SKRIPSI
NURHIDAYAT
NIM. 3212077
SKRIPSI
NURHIDAYAT
NIM. 3212077
SKRIPSI
Oleh:
Nurhidayat
NIM. 3212077
i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Nurhidayat
NIM. 3212077
Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Teknologi Laboratorium Medis
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Apabila terdapat bukti tiruan atau duplikasi pada skripsi ini, maka penulis bersedia
untuk menerima pencabutan gelar akademik yang telah diperoleh.
Nurhidayat
NIM. 3212077
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketakwaan dan rasa syukur atas karunia-Mu ya Alloh aku bersaksi tiada
illah yang pantas untuk di ibadahi selain engkau dan kebanggaan atas suri tauladanku
Rasullulloh Muhammad SAW aku bersaksi bahwa engkaulah rasul Alloh yang
kugenggam sunahmu. Dengan segenap kerendahan dan kebanggaan hati,
kupersembahkan dan kuhadiahkan karya ini:
1. Ayah (Alm) dan Ibuku tercinta yang tak pernah lelah mendoakan dan memberi
perhatian dan motivasi yang tulus selama ini.
2. Isteriku tercinta, Kak Dila, Mas Ridho, Abang Yazid, Kak Mira dan Adek Fatih dan
cucuku Adek Uwais yang tiada lelah memberikan doa, perhatian dan motivasi yang
tiada putus selama ini.
3. Kakak-kakak dan semua keponakanyang tercinta, yang selalu memberikan doa dan
perhatian serta bantuan selama ini.
4. Untuk semua teman-teman yang selalu memberikan bantuan doa, perhatian yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu
vi
KATA PENGANTAR
1. Apt. Hartono,S.Si, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun dan
menyelesaikan Skripsi ini.
2. Bapak M. Taufiq Qurrohman, M.Sc sebagai ketua program studi Sarjana Terapan
Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
2. Bapak Ardy Prian Nirwana, S.Pd Bio, M.Si selaku ketua penguji yang telah ikut
membimbing dan memberi masukan dan saran kepada penulis untuk Skripsi ini.
3. Bapak Vector Stephen Dewangga, S.Si, M.Si selaku penguji 1 yang telah ikut
membimbing dan memberi masukan dan saran kepada penulis untuk Skripsi ini.
vii
4. Ibu Yusianti Silviani, S.Pd.Bio, M.Pd, selaku pembimbing yang selalu memberi
arahan, masukan dan saran serta dapat meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dengan nasehat, dan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
5. Ibu, isteri, anak-anakku serta cucuku tercinta yang telah memberikan dukungan, doa
dan perhatian selama ini.
8. Ibu Siti Nurhidayati selaku Regional Head Greater Jakarta Region beserta seluruh
jajaran atas dukungannya.
9. Bapak Andhy Nur Prasetiyo selaku Branch Manager Prodia Lampung atas
dukungan dan perhatiannya.
11. Seluruh staf dan dosen STIKES NASIONAL yang telah memberi dukungan dan
kerjasama dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
ix
C. Subjek dan Objek penelitian .............................................................................. 35
D. Populasi dan Sampel penelitian ......................................................................... 35
E. Variabel penelitian ............................................................................................. 35
F. Defenisi operasional variable penelitian ............................................................ 36
G. Teknik Sampling ............................................................................................... 37
H. Sumber Data Penelitian ..................................................................................... 37
I. Instrumen Penelitian ........................................................................................... 38
1. Alat dan bahan ................................................................................................ 38
2. Cara Pembuatan zat warna modifikasi............................................................ 38
3. Cara pewarnaan modifikasi ............................................................................ 39
J. Alur Penelitian .................................................................................................... 40
K. Tehnik analisa data penelitian ........................................................................... 41
L. Jadwal dan rencana penelitian............................................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 43
A. Hasil penelitian .................................................................................................. 43
B. Pembahasan ....................................................................................................... 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 55
A. Simpulan ............................................................................................................ 55
B. Saran .................................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 56
LAMPIRAN ............................................................................................................... 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Penelitian 61
4. Kemasan Angkak 66
xiii
INTISARI
xiv
ABSTRACT
Nurhidayat. NIM 3212077. The effect of adding an oxidizing agent to the immersion
water of Angkak and teak leaves on the modified Gram staining result
.
The use of safranin has a weakness, namely the price is expensive and the color
is difficult to absorb in certain preparations. The use of natural dyes is an alternative
to replace safranin dyes. One of the natural dyes that can be used is water immersion
Angkak and teak leaves. The addition of an oxidizing agent to natural dyes resulted in
a clean field of view and a perfect bacterial shape. The purpose of this study was to
determine the effect of adding an oxidizing agent to the immersion water of angkak
and teak leaves on the modification of Gram staining. The research design was
descriptive with an experimental approach to see the effect of adding oxidizing agents
KMnO₄ and H₂O₂ to natural dyes soaked in Angkak and teak leaves on gram-positive
and gram-negative bacteria by observing the parameters of visual field clarity, color
contrast and the perfection of the shape of the stained bacteria. Sampling technique
using probability sampling method with simple random sampling. The results showed
that the staining of Staphylococcus aureus bacteria gave good results and the
morphology could be observed and identified, while the Escherichia.coli bacteria were
only stained with the cells, while the morphology could not be identified. The
conclusion of this study was that there was no effect of adding an oxidizing agent to
the immersion water of angkak and teak leaves on the modified Gram staining results.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel
vakuola, menghasilkan sifat–sifat dan kimia yang khas bakteri dengan zat warna,
Chan, 2009).
pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan,
menampilkan perbedaan di antara sel-sel bakteri atau bagian bagian sel bakteri
mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel.
1
2
digunakan untuk mewarnai bakteri atau latar belakangnya. Zat warna mengadsorbsi
ditingkatkan (Lay, 1994). Zat warna bakteri terbagi menjadi dua macam yaitu zat
warna sintetik maupun zat warna alami. Pewarna bakteri yang biasa digunakan
yaitu pewarna sintetis diantaranya safranin, carbol fuchsin, crystal violet, dan
methylen blue (Lay, 1994). Di Indonesia, bahan pewarna alami banyak digunakan
seperti dari bahan alam berupa tanaman yang mengandung antosianin baik bagian
diantaranya yaitu sebagai pewarna alami pada makanan dan tekstil. Pewarna alami
yang dapat diaplikasikan pada makanan diantaranya yaitu buah naga (Ekawati et
al., 2015), kulit manggis (Farida & Nisa, 2015), kunyit (Syarfi, 2012) dan ubi jalar
(Winarti et al., 2008). Sedangkan pewarna alami yang dapat diaplikasikan sebagai
struktur dinding selnya. Akibat struktur dinding sel yang berbeda, menimbulkan
respon yang berbeda ketika dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram positif
peptidoglikan. Dinding sel bakteri gram positif mengandung teichoic acid (Tortora
dkk, 2010).
peptidoglikan lebih tipis. Namun, dinding sel bakteri gram negatif mempunyai
membran luar. Membran luar terdiri dari lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan
periplasma, yaitu struktur seperti gel yang berada di antara membran luar dan
plasma membran. Selain itu, Dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung
Perbedaan selanjutnya antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
gram. Bakteri gram positif akan tetap terwarnai kristal violet ketika dilakukan
dekolorisasi dengan alkohol dan bakteri akan menampakkan warna biru atau
ungu. Sebaliknya, bakteri gram negatif akan terdekolorisasi dengan alkohol dan
terganti dengan pewarna lawan (counterstain) seperti safranin sehingga bakteri akan
Zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri termasuk biological dye. Zat
pewarna/cat yang digunakan untuk mewarnai bakteri mempunyai dua sifat utama,
yaitu mempunyai kelompok kromofor dan memiliki ikatan dengan sel secara ionik,
empat macam larutan. Larutan pertama adalah cat utama, yaitu kristal violet.
Larutan kedua adalah mordant, yaitu Gram’s iodine. Mordant berfungsi untuk
meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan berikatan kuat
dengan kristal violet. Setelah diberi mordant, baik bakteri gram positif maupun
negatif, akan tampak berwarna ungu atau biru. Larutan ketiga adalah zat
pendekolorisasi, yaitu etanol atau aseton. Fungsi zat pendekolorisasi adalah untuk
meluruhkan warna ungu pada bakteri gram negatif, sedangkan bakteri gram positif
tetap berwarna ungu. Larutan keempat adalah zat pewarna lawan (counter stain),
yaitu safranin. Fungsi zat pewarna lawan adalah akan memberikan warna pink pada
bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram positif tetap berwarna ungu
gram B, gram C, dan gram D. Setiap larutan tersebut mempunyai fungsi masing-
masing yang dijelaskan sebagai berikut: Larutan gram A adalah cat utama, yaitu
kristal violet. Larutan gram B adalah mordant, yaitu Gram’s iodine. Mordant
berfungsi untuk meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan
berikatan kuat dengan kristal violet. Setelah diberi mordant, baik bakteri gram
positif maupun negatif, akan tampak berwarna ungu atau biru. Larutan gram C
adalah zat pendekolorisasi, yaitu etanol atau aseton. Fungsi zat pendekolorisasi
adalah untuk meluruhkan warna ungu pada bakteri gram negatif, sedangkan bakteri
gram positif tetap berwarna ungu. Larutan gram D adalah zat pewarna lawan
(counter stain), yaitu safranin. Fungsi zat pewarna lawan adalah akan memberikan
5
warna pink atau merah pada bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram
harganya yang mahal serta warnanya sulit terserap pada preparat tertentu (Saroh,
2011). Penggunaan pewarna alternatif adalah salah satu cara untuk menggantikan
Bahan pewarna alternatif yang dapat digunakan adalah bahan pewarna dari
alam. Bahan pewarna dari alam dapat diperoleh dari proses filtrasi bagian tanaman
seperti buah, biji, daun, akar, kulit kayu, atau kelopak bunga. Nurwati (2013)
merupakan salah satu alternatif lain dalam pewarnaan jaringan, dapat dimanfaatkan
juga sebagai pewarna alami pada pengolahan makanan serta sebagai salah satu
Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,
hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu
umum dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis (Fitrihana, 2007). Angkak
dan daun jati merupakan bahan alam yang dapat digunakan sebagai pewarna alami
Angkak merupakan salah satu jenis pewarna alami, berupa beras yang
yang diperoleh lebih konsisten dan stabil, pigmen yang dihasilkan dapat larut dalam
air, warna yang dihasilkan dapat bercampur dengan pigmen lain serta aman untuk
kurang stabil terhadap pengaruh fisik dan kimia seperti panas, sinar-UV dan sinar
matahari, namun pigmen angkak dapat bercampur dengan pewarna alami lainnya
dengan bahan makanan (Nurika, 1999). Warna merah angkak sangat potensial
sebagai pengganti warna merah sintetik yang saat ini penggunaannya sangat luas
pada berbagai produk makanan. Monascus menghasilkan enam jenis pigmen, yaitu
(Faradilla, 2012).
dilakukan oleh Aniya et al., (2000) menunjukkan bahwa salah satu hasil metabolit
Hasil penelitian Trisnadjaja et al., (2010) menunjukkan bahwa nilai IC50 yang
senyawa pigmen terutama antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami.
Pada saat ini pemanfaatan daun jati biasanya digunakan sebagai pembungkus
makanan. Daun jati muda mengandung pigmen alami antosianin yang cukup tinggi
Kembaren (2014), warna merah yang dihasilkan dari filtrat daun jati muda berasal
dari zat warna antosianin yang terkandung dalam daun jati muda. Salah satu zat
warna golongan antosianin yang terdapat dalam ekstrak daun jati adalah sianidin.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Baharudin (2015), hasil karakterisasi zat
warna daun jati secara umum besesuaian dengan salah satu pigmen antosianin yaitu
sianidin.
bahwa hasil pewarnaan yang cukup baik diperoleh dari perlakukan dengan waktu
perendaman pewarna penutup kombinasi angkak dan daun jati selama 10 menit
dengan penambahan oksidator pada proses pewarnaan Gram yang dilakukan, yaitu
menunjukkan lapang pandang yang bersih, dan bentuk bakteri yang sempurna dan
warna yang cukup kontras meskipun hasil yang diperoleh tidak sebaik pada kontrol.
penelitian (Hafiz et al., 2012) yang menyatakan bahwa pewarna alami harus
KMnO₄ pada subsrat yang dilarutkan pada pelarut organik mempunyai mekanisme
oksidasi yang salah satu kemungkinannya adalah dengan cara disosiasi komplek
Mekanisme pada pewarnaan bakteri oleh zat alami yang dioksidasi oleh
kalium permanganat di duga terjadi karena adanya disosiasi komplek pasangan ion
zat warna dan kalium permanganat menjadi komplek kation kalium dan MnO₄-
yang menjadi anion. Komplek kation kalium dengan zat warna tersebut
menunjukan adanya ion bermuatan positif, sehingga memiliki sifat dapat terikat
pada komponen sel yang bermuatan negatif. Sel bakteri kaya asam nukleat yang
banyak membawa muatan negatif dalam bentuk gugus posfat, sehingga akan
berikatan dengan pewarna basa yang bermuatan positif (Brooks et al., 2004).
B. Pembatasan Penelitian
KMnO₄ dan H₂O₂ pada rendaman angkak dan daun jati dalam pewarnaan bakteri
Gram memiliki pengaruh dalam kualitas hasil pewarnaan. Dalam penelitian ini
dibatasi hanya menguji sampel dari bakteri biakan murni gram positif
25922).
9
C. Rumusan Masalah
penelitian ini apakah penambahan oksidator pada air rendaman angkak dan daun
D. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
angkak dan daun jati yang di tambahkan oksidator dan tidak ditambahkan
oksidator.
3). Untuk mulai melakukan eksperimen menggunakan bahan bahan alami yang
dapat diperbaharui.
10
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
A. LANDASAN TEORI
1. Oksidator
Zat pengoksidasi atau oksidator adalah senyawa kimia yang mengoksidasi zat
lain dalam reaksi elektrokimia atau reduksi-oksidasi. Dalam reaksi ini, senyawa
bahasa Indonesia lebih di kenal sebagai oksidator, memiliki dua makna. Pengertian
pertama, oksidator adalah spesies kimia yang menghilangkan elektron dari spesies
lainnya. Ini adalah salah satu komponen dalam reaksi oksidasi-reduksi (redoks).
umumnya, dan reaksi redoks organik melibatkan reaksi perpindahan atom. Dalam
Dalam konteks ini, oksidator dapat disebut sebagai pereaksi oksigenasi atau agen
Dalam arti lain yang lebih sehari-hari, oksidan mentransfer atom oksigen ke
substrat. Dalam konteks ini, oksidan dapat digambarkan sebagai zat pengoksidasi
11
12
atau zat pemindah atom oksigen. Beberapa contoh adalah anion MnO₄-
permanganat, CrO₄- kromat dan osmium tetroksida, OsO₄. Perhatikan bahwa semua
senyawa ini adalah oksida, lebih khusus polioksida. Dalam beberapa kasus, oksida
ini dapat digunakan sebagai akseptor elektron, seperti dalam reaksi konversi dari
Oksidator yaitu zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi sehingga
zat oksidator sendiri akan mengalami reduksi. Umumnya unsur unsur non logam
mudah menangkap atau menarik elektron ke arah dirinya. Walaupun demikian tidak
Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi, sedangkan reduktor adalah zat
yang ada pada atom. Zat oksidator bisa direduksi dengan memperoleh elektron. Hal
inilah yang kemudian membuatnya disebut sebagai penerima atau akseptor elektron
dalam reaksi redoks. Saat elektron di dapat dari luar, akan ada lebih banyak muatan
negatif yang tidak dapat sepenuhnya dinetralkan oleh nukleus. Jadi, atom akan
mendapat muatan negatif. Akan tetapi, jika reduksi ini terjadi pada atom bermuatan
positif, maka oksidator akan memperoleh muatan positif lebih rendah atau muatan
netral. Ada banyak sekali contoh dari oksidator yang bisa kita temukan di sekeliling.
oksida. Pada beberapa kasus, oksida tersebut juga bisa bertindak sebagai akseptor
13
Beberapa contoh oksidator yang umum dikutip dari buku Redoks &
1. Sulfoksida
5. Oksigen (O₂)
6. Ozon (O₃)
13. Hipoklorit dan senyawa hipohalit lainnya, termasuk pemutih rumah tangga
(NaClO)
14. Senyawa krom heksavalen, seperti dikromat dan asam kromat serta
dikromat
mengandung ion permanganat. Warna tersebut merupakan ciri khas dari ion
Bilangan oksidasi mangan dalam KMnO₄ adalah +7, ketika terjadi reaksi
kimia bilangan oksidasi mangan turun atau mengalami reduksi. Reaksi reduksi
larutan asam kuat mangan direduksi menjadi Mn2+ dan warna larutan
15
terlihat dari penurunan penyerapan yang di peroleh tidak terlalu besar, serta
warna dari kayu tidak mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari warna air
deterjen terjadi perubahan yang tidak signifikan dari warna awal air deterjen.
sangat memberikan pengaruh yaitu dapat memperkuat ikatan antara zat warna
dengan serat kayu. Semakin banyak mordan yang ditambahkan maka ikatan
yang terjadi pada zat warna dengan serat kayu menjadi semakin kuat serta
(Hafiz et al., 2012) yang menyatakan bahwa pewarna alami harus dioksidasi
Mekanisme pada pewarnaan bakteri oleh zat alami yang dioksidasi oleh
ion zat warna dan kalium permanganat menjadi komplek kation kalium dan
16
MnO₄- yang menjadi anion komplek kation kalium dengan zat warna tersebut
terikat pada komponen sel yang bermuatan negatif. Sel bakteri kaya asam
nukleat yang banyak membawa muatan negatif dalam bentuk gugus posfat,
sehingga akan berikatan dengan pewarna basa yang bermuatan positif (Brooks
et al., 2004).
Ini stabil dalam media netral atau sedikit basa, tetapi dalam media yang sangat
basa, tidak proporsional atau bereaksi dengan ion hidroksida untuk membentuk
melalui proses satu atau dua elektron. Dalam larutan netral atau sedikit basa
dalam gelap, sangat lambat. Namun, dikatalisis oleh cahaya dalam larutan basa,
Hidrogen peroksida (H₂O₂) adalah cairan tak bewarna dengan rasa pahit
dan sangat larut dalam air menghasilkan larutan asam. H₂O₂ adalah agen
penghilang bau tekstil, pulp kayu, rambut, bulu dan makanan, dalam
pengolahan air dan limbah, sebagai desinfektan benih dan agen penetral dalam
17
distilasi anggur. Konsentrasi rendah H₂O₂ telah ditemukan dalam hujan dan air
minuman, dan pada bakteri. Hidrogen peroksida adalah spesies oksigen reaktif,
Senyawa ini ditemukan oleh Louis Jacques Thenard pada tahun 1818 dan
peroksida bersifat tidak stabil dan sangat mudah terurai dalam bentuk basa nya.
Hal ini membuatnya lebih sering disimpan dalam larutan asam lemah untuk
Sekitar 60% produksi H₂0₂ di dunia digunakan sebagai produk pemutih kertas,
natrium perkarbonat (Na₂CO₃). Sifat korosif senyawa ini dapat dengan mudah
mengangkat noda dari kain dan substrat lain apabila digunakan dalam jumlah
industri dan biasanya digunakan sebagai bahan pemutih pada kertas, pakaian,
tekstil dan lain-lain dan sebagai desinfektan (pembunuh kuman) pada furniture
serta merupakan senyawa yang tidak aman bagi manusia yaitu sebagai oksidan
yang dapat menyebabkan kondisi dalam sel yang reduktif menjadi oksidatif,
18
jam lama reaksi antara oksidator dan sampel didapatkan nilai absorbansi
pada waktu reaksi 6 jam adalah 47,1%. Dari data diatas disimpulkan bahwa
adanya pemutusan ikatan antara atom C-2 dan atom C-3 dari cincin peroksinum
2. Angkak
Angkak dikenal dengan banyak sebutan yaitu Hung-Chu, Hong Qu, Beni-
Koji, red yeast rice, dan red mold rice (Lin, et al., 2008). Angkak merupakan
hasil fermentasi beras dengan bantuan kapang Monascus sp. Dengan strain yang
2012).
Pigmen merah tersebut mempunyai sifat kestabilan yang baik pada suhu 50º
C selama 30 menit, 5 jam pada UV. Berbeda dengan pigmen merah alami lainnya
seperti antosidanin yang lebih stabil pada pH asam. Pigmen merah pada angkak
kondisi asam. Pigmen tersebut memiliki strukstur kimia yang bersifat larut
Angkak merupakan salah satu pewarna alami yang dapat digunakan dan
oleh kapang Monascus purpureus yang berupa pigmen berwarna kuning sampai
merah. Monascus purpureus sendiri merupakan kapang utama yang ada pada
di wilayah Asia. Di Cina sendiri angkak digunakan sebagai pewarna keju dan
minuman cina yang dikenal sebagai anchu. Pigmen angkak di Jepang juga
produk confectionary dan pigmen merah pada wine (Andarwulan dan Faradilla,
2012).
sintetik yang saat ini penggunaannya sangat luas pada berbagai produk makanan.
20
konsisten dan stabil, pigmen yang dihasilkan dapat larut dalam air, warna yang
dihasilkan dapat bercampur dengan pigmen lain serta aman untuk dikonsumsi.
sebagai zat pewarna alami produk makanan dan menjadi alternatif pengganti zat
Angkak juga terkenal karena kadar antioksidan nya yang tinggi. Selain
merusak pigmen yang ada, suhu yang tinggi dan waktu pemanasan yang lama
2009).
3. Daun Jati
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang
Tectona berasal dari bahasa portugis (Tekton) yang berarti tumbuhan yang
memiliki kualitas tinggi. Di negara asalnya, tanaman jati ini dikenal dengan
banyak nama daerah, seperti Ching-jagu (di wilayah Asam), Saigun (Bengali),
21
Tekku (Bombay), dan Kyun (Burma). Tanaman ini dalam bahasa Jerman dikenal
dengan nama Teck atau Teakbun, sedangkan di Inggris dikenal dengan nama
teak. Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai
antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna
kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
di daerah tropis seperti Indonesia. Daun dari tanaman jati dapat digunakan
penggunaan obat herbal cukup marak, salah satunya berasal dari daun pohon jati
(Yana, 2006).
Menurut (Setijo, 2010), pucuk daun dan daun muda adalah bagian yang
terpenting dalam usaha memperoleh zat warna merah dari tanaman jati. Cara
untuk menyiapkan pucuk daun dan daun muda tanaman jati yaitu dengan
memetiknya secara langsung dari pohon jati. Daun jati dibersihkan dari kotoran
seduhan daun jati muda berwarna merah tua, berbau khas dan agak sepet. Warna
air seduhan bertahan agak lama dan setelah 24 jam akan terbentuk endapan
merah tua.
alami. Daun jati muda mengandung pigmen alami antosianin yang cukup tinggi
dimanfaatkan sebagai pewarna alami makanan salah satunya yaitu tanaman jati
(T. grandis). Daun jati yang terdapat di daerah tropis sejauh ini masih jarang
dimanfaatkan. Daun jati merupakan salah satu sumber pigmen antosianin yang
dapat memberikan warna merah. Oleh karena itu, daun jati muda dapat dijadikan
dkk, 2014).
23
Dari struktur molekul antosianin tersebut dapat diketahui bahwa zat warna
dari daun jati muda merupakan zat organik yang tidak jenuh dan termasuk
aromatik benzene (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon. Ketiga
atom karbon tersebut dirapatkan oleh sebuah atom oksigen, sehingga terbentuk
cincin diantara dua cincin benzene 7. Di dalam larutan, antosianin berada dalam
anionik. Pada pH sangat asam (pH 1-2) bentuk dominan antosianin adalah kation
flavilium. Pada bentuk ini, antosianin berada dalam kondisi paling stabil dan
atau senyawa yang tidak berwarna (basa karbinol) Sea Fast Centre, 2013.
4. Staphylococcus aureus
berdiameter 0,7 – 1,2 um, tersusun dalam kelompok kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
termasuk jenis bakteri yang paling kuat daya tahannya. Pada Agar miring dapat
24
tetap hidup sampai berbulan bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu
kamar. Dalam keadaan kering pada benang, kertas dan dalam nanah dapat tetap
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga
5. Escherichia coli
motil berbentuk flagel peritrik, berdiameter ± 1,1 – 1,5 µm x 0,2 – 0,6 µm. E.
25
coli dapat bertahan hidup di medium sederhana menghasilkan gas dan asam dari
glukosa dan memfermentasi laktosa. Pergerakan bakteri ini motil, tidak motil,
dan peritrikus, ada yang bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif (Elfidasari et
al., 2011).
Bakteri E. coli adalah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif fakultatif
anaerobic yang mempunyai alat gerak berupa flagel dan tersusun dari sub unit
protein yang disebut flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah dengan
ukuran diameter 12-18 nm dan dengan panjang 12 nm, kaku dan berdiameter
lebih kecil dan tersusun dari protein, pili dapat berfungsi sebagai jalan
pemindahan DNA saat konjugasi. Selain itu, mempunyai kapsul atau lapisan
lendir yang merupakan polisakarida tebal dan air yang melapisi permukaan luar
Bakteri E. coli mempunyai tiga jenis antigen, yaitu antigen O, antigen K dan
manusia, misalnya tipe spesifik O dari E. coli ditemukan pada diare. Antigen-K
Bakteri E. coli adalah salah satu bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya kontaminasi feces dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air,
makanan, dan minuman. E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri dalam
sel epitel. Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi
dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri
6. Pewarnaan Gram
gram positif atau gram negatif, dilakukan teknik pewarnaan Gram yang
berwarna ungu kebiruan sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah
(Cappucino, 2001).
Pengetahuan tentang sifat gram suatu bakteri dapat membantu dokter untuk
memilih terapi antimikroba yang sesuai karena banyak obat antimikroba secara
selektif memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif atau gram negatif. Untuk
itu diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk identifikasi awal sifat
gram bakteri yang dapat dilakukan dengan cepat, murah dan praktis (Sacher,
2004).
bakteri selain sifat Gram bakteri tersebut sehingga dapat mempunyai makna
sifat gram dan morfologi bakteri serta memerlukan alat mikroskop (Triyana,
2007).
27
Menurut Brown (2005), bahwa secara morfologis, bakteri Gram positif pada
pewarnaan Gram akan memperlihatkan bentuk coccus, baik tunggal atau rantai
pendek dan berwarna ungu. Warna ungu yang terbentuk didapat dari ikatan
antara Kristal violet dan iodium yang digunakan saat pewarnaan Gram. Bakteri
ini memiliki struktur peptidoglikan pada dinding sel yang tebal (90%). Dinding
sel yang tebal ini akan menyusut saat pemberian alkohol akibat terjadinya
bakteri yang bersifat gram positif dan gram negatif. Dari segi pewarnaan
perbedaan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif dapat diamati dengan
jelas. Bakteri Gram positif mengikat cat utama (crystal violet) dengan kuat
sehingga tidak dapat dilunturkan oleh cat peluntur dan tidak diwarnai lagi
oleh cat lawan (safranin), hal ini disebabkan karena sifat dinding sel dan
violet dan iodine (jodium). Bakteri Gram negatif tidak mengikat cat utama
secara kuat, sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh
4. Akuades Steril 80 ml
3.Akuades steril 90 ml
1). Siapkan kaca objek yang bersih dan sudah di fiksasi di atas lampu bunsen.
2). Teteskan 1-2 tetes aquades steril diletakkan di atas kaca objek.
3). Ambil satu ose bakteri dari media biakan diletakkan di atas aquades steril
Selanjutnya di ratakan.
4). Setelah kering, lewatkan 3 kali di atas api bunsen preparat bakteri yang
13). Setelah itu amati di bawah mikroskop pada perbesaran kuat (Waluyo,
2010).
dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan
30
tepi rata, menghasilkan tes positif terhadap indol dan menghasilkan gas
kemilau Metalic sheen dan tes indol positif. Patogenitas Escherichia coli
B. KERANGKA PIKIR
PEWARNAAN GRAM
Alami Sintetis
Antosianin
Harga mahal dan
mudah rusak dalam
penyimpanan
KMnO₄ H₂O₂
C. HIPOTESA
(KMnO₄ dan H₂O₂) pada air rendaman angkak dan daun jati berpengaruh terhadap
A. Desain penelitian
pada pewarna alami rendaman angkak dan daun jati terhadap bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif dengan mengamati parameter kejelasan lapangan pandang,
1. Tempat penelitian
Lampung.
2. Waktu Penelitian
34
35
1. Subjek penelitian ini adalah air rendaman angkak dan daun jati yang ditambahkan
2. Objek Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah angkak (Monascus purpureus) dan daun jati
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah angkak (Monascus purpureus) dan daun jati
E. Variabel penelitian
karena adanya variabel bebas. Variabel ini disebut sebagai variabel output,
G. Teknik Sampling
random sampling.
Data penelitian ini adalah data primer yang berasal dari pengamatan
modifikasi rendaman angkak dan daun jati yang ditambahkan oksidator KMnO₄
dan H₂O₂ dengan perbandingan warna kontrol dari pewarnaan gram. Parameter
I. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting, kaca objek, ose,
lampu bunsen, rak pengecatan, pipet tetes, batang pengaduk, botol semprot, neraca
10 mL, kertas saring Whatman, corong gelas, mikroskop, gelas erlemeyer volume
500 mL, pipet ukur 5 mL, pipet gondok 1 mL, 2 mL, 3 mL, pipet pump merk
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KMnO₄ 0,1N merk
Merck, H₂O₂ merk Merck, angkak, daun jati muda, aqudest steril, pewarna gram
(gram set) merk Indo Reagen 0030544 B, minyak imersi, biakan bakteri
a.Timbang 5 gram Angkak dan 5 gram daun jati yang sudah dibersihkan dan
d. Setiap zat warna yang dibuat tersebut dipipet dicampurkan ke dalam satu
dimana zat warna merah dari angkak berfungsi mewarnai sel bakteri,
a). Kombinasi angkak : daun jati (2:1) zat warna tanpa perlakuan
b). Kombinasi angkak: daun jati (2:1) di tambahkan oksidator KMnO₄ 0,1N
1mL
c). Kombinasi angkak: daun jati (2:1) di tambahkan oksidator H₂O₂ 1% 1 mL.
b. Teteskan pewarna primer (Kristal Violet) secara merata pada ulasan bakteri,
c. Bilas pewarna primer menggunakan akuades steril dan tunggu hingga cukup
kering.
d. Teteskan larutan mordant (Lugols Iodine) pada permukaan ulasan bakteri, dan
e. Bilas larutan mordant menggunakan akuades steril dan tunggu hingga cukup
kering.
cukup kering.
40
J. Alur Penelitian
PEMBUATAN CAT
WARNA
KULTUR BAKTERI
PENGECATAN
PENGAMATAN
MIKROSKOPIS
PELAPORAN HASIL
PENGAMATAN
41
pewarnaan gram positif (Staphylococcus aureus ATCC 25923) dan gram negatif
dan daun jati antara yang tidak ditambahkan oksidator KMnO₄ dan H₂O₂ dengan
2021 2022
Kegiatan
Sept Okt Nop Des Jan Febr Mar Apr Mei Jun
Sosialisasi
Mahasiswa
Sosialisasi
Dosen
Pembimbing
Pengajuan
Judul
Proposal
Bab I-III
Ujian
Proposal
Pengumpulan
Form
Pesetujuan
Revisi
Kegiatan
Penelitian
Bab IV-V
Ujian
Pendadaran
Ujian
Terbuka
Pengumpulan
Naskah
Skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
menggunakan air rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator
KMNO₄ dan H₂O₂ pada bakteri Staphlylococcus aureus ATCC 25923 dan
Parameter
No Preparat Bakteri Pewarnaan Score
Pengamatan
1 Staphylococcus Gram Kontrol Kejelasan lapangan
2
aureus ATCC pandang
Bentuk/morfologi
2
bakteri
Total score 6
2
Kekontrasan Warna
43
44
Bentuk/morfologi
2
bakteri
Total score 6
Bentuk/morfologi
2
bakteri
Total score 6
Kekontrasan Warna 1
Bentuk/morfologi
1
bakteri
Total score 4
KMnO₄ Bentuk/morfologi
2
bakteri
Total score 6
KMnO₄ Bentuk/morfologi
1
bakteri
Total score 4
Bentuk/morfologi
2
bakteri
Total score 6
Bentuk/morfologi
1
bakteri
Total score 4
46
Preparat
No Zat Warna Hasil pewarnaan
Bakteri
1 Staphylococcus Gram
25923
2 Escherichia Gram
25922
3 Staphylococcus Angkak +
25923 (2:1)
47
4 Escherichia Angkak +
25922 (2:1)
5 Staphylococcus Angkak +
25923 (2:1) +
Oksidator
KMnO₄
6 Escherichia Angkak +
25922 (2:1) +
Oksidator
KMnO₄
7 Staphylococcus Angkak +
25923 (2:1) +
Oksidator
H₂O₂
48
8 Escherichia Angkak +
25922 (2:1) +
Oksidator
H₂O₂
Dari hasil penelitian yang di tunjukan dengan score pembacaan pada Tabel 4.1,
maka didapatkan hasil untuk bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dari tiga
daun jati menunjukan total score 6, yang berarti preparat bakteri dapat diamati
dibawah mikroskop dengan jelas dan dapat diidentifikasi jenis bakteri. Sedangkan
untuk bakteri Escherichia coli ATCC 25922 dari tiga perlakuan pewarnaan
menggunakan cat modifikasi campuran angkak dan daun jati menunjukan total
score 4, yang berarti preparat bakteri hanya terwarnai sel nya saja sehingga tidak
dapat diidentifikasi.
B. Pembahasan
yaitu gram positif dan gram negatif yang berbeda dalam komposisi dinding sel nya.
Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dibedakan berdasarkan struktur
dinding selnya. Akibat struktur dinding sel yang berbeda, menimbulkan respon
yang berbeda ketika dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram positif memiliki
49
peptidoglikan. Dinding sel bakteri gram positif mengandung teichoic acid (Tortora
dkk, 2010).
peptidoglikan lebih tipis. Namun, dinding sel bakteri gram negatif mempunyai
membran luar. Membran luar terdiri dari lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan
periplasma, yaitu struktur seperti gel yang berada di antara membran luar dan
plasma membran. Selain itu, dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung
Pewarna yang digunakan terdiri dari pewarna utama dan pewarna penutup.
Pewarna utama yang digunakan pada pewarnaan Gram yaitu kristal violet yang
berwarna ungu. Pelekatan pewarna utama pada sel bakteri lebih ditingkatkan
Terjadi mekanisme yang berbeda pada bakteri Gram positif dan Gram negatif
ketika ditambahkan larutan peluntur, pada bakteri Gram positif warna akan
dipertahankan tetapi pada Gram negatif akan hilang. Oleh karena itu diperlukan
pewarna penutup yang kontras untuk mewarnai bakteri Gram negatif, yaitu dengan
pewarna yang berwarna merah. Pewarna penutup yang sering digunakan pada
pewarnaan Gram adalah basic fuchsin atau safranin. Pada penelitian ini dilakukan
pengujian menggunakan rendaman angkak dan daun jati, untuk aplikasinya sebagai
pewarna penutup.
50
Angkak atau beras merah cina adalah salah satu bahan yang biasa digunakan
sebagai pewarna, warna yang dihasilkan oleh angkak adalah warna merah. Warna
merah ini stabil dalam berbagai pH dan mudah larut dalam pelarut polar (Radiastuti,
2005). Selain angkak , daun jati muda juga bisa di gunakan sebagai pewarna, warna
yang di hasilkan adalah warna merah yang di hasilkan dari antosianin (Pratama,
2013).
warna merah terhadap bakteri tetapi bentuk bakteri yang di dapat tidak jelas
sedangkan hasil yang di dapat pada penggunaan daun jati muda, bakteri tidak
optimal terwarnai tetapi bentuk bakteri terlihat jelas. Maka formula yang
menggunakan kombinasi angkak dan daun jati muda lebih baik digunakan dalam
pada preparat bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli
aureus ATCC 25923 bisa terwarnai dengan baik sel bakteri, lapangan pandang
yang kontras, morfologi bakteri jelas dan dapat dilakukan identifikasi. Sedangkan
51
untuk bakteri Escherichia coli ATCC 25922 hanya terwarnai sel nya saja, lapangan
pandang tidak kontras, dan morfologi bakteri tidak jelas sehingga sulit dilakukan
identifikasi.
Hasil pewarnaan dapat di lihat pada Tabel 4.2, jika dibandingkan antara hasil
1. Campuran rendaman angkak dan daun jati tanpa penambahan oksidator, terlihat
ukuran 07-1.2 um, lapangan pandang dan latar belakang jelas, masih bisa di
bentuk bulat/coccus gram positif, ukuran 0.7-1.2 um, lapangan pandang dan latar
belakang warna jelas dan masih bisa dilakukan identifikasi. Berdasar tabel 4.1
pewarnaan kontrol Gram skor 6, berarti skor pengamatan sesuai dengan standar.
3. Campuran rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator H₂O₂
sedikit lebih tipis tetapi masih cukup jelas bentuk bulat/coccus gram positif,
ukuran 07-1.2 um, lapangan pandang dan latar belakang warna lebih tipis jelas
dan masih bisa dilakukan identifikasi. Berdasar tabel 4.1 data skoring, penilaian
dengan pewarnaan Gram standar terlihat morfologi jelas bentuk batang gram
1. Dengan campuran rendaman angkak dan daun jati tanpa penambahan oksidator,
pada preparat bakteri Escherichia coli ATCC 25922 jika dibandingkan dengan
hasil pewarnaan kontrol Gram, morfologi terlihat kurang jelas, warna tidak jelas
dan cenderung masih menyerap sisa zat warna utama, lapangan pandang dan
latar belakang tidak cukup jelas, tetapi tidak dapat dilakukan identifikasi.
Berdasar tabel 4.1 data skoring, penilaian skor pengamatan didapatkan skor 4
sedangkan pewarnaan kontrol Gram skor 6, berarti skor pengamatan kurang dari
2. Dengan campuran rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator
dibandingkan dengan hasil pewarnaan kontrol Gram, morfologi tidak jelas dan
hasil pewarnaan lebih cenderung masih menyerap sisa zat warna utama,
lapangan pandang dan latar belakang cukup jelas, akan tetapi tidak dapat
3. Dengan campuran rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator
H₂O₂ terlihat morfologi bakteri Escherichia coli ATCC 25922 jika dibandingkan
dengan hasil pewarnaan kontrol Gram, morfologi tidak jelas dan hasil pewarnaan
lebih cenderung menyerap sisa zat warna utama, lapangan pandang dan latar
belakang cukup jelas akan tetapi lebih tipis , sehingga bakteri sulit dilakukan
(2016) menggunakan campuran ekstrak angkak dan daun jati yang menggunakan
alkohol 96%, menghasilkan zat warna yang lebih tinggi konsentrasinya. Hasil
bakteri menggunakan ekstrak angkak dan daun jati menunjukan lapangan pandang
yang cukup jelas, bentuk bakteri yang sempurna berbentuk batang (Escherichia
coli), hasil yang cukup kontras bila dibandingkan dengan hasil pewarnaan kontrol
Gram. Sehingga simpulan hasil penelitian tersebut, ekstrak angkak dan daun jati
merah antosianin pada daun jati yang rendah, didapatkan dari proses rendaman
menggunakan pelarut aquadest steril, sehingga zat warna tidak optimal diserap oleh
54
angkak dan daun jati menggunakan Alkohol 96% yang dapat menghasilkan zat
Rendah nya konsentrasi zat warna campuran rendaman angkak dan daun jati
yang dipakai dikarenakan volume pelarut (aquadest steril) yang cukup besar
Air merupakan bahan pelarut yang universal, sehingga air merupakan pelarut
yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik
(Utomo, S. 2015).
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar
sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D.
(Khikmah, N. 2015).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan tidak ada pengaruh
penambahan oksidator KMnO₄ dan H₂O₂ pada rendaman angkak dan daun jati pada
B. Saran
1. Untuk semua TLM yang bekerja di laboratorium dapat bekerja sesuai SOP dan
keselamatan kerja.
55
DAFTAR PUSTAKA
Bulele, (2019) “Identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram pada penderita infeksi
mata luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado” Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal e-Biomedik (eBm),
Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2019.
Bogoriani, N. W. (2010), “Ekstraksi Zat Warna Alami Campuran Biji Pinang, Daun
Sirih, Gambir dan Penambahan KmnO₄ Terhadap Pewarnaan Kayu Jenis
Albasia”. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. Jurnal Kimia 4 (2) :
125-134.
Dash, S., Patel, S., Mishra, B. (2009), “Oxidation by Permanganate: Synthetic and
Mechanistic Aspect Tetrahedron”.Vol 65(859) : 707-39.
Jawetz M & Adelberg’s., (2008), “Medical Microbiology. 24th ed. North America:
Lange Medical book.
56
Khikmah, N. (2015), Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan
Kreatinin Dalam Urin Secara Sequential Injection Analysis. Kimia Student
Journal. Vol.1 (1):613-615.
Ma, J., Y. Li, Q. Ye, J. Li, Y. Hua, D. Ju, D. Zhang, R. Cooper, and M. Chang.
(2000), “Constituents of Red Yeast Rice, a Traditional Chinese Food and
Medicine”. Journal of Agricultural and Food Chemistry 48: 5220-5225.
Pelczar. M. J., dan Chan, E. C. S. (2009), “Dasar – dasar Mikrobilogi jilid 1”. UI
Press. Jakarta. 2009.
Pratama, Y. (2013), “Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis lin. F.)
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Jurusan Kimia. Fakultas MIFA. Universitas Negeri Semarang
Prescott LM, Harley JP and Klein DA. 2002. Mikrobiology. 5th Ed. Boston:
McGrawHill. Publishing. USA: 485 hlm.
Rio Wahyu Septian Marbun, Febrizki Nabilah Mardanif, dan Uliya Fitri Aini (2020)
“Pemanfaatan sari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) sebagai zat
57
pewarna pada pewarnaan Gram terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli “, Sekolah Menengah Kejuruan Abdurrab Pekan Baru,
Dipublikasikan Desember 2020.
Rosyida, A dan Achadi, D. (2014), “Pemanfaatan daun jati muda untuk pewarnaan
kain kapas pada suhu kamar.Arena tekstil. Vol 29(2) : 115-122.
Saragih, AB. (2013), “Skrining bakteri pelarut fosfat adaptif vinasse dari lahan tebu
pabrik gula Jatiroto kabupaten Lumajang Jawa Timur”, FMIPA Universitas
Jember 2013.
Tortora, G. J., Funke, B. R. & Case, C. L., 2010, Microbiology an introduction 10th
edition, Pearson edition, Inc., Publishing as Pearson Benjamins Cummings,
San Francisco, 1301 Sansome.
Wulaningrum, RA, (2013), “Pengaruh Asam Organik Dalam Ekstraksi Zat Warna
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana)”, Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
58
LAMPIRAN
Lampiran 1
Dokumentasi penelitian
59
Rendaman angkak Rendaman daun jati
60
Daun jati
61
Lampiran 2
62
Lampiran 3
63
Lampiran 4
Kemasan Angkak
64
Lampiran 5
65
MATERI BATAS PARAF PARAF MHS
NO. TGL RANGKUMAN BIMBINGAN
BIMBINGAN WAKTU PEMBIMBING
VALIDASI
UJIAN
PENGUMPULAN
NASKAH
66
MATERI BATAS PARAF PARAF
NO. TGL RANGKUMAN BIMBINGAN
BIMBINGAN WAKTU PEMBIMBING MHS
4 12
Nop Pengajuan judul ke 2 Pengaruh
2021 Penambahan Oksidator Pada Air
Rendaman Angkak dan Daun Jati pada
Pewarnaan Gram ( Judul 2 )
67
1 08 Pada point latar belakang belum terlihat
alasan mengapa ZN A di cari alternative
Nop
pengganti dengan pewarna alami ( judul 1)
2021
5 29
Bimbingan Rev 2 Bab 1,
Nop
ACC Bab 1 ( Judul 2 )
2021
68
MATERI BATAS PARAF PARAF
BIMBINGAN WAKTU NO. TGL RANGKUMAN BIMBINGAN PEMBIMBI MHS
NG
BAB III 1 13 Pengajuan BAB III
Des
2021
69
5 4 Apr Bimbingan BAB IV dan V
2022
70
LAMPIRAN 6
71