Anda di halaman 1dari 88

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDATOR

PADA AIR RENDAMAN ANGKAK DAN DAUN JATI


TERHADAP HASIL MODIFIKASI PEWARNAAN GRAM

The effect of adding an oxidizing agent


to the immersion water of Angkak and teak leaves
on the modified Gram staining result.

SKRIPSI

NURHIDAYAT
NIM. 3212077

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURAKARTA
2022
PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDATOR
PADA AIR RENDAMAN ANGKAK DAN DAUN JATI
TERHADAP HASIL MODIFIKASI PEWARNAAN GRAM

The effect of adding an oxidizing agent


to the immersion water of Angkak and teak leaves
on the modified Gram staining result.

SKRIPSI

NURHIDAYAT
NIM. 3212077

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDATOR


PADA AIR RENDAMAN ANGKAK DAN DAUN JATI
TERHADAP HASIL MODIFIKASI PEWARNAAN GRAM

Oleh:
Nurhidayat
NIM. 3212077

Telah disetujui untuk diajukan pada ujian skripsi

Surakarta, 13 Mei 2022


Pembimbing Utama

Yusianti Silviani, S.Pd.Bio, M.Pd

i
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDATOR


PADA AIR RENDAMAN ANGKAK DAN DAUN JATI
TERHADAP HASIL MODIFIKASI PEWARNAAN GRAM

Oleh:
Nurhidayat
NIM. 3212077

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan


guna memperoleh gelar Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

Pada tanggal 13 Mei 2022 di Surakarta


Dewan Penguji,

Ardy Prian Nirwana, S.Pd Bio, M.Si (Ketua) . .………………

Vector Stephen Dewangga, S.Si, M.Si (Anggota Penguji I) ……………….

Yusianti Silviani, S.Pd.Bio, M.Pd (Anggota Penguji II) ……………….

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Teknologi Laboratorium Medis

M.Taufiq Qurrohman, M.Sc

ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDATOR


PADA AIR RENDAMAN ANGKAK DAN DAUN JATI
TERHADAP HASIL MODIFIKASI PEWARNAAN GRAM

yang dibuat untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan jenjang pendidikan Sarjana


Terapan Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional,
adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu pergururan tinggi, serta tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila terdapat bukti tiruan atau duplikasi pada skripsi ini, maka penulis bersedia
untuk menerima pencabutan gelar akademik yang telah diperoleh.

Lampung, 13 Mei 2022

Nurhidayat
NIM. 3212077

iv
MOTTO

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang


dan sabar

Tanpa tindakan, pengetahuan tidak ada gunanya dan


pengetahuan tanpa tindakan itu sia-sia

v
PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketakwaan dan rasa syukur atas karunia-Mu ya Alloh aku bersaksi tiada
illah yang pantas untuk di ibadahi selain engkau dan kebanggaan atas suri tauladanku
Rasullulloh Muhammad SAW aku bersaksi bahwa engkaulah rasul Alloh yang
kugenggam sunahmu. Dengan segenap kerendahan dan kebanggaan hati,
kupersembahkan dan kuhadiahkan karya ini:

1. Ayah (Alm) dan Ibuku tercinta yang tak pernah lelah mendoakan dan memberi
perhatian dan motivasi yang tulus selama ini.

2. Isteriku tercinta, Kak Dila, Mas Ridho, Abang Yazid, Kak Mira dan Adek Fatih dan
cucuku Adek Uwais yang tiada lelah memberikan doa, perhatian dan motivasi yang
tiada putus selama ini.

3. Kakak-kakak dan semua keponakanyang tercinta, yang selalu memberikan doa dan
perhatian serta bantuan selama ini.

4. Untuk semua teman-teman yang selalu memberikan bantuan doa, perhatian yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu

5. Untuk almamater STIKES NASIONAL yang telah membantu kelancaran studiku.

6. Serta teman-teman Prodi Sarjana Teknologi Laboratorium Medis angkatan tahun


2021.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatulloh Wabarakatuh

Alhamdulillahirrobil’alamin dengan terpanjatnya puji syukur kehadirat Alloh Subhana


Wata’ala yang telah memberikan rahmat serta berbagai karunia yang begitu besar
sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
PENGARUH PENAMBAHAN OKSIDATOR PADA AIR RENDAMAN ANGKAK
DAN DAUN JATI TERHADAP HASIL MODIFIKASI PEWARNAAN GRAM”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan dan suri tauladan
hamba dalam kehidupan Rasululloh Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan


Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium MediS di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nasional. Dalam proses penyusunan skripsi ini banyak sekali dukungan yang telah
diberikan kepada penulis terutama dari keluarga dan teman teman dipekerjaan yang
selalu memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Apt. Hartono,S.Si, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun dan
menyelesaikan Skripsi ini.

2. Bapak M. Taufiq Qurrohman, M.Sc sebagai ketua program studi Sarjana Terapan
Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.

2. Bapak Ardy Prian Nirwana, S.Pd Bio, M.Si selaku ketua penguji yang telah ikut
membimbing dan memberi masukan dan saran kepada penulis untuk Skripsi ini.

3. Bapak Vector Stephen Dewangga, S.Si, M.Si selaku penguji 1 yang telah ikut
membimbing dan memberi masukan dan saran kepada penulis untuk Skripsi ini.

vii
4. Ibu Yusianti Silviani, S.Pd.Bio, M.Pd, selaku pembimbing yang selalu memberi
arahan, masukan dan saran serta dapat meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dengan nasehat, dan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

5. Ibu, isteri, anak-anakku serta cucuku tercinta yang telah memberikan dukungan, doa
dan perhatian selama ini.

6. Bapak /Ibu dewan Direksi PT. Prodia Widya Husada, Tbk.

7. Jajaran Prodia University (ProU) Jakarta

8. Ibu Siti Nurhidayati selaku Regional Head Greater Jakarta Region beserta seluruh
jajaran atas dukungannya.

9. Bapak Andhy Nur Prasetiyo selaku Branch Manager Prodia Lampung atas
dukungan dan perhatiannya.

10. Teman-temnn Laboratorium Klinik Prodia Lampung dan khususnya teman-teman


Laboratorium Klinik Prodia Metro atas bantuan dan doanya selama ini.

11. Seluruh staf dan dosen STIKES NASIONAL yang telah memberi dukungan dan
kerjasama dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran

sangat membantu untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Tetapi penulisr

berharap semoga skripsi dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Penulis,

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
INTISARI.................................................................................................................. xiv
ABSTRACT ............................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Pembatasan Penelitian ......................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 9
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 9
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 11
A. LANDASAN TEORI ........................................................................................ 11
1. Oksidator......................................................................................................... 11
2. Angkak ............................................................................................................ 18
3. Daun jati ......................................................................................................... 20
4. Staphylococcus aureus .................................................................................... 23
5. Escherichia coli .............................................................................................. 24
6. Pewarnaan Gram ............................................................................................. 26
B. KERANGKA PIKIR ......................................................................................... 32
C. HIPOTESA ........................................................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 34
A. Desain penelitian ............................................................................................... 34
B. Tempat dan waktu penelitian ............................................................................. 34

ix
C. Subjek dan Objek penelitian .............................................................................. 35
D. Populasi dan Sampel penelitian ......................................................................... 35
E. Variabel penelitian ............................................................................................. 35
F. Defenisi operasional variable penelitian ............................................................ 36
G. Teknik Sampling ............................................................................................... 37
H. Sumber Data Penelitian ..................................................................................... 37
I. Instrumen Penelitian ........................................................................................... 38
1. Alat dan bahan ................................................................................................ 38
2. Cara Pembuatan zat warna modifikasi............................................................ 38
3. Cara pewarnaan modifikasi ............................................................................ 39
J. Alur Penelitian .................................................................................................... 40
K. Tehnik analisa data penelitian ........................................................................... 41
L. Jadwal dan rencana penelitian............................................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 43
A. Hasil penelitian .................................................................................................. 43
B. Pembahasan ....................................................................................................... 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 55
A. Simpulan ............................................................................................................ 55
B. Saran .................................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 56
LAMPIRAN ............................................................................................................... 59

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi operasional variabel 35

3.2 Scoring pengamatan 40

3.3 Jadwal rencana penelitian 40

4.1 Score hasil pengamatan 43

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Larutan Kalium Permanganat 14

2.2 Cara pewarnaan Gram 28

2.3 Hasil perwarnaan bakteri gram positif 29

2.4 Hasil pewarnaan bakteri gram negatif 30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Dokumentasi Penelitian 61

2. Sertifikat Pengujian Sampel Bakteri 64

3. Sertifikat Pengujian Sampel Bakteri 65

4. Kemasan Angkak 66

5. Kartu Bimbingan Skripsi 67

6. Izin Etik Penelitian 73

xiii
INTISARI

Nurhidayat. NIM 3212077. Pengaruh penambahan oksidator pada air rendaman


Angkak dan daun jati terhadap hasil modifikasi pewarnaan Gram.

Penggunaan safranin memiliki kelemahan yaitu harganya yang mahal serta


warnanya sulit terserap pada preparat tertentu. Penggunaan pewarna alami merupakan
alternatif untuk menggantikan pewarna safranin. Salah satu pewarna alami yang dapat
digunakan adalah air rendaman angkak dan daun jati. Penambahan oksidator pada
pewarna alam menghasilkan lapang pandang bersih dan bentuk bakteri sempurna.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan oksidator pada air
rendaman angkak dan daun jati terhadap modifikasi pewarnaan Gram. Desain
penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan eksperimental untuk melihat pengaruh
penambahan oksidator KMnO₄ dan H₂O₂ pada pewarna alami rendaman angkak dan
daun jati terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dengan mengamati
parameter kejelasan lapangan pandang, kekontrasan warna dan kesempurnaan bentuk
bakteri yang diwarnai. Teknik sampling menggunakan metode probability sampling
secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan hasil pewarnaan bakteri
Staphylococcus aureus memberikan hasil baik dapat diamati dan diidentifikasi
morfologi nya, sedangkan bakteri Escherichia.coli hanya terwarnai sel nya saja sedang
morfologi tidak dapat diidentifikasi. Simpulan dari penelitian ini bahwa tidak ada
pengaruh penambahan oksidator pada air rendaman angkak dan daun jati terhadap
hasil modifikasi pewarnaan Gram.

Kata kunci: Angkak, Daun jati, Pewarnaan Gram, Oksidator

xiv
ABSTRACT

Nurhidayat. NIM 3212077. The effect of adding an oxidizing agent to the immersion
water of Angkak and teak leaves on the modified Gram staining result
.

The use of safranin has a weakness, namely the price is expensive and the color
is difficult to absorb in certain preparations. The use of natural dyes is an alternative
to replace safranin dyes. One of the natural dyes that can be used is water immersion
Angkak and teak leaves. The addition of an oxidizing agent to natural dyes resulted in
a clean field of view and a perfect bacterial shape. The purpose of this study was to
determine the effect of adding an oxidizing agent to the immersion water of angkak
and teak leaves on the modification of Gram staining. The research design was
descriptive with an experimental approach to see the effect of adding oxidizing agents
KMnO₄ and H₂O₂ to natural dyes soaked in Angkak and teak leaves on gram-positive
and gram-negative bacteria by observing the parameters of visual field clarity, color
contrast and the perfection of the shape of the stained bacteria. Sampling technique
using probability sampling method with simple random sampling. The results showed
that the staining of Staphylococcus aureus bacteria gave good results and the
morphology could be observed and identified, while the Escherichia.coli bacteria were
only stained with the cells, while the morphology could not be identified. The
conclusion of this study was that there was no effect of adding an oxidizing agent to
the immersion water of angkak and teak leaves on the modified Gram staining results.

Keyword: Angkak, Teak Leaves, Gram Staining, Oxidizing

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia laboratorium khususnya di bidang mikrobiologi, pewarnaan

merupakan salah satu bagian terpenting. Pewarnaan berfungsi untuk memudahkan

melihat bakteri dengan menggunakan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk

bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel

vakuola, menghasilkan sifat–sifat dan kimia yang khas bakteri dengan zat warna,

serta serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Pelczar &

Chan, 2009).

Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam

yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan

pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain

dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan,

yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang

menampilkan perbedaan di antara sel-sel bakteri atau bagian bagian sel bakteri

disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya

mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel.

1
2

Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan

pengecatan kapsul (Waluyo, 2010).

Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi

ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna

digunakan untuk mewarnai bakteri atau latar belakangnya. Zat warna mengadsorbsi

dan membiaskan cahaya sehingga kontras bakteri dengan sekelilingnya

ditingkatkan (Lay, 1994). Zat warna bakteri terbagi menjadi dua macam yaitu zat

warna sintetik maupun zat warna alami. Pewarna bakteri yang biasa digunakan

yaitu pewarna sintetis diantaranya safranin, carbol fuchsin, crystal violet, dan

methylen blue (Lay, 1994). Di Indonesia, bahan pewarna alami banyak digunakan

seperti dari bahan alam berupa tanaman yang mengandung antosianin baik bagian

bunga, daun, batang, ataupun akar. Aplikasi penggunaan pewarna alami

diantaranya yaitu sebagai pewarna alami pada makanan dan tekstil. Pewarna alami

yang dapat diaplikasikan pada makanan diantaranya yaitu buah naga (Ekawati et

al., 2015), kulit manggis (Farida & Nisa, 2015), kunyit (Syarfi, 2012) dan ubi jalar

(Winarti et al., 2008). Sedangkan pewarna alami yang dapat diaplikasikan sebagai

pewarna tekstil yaitu daun jati (Rosyida &Achadi, 2014).

Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dibedakan berdasarkan

struktur dinding selnya. Akibat struktur dinding sel yang berbeda, menimbulkan

respon yang berbeda ketika dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram positif

memiliki beberapa lapisan peptidoglikan sehingga lapisan peptidoglikannya tebal.

Umumnya, 90% penyusun dinding sel bakteri gram positif merupakan


3

peptidoglikan. Dinding sel bakteri gram positif mengandung teichoic acid (Tortora

dkk, 2010).

Berbeda halnya dengan bakteri gram negatif, yang memiliki lapisan

peptidoglikan lebih tipis. Namun, dinding sel bakteri gram negatif mempunyai

membran luar. Membran luar terdiri dari lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan

fosfolipid. Peptidoglikan terikat dengan lipoprotein di membran luar dan

periplasma, yaitu struktur seperti gel yang berada di antara membran luar dan

plasma membran. Selain itu, Dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung

teichoic acid (Tortora dkk, 2010).

Perbedaan selanjutnya antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

adalah respon yang berbeda diantara keduanya ketika dilakukan pewarnaan

gram. Bakteri gram positif akan tetap terwarnai kristal violet ketika dilakukan

dekolorisasi dengan alkohol dan bakteri akan menampakkan warna biru atau

ungu. Sebaliknya, bakteri gram negatif akan terdekolorisasi dengan alkohol dan

terganti dengan pewarna lawan (counterstain) seperti safranin sehingga bakteri akan

berwarna merah atau pink (Tortora dkk, 2010: 88).

Zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri termasuk biological dye. Zat

pewarna/cat yang digunakan untuk mewarnai bakteri mempunyai dua sifat utama,

yaitu mempunyai kelompok kromofor dan memiliki ikatan dengan sel secara ionik,

kovalen, atau hidrofobik. Kromofor merupakan gugus pemberi warna dari

biological dye (Prescott dkk, 2002).

Pengecatan diferensial menggunakan beberapa zat warna dan hasilnya dapat

mengelompokkan bakteri ke dalam kelompok bakteri tertentu. Salah satu macam


4

pengecatan diferensial adalah pengecatan ram. Pengecatan Gram menggunakan

empat macam larutan. Larutan pertama adalah cat utama, yaitu kristal violet.

Larutan kedua adalah mordant, yaitu Gram’s iodine. Mordant berfungsi untuk

meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan berikatan kuat

dengan kristal violet. Setelah diberi mordant, baik bakteri gram positif maupun

negatif, akan tampak berwarna ungu atau biru. Larutan ketiga adalah zat

pendekolorisasi, yaitu etanol atau aseton. Fungsi zat pendekolorisasi adalah untuk

meluruhkan warna ungu pada bakteri gram negatif, sedangkan bakteri gram positif

tetap berwarna ungu. Larutan keempat adalah zat pewarna lawan (counter stain),

yaitu safranin. Fungsi zat pewarna lawan adalah akan memberikan warna pink pada

bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram positif tetap berwarna ungu

(Benson, 2001; Tortora dkk, 2010).

Pewarnaan gram menggunakan empat jenis larutan, yaitu larutan gram A,

gram B, gram C, dan gram D. Setiap larutan tersebut mempunyai fungsi masing-

masing yang dijelaskan sebagai berikut: Larutan gram A adalah cat utama, yaitu

kristal violet. Larutan gram B adalah mordant, yaitu Gram’s iodine. Mordant

berfungsi untuk meningkatkan afinitas antara cat dengan sel bakteri. Mordant akan

berikatan kuat dengan kristal violet. Setelah diberi mordant, baik bakteri gram

positif maupun negatif, akan tampak berwarna ungu atau biru. Larutan gram C

adalah zat pendekolorisasi, yaitu etanol atau aseton. Fungsi zat pendekolorisasi

adalah untuk meluruhkan warna ungu pada bakteri gram negatif, sedangkan bakteri

gram positif tetap berwarna ungu. Larutan gram D adalah zat pewarna lawan

(counter stain), yaitu safranin. Fungsi zat pewarna lawan adalah akan memberikan
5

warna pink atau merah pada bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram

positif tetap berwarna ungu (Benson, 2001; Tortora dkk, 2010).

Safranin digunakan sebagai pewarna dalam beberapa pewarnaan preparat

untuk memberikan warna merah. Penggunaan safranin memiliki kelemahan yaitu

harganya yang mahal serta warnanya sulit terserap pada preparat tertentu (Saroh,

2011). Penggunaan pewarna alternatif adalah salah satu cara untuk menggantikan

pewarna safranin yang mahal. Pewarnaan alternatif merupakan pewarnaan

pengganti yang lebih efisien untuk menggantikan pewarna yang biasanya

digunakan (Gresby, 2013).

Bahan pewarna alternatif yang dapat digunakan adalah bahan pewarna dari

alam. Bahan pewarna dari alam dapat diperoleh dari proses filtrasi bagian tanaman

seperti buah, biji, daun, akar, kulit kayu, atau kelopak bunga. Nurwati (2013)

melakukan penelitian dengan menggunakan daun jati muda yang mengandungan

antosianin yang berwarna merah sebagai pengganti safranin. Temulawak

merupakan salah satu alternatif lain dalam pewarnaan jaringan, dapat dimanfaatkan

juga sebagai pewarna alami pada pengolahan makanan serta sebagai salah satu

bahan untuk pembuatan jamu tradisional (Cahyono, 2011).

Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,

hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu

digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaannya secara

umum dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis (Fitrihana, 2007). Angkak

dan daun jati merupakan bahan alam yang dapat digunakan sebagai pewarna alami

karena mengandung pigmen berwarna merah. Kandungan pigmen ini dapat


6

dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pewarna dalam pewarnaan bakteri, yaitu

sebagai pewarna penutup pada pewarnaan Gram (Luciana, 2016).

Angkak merupakan salah satu jenis pewarna alami, berupa beras yang

difermentasi menggunakan ragi Monascus spp. Penggunaan angkak sebagai

pewarna makanan dilakukan karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu: warna

yang diperoleh lebih konsisten dan stabil, pigmen yang dihasilkan dapat larut dalam

air, warna yang dihasilkan dapat bercampur dengan pigmen lain serta aman untuk

dikonsumsi (Pattanagul, 2002). Angkak memiliki warna yang konsisten tetapi

kurang stabil terhadap pengaruh fisik dan kimia seperti panas, sinar-UV dan sinar

matahari, namun pigmen angkak dapat bercampur dengan pewarna alami lainnya

dengan bahan makanan (Nurika, 1999). Warna merah angkak sangat potensial

sebagai pengganti warna merah sintetik yang saat ini penggunaannya sangat luas

pada berbagai produk makanan. Monascus menghasilkan enam jenis pigmen, yaitu

2 pigmen kuning: monascin dan ankaflavin, 2 pigmen jingga: monascorubrin dan

rubropunctanin dan 2 pigmen merah: monascorubramine dan rubropunctamine

(Faradilla, 2012).

Hasil penelitian Cheng et al, (2010) menunjukkan bahwa Monascus spp.

memproduksi sejumlah metabolit sekunder, antara lain: pigmen, monakolin K,

asam γaminobutirat (GABA), asam dimerumat, dan citrinin. Penelitian yang

dilakukan oleh Aniya et al., (2000) menunjukkan bahwa salah satu hasil metabolit

sekunder Monascus spp. yakni asam dimerumat menunjukkan adanya aktivitas

penangkapan terhadap senyawa radikal DPPH (1,1- Diphenyl-2- Picrylhidrazyl).


7

Hasil penelitian Trisnadjaja et al., (2010) menunjukkan bahwa nilai IC50 yang

terdapat pada ekstrak angkak sebesar 90-110 ppm.

Menurut Nurwanti (2012) daun jati muda memiliki kandungan beberapa

senyawa pigmen terutama antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami.

Pada saat ini pemanfaatan daun jati biasanya digunakan sebagai pembungkus

makanan. Daun jati muda mengandung pigmen alami antosianin yang cukup tinggi

sehingga dapat memberikan warna merah pada preparat. Menurut penelitian

Kembaren (2014), warna merah yang dihasilkan dari filtrat daun jati muda berasal

dari zat warna antosianin yang terkandung dalam daun jati muda. Salah satu zat

warna golongan antosianin yang terdapat dalam ekstrak daun jati adalah sianidin.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Baharudin (2015), hasil karakterisasi zat

warna daun jati secara umum besesuaian dengan salah satu pigmen antosianin yaitu

sianidin.

Hasil penelitian Luciana (2016) dengan hasil pengamatan menunjukkan

bahwa hasil pewarnaan yang cukup baik diperoleh dari perlakukan dengan waktu

perendaman pewarna penutup kombinasi angkak dan daun jati selama 10 menit

dengan penambahan oksidator pada proses pewarnaan Gram yang dilakukan, yaitu

menunjukkan lapang pandang yang bersih, dan bentuk bakteri yang sempurna dan

warna yang cukup kontras meskipun hasil yang diperoleh tidak sebaik pada kontrol.

Penambahan oksidator kalium permanganat tersebut didasari oleh hasil

penelitian (Hafiz et al., 2012) yang menyatakan bahwa pewarna alami harus

dioksidasi terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan bahwa

kalium permanganat adalah oksidator yang paling bagus digunakan dibandingkan


8

dengan hydrogen peroxide, ferric chloride, dan potassium alum. Penambahan

KMnO₄ pada subsrat yang dilarutkan pada pelarut organik mempunyai mekanisme

oksidasi yang salah satu kemungkinannya adalah dengan cara disosiasi komplek

pasangan ion (Dash et al., 2009).

Mekanisme pada pewarnaan bakteri oleh zat alami yang dioksidasi oleh

kalium permanganat di duga terjadi karena adanya disosiasi komplek pasangan ion

zat warna dan kalium permanganat menjadi komplek kation kalium dan MnO₄-

yang menjadi anion. Komplek kation kalium dengan zat warna tersebut

menunjukan adanya ion bermuatan positif, sehingga memiliki sifat dapat terikat

pada komponen sel yang bermuatan negatif. Sel bakteri kaya asam nukleat yang

banyak membawa muatan negatif dalam bentuk gugus posfat, sehingga akan

berikatan dengan pewarna basa yang bermuatan positif (Brooks et al., 2004).

B. Pembatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah penambahan oksidator

KMnO₄ dan H₂O₂ pada rendaman angkak dan daun jati dalam pewarnaan bakteri

Gram memiliki pengaruh dalam kualitas hasil pewarnaan. Dalam penelitian ini

dibatasi hanya menguji sampel dari bakteri biakan murni gram positif

(Staphylococcus aureus ATCC 25923) dan gram negatif (Escherichia.coli ATCC

25922).
9

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini apakah penambahan oksidator pada air rendaman angkak dan daun

jati berpengaruh terhadap hasil modifikasi pewarnaan Gram?

D. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penambahan oksidator pada rendaman angkak

dan daun jati terhadap modifikasi pewarnaan Gram.

b. Tujuan Khusus

1). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan oksidator pada

rendaman angkak dan daun jati dalam pewarnaan Gram bakteri.

2). Untuk mengetahui perbandingan hasil pewarnaan menggunakan rendaman

angkak dan daun jati yang di tambahkan oksidator dan tidak ditambahkan

oksidator.

3). Untuk mulai melakukan eksperimen menggunakan bahan bahan alami yang

dapat diperbaharui.
10

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Berdasarkan kajian keilmuan, hasil penelitian ini dapat memberikan dan

menambah ilmu pengetahuan, terutama tentang pengaruh penambahan oksidator

pada rendaman angkak dan daun jati dalam pengecatan Gram.

2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah ilmu

pengetahuan penulis dan meningkatkan kemampuan penulis untuk dapat

meneliti hal hal lain yang dapat membantu pekerjaan di laboratorium.

b. Manfaat bagi akademik

Dapat berkontribusi bagi akademik dalam jurnal jurnal penelitian yang

dapat dipakai dan disempurnakan lagi oleh peneliti peneliti berikutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Oksidator

Zat pengoksidasi atau oksidator adalah senyawa kimia yang mengoksidasi zat

lain dalam reaksi elektrokimia atau reduksi-oksidasi. Dalam reaksi ini, senyawa

pengoksidasi mengalami reduksi. Dalam kimia, zat pengoksidasi pengertian dalam

bahasa Indonesia lebih di kenal sebagai oksidator, memiliki dua makna. Pengertian

pertama, oksidator adalah spesies kimia yang menghilangkan elektron dari spesies

lainnya. Ini adalah salah satu komponen dalam reaksi oksidasi-reduksi (redoks).

Pengertian lainnya, oksidator adalah spesies kimia yang memindahkan atom

elektronegatif, biasa nya oksigen, ke dalam substrat pembakaran ledakan pada

umumnya, dan reaksi redoks organik melibatkan reaksi perpindahan atom. Dalam

penggunaan yang umum, oksidator memindahkan atom oksigen kepada substrat.

Dalam konteks ini, oksidator dapat disebut sebagai pereaksi oksigenasi atau agen

pemindah atom oksigen (oxygen-atom transfer (OAT) agent). (Sridianti, 2020).

Dalam arti lain yang lebih sehari-hari, oksidan mentransfer atom oksigen ke

substrat. Dalam konteks ini, oksidan dapat digambarkan sebagai zat pengoksidasi

11
12

atau zat pemindah atom oksigen. Beberapa contoh adalah anion MnO₄-

permanganat, CrO₄- kromat dan osmium tetroksida, OsO₄. Perhatikan bahwa semua

senyawa ini adalah oksida, lebih khusus polioksida. Dalam beberapa kasus, oksida

ini dapat digunakan sebagai akseptor elektron, seperti dalam reaksi konversi dari

permanganat MnO₄- ke manganat MnO₄2- (Sridianti, 2020).

Oksidator yaitu zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi sehingga

zat oksidator sendiri akan mengalami reduksi. Umumnya unsur unsur non logam

merupakan oksidator yang baik karena memiliki keelektronegatifan tinggi sehingga

mudah menangkap atau menarik elektron ke arah dirinya. Walaupun demikian tidak

selalu digunakan unsur dalam semua reaksi kimia (Seran, 2012).

Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi, sedangkan reduktor adalah zat

yang mengalami oksidasi. Adapun bilangan oksidasi merupakan jumlah muatan

yang ada pada atom. Zat oksidator bisa direduksi dengan memperoleh elektron. Hal

inilah yang kemudian membuatnya disebut sebagai penerima atau akseptor elektron

dalam reaksi redoks. Saat elektron di dapat dari luar, akan ada lebih banyak muatan

negatif yang tidak dapat sepenuhnya dinetralkan oleh nukleus. Jadi, atom akan

mendapat muatan negatif. Akan tetapi, jika reduksi ini terjadi pada atom bermuatan

positif, maka oksidator akan memperoleh muatan positif lebih rendah atau muatan

netral. Ada banyak sekali contoh dari oksidator yang bisa kita temukan di sekeliling.

Beberapa di antaranya adalah [MnO₄] – (permanganat), [CrO₄]2 – (kromat), OsO₄

(osmium tetroksida), serta [CIO₄] – (peklorat). Ketiganya merupakan spesies dari

oksida. Pada beberapa kasus, oksida tersebut juga bisa bertindak sebagai akseptor
13

elektron, sebagaimana yang digambarkan dalam konversi [MnO₄]- menjadi

[MnO₄]2- manganat (Anne, 2021).

Beberapa contoh oksidator yang umum dikutip dari buku Redoks &

Elektrokimia karya Wati Sukmawati (2020) adalah sebagai berikut:

1. Sulfoksida

2. Timbal dioksida (PbO₂)

3. Peroksida, seperti hidrogen peroksida (H₂O₂)

4. Osmium tetroksida (OsO₄)

5. Oksigen (O₂)

6. Ozon (O₃)

7. Fluorin (F₂), klorin (Cl₂), dan halogen lainnya

8. Asam sitrat (HNO₃) dan senyawa nitrat

9. Asam sulfat (H₂SO₄)

10. Asam peroksidisulfat (H₂S₂O₈)

11. Asam peroksimonosulfat (H₂SO₅)

12. Klorit, klorat, perklorat, dan senyawa halogen sejenis lainnya

13. Hipoklorit dan senyawa hipohalit lainnya, termasuk pemutih rumah tangga

(NaClO)

14. Senyawa krom heksavalen, seperti dikromat dan asam kromat serta

Kromium trioksida, piridinium klorokromat (PCC), dan senyawa kromat atau

dikromat

15. Senyawa permanganat, seperti kalium permanganate

16. Natrium perborate


14

17. Dinitrogen monoksida (N₂O)

18. Kalium nitrat (KNO₃), oksidator dalam serbuk hitam

a. Ion Permanganat (MnO₄–)

Ion permanganat berwarna ungu demikian pula larutan yang

mengandung ion permanganat. Warna tersebut merupakan ciri khas dari ion

permanganat. Biasanya dalam laboratorium ion permanganat diperoleh dari

garam kalium permanganat (KMnO₄). KMnO₄ merupakan suatu kristal

berwarna hitam keunguan.

Gambar 2.1 Larutan Kalium Permanganat (koleksi pribadi 2021)

Bilangan oksidasi mangan dalam KMnO₄ adalah +7, ketika terjadi reaksi

kimia bilangan oksidasi mangan turun atau mengalami reduksi. Reaksi reduksi

mangan dalam KMnO₄ bergantung pada keasaman larutan. Dalam suasana

larutan asam kuat mangan direduksi menjadi Mn2+ dan warna larutan
15

memudar (hampir tidak berwarna). Setengah reaksi reduksi ion permanganat

dalam suasana asam (Seran, 2012).

Pada zat warna dengan penambahan mordan (KMnO₄) setelah direndam

dengan air deterjen 1% selama 15 menit kelunturannya tidak signifikan,

terlihat dari penurunan penyerapan yang di peroleh tidak terlalu besar, serta

warna dari kayu tidak mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari warna air

deterjen terjadi perubahan yang tidak signifikan dari warna awal air deterjen.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan mordan (KMnO₄)

sangat memberikan pengaruh yaitu dapat memperkuat ikatan antara zat warna

dengan serat kayu. Semakin banyak mordan yang ditambahkan maka ikatan

yang terjadi pada zat warna dengan serat kayu menjadi semakin kuat serta

mempertajam warna kayu yang dihasilkan (Bogoriani, 2010).

Penambahan kalium permanganat tersebut didasari oleh hasil penelitian

(Hafiz et al., 2012) yang menyatakan bahwa pewarna alami harus dioksidasi

terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian tersebut dinyatakan bahwa kalium

permanganat adalah oksidator yang paling bagus digunakan dibandingkan

dengan hydrogen peroxide, ferric chloride, dan potassium alum. Penambahan

KMnO₄ pada substrat yang dilarutkan pada pelarut organik mempunyai

mekanisme oksidasi yang salah satu kemungkinannya adalah melalui disosiasi

komplek pasangan ion (Dash et al., 2009).

Mekanisme pada pewarnaan bakteri oleh zat alami yang dioksidasi oleh

kalium permanganat di duga terjadi karena adanya disosiasi komplek pasangan

ion zat warna dan kalium permanganat menjadi komplek kation kalium dan
16

MnO₄- yang menjadi anion komplek kation kalium dengan zat warna tersebut

menunjukan adanya ion bermuatan positif, sehingga memiliki sifat dapat

terikat pada komponen sel yang bermuatan negatif. Sel bakteri kaya asam

nukleat yang banyak membawa muatan negatif dalam bentuk gugus posfat,

sehingga akan berikatan dengan pewarna basa yang bermuatan positif (Brooks

et al., 2004).

Ion permanganat memiliki geometri tetrahedral dengan ikatan yang luas.

Ini stabil dalam media netral atau sedikit basa, tetapi dalam media yang sangat

basa, tidak proporsional atau bereaksi dengan ion hidroksida untuk membentuk

mangan (V) (hipomanganat) atau manganes (VI) (manganat). Akibatnya, pada

nilai pH tinggi, terkadang sulit untuk memastikan apakah oksidasi berlangsung

melalui proses satu atau dua elektron. Dalam larutan netral atau sedikit basa

dalam gelap, sangat lambat. Namun, dikatalisis oleh cahaya dalam larutan basa,

permanganat berfungsi sebagai oksidator kuat (Dash et al., 2009).

b. Hidrogen Peroksida ( H₂O₂)

Hidrogen peroksida (H₂O₂) adalah cairan tak bewarna dengan rasa pahit

dan sangat larut dalam air menghasilkan larutan asam. H₂O₂ adalah agen

pengoksidasi dengan berbagai aplikasi industri seperti pemutihan atau

penghilang bau tekstil, pulp kayu, rambut, bulu dan makanan, dalam

pengolahan air dan limbah, sebagai desinfektan benih dan agen penetral dalam
17

distilasi anggur. Konsentrasi rendah H₂O₂ telah ditemukan dalam hujan dan air

permukaan, pada jaringan manusia dan tumbuhan, pada makanan dan

minuman, dan pada bakteri. Hidrogen peroksida adalah spesies oksigen reaktif,

bersama dengan superoksida (O2-), hidroksil (HO), peroksil (ROO) dan

alkoksil (RO) (Putra, 2020).

Senyawa ini ditemukan oleh Louis Jacques Thenard pada tahun 1818 dan

disebut sebagai "air teroksidasi". Sebagai senyawa teroksidasi, hidrogen

peroksida bersifat tidak stabil dan sangat mudah terurai dalam bentuk basa nya.

Hal ini membuatnya lebih sering disimpan dalam larutan asam lemah untuk

mencegah dekomposisi saat disimpan dalam waktu yang lama. Pada

perkembangannya, hidrogen peroksida pun mulai diproduksi masal dan

digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pemutih dan bahan detergen.

Sekitar 60% produksi H₂0₂ di dunia digunakan sebagai produk pemutih kertas,

sementara sisanya digunakan sebagai campuran detergen dalam bentuk

natrium perkarbonat (Na₂CO₃). Sifat korosif senyawa ini dapat dengan mudah

mengangkat noda dari kain dan substrat lain apabila digunakan dalam jumlah

yang tepat (Akbar, 2018).

Hidrogen peroksida (H₂O₂) sebagai bahan kimia anorganik dalam bidang

industri dan biasanya digunakan sebagai bahan pemutih pada kertas, pakaian,

tekstil dan lain-lain dan sebagai desinfektan (pembunuh kuman) pada furniture

serta merupakan senyawa yang tidak aman bagi manusia yaitu sebagai oksidan

yang dapat menyebabkan kondisi dalam sel yang reduktif menjadi oksidatif,
18

jika dikonsumsi oleh tubuh secara terus-menerus dapat menyebabkan

terjadinya kanker (Riyadi dan Utami, 2009).

Hasil penelitian (Fatonah 2016), pada perlakuan 0 jam, pengukuran

terhadap absorbansi ekstrak buah senggani didapatkan sebesar 0,598 setelah 3

jam lama reaksi antara oksidator dan sampel didapatkan nilai absorbansi

sebesar 0,429. Persentase penurunan absorbansi pada 3 jam reaksi adalah

sebesar 16,9%. Setelah 6 jam dilakukan kembali pengukuran terhadap nilai

absorbansi, didapatkan nilai sebesar 0,316. Persentase penurunan absorbansi

pada waktu reaksi 6 jam adalah 47,1%. Dari data diatas disimpulkan bahwa

antosianin pada buah senggani mengalami degradasi warna dengan

penambahan hidrogen peroksida. Antosianin yang tidak mengandung gugus

hidroksil bebas dan terikat bersebelahan, akan bereaksi dengan hidrogen

peroksida menghasilkan turunan asam benzoat. Reaksi ini terjadi karena

adanya pemutusan ikatan antara atom C-2 dan atom C-3 dari cincin peroksinum

(Siregar dan Nurlela, 2011).

2. Angkak

Angkak dikenal dengan banyak sebutan yaitu Hung-Chu, Hong Qu, Beni-

Koji, red yeast rice, dan red mold rice (Lin, et al., 2008). Angkak merupakan

hasil fermentasi beras dengan bantuan kapang Monascus sp. Dengan strain yang

paling sering digunakan yaitu Monascus Purpureus Dari aktivitas fermentasi


19

tersebut dapat menghasilkan pigmen warna sebagai metabolit primer. Pigmen

warna yang muncul yaitu monascin dan ankavlavin (pigmen kuning),

monaskorubin (pigmen merah) dan rubronpunctatin (pigmen jingga) (Romulo,

2012).

Pigmen merah tersebut mempunyai sifat kestabilan yang baik pada suhu 50º

C selama 30 menit, 5 jam pada UV. Berbeda dengan pigmen merah alami lainnya

seperti antosidanin yang lebih stabil pada pH asam. Pigmen merah pada angkak

(monaskurobin) lebih stabil pada pH basa dan mengalami kerusakan pada

kondisi asam. Pigmen tersebut memiliki strukstur kimia yang bersifat larut

dalam air, kloroform, aseton, etanol, dan metanol (Priatni, 2015).

Angkak merupakan salah satu pewarna alami yang dapat digunakan dan

dikembangkan. Angkak adalah hasil produksi fermentasi beras (Oryza sativa)

oleh kapang Monascus purpureus yang berupa pigmen berwarna kuning sampai

merah. Monascus purpureus sendiri merupakan kapang utama yang ada pada

angkak (Ismawatie, 2010).

Penggunaan angkak sebagai pewarna telah banyak diaplikasikan khususnya

di wilayah Asia. Di Cina sendiri angkak digunakan sebagai pewarna keju dan

minuman cina yang dikenal sebagai anchu. Pigmen angkak di Jepang juga

digunakan secara luas. Mereka menggunakan pigmen kuning sebagai pewarna

produk confectionary dan pigmen merah pada wine (Andarwulan dan Faradilla,

2012).

Warna merah angkak sangat potensial sebagai pengganti warna merah

sintetik yang saat ini penggunaannya sangat luas pada berbagai produk makanan.
20

Monascus menghasilkan enam jenis pigmen, yaitu dua pigmen kuning:

monascin dan ankaflavin, dua pigmen jingga: monascorubrin dan

rubropunctanin dan dua pigmen merah: monascorubramine dan

rubropunctamine (Andarwulan dan Faradilla, 2012).

Penggunaan angkak sebagai pewarna makanan dilakukan karena

mempunyai beberapa keunggulan antara lain: warna yang diperoleh lebih

konsisten dan stabil, pigmen yang dihasilkan dapat larut dalam air, warna yang

dihasilkan dapat bercampur dengan pigmen lain serta aman untuk dikonsumsi.

Angkak merupakan produk fermentasi yang potensial untuk dikembangkan

sebagai zat pewarna alami produk makanan dan menjadi alternatif pengganti zat

warna sintetis (Ramadhan et al., 2013).

Angkak juga terkenal karena kadar antioksidan nya yang tinggi. Selain

merusak pigmen yang ada, suhu yang tinggi dan waktu pemanasan yang lama

dapat mengakibatkan kerusakan senyawa antioksidan nya (Nur dan Estiasih,

2009).

3. Daun Jati

Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang

mempunyai sebutan ilmiah Tectona grandis linn. F. Secara historis, penamaan

Tectona berasal dari bahasa portugis (Tekton) yang berarti tumbuhan yang

memiliki kualitas tinggi. Di negara asalnya, tanaman jati ini dikenal dengan

banyak nama daerah, seperti Ching-jagu (di wilayah Asam), Saigun (Bengali),
21

Tekku (Bombay), dan Kyun (Burma). Tanaman ini dalam bahasa Jerman dikenal

dengan nama Teck atau Teakbun, sedangkan di Inggris dikenal dengan nama

teak. Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai

sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yg bebas cabang dapat mencapai

antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna

kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan

pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk jantung membulat dengan

ujung meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15–40 cm,

permukaannya berbulu. Daun muda (petiola) berwarna hijau kecoklatan,

sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan (Yana, 2006).

Menurut (Yana, 2006) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, sampel

daun jati muda memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Sub-kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Verbenales

Famili : Verbenaceae

Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis linn. F.

Tanaman jati (Tectona grandis) merupakan tanaman yang banyak tumbuh

di daerah tropis seperti Indonesia. Daun dari tanaman jati dapat digunakan

sebagai makanan maupun obat-obatan. Beberapa tahun belakangan ini,


22

penggunaan obat herbal cukup marak, salah satunya berasal dari daun pohon jati

(Yana, 2006).

Menurut (Setijo, 2010), pucuk daun dan daun muda adalah bagian yang

terpenting dalam usaha memperoleh zat warna merah dari tanaman jati. Cara

untuk menyiapkan pucuk daun dan daun muda tanaman jati yaitu dengan

memetiknya secara langsung dari pohon jati. Daun jati dibersihkan dari kotoran

dan dipotong kecil-kecil, kemudian dilumatkan dengan alat pelumat.

Selanjutnya, ditambahkan sedikit air, kemudian diperas dan disaring. Air

seduhan daun jati muda berwarna merah tua, berbau khas dan agak sepet. Warna

air seduhan bertahan agak lama dan setelah 24 jam akan terbentuk endapan

merah tua.

Menurut Nurwanti (2012) daun jati muda memiliki kandungan beberapa

senyawa pigmen terutama antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna

alami. Daun jati muda mengandung pigmen alami antosianin yang cukup tinggi

sehingga dapat memberikan warna merah pada preparat.

Banyak tumbuhan di Indonesia yang belum tereksploitasi, dapat

dimanfaatkan sebagai pewarna alami makanan salah satunya yaitu tanaman jati

(T. grandis). Daun jati yang terdapat di daerah tropis sejauh ini masih jarang

dimanfaatkan. Daun jati merupakan salah satu sumber pigmen antosianin yang

dapat memberikan warna merah. Oleh karena itu, daun jati muda dapat dijadikan

sebagai alternatif baru penghasil warna alami dan antioksidan (Fathinatullabibah

dkk, 2014).
23

Dari struktur molekul antosianin tersebut dapat diketahui bahwa zat warna

dari daun jati muda merupakan zat organik yang tidak jenuh dan termasuk

golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai dengan adanya dua cincin

aromatik benzene (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon. Ketiga

atom karbon tersebut dirapatkan oleh sebuah atom oksigen, sehingga terbentuk

cincin diantara dua cincin benzene 7. Di dalam larutan, antosianin berada dalam

5 bentuk kesetimbangan tergantung pada kondisi pH. Ke 5 bentuk tersebut yaitu

kation flavilium, basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal dan quinonoidal

anionik. Pada pH sangat asam (pH 1-2) bentuk dominan antosianin adalah kation

flavilium. Pada bentuk ini, antosianin berada dalam kondisi paling stabil dan

paling berwarna. Ketika pH meningkat diatas 4, berbentuk senyawa antosianin

berwarna kuning (bentuk kalkon), senyawa berwarna biru (berbentuk quinoid),

atau senyawa yang tidak berwarna (basa karbinol) Sea Fast Centre, 2013.

Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna

abu-abu violet (Koswara. S, 2009).

4. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7 – 1,2 um, tersusun dalam kelompok kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak

bergerak. Berdasarkan bakteri yang tidak membentuk spora, maka S.aureus

termasuk jenis bakteri yang paling kuat daya tahannya. Pada Agar miring dapat
24

tetap hidup sampai berbulan bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu

kamar. Dalam keadaan kering pada benang, kertas dan dalam nanah dapat tetap

hidup selama 6-14 minggu (Syahrurahman et al., 2010).

Menurut (Syahrurahman et al., 2010), klasifikasi Staphylococcus aureus

adalah sebagai berikut:

Domain : Bacteria

Kingdom : Eubacteria

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Sebagian bakteri S.aureus merupakan normal flora pada kulit, saluran

pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga

ditemukan di udara dan di lingkungan sekitar. S.aureus yang patogen bersifat

invasive, menyebabkan hemolysis, membentuk koagulase, dan mampu

meragikan mannitol. S.aureus yang terdapat di folikel rambut menyebabkan

terjadinya nekrosis pada jaringan setempat (Jawetz et al., 2008).

5. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berspora,

motil berbentuk flagel peritrik, berdiameter ± 1,1 – 1,5 µm x 0,2 – 0,6 µm. E.
25

coli dapat bertahan hidup di medium sederhana menghasilkan gas dan asam dari

glukosa dan memfermentasi laktosa. Pergerakan bakteri ini motil, tidak motil,

dan peritrikus, ada yang bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif (Elfidasari et

al., 2011).

Bakteri E. coli adalah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif fakultatif

anaerobic yang mempunyai alat gerak berupa flagel dan tersusun dari sub unit

protein yang disebut flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah dengan

ukuran diameter 12-18 nm dan dengan panjang 12 nm, kaku dan berdiameter

lebih kecil dan tersusun dari protein, pili dapat berfungsi sebagai jalan

pemindahan DNA saat konjugasi. Selain itu, mempunyai kapsul atau lapisan

lendir yang merupakan polisakarida tebal dan air yang melapisi permukaan luar

sel (Ikmalia, 2008).

Bakteri E. coli mempunyai tiga jenis antigen, yaitu antigen O, antigen K dan

atigen H. Antigen-O yang merupakan inti dari lipopolisakarida dan unit-unit

polisakarida, biasnya antigen-O berhubungan dengan penyakit khusus pada

manusia, misalnya tipe spesifik O dari E. coli ditemukan pada diare. Antigen-K

yang merupakan kapsul dari polisakarida, sedangkan antigen-H merupakan

antigen flagella (Wibowo et al., 2008).

Bakteri E. coli adalah salah satu bakteri yang digunakan sebagai indikator

adanya kontaminasi feces dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air,

makanan, dan minuman. E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri dalam

saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus, menghasilkan

enterotoksin sehingga menyebabkan terjadinya bebarapa infeksi yang


26

berasosiasi dengan enteropatogenik kemudian menghasilkan enterotoksin pada

sel epitel. Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi

dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri

lain (Ismail, 2012).

6. Pewarnaan Gram

Secara konvensional, untuk mengelompokkan suatu bakteri termasuk dalam

gram positif atau gram negatif, dilakukan teknik pewarnaan Gram yang

dilanjutkan dengan pengamatan di bawah mikroskop. Bakteri gram positif akan

berwarna ungu kebiruan sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah

(Cappucino, 2001).

Pengetahuan tentang sifat gram suatu bakteri dapat membantu dokter untuk

memilih terapi antimikroba yang sesuai karena banyak obat antimikroba secara

selektif memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif atau gram negatif. Untuk

itu diperlukan suatu metode yang dapat digunakan untuk identifikasi awal sifat

gram bakteri yang dapat dilakukan dengan cepat, murah dan praktis (Sacher,

2004).

Pewarnaan Gram mempunyai kelebihan dapat mengetahui morfologi

bakteri selain sifat Gram bakteri tersebut sehingga dapat mempunyai makna

diagnostik. Kekurangan tes ini memerlukan tenaga terlatih untuk identifikasi

sifat gram dan morfologi bakteri serta memerlukan alat mikroskop (Triyana,

2007).
27

Menurut Brown (2005), bahwa secara morfologis, bakteri Gram positif pada

pewarnaan Gram akan memperlihatkan bentuk coccus, baik tunggal atau rantai

pendek dan berwarna ungu. Warna ungu yang terbentuk didapat dari ikatan

antara Kristal violet dan iodium yang digunakan saat pewarnaan Gram. Bakteri

ini memiliki struktur peptidoglikan pada dinding sel yang tebal (90%). Dinding

sel yang tebal ini akan menyusut saat pemberian alkohol akibat terjadinya

dehidrasi sel dan menyebabkan bakteri memiliki kemampuan mempertahankan

warna Kristal violet.

a. Prinsip pewarnaan Gram

Pewarnaan ini dikembangkan pertama kali oleh Christian Gram

(1884) dan termasuk pengecatan differensial, karena dapat membedakan

bakteri yang bersifat gram positif dan gram negatif. Dari segi pewarnaan

perbedaan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif dapat diamati dengan

jelas. Bakteri Gram positif mengikat cat utama (crystal violet) dengan kuat

sehingga tidak dapat dilunturkan oleh cat peluntur dan tidak diwarnai lagi

oleh cat lawan (safranin), hal ini disebabkan karena sifat dinding sel dan

sitoplasmanya, yang mempunyai afinitas kuat terhadap kompleks crystal

violet dan iodine (jodium). Bakteri Gram negatif tidak mengikat cat utama

secara kuat, sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh

cat lawan (Fitriani, 2019).


28

b. Komposisi pembuatan pewarnaan Gram (Saragih AB, 2013)

Jenis Pewarna Komposisi

Pewarna Primer 1.Kristal Violet 2 gr

(Kristal violet) 2.Etil Alkohol 95% 20 ml

3.Amonium Oksalat 0,8 gr

4. Akuades Steril 80 ml

Larutan Mordant 1.Potasium Iodid 2 gr

(Lugols iodine) 2.Kristal Iodin 1 gr

3.Akuades Steril 300 ml

Larutan Dekolorizer 1.Etanol 50 ml

(Etil Alkohol) 2.Aseton 50 ml

Pewarna Sekunder 1.Safranin 0,25 gr

(Safranin) 2.Etanol 95% 10 ml

3.Akuades steril 90 ml

c. Prosedur Pewarnaan Gram

1). Siapkan kaca objek yang bersih dan sudah di fiksasi di atas lampu bunsen.

2). Teteskan 1-2 tetes aquades steril diletakkan di atas kaca objek.

3). Ambil satu ose bakteri dari media biakan diletakkan di atas aquades steril

Selanjutnya di ratakan.

4). Setelah kering, lewatkan 3 kali di atas api bunsen preparat bakteri yang

di buat tujuan mematikan bakteri tapi tetap mempertahankan morfologi.

5). Teteskan denga Kristal violet (Gram A) selama 60 detik.


29

6). Kemudian bilas dengan aquadest, lalu keringkan.

7). Teteskan larutan iodium (Gram B) selama dua menit.

8). Bilas dengan aquadest lalu keringkan.

9). Teteskan dengan Etanol 96% (Gram C) selam 30 detik.

10). Cuci dengan aquadest lalu keringkan.

11). Teteskan dengan Safranin (Gram D) selama 30 detik.

12). Bilas dengan aquadest, lalu keringkan.

13). Setelah itu amati di bawah mikroskop pada perbesaran kuat (Waluyo,

2010).

Gambar 2.2 Pewarnaan Gram (Benjamin Cummings, 2004)

d. Hasil pewarnaan Gram

1). Gram positif

Adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet

sewaktu proses pewarnaan gram sehingga akan berwarna ungu di bawah

mikroskop, Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur

dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan
30

gram, ditemukan oleh ilmuwan Denmark bernama Christian gram dan

merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri. (Jawetz, 2005).

Beberapa sepesies Staphylococcus sp merupakan anggota flora

normal pada kulit dan selaput lendir manusia, Staphylococcus yang

patogen sering menghemolisa darah, mengkoagulasi plasma dan

menghasilkan beberapa enzim dan toksin yang setabil terhadap panas. 3

type Staphylococcus yang berkaitan dengan medis adalah,

Staphylococcus epidermoidis, Staphylococcus saprophyticus,

Staphylococcus aureus, bersifat koagulase positif, merupakan patogen

utama pada manusia, Staphylococcus koagulasi negatif merupakan flora

normal manusia dan kadang-kadang menyebabkan infeksi, misalnya

Staphylococcus epidermidis (Jawetz, 2005)

Gambar 2.3 Bakteri Staphylococcus aureus pada hasil


pewarnaan Gram yang diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 1000x (sumber JIMVET. 01(3): 366-374 (2017)
31

2). Gram negatif

Bakteri gram negatif merupakan bakteri yang tidak mampu

mempertahankan warna kristal violet pada dinding selnya saat perwarnaan

gram dilakukan, pewarnaan gram sangat penting untuk mengetahui

klasifikasi bakteri dan mengetahui identifikasinya (Radji, 2006).

Escherichia coli bakteri gram negatif, bentuk batang, tidak

bersepora, memiliki flagel, ukuran kecil - sedang, konsistensinya halus,

tepi rata, menghasilkan tes positif terhadap indol dan menghasilkan gas

dari glukosa, Escherichia coli mempunyai morfologi yang khas pada

media pembeda seperti media agar EMBA akan menunjukkan warna

kemilau Metalic sheen dan tes indol positif. Patogenitas Escherichia coli

menyebabkan penyakit bila resistensi usus melemah, bakteri akan

menyerang jaringan dinding usus yang meyebabkan diare pada usus

manusia, infeksi saluran kemih, infeksi saluran paru (infeksi nosokomial)

dan infeksi kulit (Jawetz, 2005).

Gambar 2.4 Escherichia coli pada pembesaran lensa objektif


100x (Hasibuan, 2016).
32

B. KERANGKA PIKIR

PEWARNAAN GRAM

Alami Sintetis

Daun Jati, Angkak Gram D (Safranin)

Antosianin
Harga mahal dan
mudah rusak dalam
penyimpanan

Sel Terwarnai Penambahan Oksidator

KMnO₄ H₂O₂

Oksidasi Zat Warna Degradasi zat warna

Ikatan KMnO₄ dan Sel Terwarnai Tipis


Antosianin

Sel Terwarnai jelas


33

C. HIPOTESA

Adapun hipotesis dalam penelitian adalah, dengan penambahan oksidator

(KMnO₄ dan H₂O₂) pada air rendaman angkak dan daun jati berpengaruh terhadap

hasil pewarnaan modifikasi Gram.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan

eksperimental untuk melihat pengaruh penambahan oksidator KMnO₄ dan H₂O₂

pada pewarna alami rendaman angkak dan daun jati terhadap bakteri gram positif

dan bakteri gram negatif dengan mengamati parameter kejelasan lapangan pandang,

kekontrasan warna dan kesempurnaan bentuk bakteri yang diwarnai.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Metro

Lampung.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari bulan Januari – Maret 2022.

34
35

C. Subjek dan Objek penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah air rendaman angkak dan daun jati yang ditambahkan

oksidator KMnO₄ dan H₂O₂.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini bakteri gram positif dan gram negatif

menggunakan modifikasi rendaman angkak dan daun jati.

D. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah angkak (Monascus purpureus) dan daun jati

(Tectona grandis linn. F).

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah angkak (Monascus purpureus) dan daun jati

(Tectona grandis linn. F).

E. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel Bebas (Independent Variable) variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel ini dapat merupakan faktor stimulus, prediktor, antecedent (Sugiyono,


36

2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a). Oksidator ( KMnO₄ dan H₂O₂)

b). Air rendaman angkak dan daun jati

2. Variabel terikat (Dependent Variable)

Adalah variabel variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Variabel ini disebut sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini, variabel terikat

adalah : Pewarnaan Gram.

F. Defenisi operasional variable penelitian

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variable

Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala


Ukur
KMnO₄ dan Oksidator yang dipakai Oksidator Konsentrasi Numerik
untuk mengoksidasi dibuat KMnO₄ 0,1
H₂O₂
rendaman angkak dan menggunakan N dan H₂O₂
daun jati rumus 1%
pengenceran

Angkak yang di beli dari Rendaman Pemberian


pasar swalayan dan daun Angka dan Oksidator
jati muda yang berasal Daun jati (KMnO₄ dan
dari kebun jati daerah H₂O₂)
Air rendaman Numerik
Pesawaran Lampung kombinasi
angkak dan dibuat dengan cara angkak daun
merendam dalam air jati (2:1).
daun jati
selama 10-12 jam
37

Pewarnaan Memberikan pewarnaan Bakteri kejelasan Numerik


Gram sel bakteri dengan Staphylococcus lapang
menggunakan zat kimia aureus dan pandang,
tertentu. untuk Bakteri kekontrasan
membedakan jenis-jenis Escherichia.coli warna dan
bakteri berdasarkan kesempurnaan
komposisi kimiawi bentuk bakteri
dinding sel yang berupa yang diwarnai
peptidoglikan

G. Teknik Sampling

Teknik sampling menggunakan metode probability sampling secara simple

random sampling.

H. Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data primer yang berasal dari pengamatan

langsung hasil pewarnaan preparat bakteri gram positif (Staphylococcus aureus

ATCC 25923) dan gram negatif (Escherichia.coli ATCC 25922) menggunakan

modifikasi rendaman angkak dan daun jati yang ditambahkan oksidator KMnO₄

dan H₂O₂ dengan perbandingan warna kontrol dari pewarnaan gram. Parameter

yang diamati meliputi kejelasan lapang pandang, kekontrasan warna dan

kesempurnaan bentuk bakteri yang diwarnai.


38

I. Instrumen Penelitian

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting, kaca objek, ose,

lampu bunsen, rak pengecatan, pipet tetes, batang pengaduk, botol semprot, neraca

analitis, indikator pH merk MQuant 1.09543.0001, gelas ukur volume 50 mL dan

10 mL, kertas saring Whatman, corong gelas, mikroskop, gelas erlemeyer volume

500 mL, pipet ukur 5 mL, pipet gondok 1 mL, 2 mL, 3 mL, pipet pump merk

Marienfield, botol gelap wadah reagen.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KMnO₄ 0,1N merk

Merck, H₂O₂ merk Merck, angkak, daun jati muda, aqudest steril, pewarna gram

(gram set) merk Indo Reagen 0030544 B, minyak imersi, biakan bakteri

Staphylococcus aureus kode ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922.

2. Cara Pembuatan zat warna modifikasi

a.Timbang 5 gram Angkak dan 5 gram daun jati yang sudah dibersihkan dan

dipotong potong kecil.

b. Rendam masing masing dalam 10 mL aquades, biarkan selama 10-12 jam.

c. Kemudian hasil rendaman disaring menggunakan kertas saring masing-

masing zat warna.

d. Setiap zat warna yang dibuat tersebut dipipet dicampurkan ke dalam satu

wadah dengan komposisi larutan angkak sebanyak 2 mL dan larutan daun


39

jati sebanyak 1 mL (komposisi 2: 1 berdasarkan penelitian Luciana. C, 2016

dimana zat warna merah dari angkak berfungsi mewarnai sel bakteri,

sedangkan zat warna antosianin dari daun jati berfungsi memperjelas

morfologi/ bentuk bakteri ), sehingga di dapatkan zat warna:

a). Kombinasi angkak : daun jati (2:1) zat warna tanpa perlakuan

b). Kombinasi angkak: daun jati (2:1) di tambahkan oksidator KMnO₄ 0,1N

1mL

c). Kombinasi angkak: daun jati (2:1) di tambahkan oksidator H₂O₂ 1% 1 mL.

3. Cara pewarnaan modifikasi

a. Preparat yang telah di fiksasi di letakkan di atas rak pengecatan.

b. Teteskan pewarna primer (Kristal Violet) secara merata pada ulasan bakteri,

biarkan selama 20 detik.

c. Bilas pewarna primer menggunakan akuades steril dan tunggu hingga cukup

kering.

d. Teteskan larutan mordant (Lugols Iodine) pada permukaan ulasan bakteri, dan

biarkan selama 60 detik.

e. Bilas larutan mordant menggunakan akuades steril dan tunggu hingga cukup

kering.

f. Teteskan larutan dekolorizer (Alkohol Asam) secara merata pada ulasan

bakteri hingga permukaan ulasan tampak jernih.

g. Bilas larutan dekolorizer menggunakan akuades steril dan tunggu hingga

cukup kering.
40

h. Teteskan preparat bakteri dengan larutan pewarna modifikasi rendaman

angkak dan daun jati masing-masing:

1). Zat warna tanpa perlakuan selama 10 menit

2). Zat warna yang di tambah KMnO₄ 0.1N selama 10 menit

3). Zat warna yang di tambah H₂O₂ 1% selama 10 menit

i. Bilas dengan akuades steril, kemudian keringkan di udara.

j. Baca pada mikroskop objektif 100x.

k. Amati kejelasan lapangan pandang, kekontrasan warna dan kesempurnaan

bentuk/ morfologi bakteri yang di warnai.

J. Alur Penelitian

PEMBUATAN CAT
WARNA

KULTUR BAKTERI

PENGECATAN

PENGAMATAN
MIKROSKOPIS

PELAPORAN HASIL
PENGAMATAN
41

K. Tehnik analisa data penelitian

Analisa data penelitian ini adalah deskriptif dengan desain quasi-

eksperimen menggunakan postest pada kelompok kontrol dan kelompok sampel

/eksperimen, kemudian diberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelompok

tersebut. Hasilnya kemudian dibandingkan secara langsung antara hasil

pewarnaan gram positif (Staphylococcus aureus ATCC 25923) dan gram negatif

(Escherichia.coli ATCC 25922) menggunakan modifikasi air rendaman angkak

dan daun jati antara yang tidak ditambahkan oksidator KMnO₄ dan H₂O₂ dengan

yang ditambahkan oksidator KMnO₄ dan H₂O₂.

Hasil pengamatan berupa scoring terhadap parameter yang diamati yaitu:

Tabel 3.2 Scoring pengamatan

Parameter Deskripsi SCORING


Pengamatan
Lapangan pandang kurang terlihat jelas, sulit 1
Kejelasan identifikasi bentuk bakteri
lapangan pandang Lapangan pandang terlihat jelas untuk 2
identifikasi bentuk bakteri
Bakteri terwarnai tetapi warna samar dan 1
Kekontrasan kurang kontras
Warna Bakteri terwarnai baik, jelas dan warna 2
kontras baik untuk pengamatan
Bentuk bakteri kurang jelas 1
Bentuk/morfologi
bakteri Bentuk bakteri jelas 2
42

L. Jadwal dan rencana penelitian

Jadwal rencana penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan

pelaporan hasil penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan dari bulan

September 2021 – Juni 2022 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.3 Jadwal Rencana Penelitian

2021 2022
Kegiatan
Sept Okt Nop Des Jan Febr Mar Apr Mei Jun

Sosialisasi
Mahasiswa
Sosialisasi
Dosen
Pembimbing
Pengajuan
Judul
Proposal
Bab I-III

Ujian
Proposal
Pengumpulan
Form
Pesetujuan
Revisi
Kegiatan
Penelitian
Bab IV-V

Ujian
Pendadaran
Ujian
Terbuka
Pengumpulan
Naskah
Skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pewarnaan modifikasi Gram dengan

menggunakan air rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator

KMNO₄ dan H₂O₂ pada bakteri Staphlylococcus aureus ATCC 25923 dan

Escherichia coli ATCC 25922, didapatkan hasil pengamatan.

Tabel 4.1 Hasil pewarnaan preparat

Parameter
No Preparat Bakteri Pewarnaan Score
Pengamatan
1 Staphylococcus Gram Kontrol Kejelasan lapangan
2
aureus ATCC pandang

25923 Kekontrasan Warna 2

Bentuk/morfologi
2
bakteri

Total score 6

2 Escherichia coli Gram Kontrol Kejelasan lapangan


2
ATCC 25922 pandang

2
Kekontrasan Warna

43
44

Bentuk/morfologi
2
bakteri

Total score 6

3 Staphylococcus Angkak + daun Kejelasan lapangan


2
aureus ATCC jati (2:1) pandang

25923 Kekontrasan Warna 2

Bentuk/morfologi
2
bakteri

Total score 6

4 Escherichia coli Angkak + daun Kejelasan lapangan


2
ATCC 25922 jati (2:1) pandang

Kekontrasan Warna 1

Bentuk/morfologi
1
bakteri

Total score 4

5 Staphylococcus Angkak + daun Kejelasan lapangan


2
aureus ATCC jati (2:1) + pandang

25923 Oksidator Kekontrasan Warna 2

KMnO₄ Bentuk/morfologi
2
bakteri

Total score 6

6 Escherichia coli Angkak + daun Kejelasan lapangan


2
ATCC 25922 jati (2:1) + pandang
45

Oksidator Kekontrasan Warna 1

KMnO₄ Bentuk/morfologi
1
bakteri

Total score 4

7 Staphylococcus Angkak + daun Kejelasan lapangan


2
aureus ATCC jati (2:1) + pandang

25923 Oksidator H₂O₂ Kekontrasan Warna 2

Bentuk/morfologi
2
bakteri

Total score 6

8 Escherichia coli Angkak + daun Kejelasan lapangan


2
ATCC 25922 jati (2:1) + pandang

Oksidator H₂O₂ Kekontrasan Warna 1

Bentuk/morfologi
1
bakteri

Total score 4
46

Tabel 4.2 Hasil pewarnaan

Preparat
No Zat Warna Hasil pewarnaan
Bakteri
1 Staphylococcus Gram

aureus ATCC standar

25923

2 Escherichia Gram

coli ATCC standar

25922

3 Staphylococcus Angkak +

aureus ATCC daun jati

25923 (2:1)
47

4 Escherichia Angkak +

coli ATCC daun jati

25922 (2:1)

5 Staphylococcus Angkak +

aureus ATCC daun jati

25923 (2:1) +

Oksidator

KMnO₄

6 Escherichia Angkak +

coli ATCC daun jati

25922 (2:1) +

Oksidator

KMnO₄

7 Staphylococcus Angkak +

aureus ATCC daun jati

25923 (2:1) +

Oksidator

H₂O₂
48

8 Escherichia Angkak +

coli ATCC daun jati

25922 (2:1) +

Oksidator

H₂O₂

Dari hasil penelitian yang di tunjukan dengan score pembacaan pada Tabel 4.1,

maka didapatkan hasil untuk bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dari tiga

perlakuan pewarnaan menggunakan bahan cat modifikasi campuran angkak dan

daun jati menunjukan total score 6, yang berarti preparat bakteri dapat diamati

dibawah mikroskop dengan jelas dan dapat diidentifikasi jenis bakteri. Sedangkan

untuk bakteri Escherichia coli ATCC 25922 dari tiga perlakuan pewarnaan

menggunakan cat modifikasi campuran angkak dan daun jati menunjukan total

score 4, yang berarti preparat bakteri hanya terwarnai sel nya saja sehingga tidak

dapat diidentifikasi.

B. Pembahasan

Pewarnaan Gram dilakukan untuk membedakan bakteri berdasarkan grupnya

yaitu gram positif dan gram negatif yang berbeda dalam komposisi dinding sel nya.

Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dibedakan berdasarkan struktur

dinding selnya. Akibat struktur dinding sel yang berbeda, menimbulkan respon

yang berbeda ketika dilakukan pewarnaan gram. Bakteri gram positif memiliki
49

beberapa lapisan peptidoglikan sehingga lapisan peptidoglikannya tebal.

Umumnya, 90% penyusun dinding sel bakteri gram positif merupakan

peptidoglikan. Dinding sel bakteri gram positif mengandung teichoic acid (Tortora

dkk, 2010).

Berbeda halnya dengan bakteri gram negatif, yang memiliki lapisan

peptidoglikan lebih tipis. Namun, dinding sel bakteri gram negatif mempunyai

membran luar. Membran luar terdiri dari lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan

fosfolipid. Peptidoglikan terikat dengan lipoprotein di membran luar dan

periplasma, yaitu struktur seperti gel yang berada di antara membran luar dan

plasma membran. Selain itu, dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung

teichoic acid (Tortora dkk., 2010).

Pewarna yang digunakan terdiri dari pewarna utama dan pewarna penutup.

Pewarna utama yang digunakan pada pewarnaan Gram yaitu kristal violet yang

berwarna ungu. Pelekatan pewarna utama pada sel bakteri lebih ditingkatkan

dengan penambahan mordant (Harley&Prescott, 2002).

Terjadi mekanisme yang berbeda pada bakteri Gram positif dan Gram negatif

ketika ditambahkan larutan peluntur, pada bakteri Gram positif warna akan

dipertahankan tetapi pada Gram negatif akan hilang. Oleh karena itu diperlukan

pewarna penutup yang kontras untuk mewarnai bakteri Gram negatif, yaitu dengan

pewarna yang berwarna merah. Pewarna penutup yang sering digunakan pada

pewarnaan Gram adalah basic fuchsin atau safranin. Pada penelitian ini dilakukan

pengujian menggunakan rendaman angkak dan daun jati, untuk aplikasinya sebagai

pewarna penutup.
50

Angkak atau beras merah cina adalah salah satu bahan yang biasa digunakan

sebagai pewarna, warna yang dihasilkan oleh angkak adalah warna merah. Warna

merah ini stabil dalam berbagai pH dan mudah larut dalam pelarut polar (Radiastuti,

2005). Selain angkak , daun jati muda juga bisa di gunakan sebagai pewarna, warna

yang di hasilkan adalah warna merah yang di hasilkan dari antosianin (Pratama,

2013).

Berdasarkan hasil penelitian Luciana (2016) bahwa angkak dapat memberikan

warna merah terhadap bakteri tetapi bentuk bakteri yang di dapat tidak jelas

sedangkan hasil yang di dapat pada penggunaan daun jati muda, bakteri tidak

optimal terwarnai tetapi bentuk bakteri terlihat jelas. Maka formula yang

menggunakan kombinasi angkak dan daun jati muda lebih baik digunakan dalam

pewarnaan bakteri. Berdasarkan hasil penelitian (Hafiz.et al, 2012) yang

menyatakan bahwa pewarna alami harus dioksidasi terlebih dahulu dengan

penambahan oksidator dalam penelitian ini menggunakan KMnO₄ dan H₂O₂.

Dari hasil pewarnaan penutup yang dilakukan menggunakan cat modifikasi

pada preparat bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli

ATCC 25922 di bandingkan dengan pewarnaan standar Gram:

1. Campuran rendaman angkak dan daun jati

2. Campuran rendaman angkak dan daun jati ditambahkan oksidator KMnO₄

3. Campuran rendaman angkak dan daun jati ditambahkan oksidator H₂O₂

Didapatkan hasil pengamatan dibawah mikroskop, bakteri Staphylococcus

aureus ATCC 25923 bisa terwarnai dengan baik sel bakteri, lapangan pandang

yang kontras, morfologi bakteri jelas dan dapat dilakukan identifikasi. Sedangkan
51

untuk bakteri Escherichia coli ATCC 25922 hanya terwarnai sel nya saja, lapangan

pandang tidak kontras, dan morfologi bakteri tidak jelas sehingga sulit dilakukan

identifikasi.

Hasil pewarnaan dapat di lihat pada Tabel 4.2, jika dibandingkan antara hasil

pewarnaan standar Gram untuk bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923

morfologi jelas bentuk bulat/coccus gram positif, diameter 0.7-1.2 um,

berkelompok seperti buah anggur. Sedangkan hasil pewarnaan menggunakan

pewarna penutup modifikasi:

1. Campuran rendaman angkak dan daun jati tanpa penambahan oksidator, terlihat

masih bisa diamati morfologi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923

bentuk bulat/coccus gram positif, susunan sudah tersebar tidak bergerombol,

ukuran 07-1.2 um, lapangan pandang dan latar belakang jelas, masih bisa di

identifikasi. Berdasar tabel 4.1 data skoring, penilaian skor pengamatan

didapatkan skor 6 sedangkan pewarnaan kontrol Gram skor 6, berarti skor

pengamatan sesuai dengan standar.

2. Campuran rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator

KMnO₄ terlihat morfologi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 jelas

bentuk bulat/coccus gram positif, ukuran 0.7-1.2 um, lapangan pandang dan latar

belakang warna jelas dan masih bisa dilakukan identifikasi. Berdasar tabel 4.1

data skoring, penilaian skor pengamatan didapatkan skor 6 sedangkan

pewarnaan kontrol Gram skor 6, berarti skor pengamatan sesuai dengan standar.

3. Campuran rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator H₂O₂

terlihat morfologi bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 hasil pewarnaan


52

sedikit lebih tipis tetapi masih cukup jelas bentuk bulat/coccus gram positif,

ukuran 07-1.2 um, lapangan pandang dan latar belakang warna lebih tipis jelas

dan masih bisa dilakukan identifikasi. Berdasar tabel 4.1 data skoring, penilaian

skor pengamatan didapatkan skor 6 sedangkan pewarnaan kontrol Gram skor 6,

berarti skor pengamatan sesuai dengan standar.

Sedangkan hasil pewarnaan preparat bakteri Escherichia coli ATCC 25922

dengan pewarnaan Gram standar terlihat morfologi jelas bentuk batang gram

negatif, ukuran 1.1-1.5 um, bakteri susunannya menyebar. Sedangkan hasil

pewarnaan menggunakan pewarna penutup modifikasi:

1. Dengan campuran rendaman angkak dan daun jati tanpa penambahan oksidator,

pada preparat bakteri Escherichia coli ATCC 25922 jika dibandingkan dengan

hasil pewarnaan kontrol Gram, morfologi terlihat kurang jelas, warna tidak jelas

dan cenderung masih menyerap sisa zat warna utama, lapangan pandang dan

latar belakang tidak cukup jelas, tetapi tidak dapat dilakukan identifikasi.

Berdasar tabel 4.1 data skoring, penilaian skor pengamatan didapatkan skor 4

sedangkan pewarnaan kontrol Gram skor 6, berarti skor pengamatan kurang dari

pewarnaan kontrol sebagi standar.

2. Dengan campuran rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator

KMnO₄ terlihat morfologi bakteri Escherichia coli ATCC 25922 jika

dibandingkan dengan hasil pewarnaan kontrol Gram, morfologi tidak jelas dan

hasil pewarnaan lebih cenderung masih menyerap sisa zat warna utama,

lapangan pandang dan latar belakang cukup jelas, akan tetapi tidak dapat

dilakukan identifikasi. Berdasar tabel 4.1 data skoring, penilaian skor


53

pengamatan didapatkan skor 4 sedangkan pewarnaan kontrol Gram skor 6,

berarti skor pengamatan kurang dari pewarnaan kontrol sebagai standar.

3. Dengan campuran rendaman angkak dan daun jati dengan penambahan oksidator

H₂O₂ terlihat morfologi bakteri Escherichia coli ATCC 25922 jika dibandingkan

dengan hasil pewarnaan kontrol Gram, morfologi tidak jelas dan hasil pewarnaan

lebih cenderung menyerap sisa zat warna utama, lapangan pandang dan latar

belakang cukup jelas akan tetapi lebih tipis , sehingga bakteri sulit dilakukan

identifikasi. Berdasar tabel 4.1 data skoring, penilaian skor pengamatan

didapatkan skor 4 sedangkan pewarnaan kontrol Gram skor 6, berarti skor

pengamatan kurang pewarnaan kontrol sebagai standar.

Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Luciana

(2016) menggunakan campuran ekstrak angkak dan daun jati yang menggunakan

alkohol 96%, menghasilkan zat warna yang lebih tinggi konsentrasinya. Hasil

penelitian ini setelah dilakukan perendaman selama 10 menit terhadap preparat

bakteri menggunakan ekstrak angkak dan daun jati menunjukan lapangan pandang

yang cukup jelas, bentuk bakteri yang sempurna berbentuk batang (Escherichia

coli), hasil yang cukup kontras bila dibandingkan dengan hasil pewarnaan kontrol

Gram. Sehingga simpulan hasil penelitian tersebut, ekstrak angkak dan daun jati

bisa digunakan sebagai alternatif pewarna penutup pada pewarnaan Gram.

Perbedaan hasil penelitian tersebut kemungkinan terjadi akibat konsentrasi zat

pigmen merah: monascorubramine dan rubropunctamine pada angkak dan pigmen

merah antosianin pada daun jati yang rendah, didapatkan dari proses rendaman

menggunakan pelarut aquadest steril, sehingga zat warna tidak optimal diserap oleh
54

dinding sel bakteri. Sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak

angkak dan daun jati menggunakan Alkohol 96% yang dapat menghasilkan zat

warna monascorubramine dan rubropunctamine dari angkak juga antosianin dari

daun jati dengan konsentrasi yang tinggi.

Rendah nya konsentrasi zat warna campuran rendaman angkak dan daun jati

yang dipakai dikarenakan volume pelarut (aquadest steril) yang cukup besar

dibandingkan dengan konsentrasi pigmen merah dari angkak monascorubramine

dan rubropunctamine dan pigmen merah dari daun jati antosianin.

Air merupakan bahan pelarut yang universal, sehingga air merupakan pelarut

yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya seperti

garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik

(Utomo, S. 2015).

Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas

perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar

sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar

(mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat

mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S. D.

2015). Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.

Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi

larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut

(Khikmah, N. 2015).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan tidak ada pengaruh

penambahan oksidator KMnO₄ dan H₂O₂ pada rendaman angkak dan daun jati pada

hasil modifikasi pewarnaan Gram.

B. Saran

1. Untuk semua TLM yang bekerja di laboratorium dapat bekerja sesuai SOP dan

melaksanakan pedoman K3 di laboratorium secara konsisten agar dapat tercipta

keselamatan kerja.

2. Untuk peneliti selanjutnya, dapat menggunakan bahan pewarna alami lainya

yang memiliki potensi sebagai pewarna.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dapat melanjutkan dan menyempurnakan penelitian

yang telah dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi pewarna modifikasi.

55
DAFTAR PUSTAKA

Adha. S. D. (2015), Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak


Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla
Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal. Vol.1 (1):636-642.

Andarwulan, N., dan Faradilla, R. H. F. (2012), “Pewarna Alami Untuk Pangan”.


Bogor: SEAFAST Center.

Bulele, (2019) “Identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram pada penderita infeksi
mata luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado” Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Sam Ratulangi Manado, Jurnal e-Biomedik (eBm),
Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2019.

Bogoriani, N. W. (2010), “Ekstraksi Zat Warna Alami Campuran Biji Pinang, Daun
Sirih, Gambir dan Penambahan KmnO₄ Terhadap Pewarnaan Kayu Jenis
Albasia”. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. Jurnal Kimia 4 (2) :
125-134.

Dash, S., Patel, S., Mishra, B. (2009), “Oxidation by Permanganate: Synthetic and
Mechanistic Aspect Tetrahedron”.Vol 65(859) : 707-39.

Harley, J. P. & Prescott, L. M. (2002), “Laboratory Exercise in Microbiology”.


McGraw-Hill Company.

Irfannuddin, “Cara Sistematis Berlatih Meneliti”, cetakan pertama April 2019,


Penerbit Rayyana Komunikasindo Jakarta.

Jawetz M & Adelberg’s., (2008), “Medical Microbiology. 24th ed. North America:
Lange Medical book.

56
Khikmah, N. (2015), Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan
Kreatinin Dalam Urin Secara Sequential Injection Analysis. Kimia Student
Journal. Vol.1 (1):613-615.

Khofifu Riski, Fakhrurrazi, Mahdi Abrar, (2017) “Isolasi bakteri Staphylococcus


aureus pada ikan asin Talang talang (Scomberoides commersonnianus) di
kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar “, Program Studi Pendidikan
Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.

Luciana, C. (2016), “Pemanfaatan Kombinasi Angkak dan Daun Jati sebagai


Pewarna pada Pewarnaan Bakteri”. Karya Tulis Ilmiah (Tidak di
publikasikan). Prodi DIII Analis Kesehatan. STIKes Bakti Tunas Husada.
Tasikmalaya.

Ma, J., Y. Li, Q. Ye, J. Li, Y. Hua, D. Ju, D. Zhang, R. Cooper, and M. Chang.
(2000), “Constituents of Red Yeast Rice, a Traditional Chinese Food and
Medicine”. Journal of Agricultural and Food Chemistry 48: 5220-5225.

Pelczar. M. J., dan Chan, E. C. S. (2009), “Dasar – dasar Mikrobilogi jilid 1”. UI
Press. Jakarta. 2009.

Pratama, Y. (2013), “Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis lin. F.)
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Jurusan Kimia. Fakultas MIFA. Universitas Negeri Semarang

Prescott LM, Harley JP and Klein DA. 2002. Mikrobiology. 5th Ed. Boston:
McGrawHill. Publishing. USA: 485 hlm.

Rasbawati dan Fitriani, (2019) “Penuntun Praktikum Mikrobiologi Hewan “ Program


Studi Peternakan Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Universitas
Pare Pare.

Rio Wahyu Septian Marbun, Febrizki Nabilah Mardanif, dan Uliya Fitri Aini (2020)
“Pemanfaatan sari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) sebagai zat

57
pewarna pada pewarnaan Gram terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli “, Sekolah Menengah Kejuruan Abdurrab Pekan Baru,
Dipublikasikan Desember 2020.

Rosyida, A dan Achadi, D. (2014), “Pemanfaatan daun jati muda untuk pewarnaan
kain kapas pada suhu kamar.Arena tekstil. Vol 29(2) : 115-122.

Saragih, AB. (2013), “Skrining bakteri pelarut fosfat adaptif vinasse dari lahan tebu
pabrik gula Jatiroto kabupaten Lumajang Jawa Timur”, FMIPA Universitas
Jember 2013.

Setijo, P., Zumiati. (2010), “Pewarna Nabati Makanan”. Penerbit Percetakan


Kanisius. Yogyakarta.

Sugiyono, (2014), “Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif


dan R&D, alfabeta”, Bandung cetakan ke-19 hal.32.

Syahrurachman, Agus, Chatim, Soebandrio, Karuniawati, Santoso, Harun (2010),


“Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran”.Jakarta: Binarupa Aksara Publishers
2010.

Tortora, G. J., Funke, B. R. & Case, C. L., 2010, Microbiology an introduction 10th
edition, Pearson edition, Inc., Publishing as Pearson Benjamins Cummings,
San Francisco, 1301 Sansome.

Utomo, S. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap


Laju Korosi Besi dalam Media Air Laut. Jurnal Teknologi. Vol.7 (2):93-103.

Wulaningrum, RA, (2013), “Pengaruh Asam Organik Dalam Ekstraksi Zat Warna
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana)”, Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang.

58
LAMPIRAN

Lampiran 1
Dokumentasi penelitian

Beras Angkak Daun Jati

Penimbangan daun jati Penimbangan angkak

59
Rendaman angkak Rendaman daun jati

Penyaringan rendaman angkak Penyaringan rendaman daun jati

Hasil penyaringan angkak dan Pembuatan preparat bakteri

60
Daun jati

Pewarnaan preparat bakteri Pengamatan hasil pewarnaan bakteri

61
Lampiran 2

SERTIFIKAT PENGUJIAN SAMPEL BAKTERI

62
Lampiran 3

SERTIFIKAT PENGUJIAN SAMPEL BAKTERI

63
Lampiran 4

Kemasan Angkak

64
Lampiran 5

65
MATERI BATAS PARAF PARAF MHS
NO. TGL RANGKUMAN BIMBINGAN
BIMBINGAN WAKTU PEMBIMBING

VALIDASI

UJIAN

PENGUMPULAN
NASKAH

Skripsi Dimulai : ………………………………………..

Skripsi Selesai : ………………………………………..

66
MATERI BATAS PARAF PARAF
NO. TGL RANGKUMAN BIMBINGAN
BIMBINGAN WAKTU PEMBIMBING MHS

1 03 Bimbingan oleh Ibu Yusianti. S terkait


JUDUL gambaran judul penelitian dan proposal
Okt
skripsi yang dapat di usulkan serta jurnal
2021 via Whats App group

2 4 Okt Bimbingan oleh Ibu Yusianti. S terkait


penyusunan proposal skripsi dan jurnal
2021
pendukung via Whats App Group.

3 18 Pengajuan judul Pemanfaatan Sari Buah Bit


Okt dan Sari Ubi Ungu Dalam Pengecatan Bakteri
2021 Tahan Asam ( Mycobacterium
tuberculosae ) Judul 1

4 12
Nop Pengajuan judul ke 2 Pengaruh
2021 Penambahan Oksidator Pada Air
Rendaman Angkak dan Daun Jati pada
Pewarnaan Gram ( Judul 2 )

67
1 08 Pada point latar belakang belum terlihat
alasan mengapa ZN A di cari alternative
Nop
pengganti dengan pewarna alami ( judul 1)
2021

BAB I 2 17 Pengajuan BAB I


Nop
2021
3 19 Bimbingan Rev Bab 1
Nop
2021

4 26 Bimbingan oleh Ibu Yusianti S terkait


regulasi EC beserta syarat dan ketentuannya
Nop
sebelum melakukan peneli via Whats App
2021 group

5 29
Bimbingan Rev 2 Bab 1,
Nop
ACC Bab 1 ( Judul 2 )
2021

BAB II 1 08 Pengajuan BAB II


Des
2021

09 Bimbingan dan revisi1 BAB II


2 Des
2021

10 Bimbingan revisi2 BAB II


Des
3 2021

68
MATERI BATAS PARAF PARAF
BIMBINGAN WAKTU NO. TGL RANGKUMAN BIMBINGAN PEMBIMBI MHS
NG
BAB III 1 13 Pengajuan BAB III
Des
2021

2 14 Bimbingan BAB III


Des
2021

3 16 Bimbingan dan rev BAB III


Des
2021

4 17 Bimbingan dan ACC BAB III


Des
2021

BAB IV & V 1 15 Monitoring dan bimbingan


Febr penelitian via
2022 WA group

2 24 Monitoring dan bimbingan


Febr penelitian via
2022 WA group

14 Monitoring dan bimbingan


3 Mar penelitian via
2022 WA group

31 Pengajuan dan bimbingan


4
Mar BAB IV dan V
2022

69
5 4 Apr Bimbingan BAB IV dan V
2022

6 7 Apr Bimbingan dan ACC BAB IV


2022 dan V

12 Persetujuan ujian pendadaran ,


7
Apr Konsultasi
2022 Intisari/abstrak

8 1 Revisi skripsi pasca ujian


Mei pendadaran
2022

9 12 ACC Revisi pasca ujian


Mei pendadaran
2022

10 22 Konsultasi dan koreksi


artikel publikasi skripsi
Mei
2022

11 23 ACC artikel publikasi utk


Mei submit
2022

70
LAMPIRAN 6

71

Anda mungkin juga menyukai