6. Ir. Hj. Lastri Wiyani., MP. selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan
arahan, bimbingan, serta motivasi selama penelitian;
7. Dr. Ir. Nurjannah, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng. ; Dr. Ir. Ummu Kalsum,
S.T., M.T., IPM. ; dan Dr. Ir. Hj. Andi Artiningsih, S.T., M.T., IPM. selaku
tim penguji;
8. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia yang telah memberikan
bekal pengetahuan dan pengalaman kepada penulis.;
9. Seluruh teman-teman angkatan 2019 Teknik Kimia yang yang telah
membantu dan memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
Dalam penyusunan Hasil penelitian ini, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis
miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak
menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat
kontruktif bagi diri penulis.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan
dan masyarakat luas. Aamiin ya Rabbal Alamin.
Wallahu Waliyut Taufiq Walhidayah
18 Dzulqa’dah 1444 H
Makassar,
07 Juni 2023 M
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
4.2 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kadar Air.................................. 22
4.3 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kadar Protein............................ 23
4.4 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Analisa Kadar Lemak ............... 24
4.5 Pengaruh Lama Waktu Pengadukan Optimum Dalam Pembuatan
Gelatin Tulang Ikan Cakalang ..................................................... 25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 26
5.2 Saran........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Pengamatan
Lampiran 2 Data Perhitungan
Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
PROSES PEMBUATAN GELATIN DARI LIMBAH TULANG
IKAN CAKALANG
INTISARI
Ekstraksi gelatin dari tulang ikan merupakan usaha pemanfaatan limbah
industri pengolahan ikan yaitu dari industri pengalengan dan filet. Selama ini
tulang ikan sebagai limbah belum termanfaatkan secara optimal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut basa dan pengaruh
waktu pengadukan ekstraksi terhadap rendemen.
Penelitian ini dilakukan berskala laboratorium dilakukan dengan
membersihkan tulang ikan cakalang dengan air, dan di keringkan. Tulang ikan
dibagi menjadi 5 bagian dengan ukuran ±2cm. Kemudian tulang ikan yang sudah
di timbang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan direndam dengan larutan NaOH
dan di netralkan pH menggunakan ammonium sulfat dengan mengalirkan air
kemudian di ekstraksi. Tahap terakhir mengeringkan gelatin yang telah padat dan
di di tumbuk sehingga menjadi gelatin bubuk.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah di lakukan di
ketahui bahwa Pengaruh konsentrasi pelarut basa baik dijadikan sebagai bahan
tambahan makanan yaitu gelatin dari tulang ikan cakalang pada perendaman 3%
dan semakin lama waktu pengadukan maka kulitas gelatin semakin bagus.
ix
THE PROCESS OF MAKING GELATIN FROM THE BONE OF
CAKALANG FISH WASTE
ABSTRACT
Extraction of gelatin from fish bone is an effort to utilize fish processing
industrial waste, namely from the canning and filet industries. So far, fish bone as
waste have not been utilized optimally. This study aims to determine the effect of
alkaline solvent concentration and the effect of extraction stirring time on the
yield.
This research was conducted on a laboratory scale by cleaning the bones of
skipjack tuna with water and drying them. Fish bone are divided into 5 parts with
a size of ± 2cm. Then the fish bones that have been weighed are put into an
Erlenmeyer and soaked in NaOH solution and neutralized with pH using
ammonium sulfate by flowing water then extracted. The final stage is drying the
solid gelatin and mashing it so that it becomes powdered gelatin.
Based on the results of research and data processing that has been done, it is
known that the effect of alkaline solvent concentration is good as a food additive,
namely gelatin from skipjack tuna bones at 3% immersion and the longer the
stirring time, the better the quality of the gelatin.
x
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi besar dibidang
perikanan. Peningkatan produksi perikanan terjadi seiring dengan peningkatan
konsumsi ikan per kapita pada tahun 1998. Salah satu hasil perikanan Indonesia
yang semakin meningkat produksinya adalah ikan cakalang. Menurut Direktur
Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) menjelaskan bahwa produksi ikan cakalang di Indonesia pada tahun 2013,
mencapai 914,78 ribu ton dengan nilai mencapai Rp. 10,698 triliun. Angka
tersebut terus naik hingga mencapai 1,084 juta ton pada 2015 dan mencapai nilai
produksi Rp. 21,26 triliun terus meningkat setiap tahunnya. Slamet menambahkan
pada tahun 2017 kenaikan rata-rata produksi yaitu 17,98 persen per tahun,
sehimgga sumber daya Ikan Tuna dan Cakalang memiliki nilai ekonomis penting
dan banyak tersebar hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Nilai
ekonomis yang dimiliki Ikan Cakalang menjadikannya sebagai alternatif sumber
kalsium yang lebih murah, mudah di dapat dan tentu sja mudah di adsorbsi
(Fransiskha et al., 2017)
Kalsium yang berasal dari hewan seperti limbah tulang ikan sampai saat
ini belum banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Tulang ikan
merupakan salah satu bentuk limbah dari industri pengolahan ikan yang memiliki
kandungan kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan, karena unsur utama
dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan karbonat. Peningkatan nilai produksi
ikan cakalang dari tahun ke tahun menunjukkan nilai yang cukup tajam.
Peningkatan volume produksi ini akan meningkatkan volume limbah hasil
industri pengolahan cakalang tersebut. Pemanfaatan limbah tulang ikan cakalang
sebagai sumber kalsium merupakan salah satu alternatif dalam rangka
menyediakan sumber pangan kaya kalsium sekaligus mengurangi dampak buruk
pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah industri pengolahan
cakalang dan konsumsi ikan cakalang tersebut berdampak pada peningkatan
limbah yang dihasilkan. Limbah ini dianggap sebagai produk yang berkualitas
rendah dan dibuang atau diproses menjadi tepung ikan dan pangan hewan
2
Gelatin adalah produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen.
Gelatin merupakan protein yang larut yang bisa bersifat sebagai gelling agent
(bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent. Sumber bahan baku gelatin
dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit jangat), babi (hanya kulit) dan ikan
(kulit). Adapun Syarat mutu gelatin seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Standar Mutu Gelatin
Karakteristik Mutu Syarat
Warna Tidak berwarna
Bau, rasa Normal (dapat diterima konsumen)
Kadar air Maksimum 16%
Kadar abu Maksimum 3,25%
Logam berat Maksimum 50 mg/kg
Arsen Maksimum 2 mg/kg
Tembaga Maksimum 30 mg/kg
Seng Maksimum 100 mg/kg
Sulfit Maksimum 1000 mg/kg
(Sumber:Standar Nasional Indonesia. 06.3735. 1995.)
5
pengolahan tuna sehingga salah satu limbah hasil industri perikanan yang belum
dimanfaatkan dengan baik yaitu salah satu hasil perairan yang kaya akan kalsium
adalah bagian tulangnya. Kalsium dari tulang ikan memiliki kualitas cukup bagus
serta mudah diperoleh (Meiyasa dan Tarigan, 2020)
Tulang ikan dapat dimanfaatkan menjadi gelatin, Eastoe (1977)
menyatakan bahwa di dalam tulang terdapat kolagen sebesar 18,6 % dari 19,86 %
unsur organik protein kompleks. Secara umum fungsi gelatin untuk produk
pangan adalah sebagai zat pengental, penggumpal, pengemulsi, penstabil,
pembentuk busa, menghindari sineresis, pengikat air, memperbaiki konsistensi,
pelapis tipis, pemerkaya gizi, pengawet, dan lain-lain. Menurut Fish Master, di
Jepang, tulang ikan merupakan cemilan gorengan yang bisa ditemukan di
beberapa tempat makan. Tak sekedar untuk dikonsumsi, karena beberapa manfaat
tulang ikan, yaitu menjaga kesehatan tulang dan gigi, mempercepat pembekuan
darah pada luka, menjaga tekanan darah, menghasilkan energi pada tubuh.
menjaga kesehatankulit dan rambut, mencegah Hipotiroidisme, mencegah Kanker
Tiroid, bagus untuk IQ, melepaskan hormone dan enzim. menurunkan kolestrol
jahat, dan alternatife pakan burung. Tulang ikan juga merupakan sisa akhir dari
tubuh ikan yang masih dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pakan yang
memiliki kandungan nutrisi lengkap. Tulang ikan mengandung sel sel hidup dan
matrik intraseluler dalam bentuk garam mineral. Garam tersebut terdiri atas
kalsium fosfat sebanyak 80% dan sisa sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat
dan magnesium fosfat 100cm3 dari tulang yang mengandung 10.000 mg kalsium.
Tulang juga digunakan untuk menampung mineral lainnya (Zamrodah, 2019)
2.3 Ikan Cakalang
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan berukuran sedang dari
familia Scombridae (tuna). Satu-satunya spesies dari genus Katsuwonus.
Cakalang terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari
18 kg. Ikan cakalang tubuhnya memanjang dan membulat, sehingga ikan ini
memiliki daging tebal. Cakalang mempunyai 5 buah sirip, yaitu sirip dada, sirip
perut, 2 buah sirip punggung, dan sirip dubur. Cakalang yang banyak tertangkap
berukuran panjang sekitar 50 cm. Nama-nama lainnya di antaranya cakalan,
8
cakang, kausa, kambojo, karamojo, turingan, dan ada pula yang menyebutnya
tongkol. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack tuna. Ikan cakalang
adalah ikan bernilai komersial tinggi, dan dijual dalam bentuk segar, beku, atau
diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering, atau ikan asap. Cakalang merupakan
salah satu sumber protein hewani dengan kandung omega-3 yang dibutuhkan
tubuh. Sebagai komoditas yang dapat diekspor (exportable), cakalang turut
berperan dalam ekonomi Indonesia. Sumber daya cakalang dimanfaatkan oleh
kalangan menengahke atas (Kekenusa et al., 2018)
Cakalang dikenal sebagai perenang cepat di laut zona pelagik. Ikan ini
umum dijumpai di laut tropis dan subtropis di Samudra Hindia, Samudra Pasifik,
dan Samudra Atlantik. Cakalang tidak ditemukan di utara Laut Tengah. Hidup
bergerombol dalam kawanan berjumlah besar (hingga 50 ribu ekor ikan).
Makanan mereka berupa ikan, krustasea, cephalopoda, dan moluska. Cakalang
merupakan mangsa penting bagi ikan-ikan besar di zona pelagik, termasuk hiu.
Produksi cakalang di Indonesia merupakan yang terbesar diantara kelompok tuna
yang lain. Hasil tangkapan tuna mencapai 933.815 ton dari tahun 2001 hingga
2010. Dari total tangkapan tuna tersebut, produksi cakalang merupakan yang
tertinggi mencapai 52%, diikuti oleh madidihang (20%), tuna mata besar (15%),
albakor (11%) dan southern bluefin tuna (1%) (FAO, 2012). Penanganan hasil
perikanan yang dilakukan sejak pasca tangkap sampai saat ini belum mendapat
prioritas yang utama. Hampir semua nelayan di Indonesia tidak melakukan
penanganan ikan segar secara benar di atas kapal. Kebiasaan buruk yang masih
sering terjadi antara lain membiarkan hasil tangkapan terlalu lama menggelepar di
atas kapal, penyusunan ikan yang tidak benar di dalam kapal, pembongkaran ikan
dari dalam kapal yang kasar, ikan yang terkontak langsung dengan sinar matahari
serta penggunaan alat dan tempat yang kotor dan tidak higienis untuk kegiatan
penanganan (Ibrahim et al., 2017)
Cakalang memiliki kandungan gizi tinggi, sehingga sangat bermanfaat
bagi kesehatan tubuh, yaitu:
1. Mencegah Anemia
Kandungan vitamin B12 di dalam cakalang dapat membantu untuk
9
mencegah gejala anemia, seperti rasa lelah yang ekstrem, otot menjadi
lemah, dan penglihatan terganggu.
2. Menjaga Kesehatan Jantung
Cakalang kaya akan DHA, omega 3 dan EPA. Unsur tersebut
adalah nutrisi yang biasanya terdapat pada suplemen dengan kandungan
trigliserida. Fungsinya adalah untuk membantu mengurangi risiko
penyakit jantung.
3. Menyeimbangkan Kadar Gula Darah
Asam lemak omega 3 dan karbohidrat sangat baik untuk menjaga
dan menyeimbangkan kadar gula di dalam darah. Cakalang juga memiliki
kedua nutrisi tersebut, sehingga sangat baik untuk mengonsumsi ikan
cakalang apabila ingin menyeimbangkan kadar gula di dalam darah.
4. Mencegah Demensia
Omega 3 juga berfungsi mengatasi peradangan pada tingkat sel,
sehingga sangat baik untuk menurunkan risiko terkena gangguan
demensia. Cakalang sangat dianjurkan untuk dikonsumsi pasien yang
mengalami cedera otak atau stroke.
5. Kaya Protein
Seperti halnya ikan tuna, cakalang merupakan sumber protein
yang lengkap. Protein lengkap sangat baik untuk menjaga jaringan di
dalam tubuh, membentuk hormon, kolagen, enzim, dan antibodi yang baik
bagi tubuh (Ekonomi & 2019, 2017)
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan satu
atau beberapa zat yang dapat larut dari suatu kesatuan yang tidak bisa larut
dengan bantuan bahan pelarut. Ekstraksi banyak dilakukan dalam bidang industri
makanan dan juga farmasi. Berdasarkan prosesnya, ekstraksi dibedakan menjadi :
1. Ekstraksi cair-cair, yaitu proses pemisahan cairan dari suatu larutan
dengan menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.
10
3. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap
air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik
didih tinggi pada tekanan udara normal.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai
daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya
melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan
kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat
bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya
(Zamrodah, 2019)
2.5 Penelitian Terdahulu
Peneliti terdahulu terkait penelitian Proses Pembuatan Gelatin dari
Limbah Tulang Ikan Cakalang skala laboratorium, disajikan dalam tabel berikut,
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.2 Peneliti Terdahulu
Peneliti,
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
Rendemen gelatin tertinggi
diperoleh dari ekstraksi tulang
ikan nila, kemudian diikuti
Produksi gelatin dari tulang campuran ikan nila-
Junianto, Kiki tulang ikan dan tuna, tulang ikan tuna dan
Haetami, Ine pemanfaatanya sebagai tulang kaki ayam dengan nilai
Maulina, 2006 bahan dasar pembuatan masing-masing adalah 11, 19;
cangkang kapsul 10, 21; 9, 43; dan 6,38 %.
14
Peneliti,
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
Tulang ikan cakalang yang
Ekstraksi kolagen
Febri Triani diekstraksi menjadi gelatin
tulang ikan cakalang
Singkuku,Hens memiliki nilai protein yang
(katsuwonus pelamis)
Onibala, Agnes T. baik sehingga dapat dijadikan
menjadi gelatin dengan
Agustin, 2017 bahan tambahan pangan
asam klorida
(BTP),
Pengaruh variasi jenis
Ahmad, Variasi asam adalah asam
asam terhadap
Nurhaeni,Nurakhira klorida, sulfat, fosfor, asetat,
rendemen gelatin dari
wati, Nurul Bima, oksalat dan sitrat.
tulang ikan cakalang
2016
(katsuwonus pelamis)
Kondisi optimum dalam
Pengaruh waktu proses pembuatan gelatin dari
Fadjar Rahayu,
ekstraksi terhadap tulang ikan nila merah,
Nurul Hidayati
rendemen gelatin dari variabel yang dipilih yaitu
Fithriyah, 2015
tulang ikan nila merah pengaruh lamanya waktu
ekstraksi ossein dalam air.
Optimasi pembuatan
gelatin dari tulang ikan
Tazwir, Diah
kaci-kaci Protein yang diperoleh dari
Lestari Ayudiarti
(plectorhynchus hasil hidrolisis kolagen hewan
dan Rosmawaty
chaetodonoides lac.) yang terkandung dalam tulang
Peranginangin,
menggunakan berbagai dan kulit ikan kacci-kacci.
2007
konsentrasi asam dan
waktu ekstraksi
Penelitian proses pembuatan gelatin dari limbah tulang ikan cakalang
skala laboratorium ini akan dilakukan pada suhu optimum dari hasil penelitian
sebelumnya dengan menambahkan inovasi baru yaitu menggunakan limbah
tulang ikan cakalang.
15
Keterangan :
1. Pengaduk
2. Gelas Piala
3. Aquadest dan Sampel Tulang Ikan
4. Mangkuk Stainless
5. Air
6. Hot Plate
A. Alat
Alat utama yang digunakan dalam pembuatan gelatin dari tulang
ikan cakalang antara lain alumunium foil, erlenmeyer, baker glass, pipet,
kertas saring, kain saring, gelas ukur, gelas piala, pengaduk, termometer,
oven, mangkuk stainless, panci, hot plate, kertas label, timbangan, gunting
dan penggaris.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan gelatin dari tulang ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) yang diperoleh dari PT. Perikanan
16
............................................................(1)
Keterangan:
B = Berat sampel (g)
B1 = Berat (sampel+cawan) sebelum dikeringkan (g)
B2 = Berat (sampel+cawan) setelah dikeringkan (g)
2. Analisa Kadar Abu (drying ash)
Cawan pengabuan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C
selama 1 jam lalu didinginkan selama 15 menit dalam desikator.
Cawan porselen tersebut kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 2
gram dimasukkan dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas
nyala api hingga tidak berasap. Sampel dimasukkan dalam tanur
pengabuan dengan suhu 600°C selama 6 jam. Cawan berisi sampel
didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang (Rachmania et al.,
2017)
Kadar abu ditentukan dengan rumus :
.................................................(2)
Berat abu = berat sampel dan cawan setelah pengabuan (g) – cawan kosong (g)
3. Penetapan Kadar Protein
Kira-kira sebanyak 500 mg sampel ditimbang, setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam labu destruksi. Ke dalam labu ditambahkan 500
mg selenium serta 25 ml H2SO4 pekat secara homogen. Campuran
tersebut dipanaskan dengan alat destruksi suhu tinggi (400°C) sampai
larutan menjadi jernih dan berwarna hijau kekuningan, proses ini
berlangsung di dalam ruang asam.
Larutan sampel yang telah terdestruksi didinginkan di desikator.
Setelah larutan tersebut dingin masukkan ke dalam labu ukur,
diencerkan dengan 100 ml aquadest. Kemudian pipet 50 ml masukkan
19
...............................................(3)
% Protein = % N x 6.25 (FK) .........................................................(4)
Keterangan:
Fp = Faktor pengencer
Vt = Volume" titran HCl
N HCl = Normalitas HCl
14,007 = Berat atom Nitrogen
FK = Faktor Konversi protein makanan
% N = Kadar Nitrogen total
*Protein alamiah mengandung unsur N rata-rata 16% (dalam protein
murni). FK = 100/16 = 6,25
20
Selesai
B. Pembuatan Gelatin
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10
NaOH %
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Kadar Rendemen dengan Kadar NaOH
12
10
Kadar Air % 8
0
3 5 7 9
NaOH %
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Kadar Air dengan Kadar NaOH
Analisa statistik ANOVA menyatakan kadar air gelatin hasilnya tidak
signifikan yaitu 0,28 (>0,05) atau dapat dikatakan bahwa tulang ikan cakalang
yang diekstraksi dan direndam menggunakan larutan NaOH 3, 5, 7, dan 9% tidak
memberikan pengaruh terhadap jumlah kadar air dari gelatin yang dihasilkan.
Sebab, gelatin juga bersifat mengikat air maka dari itu perlakuan (perendaman
dengan NaOH) tidak mempengaruhi nilai kadar air pada gelatin tersebut.
50
Kadar Protein %
40
30
20
10
0
3 5 NaOH % 7 9
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Kadar Protein dengan Kadar NaOH
5
4.5
4
KadarLemak %
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
3 5 7 9
NaOH %
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Kadar Lemak dengan Kadar NaOH
Analisa statistik ANOVA juga memperlihatkan bahwa nilai kadar lemak
gelatin didapatkan hasil yang tidak signifikan yaitu 0,13 (>0,05), yang berarti
perendaman tulang ikan cakalang dengan larutan NaOH 3, 5, 7, dan 9% tidak
berpengaruh terhadap nilai atau jumlah kadar lemak gelatin yang dihasilkan. Hal
ini dikarenakan ada pengaruh lainnya dalam proses pembuatan gelatin dari tulang
ikan cakalang.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah di lakukan maka dapat di simpulkan
bahwa :
1. Pengaruh konsentrasi pelarut basa (NaOH) dengan konsentrasi 3, 5, 7, dan 9%,
semuanya baik untuk dijadikan bahan tambahan dalam industri pangan dan non
pangan. Namun, yang paling baik untuk ditambahkan dalam industri pangan
atau dijadikan sebagai bahan tambahan makanan yaitu gelatin dari tulang ikan
cakalang dengan perendaman 3% NaOH.
2. Pengaruh waktu pengadukan ekstraksi dengan perendaman 3% NaOH pada
tulang ikan cakalang diperoleh gelatin dengan kualitas terbaik pada perlakuan
pengadukan selama 7 jam sehingga semakin lama waktu pengadukan maka
kualitas gelatin semakin bagus.
5.2 Saran
Pada penelitian pembuatan gelatin dari limbah tulang ikan cakalang masih
perlu dibenahi dan diteliti lebih lanjut lagi, salah satunya kuantitas hasil produksi
gelatin yang di perbanyak.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ekonomi, M. F.-B. I. M. S., & 2019, undefined. (2017). Profil perikanan tuna dan
cakalang di Indonesia. Ejournal-Balitbang.Kkp.Go.Id, 45(1), 23–32.
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/mra/article/view/7328
Fransiskha, T., Panjaitan, C., Fransiskha, T., Optimasi, C. P., Gelatin, E., Wiyata,
J., Tahun, V. N., Bahan, T., So, N., & So, H. (2017). Optimasi Ekstraksi
Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna ( Thunnus albacares ) Optimization Of
Extracting Gelatin From The Bones Of Tuna. 11–16.
Hastuti, D., & Sumpe, I. (2019). Pengenalan Dan Proses Pembuatan Gelatin.
Pravoslavie.Ru, 3(1), 39–48.
Ibrahim, N., Rieny Sulistijowati, R. . S., & Mile, L. (2017). Uji Mutu Ikan
Cakalang ( katsuwonus pelamis ) Asap dari Unit Pengolahan Ikan di
ProvinsiGorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 1, 160–166.
Junianto, Kiki Haetami, & Maulina, I. (2018). Produksi gelatin dari Tulang Ikan
Pembuatan Cangkang Kapsul. Perikanan, 1(1), 1–10.
Kekenusa, J. S., Watung, V. N. R., & Hatidja, D. (2018). Analisis Penentuan
Musim Penangkapan Ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis ) Di Perairan
Manado Sulawesi Utara.
Meiyasa dan Tarigan. (2020). Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna (Thunnus
sp.) Sebagai Sumber Kalsium Dalam Pembuatan Stik Rumput Laut. 66–75.
Rachmania, R. A., Nisma, F., & Mayangsari, E. (2017). Ekstraksi Gelatin Dari
Tulang Ikan Tenggiri Melalui Proses Hidrolisis Menggunakan Larutan
Basa. Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi, 10(2), 18–28.
https://doi.org/10.12928/mf.v10i2.1167
Trilaksani, W., Salamah, E., & Nabil, M. (2017). Pemanfaatan Limbah Tulang
Ikan Tuna (Thunnus Sp.) sebagai Sumber Kalsium dengan Metode
Hidrolisis Protein. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 9(2), 34–
45.
Zamrodah, Y. (2019). Perbaikan Nilai Tambah Limbah Tulang Ikan Tuna
(Thunnus sp) Menjadi Gelatin Serta Analisis Fisika-Kimia.15(2), 1–23.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
Table A.1 Data Rendemen
Waktu Penentuan Rendemen
Sampel Perendaman Berat Tulang Berat Gelatin Rendemen
(jam) Segar (gr) Kering (gr) (%)
Gelatin 3 100 7,9664 7,9
(Menggunakan 5 100 7,7144 7,6
NaOH 3%) 7 100 7,1038 6,9
Gelatin 3 100 8,5527 7,4
(Menggunakan 5 100 6,9333 7,1
NaOH 5%) 7 100 7,0676 6,4
Gelatin 3 100 7,7123 7,2
(Menggunakan 5 100 8,7144 6,7
NaOH 7%) 7 100 7,4123 6,8
Gelatin 3 100 7,9553 6,9
(Menggunakan 5 100 6,8124 7,4
NaOH 9%) 7 100 6,1238 7,3
Dimana :
A = Berat kering (bubuk gelatin) (gr)
B = Berat basah (tulang ikan) (gr)
2. Perhitungan Kadar Air Gelatin Tulang Ikan Cakalang Variasi
Konsentrasi dan Waktu Perendaman
Rumus :
(𝐴 − 𝐶)
% Kadar Air = x 100%
𝐵
Dimana :
A = Berat cawan kosong + Sampel (Sebelum dioven) (gr)
B = Berat Sampel (gr)
C = Berat Cawan + Sampel (Setelah dioven) (gr)
3. Perhitungan Kadar Abu Gelatin Tulang Ikan Cakalang dengan Variasi
Konsentrasi dan Waktu Perendaman
Rumus :
(𝐶 − 𝐴)
% Kadar Abu = x 100%
𝐵
Dimana :
A = Berat crussible kosong (gr)
B = Berat Sampel (gr)
C = Berat crussible + Abu (gr)
4. Perhitungan Kadar Protein Gelatin Tulang Ikan Cakalang dengan
Variasi Konsentrasi dan Waktu Perendaman
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑛 × 1000
Konversi Kadar Protein (%) =
10.000
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI KEGIATAN