Anda di halaman 1dari 77

PENERAPAN TERAPI RELAKSASI OTOT

PROGESIF TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA KELOMPOK KHUSUS
HIPERTENSI

Karya Ilmiah Akhir

DIAN NOVITA SARI


NIM : 202202040034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2023
PENERAPAN TERAPI RELAKSASI OTOT
PROGESIF TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA KELOMPOK KHUSUS
HIPERTENSI

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah


Program Profesi Ners

DIAN NOVITA SARI


NIM : 202202040034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Penerapan Terapi Relaksasi Otot

Progresif terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok Khusus

Hipertensi” yang disusun oleh Dian Novita Sari dan telah diperiksa oleh

dosen pembimbing serta mendapatkan persetujuan untuk diseminarkan

dalam uji hasil karya ilmiah akhir.

Pekalongan, Juli 2023

Pembimbing

Dyah Putri Aryati, M.Kep


NIK. 1989022620133144

iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam manuskrip ini

adalah benar adanya dan merupakan hasil karya saya sendiri. Segala kutipan

karya pihak lain telah saya tulis dengan menyebutkan sumbernya. Apabila

dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi, fabrikasi dan falsifikasi maka

saya rela gelar ners saya dicabut.

Pekalongan, 13 Juli 2023

Peneliti

Dian Novita Sari


NIM. 202202040034

iv
LEMBAR PENGESAHAN

v
PRAKATA

Assalamualaikum, Wr. Wb

Peneliti memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

nikmat dan rahmat yang telah dilimpahkan, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan judul “Penerapan Terapi

Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

Kelompok Khusus Hipertensi”. Karya Ilmiah Akhir ini ditulis dalam rangka

untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Profesi Ners di

Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Dalam penyusunan

karya ilmiah akhir ini, saya mendapat bimbingan, dukungan, bantuan moral

dan materil dari berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan karya

ilmiah akhir.

Peneliti menyadari sepenuhnya atas kekurangan, keterbatasan,

pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang dimiliki sehingga

penulisan karya akhir ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik

dan saran sangat saya harapkan demi sempurnanya karya ilmiah akhir ini.

Semoga karya ilmiah akhir ini bermanfaat bagi saya sendiri dan pihak yang

membutuhkan terutama bidang keperawatan.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Pekalongan, 13 Juli
2023

Dian Novita Sari


NIM 202202040034

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih dan menyampaikan

penghormatan yang begitu besar kepada semua pihak yang telah

memberikan andilnya dalam penyelesaian karya ilmiah akhir penelitian ini:

1. Dr. Nur Izzah, M.Kes selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Pekajangan Pekalongan.

2. Nurul Aktifah, S.Kep.Ns.,MSi.Med selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

3. Emi Nurlalela, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Kepala Program Studi Sarjana

Keperawatan dan Profesi Ners.

4. Dyah Putri Aryati, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi untuk memberikan

masukan, arahan, dan bimbingan serta semangat dan selalu menjadi panutan

penulis dalam penyelesaian karya ilmiah akhir khususnya dibidang

keperawatan komunitas.

5. Komang Setia Ananta, S.Kep.,Ns selaku pembimbing klinik yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan motivasi untuk memberikan

masukan, arahan, dan bimbingan dalam penyelesaian karya ilmiah akhir ini.

6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi

Ners di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan.

7. Kedua orang tua, saudara serta anggota keluarga lainnya yang selalu

memberikan semangat, dukungan dan doa yang tidak hentinya selama

penulis melanjutkan studi dan menyusun karya akhir ilmiah ini.

vii
8. Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan Profesi Ners angakatan 20

yang tiada henti memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Semoga Allah AWT Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan

semua pihak yang sudah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya

ilmiah akhir ini. Semoga penulisan karya ilmiah akhir ini memberikan manfaat

bagi pengembangan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan komunitas.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiv
ABSTRACT .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 4
C. Manfaat .................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
A. Hipertensi ................................................................................................. 6
B. Relaksasi Otot Progresif ......................................................................... 15
C. Evidence Based Practice in Nursing........................................................ 23
BAB III GAMBARAN KASUS ...................................................................... 25
A. Deskripsi Pasien ..................................................................................... 25
B. Riwayat Kasus ........................................................................................ 25
C. Hasil Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 25
D. Hasil Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 26
E. Rencana Pengobatan ............................................................................... 26
F. Hasil yang Diharapkan dari Rencana Tindakan ....................................... 26
G. Hasil Aktual ........................................................................................... 26
H. Persetujuan (Concent)............................................................................. 27
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 28
A. Pembahasan............................................................................................ 28
B. Implikasi dan Batasan ............................................................................. 32
BAB V ............................................................................................................ 33
PENUTUP....................................................................................................... 33

ix
A. Simpulan ................................................................................................ 33
B. Saran ...................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ..............................................................7

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi ..............................................................7

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathways Hipertensi ............................................................8

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent ...................................................37

Lampiran 2 Lembar Observasi Tekanan Darah .......................................38

Lampiran 3 Asuhan Keperawatan ...........................................................39

Lampiran 4 Jurnal Keperawatan .............................................................63

xiii
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Juli, 2023

ABSTRAK

Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan


Tekanan Darah pada Kelompok Khusus Hipertensi

Dian Novita Sari, Dyah Putri Aryati

Latar Belakang: Penyakit tidak menular pada akhir-akhir ini sudah


menjadi trend masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya hipertensi.
Prevalensi hipertensi didunia sebesar 22% dari total penduduk dunia.
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung dan stroke. Salah
satu pengobatan hipertensi secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan
terapi relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan darah. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui penerapan terapi relaksasi otot progresif
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study
dengan one group pre-post test. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan format asuhan keperawatan, observasi, dan studi
dokumentasi. Tindakan yang dilakukan berupa terapi relaksasi otot
progresif selama 3 hari.
Hasil: Sebagian besar responden yang dilakukan terapi relaksasi otot
progresif mengalami penurunan tekanan darah setelah tindakan dilakukan.
Sebelum dilakukan terapi tekanan darah responden rata-rata 166/96 mmHg,
setelah dilakukan terapi selama 3 hari mengalami penurunan menjadi rata-
rata 134/84 mmHg.
Simpulan: Terapi relaksasi otot progresif efektif untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Berdasarkan studi kasus yang telah
dilaksankan mayoritas responden mengalami penurunan tekanan darah
setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif. Hal tersebut merupakan
salah satu upaya untuk mencegah atau mengendalikan hipertensi.

Kata Kunci: Hipertensi, Tekanan Darah, Relaksasi Otot Progresif

xiv
Internship Program in
Nursing Faculty of
Health Sciences
University of Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
July, 2023

ABSTRACT

The Implementation of Progressive Muscle Relaxation Therapy to


Reduce Blood Pressure in the Hypertensive Patients

Dian Novita Sari, Dyah Putri Aryati

Background: Recently, non-communicable diseases have become a trend of


healthproblems in Indonesia, including hypertension. The global prevalence
ofhypertension is 22% of the total world population. Hypertension is the
main cause of heart disease and stroke. One of the non-pharmacological
treatments for hypertension is progressive muscle relaxation therapy. This
study aimed to determine the implementation of progressive muscle
relaxation therapy to reduce blood pressure in patients with hypertension.
Methods: This study was a case study with one group pre-post test. The
data collection was carried out by interviews using the format of nursing
care, observation, and documentation study. The action was given in the
form of progressive muscle relaxation therapy for three days.
Results: Most of the respondents who underwent the progressive muscle
relaxation therapy experienced a decrease in blood pressure after the
procedure was carried out. Prior to therapy, the average of respondents’ blood
pressure was 166/96 mmHg. It decreased to 134/84 mmHg after the three
days therapy.
Conclusion: Progressive muscle relaxation therapy was effective for
reducing blood pressure in hypertensive patients. Based on the result of this
study, the majority of the respondents’ blood pressure was reduced after
being treated with the therapy as an effort to prevent or control hypertension.

Keywords: Hypertension, Blood Pressure, Progressive Muscle Relaxation

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular pada akhir-akhir ini sudah menjadi trend

masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia mengalami beban ganda penyakit

yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular. Perubahan pola penyakit

tersebut dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku

masyarakat, transisi demografi, teknologi, dan sosial budaya. Peningkatan

penyakit tidak menular mengakibatkan meningkatnya faktor risiko yang

meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, obesitas, pola makan tidak

sehat, kurang aktivitas, dan merokok serta alkohol (Kemenkes, 2020).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu

penyebab utama kematian prematur di dunia. Menurut World Health

Organization (WHO) prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total

penduduk dunia. Asia Tenggara berada diposisi ketiga tertinggi dengan

prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk setelah Afrika dan

Mediterania timur. Berdasarkan Riskesdas 2018 menunjukkan angka

prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran secara nasional yaitu sebesar

34,11% (Infodatin, 2019). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah

di Indonesia dengan prevalensi penderita hipertensi sebesar 89.648 jiwa atau

37,57 % (Riskesdas, 2018). Prevalensi penderita hipertensi di Pekalongan yaitu

sebanyak 30.686 jiwa (Dinkes Kota Pekalongan, 2019). Sedangkan jumlah

penderita hipertensi di Desa Paninggaran pada tahun 2022 sebanyak 376 jiwa

menurut data kesehatan desa.

1
2

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang

ditandai dengan meningkatnya tekanaan darah pada dinding pembuluh darah

arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk

mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (Azizah, 2021).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik yaitu

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg

karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen

dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya (Hastuti, 2019). Gejala umum yang biasanya dialami oleh

penderita hipertensi adalah sakit kepala, kelelahan, leher tidak nyaman,

penglihatan berputar, detak jantung tidak teratur, dan tinnitus (Andri, 2021).

Penyakit hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang dapat

menimbulkan penyakit degeneratif seperti gangguan ginjal, gangguan jantung

(penyakit jantung koroner), dan gangguan otak hingga menyebabkan kematian

(silent killer) apabila nilai tekanan darah pada pasien hipertensi tidak terkontrol

dalam jangka waktu yang lama (Suranata, 2019).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama

penyakit jantung dan stroke. Hipertensi juga dapat mempengaruhi resiko gagal

ginjal dan hipertensi sering terjadi dengan faktor lainnya seperti obesitas,

diabetes, dan kolesterol tinggi yang sering meningkat. Peningkatan tekanan

darah dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal

ginjal), jantung, dan otak (Suciana, 2020). Penderita hipertensi dapat mencegah

tekanan darahnya agar tidak mengalami peningkatan, maka penderita

hipertensi bukan hanya melakukan diit garam natrium, diit makanan rendah
3

kolesterol, tetapi penderita hipertensi juga harus menghindari stres dan cemas

yang berlebih dan istirahat yang cukup. Pemicu dari meningkatnya tekanan

darah 95 % stres dan kurang tidur. Situasi yang menyebabkan stres antara lain

masalah ekonomi. Dampak dari tekanan darah yang tidak terkontrol

mengakibatkan terjadinya stroke dan kematian (Zahara, 2017).

Penatalaksanaan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi non farmakologi yang wajib

dilakukan oleh penderita hipertensi yakni mengontrol asupan makanan dan

natrium, menurunkan berat badan, pembatasan konsumsi alkohol dan

tembakau, serta melakukan latihan dan relaksasi. Salah satu terapi non

farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah pada

penderita hipertensi yaitu terapi relaksasi otot progresif. Relaksasi otot

progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi yang mengombinasikan

latihan napas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu

(Rahayu dkk, 2020).

Menurut Rahayu (2020) menunjukkan terdapat pengaruh relaksasi otot

progresif terhadap perubahan tekanan darah. Dengan latihan relaksasi akan

membuat individu lebih relaks dan tenang sehingga mampu menghindari

adanya stres, mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan stres

seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia, mengurangi tingkat kecemasan,

mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stres dan

mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan

kecemasan, nyeri punggung bawah dan TMJ (Temporomandibular Joint

Syndrome), latihan relaksasi otot progresif ini mungkin lebih unggul dari pada
4

latihan lain, memperlihatkan pentingnya menahan respons stres dengan

mencoba meredakan ketegangan otot secara sadar. Dengan latihan yang benar

mampu membantu penderita hipertensi dapat memicu aktivitas memompa

jantung berkurang dan arteri mengalami pelebaran, sehingga banyak cairan

yang keluar dari sirkulasi peredaran darah. Hal tersebut akan mengurangi

beban kerja jantung karena penderita hipertensi mempunyai denyut jantung

yang lebih cepat untuk memompa darah akibat dari peningkatan darah. Teknik

relaksasi otot progresif selain mudah untuk dilakukan juga dapat dilakukan

dimana saja tanpa membutuhkan alat (Ayunani, 2016).

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik melakukan

penulisan mengenai pengaruh penerapan terapi relaksasi otot progresif

terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok khusus hipertensi di

masyarakat RT 02 RW 06 Desa Paninggaran Kecamatan Paninggaran.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada kelompok khusus hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji asuhan keperawatan komunitas dengan kelompok khusus

hipertensi

b. Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas dengan kelompok khusus

hipertensi

c. Merencanakan tindakan asuhan keperawatan komunitas dengan kelompok

khusus hipertensi
5

d. Mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi

e. Melaksanakan tindakan keperawatan komunitas dengan kelompok khusus

hipertensi sesuai evidance base practice

f. Mengevaluasi tindakan keperawatan komunitas dengan kelompok khusus

hipertensi

g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan komunitas dengan kelompok

khusus hipertensi.

C. Manfaat

1. Aspek Teori (Body of Knowledge)

Diharapkan bermanfaat untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya

dibidang ilmu keperawatan komunitas dan keluarga. Menambah informasi

mengenai penerapan terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan

tekanan darah pada kelompok khusus hipertensi, dan dapat dijadikan

sebagai dasar penelitian selanjutnya dengan tema kelompok agregat

penyakit lainnya.

2. Aspek Profesi (Profesi Keperawatan)

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu penerapan terapi modalitas

terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok khusus hipertensi.

3. Aspek Praktik (Clinical Implications)

Diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa seseorang yang memasuki

usia dewasa beresiko terjadi hipertensi sehingga perawat dapat menambah

konstribusi dalam memberikan pelayanan kesehatan serta dukungan seperti

memberikan terapi modalitas berupa relaksasi otot progresif untuk

menurunkan atau menjaga tekanan darah tetap stabil.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi merupakan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur

paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap

mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90

mmHg (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Andi & Eko,

2017). Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,

hanya saja faktor resiko dari hipertensi dapat dicegah perkembangannya

(Pertiwi, 2017).

2. Etiologi

Etiologi hipertensi menurut Kowalski, Robert, 2010 dalam Andi & Eko,

2017, antara lain:

a. Hipertensi esenssial (primer)

Pada hipertensi ini merupakan tipe yang terjadi pada sebagian besar

hipertensi sebesar 95%. Belum diketahui dengan jelas penyebab dari

hipertensi ini. Adapun beberapa faktor pola hidup yang dapat

mempengaruhi seperti kurang bergerak dan pola makan dan diet

(peningkatan konsumsi garam).

6
7

b. Hipertensi sekunder

Pada hipertensi ini disebabkan oleh penyakit lain. Dari 10% kasus

hipertensi sekunder ada faktor lain yang dapat menyebabkan antara lain

tumor otak atau penggunaan kontrasepsi oral (Pil KB).

3. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

a. Klasifikasi menurut JNC-8

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi


Tekanan Tekanan
Derajat sistolik diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat II >160 Atau>100

b. Klasifikasi menurut ESH dan ESC :


Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi
Tekana
n Tekanan diastolik
Kategori
sistolik (mmHg)
(mmHg)
Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 Dan/atau 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 Dan/atau 100-109
Hipertensi derajat III >180 Dan/atau >110
Hipertensi sistolik
>190 Dan <90
terisolasi
8

4. Pathways

Gambar 2.1
Pathways Hipertensi

(Kemenkes RI, 2013)

5. Patofisiologis

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiontensin I oleh angiotensin I converting enzyme

(ACE). ACE berperan sebagai fisiologis penting dalam mengatur tekanan

darah. Selanjutnya hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan mengubah

menjadi angiotensin I. ACE yang ada diparu-paru, angiotensi I mengubah

menjadi angiotensin II. Angiotensin II ini yang memiliki peran dalam

peningkatan tekanan darah melalui dua aksi.

Aksi pertama, meningkatkan sekresi hormone anti duretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan


9

bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Meningkatnya ADH hanya sedikit urine yang dieksresikan keluar tubuh

(anti diuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkan volume cairan ekstra seluler akan meningkat dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler. Sehingga volume darah meningkat

yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

Aksi kedua, menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peran penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstra seluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari

tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi Nacl akan diencerkan kembali dengan

cara meningkatkan volume cairan ektraseluler yang bergantian akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

6. Manifestasi klinis hipertensi

Banyak orang dengan hipertensi yang tidak menunjukkan gejala awal.

Gejala hipertensi antara lain:

a. Sakit kepala: hal ini terjadi karena sel darah merah yang membawa

oksigen mengalami kesulitan untuk mencapai otak karena pembuluh

yang menyempit.

b. Pusing: terjadi karena konsentrasi oksigen yang rendah.

c. Sakit dada: karena kadar oksigen menurun.

d. Penglihatan kabur: karena adanya pemyempitan pada pembuluh darah

pada mata sehingga sel darah merah yang membawa oksigen tidak dapat

melewati.
10

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler (Hastuti, 2019).

7. Faktor-faktor resiko hipertensi

a. Genetik

Jika salah satu anggota keluarga ada yang menderita hipertensi atau

memiliki riwayat darah tinggi. Maka mempunyai resiko lebih besar

untuk terkena hipertensi.

b. Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia diatas

60 tahun. Bagi penderita hipertensi harus segera ditangani dengan cepat

dan secara benar, Karena ada faktor resiko lainnya seperti stroke dan

penyakit lainnya akan meningkat bila hipertensi tidak segera ditangani

atau diobati.

c. Jenis kelamin

Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Tidak jarang ditemukan penderita hipertensi pada perempuan pra-

menopause.

d. Etnis

Ras atau etnik yang berbeda pada orang berkulit hitam dan orang

berkulit putih. Pada penderita hipertensi lebih banyak ditemukan pada

orang berkulit hitam. Belum diketahui secara pasti penyebab dari hal

ini.
11

e. Merokok

Terdapat kandungan nikotin pada rokok. Nikotin sendiri ada

hubungannya dengan hipertensi karena nikotin dapat menyebabkan

tekanan darah semakin meningkat.

f. Obesitas

Kegemukan atau memiliki lemak berlebih dapat mempengaruhi

meningkatnya tekanan darah dan dapat mengakibatkan hipertensi.

Karena pada orang obesitas kerja jantung meningkat dan kebutuhan

oksigen berperan dalam gaya hidup pasif.

g. Pola asupan garam dalam diet

Jika memiliki tekanan darah tinggi sebaiknya tidak terlalu

mengkonsumsi garam secara berlebih. Hal ini akan menyebabkan

tekanan darah meningkat.

8. Komplikasi hipertensi

Menurut Andi & Eko, 2017 sebagai berikut:

a. Stroke

Stroke dapat terjadi hipertensi kronik jika arteri yang mendarahi otak

mengalami hipertropi dan adanya penebalan, sehingga mengakibatkan

aliran darah mengalir ke daerah yang akan diperdarahi menjadi

berkurang. Untuk gejala stroke sendiri antara lain sakit kepala, lemah,

anggota badan sulit digerakkan, berbicara tidak jelas.

b. Infark miokardium

Hal ini dapat terjadi jika arteri koroner yang arterosklerosis tidak bisa

menyuplai oksigen dengan baik ke miokardium atau kemungkinan


12

terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah. Jika terjadi hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,

mungkin kebutuhan oksigen ke miokardium tidak dapat terpenuhi,

kemungkinan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena adanya kerusakan progresif yang

mengakibatkan tekanan tinggi pada kapiler ginjal glomerulus. Jika

glomerulus mengalami kerusakan, maka darah akan mengalir ke bagian

fungsional ginjal, tetapi nefron akan terganggu dan kemungkinan dapat

mengakibatkan hipoksia bahkan kematian.

d. Gagal jantung

Dalam memompa darah yang akan kembali ke jantung secara cepat,

sehingga mengakibatkan cairan terkumpul pada paru, kaki dan jaringan

lainnya yang biasa disebut edema. Cairan yang ada diparu dapat

menyebabkan terjadinya sesak nafas dan cairan yang ada dikaki dapat

menyebabkan kaki menjadi bengkak atau biasa disebut dengan edema.

e. Ensefalopi

Kemungkinan dapat terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang

cepat). Tekanan tinggi pada ensefalopi dapat menyebabkan

meningkatnya tekanan kapiler dan cairan didorong dalam ruang

intertisium keseluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitar kolap dapat

mengakibatkan koma bahkan kematian.


13

9. Penatalaksanaan

a. Terapi non farmakologi

1) Membatasi asupan garam

Konsumsi tinggi garam dihubungkan dengan kenaikan kejadian

stroke dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit hipertensi.

Harus bisa untuk mengurangi konsumsi asupan garam agar tidak

terjadi peningkatan tekanan darah dan mengurangi faktor resiko

hipertensi. Jika penderita sudah melakukan diet dengan mengurangi

asupan garam, tetapi masih mengalami peningkatan pada tekanan

darahnya, maka dianjurkan untuk mengkonsultasikan kepada dokter

untuk segera ditindak lanjuti terkait pemberian obat anti hipertensi.

2) Aktifitas fisik/Olahraga

Orang yang jarang beraktivitas lebih beresiko terjadinya hipertensi

antara 30-50% dari pada orang yang beraktivitas secara aktif atau

sering melakukan aktifitas. Sehingga olahraga atau beraktifitas

dalam sehari-hari sangat penting untuk mencegah terjadinya gejala

hipertensi seperti berjalan kaki, mengendarai sepeda dan naik turun

tangga.

3) Penurunan berat badan

Dengan peningkatan berat badan berlebih atau kegemukan dapat

mempengaruhi tekanan darah. Maka dari itu harus bisa menurunkan

berat badan atau mengontrol berat badan agar tekanan darah tetap

stabil dan tidak terjadi hipertensi. Dengan mengganti makan-


14

makanan yang sehat seperti memperbanyak konsumsi sayur dan

buah-buahan.

4) Mengurangi konsumsi kopi dan alkohol

Kandungan kafein yang ada pada kopi dapat meningkatkan kerja

jantung secara cepat, sehingga cairan darah yang dialirkan lebih

banyak setiap detiknya. Sama halnya dengan mengkonsumsi alkohol

lebih dari 2 gelas/hari juga dapat menyebabkan tekanan darah

meningkat dan beresiko terjadinya hipertensi. Diharapkan untuk

tidak mengkonsumsi kopi dan alkohol.

b. Terapi farmakologi

1) Pemilihan obat awal, memberikan dosis tunggal.

2) Obat genetik (non paten).

3) Memberikan pengarahan kepada penderita hipertensi terkait terapi

farmakologi.

4) Pantau efek samping obat. Jika terjadi efek samping yang tidak

wajar segera konsultasikan kepada dokter. Memberikan obat pada

usia 55-80 tahun dengan diperhatikan faktor komorbid

(Susetyowati, 2019).
15

B. Relaksasi Otot Progresif

1. Pengertian

Relaksasi otot progresif adalah cara yang mudah untuk membuat

seluruh tubuh dengan mengubah ketegangan dan merelaksasikan otot dari

kepala ke kaki. Latihan relaksasi otot progresif meliputi kombinasi latihan

pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi

kelompok otot. Klien mulai latihan bernapas dengan perlahan dan

menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat

perlahan & dada mengembang penuh. Saat klien melakukan pola

pernapasan yang teratur, perawat mengarahkan klien untuk melokalisasi

setiap daerah yang mengalami ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya,

menegangkan otot sepenuhnya dan kemudian merelaksasikan otot-otot

tersebut. Kegiatan ini menciptakan sensasi melepaskan ketidaknyamanan

dan stres (Widyasih, 2018).

Relaksasi progresif adalah untuk merelaksasikan otot-otot yang

tegang. Pada relaksasi progresif, individu secara bertahap mengencangkan,

menahan, kemudian merelaksasikan sekelompok otot ketika melepaskan

ketegangan tubuh melalui pernapasan yang ritmik. Pelaksanaan teknik

relaksasi otot progresif untuk memperoleh hasil yang maksimal dianjurkan

dilakukan 2 kali sehari secara rutin selama 25-30 menit dalam setiap

sesinya. Lama latihan biasanya memerlukan waktu minimal 1 minggu

(Sucipto A, 2014).
16

2. Manfaat

Menurut Prawitasari, dkk (2014) secara umum beberapa manfaat yang dapat

diperoleh dari latihan relaksasi antara lain:

a. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi

yang berlebihan karena adanya stres.

b. Mengurangi perilaku tertentu yang terjadi selama periode stres seperti

mengurangi jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian

obatobatan, dan makan yang berlebihan.

c. Kelahan, aktivitas mental, dan atau latihan fisik yang tertunda dapat

diatasi dengan lebih cepat dengan menggunakan latihan relaksasi.

d. Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat

sebagai hasil latihan relaksasi, sehingga memungkinkan individu

untuk menggunakan keterampilan relaksasi untuk timbulnya

rangsangan fisiologis.

Menurut Maryam dkk, (2015) manfaat relaksasi otot progresif antara lain

sebagai berikut :

a. Menurunkan stres, nyeri, kecemasan, dan tekanan darah tinggi

b. Mengatasi masalah sulit tidur

c. Mengatasi mual dan muntah

d. Melemaskan otot-otot tubuh yang tegang.

e. Meningkatkan kesegaran dan daya tahan tubuh

f. Mencegah kekambuhan penyakit yang disebabkan oleh stress.


17

3. Indikasi dan Kontraindikasi

Menurut Setyoadi 2014, mengatakan indikasi dari terapi relaksasi otot

progresif yaitu:

a. Klien yang mengalami gangguan tidur (insomnia)

b. Klien sering stres

c. Klien yang mengalami kecemasan

d. Klien yang mengalami depresi

Menurut Setyoadi dan Khusariyadi (2014:108), kontraindikasi dari relaksasi

otot progresif ialah :

a. Klien yang mengalami keterbatasan gerak misalnya tidak bisa

menggerakkan badannya.

b. Klien yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).

4. Teknik

Menurut Therapy, 2018 cara melakukan relaksasi otot progresif yaitu reaksi

tegang rileks :

a. Langkah 1: Ketegangan

Ketegangan pertama adalah menegangkan otot pada bagian

tubuh tertentu. Pada dasarnya langkah ini sama tanpa menghiraukan

kelompok otot yang menjadi target. Pertama, fokus pada target otot,

sebagai contoh tangan sebelah kiri. Selanjutnya, ambil napas pelan

pelan dan dalam kemudian tegangkan otot sekeras mungkin kurang

lebih selama 5 detik. Benar-benar merasakan otot yang tegang sangat

penting, yang akan menyebabkan sedikit gemetar yang kurang nyaman.

Mungkin secara tidak sengaja, otot lain disekitarnya juga akan


18

menegangkan (misalnya, pundak atau lengan), jadi mencoba untuk

mengangkan otot yang menjadi target saja. Ini akan menjadi mudah

dengan latihan.

b. Langkah 2: Kendurkan atau lemaskan otot yang ditegangkan

Langkah ini adalah mengendurkan otot yang ditegangkan

dengan cepat. Setelah kira-kira 5 detik, biarkan semua kesesakan

mengalir keluar dari otot yang ditegangkan. Hembuskan napas ketika

melakukan langkah ini. rasakan otot menjadi bebas, longgar dan lemas

ketika ketegangan mengalir gilang. Mencermati perbedaan antara

tegangan dan rileks merupakan bagian paling penting dari keseluruhan

latihan.

Biarkan dalam keadaan rileks selama kira-kira 45 detik,

kemudian berpindah pada otot berikutnya. Ulangi langkah-langkah

tegang rileks. Mulailah dari kaki dan secara berurutan berpindah ke atas

(atau juga melakukan sebaliknya, dari dahi ke kaki). Sebelum

melakukan terapi relaksasi, terlebih dahulu dilakukan persiapan tempat

dan peralatan. Sebuah ruang (dapat tertutup atau terbuka) yang

memungkinkan udara bebas keluar masuk sangat dianjurkan dalam

latihan relaksasi. Kursi yang dapat fleksibel yang dapat diletakkan di

beberapa tempat yang diinginkan.

Selanjutnya tutup mata atau redupkan pandangan agar tidak

terdistraksi dengan keadaan sekitar. Kemudian dengarkan pernapasan

sendiri, rasakan gerak udara masuk dan keluar dari paru-paru secara
19

ritmis. Berikut gerakan-gerakan dalam relaksasi otot progresif (Subekti,

dkk 2012):

1) Posisikan tubuh dengan duduk atau berbaring dengan nyaman

2) Gerakan pembuka : Pejamkan mata dengan perlahan, lanjutkan

dengan menarik nafas dalam, menghirup udara melalui hidung,

menghembuskan melalui mulut secara perlahan. Rasakan udara

memenuhi abdomen. Ketika menghembuskan nafas melalui

mulut, rasakan bahwa semua ketegangan otot-otot juga seperti

dikeluarkan. Ulangi berkali-kali sampai merasa nyaman dan

rileks.

3) Pusatkan pikiran pada kaki dan betis. Tarik jari-jari keatas dan

tegangkan kaki dan betis selama beberapa detik, bersamaan

dengan menarik nafas melalui hidung, kemudian kendurkan

kembali, sambil menghembuskan nafas melalui mulut. Lakukan

berulang-ulang sampai merasa nyaman dan rileks.

4) Pusatkan pikiran pada paha dan bokong. Luruskan kedua kaki, lalu

tegangkan paha dan bokong selama beberapa detik dengan

bertumpu pada kedua tumit kaki, bersamaan dengan menarik nafas

melalui hidung, kemudian kendurkan kembali sambil

menghembuskan nafas melalui mulut. Lakukan berkali-kali

sampai merasa nyaman dan rileks.

5) Pusatkan pikiran pada perut dan dada. Tarik nafas dalam melalui

hidung, tahan beberapa saat, kemudian hembuskan melalui mulut


20

secara perlahan-lahan. Rasakan ketegangan keluar dari dalam

tubuh.

6) Pusatkan pikiran pada kedua lengan dan tangan. Luruskan kedua

lengan dan jari-jari, kemudian tegangkan otot-otot lengan dan jari

sambil mengepalkan tangan dengan kuat selama beberapa detik,

bersamaan dengan menarik nafas dari hidung, kemudian

kendurkan kembali sambil menghembuskan nafas melalui mulut.

Lakukan berkali-kali sampai merasa nyaman dan rileks.

7) Pusatkan pada bahu dan leher. Tegangkan leher dan kedua bahu

kebelakang selama beberapa detik, bersamaan dengan menarik

nafas dari hidung, kemudian kendurkan kembali sambil

menghembuskan nafas melalui mulut. Rasakan semua ketegangan

dikeluarkan. Lakukan berkalikali sampai merasa nyaman dan

rileks.

8) Pusatkan pada wajah dan kepala. Kerutkan dahi, dan buka mata

lebar-lebar selama beberapa detik, lalu kendurkan. Kempiskan

hidung selama beberapa detik, lalu kendurkan kembali. Tarik

mulut kebelakang dan 34 rapatkan gigi selama beberapa detik,

kemudian kendurkan. Lakukan berkali-kali sampai merasa

nyaman dan rileks.

9) Duduk kembali dengan tenang, lakukan seperti pada gerakan

pembuka (no 2 diatas) dan rasakan semua ketegangan tubuh sudah

dikeluarkan.
21

5. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Perubahan Tekanan Darah

Smeltzer & Bare (2010) dalam Ilham dkk (2019) mengatakan tujuan

latihan relaksasi adalah untuk menghasilkan respon yang dapat memerangi

stress. Dengan demikian, saat melakukan relaksaksi otot progresif dengan

tenang, rileks dan penuh kosentrasi (relaksasi dalam) terhadap tegang dan

relaksasi otot yang dilatih selama 30 menit maka sekresi CRH (cotricotropin

releasing hormone) dan ACTH (adrenocorticotropic hormone) di

hipotalamus menurun sehingga pengeluaran adrenalin berkurang.

Penurunan sekresi hormon ini menyebabkan aktivitas syaraf simpatis

menurun, akibatnya terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah

melebar, tahanan pembuluh darah berkurang dan penurunan pompa jantung

sehingga tekanan darah arterial jantung menurun (Sherwood, 2011.

Nurman, 2017).

Perangsangan saraf simpatis dan parasimpatis juga memberikan efek

pada pembuluh darah sistemik dan tekanan arteri. Sebagian besar pembuluh

darah sistemik akan berkontriksi bila ada perangsangan saraf simpatis.

Tekanan arteri ditentukan oleh faktor daya dorong darah dari jantung

(cardiac ouput) dan tahanan terhadap aliran darah yang melewati pembuluh

darah perifer. Perangsangan dari saraf simpatis meningkatkan daya dorong

oleh jantung dan 35 tahanan aliran darah, yang biasanya menyebabkan

peningkatan tekanan arteri (Guyton & Hall, 2014).

Banyak peneliti mengemukakan bahwa respon relaksasi erat

kaitannya dengan axis Hipothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA). Sesorang

dalam keadaan relaksasi, axis HPA ini akan menurunkan kadar kortisol,
22

epineprin dan noreprineprin yang dapat menyebabkan penurunkan tekanan

darah dan frekuensi nadi (Dusek, 2013). Kadar kortisol dalam darah berefek

dalam vasokontriksi pembuluh darah. Penurunan kadar epineprin dan

norepineprin dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah. Kadar

epineprin dan noreprineprin dalam darah bekerja langsung di reseptor

andregenik alfa otot polos vaskular, sehingga menyebabkan vasokonstriksi.

Vasodilatasi pembuluh darah yang disebabkan oleh penurunan kadar

epineprin dan norepineprin ini dapat menurunkan tahan perifer total yang

akan menurunkan tekanan darah (Guyton & Hall, 2014).


23

C. Evidence Based Practice in Nursing

1. Skema Pencarian Artikel

a. PICO/PICOT

1) P (Problem) : Hipertensi

2) I (Intervention) : Relaksasi otot progresif

3) C(Comparison) : -

4) O(Outcome) : Penurunan tekanan darah

5) T(Time) : 3 hari

Kata kunci : hipertensi, relaksasi otot progresif, tekanan darah, 3 hari

Artikel diidentifikasi
melalui pencarian dari
portal Garuda (n=25)

Proses penyaringan artikel Penghapusan artikel


(n=17) duplikat (n=2)

Artikel dikeluarkan dilihat


dari judul (n=6)

Artikel dikeluarkan dilihat


dari abstrak (n=1)

Artikel teks lengkap Artikel dikeluarkan dilihat


dinilai eligibilitasnya dari teks lengkap karena
(n=12) tidak termasuk dalam
kriteria inklusi (n=7)

Artikel termasuk dalam


kriteria inklusi (n=5)
Artikel yang dikecualikan
(n=2)
- Artikel berupa literature
review
Artikel yang relevan - Artikel case study
(n=3)
24

b. Kriteria inklusi dan ekslusi pemilihan EBP

1) Inklusi :

a) Artikel tahun 2018-2023

b) Ada justifikasi waktu intervensinya

2) Eksklusi :

a) Artikel dengan metode penelitian literature review dan case

study

b) Artikel yang hanya menampilkan abstrak

2. Gap Of Knowledge

Hipertensi jika tidak ditangani dapat menyebabkan stroke, infark

miokard, gagal ginjal dan ensefalopati. Salah satu penanganan hipertensi

non-farmakologi dengan tehnik relaksasi otot progresif. Manfaat relaksasi

otot progresif menurut Maryam dkk, (2015) yaitu dapat menurunkan stres,

nyeri, kecemasan, dan tekanan darah tinggi. Dengan latihan yang benar dan

teratur, mampu membantu penderita hipertensi menjadi lebih relaks dan

tenang sehingga dapat mempengaruhi tingkat stress dan memicu aktivitas

memompa jantung berkurang serta arteri mengalami pelebaran, sehingga

banyak cairan yang keluar dari sirkulasi peredaran darah. Hal tersebut akan

mengurangi beban kerja jantung karena penderita hipertensi mempunyai

denyut jantung yang lebih cepat untuk memompa darah akibat dari

peningkatan darah.
25

BAB III

GAMBARAN KASUS

A. Deskripsi Pasien

Dari 5 orang yang dikaji, yang berjenis kelamin laki-laki ada 1 orang dan yang

berjenis kelamin perempuan ada 4 orang. Berusia dari dewasa akhir sampai

manula, dengan 3 orang pendidikannya SD, 2 orang lainnya berpendidikan

SMP. Terdapat 2 orang yang bekerja sebagai pedagang dan 2 orang sebagai

IRT, dan 1 orang wiraswasta. Semuanya beragama islam dan bersuku Jawa.

B. Riwayat Kasus

Dari 5 orang yang dikaji didapatkan 100% anggota kelompok memiliki riwayat

darah tinggi dengan rata-rata 10,2 tahun, dan sering pusing serta nyeri tengkuk.

Dan 60% tidak rutin kontrol kesehatan, 100% tidak pernah mengonsumsi obat

penurun darah tinggi, dan 60% hanya akan makan mentimun atau minum

rebusan air serai jika merasa pusing karena tekanan darahnya naik.

C. Hasil Pemeriksaan Fisik

Dari 5 orang yang dikaji didapatkan hasil kondisi umumnya baik, denyut nadi

antara 76-89 x/menit, frekuensi pernafasan antara 18-21 x/menit, suhu tubuh

36,1 oC-36,4 oC, rata-rata tinggi badan 148,6 cm dan rata-rata berat badan 54,8

kg, konjungtiva ananemis, dengan tekanan darah sebagai berikut :

No Sistolik Diastolik
1 145 90
2 165 100
3 180 100
4 180 100
5 160 90
Rata-rata 166 96
26

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada

E. Rencana Pengobatan

Praktik pemberian asuhan keperawatan komunitas tidak memberikan

pengobatan namun memberikan upaya preventif, promotif dan kuratif berupa

pemberian edukasi mengenai hipertensi, diit hipertensi, dan penerepan relaksasi

otot progresif serta promosi kesehatan terkait perilaku kesehatan dan kepatuhan

program kesehatan.

F. Hasil yang Diharapkan dari Rencana Tindakan

Hasil yang diharapkan dari rencana tindakan adalah adanya penurunan tekanan

darah yang signifikan pada semua anggota kelompok hipertensi, peningkatan

pengetahuan mengenai hipertensi dan diit hipertensi disertai dengan kepatuhan

program kesehatan.

G. Hasil Aktual

Hasil yang didapat berupa peningkatan pengetahuan dengan rentang nilai baik

karena 80% anggota kelompok dapat menjawab semua pertanyaan serta adanya

penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebanyak 18 dan diastolik 9. Hasil

tekanan darah setelah menerapkan relaksasi otot progresif selama 3 hari sebagai

berikut :

No Sistolik Diastolik
1 125 75
2 135 85
3 140 80
4 150 100
5 120 80
Rata-rata 134 84
27

H. Persetujuan (Concent)

Dari 5 anggota kelompok, semuanya bersedia mendapatkan edukasi dan terapi

untuk meningkatkan kondisi kesehatannya.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Setelah dilakukan pengkajian pada penderita hipertensi yang telah

dipaparkan dalam BAB sebelumnya, didapatkan data subyektif dan data

obyektif yang mengarah ke masalah keperawatan. Masalah keperawatan yang

muncul yaitu kesiapan peningkatan manajemen kesehatan, kemudian

dilakukan terapi relaksasi otot progresif pada seluruh anggota kelompok

dengan hipertensi dan setelah dilakukan tindakan tersebut didapatkan hasil

penurunan tekanan darah yang signifikan dari rata-rata tekanan darah 166/96

mmHg menjadi 134/84 mmHg dengan rata-rata penurunannya untuk tekanan

darah sistolik sebanyak 18 mmHg dan diastolik 9 mmHg. Hasil penelitian ini

berbanding lurus dengan teori yang menyatakan bahwa relaksasi otot progresif

dapat menurunkan ketegangan otot, kecemasan dan tekanan darah tinggi. Pada

penelitian ini ditemukan adanya penurunan tekanan darah.

Penurunan tekanan darah terjadi karena pada saat kondisi tubuh

seseorang yang merasakan rileks, tenang, istirahat pikiran, otot-otot rileks mata

tertutup dan pernapasan teratur maka keadaan inilah yang dapat menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi. Sehingga dengan melakukan terapi

relaksasi otot progresif secara rutin dapat membantu penurunan tekanan darah.

Menurut Akriansyah, dkk. (2019) saat melakukan terapi relaksasi otot progresif

selama 30 menit dengan tenang dan penuh konsentrasi maka sekresi CRH

(Cotricotropin Releasing Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic

Hormone) di hipotalamus menurun. Penurunan kedua sekresi hormon ini

28
29

menyebabkan aktivitas saraf simpatis menurun sehingga pengeluaran adrenalin

dan noradrenalin berkurang, akibatnya terjadi penurunan denyut jantung,

pembuluh darah melebar, tekanan pembuluh darah berkurang dan penurunan

pompa jantung sehingga tekanan darah arterial jantung menurun. Pembahasan

di atas didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Aminiyah dkk, (2022)

didapatkan hasil bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat menurunkan

tekanan darah (P<0,005) selain itu berkorelasi positif dengan perubahan aliran

darah. Didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Azizah dkk, (2021)

didapatkan hasil yaitu tekanan darah sistolik menurun secara signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Akhriansyah, dkk. (2019) menunjukan

hasil bahwa tekanan sistolik lansia yang mendapatkan intervensi menurun

secara bermakna (p Value ≤ 0,05), sehingga hipertensi tingkat I menjadi masuk

kedalam kategori prehipertensi. Selain itu, tekanan diastolik juga menurun

secara bermakna. Setelah dilakukan implementasi terapi relaksasi otot

progresif didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan antara tekanan sebelum

dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif. Efek dari relaksasi otot

progresif akan menyebabkan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis sehingga

neurotransmitter asetilkolin akan dilepas, dan asetilkolin tersebut akan

mempengaruhi aktifitas otot rangka dan otot polos di sistem saraf perifer

Neurotransmitter asetilkolin yang dibebaskan oleh neuron ke dinding

pembuluh darah akan merangsang sel-sel endothelium pada pembuluh tersebut

untuk mensitesis dan membebaskan NO (oksida nitrat). Pengeluaran NO akan

memberikan sinyal pada sel-sel otot polos untuk berelaksasi sehingga

kontraktilitas otot jantung menurun, kemudian terjadi vasodilatasi arteriol dan


30

vena. Sifat vasodilator berefek terhadap melebarnya pembuluh darah dan

sehingga dapat menurunkan tekanan darah secara langsung. Selain itu setelah

melakukan relaksasi otot progresif akan dapat merasakan perasaan bahagia dan

merasa tubuhnya kembali bugar, perasaan bahagia yang didapat tentunya juga

akan merangsang zat-zat seperti serotonin (sebagai vasodilator pembuluh

darah) dan hormon endorphin yang bisa memperbaiki tekanan darah lebih

lancar dan berkontribusi pada penurunan tekanan darah (Rosidin dkk, 2019).

Dari hasil penelitian terdapat anggota kelompok yang mengalami sedikit

penurunan tekanan darah. Menurut Manik dkk (2020) dan Tendean dkk (2019),

terapi relaksasi otot progresif juga harus didukung dengan pola makan untuk

menjaga Indeks Masa Tubuh (IMT) yang ideal. Selain untuk IMT yang ideal

perlu diperhatikan juga kandungan dari makanan terutama kandungan natrium

dan lemak. Asupan Natrium yang tinggi menyebabkan tubuh menahan air

secara berlebihan, sehingga dapat meningkatkan volume darah dan selanjutnya

meningkatkan tekanan darah. Tingginya asupan natrium dapat menyebabkan

hipertropi sel adipose akibat dari proses lipogenik pada jaringan lemak putih.

Jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan penyempitan

saluran pembuluh darah oleh lemak dan akan mengakibatkan peningkatan pada

tekanan darah. Bucher (2017) mengatakan IMT sangat berpengaruh pada

kejadian hipertensi primer. Orang yang memiliki IMT tinggi lebih berisiko

mengalami hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki IMT normal.

Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah

adalah faktor keturunan, usia, jenis kelamin, stres fisik dan psikis, kegemukan

(obesitas), pola makan tidak sehat, konsumsi garam yang tinggi, kurangnya
31

aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, penyakit lain, dan merokok

(Sasmalinda, 2013). Hal yang mempengaruhi tekanan darah seseorang adalah

aktivitas keseharian yang dilakukannya, pola makan, gaya hidup, lingkungan,

dan faktor psikologi seseorang. Tekanan darah akan mengalami penurunan saat

melakukan aktivitas, karena olahraga yang teratur terbukti dapat menurunkan

tekanan perifer dan dapat menimbulkan perasaan santai serta mengurangi berat

badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik

beriko menaikkan tekanan darah karena bertambahnya risiko untuk menjadi

gemuk. Namun, dengan aktivitas fisik saja tidak dapat digunakan sebagai

pengobatan hipertensi (Rusiani, 2017). Maka tekanan darah akan mengalami

penurunan apabila dilakukannya relaksasi otot progresif secara rutin dan

didukung dengan pola makan dan gaya hidup yang sehat.

Melalui studi ini, latihan relaksasi otot progresif memberi pengaruh yang

signifikan terhadap penurunan tekanan darah. Tekanan darah yang dialami

anggota kelompok sudah berlangsung secara kronis, sehingga selain terapi

farmakologi diperlukan dukungan terapi non farmakologi salah satunya adalah

dengan relaksasi otot progresif yang dilakukan selama 30 menit selama 3 hari

berturut-turut. Pada penelitian ini, ketika latihan relaksasi otot progresif

dilakukan dengan rutin dan teratur maka memberikan pengaruh terhadap

penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah dilakukan

pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dapat dijadikan pengetahuan perawat

khususnya perawatan komunitas dan keluarga dalam meningkatkan pemberian

pelayanan dan dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat umum.


32

B. Implikasi dan Batasan

1. Implikasi Keperawatan

a. Tenaga Kesehatan

Penerapan terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi dapat dijadikan acuan untuk intervensi

non farmakologis terhadap penderita hipertensi dan dukungan keluarga

terhadap penerapan terapi relaksasi otot progresif dapat memberikan

dukungan terhadap penderitanya.

b. Pendidikan Kesehatan

Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan

bagi mahasiswa keperawatan mengenai penerapan terapi relaksasi otot

progresif terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi,

dan menjadi terapi yang cocok diterapkan di masyarakat.

2. Keterbatasan

a. Dalam pencarian artikel relevan yang ditemukan hanya ada tiga dan

diterapkan pada lansia sedangkan penelitian ini diterapkan pada

penderita hipertensi dengan rentang usia dari dewasa akhir sampai

manula.

b. Peneliti kesulitan dalam mengumpulkan anggota kelompok karena

kesibukannya yang berbeda-beda.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Terapi relaksasi otot progresif efektif untuk menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi. Berdasarkan studi kasus yang telah

dilaksanakan mayoritas responden mengalami penurunan tekanan darah

dengan berkurangnya rata-rata tekanan darah sistolik 32 mmHg dan tekanan

darah diastolik 12 mmHg setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif

selama tiga hari. Terapi tersebut bisa berpengaruh terhadap penurunan

tekanan darah, hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencegah serta

mengendalikan hipertensi.

B. Saran

1. Aspek Teori (Body of Knowladge)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif

terbukti dapat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara

rutin.

2. Aspek Profesi (Profesionalisme)

Setelah terlaksananya karya ilmiah akhir ners diharapkan kedepannya

bisa mengembangkan terapi untuk menurunkan tekanan darah tinggi

dengan strategi yang lebih baik.

3. Aspek Praktik (Clinical Implications)

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tekanan darah tinggi tidak hanya

terjadi pada orang lanjut usia saja, namun bisa terjadi pada usia dewasa,

33
34

sehingga di masa depan perlu prioritas perencanaan dan implementasi

perawatan terutama di keperawatan komunitas dengan kelompok

khusus hipertensi dengan menerapkan terapi relaksasi otot progresif.


DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan Beserta Aplikasinya Dalam

Keperawatan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Farmana, T. P., Siringoring, E., & Safruddin. (2020). Rendam Kaki Dengan AIr

Hangat Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan

Panrita Husada.

InfoDATIN. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap.

Kemenkes. (2020). Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular. Direktorat

Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Majid, A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Kardiovaskuler. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Ogoh, S., Nagaoka, R., Mizuno, T., Kimura, S., Shidahara, Y., Ishii, T., . . .

Iwamoto, E. (2016). Acute Vascular Effect of Carbonated Warm Water

Lower Leg Immersion in Healthy Young Adults. Original Recearch.

Pertiwi, G. H. (2017). Hubungan Tekanan Darah Dengan Kecemasan Pada Lansia

Santa Angela Di Samarinda. ISSN Elektronik 23559136.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia definisi dan

Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan

Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

35
36

Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB).

Rusiani, H. (2017). Gambaran Pola Konsumsi Pada Lansia Penderita Hipertensi.

Salami. (2021). Perilaku Self Care Management Penderita Hipertensi : Studi

Kualitatif. Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah.

Salami, s. (2021). Perilaku Self Care Management Penderita Hipertensi : Studi

Kualitatif. Artikel Penelitian.

Saputra, A. M., & Lusmilasari, L. (2017). Pengorganisasian Chronic Care Model

Dalam Pengelolaan Keteraturan Kontrol Pasca Stroke RSUD Sultan Sayrif

Mohamad Alkadrie Kota Pontianak. Jurnal Kebijakan Kesehatan

Indonesia.

Solechah, N., Masi, G. N., & Rottie, J. V. (2017). Pengaruh Terapi Rendam Kaki

Dengan Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pda Pasien

Dengan Hipertensi Di Puskesmas Manado. ejournal Keperawata (e-Kp)

Volume 5 Nomer 1.

Suciana, F. A. (2020). Korelasi Lama Menderita Hipertensi Dengan Tingkat

Kecemasan Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan.

Sugawara, j., & Tomoto, T. (2021). Acute Effect of Short-Term Warm Water

Immersion On Arterial Stiffness and Central Hemodynamics. Original

Research.

Susetyowati, H. E. (2019). Peranan Gizi Dalam Upaya Pencegahan Penaykit Tidak

Menular. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


37

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama (Inisial) :

Alamat :

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden penelitian dengan judul


“Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi” yang akan dilakukan oleh :

Nama : Dian Novita Sari

Alamat : RT 01/RW 01, Legokkalong, Karanganyar, Kab. Pekalongan

Instansi : Program Studi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan

No. HP : 085786820174

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan

dari siapapun.

Pekalongan, ...................... 2023

Peneliti Responden

Dian Novita Sari ………………….


38

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

No Nama Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

Pre Post ↓ Pre Post ↓ Pre Post ↓

1. Ny. N 150/90 145/80 5/10 140/90 130/80 10/10 145/95 125/75 20/15
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

2. Ny. 150/95 140/85 10/10 130/90 120/80 10/10 140/90 135/85 10/10
Kho mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

3. Tn. N 165/100 150/90 15/10 155/100 145/90 10/10 160/90 140/80 20/10
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

4. Ny. 165/110 150/100 15/10 160/100 140/90 20/10 170/110 150/100 20/10
Khu mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

5. Ny. S 145/90 130/90 15/0 140/80 125/80 15/0 140/80 120/80 20/0
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

Rata-rata 155/97 143/89 12/8 145/92 132/84 13/8 151/93 134/84 18/9
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
39

Lampiran 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS HIPERTENSI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pembimbing : Dyah Putri A, M.Kep

Dian Novita Sari


202202040034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2023

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


40

Format Pengkajian Keperawatan Kelompok Khusus Hipertensi

Fasilitas Yankes No. Registrasi


Nama Perawat yang Mengkaji Dian Novita Sari Tanggal Pengkajian 29 Mei 2023
Nama kelompok Hipertensi Alamat Ds. Paninggaran

1. Data Dasar Anggota Kelompok 2. Status Kesehatan Anggota Kelompok


Analis
Ala
is
t
Tanda Masal
Status Gizi Ba Pola Ket.
Tanda Vital ah
N Umu Pend Agam Riwyt ntu
Nama JK Pekj Suku KU Keseh
o r d a Penyk /
atan
Pro
Konj
tes Tidu
TD N P S TB BB ungt Olahraga
a r
iva
1. Ny. N P 48 SD IRT Islam Jawa Baik 14 86 20 36, 14 67 anan HT - Olahraga 8 Sering Hipert
5/9 4 8 emis 5th ringan Jam pusing ensi
0 dirumah dan nyeri
tengkuk
2. Ny. Kho P 40 SMP Pedag Islam Jawa Baik 16 80 20 36, 15 56 anan HT - Olahraga 7 Sering Hipert
ang 5/1 1 0 emis 4th ringan Jam pusing ensi
00 dirumah dan nyeri
tengkuk

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


41

3. Tn. N L 55 SD Wiras Islam Jawa Baik 18 76 20 36, 16 60 anan HT - Olahraga 6 Sering Hipert
wasta 0/1 3 0 emis 7th ringan Jam pusing ensi
00 dirumah dan nyeri
tengkuk
4. Ny. Khu P 50 SMP IRT Islam Jawa Baik 18 81 20 36. 15 56 Ana HT - Olahraga 6 Sering Hipert
0/1 ,1 0 nemi 5th, ringan Jam pusing ensi
00 s Lamb dirumah dan nyeri
ung tengkuk
5. Ny. S P 90 SD Pedag Islam Jawa Baik 16 77 20 36, 13 35 Ana HT - Olahraga 7 Sering Hipert
ang 0/9 3 5 nemi 30th, ringan Jam pusing ensi
0 s Lamb dirumah dan nyeri
ung tengkuk

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


42

3. Upaya Peningkatan Kesehatan


Penilaian Penilaian
No Uraian Pengkajian Gambaran Kondisi No Uraian Pengkajian Gambaran Kondisi
Ada Tidak Ada Tidak
A Fasilitas pelayanan E Status Ekonomi
kesehatan yang tersedia
untuk kelompok
1. Posyandu √ Terdapat posyandu 1.Sumbangan (asal √ Berupa dana dari desa yang
lansia yang sumber pendanaan) dialokasikan khusus untuk
dilaksanakan setiap kesehatan
1 bulan sekali di
PKD desa
Paninggaran
1. Tenaga kesehatan yang √ Bidan 1 2.Jenis pekerjaan √ Pekerjaan responden
berpraktik Perawat 1 wiraswasta, pedagang, IRT
2. Puskesmas dan √ Terdapat 3.Rata-rata √ Rp. 1.000.000
Jaringannya puskesmas di Desa pendapatan
Paninggaran perbulan
(Puskesmas
Paninggaran)
3. Klinik √ Terdapat klinik 4.Lainnya
praktik mandiri
perawat dan bidan
4. Rumah Sakit √ Jaraknya jauh dari
rumah responden
5. Dll
B Pelayanan Kesehatan F Status sosial
yang dimanfaatkan oleh budaya spriritual
kelompoknya

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


43

1. Imunisasi dasar lengkap √ 1.Sarana ibadah √ Ada masjid didekat rumah


responden
2.Imunisasi ibu hamil √ 2.Kegiatan √ Tiap malam jumat ada tahlilan
keagamaan
3.Makanan tambahan √ 3.Kepercayaan yang √
bertentangan dengan
penanggulangan
masalah kesehatan
4.Vitamin tambahan √ 4.Kegiatan sosial √ Ada kegiatan arisan tiap bulan
(kerja bakti, arisan
dll)
5.Pelayanan kesehatan √ Posbindu-PTM dan
Puskesmas
Paninggaran
6.Lainnya
C Fasilitas pendidikan G Komunikasi
1.Fasilitas pendidikan yang √ 1. Alat komunikasi √ Semua menggunakan
tersedia untuk kelompok yang handphone
a.Playgroup digunakan
b.TK a.Telepon
c.SD b.Handphone
d.SMP c.Faximile
e.SMA d. Lainnya
f.Perguruan Tinggi
g.Lainnya
2.Fasilitas Pendidikan yang √ Kegiatan dilakukan 2.Efektifitas proses √ Komunikasi efektif dengan
dimanfaatkan untuk di TPQ desa komunikasi antar bahasa jawa
kelompok untuk kegiatan Paninggaran

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


44

penyuluhan kesehatan, anggota dalam


pembelajaran di kelompok kelompok
dll
D Lingkungan tempat H Fasilitas rekreasi
tinggal anggota kelompok yang tersedia untuk
kelompok
1.Sumber air bersih √ Sumber air dari 1.Taman √ Ada taman bernama Pacalan di
PDAM Desa Paninggaran
2.Dapur umum √ 2.Pantai √
3. Tempat pembuangan √ Sampah diangkut 3.Sarana olah raga √ Ada lapangan didekat SMP
sampah oleh petugas Paninggaran
kebersihan
4.Sarana MCK √ 4.Lainnya
5.Saluran pembuangan √ Limbah disalurkan
limbah ke selokan
6.Lainnya
J Kebiasaan/Perilaku
dalam kelompok
1. Pemeliharaan √ Responden melakukan
kebersihan diri kebersihan diri dengan baik
2. Pemeliharaan √ Responden jarang kontrol
kesehatan baik kesehatan dan tidak
memanfaatkan pelayanan
kesehatan dengan baik
3. Pola makan sehat √ Responden tidak menjaga pola
makannya dengan baik sesuai
diet yang dibutuhkan

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


45

4. Kepatuhan √ Responden tidak pernah


perilaku kesehatan mengonsumsi obat anti
hipertensi dan hanya
mnegonsumsi obat tradisional
seperti makan mentimun atau
minum rebusan rebusan air
serai
Mengetahui :

Nama Koordinator Dian Novita Sari Tanggal/Tanda tangan 29 Mei 2023

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


46

4. ANALISA DATA
Kategori Ringkasan Simpulan
Data Inti
Jenis Kelamin Dari 5 orang yang berjenis kelamin 80% responden berjenis
laki-laki ada 1 orang dan yang berjenis kelamin perempuan, 20%
kelamin perempuan ada 4 orang laki-laki

Umur Dari 5 orang yang dikaji dihasilkan Usia responden berkisar


berkisar usia 40-90 tahun dari dewasa akhir-
Usia 40 tahun : 1 orang manula
Usia 48 tahun : 1 orang
Usia 50 tahun : 1 orang
Usia 55 tahun : 1 orang
Usia 90 tahun : 1 orang

Pendidikan Dari 5 orang yang dikaji dihasilkan 3 60% responden


orang pendidikannya SD, 2 orang berpendidikan SD, 40%
pendidikannya SMP SMP

Pekerjaan Dari 5 orang yang dikaji terdapat 2 40% responden bekerja


orang yang bekerja sebagai pedagang sebagai pedagang, 40%
dan 2 orang lainnya sebagai IRT, 1 IRT dan 20% wiraswasta
orang wiraswasta

Agama Dari 5 orang yang dikaji dihasilkan 100% responden


semua responden beragama islam beragama islam

Suku Dari 5 orang yang dikaji dihasilkan 100% responden bersuku


semua responden bersuku jawa jawa

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


47

Kondisi Umum Dari 5 orang yang dikaji dihasilkan 100% keadaan umum
semua responden dalam kondisi baik responden baik

Tekanan Darah Dari 5 orang yang dikaji didapatkan Rata-rata tekanan darah
hasil : responden 166/96 mmHg
145/90 mmHg : 1 orang
160/90 mmHg : 1 orang
165/100 mmHg : 1 orang
180/100 mmHg : 2 orang

Nadi Dari 5 orang yang dikaji dihasilkan Rata-rata denyut nadi


denyut nadi antara 76-89 x/menit dari 5 orang didapatkan
normal

Pernafasan Dari 5 orang yang dikaji dihasilkan Rata-rata frekensi


frekuensi pernafasan antara 18-21 pernafasan dari 5 orang
x/menit didapatkan normal

Suhu Suhu tubuh Rata-rata suhu dari 5


36,1oC : 2 orang orang didapatkan hasil
36,3 oC : 2 orang pengukuran yang normal
36,4 oC : 1 orang

Tinggi Badan Dari 5 orang yang dikaji didapatkan Rata-rata tinggi badan
tinggi badan responden adalah 148,6
135 cm : 1 orang cm
148 cm : 1 orang
150 cm : 2 orang
160 cm : 1 orang

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


48

Berat Badan Dari 5 orang yang dikaji didapatkan Rata-rata berat badan
berat badan responden adalah 54,8 kg
35 kg : 1 orang
56 kg : 2 orang
60 kg : 1 orang
67 kg : 1 orang

Konjungtiva Konjugtiva dari 5 orang yang dikaji 100% konjungtiva


didapatkan semua responden responden normal
konjungtivanya ananemis

Riwayat Dari 5 orang yang dikaji didapatkan 100% memiliki riwayat


Penyakit semua responden memiliki riwayat penyakit darah tinggi
darah tinggi dengan rata-rata riwayat
4 tahun : 1 orang selama 10,2 tahun
5 tahun : 2 orang
7 tahun : 1 orang
30 tahun : 1 orang

Alat Bantu Dari 5 orang yang dikaji tidak ada 100% responden tidak
yang menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu

Olahraga Dari 5 orang yang dikaji berolahraga 100% responden


ringan disekitar rumah berolahraga ringan
sekitar rumah

Tidur Dari 5 orang yang dikaji 40% responden tidur


didapatkan tidur 6 jam sehari ada 2 selama 6 jam, 40%
orang, 7 jam ada 2 orang, dan 8 jam lainnya selama 7 jam dan
ada 1 orang 20% sisanya selama 8
jam

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


49

Masalah Dari 5 orang yang dikaji mengeluh 100% responden


Kesehatan sering pusing dan nyeri tengkuk serta memiliki keluhan pusing
tidak tahu pola makan yang sehat disertai nyeri tengkuk
untuk penderita hipertensi

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


50

DIAGNOSA KEPERAWATAN
DATA Kode Rumusan Diagnosa
Data : D.0116 Manajemen Kesehatan
- 2 dari 5 Anggota kelompok mengatakan Tidak Efektif
mengetahui mengenai hipertensi namun
jarang mengecek kondisi kesehatannya
- 5 Anggota kelompok mengatakan jika
tidak ada keluhan tidak perlu kontrol
- 5 Anggota kelompok mengatakan sudah
mengetahui penyakit hipertensi namun
belum bisa melakukan perawatan diri
- 3 dari 5 Anggota kelompok kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan
- Dari 5 orang yang sudah dikaji paling
banyak tekanan darahnya adalah
180/100 mmHg sebanyak 2 orang
145/90 mmHg : 1 orang
160/90 mmHg : 1 orang
165/100 mmHg : 1 orang
180/100 mmHg : 2 orang
- 5 Anggota kelompok belum bisa
melakukan manajemen diri untuk
mengatasi hipertensi
Data : D.0117 Pemeliharaan Kesehatan
- 3 dari 5 Anggota kelompok kadang Tidak Efektif
malas cek kesehatan di posbindu-PTM
- 5 Anggota kelompok mengatakan tidak
pernah mengonsumsi obat penurun
darah tinggi

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


51

- 3 dari 5 Anggota kelompok mengatakan


ketika pusing makan mentimun, rebusan
air serai
- 5 Anggota kelompok tidak
memanfaatkan teknologi untuk mencari
informasi kesehatan
- 5 anggota kelompok mempunyai
riwayat penyakit hipertensi rata-rata
selama 10,2 tahun

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


52

5. SKOR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


Diagnosa Skor Total Prioritas
No
Keperawatan A B C D E F G H I J K
1 Pemeliharaan Kesehatan 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 38 1
Tidak Efektif
2 Manajemen Kesehatan 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 32 2
Tidak Efektif

SKOR : KRITERIA
1 = Sangat rendah A = Kesadaran masyarakat akan masalah
2 = Rendah B = Motivasi untuk menyelesaikan masalah
3 = Cukup C = Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
4 = Tinggi D = Ketersediaan ahli/pihak terkait penyelesaian masalah
5 = SangatTinggi E = Berat konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
F = Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


53

6. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
DATA KODE DIAGNOSIS KODE HASIL (TUJUAN) KODE INTERVENSI
- 2 dari 5 Anggota kelompok D.0116 Manajemen Prevensi Primer I.12463 - Manajemen perilaku
mengatakan mengetahui mengenai Kesehatan Tidak L.12104 - Manajemen (pertahankan perawatan
hipertensi namun jarang mengecek Efektif Kesehatan secara konsisten)
kondisi kesehatannya I.12380 - Edukasi kelompok
- 5 Anggota kelompok mengatakan jika (mengenai penyakit
tidak ada keluhan tidak perlu kontrol hipertensi)
- 5 Anggota kelompok mengatakan Prevensi Sekunder I.12389 - Edukasi latihan fisik
sudah mengetahui penyakit hipertensi L.12106 - Pemeliharaan (senam hipertensi,
namun belum bisa melakukan L.12107 Kesehatan I.12441 ROP)
perawatan diri - Perilaku - Edukasi program
- 4 dari 5 Anggota kelompok kurang kesehatan pengobatan
memanfaatkan pelayanan kesehatan Prevensi Tersier I.09313 - Promosi sistem
- Dari 5 orang yang sudah dikaji paling L.12105 - Manajemen pendukung (libatkan
banyak tekanan darahnya adalah kesehatan I.12474 keluarga dan teman
180/100 mmHg sebanyak 2 orang keluarga dalam proses
145/90 mmHg : 1 orang perawatan)

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


54

160/90 mmHg : 1 orang - Rujukan ke layanan


165/100 mmHg : 1 orang masyarakat (rujuk ke
180/100 mmHg : 2 orang fasilitas pelayanan
- 5 Anggota kelompok belum bisa kesehatan jika
melakukan manajemen diri untuk diperlukan)
mengatasi hipertensi
- 3 dari 5 Anggota kelompok kadang D.0117 Pemeliharaan Prevensi Primer I.12383 - Edukasi kesehatan
malas cek kesehatan di posyandu lansia Kesehatan Tidak L.12106 - Pemeliharaan (penkes terkait
- 5 Anggota kelompok mengatakan di Efektif Kesehatan penyakit)
pagi hari berolahraga ringan disekitar I.12472 - Promosi perilaku upaya
rumah kesehatan (Berikan
- 3 dari 5 Anggota kelompok lingkungan yang
mengatakan ketika pusing makan mendukung kesehatan)
mentimun, rebusan air serai Prevensi Sekunder I.12463 - Manajemen perilaku
- 5 Anggota kelompok tidak - Manajemen (jadwalkan kegiatan
memanfaatkan teknologi untuk L.12104 kesehatan terstruktur untuk proses
mencari informasi kesehatan - Perilaku kesehatan perawatan)
- 5 anggota kelompok mempunyai L.12107 (melakukan I.12384 - Edukasi keselamatan
riwayat penyakit hipertensi tindakan lingkungan (anjurkan

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


55

pencegahan menghilangkan bahaya


masalah kesehatan) lingkungan)
Prevensi Tersier I.12361 - Dukungan kepatuhan
L.12110 - Tingkat kepatuhan program kesehatan
(mengikuti (buat komitmen
program menjalani program
pengobatan sesuai pengobatan dengan
anjuran) baik)
I.11348 - Dukungan perawatan
diri (Sediakan
lingkungan yang
terapeutik)
I.12473 - Rujukan

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


56

FORMAT PLAN OF ACTION (POA)


NO Dx. Kep Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Hari/tanggal Jam Tempat Sumber dana Pj
1. Manajemen Setelah dilakukan tindakan Pendidikan kesehatan Kelompok Selasa, 30 11.00 Rumah warga Pribadi Dian
Kesehatan diharapkan anggota kelompok terkait penyakit khusus Mei 2023 WIB
Tidak Efektif memahami dan dapat hipertensi dan diit hipertensi
menerapkan materi yang hipertensi
diajarkan
2. Pemeliharaan Setelah dilakukan tindakan Promosi kesehatan Kelompok Kamis, 01 13.00 Rumah warga Pribadi Dian
Kesehatan diharapkan anggota kelompok terkait perilaku khusus Juni 2023 WIB
Tidak Efektif memahami dan dapat kesehatan dan kepatuhan hipertensi
menerapkan materi yang program kesehatan
diajarkan
3. Manajemen Setelah dilakukan tindakan Ajarkan terapi ROP Kelompok Sabtu, 03 Juni 10.00 Rumah warga Pribadi Dian
Kesehatan diharapkan anggota kelompok (Relaksasi Otot khusus 2023
Tidak Efektif memahami dan dapat Progresif) hipertensi
menerapkan materi yang
diajarkan

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


57

4. Manajemen Setelah dilakukan tindakan Ajarkan terapi ROP Kelompok Senin, 05 Juni 10.00 Rumah warga Pribadi Dian
Kesehatan diharapkan anggota kelompok (Relaksasi Otot khusus 2023
Tidak Efektif memahami dan dapat Progresif) hipertensi
menerapkan materi yang
diajarkan
5. Manajemen Setelah dilakukan tindakan Ajarkan terapi ROP Kelompok Kamis, 08 10.00 Rumah warga Pribadi Dian
Kesehatan diharapkan anggota kelompok (Relaksasi Otot khusus Juni 2023
Tidak Efektif memahami dan dapat Progresif) hipertensi
menerapkan materi yang
diajarkan

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


58

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS


NO Dx Kep Hari/Tanggal Jam Tindakan Kegiatan Pelaksana Tempat Hasil TTD
1. Manajemen Selasa, 30 14.30 Memberikan edukasi Dian Rumah 4 dari 5 kelompok
Kesehatan Tidak Mei 2023 terkait penyakit warga Hipertensi sudah
Efektif hipertensi dan diit memahami materi yang
hipertensi dijelaskan
2. Pemeliharaan Kamis, 01 18.30 Memberikan edukasi Dian Rumah Mayoritas anggota
Kesehatan Tidak Juni 2023 mengenai perilaku warga kelompok sudah
Efektif sehat dan kepatuhan memahami namun kadang
program kesehatan malas menjaga perilaku
pada pasien yang sehat
hipertensi
3. Manajemen Sabtu, 03 Juni 13.30 Mengajarkan tenik Dian Rumah Sebagian besar anggota
Kesehatan Tidak 2023 relaksasi otot warga kelompok masih belum
Efektif progresif memahami penuh tindakan
relaksasi otot progresif
Tekanan darah sebelum
tindakan
Ny. N 150/90 mmHg
Ny. Kho 150/95 mmHg
Tn. N 165/100 mmHg
Ny. Khu 165/110 mmHg
Ny. S 145/90 mmHg
4. Manajemen Minggu, 04 14.00 Mengajarkan tenik Dian Rumah Masih ada anggota
Kesehatan Tidak Juni 2023 relaksasi otot warga kelompok yang belum
Efektif progresif memahami penuh tindakan
relaksasi otot progresif

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


59

Tekanan darah sebelum


tindakan
Ny. N 140/90 mmHg
Ny. Kho 130/90 mmHg
Tn. N 155/100 mmHg
Ny. Khu 160/100 mmHg
Ny. S 140/80 mmHg
5. Manajemen Senin, 05 Juni 13.00 Mengajarkan tenik Dian Rumah Sebelum dilakukan
Kesehatan Tidak 2023 relaksasi otot warga tindakan TD
Efektif progresif Ny. N 145/95 mmHg
Ny. Kho 140/90 mmHg
Tn. N 160/90 mmHg
Ny. Khu 170/110 mmHg
Ny. S 140/80 mmHg

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


60

EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS


NO DX. Kep Tujuan Hari/Tgl Tindakan/Kegiatan Pelaksan Tempat Kriteria Hasil RTL Rekomend
/Jam an asi
1. Manajemen Anggota Selasa, Pendidikan Dian Rumah Anggota 4 dari 5 kelompok Penkes Anjurkan
Kesehatan kelompo 30 Mei kesehatan terkait warga kelompok Hipertensi sudah perilaku anggota
Tidak k dapat 2023 penyakit hipertensi diharapkan memahami materi sehat kelompok
Efektif memaha 15.00 dan diit hipertensi dapat yang dijelaskan untuk
mi dan memahami menjaga
menerap materi yang pola makan
kan diajarkan
2. Pemeliharaa Anggota Kamis, Edukasi tentang Dian Rumah Anggota Mayoritas anggota Teknik Tetap
n Kesehatan kelompo 01 Juni perilaku sehat pada warga kelompok kelompok sudah relaksasi menjaga
Tidak k dapat 2023 dan kepatuhan diharapkan memahami namun otot kesehatan
Efektif memaha 19.00 program kesehatan dapat kadang malas menjaga progresif dan
mi dan pasien hipertensi memahami perilaku yang sehat perilaku
menerap materi yang sehat
kan diajarkan
3. Manajemen Anggota Sabtu, 03 Mengajarkan teknik Dian Rumah Anggota Sebagian besar Teknik Anggota
Kesehatan kelompo Juni relaksasi otot warga kelompok anggota kelompok relaksasi kelompok
Tidak k dapat 2023 progresif dapat masih belum otot lebih
Efektif memaha 14.00 menerapkan memahami penuh progresif meningkatk
mi dan di rumah tindakan relaksasi otot an
menerap masing- progresif kesadaran
kan masing untuk
melakukan
pemeriksaa
n secara
rutin

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


61

4. Manajemen Anggota Minggu, Mengajarkan teknik Dian Rumah Anggota Masih ada anggota Teknik Rutin
Kesehatan kelompo 04 Juni relaksasi otot warga kelompok kelompok yang belum relaksasi kontrol
Tidak k dapat 2023 progresif dapat memahami penuh otot kesehatan
Efektif memaha 14.30 menerapkan tindakan relaksasi otot progresif
mi dan WIB di rumah progresif
menerap masing-
kan masing
5. Manajemen Anggota Senin, 05 Mengajarkan teknik Dian Rumah Anggota Setelah dilakukan Teknik Rutin
Kesehatan kelompo Juni relaksasi otot warga kelompok tindakan TD relaksasi kontrol
Tidak k dapat 2023 progresif dapat Ny. N 125/75 mmHg otot kesehatan
Efektif memaha 13.30 menerapkan Ny. Kho 135/85 progresif
mi dan WIB di rumah mmHg
menerap masing- Tn. N 140/80 mmHg
kan masing Ny. Khu 150/100
mmHg
Ny. S 120/80 mmHg

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga


62

Dokumentasi

Panduan Praktik Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga

Anda mungkin juga menyukai