Anda di halaman 1dari 68

IDENTIFIKASI JAMUR PADA KERAN PENGISIAN AIR

MINUM ISI ULANG DAN AIR MINUM ISI ULANG


DIKABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

WINDA RIBDIYANA
NIM. 3202056

PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2021
IDENTIFIKASI JAMUR PADA KERAN PENGISIAN AIR
MINUM ISI ULANG DAN AIR MINUM ISI ULANG
DIKABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan menyelesaikan jenjang pendidikan


Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

WINDA RIBDIYANA
NIM. 3202056

PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2021

2
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

IDENTIFIKASI JAMUR PADA KERAN PENGISIAN AIR


MINUM ISI ULANG DAN AIR MINUM ISI ULANG
DIKABUPATEN KARANGANYAR

Oleh :
Winda Ribdiyana
NIM. 3202056

Telah disetujui untuk diajukan pada ujian Skripsi

Surakarta, 12 Juli 2021


Pembimbing Utama,

M. Taufiq Qurrohman, M.Sc


NIDN. 0622098502

3
4
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, 12 Juli 2021

Winda Ribdiyana
NIM. 3202056
MOTTO

“Gunakanlah Ilmu agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain “

“ Terwujudnya mimpi bukan karena keajaiban tapi karena keringat, kebulatan


tekat dan perjuangan ‘
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selain Engkau Ya Allah,
syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya, saya bisa menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini kupersembahkan :
1. Kedua Ibuku tersayang, terimakasih telah menjadi motivasi terbesar dalam
hidup dan perjuanganku, serta tak lepas doa yang engkau berikan kepada
saya.
2. Untuk Suamiku tersayang, terima kasih untuk perhatian , dukungannya
dan pengertiannya dalam mendampingiku selalu.
3. Anak anakku tercinta, Khaila Annura Putri Rahman dan Zahrhotusita Putri
Rahman, terimakasih sayang sudah support mama selalu.
4. Sahabat sahabat terbaikku tim swaber Dinkes yang selalu memberikan
dukungan , bantuan dan pengertiannya.
5. Buat temen- temen D4 Teknologi Laboratorium Medis Alih Jenjang
angkatan 2020- 2021, semoga persahabatan kita abadi.
6. Segenap dosen dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional yang
telah sabar mendidik dan membantu penulis sejak awal sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala, karena atas rahmat dan
karunia-Nya tugas akhir saya yang berjudul “ Identifikasi Jamur Pada keran
Pengisian Air Minum Isi Ulang Dan Air Minum Isi Ulang di Kabupaten
karanganyar “.
Penelitian skripsi ini dapat diselesaikan. untuk melengkapi persyaratan
menyelesaikan Jenjang Pendidikan Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium
Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional

Dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, saya mendapatkan


pengalaman dan pengetahuan baru yang melengkapi ilmu selama di bangku
perkuliahan. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih
atas bantuan dan dukungan saat pengerjaan Tugas Akhir ini kepada pihak-pihak,
antara lain :
1. Allah Subhana Wa Ta’Ala, Maha Pengasih Maha Penyayang, yang senantiasa
melindungi, memberkahi, dan menguatkan serta memberikan saya kesehatan
selalu.
2. Keluarga tercinta; suami , anak- anak, yang selalu menjadi motivasi terbesar
saya dalam mengerjakan tugas akhir, yang memberikan dukungan terbesarnya
untuk saya, baik doa maupun materi.
3. Bapak Hartono, S.Si., M.Si., Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nasional Surakarta
4. Bapak M.Taufiq Qurrohman., M.Sc selaku Ketua Program Studi Sarjana
Teknologi Laboratoriurn Medis
5. Ibu dr. Endang W.,M.Gizi selaku dosen pembimbing akademik Program Studi
Sarjana Teknologi Laboratoriurn Medis
6. Bapak M.Taufiq Qurrohman., M.Sc selaku dosen pembimbing saya yang telah
memberikan saya arahan dan bimbingan selama pengerjaan tugas akhir ini.
7. Ibu Dwi Haryatmi, S.Pd Bio,M.Si selaku ketua dosen penguji saya yang telah
memberikan saya arahan dan masukan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir
ini.
8. Ibu Fitria Diniah J.S,M.Sc selaku dosen penguji ke dua saya yang telah
memberikan saya arahan dan masukan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir
ini.
9. Ibu Diah Ariani, SKM.M.Kes sebagai kepala UPT. Laboratoium Kesehatan
Dinkes Kabupaten Karanganyar
10. Teman- teman sejawat di UPT. Laboratorium Kesehatan yang telah membantu
dalam penelitian skripsi ini
11. Tim Swaber Dinkes yang telah banyak membantu dan memberiksan dukungan
dalam menyellesaikan tugas akhir ini.
12. Teman-teman D4 TLM Alih Jengjang angkatan I yang selalu bekerja sama,
membantu, mendukung dan menjadi semangat setiap hari.
13. Ibu Arum dan Bapak Avan yang senantiasa siap membantu kami dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
14. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril dan materiil yang tidak
bisa saya sebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak pembaca serta dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan dalam parasitologi.

Surakarta, 12 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... v
MOTTO............................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... vii
PRAKATA....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
INTISARI......................................................................................................... xv
ABSTRACT..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah...................................................................... 3
C. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
A. Landasan Teori.............................................................................. 6
B. Kerangka Pikir............................................................................... 19
C. Hipotesis........................................................................................ 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN.......................................................... 21
A. Desain Penelitian........................................................................... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 21
C. Subjek dan Objek Penelitian.......................................................... 21
D. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 21
E. Definisi Operasional Variabel Pemeriksaan.................................. 22
F. Teknik Sampling............................................................................ 23
G. Sumber Data Peneliti..................................................................... 24
H. Instrument Penelitian..................................................................... 24
I. Alur Penelitian .............................................................................. 25
J. Teknis Analisis Data Penelitian..................................................... 27
K. Jadwal Rencana Penelitian............................................................. 27
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 28
A. Hasil Penelitian.............................................................................. 28
B. Pembahasan................................................................................... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 39
A. KESIMPULAN.............................................................................. 39
B. SARAN.......................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 40
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Rencana Penelitian............................................................... 27


Tabel 4.1enelitian Kandungan Jamur Pada Keran Pengisian dan
ir um Isi Ulang................................................................................. 32
Tabel 4.2 Prosentase hasil Jamur pada Keran Pengisi dan Air
inum Is ulang.................................................................................... 33
Tabel 4.3 Uji Statistika..................................................................................... 33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir............................................................................ 19


Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian................................................................. 25
Gambar 4.1 Koloni Fusarium sp.................................................................... 28
Gambar 4.2 Koloni Aspergilus sp.................................................................. 29
Gambar 4.3 Koloni Penicillium sp................................................................. 29
Gambar 4.4 Mikroskopis Fusarium sp........................................................... 30
Gambar 4.5 Mikroskopis Aspergilus sp......................................................... 30
Gambar 4.6 Mikroskopis Penicillium sp........................................................ 31
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


43 Tahun 2014 tentang................................................................ 42
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian............................................................ 43
Lampiran 3. Pemeriksaan Mikroskopis......................................................... 47
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium.............................................. 48
Lampiran 5. Hasil Perhitungan SPSS............................................................ 51
Intisari

Kebutuhan air minum oleh masyarakat yang semakin tinggi menyebabkan


banyaknya Depot Air Minum Isi Ulang, namun tidak diimbangi dengan
kualitasnya, pada prakteknya banyak Depot Air Minum Isi Ulang yang tidak
memperhatikan higiene sanitasi peralatan yang digunakan dalam proses produksi,
salah satunya adalah keran pengisian air minum . Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui jenis jamur pada kran air minum dan air minum isi ulang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dua faktor perlakuan yaitu
pemeriksaan identifikasi jamur pada kran pengisian air dan pemeriksaan
identifikasi jamur pada air melalui kran pengisian air. Sampel diambil dari 50%
depot air minum isi ulang di setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
Identifikasi jamur dilakukan dengan swab kapas steril. Data dianalisis
menggunakan metode ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40,74%
Aspergillus sp ditemukan di keran pengisian, 27,78% Penicillium sp., 1,85%
Fussarium sp., sedangkan pemeriksaan air minum isi ulang ditemukan 31,48%
Aspergillus sp., 16,6 Penicillium sp. % dan 1,85% Fussarium sp. Hasil uji
ANOVA diketahui tidak terdapat perbedaan hasil pemeriksaan pada kran air isi
ulang dan air minum isi ulang dengan p-value 0,124 > 0,05. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah jenis jamur yang paling banyak ditemukan adalah
Aspergillus sp. dan tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan identifikasi jamur pada
air kran isi ulang dan air minum isi ulang.

Kata kunci: Jamur, Kran Pengisian Air Minum Isi Ulang dan Air Minum Isi
Ulang.
ABSTRACT

The demand for drinking water by the community is getting higher, causing the
number of Refill Drinking Water Depots, but it is not matched by its quality, in
practice many Refill Drinking Water Depots do not pay attention to the sanitary
hygiene of the equipment used in the production process, one of which is the
drinking water filling tap. The purpose of this study was to determine the types of
fungi in drinking water taps and in refill drinking water. This research is a
descriptive research method with two treatment factors, namely an examination of
the identification of fungi in the water filling faucet and an examination of the
identification of fungi in the water through the water filling faucet. Samples were
taken from 50% of refill drinking water depots in each sub-district in Karanganyar
Regency. Identification of the fungus was swab with a sterile cotton swab. The
data were analyzed using the ANOVA method. The results showed that 40.74 %
of Aspergillus sp was found in the filling tap, 27.78% of Penicillium sp., 1.85% of
Fussarium sp., while examination of refill drinking water found 31.48% of
Aspergillus sp., 16.6 Penicillium sp. % and 1.85% Fussarium sp. The results of
the ANOVA test revealed that there was no difference in the results of the
inspection on the water filling faucet and refilled drinking water with p-value
0.124 > 0.05. The conclusion of this study was that the most common type of
fungus found was Aspergillus sp. and there was no difference in the results of the
fungal identification examination on water filling taps and refill drinking water.

Key words: Mushrooms, Refill Drinking Water Filling Faucet and Refill
Drinking Water..
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar bagi proses kehidupan dibumi

khususnya bagi manusia karena diperlukan untuk rumah tangga, industri dan

pertanian. Sehingga itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya.

Menjawab kebutuhan masyarakat akan air minum banyak bermunculan Depot

Air Minum Isi Ulang (DAM). Banyaknya DAM tidak diimbangi dengan

kualitasnya, banyak masyarakat sebagai konsumen hanya mencari harga yang

murah tanpa melihat kualitas air yang dibelinya (Rohmania,2012).

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan

fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif (Rumandor,2014). Air minum

merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan, harus tidak terkontaminasi

mikroorganisme patogen, seperti jamur, bakteri, virus dan parasit ( Indrawati,

2016).

Masyarakat perlu dilindungi dari resiko penyakit bawaan air akibat

mengkonsumsi air minum yang berasal dari air minum isi ulang yang tidak

memenuhi standar baku mutu dan persyaratan higiene sanitasi, Hal tersebut

merupakan dasar pertimbangan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum

(Rohmania, 2012).

1
2

Air minum dalam kemasan diproduksi oleh industri melalui mesin

otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas air sebelum diedarkan pada

masyarakat. Pada beberapa tahun ini masyarakat merasa bahwa air minum

dalam kemasan semakin mahal, sehingga muncul alternatif lain yaitu depot

air minum (DAM). Depot air minum adalah badan usaha yang mengelola air

minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas

(Rumandor, 2014).

Pada wilayah Kabupaten Karanganyar diberlakukan pemeriksaan

kualitas air minum isi ulang secara rutin setiap bulan sekali, hal tersebut

berdasar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun

2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum. Dalam praktek

pelaksaannya banyak pengusaha Depot air minum kurang memperhatikan

higiene sanitasi dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi, salah

satunya adalah keran pengisian air minum. Banyak didapati diwilayah

Kabupaten Karanganyar saat pengisian air minum keran pengisiannya terlihat

kotor dan berjamur. Jamur patogen akan mudah tumbuh pada tempat yang

lembab dan suasana tropis. Pembersihan keran yang tidak rutin bisa

menyebabkan tumbuhnya jamur pada keran tersebut dan mencemari kualitas

air minum yang dihasilkan. Jika air tersebut secara sering dikonsumsi

masyarakat dikhawatirkan akan berdampak pada kesehatan masyarakat.

Jamur bisa menjadi kontaminan dalam air minum, merupakan

mikroorganisme eukariotik dan heterofik, terbagi kedalam kelompok bersel

tunggal (uni-seluler) dan berfilamen (multi-seluler). Penyebarannya dapat


3

dilakukan melalui spora. Jamur juga memproduksi metabolit sekunder,

beberapa diantaranya racun. Beberapa spesies dan metabolit yang mereka

hasilkan dapat berupa patogen pada manusia atau alergan ( Indrawati, 2016).

Berdasarakan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan

penelitian Identifikasi Jamur Pada keran Pengisan Air Minum Isi Ulang dan

Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Karanganyar.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan pada depot air minum di wilayah Kabupaten

Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan pada

skripsi ini adalah analitik komparasional. Data yang digunakan adalah data

primer yang diperoleh dari hasil kuesioner dan pemeriksaan jamur pada depot

air minum.

C. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan hasil identifikasi jamur yang didapat pada

pemeriksaan jamur dengan pengambilan sampel pada keran pengisian air

minum isi ulang dan pada air minum isi ulang yang melalui keran

tersebut.tersebut ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
4

Mengetahui ada tidaknya jamur pada keran pengisian air minum isulang

dan pada air minum isi ulang yang melalui keran tersebut.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui jenis jamur pada keran air minum dan pada air minum isi

ulang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Menambah pengetahuan bagi pengusaha depot air minum tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur

b. Memberi informasi kepada pengusaha depot air minum mengenai

higiene sanitasi pada depot air minum.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Memberikan ilmu pengetahuan dan menambah keterampilan melalui

penelitian maupun penulisan.

b. Bagi akademik

Memberi tambahan sumber pustaka melalui sekripsi ini tentang

pemeriksaan di bidang parasitologi khususnya agar menjadi acuan

penelitian selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat
5

Memberikan pengetahuan dan memberi informasi kepada masyarakat

terutama pada produsen air minum isi ulang tentang pentingnya

menjaga higiene sanitasi pada depot air minum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Air Minum

Definisi air minum adalah air yang telah memenuhi persyaratan

kesehatan, melalui proses pengolahan ataupun tidak melalui proses

pengolahan tetapi dapat langsung diminum oleh masyarakat. ( Permenkes

RI No 492/MENKES/PER/IV/2010). Air minum yang aman adalah air

yang telah memenuhi semua persyaratan dilihat dari kualitas secara fisik,

kimia, mikrobiologi mupun radioaktif sesuai standar. Di Indonesia,

standar kualitas air minum diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Air minum

yang ideal seharusnya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, serta

tidak menganduung kuman patogen dan mikroorganisme dan zat kimia

pengganggu (Rohmania, 2012).

Air minum merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan, harus

tidak terkontaminasi mikroorganisme patogen seperti jamur, bakteri,

virus dan parasit (Indrawati, 2016). Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan No 726 Tahun 2010, sumber air minum dapaat diperoleh dari

air kemasan, air minum yang didistribusikan melalui pipa untuk

keperluan rumah tangga serta air yang didistribusikan melalui tangki.

Jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat kesehatan air minum.

6
7

Peraan air sangatlah penting bagi kehidupan. Sekitar 65 – 70 %

berat total tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat

berlangsungnya hampir setiap proses tubuh. Meskipun manusia dpat

hidup beberapa bulan tanpa makanan, bertahan dibawah terik matahari,

ataupun dalam kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup

hanya satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan air dapat mengakibatkan

kematian (Prihatin, 2012).

2. Depot Air Minum (DAM)

Depot Air Minum yang selanjutnya disingkat DAM adalah usaha

melakukan proses pengolahan air baku menjaadi air minum dalam bentuk

curah dan menjual langsung kepada konsumen (Permenkes RI No 43

Tahun 2014). Bahwa masyarakat perlu dilindungi dari resiko penyakit

bawaan air akibat mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air

minum yang tidak memenuhi standar baku mutu dan persyaratan higiene

sanitasi merupakan dasar pertimbangan dari diterbitkannya Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Higiene Sanitasi Depot Air Minum.

Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor resiko

terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat peralatan dan penjamah

terhadap air minum agar aman dikonsumsi. Sertifikat laik higiene sanitasi

adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten

atau kota atau kantor kesehatan pelabuhan yang menerangkan bahwa

dam telah memenuhi standar baku mutu atau persyaratan kualitas air
8

minum dan persyaratan higiene sanitasi. Hal tersebut merupakan salah

satu ketentuan umum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air

Minum.

3. Penyakit Akibat Kontaminasi Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting fungsinya

bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya tapi juga dapat

berperan sebagai media penularan penyakit (Rumandor, 2014). Bahaya

atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontaminasi air dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya langsung dan tidak langsung.

Bahaya langsung dapat terjadi apabil masyarakat mengkonsumsi air yang

tercemar atau air dengan kualitas yang buruk. Sedangkan bahaya tidak

langsung terjadi akibat pemaparan terus menerus pada dosis tertentu dan

akibatnya terakumulasi dlam tubuh sehingga menimbulkan penyakit.

(Rohmania,2012).

Penyakit yang berkaitan dengan air di beberapa negara

berkembang dikelompokkan menjadi 4 kategori berdasarkan mekanisme

penularannya (Rohmania,2012) :

a. Penyakit yang dihantarkan oleh air (Water-borne disease) yaitu

penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi air yang

terkontaminasi feses manusia atau hewan atau urine yang

mengandung patogen yang menyebabkan infeksi saluran pencernaan


9

sehingga bisa menyebabkan penyakit diare, demam tifoid, hepatitis,

polio, legionella dan leptospirosis.

b. Penyakit yang dibilas dengan air (Water-washed disease) yaitu

penyakit yang disebabkan karena kekurangan penggunaan air untuk

memenuhi kegiatan rumah tangga dan higiene perorangan sehingga

dapat menyebabkan penyakit diare infeksi yang di transmisi oleh

cacing penyakit kulit dan mata (ring worm) serta kutu.

c. Penyakit berbasis air (Water-based disease) yaitu penyakit yang

disebabkan karena patogen parasit ditemukan pada host yang tinggal

di dalam air dan menyebabkan penyakit seperti schistosomiasis dan

drancnculiasis.

d. Infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada air

(water-related insect vector-borne disease) yaitu penyakit yang

disebabkan karena faktor penyakit berupa serangga yang menggigit

dan berkembang biak di air seperti nyamuk yang menyebabkan

malaria dan demam kuning.

4. Jamur

a. Definisi

Jamur adalah mikroroganisme yang termasuk golongan

eukariotik dan tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk

sel atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel yang sebagian

besar terdiri atas kitin dan glucan dan sebagian kecil dari selulosa atau

kitosan (Sutanto, 2008).


10

Gambaran tersebut yang membedakan jamur dengan sel hewan

dan sel tumbuhan sel hewan tidak mempunyai dinding sel sedangkan

sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa jamur mempunyai plasma

yang mengandung satu atau lebih inti tidak mempunyai klorofil dan

berkembang biak secara aseksual seksual atau keduanya. Ilmu yang

mempelajari jamur disebut mikologi , dari kata Yunani mykes yang

berarti jamur dan logos yang berarti ilmu ( Sutanto,2008).

b. Habitat Jamur

Pada umumnya jamur tumbuh dengan baik di tempat yang

lembab jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

sehingga jamur dapat ditemukan di semua tempat di seluruh dunia

termasuk di gurun pasir yang panas. Jamur patogen mudah tumbuh

pada tempat-tempat yang lembab dan beriklim tropis. Jamur patogen

pada umumnya hidup di alam bebas seperti tanah, debris organik dan

air, sehingga jamur dengan mudah mengkontaminasi air. Kontaminasi

jamur pada air bisa juga berasal dari sumber air yang tidak dijaga

dengan baik (Irawan, 2019).

c. Sifat Umum

Jamur bersifat heterotrof yaitu organisme yang tidak mempunyai

klorofil sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri melalui proses

fotosintesis seperti tanaman. Untuk hidupnya jamur memerlukan zat

organik yang berasal dari hewan tumbuh-tumbuhan serangga dan lain-

lain kemudian menggunakan enzim zat organik tersebut diubah dan


11

dicerna menjadi zat anorganik yang kemudian diserap oleh jamur

sebagai makanannya (Sutanto, 2008).

Sifat inilah yang menyebabkan kerusakan pada benda dan

makanan sehingga menimbulkan kerugian dan diperlukan biaya yang

besar untuk mencegah kerusakan tersebut dengan cara yang sama

jamur dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan sehingga dapat

menimbukan penyakit. Pada umumnya jamur tumbuh dengan baik di

tempat yang lembab jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya sehingga jamur dapat ditemukan di seluruh tempat di

seluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas ( Sutanto,2008).

d. Morfologi

Jamur mencakup :

1) Kamir yaitu sel-sel yang berbentuk bulat lonjong atau memanjang

yang berkembang biak dengan membentuk tunas dan membentuk

koloni yang basah atau berlendir.

2) Kapang yang terdiri dari sel-sel yang memanjang dan bercabang

yang disebut hifa hifa tersebut dapat bersekat sehingga terbagi

menjadi banyak sel atau tidak bersekat Dan disebut hifa senositik

(coenocytic)

Anyaman hifa baik yang multiseluler atau senositik disebut miselium

membentuk koloni yang menyerupai kapas kateni wolly atau padat file

type granular bentuk kapang atau kami tidak mutlak karena terdapat

jamur yang dapat membentuk kedua sifat tersebut dalam keadaan


12

berbeda dan disebut sebagai jamur dimorfik disamping itu terdapat

kamir yang membentuk tunas yang memanjang dan bertunas lagi pada

ujungnya secara terus-menerus sehingga terbentuk hifa dengan

penyempitan pada sekat-sekat dan disebut hifa semu anyaman hifa

semu disebut miselium semu (Inge Sutanto,2008).

Hifa dapat bersifat sebagai :

1) Hifa vegetatif yaitu berfungsi mengambil makanan untuk

pertumbuhan

2) Bersifat sebagai hifa reproduktif yaitu membentuk spora

3) Bersifat sebagai hifa udara yaitu yang berfungsi mengambil

oksigen. Hifa dapat berwarna atau tidak berwarna dan jernih.

Spora dapat dibentuk secara aseksual atau seksual.

Spora aseksual disebut talospora (thalhospora) atau spora yang

langsung dibentuk dari hifa reproduktif spora yang termasuk spora

adalah :

1) Blastospora yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel,

ujung hifa semu atau pada sekat (septum) hifa semu. Contoh

Candida.

2) Artrospora yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan

banyak septum yang kemudian mengadakan fragmentasi sehingga

hifa tersebut terbagi menjadi banyak artrospora yang berdinding

tebal contoh oidiodendron, Geotricum.


13

3) Klamidospora yaitu spora yang dibentuk pada hifa di ujung, di

tengah atau menonjol ke lateral, dan disebut klamidospora terminal,

interkaler dan lateral. Diameter klamidospora tersebut lebih lebar

dari hifa yang berdinding tebal contoh candida albicans dan

dermatofita.

4) Aleuriospora yaitu spora yang terbentuk pada ujung dan sisi dari

hifa khusus yang disebut konidiofora. Aleuriospora ini uniseluler

dan kecil disebut mikrokonidia (mikroaleuriospora) atau

multiseluler besar dan panjang disebut makrokonidia

(makroaleuriospora) contoh fusarium, Curvularia, Dermatofit.

5) Sporangiospora yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa yang

menggelembung disebut sporangium contoh Rhizopus, Mucor,

Absidia.

6) Konidia yaitu spora yang dibentuk di ujung strigma atau fialid.

Strigma dibentuk di atas konidiospora. Konidio membentuk

susunan seperti rantai contoh Penicillium sp, Aspergilus.

Spora seksual dibentuk dari fusi dua selatau hifa.. Termasuk golongan

spora seksual adalah:

1) Zigospora yaitu spora yang dibentuk dari fusi (penggabungan) dua

hifa yang sejenis membentuk zigot dan di dalam zigot terbentuk

zigot spora.

2) Oospora yaitu spora yang dibentuk dari fusi dua hifa yang tidak

sejenis (anteridium dan oogonium)


14

3) Askospora yaitu spora yang dibentuk di dalam askus sebagai hasil

penggabungan fusi dua sel atau dua jenis hifa.

4) Basidiospora yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai hasil

penggabungan dua jenis.

Seperti hifa spora dapat berwarna atau tidak berwarna dan jernih

berdasarkan sifat koloni hifa dan spora yang dibentuk oleh kapang atau

khamir jamur dibagi menjadi beberapa kelas :

1) Actinomycetes tergolong bakteri, tetapi karena penyakit yang

ditimbulkannya mirip dengan beberapa penyakit jamur maka secara

tradisional dimasukkan ke dalam mikologi.

2) Myxomycetes bentuk vegetatif terdiri atas sel-sel yang motil. Karena

pada stadium lanjut sel-sel tersebut bergabung dan membentuk

bagian-bagian yang mirip sporulasi jamur maka kelas ini digolongkan

dalam mikologi.

3) Chytridiomycetes kapang dari kelas tersebut mempunyai hifa

senositik, salah satu spesies yang patogen pada manusia

(Rhinosporidium seeberi)

4) Zygomycetes bersama dengan oomycetes yang patogen untuk

binatang air dan tumbuh-tumbuhan dahulu digolongkan dalam

phycomycetes. Kelas kapang ini juga mempunyai hifa senositik.

genus genus dari ordo mocorales yang termasuk kelas zygomycetes

yaitu Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella dan Cunninghamella

menyebabkan mikosis pada manusia dan beberapa jenis binatang.


15

5) Basidiomycetes Kapang dari kelas ini membentuk basidiospora.

Meskipun sebagian besar kapang dari kelas ini patogen untuk pohon-

pohon dan sejenis gandum satu spesies yaitu Filobasidiella

neoformans (stadium seksual dari Cryptococcus neoformans)

merupakan salah satu jenis patogen yang penting pada manusia.

e. Contoh Spesies Jamur Pathogen

1) Candida sp.

Karakteristik jamur Candida sp seperti sel ragi tunas ,

berbentuk oval, berukuran 3-6 um, pada media PDA Candida

menghasilkan koloni bulat berwarna krem dan berbau seperti ragi

Candida sp. juga membentuk pseudohifa, pseudohifa pada medium

tumbuh di bawah permukaan agar. Beberapa spesies Candida

mampu menyebabkan Kandidiasis. Kandidiasis merupakan mikosis

sistemik dan jamur yang paling sering dijumpai adalah Candida

albicans, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, Candida

glabrata, Candidaguilliermondii, Candida dubliniensi.

2) Trichophyton sp.

Genus Trichophyton biasanya ditandai oleh perkembangan

dari kedua dinding halus makro dan mikro konidia. Makrokonidia

sebagian besar berbentuk lateral secara langsung pada hifa dan

pada pedikel yang pendek dan memiliki dinding yang tipis atau

tebal, bentuknya clavate sampai fusiform. Jumlah makrokonidia

sedikit atau tidak ada pada beberapa spesies. Mikrokonidia


16

berbentuk bulat piriformis sampai clavet atau bentuknya tidak

beraturan. Kehadiran mikrokonidia membedakan genus ini dari

Epidermophyton dan dinding halusnya, sebagian besar

makrokonidia yang sessile membedakannya dari Microsporum.

Trichophyton merupakan salah satu parasit di antara dermatofit.

Genus Trichophyton terdiri dari sejumlah spesies penting yang

merupakan agen penyakit dermatofitosis pada hewan dan manusia

seperti tinea dan kurap. Trichophyton juga penyebab infeksi pada

rambut dan kulit terutama kutu air ( Tinea pedis ) dan infeksi pada

kuku manusia Indrawati, 2016).

3) Penicillium sp

Penicillium sp termasuk kedalam kelas Deuteromycetes

yang tidak memiliki spora seksual, termasuk juga kedalam ordo

Monilliales dengan konidiofor keluar bebas dari miselia dan

termasuk famili Monililliaceae dengan miselia tidak berwarna atau

berwarna cerah. Penicillium sp. biasanya bersapta, badan buah

berbentuk seperti sapu yang diikuti sterigma dan konidia yang

tersusun rantai. Konidia pada hampir semua spesies saat masih

muda berwarna hijau kemudian berwarna kecoklatan. Spesies dari

Penicillium sp biasanya merupakan kontaminan di berbagai

substrat dan telah diketahui sebagai produsen Mikotoksin (asam

penisilat) yang potensial. identifikasi secara tepat sangat penting


17

dilakukan dalam menganalisis Penisillin yang menjadi kontaminan

dalam makanan ( Indrawati, 2016).

f. Penelitian Yang Pernah Dilakukan

Penelitian tentang adanya jamur pada air telah banyak

dilakukan diantaranya adalah penelitian Identifikasi Jamur Patogen

Pada Air Bak Toilet SPBU Di Kecamatan Rumbai Kota Pekan Baru

yang dibuat oleh Irawan, dkk tahun 2019. Penelitian tersebut

mendapatkan hasil adanya jamur patogen jamur patogen yang

ditemukan pada penelitian ini adalah Candida, Aspergillus,

Trichophyton dan Penicillium sp adanya jamur patogen tersebut

dikarenakan jamur berada di tempat-tempat yang lembab dan berada di

udara bebas sehingga air bakteri tersebut mudah terkontaminasi oleh

jamur.

Penelitian tentang Isolasi dan Identifikasi Jamur Patogen Pada

Air Sumur Dan Air Sungai Di Pemukiman Warga Desa Karawangi,

Cianjur, Jawa Barat. (Indrawati 2016) juga didapat hasil dari seluruh

sampel air sumur dan sungai yang diperiksa ditemukan sebanyak 9

spesies jamur patogen dengan genus Penicillium sp sebanyak 2

spesies, Trichophyton sebanyak 3 spesies, Geotrichum sebanyak 2

spesies, Microsporum dan Lichtheimia masing-masing sebanyak 1

spesies.
18

Ismarani dkk tahun 2018 juga melakukan penelitian tentang

Jamur Candida sp. Dalam Air Bak Toilet Pada Tempat Wisata Di

Wilayah Kota Kediri Dengan Metode Centrifuge . Dalam penelitian

tersebut ditemukan adanya pertumbuhan jamur Candida sp dalam air

bak toilet pada tempat wisata di wilayah Kota Kediri.

5. Pemeriksaan Jamur

Identifikasi jamur dilakukan dengan dua cara yaitu secara

makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan dengan makroskopis yaitu

dengan melihat bentuk dan warna koloni jamur dengan menggunakan

media Potatto Dectrose Agar (PDA) , sedangkan mikroskopisnya denga

melihat struktur atau susunan hifa dan spora jamur (Indrawati, 2016).

Melihat morfologi dan struktur jamur tidak dapat dilihat dengan

mata secara langsung. Salah satu cara melihat morfologi dan struktur

jamur dengan melakukan pewaarnaan menggunakan larutan Lacto Phenol

Cotton Blue/ LPCB (Irawan,2019). Phenol berfungsi mematikan jamur,

lactie acid berfungsi mempertinggi efekpenetrasi larutan kedalam hypa,

glyserol berfungsi mengawetkan preparatdan mencegah presipitasi cat,

Cotton blue berfungsi mewarnai jamur menjadi biru (IKAPI 2015).


19

B. Kerangka Pikir

Keran pengisian air minum kotor/ berjamur

Keran kotor dan Air mengalir dari keran


terdapat jamur

Banyak spora jamur


Beberapa spora jamur
menempel pada
terbawa dalam air
keran

Terdapat banyak Terdapat sedikit spesies


spesies jamur yang jamur yang tumbuh
tumbuh

- Wadah tidak
- Spora Identifikasi jamur steril
- Hipa
- Pengambilan
sampel kurang
Perbedaan spesies dan tepat
jumlah jamur pada keran
dan air minum

Keterangan : Dianalisa =

Faktor mempengaruhi hasil

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir


20

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan hasil identifikasi jamur yang didapat pada

pemeriksaan jamur dengan pengambilan sampel pada keran pengisian air

minum isi ulang dan pada air minum isi ulang yang melalui keran tersebut.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian

Deskriptif dengan 2 faktor perlakuan yaitu pemeriksaan identifikasi jamur

pada keran pengisian air dan pemeriksaan identifikasi jamur pada air yang

melalui keran pengisian air tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Depot Air Minum (DAM) di Wilayah

Kabupaten Karanganyar dan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan

bulan Mei 2021.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian Depot Air minum di wilayah kabupaten

Karanganyar Obyek Penelitian Jamur pada keran pengisian air minum dan

jamur pada air minum isi ulang.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah depot air minum di wilayah

Kabupaten Karanganyar menurut data dari UPT. Laboratorium Kesehatan

Kabupaten Karanganyar yang terdaftar sejumlah 174 .

21
22

Sampel penelitian diambil 50 % pada masing masing Kecamatan

sehingga diharapkan mampu mewakili gambaran kondisi depot air minum di

seluruh wilayah Kabupaten Karanganyar.

E. Definisi Operasional Variabel Pemeriksaan

1. Jamur

Jamur adalah mikroroganisme yang termasuk golongan eukariotik dan

tidak termasuk golongan tumbuhan. Identifikasi jamur dilakukan dengan

dua cara yaitu secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan dengan

makroskopis yaitu dengan melihat bentuk dan warna koloni jamur dengan

menggunakan media Potatto Dectrose Agar (PDA), sedangkan

mikroskopisnya denga melihat struktur atau susunan hifa dan spora jamur

dengan menggunakan pengecatan Lacto Phenol Cotton Blue/ LPCB.

Variabe : Terikat

Skala pengukuran : kategorik

2. Keran Pengisian air minum

Keran Pengisian air minum adalah aspek peralatan yang terdapat pada

depot air minum. Pada penelitian ini keran pengisian dinilai dari

pemeriksaan identifikasi jamur dengan melakukan swab langsung pada

keran pengisian air.

Variabe : Terikat

Skala pengukuran : kategorik


23

3. Air Minum isi ulang

Air minum isi ulang adalah hasil dari proses pada depot air minum . Pada

penelitian ini Air minum isi ulang dinilai dari pemeriksaan identifikasi

jamur dengan melakukan pengambilan sampel air yang keluar melalui

keran pengisian air.

Variabe : Terikat

Skala pengukuran : kategorik

4. Depot Air Minum ( DAM )

Depot Air Minum yang selanjutnya disingkat DAM adalah usaha

melakukan proses pengolahan air baku menjaadi air minum dalam bentuk

curah dan menjual langsung kepada konsumen. Pada penelitian ini depot

air minum yang diperiksa pada wilayah Kabupaten Karanganyar .

Variabe : Bebas

Skala pengukuran : kategorik

F. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan kuota

sampling, diambil setiap kecamatan 50 % dari jumlah depot air minum yang

ada, diharapkan sudah mewakili sebagai gambaran depot air minum di

Kabupaten karanganyar.
24

G. Sumber Data Penelitian

1. Data primer dilakukan dengan penelitian langsung dengan melakukan

pemeriksaan identifikasi jamur secara makroskopis dan mikroskopis

dengan menggunakan sampel swab dari keran pengisian air dan

pemeriksaan jamur pada air yang melalui keran pengisian air tersebut.

Sampel diambil pada depot air minum di wilayah kabupaten karanganyar.

2. Data Sekunder dengan melihat data pada UPT. Laboratorium Kesehatan

Kabupaten Karanganyar tentang jumlah, lokasi dan data pemilik depot air

minum yang ada diwilayah kabupaten Karanganyar.

H. Instrumen Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari cawan petri,

botol sampel seteril, pembakar spritus, pinset, gunting, obyek glass, deck

glass, mikroskup, corong, beker glass

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Lactho Phenol

Cotton Blue (LPCB), media PDA (Pottato Dectrose Agar ), kertas saring,

cotton swab steri.


25

I. Alur Penelitian

1. Bagan

Pengambilan sampel

Keran pengisisan air dilakukan Pengambilan sampel pada air


swab dengan cotton swab steril minum isi ulang yang melewat
keran

Cotton swab digoreskan pada Air disaring dengan kertas


media PDA saring steril

Kertas saring diswab dng


cotton swab , kemudian
digoreskan kan pada media
PDA

Inokulsi media PDA selama 3-5


hari pada suhu kamar

Amati pertumbuhan koloni

Pemeriksaan identifikasi jamur


dengan pengecatan menggunakan
LPCB

Analisis Data

Simpulan dan Saran

Gambar 3.1 Alur Penelitian


26

2. Cara kerja

Pengambilan sampel pada depot air minum di wilayah Kabupaten

Karanganyar sebagai berikut :

a. Pengambilan sampel menggunakan cotton swab steril melalui keran

pengisian air.

b. Pengambilan sampel air isi ulang secara septis dengan menggunakan

botol steril.

Penanganan sampel pada penelitian ini :

a. Cotton swab yang sudah terdapat sampel swab kran digoreskan pada

media Pottato Dectrose Agar (PDA), kemudian diiinkubasi pada suhu

kamar berkisar 3-5 hari.

b. Sampel air minum disaring dengan kertas saring yang tersedia.

c. Swab dilakukan pada kertas saring dari bekas saringan air dengan

Cotton swab steril.

d. Swab digoreskan pada media Pottato Dectrose Agar (PDA), inkubasi

suhu kamar, sekitar 3-5 hari lamanya.

Pemeriksaan jamur pada penelitian ini :

a. Biakan kapang dapat diamati dengan lensa genggam, lalu perhatikan

dan catat mengenai morfologi koloni kapang tersebut.

b. Pengambilan biakan kapang dengan selotif secara aseptif, langkah

selanjutnya; siapkan objek glass dan teteskan 1x tetes Lacto Phenol

Cotton Blue (LPCB). Jangan sampai merusak struktur fungsinya,

lakukan secara perlahan dan hati-hati untuk mencegahnya.


27

c. Preparat bisa diamati menggunakan mikroskup binokuler dengan skala

besar 10 X dan 40X, catat hasil pengamatan dengan seksama.

d. Sel hifa dan sporanya bisa diamati dengan seksama.

e. Jamur bisa diketahui beberapa jenis identifikasinya.

J. Teknis Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Annova menggunakan

SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solutions 16.0). Diketahui nilai

alpha (α) atau signifikansi 5%. Dapat diambil kesimpulan, jika: p < α, maka

H0 ditolak, kesimpunnya terdapat perbedaan hasil pemeriksaan jika

pengambilan dari keran langsung dan dari air yang melewati keran tersebut. P

> α, maka H0 diterima, kesimpulannya tidak terdapat perbedaan hasil

pemeriksaan jika pengambilan dari keran langsung dan dari air yang melewati

keran tersebut.

K. Jadwal Rencana Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Rencana Penelitian

Desember 2020 s/d Agustus 2021


No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
1. Pengajuan Judul  
2. Pengajuan Bab I, II, III  
3. Ujian Proposal  
4. Pengumpulan Proposal  
5. Penelitian        
6. Pengajuan Bab IV, V    
7. Ujian Pendadaran    
8. Revisi Laporan Skripsi  
9. Ujian Terbuka    
10. Pengumpulan Naskah Skripsi                  
28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan mulai Tanggal 5 Mei 2022 sampai dengan

tanggal 21 Juni 2021. Penelitian dilakukan pada 54 depot air minum di

wilayah Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan penelitian terhadap keran

pengisian air minum dan air minum isi ulang yang melewati keran tersebut di

dapatkan hasil 48,15 % keran pengisian air minum isi ulang mengandung

jamur, sedangkan pada air minumya didapatkan hasil 46,30 % mengandung

jamur. Adapun data hasil penelitian Keran Pengisian dan Air Minum Isi Ulang

Sebagai berikut:

1. Hasil Pengamatan Makroskopis

Gambar 4.1 Koloni Fusarium sp

Hasil pengamatan makroskopis (Gambar 4.1.) ditemukan jamur


Fusarium sp. Dengan ciri-ciri koloni berbentuk kapang . Kemudian
warna koloni putih keabu-abuan tampak tepian menyebar dan tidak rata
bergerigi. Tekstur koloni kapas dan konsistensi kering
29

4.2 Koloni Aspergilus sp

Pengamatan makroskopis (Gambar 4.2.) ditemukan jamur Aspergilis


sp. Dengan ciri-ciri koloni berbentuk kapang . Kemudian warna koloni
putih tengah hitam. Tekstur koloni kapas dan konsistensi kering

4.3 Koloni Penicillium sp

Pengamatan makroskopis (Gambar 4.3.) ditemukan jamur


Penicillium sp. Dengan ciri-ciri koloni berbentuk kapang . Kemudian
warna koloni putih susu . Tekstur koloni kapas dan konsistensi smoth
30

2. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis

4.4 Mikroskopis Fusarium sp

Hasil pengamatan mikroskopis (Gambar 4.1.) ditemukan jamur


Fusarium spmenunjukkan ciri-ciri mikrokonidia berbentuk bulat telur,
tidak bersekat atau bersekat satu. Makrokonidia berbentuk bulan sabit
dengan sekat 3-5. Hifa bersekat dan bercabang.

4.5 Mikroskopis Aspergilus sp


31

Hasil pengamatan mikroskopis (Gambar 4.5.) ditemukan jamur


Aspergilus sp menunjukkan ciri-ciri tampak hifa tidak bersekat, konidia
berbentuk bulat yang bergerombol dan menempel pada ujung vesikel.
Talus (miselium) terdiri dari jaringan yang sangat bercabang dari
multinuklear, biasanya hifa yang tidak berwarna, dengan setiap pasangan
sel dipisahkan oleh septum. Konidiofor berada di ujung setiap cabang
disertai dengan unit terbatas berbentuk bola hijau yang disebut konidia.
Konidia memiliki peran penting dalam reproduksi sebagai strategi
penyebaran utama fungi ini

4.6 Mikroskopis Penicillium sp

Hasil pengamatan mikroskopis (Gambar 4.6.) ditemukan jamur Hifa


bersapta, badan buah berbentuk seperti sapu yang diikuti sterigma dan
konidia yang tersusun rantai. Konidiofor tunggal atau majemuk, terdiri
dari batang tunggal membagi beberapa phialid. Semua sel diantara metula
dan batang berpotensi menjadi cabang. Phialid merupakan struktur yang
menopang konidia , berbentuk silindris bibagian basal yang menyempit
dibagian leher. Konidia berbentuk rantai panjang, divergent atau kolom,
globuler, elips atau fusiform, transparan atau kehijauan dengan diding
mulus atau bergelombang ( Indrawati, 2018).
32

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Kandungan Jamur Pada Keran Pengisian dan
Air Minum Isi Ulang

HASIL
Kode KERAN AIR MINUM ISI Kode KERAN AIR MINUM ISI
Sampel PENGISIAN ULANG Sampel PENGISIAN ULANG
Jenis jamur Jmlh Jenis jamur Jmlh Jenis Jamur Jmlh Jenis jamur Jmlh
koloni koloni koloni kolon
i
A Penicillium 4 Penicillium 1 AB - - - -
Aspergilus
B Aspergilus 4 Aspergilus 2 AC Penicillium 4 Penicillium 1
C - - - - AD - - - -
D Penicillium 3 Penicillium 1 AE Aspergilus 3 Aspergilus 1
Aspergilus
E Penicillium 3 Penicillium 5 AF Aspergilus 1 - -
Aspergilus Aspergilus
F - - - - AG Penicillium 5 Penicillium 2
Aspergilus Aspergilus
G Penicillium 4 Aspergilus 1 AH Penicillium 5 Penicillium 2
Aspergilus Aspergilus Aspergilus
H - - - - AI - - - -
I - - - - AJ - - - -
J - - - - AK Penicillium 1 - -
K Penicillium 4 Aspergilus 2 AL Penicillium 3 Aspergilus 1
Aspergilus , Aspergilus
L - - - - AM - - - -
M - - - - AN Aspergilus 1 - -
N Aspergilus 4 Aspergilus 2 AO - - - -
O - - - - AP Aspergilus 2 Aspergilus 1
P - - - - AQ Penicillium 8 Penicillium 2
Aspergilus Aspergilus
Q Penicillium 9 Aspergilus 2 AR Aspergilus 1 - -
Aspergilus
R - - - - AS - - - -
S - - - - AT Penicillium 4 Penicillium 2
Aspergilus Aspergilus
T Aspergilus 2 Aspergilus 1 AU - - - -
U - - - - AV - - - -
V Penicillium 1 - - AW - - - -
W - - - - AX - - - -
X - - - - AY - - - -
Y Penicillium 3 Penicillium 3 AZ Fusarium 54 Fusarium 3
Aspergilus Aspergilus sp sp
Z - - - - BA Aspergilus 3 Aspergilus 1
AA - - - - BB Aspergilus 8 Aspergilus 1
33

Tabel 4.2 Prosentase hasil Jamur pada Keran Pengisi dan Air Minum Isi
Ulang

HASIL
Keran Pengisi Air Minum Isi Ulang
Penicillium sp 27,78% 16,6%
Fussarium sp 1,85% 1,85%
Aspergilus sp 40,74% 31,48%

Dari data diatas pada penelitian mengenai indentifikasi jamur pada

Keran Pengisian Air Dikabupaten Karanganyar dapat disimpulkan bahwa jenis

jamur yang paling banyak yaitu jamur Aspergilus sp yang terdapat di dalam

keran pengisi. Pada penelitian ini didapatkan hasil jamur Penicillium sp,

Fussarium sp, Aspergilus sp, karena pada media kontrol tidak terdapat

pertumbuhan jamur.

Tabel 4.3 Uji Statistika

Descriptives
Jumlah

N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval Minimu Maximu


Deviation Error for Mean m m

Lower Upper
Bound Bound

KeranPengisian 32 4.88 9.196 1.626 1.56 8.19 1 54


Air Minum Isi 21 1.71 1.056 .230 1.23 2.19 0 5
Ulang
Total 53 3.62 7.299 1.003 1.61 5.63 0 54

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.591 1 51 .114
34

ANOVA
Jumlah

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 126.667 1 126.667 2.443 .124


Within Groups 2643.786 51 51.839
Total 2770.453 52

Pada uji statistika menggunakan ANOVA dilakukan uji homogenitas

yang mendapatkan nilai sig 0,114 >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan hasil pemeriksaan jika pengambilan sampel dari

keran langsung dan dari air yang melewati keran tersebut adalah sama atau

homogen, pada uji hipotesis mendapatkan hasil >0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa pada hipotesisi tidak terdapat perbedaan hasil pemeriksaan

pada keran pengisi air dan air minum isi ulang.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini jumlah sampel yang diperiksa tidak sesuai dari

target awal penelitian. Jumlah depot air minum yang terdaftar di Kabupaten

Karanganyar yang berjumlah 174 buah. Rencana awal pengambilan dilakukan

pada 50% dari depot air minum yang terdaftar, dengan metode random

sampling, tetapi karena situasi pandemi banyak depot air minum yang

menutup usahanya sehingga sampel yang diambil tidak sesuai dengan target

awal. Sampel diambil pada penelitian ini adalah 54 Depot Air Minum di

wilayah Kabupaten Karanganyar.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada keran pengisi ditemukan sebesar

40.74% jamur Aspergilus sp, jamur Penicillium sp sebesar 27.78%, jamur

Fussarium sp sebesar 1.85% sedangkan pemeriksaan pada air minum isi ulang
35

ditemukan jamur Aspergilus sp sebesar 31.48%, jamur Penicillium sp sebesar

16,6% dan jamur Fussarium sp sebesar 1.85%. Pada penelitian ini didapatkan

hasil jamur Penicillium sp, Fussarium sp, Aspergilus sp karena pada kontrol

yang dibuat tidak terdapat ertumbuhan koloni jamur.

Higiene dan sanitasi merupakan upaya kesehatan untuk mengurangi

atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses

pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum (Prihatin, 2012). Higiene

sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor resiko terjadinya

kontaminas yang berasal dari tempat,peralatan dan penjamah terhadap air

minum agar aman dikonsumsi, hal tersebut tertuanag dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene

Sanitasi Depot Air Minum.

Berdasarkan hasil pantauan pada saat pengambilan sampel banyak

ditemukan kran pengisian air minum isi ulang yang kotor. Hal tersebut

menandakan kurangnya higiene sanitasi pengelola depot air minum.

Teridentifikasinya jamur dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan karena

pengusaha depot air minum tidak rutin melakukan pembersihan pada keran

pengisian air, selain itu kelembaban pada keran pengisian juga menjadi

peyebab tumbuhnya jamur didalan keran pengisian air.

Tabel 4.3 tentang uji statistik mendapatkan nilai sig 0,114 > 0,05

sehingga pada uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa pada hipotesisi tidak

terdapat perbedaan hasil pemeriksaan pada keran pengisi air dan air minum isi
36

ulang. Dari data penelitian diatas bisa dilihat bahwa jika pada keran pengisian

air teridentifikassi jamur maka pada air minum yang dihasilkan juga terdapat

jamur yang sama walaupun jumlahnya lebih sedikit, tetapi hal tersebut

menggambarkan bahwa kemungkinan besar spora jamur pada keran pengisian

ikut terbawa pada air minum isi ulang yang dihasilkan.

Air minum merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan , harus

tidak mengandung mikroorganisme patogen, seperti jamur, bakteri, virus dan

parasit ( Indrawati, 2016). Jamur bisa menjadi kontaminan dalam air minum,

penyebarannya dapat dilakukan melalui spora. Jamur juga memproduksi

metabolit sekunder, beberapa diantaranya adalah racun. Beberapa spesies dan

metabolit yang mereka hasilkan dapat berupa patogen pada manusia atau

alergen ( Indrawati, 2016).

Pada penelitian ini didapatkan hasil jamur Penicillium sp, Fussarium

sp, Aspergilus sp, dimana jamur tersebut merupakan jamur yang bersifat

patogen. Penicillium sp ini biasanya merupakan kontaminan diberbagai

substrat dan diketahui sebagai produsen mikotoksin (asam penisilat) yang

potensial . Identifikasi secara tepat sangat penting dilakukan dalam

menganalisis Penicillium yang bisa menjadi kontaminan dalam makanan dan

minuman. Baru-baru ini infeksi paru-paru diseminsi yang diakubatkan oleh

Penicillium telah dilaporkan, penyebab utamanya Penicillium marneffei yang

berada di dalam tubuh pasien penderita AIDS ( Indraawati,2016)

Aspergillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Jamur Aspergillus.

Aspergillosis merupakan sebuah spectrum dari penyakit manusia dan binatang


37

yang disebabkan oleh anggota dari genus Aspergillus. Ini termasuk

mikotoksikosis karena menelan makanan yang terkontaminasi; alergi dan

sekuele terhadap keberadaan konidia atau pertumbuhan sementara dari

organisme pada lubang-lubang tubuh; kolonisasi tanpa perluasan pada akvitas

yang belum terbentuk dan jaringan yang rusak; (invasive), peradangan,

granulomatosa, penyakit “narcotizing” pada paru, dan organ-organ lain; dan

jarang sekali , sistemik dan penyakit diseminata yang mematikan.

Fussarium sp dapat menginfeksi manusia dan hewan secara aerosol

(melalui udara) apabila inang menghirup konidia dari cendawan patogen

tersebut.  Cara lain penyebaran cendawan ini adalah melalui infeksi

nosokomial dari pembuangan limbah air atau tanaman di rumah sakit maupun

melalui membran mukosa manusia. Spesies yang umum menyerang manusia

adalah Fusarium solani, Fusarium oxysporum, dan  Fusarium moniliforme 

yang menyebabkan infeksi invasif dan superfisial pada manusia. Cendawan ini

dapat menyerang individu dengan sistem imun rentan (imunospresif) maupun

imunokompeten. Individu dengan imunitas normal dapat terserang keratitis

yang menyebabkan infeksi lokal pada kornea, kulit, dan kuku. Umumnya,

inang imunokompeten akan terserang infeksi Fusarium yang terlokalisasi pada

bagian tertentu, contohnya peritonitis, onikomikosis, infeksi tulang,

dan endoftalmitis. Apabila menyerang inang imunosupresif maka infeksi yang

terjadi biasanya bersifat menyebar, seperti infeksi sistem saraf pusat,

pneumonia, sinusitis, abses otak, dan lain-lain.


38

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Irawan dkk (2019) bahwa terdapat jamur Aspergillus sp dan Penicillium sp atau

jamur patogen tersebut dikarenakan jamur berada di tempat-tempat yang

lembab dan berada di udara bebas sehingga air tersebut mudah terkontaminasi

oleh jamur. Mayoritas jamur Aspergillus sp di depot air minum isi ulang

biasanya disebabkan kualitas air yang tidak baik atau tercemar, sebagaimana

penelitian Cyrilla dkk (2018) bahwa sebesar 30.0% terdapat jamur Aspergillus

pada air sumur yang tercemar. Jamur Aspergillus yang yang ditemukan pada

air beperan sebagai agen penyebab penyakit seperti penyakit ginjal, liver,

alergi, luka, dan meningkatkan resiko infeksi invasif (Suriaman, 2017).

Selain jamur Aspergillus sp, Jamur yang sering tumbuh pada air

minum isi ulang yaitu jamur Penicillium sp sebagaimana penelitian yang

dilakukan oleh Tirtaliana (2019) bahwa Penicilium spmerupakan salah satu

dari jamur yang biasa ditemukan di dalam air, Penicilium memiliki beberapa

bagian yaitu miselium, spora, hifa. Miselium merupakan masa hifa membentuk

jamur atau kumpulan dari hifa yang bercabang-cabang. Hifa merupakan

benang-benang halus yang berfungsi untuk menyerap makanan dari

lingkungannya. Septa merupakan bagian hifa yang memiliki sekat antar sel.

Jamur penicillium sp tumbuh dikarenakan pengaruh lingkungan yang kurang

bersih atau bahkan bisa saja karena pencucian galon yang kurang bersih pada

saat melakukan isi ulang air (Tirtaliana, 2019).


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahawa tidak

terdapat perbedaan hasil pada pemeriksaan identifiksai jamur pada keran

pengisian air minum dan pada identifikasi jamur air minum isi ulang yang

melewati keran tersebut. Pada penelitian didapatkan jenis jamur yang sama

pada keran pengisian air dan pada air minum isi ulang yaitu jamur

Penicillium sp, Fussarium sp Aspergilus sp,

B. SARAN

1. Pada penelitian selanjutnya dilakukan identifikasi apakah ada kandungan

jamur pada air minum yang terdapat dalam galon air minum dalam

kemasan.

2. Pengusaha air minum isi ulang untuk meningkatkan higiene

sanitasi perorangan dan lingkungan, sehingga air minum yang dihasil

dapat memenuhi standart.

3. Penugas sanitasi Dinas Kesehatan pada saat visitasi ke depot air

minum agar dapat melakukan bimbingan teknis pada pengusaha depot air

minum (DAM) terkait higine sanitasi.


DAFTAR PUSTAKA

Cyrilla, RC., Humairoh D, dan Nela FV., 2018. Isolasi Dan Identifikasi Jamur
Aspergillus Sp. Pada Sumur Di Desa Sanan Kabupaten Tulungagung
Dengan Metode Pengenceran. Prosiding Seminar Nasional Sains,
Teknologi dan Analisis Ke-1, hal. 156-160.

Defra. 2011. A Review of Fungi in Drinking Water and The Implications for
Human Health. Final Report Bio Intelligence Service. France

Endrik Ismarani, Durroh Humairoh, Deby Kurniawati, 2018. Identifikasi Jamur


Candida sp. Dalam Air Bak Toilet Pada Tempat Wisata Di Wilayah Kota
Kediri Dengan Metode Centrifuge.

Hageskal, Gunhild., Nelson Lima and Ida Skaar. 2009. The Study of Fungi in
Drinking Water. Mycological Research 113: 165-172
Hussain, T., Ishtiaq, M., Hussain, A., and Sultana, K. 2011. Study of Drinking
Water Fungi and its Pathogenic Effects on Human beings From District
Bhimber, Azad Kashmir, Pakistan. Pak. J. Bot. 43(5): 2581-2585.

Indrawati, Ida dan Sarah Dewi Fakhrudin. 2016. Isolasi dan Identifikasi Jamur
Patogen pada Air Sumur dan Air Sungai di Pemukiman Warga Desa
Karangwangi, Cianjur, Jawa Barat. Jurnal Biodjari. Vol. 1. No. 1, hal. 27-
38.

Inge Sutanto, Is Suhariah Ismid, Pudji K.Sjarifuddin, Saleha Sungkar, 2008. Buku
Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

James G.Cappucino, Natalie Sherman, 2002. Manual Laboratorium Mikrobiologi


Edisi 8.

Mega Pratiwi Irawan, Siti Juariah, Syarifah Rukmaini, 2019. Identifikasi Jamur
Patogen Pada Air Bak Toilet SPBU Di Kecamatan Rumbai Kota
Pekanbaru.

Perisai P.Rumandor, John Porotu’o, Olivia Waworuntu, 2014. Identifikasi Bakteri


Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Manado.

40
Parveen, S., Lanjewar, S., Sharma, K., and Kutti, U. 2011. Isolation of Fungi from
the Surface Water of River. Journal of Experimental Sciences. 2(10): 58-
59
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014 tentang
Higiene Sanitasi Depot Air Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Rahayu A. Deteksi Adanya Bakteri Pada Air Minum Dalam Galon. 2010. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Vol. 2 No. 1.
Rumondor, PP., Porotu’o, J., dan Waworuntu O., 2014. Identifikasi Bakteri Pada
Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM),
Vol 2, No 2, Juli 2014, hal. 1-4.
Suriaman, E., Apriliasari WP., 2017. Uji Mpn Coliform Dan Identifikasi Fungi
Patogen Pada Air Kolam Renang Di Kota Malang. Jurnal Sain Health.
Vol. 1 No. 1, hal. 15-22.
Telan, AB., Agustina dan Dukabain, OM., 2015. Kualitas Air Minum Isi Ulang
Pada Depot Air Minum (Damiu) Di Wilayah Kerja Puskesmas Oepoi Kota
Kupang. Jurnal Info Kesehatan, Vol. 14, No 2, hal. 969-973.
Tirtaliana, Baiq Ayu. 2019. Isolasi Dan Identifikasi Jamur (Fungi) Pada Air Galon
Isi Ulang (Kelurahan Gomong, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram).
Skripsi UIN Mataram.
Wandrivel R, Suharti N, Lestari Y. 2012. Kualitas air minum yang diproduksi di
depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan
persyaratan mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 1 No. 3.
Wandrivel, R., Suharti, N., dan Lestari, Y. 2012. Kualitas Air Minum Yang
Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang
Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(3) : 129-133.

41
42

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun


2014 tentang
43

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Bahan Habis Pakai (BHP)

Media yang digunakan Pottato Dectrose Agar (PDA)


44

Pengambilan Sampel di Lapangan

Depot Air Minum di wilayah Kebakkramat beserta pemilik Depot Air Minum
45

Hasil Pengambilan Sampel

Pemeriksaan Sampel
46

Pengamatan Makroskopis koloni jamu pada media PDA


47

Lampiran 3 Pemeriksaan Mikroskopis

Fussarium sp

Aspergilus sp Penicillium sp
48

Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


49
50
51

Lampiran 5. Hasil perhitungan SPSS


Descriptives
Jumlah

N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval Minimu Maximu


Deviation Error for Mean m m

Lower Upper
Bound Bound

KeranPengisian 32 4.88 9.196 1.626 1.56 8.19 1 54


Air Minum Isi 21 1.71 1.056 .230 1.23 2.19 0 5
Ulang
Total 53 3.62 7.299 1.003 1.61 5.63 0 54

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.591 1 51 .114

ANOVA
Jumlah

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 126.667 1 126.667 2.443 .124


Within Groups 2643.786 51 51.839
Total 2770.453 52
52

Anda mungkin juga menyukai