Anda di halaman 1dari 111

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALAIMSIMSA KOTA


SORONG

RISK FACTORS AFFECTING THE EVENT OF MALARIA IN THE WORK


AREA OF THE MALAIMSIMSA PUBLIC HEALTH CENTER SORONG CITY
SKRIPSI

ELGA YUNUS
3222014

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2022
FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALAIMSIMSA KOTA
SORONG

RISK FACTORS AFFECTING THE EVENT OF MALARIA IN THE WORK AREA


OF THE MALAIMSIMSA PUBLIC HEALTH CENTER SORONG CITY

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan menyelesaikan jenjang pendidikan


Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

ELGA YUNUS
3222014

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALAIMSIMSA KOTA
SORONG

ELGA YUNUS
3222014

Telah disetujui dan diajukan pada ujian Proposal Skripsi

Surakarta, 12 November 2022


Pembimbing Utama

Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si


NIDN. 0603088005

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALAIMSIMSA KOTA
SORONG
Risk Factors Affecting The Event Of Malaria In The Work Area Of The Malaimsimsa
Public health center Sorong City

Oleh :
ELGA YUNUS
3222014

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis
pada tanggal……………….

Pada Tanggal :

Dewan Penguji

Adhi Kumoro Setya, S.Pd.Bio., M.Si ( Ketua ) ………………………..

Fitria Diniah J.S, S.Si.,M.Sc ( Anggota Penguji I ) ………………………..

Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si. (Anggota Penguji I ) ………………………….

Mengetahui

Ketua Program Studi Sarjana Terapan


Teknologi Laboratorium Medis

M. Taufiq Qurrohman, S.Si.,M.Sc

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul :

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALAIMSIMSA KOTA
SORONG

yang dibuat untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan Jenjang Pendidikan

Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Nasional, adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila terdapat bukti tiruan atau duplikasi pada Skripsi ini, maka penulis

bersedia untuk menerima pencabutan gelar akademik yang telah diperoleh.

Surakarta,

Elga Yunus
Nim. 3222014

iv
MOTTO
Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa

depan. Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang

terlaksana.

Amsal 19:20-21

“Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu, dan baiklah orang yang

berpengertian mendapat pengertian jauh lebih berharga daripada mendapat perak”

Amsal 1:15

“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”

( Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kamu gunakan untuk mengubah

dunia ).

Nelson Mandela

“ Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live

its whole life believing that it is stupid”.

( Semua orang itu jenius. Tapi jika kamu menilai seekor ikan berdasarkan

kemampuannya dalam memanjat pohon, ikan itu akan hidup selamanya dengan berpikir

bahwa dirinya bodoh ).

 Albert Einstein

v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar dan skripsi ini

penulis persembahkan untuk :

1. Untuk orang tua saya, Alm.Ayah dan juga Ibu yang tak henti-hentinya, memberi

semanggat, mendukung, memotivasi, dan mendoakan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

2. Kakak saya Fatmawati dan juga adik saya Rospin Yunus yang selalu mendukung

dan memberi semanggat.

3. Seluruh keluarga besar yang telah mendoakan sehingga penulis bisa sampai pada

titik ini.

4. Sahabat saya Yubelina Rischa Mamoribo dan Adelia yang telah membantu

memberikan sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh rekan kerja saya di Puskesmas Malaimsimsa dan SMK Kesehatan

Nusantara Sorong yang selalu memberi support kepada saya dalam menyelesaikan

perkuliahan ini.

6. Serta teman-teman angkatan kelas alih jenjang umum Prodi Sarjana Terapan

Teknologi Laboratorium Medis angkatan 2022.

vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Faktor-faktor

Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas

Malaimsimsa Kota Sorong” .

Dalampenyusunan Skripsi ini penulis dapat banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh sebab itu, maka penulis menyampaikan rasaterimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Apt.Hartono,S.Si, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyususn dan

menyelesaikan skripsi ini.

2. M.Taufiq Qurrohman, M.Sc selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Teknologi

Laboratorium Medis STIKES Nasional yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk membuat skripsi ini.

3. Adhi Kumoro Setya, S.Pd.Bio., M.Si selaku ketua penguji yang telah ikut

membimbing dan memberi masukan dan saran kepada penulis untuk skripsi ini.

4. Fitria Diniah J.S, S.Si.,M.Sc selaku penguji I yang telah ikut membimbing dan

memberi masukan dan sarankepada penulis untuk skripsi ini.

5. Dwi Haryatmi, S.Pd.Bio., M.Si. selaku penguji II dan pembimbing yang selalu

memberi arahan, masukan dan saran serta dapat meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dengan nasihat, dan penuh kesabaran sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

vii
6. Afan Sambudi,S.Pd. selaku admin pada Prodi Sarjana Terapan Teknologi

Laboratorium Medis STIKES Nasional.

7. Seluruh dosen beserta staf tata usaha Prodi Sarjana Terapan Teknologi

Laboratorium Medis STIKES Nasional.

8. Kedua Orang Tua Penulis ayah Alm. Yunus Sammanna dan ibu Natti Turukan

dan seluruh keluarga besar penulis.

9. Seluruh sahabat-sahabat penulis saya dimanapun berada yang selalu mendukung

penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

10. Seluruh teman-teman angkatan Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium

Medis STIKES Nasional.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai perbaikan penulis untuk menjadi

lebih baik. Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta,

Penulis

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.................................................. iv
MOTTO........................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
INTISARI........................................................................................................ xiii
ABSTRACT..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah............................................................................. 4
C. Rumusan Masalah................................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori..................................................................................... 8
1. Malaria............................................................................................ 8
2. Diagnosis Malaria........................................................................... 33
B. Kerangka Pikir...................................................................................... 35
C. Hipotesis............................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.................................................................................. 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 39
C. Subyek dan Obyek Penelitian............................................................... 39
D. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 39
1. Populasi........................................................................................... 39
2. Sampel............................................................................................ 40
E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian....................................... 41
F. Teknik Sampling.................................................................................. 42
G. Sumber Data Penelitian........................................................................ 42
1. Sumber data.................................................................................... 42
2. Pengumpulan Data.......................................................................... 43
H. Instrumen Penelitian............................................................................. 43

ix
1. Alat & Bahan.................................................................................. 43
2. Prosedur Kerja................................................................................ 43
I. Alur Penelitian...................................................................................... 46
J. Teknis Analisis Data Penelitian............................................................ 47
K. Jadwal Rencana Penelitian................................................................... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil...................................................................................................... 49
1. Gambaran Tempat Penelitian......................................................... 49
2. Distribusi Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa
Kota Sorong.................................................................................... 50
3. Analisis Univariat........................................................................... 50
4. Analisis Bivariat............................................................................. 52
B. Pembahasan.......................................................................................... 54
1. Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota
Sorong............................................................................................. 54
2. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Malaria Di
Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.................. 55
3. Hubungan Antara Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya Dengan
Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota
Sorong............................................................................................. 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................... 62
B. Saran..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... 67

x
DAFTAR TABEL
Tabel

4.1 Distribusi Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa


Kota Sorong................................................................................................ 50
4.2 Frekuensi Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa
Kota Sorong................................................................................................ 50
4.3 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Sosial, Ekonomi dan
Budaya Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong............ 51
4.4 Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong....................................................... 52
4.5 Hubungan Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya Dengan Kejadian Malaria
Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong......................... 52

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar
Gambar 1.1 Telur Nyamuk Anopheles............................................................. 10
Gambar 1.2 Larva Nyamuk Anopheles............................................................. 11
Gambar 1.3 Kepompong Nyamuk Anopheles................................................. 11
Gambar 1.4 Nyamuk Anopheles Dewasa......................................................... 12
Gambar 1.5 Siklus Hidup Plasmodium............................................................ 16
Gambar 1.6 Fase-fase Eritrosik P. falciparum dan P. vivax............................. 17
Gambar 1.7 Fase-fase Eritrosik P. malariae dan P. ovale................................ 17
Gambar 1.8 Alur Penularan Malaria secara Alamiah....................................... 21
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 36
Gambar 3.1 Bagan Rencana Penelitian............................................................ 46

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Gambar 1.1 Telur Nyamuk Anopheles............................................................. 10


Gambar 1.2 Larva Nyamuk Anopheles............................................................. 11
Gambar 1.3 Kepompong Nyamuk Anopheles................................................. 11
Gambar 1.4 Nyamuk Anopheles Dewasa......................................................... 12
Gambar 1.5 Siklus Hidup Plasmodium............................................................ 16
Gambar 1.6 Fase-fase Eritrosik P. falciparum dan P. vivax............................. 17
Gambar 1.7 Fase-fase Eritrosik P. malariae dan P. ovale................................ 17
Gambar 1.8 Alur Penularan Malaria secara Alamiah....................................... 21
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 36
Gambar 3.1 Bagan Rencana Penelitian............................................................ 46

INTISARI

Elga Yunus. Nim 3222014. Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian


Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium
yaitu suatu makhluk hidup bersel satu yang termasuk kedalam kelompok Genus
Protozoa yang bersifat parasit. Malaria masih menjadi penyakit endemik di dunia,
setiap tahun jumlah penderita penyakit yang ditularkan nyamuk Anopheles itu mencapai
lebih 200 juta. Data world health organization ( WHO ) menyebutkan, ada 219 juta
kasus malaria di seluruh dunia pada tahun 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya pengaruh faktor lingkungan, dan faktor sosial, ekonomi dan budaya
terhadap kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota sorong.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan mengggunakan Case Control
Study. Kelompok kasus dalam penelitian ini meliputi orang yang sakit malaria ditandai
dengan hasil pemeriksaan sediah darah positif malaria. Pemeriksaan malaria dilakukan
dengan cara pemeriksaan mikrokopis dengan di buat sediaan darah tebal dan tipis,
diwarnai menggunakan pewarnaan giemsa, kemudian di identifikasi menggunakan
mikroskop. Kelompok kontrol meliputi orang-orang yang tidak sakit ditandai dengan
hasil pemeriksaan darah negatif. Hasil penelitian ini menunjukan faktor lingkungan
yaitu keberadaan genanngan dengan p.value= 0,225, suhu p.value= 0,595. Faktor sosial,
ekonomi dan budaya yaitu penggunaan pelindung tubuh dengan p.value=0,018,

xiii
penggunaan kelambu p.value= 0,251 dan penggunaan obat nyamuk p.value=0,028. Dari
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa fakor genangan air, suhu dan
penggunaan kelambu tidak berhubungan dengan kejadian malaria, sebaliknya faktor
penggunaan pelindung tubuh dan penggunaan obat nyamuk mempunyai hubungan
dengan kejadian malaria.

Kata Kunci : Malaria, Faktor Resiko, Puskesmas Malaimsimsa

ABSTRACT

Elga Yunus. Nim 3222014. Risk Factors Influencing the Incidence of Malaria in the
Work Area of the Malaimsimsa Community Health Center, Sorong City.
Malaria is an infectious disease caused by Plasmodium (10), which is a single-celled
living creature belonging to the Protozoa genus which is parasitic. Malaria is still an
endemic disease in the world, each year the number of sufferers of the disease which is
transmitted by Anopheles mosquitoes reaches more than 200 million. Data from the
World Health Organization (WHO) stated that there were 219 million cases of malaria
worldwide in 2019. The purpose of this study was to determine the influence of
environmental factors and social, economic and cultural factors on the incidence of
malaria in the working area of the Malaimsimsa Public Health Center, Sorong City. .
This research is an observational study using a Case Control Study. The case group in
this study included people with malaria as indicated by positive malaria blood test
results. Examination of malaria is carried out by means of microscopic examination by
making thick and thin blood preparations, stained using Giemsa stain, then identified
using a microscope. The control group includes people who are not sick with negative
blood test results. The results of this study indicate environmental factors, namely the
presence of puddles with p.value = 0.225, temperature p.value = 0.595. Social,

xiv
economic and cultural factors are the use of body armor with p.value=0.018, the use of
mosquito nets p.value=0.251 and the use of mosquito coils p.value=0.028. From the
results of this study it can be concluded that the factors of stagnant water, temperature
and use of mosquito nets are not related to the incidence of malaria, on the contrary the
use of body armor and the use of insect repellent have a relationship with the incidence
of malaria.
Keywords: Malaria, Risk Factors, Malaimsimsa Health Center

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah bagi

kesehatan masyarakat di dunia, paling rentan menimpa usia-usia seperti anak-anak dan

orang lanjut usia yang biasa terjadi pada musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh

Plasmodium yaitu suatu makhluk hidup bersel satu yang termasuk kedalam kelompok

Genus Protozoa yang bersifat parasit. Malaria mudah menular melalui gigitan nyamuk

Anopheles betina yang mengandung plasmodium, menyerang seluruh individu tanpa

membedakan jenis kelamin dan umur. Gejala malaria ialah demam, mengigil, sakit

kepala,mual dan muntah ( Melda, 2020 ).

Malaria masih menjadi penyakit endemik di dunia, setiap tahun jumlah penderita

penyakit yang ditularkan nyamuk Anopheles itu mencapai lebih 200 juta. Data world

health organization ( WHO ) menyebutkan, ada 219 juta kasus malaria di seluruh dunia

pada tahun 2019. Meski demikian, angka kematian akibat penyakit malaria cenderung

menurun sejak tahun 2004. Dari 759 ribu menjadi 409 ribu kematian pada tahun 2019,

ini menunjukkan ternjadi penurunan 46,1% dalam kurun 15 tahun. Dalam laporan

WHO, penyakit malaria disebabkan parasit Plasmodium. Penyakit ini paling banyak

teridentifikasi di daerah sub-Sahara Afrika. Namun region Asia Tenggara, Mediterania

Timur, Pasifik Barat, dan Amerika juga berisiko terhadap penyakit menular melalui

gigitan nyamuk ini ( WHO, 2020 ).

1
2

Di Indonesia, Annual Parasite Incidence (API) malaria pada tahun 2019

meningkat dibandingkan tahun 2018, yaitu dari yang awalnya sebesar 0,84 menjadi 0,93

per 1.000 penduduk. Empat capaian eliminasi tingkat kabupaten atau kota pada tahun

2019 adalah sebanyak 300 kabupaten atau kota sedangkan untuk eliminasi tingkat

provinsi belum ada yang mencapai, meskipun terdapat 3 provinsi yang seluruh

kabupaten atau kotanya telah mencapai eliminasi. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2018 prevalensi malaria mencapai sekitar 1,9%. Riskesdas 2018 prevalensi

malaria berdasarkan hasil pengukuran penduduk umur 15> tahun, 2013-2018

menunjukkan pada tahun 2013 1,3%, sedangkan pada tahun 2018 1,9% ( Riskesda,

2018 ).

Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi

dengan API malaria tertinggi. Hal ini sejalan dengan banyaknya kabupaten/kota di

provinsi tersebut dengan status endemis tinggi. Tingginya API di Provinsi Papua

sebesar 80,05 per 1.000 penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan seluruh provinsi,

dapat menggambarkan kontribusi yang signifikan terhadap API di tingkat nasional.

Sebanyak 91,2% provinsi di Indonesia telah mampu menekan API malaria hingga

kurang dari 1 per 1.000 penduduk.

Khusus di Papua Barat, upaya penemuan kasus malaria masih bersifat

pasif. Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyebutkan, hingga Agustus

2018, tercatat 4.182 kasus malaria di Provinsi Papua Barat, dan 2.346 kasus

malaria terjadi di Kabupaten Manokwari atau hampir 50%. Di urutan kedua di tempati

Kabupaten Manokwari Selatan dengan 692 kasus dan ketiga, Kabupaten Teluk
3

Wondama dengan 286 kasus. Angka kesakitan malaria digambarkan dengan

indikator API per 1.000 penduduk, yaitu proprosi antara pasien positif malaria terhadap

penduduk berisiko di wilayah tersebut dengan konstanta 1.000. API malaria di Papua

Barat pada tahun 2019 tercatat 0,012 per 1.000 penduduk. Berdasarkan data dari dinas

kesehatan kota Sorong hingga tahun 2021 terdapat 418 kasus infeksi malaria di Kota

Sorong. Dari 418 kasus infeksi malaria tertinggi ditemukan di wilayah kerja Puskesmas

Doom distrik Sorong kepulauan yakni sekitar 210 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi

Papua Barat, 2018).

Puskesmas Malaimsimsa merupakan salah satu puskesmas yang berada di

wilayah Kota Sorong. Puskesmas Malaimsimsa mencakup empat wilayah kerja yaitu

kelurahan Klabulu, Malangkedi, Klagete dan kelurahan Malamso. Sebagian besar

penduduk di wilayah kerja puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong bermata pencahrian

nelayan, petani, pegawai negri sipil, pekerja swasta, TNI/Polri, dll.

berdasarkan data dari Puskesamas Malaimsimsa kota Sorong, yang merupakan

tempat dilakukannya penelitian jumlah pemeriksaan Malaria 3 tahun terakhir yaitu dari

tahun 2019, 2020 dan 2021 jumlah pemeriksaan malaria yaitu sebanyak 5.184

pemeriksaan dengan konfirmasi positif sebanyak 108 kasus selama tiga tahun terakhir.

Angka positif malaria mengalami penurunan jika dibandingkan dengan data

pemeriksaan malaria 1 tahun terakhir yaitu sebanyak 2.592 pemeriksaan.

Menurut teori Hendrik L Blum 1974, ada empat factor yang mempengaruhi

tingkat endemisitas penyakit, yaitu prilaku, lingkungan genetic/ keturunan dan

pelayanan kesehatan . Dari segi pelayanan kesehatan beberapa upaya telah dilakukan
4

oleh Puskesmas Malaimsimsa dalam mencegah penyakit malaria diwilayah kerja

Puskesmas Malaimsimsa seperti melakukan pemeriksaan, pengobatan , penyuluhan dan

pemberdayaan masyarakat atau menggerakan masyarakat dalam menjaga lingkungan

bersih dengan tujuan menghambat perkembangan vector. Walaupun berbagai upaya

diatas telah dilakukan namun sampai saat ini penderita malaria masih tetap ada. Hal ini

dikarenakan faktor dari manusianya itu sendiri seperti perilaku masyarakat dan sikapnya

terhadap pengobatan ( Setioningsih, 2011). Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut di

atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor risiko kejadian malaria di wilayah

kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.

B. Pembatasan Masalah

Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian malaria terdiri dari faktor

manusia dan nyamuk, faktor lingkungan, faktor lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

dan faktor agent. Faktor manusia dan nyamuk antara lain umur, jenis kelamin, imunitas,

status gizi dan nyamuk itu sendiri. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan fisik ( suhu

udara, kelembapan udara, ketinggian, angin, hujan, sinar matahari, arus air dan tempat

perkembangbiakan nyamuk ), lingkungan kimia, lingkungan biologi, lingkungan sosial,

ekonomi dan budaya ( kebiasaan keluar rumah, pemakaian kelambu, obat anti nyamuk,

pekerjaan, dan pendidikan ), dan faktor agent.

Pemeriksaan malaria yang paling penting adalah dengan memeriksa darah

penderita secara mikrokopis dengan membuat pengecetan giemsa tipis/tebal yang

merupakan gold standart diagnosis malaria. Selain pemeriksaan mikrokopis ada


5

beberapa jenis pemeriksaan yang dapat di gunakan untuk pemeriksaan malaria yaitu tes

sistem hematologi sentrifugal Quantitatif Buffy Coat, imunoflurens, tes ELISA untuk

mendeteksi antigen Plasmodium falciparum dan menggunakan PCR (Polymerase Chain

reaction) serta Dipstick test.

Agar penelitian lebih terfokus dan tidak meluas dari pembahasan yang di

maksud, maka skripsi ini membatasi ruang lingkup penelitian terhadap faktor-faktor

resiko yang mempengaruhi kejadian malaria, faktor resiko yang akan di teliti pada

penelitian ini adalah faktor lingkungan fisik (suhu, dan genangan air ) dan faktor

lingkingan sosial, ekonomi dan budaya ( kebiasaan keluar rumah, pemakaian kelambu,

dan penggunaan obat anti nyamuk ).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan yang akan diteliti :

1. Masalah umum

Apakah faktor lingkungan, dan faktor sosial, ekonomi dan buadaya merupakan

faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria ?

2. Masalah Khusus

a. Apakah suhu udara > 30oC merupakan faktor risiko yang mempengaruhi

kejadian malaria ?

b. Apakah ada genangan air merupakan faktor risiko yang mempengaruhi

kejadian malaria ?
6

c. Apakah kebiasaan tidur tidak menggunakan kelambu merupakan faktor risiko

yang mempengaruhi kejadian malaria ?

d. Apakah kebiasaan keluar rumah pada malam hari tanpa menggunakan

pelindung kulit merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian

malaria ?

e. Apakah tidak memakai obat anti nyamuk merupakan faktor resiko yang

mempengaruhi kejadian malaria ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor lingkungan, dan faktor sosial, ekonomi

dan budaya terhadap kejadian malaria.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh suhu udara >30oC terhadap resiko kejadian

malaria.

b. Untuk mengetahui adanya genangan air terhadap resiko kejadian malaria.

c. Untuk mengetahui kebiasaan tidur tidak menggunakan kelambu terhadap faktor

risiko kejadian malaria.

d. Untuk mengetahui kebiasaan keluar rumah pada malam hari tanpa

menggunakan pelindung kulit terhadap faktor resiko kejadian malaria.


7

e. Untuk mengetahui kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk terhadap faktor

resiko kejadian malaria.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan bukti ilmiah mengenai

faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian malaria di wilayah kerja

Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.

b. Sebagai sumber informasi dan menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan

melanjutkan penelitian ini atau meneliti penelitian lain yang berhubungan

dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lanjut mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas

Malaimsimsa kota Sorong.

b. Sebagai dasar pengetahuan tentang faktor manusia, faktor lingkungan, faktor

agent yang mempengaruhi kejadian malaria.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Malaria

a. Pengertian Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit

malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah di

mana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk

untuk berkembang biak. Pada awalnya penyakit malaria diduga sebagai akibat

hukuman yang dijatuhkan oleh para dewa untuk masyarakat kota Roma. Misteri

mulai terbuka dengan ditemukan adanya bentuk seperti pisang dalam darah

penderita malaria oleh Laveran pada tahun 1880. Kemudian diketahui bahwa

penularan malaria dilakukan oleh nyamuk yang banyak terdapat di sekitar rawa-

rawa. Malaria diduga berasal dari benua Afrika, asal muasal umat manusia. Fosil

nyamuk ditemukan pada lapisan geologi yang berumur 30 juta tahun. Di Indonesia

ditemukan 4 spesies parasit malaria yang menginfeksi manusia yaitu plasmodium

falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, dan plasmodium ovale.

Dimana P. falciparum menyebabkan malaria tertiana maligna (malaria tropika), P.

vivax menyebabkan tertiana benigna, disebut juga malaria vivax atau ”tertiana

ague”, P. malariae menyebabkan malaria kuartana spesies ini paling jarang

8
9

dijumpai, P. ovale menyebabkan malaria tertiana benigna atau malaria ovale.

Spesies yang paling banyak di temukan ialah plasmodium falciparum dan

plasmodium vivax ( Sari, 2020 ).

b. Vektor Malaria

Vektor malaria ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina genus

Plasmodium, spesies Anopheles (aconitus, sundaicus, balabacensis, vagus, dan

lain-lain). Jumlah nyamuk di dunia ditemukan tidak kurang dari 3.500 spesies

nyamuk. Sedangkan untuk Anopheles telah ditemukan 400 spesies, 80 spesies

diantaranya terbukti sebagai vektor malaria, dan 24 diantaranya ditemukan di

Indonesia. Semua vektor tersebut hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat

antara lain ada nyamuk yang hidup di air payau pada tingkat salinitas tertentu (An.

sundaicus, An.subpictus), ada yang hidup di sawah (An.aconitus), air bersih

dipegunungan (An. maculatus), genangan air yang terkena sinar matahari (An.

punctulatus, An. farauti). Semua nyamuk, khususnya anopheles memiliki empat

tahap dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, kepompong dan nyamuk dewasa.

Telur, larva dan kepompong berada dalam air selama 5-14 hari. Nyamuk anopheles

dewasa adalah vektor penyebab malaria. Nyamuk betina dapat bertahan hidup

selama sebulan ( Ratih, 2012 ).

Siklus hidup nyamuk Anopheles sebagai berikut :

1) Telur

Nyamuk betina meletakkan telurnya sebanyak 50-200 butir sekali bertelur.

Telur-telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur tersebut
10

tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan menetas

menjadi larva.

Gambar 1.1 Telur nyamuk Anopheles ( Atikoh, 2015 ).

2) Larva

Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari

makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki. Dalam

perbedaan nyamuk lainnya, larva anopheles tidak mempunyai saluran

pernafasan dan untuk posisi badan mereka sendiri sejajar dipermukaan air.

Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus

berada di permukaan. Kebanyakan Larva memerlukan makan pada alga,

bakteri, dan mikroorganisme lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam

di bawah permukaan ketika terganggu. Larva berenang tiap tersentak pada

seluruh badan atau bergerak terus dengan mulut. Larva berkembang melalui 4

tahap atau stadium, setelah larva mengalami metamorfisis menjadi kepompong.

Disetiap akhir stadium larva berganti kulit, larva mengeluarkan exokeleton atau

kulit ke pertumbuhan lebih lanjut. Habitat Larva ditemukan di daerah yang luas

tetapi kebanyakan spesies lebih suka di air bersih. Larva pada nyamuk

anopheles ditemukan di air bersih atau air payau yang memiliki kadar garam,

rawa bakau, di sawah, selokan yang ditumbuhi rumput, pinggir sungai dan kali,
11

dan genangan air hujan. Banyak spesies lebih suka hidup di habitat dengan

tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih suka di

alam terbuka, genangan air yang terkena sinar matahari.

Gambar 1.2 Larva nyamuk Anopheles posisi berada sejajar dipermukaan


air ( Atikoh, 2015 ).

3) Kepompong

Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerulukan makanan tetapi

memerlukan udara. Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan

betina. Kepompong menetas dalam dal 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada

umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas daripada nyamuk betina.

Lamanya dari telur berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung

spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari

telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari.

Gambar 1.3 Kepompong nyamuk Anopheles ( Atikoh, 2015 ).


12

4) Nyamuk dewasa

Semua nyamuk, khususnya anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil

dengan 3 bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala nyamuk

berfungsi untuk memperoleh informasi dan untuk makan. Pada kepala terdapat

mata dan sepasang antena. Antena nyamuk sangat penting untuk mendeteksi

bau host dari tempat perindukan dimana nyamuk betina meletakkan telurnya.

Kepalanya juga dapat diperpanjang, maju ke depan hidung yang berguna untuk

makan dan 2 pancaindra. Thorak berfungsi sebagai penggerak. Tiga pasang

kaki dan sebuah kaki menyatu dengan sayap. Perut berfungsi untuk pencernaan

makanan dan mengembangkan telur. Bagian badannya beperan mengembang

agak besar saat nyamuk betina menghisap darah. Darah tersebut lalu dicerna

tiap waktu untuk membantu memberikan sumber protein pada produksi

telurnya, dimana mengisi perutnya perlahan-lahan. Nyamuk anopheles dapat

dibedakan dari nyamuk lainnya, dimana hidungnya lebih panjang dan adanya

sisik hitam dan putih pada sayapnya. Nyamuk anopheles dapat juga dibedakan

dari posisi beristirahatnya yang khas : jantan dan betina lebih suka beristirahat

dengan posisi perut berada diudara daripada sejajar dengan permukaan.

Gambar 1.4 Nyamuk Anopheles dewasa ( Atikoh, 2015 ).


13

Bionomik An. bancrofti, farauti, koliensis dan punculatus adalah sebagai

berikut :

a) An. bancrofti sp

Nyamuk betina spesies ini tidak mempunyai pilihan tertentu akan sumber

darah (human blood index 9 – 83%). Banyaknya nyamuk yang tertangkap

di dalam dan di luar pada malam relatif sama. Pada malam hari

kebanyakan ditangkap antara pukul 18.00 – 22.00. Tempat istirahat di

rumah, pada pagi atau siang banyak ditemukan dalam rumah.

b) An. farauti

Jenis betina An. Farauti sangat tertarik untuk menghisap darah orang

(Human Blood Index 81%). Keaktifan mencari darah sepanjang malam,

meskipun paling banyak yang ditangkap pada pukul 18.00 – 20.00. Pada

malam hari lebih banyak ditangkap di luar rumah daripada di dalam

rumah. Frekuensi mencari darah tiap 2 – 4 hari.

c) An. koliensis

Nyamuk ini lebih tertarik menghisap darah binatang (Human Blood Index

55%, 83%). Keaktifan mencari darah sepanjang malam, tetapi paling

banyak ditangkap antara pukul 18.00 – 21.00. Lebih banyak ditangkap di

luar rumah daripada di dalam rumah. Pada siang hari dapat ditemui baik

baik di dalam maupun di luar rumah, di luar rumah istirahat di bawah

batang pisang, di bawah rumput-rumputan yang lembab dan teduh dengan

jarak terbang ± 1,5 km.


14

d) An. punctulatus

Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam, tetapi paling banyak di

tangkap pada pukul 22.00 – 02.00. Pada pagi hari ditemukan baik di luar

maupun di dalam rumah. Ketinggian hinggap di dalam rumah kurang 1

meter dari lantai, jarak terbang ± 2 km.

c. Siklus Hidup nyamuk

Siklus hidup plasmodium sebelum terjadinya penyakit malaria Plasmodium

mempunyai 2 (dua) siklus yaitu pada manusia (siklus aseksual) dikenal sebagai

schizogoni dan dalam tubuh nyamuk (siklus seksual) membentuk sporozoit

sebagai sporogoni. Siklus aseksual dalam tubuh manusia terdiri dari :

1) Stadium Hati (Exo-Eryhrocytic Schizogony)

Stadium ini dimulai ketika nyamuk Anopheles betina menggigit manusia

dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam darah

manusia sewaktu menghisap darah. Dalam waktu yang singkat (± ½-1 jam)

semua sporozoit menghilang dari peredaran darah masuk ke dalam sel hati

dan segera menginfeksi sel hati. Selama 5-16 hari dalam sel-sel hati

(hepatosit) sporozoit membelah diri secara aseksual, dan berubah menjadi

sizon hati (sizon kriptozoik) tergantung dari spesies parasit malaria yang

menginfeksi. Sesudah sizon kriptozoik dalam sel hati menjadi matang,

bentuk ini bersama sel hati yang diinfeksi akan pecah dan mengeluarkan

5.000-30.000 merozoit tergantung spesiesnya yang segera masuk ke sel-sel

darah merah.
15

2) Stadium Darah

Siklus di darah dimulai dengan keluarnya dari merozoit dari skizon matang

di hati ke dalam sirkulasi dan berubah menjadi trofozoit muda (bentuk

cincin). Trofozoit muda tumbuh menjadi trofozoit dewasa dan selanjutnya

membelah diri menjadi sizon. Sizon yang sudah matang dengan merozoit-

merozoit di dalamnya dalam jumlah maksimal tertentu tergantung dari

spesiesnya, pecah bersama sel darah merah yang diinfeksi, dan merozoit-

merozoit yang dilepas itu kembali menginfeksi ke sel-sel darah merah tadi

untuk mengulang siklus tadi. Keseluruhan siklus yang terjadi berulang di

dalam sel darah merah disebut siklus eritrositik aseksual atau sizogoni

darah.

3) Siklus seksual dalam tubuh nyamuk terdiri dari :

Setelah siklus sizogoni darah berulang beberapa kali, beberapa merozoit

tidak lagi menjadi sizon, tetapi berbuah menjadi gametosit dalam sel darah

merah, yang terdiri dari gametosit jantan dan betina. Siklus terakhir ini

disebut siklus eritritistik seksual atau gametogoni. Jika gametosit yang

matang diisap oleh nyamuk Anopheles, di dalam lambung nyamuk terjadi

proses ekflagelasi gametosit jantan, yaitu dikeluarkannya 8 sel gamet jantan

(mikrogamet) yang bergerak aktif mencari sel gamet betina. Selanjutnya

pembuahan terjadi antara satu sel gamet jantan (mikrogamet) dan satu sel

gamet betina (makrogamet) menghasilkan zigot dengan bentuknya yang

memanjang lalu berubah menjadi ookinet yang bentuknya vermiformis dan


16

bergerak aktif menembus mukosa lambung. Di dalam dinding lambung

paling luar ookinet mengalami pembelahan inti menghasilkan sel-sel yang

memenuhi kista yang membungkusnya disebut ookista. Di dalam ookista

dihasilkan puluhan ribu sporozoit, menyebabkan ookista pecah dan

menyebarkan sporozoit-sporozoit yang berbentuk seperti rambut ke seluruh

bagian rongga badan nyamuk (hemosel) dan dalam beberapa jam saja

menumpuk di dalam kelenjar ludah nyamuk. Sporozoit bersifat infektif bagi

manusia jika masuk ke peredaran darah. Keseluruhan siklus aseksual

eritrosit ini disebut periodisitas skizogoni yang lamanya berbeda-beda pada

masing-masing spesies yaitu 11-14 hari untuk P.falciparum, 9-12 hari untuk

P.vivax, 14- 15 hari untuk P.ovale dan 15-21 hari untuk P.malariae.

Dibawah ini gambar siklus hidup plasmodium melalui perkembangan

seksual dan aseksual :

Gambar 1.5 Siklus Hidup Plasmodium ( Sari, 2020 ).


17

Di bawah ini gambar morfologi fase-fase eritrosik empat spesies parasit

malaria, yaitu :

P.falcifarum P. vivax

Gambar 1.6 fase-fase eritrosik P.falciparum dan P.vivax ( Sari, 2020 ).

P. malariae P. ovale

Gambar 1.7 Fase-fase eritrosik P.malariae dan P.ovale ( Sari, 2020 ).


18

d. Gejala Klinis Malaria

Gejala umum penyakit malaria yaitu demam. Di duga terjadinya demam

berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon). Gambaran

karakteristik dari malaria adalah demam periodik, anemia dan splenomegali.

Berat ringannya manifestasi malaria tergantung jenis plasmodium yang

menyebabkan infeksi. Untuk P.falciparum demam tiap 24-48 jam, P.vivax

demam tiap hari ke-3, P.malariae demam tiap hari ke-4, dan P.ovale

memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa

pengobatan. Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita mengeluh sakit

kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual di hulu hati, atau muntah (semua

gejala awal ini disebut gejala prodromal).

Secara klinis ada 3 stadium yang khusus pada malaria, yaitu :

1) Stadium dingin (Cold Stage)

Stadium ini dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi

penderita cepat tetapi lemah. Bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan

(sianotik). Kulitnya kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada

penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama 15

menit – 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

2) Stadium Panas (Hot Stage)

Setelah menggigil/merasa dingin, pada stadium ini penderita mengalami

serangan panas. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan

dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan
19

sering disertai dengan rasa mual atau muntah-muntah, dapat terjadi syok

(tekanan darah turun). Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya

penderita menjadi sangat haus dan suhu badan bisa meningkat menjadi

41°C. Stadium ini berlangsung selama 2 – 4 jam diikuti dengan keadaan

berkeringat.

3) Stadium Berkeringat (Sweating Stage)

Pada stadium ini penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh

tubuh sampai basah, temperatur turun, penderita merasa lemah dan sering

tertidur dan pada saat terbangun akan merasa lemah. Stadium ini

berlangsung selama 2 sampai 4 jam. Sesudah serangan panas pertama

terlewati, terjadi interval bebas panas selama 48 – 72 jam, lalu diikuti

dengan serangan panas berikutnya seperti panas pertama; dan demikian

selanjutnya.

e. Pencegahan Malaria

Pencegahan malaria secara garis besarnya mencangkup tiga aspek, yaitu:

1) Mengurangi penderita yang mengandung gametosit yang merupakan

sumber infeksi (reservoar).

2) Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria.

3) Melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi malaria.

Seorang penderita harus mengandung gametosit dengan jumlah yang besar

dalam darahnya. Dengan demikian, nyamuk dapat menghisap dan

menularkan kepada orang lain. Hal itu dapat dicegah dengan jalan
20

mengobati penderita malaria akut dengan obat yang efektif terhadap fase

awal dari siklus eritrosit aseksual sehingga gametosit tidak sempat

terbentuk di dalam darah penderita. Pemberantasan nyamuk meliputi

pemberantasan tempat perindukan nyamuk, membunuh larva dan nyamuk

dewasa. Pemberantasan tempat perindukan dilakukan dengan drainase,

pengisian/pengurukan lubang- lubang yang mengandung air. Larva

diberantas dengan menggunakan larvasida, memelihara ikan pemakan

jentik atau dengan menggunakan bakteri misalnya Bacillus thuringiensis.

Nyamuk dewasa diberantas dengan menggunakan insektisida,

pemberantasan lingkungan, kelambu dipoles dengan insektisida

(permetrin). Pada akhir-akhir ini sedang dikembangkan upaya

pemerantasan genetik untuk mensterilkan nyamuk dewasa. Perlindungan

terhadap orang yang rentan dapat dilakukan dengan cara menghindari

gigitan nyamuk, memberikan obat-obatan untuk mencegah malaria dan

vaksinasi. Pemakaian kawat kasa pada pintu, jendela dan lubang angin

pada rumah-rumah dapat mencegah gigitan nyamuk. Pada prinsipnya ada 3

jenis vaksinasi, yaitu :

a) Vaksin anti sporozoit atau pre-eritrosik.

Vaksin dapat dilakukan terhadap sporozoit, sehingga dapat

melindungi terhadap infeksi dengan cara menghalangi masuknya ke

dalam sel hati.

b) Vaksin anti stadium aseksual (merozoit)


21

Dilakukan untuk menekan siklus aseksual Plasmodium dalam darah.

Hal ini dilakukan karena parasit malaria stadium seksual dalam darah

dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada malaria.

c) Vaksin terhadap stadium seksual

Dilakukan dengan cara menghindarkan fertilisasi sel-sel gamet jantan

dan betina di dalam darah manusia atau membuat zigot atau ookinet

menjadi tidak aktif dalam tubuh nyamuk. Vaksin ini tidak mencegah

penyakit pada orang yang divaksnasi tetapi mampu mencegah

transmisi infeksi pada orang lain ( Ratih, 2012 ).

f. Cara Penularan Malaria

1) Penularan secara alamiah (natural infectio)

Cara penularan malaria terdiri dari :

a) Penularan secara alamiah (natural infectio)

Malaria ditularkan oleh nyamuk anopheles sp. Nyamuk ini jumlahnya

kurang lebih 80 jenis dan 24 jenis yang menjadi vektor penyebar malaria

di Indonesia.

Gambar 2.1 Alur penularan malaria secara alamiah.


22

Nyamuk Anopheles memerlukan darah untuk pertumbuhan telurnya.

Apabila nyamuk menggigit penderita malaria maka nyamuk akan

terinfeksi oleh parasit malaria. Kemudian nyamuk yang sudah terinfeksi

tersebut menggigit orang sehat sehingga orang tersebut terinfeksi

parasit malaria akibatnya orang tersebut menderita sakit malaria

( Moses, 2013 ).

b) Penularan yang tidak alamiah

Malaria bawaan (congenital malaria) terjadi pada bayi yang baru

dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi karena

adanya kelainan sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi

dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta

penularan dari ibu kepada bayi melalui tali pusat.

c) Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.

Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang

menggunakan jarum suntik yang tidak steril lagi, cara penularan ini

pernah dilaporkan terjadi di salah satu rumah sakit di Bandung pada

tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan

intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk

menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya

dibuang/sekali pakai (disposable). Infeksi malaria melalui transfusi


23

hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui sporozoit

yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan mudah.

d) Secara oral (melalui mulut)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung dara (Plasmodium

relection), ayam (P. gallinasium) dan pada monyet (P. knowlesi).

Namun pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia yaitu

manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala

klinis.

g. Epidemologi Malaria

Malaria ditemukan di daerah-daerah yang terletak pada posisi 64o Lintang Utara

sampai 32o Lintang Selatan. Penyebaran malaria pada ketinggian 400 meter di

bawah permukaan laut dan 2600 meter diatas permukaan laut. Plasmodium

vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas yaitu mulai daerah

beriklim dingin, subtropik, sampai dengan daerah tropik, kadang-kadang juga

dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodium falciparum jarang ditemukan di daerah

beriklim dingin tetapi paling sering ditemukan di daerah tropis. Penyebaran

penyakit malaria pada dasarnya sangat tergantung dengan adanya hubungan

interaksi antara tiga faktor dasar epidemiologi yaitu agent (penyebab malaria),

host (manusia dan nyamuk), dan environment (lingkungan). Parasit malaria atau

Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria. Untuk kelangsungan

hidupnya parasit malaria tersebut melalui 2 siklus yang terdiri dari siklus

aseksual di dalam tubuh manusia sebagai host intermediate dan siklus seksual
24

dalam tubuh nyamuk Anopheles sebagai host definitive. Untuk

perkembangbiakan nyamuk Anopheles sebagai vektor penular penyakit malaria

diperlukan kondisi lingkungan/habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidup

nyamuk. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan kimia,

lingkungan biologi, dan lingkungan sosial budaya ( Ratna, 2020 ).

h. Etiologi Malaria

Etiologi malaria merupakan penularan malaria yang dilakukan oleh nyamuk

Anopheles betina. Dari semua jenis malaria, yang paling berbahaya adalah

malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, karena sering

ditunjukkan dengan adanya gejala demam, menggigil, pusing, dan sakit kepala,

bahkan bisa berlanjut pada radang hati. Pada umumnya hanya terjadi infeksi

campuran dua jenis parasit yaitu antara P.falciparum dan P.vivax yang banyak

dijumpai di daerah sub tropis, P.falciparum dan P.malariae didaerah tropis

Afrika, sedangkan campuran P.falciparum dan P.ovale jarang dijumpai.

Plasmodium falciparum dibedakan dari parasit malaria lain dengan

kemampuannya merusak tempat-tempat pembuluh darah pada banyak organ

( Ratna, 2020 ).

i. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria

1) Faktor manusia dan nyamuk

a) Umur

Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria. Anak yang bergizi baik

justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebral dibandingkan


25

dengan anak yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik

dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak

bergizi buruk.

b) Jenis Kelamin

Perempuan mempunyai respon yang kuat dibandingkan laki-laki tetapi

apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia

yang lebih berat.

c) Imunitas

Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk

imunitas dalam tubuhnya terhadap malaria demikian juga yang tinggal

di daerah endemis biasanya mempunyai imunitas alami terhadap

penyakit malaria.

d) Status gizi

Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis

malaria lebih rentan terhadap infeksi malaria. Status gizi dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Berat badan (kg)

IMT =

Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)


e) Nyamuk

Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus kehidupan di

air. Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air.

Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-300 butir, besar telur


26

sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari

menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa.

Umur nyamuk relatif pendek, nyamuk jantan umurnya lebih pendek

(kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang sekitar rata-rata

1-2 bulan. Nyamuk jantan akan terbang disekitar perindukannya dan

makan cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Nyamuk betina hanya

kawin sekali dalam hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48

jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk Anopheles betina

yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya. Nyamuk

Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah 80 spesies. Sampai saat ini

di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies yang dapat

menularkan malaria. Tidak semua Anopheles tersebut berperan penting

dalam penularan malaria.

Beberapa aspek penting dari nyamuk adalah :

Prilaku nyamuk tempat hinggap atau istirahat, eksofilik, yaitu nyamuk

lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah. Endofilik, yaitu nyamuk

lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah. Tempat mengigit

Eksofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah. Endofagik,

yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah. Obyek yang digigit

Antrofofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit manusia. Zoofilik, yaitu

nyamuk lebih suka menggigit hewan. Indiscriminate biters/indiscriminate

feeders, yaitu nyamuk tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes.


27

Frekuensi menggigit manusia Frekuensi membutuhkan darah tergantung

spesiesnya dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, yang

disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim tropis biasanya siklus ini

berlangsung sekitar 48-96 jam. Siklus gonotrofik, yaitu waktu yang

diperlukan untuk matangnya telur. Waktu ini juga merupakan interval

menggigit nyamuk. Faktor lain yang penting yaitu umur nyamuk

(longevity), semakin panjang umur nyamuk semakin besar

kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor. Umur nyamuk

bervariasi tergantung dari spesiesnya dan dipengaruhi oleh lingkungan.

Pengetahuan umur nyamuk ini penting untuk mengetahui musim

penularan dan dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai

keberhasilan program pemberantasan vektor. Kerentanan nyamuk

terhadap infeksi gametosit.

2) Faktor Lingkungan

(a) Lingkungan Fisik

(1) Suhu udara

Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus

sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai

batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan

sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi

ekstrinsik35. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi ekstrinsik pada spesies


28

Plasmodium berbeda-beda yaitu P.falciparumI samapai 12 hari,

P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae 14 hari P.ovale 15 hari.

(2) Kelembapan udara

Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk.

Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan

menggigit, istirahan, dan lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban

60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya

nyamuk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif

dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan

malaria.

(3) Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin

bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata.

Pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria.

Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria

ialah 2500 m di atas permukaan laut.

(4) Angin

Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang

merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah,

adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara

manusia dengan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat

diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. Jarak


29

terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas biasanya tidak lebih dari

2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin yang kuat

nyamuk Anopheles bisa terbawa sampai 30 km.

(5) Hujan

Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi

bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis

hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan jenis vektor dan jenis

tempat perkembangbiakan (breeding place). Hujan yang diselingi

panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya

nyamuk Anopheles.

(6) Sinar matahari

Sinar matahari memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada

spesies nyamuk. Nyamuk An. aconitus lebih menyukai tempat untuk

berkembang biak dalam air yang ada sinar matahari dan adanya

peneduh. Spesies lain tidak menyukai air dengan sinar matahari yang

cukup tetapi lebih menyukai tempat yang rindang, Pengaruh sinar

matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An.

sundaicus lebih suka tempat yang teduh, An. hyrcanus spp dan An.

punctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka, dan An.

barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun yang terang.


30

(7) Arus air

An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir

lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan

An. letifer menyukai air tergenang. An. maculatus berkembang biak

pada genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat atau

berhenti.

(8) Tempat perkembangbiakan nyamuk

Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah genangan-

genangan air, baik air tawar maupun air payau, tergantung dari jenis

nyamuknya. Air ini tidak boleh tercemar harus selalu berhubungan

dengan tanah. Berdasarkan ukuran, lamanya air (genangan air tetap

atau sementara) dan macam tempat air, klasifikasi genangan air

dibedakan atas genangan air besar dan genangan air kecil.

(b) Lingkungan Kimia

Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar

garam dari tempat perkembangbiakan. Sebagai contoh An. sundaicus

tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12

– 18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas,

meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. sundaicus sudah

ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup ditempat yang

asam/pH rendah.
31

(c) Lingkungan Biologi

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat

mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar

matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya

berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (panchax

spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi

nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi,

kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada

manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.

(d) Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya

(1) Kebiasaan keluar rumah

Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana

vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan

gigitan nyamuk. Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada

malam hari dan juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian

malaria.

(2) Pemakaian kelambu

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu

secara teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian

malaria. penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara teratur

mempunyai risiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan dengan

yang menggunakan kelambu


32

(3) Obat anti nyamuk

Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh

masyarakat seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, oles

maupun secara elektrik.

(4) Pekerjaan

Hutan merupakan tempat yang cocok bagi peristirahatan maupun

perkembangbiakan nyamuk (pada lubang di pohon-pohon) sehingga

menyebabkan vektor cukup tinggi.

(5) Pendidikan

Tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh langsung

terhadap kejadian malaria tetapi umumnya mempengaruhi jenis

pekerjaan dan perilaku kesehatan seseorang.

3) Faktor Agent (Plasmodium)

Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup

ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila diikuti dengan kontak

efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulasi untuk

memudahkan terjadinya suatu proses penyakit.

Penyebab penyakit malaria dari genus Plasamodium, family Plasmodiidae

dan ordo Coccidiidae. Hingga saat ini parasit malaria yang dikenal ada 4

macam, yaitu :

(a) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering

menyebabkan malaria otak/berat dengan risiko kematian yang tinggi.


33

(b) Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.

(c) Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana.

(d) Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di Afrika dan

Pasifik Barat.

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari

satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed

infection). Kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis

parasit, yakni campuran antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium

vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit

sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran ini biasanya

terjadi didaerah yang tinggi angka penularanya ( Dewi, 2021 ).

2. Diagnosis Malaria

Banyak perawatan medik yang terlah diakses di daerah endemik

malaria, dimana biasanya jasa medis kekurangan fasilitas untuk diagnosis

laboratorium. Perawatan malaria kebanyakan diberikan atas dasar klinis atau

hasil diagnosis. Bagaimanapun diagnosis klinis sangat tidak akurat, karena

manifestasi klinis demam malaria tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi

lainnya. Diagnosis malaria secara pasti bisa ditegakkan jika ditemukan parasit

malaria dalam darah penderita. Oleh karena itu, cara diagnosis malaria yang

paling penting dengan memeriksa darah penderita secara mikroskopis dengan

membuat pengecatan giemsa tipis/tebal yang merupakan gold standard dalam

diagnosis malaria. Mikroskop dapat mendeteksi 20-50 µl parasit per darah,


34

tetapi hasil diagnosis rutin jarang mencapai sensitivitas. Meskipun mikroskopis

murah dan sederhana, untuk mencapai sensitivitas tinggi diperlukan pelatihan

dan pengawasan mutu mikroskop, peralatan cukup dan pemeliharaan.

Beberapa metode alternatif laboratorium telah dikembangkan

diantaranya adalah sistem hematologi sentrifugal Quantitatif Buffy Coat,

imunoflurens, tes ELISA untuk mendeteksi antigen Plasmodium falciparum

dan menggunakan PCR (Polymerase Chain reaction) serta Dipstick test. Tidak

satupun dari tes ini digunakan secara rutin karena terlalu rumit dan mahal

( Atikoh, 2015 ).

1) Teknik Quantitative Buffy Coat

Dikembangkan oleh Becton Dickinson, dengan menggunakan tabung

kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange. Parasit

malaria yang mungkin ada dalam darah, di dalam tabung dilihat dengan

mikroskop flurense. QBC merupakan teknik pemeriksaan yang cepat

namun tidak dapat membedakan spesies Plasmodium dan kurang tepat

sebagai instrumen untuk hitung parasit, disamping itu kapiler dan

peralatannya mahal.

2) Dip stick test

Dip stick test atau menguji dengan potongan antibodi monoklonal pada

antigen parasit diantaranya ICT-Malaria Pf, OptiMAlr, dan Determine kits.

Teknik ini memakai prinsip adanya histidine rich protein-2 (HRP-2) atau

parasite-spesific lactate dehydrogenase (pLDH), yang terdapat pada


35

infeksi P. Falciparum. Beberapa laporan menyatakan tingkat sensitivitas

dan spesifitas mencapai 100%, tetapi laporan lain menyatakan terjadi 6%

reaksi silang dengan faktor reumatoid. Tes ini mempunyai kelebihan

dalam hal kecepatan dan ketepatannya untuk mendiagnosa malaria

falciparum, terutama untuk laboratorium yang kurang berpengalaman.

3) Teknik imunoserologi

seperti Indirect Fluorescent Antibody Test (IFAT) dan Enzyme-Linked

Immunosorbent Assay (ELISA), tidak diperuntukkan untuk menentukkan

adanya infeksi yang sedang berlangsung.

B. Kerangka Pikir

Munculnya penyakit malaria disebabkan oleh berbagai faktor-faktor resiko.

Faktor-faktor risiko tersebut adalah faktor manusia dan nyamuk, faktor lingkungan,

faktor lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan faktor agent. Faktor manusia dan

nyamuk antara lain ( umur, jenis kelamin, imunitas, status gizi dan nyamuk itu sendiri ).

Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan fisik ( suhu udara, kelembapan udara,

ketinggian, angin, hujan, sinar matahari, arus air dan tempat perkembangbiakan nyamuk

), lingkungan kimia, lingkungan biologi, lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

( kebiasaan keluar rumah, pemakaian kelambu, obat anti nyamuk, pekerjaan, dan

pendidikan ), dan faktor agent.

Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan kejadian malaria dapat

digambarkan di dalam kerangka teori.


36

Faktor Manusia & Nyamuk

- Umur
- Jenis Kelamin
- Imunitas
- Status Gizi
Kepadatan
- Nyamuk
Nyamuk

Faktor Lingkungan Pengendalian


Vektor
a. Pe
Lingkungan Fisik :
- Suhu Gigitan Nyamuk
- Kelembapan Udara Anopeles
- Ketinggian
- Angin
- Hujan imunitas
- Sinar Matahari
- Arus Air
- Tempat perkembangbiakan KEJADIAN
nyamuk MALARIA

b. Lingkungan Kimia
c. Lingkungan Biologi

Ada hubungan
antara faktor-
d. Lingkungan Sosial,
faktor resiko dan
ekonomi, dan budaya :
kejadian malaria
- Kebiasaan keluar rumah
- Pemekaian Kelambu
- Penggunaan Obat Anti
Nyamuk
- Pendidikan
- Pekerjaan

Gambar 3.1 Kerangka Pikir


37

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor lingkungan ( Suhu, kelembapan udara, dan tempat perkembangbiakan

nyamuk ) merupakan faktor resiko yang mempengaruhi kejadian malaria di wilayah

kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.

2. Faktor sosial, ekonomi dan budaya ( kebiasaan keluar rumah dimalam hari,

penggunaan kelambu, dan penggunaan obat anti nyamuk ) merupakan faktor resiko

yang mempengaruhi kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa

kota Sorong.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan penelitian observasional dengan

mengggunakan Case Control Study. Desain tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu menganalisis faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya

suatu penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur besar faktor risiko yang

berpengaruh terhadap kejadian malaria. Kelompok kasus meliputi orang yang sakit

malaria ditandai dengan hasil pemeriksaan sediaan darah (SD) positif. Kelompok

kontrol meliputi orang-orang yang tidak sakit malaria ditandai dengan hasil

pemeriksaan sediaan darah (SD) negatif. Kelompok ini kemudian dibandingkan tentang

adanya penyebab atau pengalaman masa lalu yang mungkin relevan dengan penyebab

penyakit. Studi kasus kontrol dipilih dengan pertimbangan di antaranya menawarkan

sejumlah keuntungan yaitu biaya yang diperlukan relatif sedikit, memungkinkan untuk

mengidentifikasi pelbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian, untuk menilai

hubungan antara paparan dengan penyakit. Desain ini dapat ditempuh dengan tingkat

efisiensi yang cukup tinggi terhadap waktu dan biaya jika dibandingkan dengan

menggunakan pendekatan studi analitik lainnya.

38
39

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong

yang memiliki 4 ( empat ) wilayah kerja kelurahan yaitu kelurahan Klabulu, Klagete,

Malengkedi dan Malamso. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 – Februari

2023.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah seluruh masyarakat

yang melakukan pemeriksaan malaria di Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah faktor-faktor resiko

yang mempengaruhi kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa

Kota Sorong.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi Kasus

Semua orang yang dalam sediaan darahnya ditemukan plasmodium berdasarkan

hasil pemeriksaan mikroskopis di Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong. Data

diambil dari tanggal 20 Desember 2022 – 20 Februari 2023.


40

b. Populasi Kontrol

Semua orang yang dinyatakan negatif malaria berdasarkan hasil pemeriksaan

sediaan darah secara mikroskopis di Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.

Data diambil dari tanggal 20 Desember 2022 – 20 Februari 2023.

2. Sampel

Sampel penelitian diambil dari populasi yang ada di Puskesmas Malaimsimsa Kota

Sorong. Sampel untuk kelompok kasus diambil berdasarkan kriteria pertimbangan

pemilihan dari peneliti yang terdiri dari inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

b. Tercatat sebagai penderita malaria positif yang telah diambil sediaan

darahnya yang dinyatakan berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium.

c. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.

d. Periode waktu sakit malaria baru dan kambuh.

2. Kriteria eksklusi

Tidak bersedia menjadi responden

Sampel untuk kelompok kontrol diambil dari populasi yang sama berdasarkan

kriteria inklusi yaitu pasien yang tidak menderita malaria.

3. Besar Sampel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor risiko

seperti faktor lingkungan, faktor sosial, ekonomi dan budaya yang

mempengaruhi kejadian malaria. Sehingga peneliti menetapkan jumlah besar


41

sampel berdasarkan accidental sampling, yaitu suatu metode penentuan sampel

dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian.

E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

1. Kejadian Malaria

Kejadian malaria adalah penderita malaria berdasarkan pemeriksaan darah yang

menunjukan plasmodium (+).

Variabel : Bebas

Skala Ukur : Ordinal

Alat Ukur : Kuisioner

2. Faktor faktor lingkungan dan faktor sosial, ekonomi dan budaya merupakan

faktor yang berpotensi mengakibatkan penyakit malaria., yang meliputi :

1) Suhu udara adalah derajat panas udara yang diukur dalam rumah responden

diukur dengan thermometer celcius.

2) Genengan air, ada tidaknya genangan air di sekitar tempat tinggal

responden.

3) Penggunaan kelambu, apakah responden menggunakan kelambu saat tidur.

4) Obat nyamuk, apakah kebiasaan responden untuk menggunakan obat anti

nyamuk.

5) Kebiasaan keluar rumah di malam hari, apakah kebiasaan responden keluar

rumah di malam hari, berpelindung atau tidak.

Variabel : Terikat
42

Skala Ukur : Ordinal

Alat Ukur : Kuisioner

F. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability

sampling berupa accidental sampling, yaitu suatu metode penentuan sampel dengan

mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010).

G. Sumber Data Penelitian

1. Sumber Data

Data yang di peroleh dalam penelitian ini berupa :

a. Data sekunder, berupa penetapan subyek penelitian (kasus dan kontrol)

diperoleh dari data rekam medis Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.

Demikian pula hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain diperoleh

dari tempat yang sama. Dan juga diperoleh dari buku, malakah, laporan, jurnal,

referansi- referansi lain yang berkaitan eret dengan tema penelitian.

b. Data primer, untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh diperoleh

melalui hasil pemeriksaan malaria di laboratorium Puskesmas Malaimsimsa

Kota Sorong, observasi dan wawancara langsung kepada responden dengan

menggunakan kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti sesuai tujuan

penelitian.
43

2. Pengumpulan Data

Instrumen untuk mengumpulkan data responden ialah dengan menggunakan

kuesioner. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara dengan menggunakan kuesioner, diusahakan sebisa mungkin

berlangsung dalam suasanan yang akrab sehingga wawancara dapat berjalan

lancar dan berhasil mendapatkan informasi yang diharapkan.

b. Metode Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti secara formal dan informal untuk mengamati

berlangsungnya berbagai kegiatan di lapangan.

c. Survei Dokumen

Survei dokumen dilakukan dengan melihat dokumen pasien yang datang ke

Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.

H. Instrumen Penelitian

Prosedur Pemeriksaan Malaria

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop, objek glass, pipet

tetes, botol semprot. Reagen yang digunakan dalam pemeriksaan malaria yaitu

pewarnaan giemsa, aquades, methanol, kapas alkohol, dan lancet.

2. Prosedur kerja

a. Pembuatan sediaan :
44

Siapkan alat dan bahan, pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan

menghadap ke atas, pilih jari tengah atau jari manis ( pada bayi usia 6-12 bulan

darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi ), bersihkan jari dengan kapas

alkohol untuk menghilangkan kotoran dan minyak yang menempel pada jari

tersebut, setelah kering jari ditekan agar darah banyak terkumpul diujung jari.

Tusuk bagian ujung jari ( agak di pinggir, dekat kuku) secara cepat dengan

menggunakan lancet, tetesan darah pertama yang keluar dibersihkan dengan

kapas kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol, tekan

kembali ujung jari sampai darah keluar, gunakan object glass bersih ( pegang

object glass pada bagian tepinya ), Posisi object glass berada dibawah jari

tersebut, teteskan 1 tetes kecil darah ( ± 2µl ) pada bagian tengah object glass

untuk sediaan darah tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah (± 6µl) pada bagian

ujung untuk sediaan darah tebal, bersihkan sisa darah di ujung jari dengan

kapas, letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas meja atau

permukaan yang rata, untuk membuat sediaan darah tipis, ambil object glass

baru ( object glass kedua ) tetapi bukan cover glass, tempelkan ujungnya pada

tetes darah kecil sampai darah tersebut menyebar sepanjang object glass,

dengan sudut 450 geser object glass tersebut dengan cepat kearah yang

berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga didapatkan sediaan hapus

( seperti bentuk lidah ), proses pengeringan sediaan darah harus dilakukan

secara perlahan-lahan di tempat yang datar, tidak dianjurkan menggunakan

lampu ( termasuk lampu mikroskop ), hair dryer. Hal ini dapat menyebabkan
45

sediaan darah menjadi retak-retak, sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan,

sebaiknya gunakan kipas angin untuk mengeringkan sediaan darah ( Subun,

2017 ).

b. Pewarnaan sediaan

Sediaan darah tipis yang sudah kering difiksasi dengan methanol, jangan

sampai terkena sediaan darah tebal. Di letakkan object glass pada jembatan

pewarnaan/rak pewarna dengan posisi darah berada di atas, di tuang larutan

giemsa dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan object glass. Biarkan

selama 30-45 menit, kemudian tuangkan kembali aquades atau air bersih secara

perlahan-lahan dari tepi object glass sampai larutan giemsa yang terbuang

sehingga menjadi jernih. Kemudian diangkat dan dikeringkan sediaan darah

tersebut, setelah kering sediaan darah siap diperiksa. Sediaan darah ditetesi

dengan oil imersi sebelum diperiksa dibawah mikroskop, hal ini bertujuan

untuk memperjelas object dan melindungi lensa objektif.

c. Interprestasi Hasil.

1) (+) = bila ditemukan Plasmodium malaria pada sediaan hapusan darah.

2) (-) = bila tidak ditemukan Plasmodium malaria pada sediaan hapusan

darah.
46

I. Alur Penelitian

Populasi semua orang di wilayah kerja Puskesmas


Malaimsimsa yang melakukan pemeriksaan malaria

Sampel seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Malaimsimsa yang bersedia menjadi responden dan pengisian
informed consent

Faktor-faktor resiko malaria

1. Manusia & Nyamuk


2. Faktor Lingkungan
- Lingkungan Fisik
- Lingkungan Kimia
- Lingkungan biologi
- Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Pemeriksaan Malaria dengan metode mikrokopis

Hasil

( + ) ditemukan plasmodium ( - ) Tidak ditemukan plasmodium


malaria malaria

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitia


47

J. Teknis Analisis Data Penelitian

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua macam analisis

data yaitu, analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat bertujuan mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel dalam penelitian ini. Analisis dilakukan terhadap terhadap

masing-masing dari setiap variabel, hasil dari analisis ini menunjukan frekuensi dan

presentase dari setiap variabel.

Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Chi square untuk menguji

hipotesis penelitian antar variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini

dilakukan untuk variabel pada penelitian ini, yaitu faktor lingkungan ( suhu udara, dan

genangan ) dan faktor sosial, ekonomi dan budaya ( kebiasaan tidur menggunakan

kelambu, kebiasaan keluar rumah tanpa menggunakan pelindung kuliat, dan

penggunaan obat anti nyamuk ) . Hasil disajikan berupa berupa p.value yang digunakan

untuk menentukan hubungan kemaknaan dari hasil uji statistik. Jika p.value < 0,05

maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen dan

dependen. Sedangkan, jika diketahui p.value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel independen dan

dependen.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Tempat Penelitian

Secara geografis, posisi Puskesmas Malaimsimsa terletak di sebelah timur

Kota Sorong pada 0o88’13,2” Lintang Selatan dan 131o29’65,02” Bujur Timur.

Distrik Malaimsimsa sendiri terdiri dari 4 Kelurahan, dan mempunyai luas wilayah

98,04 Km2. Kontur wilayahnya didominsai perbukitan dengan pemukiman

terkonsentrasi didaerah – daerah tertentu. Disisi perbukitan masih banyak daerah

hutan yang masih jarang penghuninya.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa 30.127 jiwa

dengan rasio jenis kelamin 112,65% serta tingkat kepadatan 307 jiwa per kilometer

persegi. Persentase penduduk yang melek huruf sebesar 98% dengan tingkat

pendidikan SMA atau sederajat sebesar 6,18% dan Perguruan tinggi sebesar

31,54%. Dihuni dari berbagai macam suku dan etnis serta agama yang beragam.

( Gambar 4.1 Peta Gambar Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Sorong )

48
49

2. Distribusi Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsima Kota

Sorong

Distribusi kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa ada dalam

tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi kejadian malaria di wilayah kerja puskesmas


malaimsimsa kota sorong
Malaria Jumlah Presentase (%)
Ya 3 3,6 %
Tidak 81 96,4 %
Jumlah 84 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 3,6 % dari 84 responden

menderita malaria.

3. Distrubusi Jenis Plamodium Malaria Berdasarkan Kejadian Malaria Di

Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa

Tabel 4.2 Distribusi jenis plasmodium malaria berdasarkan kejadian malaria


di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa
Jenis Jumlah Presentase (%)
Plasmodium
Malaria
P.vivax 3 3,6 %
P. falcifarum 0 0%
P. ovale 0 0%
P. malariae 0 0%
Negatif 81 96,4 %
Jumlah 84` 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa semua responden 3,6 % yang

menderita malaria terinfeksi jenis plasmodium vivax.


50

4. Analisis Univariat

a. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan Pada

Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong

Frekuensi kejadian malaria berdasarkan faktor lingkungan pada masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong ada dalam tabel 4.3.

Faktor lingkungan tersebut antara lain suhu ruangan dan genangan air di sekitar

tempat tinggal masyarakat.

Tabel 4.3. Frekuensi kejadian malaria berdasarkan faktor lingkungan di


wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong
Kategori Malaria
Ya Tidak
n (%) n(%)
Keberadaan genangan
air
Ya 3 (3,6%) 54 (64,3%)
Tidak 0 (0,0%) 27 (32,1%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Suhu ruangan
≥300 C 3 (3,6%) 74 (88,1%)
≤300 C 0 (0,0%) 7 (8,3%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa di sekitar rumah responden yang

menderita malaria keseluruhannya ( 3,6%) terdapat genengan air, dan juga

keseluruhan ( 3,6% ) responden yang menderita malaria memiliki suhu ruangan

rumah ≥300 C.

b. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Sosial, Ekonomi, dan

Budaya Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong


51

Frekuensi kejadian malaria berdasarkan faktor sosial, ekonomi dan budaya

yang di teliti antara lain prilaku masyarakat keluar rumah pada malam hari

apakah menggunakan pelindung tubuh, penggunaan kelambu, dan penggunaan

obat nyamuk pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota

Sorong.

Tabel 4.4 Frekuensi kejadian malaria berdasarkan faktor sosial, ekonomi,


dan budaya di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota
Sorong
Kategori Malaria
Ya Tidak
n (%) n(%)
Penggunaan
Pelindung Tubuh
Ya 1 (1,2%) 69 (82,1%)
Tidak 2 (2,4%) 12 (14,3%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Penggunaan Kelambu
Ya 0 (0,0%) 25 (29,8%)
Tidak 3 (3,6%) 56 (66,7%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Penggunaan Obat
Nyamuk
Ya 0 (0,0%) 51 (60,7%)
Tidak 3 (3,6%) 30 (35,7%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang

menderita malaria (2,4%) tidak memakai pelindung tubuh pada saat keluar di

malam hari, keseluruhan ( 3,6% ) responden yang menderita malaria tidur tidak

menggunakan kelambu, dan keseluruhan ( 3,6% ) responden yang menderita

malaria tidak menggunakan obat nyamuk.

5. Analisis Bivariat
52

a. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah

Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong

Hubungan antara faktor lingkungan ( suhu ruagan dan genengan air ) dengan

kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hubungan faktor lingkungan dengan kejadian malaria di


wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.
Kategori Malaria
Ya Tidak p.value
n (%) n(%)
Keberadaan
genangan air
Ya 3 (3,6%) 54 (64,3%) 0,025
Tidak 0 (0,0%) 27 (32,1%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Suhu ruangan
≥300 C 3 (3,6%) 74 (88,1%) 0,595
≤300 C 0 (0,0%) 7 (8,3%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa keberadaan genengan air ( 0,225 )

tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Suhu ruangan rumah responden

( 0,595 ) tidak berhubungan dengan kejadian malaria.

b. Hubungan Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya Dengan Kejadian Malaria

Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong

Hubungan antara faktor sosial, ekonomi dan budaya ( penggunaan pelindung

tubuh, penggunaan kelambu, dan penggunaan obat nyamuk ) dengan kejadian

malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong dapat di lihat

pada tabel 4.6.


53

Tabel 4.6 Hubungan faktor Sosial, Ekonomi, dan Budaya Dengan


Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa
Kota Sorong
Kategori Malaria
Ya Tidak p. value
n (%) n(%)
Penggunaan
Pelindung Tubuh
Ya 1 (1,2%) 69 (82,1%) 0,018
Tidak 2 (2,4%) 12 (14,3%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Penggunaan
Kelambu
Ya 0 (0,0%) 25 (29,8%) 0,251
Tidak 3 (3,6%) 56 (66,7%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Penggunaan Obat
Nyamuk
Ya 0 (0,0%) 51 (60,7%) 0,028
Tidak 3 (3,6%) 30 (35,7%)
Jumlah 3 (3,6%) 81 (96,4%)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa penggunaan pelindung tubuh

pada saat keluar di malam hari ( 0,018 ) berhubungan dengan kejadian malaria.

Penggunaan kelambu ( 0,251 ) tidak berhubungan dengan kejadian malaria dan

penggunaan obat nyamuk ( 0,028 ) berhubungan dengan kejadian malaria.


54

B. Pembahasan

1. Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Kota

Sorong

Kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa untuk tiga tahun

terakhir ini yakni dari tahun 2019 hingga tahun 2021 berjumlah 5.184 kasus dengan

konfirmasi pemeriksaan laboratorium positif sebanyak 108 kasus. Angka positif

malaria mengalami penurunan jika dibandingkan dengan data pemeriksaan malaria

satu tahun terakhir ini.

Menurut teori Hendrik L Blum 1974, ada empat factor yang mempengaruhi

tingkat endemisitas penyakit, yaitu prilaku, lingkungan genetic/ keturunan dan

pelayanan kesehatan . Dari segi pelayanan kesehatan beberapa upaya telah

dilakukan oleh Puskesmas Malaimsimsa dalam mencegah penyakit malaria

diwilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa seperti melakukan pemeriksaan,

pengobatan , penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat atau menggerakan

masyarakat dalam menjaga lingkungan bersih dengan tujuan menghambat

perkembangan vector. Walaupun berbagai upaya diatas telah dilakukan namun

sampai saat ini penderita malaria masih tetap ada. Hal ini dikarenakan faktor dari

manusianya itu sendiri seperti perilaku masyarakat dan sikapnya terhadap

pengobatan ( Setioningsih, 2011).


55

2. Distribusi dan Jenis Plasmodium Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas

Malaimsimsa Kota Sorong

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 3 kasus positif malaria dari 84

responden. Jenis plasmodium malaria yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas

Malaimsimsa yaitu jenis plasmodium vivax. Tidak ditemukan jenis plasmodium

falcifarum, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Elbands et al ( 2022 )

faktor yang mempengaruhi kejadian malaria Vivax antara lain adalah faktor

demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan). Selain

itu faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria Vivax adalah

pengetahuan, sikap dan keyakinan. Dukungan sosial juga merupakan faktor yang

berhubungan dengan kejadian malaria Vivax.

( Gambar 4.2 Plasmodium vivax stadium tropozoid pada sediaan tetes tebal )

3. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah

Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.


56

a. Tempat Perindukan Nyamuk ( Genengan Air )

Tempat perindukan nyamuk merupakan tempat yang digunakan

nyamuk untuk berkembangbiak. Tempat yang potensial sebagai tempat

perindukan nyamuk antara lain ialah sungai yang jernih dengan aliran air

perlahan, kolam dengan air jenih, mata air yang jernih, lagun, genangan atau

cekungan air, sawah, saluran irigasi dengan aliran lambat danau, tambak ikan,

tambak udang, pertambangan dan hutan bakau Apriliani ( 2022 ).

Tempat perindukan nyamuk yang ditemukan pada penelitian yaitu genangan-

genangan air di sekitar rumah masyarakat.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan (3,6%) masyarakat

yang menderita malaria terdapat genengan air di sekitar rumahnya. Pada saat

penelitian didapat parit di sekitaran rumah masyarakat terdapat genengan air,

tempat penampungan air di dalam rumah-rumah masyarakat menjadi salah satu

tempat perindukan bagi nyamuk penyebab penyakit malaria.

Uji statistik menunjukan bahwa keberadaan genangan air di sekitar tempat

tinggal masyarakat tidak berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah

kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong. Penelitian tersebut sejalan dengan

Atikoh ( 2015 ) menjelaskan tempat perindukan nyamuk merupakan faktor

resiko yang tidak berhubungan dengan kejadian malaria.

Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Palupi (2010)

yang menyatakan bahwa genengan air berhubungan dengan kejadian malaria

dengan p.velue = 0,000. Aprilia ( 2022 ) mendukung pernyataan tersebut


57

bahwa genengan air berpengaruh dengan kejadian malaria dengan p. velue =

0,001.

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tempat perindukan

nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria.

Faktor genangan air yang terdapat di sekitaran rumah masyarakat dapat

dipengaruhi karena masyarakat tidak membersihkan area parit yang ada di

sekitaran rumah masyarakat, selain itu kebiasaan masyarakat yang menampung

air di tempat penampungan air dan membiarkan terbuka sehingga menjadi

tempat perindukan nyamuk baik di dalam maupun di luar rumah. Keberadaan

tempat perindukan nyamuk pada radius yang dekat dengan masyarakat, dan

kemampuan terbang nyamuk 0,5 – 2 km merupakan faktor resiko bagi

masyarakat tersebut untuk terkena malaria.

b. Suhu

Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk adalah 25º –

27ºC. Nyamuk dapat bertahan hidup dalam suhu rendah, tetapi proses

metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai dibawah

suhu kritis pada suhu yang sangat tinggi akan mengalami perubahan proses

fisiologinya. Suhu yang didapatkan pada penelitian ini berkisar 270C sampai

dengan 350 C.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan (3,6%) masyarakat

yang menderita malaria memiliki suhu ruagan rumah ≥30 0C. Pada saat

penelitian didapatkan rata-rata suhu ruangan rumah masyarakat sejuk atau


58

tidak terlalu lembab dan terlalu panas. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti

sama sekali bila suhu kurang dari 10ºC atau lebih dari 40ºC. Kecepatan

perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan proses metabolisme sebagian

diatur oleh suhu. Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies, pada suhu

26,7ºC masa inkubasi ekstrinsik adalah 10 – 12 hari untuk P. falciparum dan 8

–11 hari untuk P. vivax, 14 – 15 hari untuk P. malariae dan P. Ovale.

Uji statistik menunjukan bahwa suhu ruagan pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong tidak berhubungan dengan kejadian

malaria. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Gustina et al ( 2013 )

bahwa tidak ada hubungan antara suhu dan kejadian malaria dengan p. value =

0,432. Wlandari ( 2018 ) mendukung pernyataan tersebut bahwa tidak

hubungan kejadian malaria dengan lingkungan fisik ( suhu ) dengan p.veleu =

0,280.

Namun penelitian tidak sejalan dengan Widyanti et al ( 2022 ) yang

menyatakan bahwa ada korelasi antara suhu udara dan kejadian malaria p.value

= 0,049. Suhu yang mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk

sekitar 200C dan 300C, menunjukan bahwa nyamuk adalah binatang berdarah

dingin dan karenannya proses metabolisme dan siklus kehidupannya

tergantung pada lingkungan. Kelembapan rendah akan memperpendek umur

nyamuk, sebaliknya kelembapan tinggi memperpanjang umur nyamuk. Pada

kelembapan yang tinggi nyamuk akan dan lebih sering mengigit sehingga

meningkatkan penularan malaria.


59

4. Hubungan Antara Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya Dengan Kejadian

Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.

a. Penggunaan pelindung tubuh

Prilaku keluar rumah pada malam hari tanpa menggunakan baju lengan

panjang ( pelindung tubuh ) merupakan salah satu tindakan beresiko yang

dapat menyebabkan manusia tergigit oleh nyamuk. Anopheles sp merupakan

vektor yang aktif mencari makan pada malam hari sehingga manusia yang

keluar rumah pada malam hari memiliki kemungkinan untuk terkena malaria.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian kecil (1,2%) masyarakat yang

menderita malaria menggunkan pelindung tubuh pada saat beraktivitas di luar

rumah pada malam hari. Penggunaan pelindung tubuh pada malam hari

memiliki hubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas

Malaimsimsa kota Sorong. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hidayat ( 2020 )

bahwa ada hubungan terhadap prilaku keluar rumah pada malam hari dengan

kejadian malaria dengan p.value = 0,002.

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa prilaku keluar

rumah pada malam hari tidak berhubungan dengan kejadian malaria. ( Lumolo

et al, 2015 ) mendukung pernyataan tersebut bahwa tidak ada hubungan prilaku

keluar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria p.veleu = 0.079.

Sejalan dengan pernyataan tersebut ( Trapsilowati et al, 2016 ) juga

mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara prilaku keluar rumah pada
60

malam hari tanpa menggunakan pelindung tubuh tidak ada hubungannya

dengan kejadian malaria.

Hasil penelitian dapat di sebabkan karena responden yang keluar rumah

pada malam hari tidak memakai obat anti nyamuk dan juga terdapat tempat

perindukan nyamuk di sekitar rumahnya. Hal ini menumjukan bahwa

masyarakat yang keluar rumah pada malam hari memiliki resiko tergigit

nyamuk lebih besar dibanding dengan yang tidak keluar rumah pada malam

hari.

b. Penggunaan Kelambu

Kelambunisasi merupakan strategi yang utama untuk pencegahan

malaria, oleh karena itu perluasan cakupan pemakaian kelambu secara

sempurna perlu dilakukan dengan segera demi tercapainya upaya

pemberantasan yang berkesinambungan (Santy et al., 2014). Tujuan pemakaian

kelambu pada malam hari ini yaitu untuk mengurangi kontak antara manusia

dengan nyamuk (Munif & Imron, 2010). Seseorang mempunyai kebiasaan

tidak menggunakan kelambu pada malam hari akan memiliki

probabilitas/kemungkinan menderita malaria sebesar 4,2%.

Penggunaan kelambu pada saat tidur malam hari dapat mengurangi

risiko kontak antara manusia dengan vektor nyamuk. Penggunaan kelambu

pada saat tidur merupakan upaya yang efektif untuk mencegah dan

menghindari kontak antara nyamuk Anopheles dengan orang sehat disaat

tidur malam hari. Kelambu yang tidak rusak atau tidak berlubang dapat
61

menahan atau menghindarkan seseorang dari gigitan nyamuk, selain

dengan menggunakan obat anti nyamuk, maka perlu adanya pencegahan

kejadian malaria terutama didaerah endemis malaria dengan penggunaan

kelambu.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan kelambu tidak

berhubungan dengan kejadian malaria dengan p.value = 0,251. Penelitian ini

sejalan dengan Luntungan et al ( 2022 ) bahwa penggunaan kelambu tidak

berhubungan dengan kejadian malaria dengan p.value = 0,277. Namun

penelitian ini tidak sejalan dengan Apriliani ( 2021 ) juga mengatakan bahwa

penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian malaria. Adriyanto

( 2010 ) juga mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

kepatuhan menggunakan kelambu dan kejadian malaria.

Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain apakah

kelambu yang dipakai merupakan kelambu berinsektisida atau tidak. Kelambu

dengan insektisida lebih efektif dibandingkan dengan kelambu biasa.

c. Penggunaan obat anti nyamuk

Pengendalian vektor secara umum dapat dilakukan dengan dua cara

yakni pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan gigitan nyamuk.

Penggunaan obat nyamuk merupakan salah satu perilaku pencegahan terhadap

gigitan nyamuk. Selain menggunakan obat nyamuk, penggunaan kelambu dan

tidak pergi ke daerah endemis malaria ialah cara lain yang dapat dilakukan

untuk menghindari gigitan nyamuk. Seluruh masyarakat yang menderita


62

malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa tidak menggunakan obat anti

nyamuk.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan obat nyamuk

berhubungan dengan kejadian malaria dengan p.value = 0,028. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Prachelia ( 2021 ) menunjukan bahwa prilaku

masyarakat tentang penggunaan obat nyamuk berhubungan dengan kejadian

malaria dengan p.value 0,000. Prihatin ( 2012 ) juga menyatakan bahwa ada

hubungan bermakna antara pemakaian obat anti nyamuk dengan kejadian

malaria.

Penelitian ini tidak sejalan dengan Atikoh ( 2015 ) yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan penggunaan obat nyamuk dengan kejadian malaria

p.value = 1,000. Sejalan dengan penelitian tersebut Sari et al ( 2014 )

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara prilaku menggunakan obat

nyamuk dengan kejadian malaria p.value = 1,000.Meskipun tidak ada

hubungan bermakna antara penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian

malaria, tetapi setidaknya penggunaan obat anti nyamuk dapat mengurangi

gigitan nyamuk kepada seseorang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa

kota Sorong, di dapatkan hasil sebagai berikut :

1. Suhu rumah bukan merupakan faktor resiko kejadian malaria di wilayah kerja

Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.

2. Keberadaan genangan di sekitar rumah masyarakat bukan merupakan faktor resiko

kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.

3. Penggunaan kelambu bukan merupakan faktor resiko kejadian malaria di wilayah

kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.

4. Prilaku keluar rumah pada malam hari tidak menggunakan tanpa menggunakan

pelindung tubuh merupakan faktor resiko kejadian malaria di wilayah kerja

Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.

5. Penggunaan obat nyamuk merupakan faktor resiko kejadian malaria di wilayah

kerja Puskesmas Malaimsimsa kota Sorong.

B. Saran

1. Peneliti selanjutnya

a. Memperbanyak sampel penelitian agar didapatkan data yang lebih baik dan

terjaring lebih banyak penderita Malaria.

63
64

b. Menggunakan termometer ruang untuk mengukur suhu ruangan, sehingga data

pengukuran suhu yang di peroleh lebih jelas.

c. Memperbanyak referensi terkait pembahasan di setiap variabel sehingga dapat

memperkaya informasi kepada pembaca

2. Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Malaimsimsa

a. Selalu menggunakan pelindung tubuh pada waktu keluar rumah di malam hari.

b. Selalu menggunakan obat anti nyamuk pada malam hari.

c. Menggunakan kelambu saat tidur dimalam hari, disarankan memakai kelambu

yang berinsektisida.

d. Membersihkan genangan-genangan air terdapat di sekitar rumah.

3. Puskesmas Malaimsimsa

a. Mensosialisasikan secara rutin mengenai perilaku pencegahan penyakit

Malaria bagi masyarakat setempat.

b. Menyertakan penyuluhan terkait penggunaan kelambu yang baik dan benar

saat pembagian kelambu berinsektisida sehingga kelambu dapat dijadikan alat

pencegahan efektif.

c. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga

kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah terutama sampah daun –

daunan didekat rumah karena dapat dijadikan tempat peristirahatan nyamuk.

4. Dinas Kesehatan Kota Sorong

a. Mengalokasikan dana lebih banyak untuk penyediaan kelambu berinsektisida.


65

b. Memfokuskan program dan kebijakan terkait pencegahan malaria di wilayah

kota sorong.
DAFTAR PUSTAKA

Astin, N. Alim, A. Zainuddin. Studi Kualitatif Prilaku Masyarakat Dalam Pencegahan


Malaria Di Manokwari, Papua Barat, Indonesia. Vol. 8. No. 2, 132-145.
Apriliani. 2022. Analisis Faktor Resiko Kejadian Malaria Di Indonesia . Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negri Islam Sumatera Utara
Medan.
Atikoh, N. I. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan kejadian Malaria Di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah.
Dewi, R. 2021. Epidemologi Penyakit sMalaria Diwilayah Kerja Puskesmas Labuhan
Ruku Kabupaten Batu Bara Tahun 2020. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Negri Sumatera Utara Medan.
Dinkes Papua Barat. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Papua Barat Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Fitriany, J. Sabiq, A. 2018. Malaria. Jurnal Averrous. Vol.4, No. 18, 5-20.
Kemenkes RI. 2017. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria. Ditjen Pencegahan
Penyakit Kementerian Kesehatan RI
Hidayat, A. 2010. Hubungan Aktifitas Keluar Rumah Pada Malam Hari Dan
Penggunaan Kelambu Dengan Kejadian Malaria Di Kecamatan Nongsa dan
Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi Epidemologi Depok.
Lumolo, F.,Pinontoan, R,O.,Rattu, M, J. 2015. Analisis Hubungan Antara Faktor
Prilaku Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Mayumba
Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal e-Biomedik (eBm),Vol. 3, No. 3, 866-871.
Moses. 2013. Analysis On Risk Factor Influencing Malaria Incident At Awiu Village
Lambadia District Kolaka Regency. 2013. Skripsi . Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin.
Prachelia, A, M. 2021. Hubungan Antara Faktor lingkungan Fisik Dan Prilaku
Masyarakat Dengan Penyakit Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Silau Laut
Kabupaten Asahan. Skripsi. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara Medan.
Putri, A. M. 2019. Gambaran Hasil Pemeriksaan Plasmodium Dengan Sedian Tetes
Tebal dan Hapusan Darah Di Puskesmas Leung Keubeu Jagat Kabupaten
Nagan Raya. KTI. Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan.
Rahayuni, N. 2018. Perbandingan Plasmodium sp Antara Pemeriksaan Rapid
Diagnostic Test (RDT) dan Pemeriksaan Mikrokopis Pada Suspek Malaria di
Puskesmas Jati Raya. 2018. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kedari Jurusan
Analis Kesehatan.
Riskesda RI. 2018. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Republik Indonesia.

66
67

Rohayati, A, D. Putri, C, R.,Said, A, N., Dwi, S. & Rejeki, S. 2022. Analisis Faktor
Risiko Malaria di Asia Tenggara. BALABA. Vol.18,No.1. 79-82.

Sari, A. M. 2020. Pengaruh Promosi Kesehatan Melalui Media Video Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Tentang Malaria. Skripsi. Program Studi Promosi
Kesehatan Masyarakat Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
Subun, M, H. 2017. Pedoman Teknis Pemeriksaan Malaria. Direktorat Jenderal
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
WHO. 2021. World Health Organization Malaria Report.
https://reliefweb.int/report/world/world-malaria-report-2021.published 2 Des
2021.
Widyati,S.A.,Mukono, J. 2022. Hubungan Antara Temperatur Udara Dengan Kasus
Malaria Di Kabupaten Ende Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat , Vol.
13, No. 3, 403-405.
Wulandari, A. 2018. Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Malaria Di
Wilayah Kerja Puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten
Pesawaran. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung . Bandar
Lampung.
68

LAMPIRAN
69

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Elga Yunus
Nim : 3222014
Program Studi : Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medik
Asal Instansi : Stikes Nasional
No HP : 0852 5535 7652
Email : 3222014@student.stikesnas.ac.id

Memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk menjadi responden


pada penelitian saya untuk penyusunan skripsi yang berjudul “ Faktor-
Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja
Puskesmas Malaimsimsa Kota Sorong.
Berikut terlampir kuesioner untuk diisi oleh Bapak/Ibu/Sdr/Sdri,
lingkari pada jawaban yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
Semua jawaban yang diberikan tidak ada yang salah dan hanya digunakan
untuk keperluan penyusunan skripsi. Jawaban tidak akan mempengaruhi
keberadaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dan akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti.
Atas kesediaan dan perhatian Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, saya ucapkan terimakasih.

Sorong, 01 Oktober 2022

Mahasiswa Responden

( Elga Yunus ) (...........................)


70

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS MALAIMSIMSA KOTA SORONG

KODE
NO. PERTANYAAN JAWABAN (diisi oleh
petugas)
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1 Nama

A2 Usia

A3 Alamat rumah
RT.......... RW.............
A4 Jenis kelamin 0. Laki-laki 1. Perempuan A4 [ ]
A5 Sedang hamil (Pr) 0. Ya 1. Tidak A5 [ ]
A6 Status kawin 0. Belum menikah 1. Menikah 2. Janda/duda A6 [ ]
A7 Pendidikan terakhir 0. Belum pernah sekolah 3. Tamat SMP/sederajat A7 [ ]
1. Tidak lulus SD 4. Tamat SMA/sederajat
2. Tamat SD 5. Tamat Perguruan Tinggi
B. RIWAYAT MALARIA
B1 Apakah Anda tahu penyakit malaria? B
0. Ya 1. Tidak 1

[
]
B2 Apakah dalam sebulan ini Anda pernah mengalami gejala berupa demam secara berkala, B
menggigil, sakit kepala dan sering disertai diare? 2
0. Ya 1. Tidak
[
]
B3 Apakah Anda pernah didiagnosa oleh dokter, tenaga kesehatan atau positif terkena malaria? B
0. Ya 1. Tidak 3

[
]
B4 Tahun berapa Anda didiagnosa oleh dokter atau tenaga kesehatan positif terkena malaria? B
[ ...................] 4

[
]
C. FAKTOR RESIKO
C1 Apakah Anda tinggal bersama penderita malaria? C
0. Ya 1. Tidak 1

]
C2 Apakah Anda pernah pergi ke luar daerah? C
0. Ya 1. Tidak 2

]
71

C3 Jika ya, apa nama nama daerah tersebut? C


3
................................................
[

]
C4 Apa pekerjaan Anda saat ini? (jawaban boleh lebih dari satu) C
4
0. Pelajar/Mahasiswa 7. Wiraswasta
1. Penebang kayu 8. TNI/POLRI [
2. Penyadap nira pohon kelapa 9. Pedagang
3. Peternak 10. Ibu rumah tangga ]
4. Berkebun/bertani 11. Tidak bekerja
5. Pembuat gula jawa 12. Lain-lain, sebutkan ....................................
6. PNS
C5 Sudah berapa lama Anda melakukan pekerjaan tersebut? C
0. > 1 tahun 1. < 1 tahun 5

]
C6 Apa pekerjaan Anda sebelumnya? C
6

]
C7 Apakah pekerjaan Anda mengharuskan Anda untuk keluar ruangan saat petang, malam hari C
atau menjelang subuh? 7
0. Ya 1. Tidak
[

]
C8 Jika ya, berapa hari dalam seminggu? C
8
................................................
[

]
D. PERILAKU
D1 Jika di rumah, apakah Anda keluar rumah saat petang, malam hari atau dini hari menjelang D1 [ ]
subuh?
0. Ya 1. Tidak
D2 Jika ya, berapa hari dalam seminggu? D2 [ ]

................................................
D3 Apakah Anda memakai kelambu saat tidur di malam hari? D3 [ ]
0. Ya 1. Tidak
D4 Jika ya, berapa hari dalam seminggu? D4 [ ]

................................................
D5 Apakah Anda memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah? D5 [ ]
0. Ya 1. Tidak
72

D6 Apakah Anda menggunakan obat anti nyamuk saat tidur? D6 [ ]


0. Ya 1. Tidak
D7 Jika ya, berapa hari dalam seminggu? D7 [ ]
................................................
E. LINGKUNGAN
E1 Apakah disekitar rumah anda terdapat: (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Sungai E1a [
b. Kolam E1b [
c. Mata air E1c [
d. Genangan air E1d [
e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam) E1e [
f. Sawah E1f [ ]
g. Saluran irigasi E1g [
E2 Apakah jarak rumah anda dekat dengan:
a. Sungai E2a [
0. Ya 1. Tidak
b. Kolam E2b
0. Ya 1. Tidak
c. Mata air [ E2c
0. Ya 1. Tidak
d. Genangan air [ E2
0. Ya 1. Tidak
d [
e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam)
0. Ya 1. Tidak
E2e [
f. Sawah
0. Ya 1. Tidak E2f [
g. Saluran irigasi
0. Ya 1. Tidak E2g [
E3 Berapa meter jarak rumah Anda dengan: (di ukur dalam meter)
a. Sungai [................meter] E3a [ ]
b. Kolam [................meter] E3b ]
c. Mata air [................meter] [ E3c ]
d. Genangan air [...............meter] [ E3 ]
e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam) [................meter] d [ ]
f. Sawah [................meter] E3e [ ]
g. Saluran irigasi [................meter] E3f [ ]
E3g [
E4 Apakah terdapat kandang sapi, kerbau atau kambing disekitar rumah Anda? E4 [ ]
0. Ya 1. Tidak
E5 Berapa meter jarak antara rumah Anda dengan kandang sapi atau kambing tersebut? (di ukur E5 [ ]
dalam meter)

[...........meter]
73
74

MASTER DATA

NO Nama JK Umur Alamat Hasil Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria

Pemeriksaan Suhu Ada Menggunaka Kebiasaan Menggunakan

Genanngan n Kelambu keluar rumah Obat nyamuk

( memakai

pelindung kulit )

1 Sarah P 30 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

2 Albert M L 16 Malangke Negatif 28o C Ya Ya Ya Tidak

Bross di

3 Yosias L 29 Klagete Negatif 29o C Ya Tidak Ya Tidak

thesia Thn

4 Vita P 26 Malamso Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Lestari Thn

5 Lukas L 84 Klagete Negatif 28o C Ya Ya Ya Ya


75

Suripatty Thn

6 Leni T P 30 Klagete Negatif 30o C Ya Ya Tidak Ya

Thn

7 Mustamin L 47 Klabulu Negatif 31o C Ya Tidak Ya Tidak

Thn

8 Yuliana P 20 Malangke Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Ya

Pomsani Thn di

9 Gabriela S P 3 Bln Klagete Negatif 28o C Ya Tidak Ya Tidak

10 Nur P 25 Klabulu Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Ya

Rahma Thn

11 Jufrisal L 22 Malengke Negatif 28o C Tidak Ya Ya Ya

Thn di

12 Aisyah R P 63 Malamso Negatif 28o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

13 Sunjayanti P 20 Malengke Negatif 28o C ya Tidak Ya Ya


76

Thn di

14 Fitri P 33 Klabulu Negatif 31o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

15 Noni P 22 Malengke Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Thn di

16 Megawati P 27 Malengke Negztif 28o C Ya Ya Ya Tidak

Thn di

17 David S L 5 Thn Klabulu Negatif 28o C Tidak Ya Ya Tidak

18 Andre L 1 Thn Klagete Negatif 30o C Ya Ya Ya Tidak

Mofu

19 Nur P 31 Malengke Negatif 29o C Tidak Ya Ya Ya

Iyamsiah Thn di

20 Michella L 26 Klagete Negatif 28o C Ya Ya Ya Ya

W Thn

21 Heniati T P 26 Klabulu Negatif 28o C Tidak Ya Ya Ya


77

Thn

22 Linda P 26 Malamso Negatif 28o C Tidak Ya Ya Tidak

Thn

23 Zelssy P 29 Malengke Negatif 28o C Ya Tidak Tidak Ya

Thn di

24 Hizkia L 1 Thn Klagete Negatif 28o C Ya Ya Ya Tidak

25 Endah P 25 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

26 Fatimah P 34 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

27 Elvina P 32 Klabulu Negatif 29o C Ya Tidak Ya Tidak

Karisma Thn

28 Saiful L 30 Klabulu Negatif 30o C Ya Tidak Tidak Ya

Thn

29 Janetta P 22 Malengke Negatif 28o C Tidak Tidak Ya Ya


78

Thn di

30 Yohanis B L 22 Malengke Negatif 28o C Ya Ya Tidak Ya

Thn di

31 Ares Yane P 25 Malengke Negatif 30o C Ya Tidak Ya Tidak

Thn di

32 Putriana P 24 Klabulu Negatif 30o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

33 Nur P 22 Klagete Negatif 38o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

34 Elis S P 16 Malamso Negatif 28o C Ya Ya Ya Tidak

Thn

35 Febiana P 27 Malamso Negatif 28o C Ya Ya Ya Tidak

Thn

36 Gabriel L 7 Thn Malamso Positif (PV 28o C Ya Tidak Ya Tidak

+)
79

37 Aryanda L 25 Klabulu Negatif 30o C Ya Tidak Tidak Ya

Thn

38 Laila F P 24 Klabulu Negatif 28o C Ya Ya Ya Tidak

Thn

39 Salomina P 41 Malamso Negatif 28o C Ya Tidak Tidak Ya

Thn

40 Bernadeta P 29 Klabulu Negatif 29o C Ya Tidak Tidak Ya

Thn

41 Sari P 32 Malengke Negatif 29o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn di

42 Gresia P 35 Klabulu Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Ya

Gleko Thn

43 Foni P 25 Klagete Negatif 30o C Ya Ya Ya Tidak

Salossa Thn

44 Fauzi L 35 Klabulu Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Tidak


80

Thn

45 Esterina P 16 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Tidak

Kambu Thn

46 RomelusN L 8 Thn Klagete Positif ( PV + 28o C Ya Tidak Tidak Tidak

auw )

47 Samsia P 41 Malamso Negatif 28o C Ya Ya Ya Tidak

Darissa Thn

48 La Odde L 51 Malamso Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

K Thn

49 Medlin P P 23 Malamso Negatif 30o C Ya Tidak Ya Tidak

Thn

50 Yulfince P 32 Klabulu Negatif 30o C Ya Ya Tidak Tidak

Thn

51 Bindawai P 26 Malengke Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn di
81

52 Merdiana P 33 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

53 Adit R L 16 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Tidak Ya

Thn

54 Ellen P 6 Thn Malengke Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

di

55 El Shadai L 5 Thn Klagete Negatif 28o C Ya Ya Ya Tidak

56 Angel P 4 Thn Malamso Negatif 30o C Ya Tidak Ya Tidak

Atambu

57 Iriani P 28 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

58 Olivia P 27 Klagete Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

59 Sisilia P 17 Klagete Negatif 29o C Ya Tidak Ya Tidak

Thn
82

60 Kristina F P 24 Malengke Negatif 28o C Tidak Ya Ya Tidak

Thn di

61 Nurwanti P 27 Malengke Negatif 29o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn di

62 Dedi L 32 Malengke Negatif 28o C Tidak Tidak Ya Ya

Irama Thn di

63 Dimas L 29 Malengke Negatif 28o C Ya Tidak Ya Tidak

Alan Thn di

64 Nur Laitul P 22 Klabulu Negatif 28o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

65 Melinda P 30 Klagete Negatif 29o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

66 Grace P 22 Malengke Positif ( Pf 28o C Ya Tidak Tidak Tidak

Thn di +)

67 Martina B P 27 Klagete Negatif 30o C Ya Ya Ya Tidak


83

Thn

68 Meriana K P 17 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Tidak Ya

Thn

69 Andira.N. P 4 Thn Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

70 Frederika P 55 Malengke Negatif 30o C Ya Tidak Tidak Ya

N Thn di

71 Eka P 26 Malamso Negatif 27o C Tidak Tidak Ya Ya

Puspita R Thn

72 Siti H Dari P 25 Klagete Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

73 Susana M P 38 Malamso Negatif 28o C Ya YA Tidak Tidak

Thn

74 Melky L 7 Thn Malamso Negatif 30o C Ya Ya Ya Tidak

Bosawer
84

75 Elisabet P 30 Klabulu Negatif 30o C Ya Tidak Ya Tidak

Thn

76 Shasy P 25 Klabulu Negatif 28o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

77 M.Kabul L 28 Klabulu Negatif 30o C Ya Tidak Ya Ya

Manu Thn

78 M.Guna L 3 Thn Klagete Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Pessy

79 Rahmayan P 22 Klabulu Negatif 30o C Ya Tidak Ya Ya

ti Thn

80 M.Afdal L 17 Klabulu Negatif 27o C Tidak Tidak Ya Ya

Thn

81 Aisyah P 55 Klabulu Negatif 28o C Ya Tidak Ya Ya

Thn

82 Nus P 29 Malengke Negatif 29o C Tidak Tidak Ya Ya


85

Syamsiah Thn di

83 La Ode L 72 Malengke Negatif 30o C Tidak Tidak Ya Tidak

Thn di

84 Alhafis L 11 Klagete Negatif 28o C Tidak Ya Ya Tidak

Thn
86

Statistics
Hasil Menggunak Menggunakan
Jenis Pemeriksa Suhu Terdapat Menggunakan an_Pelindun _Obat_nyamu
Kelamin Usia an Ruangan Genangan _Kelambu g_Tubuh k
N Valid 84 84 84 84 84 84 84 84
Missin 0 0 0 0 0 0 0 0
g

Frequency Table

Hasil Pemeriksaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 81 96,4 96,4 96,4
Positif 3 3,6 3,6 100,0
Total 84 100,0 100,0

Jenis plasmodium malaria


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 81 96,4 96,4 96,4
P.vivax 3 3,6 3,6 100,0
Total 84 100,0 100,0

Suhu Ruangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ≥30o C 77 91,7 91,7 91,7
≤32o C 7 8,3 8,3 100,0
Total 84 100,0 100,0
87

Terdapat Genangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 57 67,9 67,9 67,9
Tidak 27 32,1 32,1 100,0
Total 84 100,0 100,0

Menggunakan_Kelambu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 25 29,8 29,8 29,8
Tidak 59 70,2 70,2 100,0
Total 84 100,0 100,0

Menggunakan_Kelambu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 25 29,8 29,8 29,8
Tidak 59 70,2 70,2 100,0
Total 84 100,0 100,0

Menggunakan_Pelindung_Tubuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 70 83,3 83,3 83,3
Tidak 14 16,7 16,7 100,0
Total 84 100,0 100,0

Menggunakan_Obat_nyamuk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 51 60,7 60,7 60,7
Tidak 33 39,3 39,3 100,0
Total 84 100,0 100,0

Crosstabs
88

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin * Hasil 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Pemeriksaan
Usia * Hasil Pemeriksaan 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Suhu Ruangan * Hasil 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Pemeriksaan
Terdapat Genangan * Hasil 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Pemeriksaan
Menggunakan_Kelambu * 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
Hasil Pemeriksaan
Menggunakan_Pelindung_T 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
ubuh * Hasil Pemeriksaan
Menggunakan_Obat_nyamu 84 100,0% 0 0,0% 84 100,0%
k * Hasil Pemeriksaan

Crosstab
Hasil Pemeriksaan
Negatif Positif Total
Suhu Ruangan ≥30o C Count 74 3 77
Expected Count 74,3 2,8 77,0
% of Total 88,1% 3,6% 91,7%
≤32o C Count 7 0 7
Expected Count 6,8 ,3 7,0
% of Total 8,3% 0,0% 8,3%
Total Count 81 3 84
Expected Count 81,0 3,0 84,0
% of Total 96,4% 3,6% 100,0%
89

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,283a 1 ,595
Continuity Correction b
,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,532 1 ,466
Fisher's Exact Test 1,000 ,768
Linear-by-Linear ,279 1 ,597
Association
N of Valid Cases 84
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,25.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Hasil Pemeriksaan
Negatif Positif Total
Terdapat Genangan Ya Count 54 3 57
Expected Count 55,0 2,0 57,0
% of Total 64,3% 3,6% 67,9%
Tidak Count 27 0 27
Expected Count 26,0 1,0 27,0
% of Total 32,1% 0,0% 32,1%
Total Count 81 3 84
Expected Count 81,0 3,0 84,0
% of Total 96,4% 3,6% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,474 a
1 ,225
Continuity Correction b
,342 1 ,559
Likelihood Ratio 2,379 1 ,123
Fisher's Exact Test ,548 ,307
Linear-by-Linear Association 1,456 1 ,228
N of Valid Cases 84
90

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,96.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Hasil Pemeriksaan
Negatif Positif Total
Menggunakan_Kelambu Ya Count 25 0 25
Expected Count 24,1 ,9 25,0
% of Total 29,8% 0,0% 29,8%
Tidak Count 56 3 59
Expected Count 56,9 2,1 59,0
% of Total 66,7% 3,6% 70,2%
Total Count 81 3 84
Expected Count 81,0 3,0 84,0
% of Total 96,4% 3,6% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,318 a
1 ,251
Continuity Correctionb ,255 1 ,613
Likelihood Ratio 2,166 1 ,141
Fisher's Exact Test ,551 ,341
Linear-by-Linear Association 1,303 1 ,254
N of Valid Cases 84
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,89.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Hasil Pemeriksaan
Negatif Positif Total
Menggunakan_Pelindung_T Ya Count 69 1 70
ubuh Expected Count 67,5 2,5 70,0
% of Total 82,1% 1,2% 83,3%
Tidak Count 12 2 14
Expected Count 13,5 ,5 14,0
91

% of Total 14,3% 2,4% 16,7%


Total Count 81 3 84
Expected Count 81,0 3,0 84,0
% of Total 96,4% 3,6% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,600 a
1 ,018
Continuity Correctionb 2,489 1 ,115
Likelihood Ratio 3,919 1 ,048
Fisher's Exact Test ,071 ,071
Linear-by-Linear Association 5,533 1 ,019
N of Valid Cases 84
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
Hasil Pemeriksaan
Negatif Positif Total
Menggunakan_Obat_nyamu Ya Count 51 0 51
k Expected Count 49,2 1,8 51,0
% of Total 60,7% 0,0% 60,7%
Tidak Count 30 3 33
Expected Count 31,8 1,2 33,0
% of Total 35,7% 3,6% 39,3%
Total Count 81 3 84
Expected Count 81,0 3,0 84,0
% of Total 96,4% 3,6% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4,808a 1 ,028
Continuity Correctionb 2,531 1 ,112
92

Likelihood Ratio 5,779 1 ,016


Fisher's Exact Test ,057 ,057
Linear-by-Linear 4,751 1 ,029
Association
N of Valid Cases 84
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,18.
b. Computed only for a 2x2 table
93

DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Genangan di sekitar rumah responden

2. Mengukur suhu rumah responden


94

3. Kelambu di rumah responden

4. Pengisian kuisioner oleh responden


95

5. Pemeriksaan sediaan malaria di Laboratorium Puskesmas Malaimsimsa

Anda mungkin juga menyukai