PROPOSAL TESIS
PROPOSAL TESIS
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tanda Tangan :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini. Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
proposal tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing tesis yang telah membimbing penulis menyelesaikan proposal tesis yaitu:
(1) Dr. Allenidekania, S.Kp., M.Sc. selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu,
ilmu, dan bimbingan selama proses penyusunan proposal tesis ini.
(2) Ns. Mega Hasanul Huda, S.Kep., M.A.R.S., M.Kep., Sp.Kep.An., Ph.D selaku
pembimbing II yang telah memberikan waktu, ilmu, dan bimbingan selama proses
penyusunan proposal tesis ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Bapak Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
(2) Ibu Dessie Wanda, S.Kp., MN., Ph.D. selaku pembimbing akademik
(3) Pimpinan dan seluruh staf RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberi
dukungan dan semangat baik secara langsung maupun tidak langsung demi
terselesaikan proposal tesis ini.
(4) Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan Anak 2022 yang telah banyak membantu
dalam menyelesaikan tesis ini.
(5) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan proposal tesis ini.
Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga proposal tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan khususnya manajemen keperawatan.
Depok, 13 Desember 2023
Penulis
iv
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7
1.4.1 Pelayanan Keperawatan Anak .................................................................. 7
1.4.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan Anak ................................................... 7
1.4.3 Perkembangan Riset Keperawatan ............................................................ 7
vi
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
viii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
1
2
Talasemia terbagi menjadi dua kategori yaitu talasemia mayor dan minor. Anak dengan
talasemia minor tidak membutuhkan transfusi darah secara rutin, sedangkan talasemia
mayor membutuhkan transfusi darah secara rutin serta memiliki gejala yang lebih berat
sehingga membutuhkan waktu yang berulang ke rumah sakit untuk melakukan transfusi
darah rutin, menjalani terapi kelasi, melakukan pemeriksaan laboratorium berulang,
monitoring terapi serta deteksi dini adanya komplikasi (Trial, 2023). Hal ini terbukti
bahwa terdapat 68,9% anak penderita talasemia ijin dari sekolah guna menjalani transfusi
darah reguler dan pemeriksaan laboratorium yang berulang di rumah sakit yang
berdampak pada penurunan prestasi akademik dan sosial pada anak, sehingga dibutuhkan
peran pengasuh yang optimal dalam mendampingi anak dengan talasemia (Kamil et al.,
2020; Rahmah dan Makiyah, 2022).
Peran pengasuh pada anak penderita mempunyai dampak yang signifikan terhadap
pengobatan yang sedang berjalan, namun kesembuhan belum bisa dipastikan, terutama
pada anak penderita talasemia yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dari
pengasuhnya. Beberapa peran dari pengasuh antara lain mengenal masalah kesehatan,
pengambilan keputusan, upaya memberikan perawatan, mempertahankan suasana rumah
yang mendukung serta menggunakan fasilitas kesehatan (Gultom, 2021). Dalam
Universitas Indonesia
3
penelitian Biswas et al., (2020) melaporkan bahwa sebanyak 324 pengasuh anak
talasemia di India mayoritas adalah ibu (75,9%) yang berpendidikan dasar (66,4%) dan
rata-rata berusia 29,8 tahun.
Penelitian Chowdhury dan Chakraborty, (2017) bahwa kualitas hidup pengasuh buruk
(49,6%) dengan domain terendah adalah domain fisik di mana pengasuh mengalami rasa
lelah dan nyeri pinggang. Askaryzadeh Mahani et al., (2023) yang di lakukan di Iran
Tenggara kepada 200 pengasuh informal talasemia didapatkan kualitas hidup pengasuh
buruk (43%) karena masalah keuangan (32%). Morgan et al., (2022) juga menjelaskan
bahwa kualitas hidup pengasuh buruk karena mengalami depresi 61,7%, cemas 36,7%,
gangguan kesehatan fisik 63,6%, dan masalah keuangan 50,3%. Penelitian lain juga
menjelaskan adanya peningkatan kebutuhan biaya dalam perawatan sedangkan
pendapatan berkurang sehingga hal ini dapat memberikan toksisitas kepada anak dan
pengasuh sehingga kualitas hidup pengasuh rendah (Sadigh et al., 2022). Oleh karena itu,
tenaga kesehatan perlu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kualitas
hidup pengasuh sehingga dapat dikembangkan intervensi untuk meningkatkan kualitas
hidup pengasuh. Peningkatan kualitas hidup pengasuh berdampak pada peningkatan
kualitas hidup anak penderita talasemia (Hadizah et al., 2022).
Universitas Indonesia
4
keberadaan pengasuh lainnya, namun peneliti belum mengevaluasi hal tersebut. Validitas
variabel yang digunakan untuk mengukur variabel tidak dapat digeneralisasikan karena
instrumen yang digunakan oleh peneliti convenience sampling.
Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Yildirim et al., (2022) yang dilakukan pada
141 pengasuh di Turki dan tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan
antara beban pengasuhan dan persepsi dukungan sosial dengan kualitas hidup pada orang
tua yang memiliki anak dengan gangguan hematologi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi dukungan sosial dengan kualitas hidup,
dan hubungan negatif antara persepsi dukungan sosial dengan beban pengasuhan.
Penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia dan belum pernah dilakukan dalam
konteks multikultural.
Menurut penelitian Phiri et al., (2023) menyatakan bahwa kehadiran keluarga berdampak
meningkatkan kesehatan anak dan kepuasan anggota keluarga terhadap perawatan.
Temuan Abukari dan Schmollgruber, (2023) bahwa petugas kesehatan membutuhkan
peran pengasuh dalam melakukan intervensi pengobatan kepada anak untuk
meningkatkan kesehatan anak dan keluarga. Hal ini didukung dengan sikap petugas
kesehatan untuk memfasilitasi, menumbuhkan sikap positif dalam merawat anak. Petugas
Universitas Indonesia
5
kesehatan juga harus menyeimbangkan pengasuhan pada anak dan keluarga (Nightingale
et al., 2023).
Kondisi anak dengan talasemia akan membuat pengasuh mengalami kesedihan yang
berulang-ulang dan berkepanjangan disebut dengan kesedihan kronis. Hal ini sesuai
dengan teori kesedihan kronis. Eakes (1998) mendefinisikan kesedihan kronis dapat
terjadi pada semua situasi di mana rasa kehilangan tidak dapat diselesaikan atau
dihentikan sehingga orang tua mengalami kehilangan (berduka). Kesedihan kronis mirip
dengan emosi lain yang terkait dengan kesedihan terus menerus yang terjadi secara rutin
seiring berjalannya waktu atau yang terjadi karena pengalaman kehilangan (Wijaya &
Arsy, 2022). Penelitian Coughlin dan Sethares, (2017) menggunakan teori kesedihan
kronis pada penelitiannya dengan tujuan untuk mengintegrasikan kesedihan pada
pengasuh yang memiliki anak dengan penyakit kronis dengan hasil: pengasuh akan
mengalami kesedihan kronis yang berat terutama pada ibu dibandingkan ayah. Kesehatan,
krisis perawatan dan perkembangan kesehatan merupakan pemicu munculnya kembali
kesedihan kronis. Sejalan dengan penelitian sebelumnya teori kesedihan kronis dapat
menjelaskan kesedihan kronis yang dialami oleh pengasuh yang anaknya menderita
kanker (Nikfarid et al., 2017). Kesedihan kronis disebabkan oleh prognosis dan
ketidakpastian proses pengobatan penyakit anak. Kesedihan kronis dapat memengaruhi
kualitas hidup pengasuh dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam keluarga.
Peran perawat dalam teori kesedihan kronis adalah metode manajemen eksternal artinya
cara perawat memberikan dukungan kepada pengasuh seperti memberi saran untuk
masuk dalam kelompok tertentu, berkomunikasi dengan orang lain atau saran ke
pelayanan psikiater sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pengasuh (de Lisser,
2017). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
hubungan beban pengasuhan dan persepsi dukungan sosial dengan kualitas hidup
pengasuh yang memiliki anak dengan talasemia.
Universitas Indonesia
6
tatalaksana talasemia sudah pasti akan menurunkan kualitas hidup anak dan pengasuh.
Kualitas hidup adalah sudut pandang individu terhadap keadaan dalam kehidupan. Dalam
pelayanan kesehatan hanya berfokus kepada pasien anak dengan talasemia sehingga
kebutuhan pengasuh sering kali terabaikan. Sementara dalam melakukan perannya,
pengasuh dituntut untuk memberikan serangkaian bantuan yang meliputi aktivitas sehari-
hari pasien, persiapan diet, resimen perawatan diri, manajemen gejala fisik, pemberian
tata laksana, dukungan emosional, manajemen finansial. Pengasuh sebagai pemberi
perawatan melakukan tanggung jawab dengan keterbatasan. Kesenjangan inilah yang
merupakan salah satu faktor tingginya beban pengasuhan yang dirasakan oleh pengasuh
dalam merawat anak talasemia. Selain itu, perjalanan penyakit talasemia dan efek
samping dari tata laksana talasemia dapat menyebabkan kesedihan yang berkepanjangan.
pengasuh perlu mendapatkan dukungan sosial untuk mampu beradaptasi terhadap
berbagai macam keadaan selama proses memberikan pengasuhan kepada anak.
Dukungan sosial penting untuk diberikan karena kondisi fisik dan psikologis pengasuh
akan memengaruhi tatalaksana pengobatan kepada anak. Jika dukungan yang diterima
meningkat maka beban pengasuhan akan berkurang. Di sisi lain, dukungan sosial juga
merupakan faktor positif yang memengaruhi psikologis kesedihan pengasuh. Hadirnya
keluarga dalam merawat anak merupakan bentuk dari dukungan yang diberikan keluarga
kepada pengasuh. Dukungan ini tentu dapat meningkatkan kualitas hidup pengasuh.
Berdasarkan fenomena di atas maka ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “ bagaimana hubungan beban pengasuhan dan persepsi dukungan sosial dengan
kualitas hidup pengasuh yang memiliki anak penderita talasemia”.
Universitas Indonesia
7
1.3.2.2 Mengidentifikasi beban pengasuhan yang dialami responden yang memiliki anak
penderita talasemia.
1.3.2.3 Mengidentifikasi persepsi dukungan sosial yang dialami responden yang memiliki
anak penderita talasemia.
1.3.2.4 Mengidentifikasi hubungan antara beban pengasuhan dengan kualitas hidup
pengasuh yang memiliki anak penderita talasemia.
1.3.2.5 Mengidentifikasi hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan kualitas hidup
pengasuh yang merawat anak penderita talasemia.
1.3.2.6 Mengidentifikasi faktor dominan yang memengaruhi terhadap kualitas hidup
pengasuh anak penderita talasemia.
Universitas Indonesia
8
untuk menyelidiki lebih lanjut faktor-faktor lain yang terkait dengan kesedihan yang
terus-menerus pada pengasuh anak-anak penderita talasemia, serta intervensi untuk
mengurangi kesedihan kronis.
Universitas Indonesia
TINJAUAN LITERATUR
9
10
Universitas Indonesia
11
Pengasuh informal adalah perawatan yang diberikan secara sukarela oleh anggota
keluarga, pasangan, teman dekat atau orang lain yang mampu mengelola semua aspek
kehidupan sehari-hari dan perawatan personal anak (Hellis dan Mukaetova-Ladinska,
2022). Pelaku pengasuhan adalah anggota keluarga, orang tua, teman dekat atau orang
yang mendukung pasien dan memiliki keterampilan serta motivasi untuk berpartisipasi
sesuai dengan kriteria berikut: punya cukup waktu dan bersedia berkomitmen; memiliki
motivasi dan mempunyai kontak berkelanjutan; memiliki akses untuk pasien dan
mengontrol konsekuensi sosial dari perilaku anak; mendemonstrasikan tingkat
keterampilan yang adekuat dan kemampuan untuk belajar keterampilan baru;
menampilkan kesehatan fisik dan mental yang baik dalam berpartisipasi (Mak et al.,
2023). Perawatan yang diberikan keluarga sebagai pengasuh dilakukan secara
berkelanjutan dan ditujukan kepada anggota keluarga yang memerlukan bantuan dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari (Swartz dan Collins, 2019; Kaakinen et al., 2018).
Pengasuh utama seorang anak adalah keluarganya. Keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat mempunyai kekuatan memengaruhi masyarakat. Keluarga merupakan tujuan
utama terbentuknya masyarakat sehat melalui perilaku sehat dari setiap anggota keluarga.
Hal ini menjadikan struktur keluarga baik struktur peran dan kekuatan keluarga akan
memengaruhi kesehatan masyarakat secara umum. Keluarga bertanggung jawab terhadap
pemenuhan kebutuhan anggota keluarga antara lain kebutuhan akan kesehatan (Marilyn,
2019).
Universitas Indonesia
12
pada keluarga adalah cara inovatif untuk merencanakan, memberikan, dan mengevaluasi
layanan kesehatan berdasarkan kemitraan yang saling menguntungkan antara penyedia
layanan kesehatan, pasien, dan keluarga mereka. Konsep inti dari perawatan yang
berpusat pada keluarga adalah mendengarkan dan menghormati keputusan dan sudut
pandang keluarga pasien, memberikan informasi dan berbagi informasi, serta mendukung
dan mendorong keterlibatan keluarga dalam perawatan anak (Wahyuni et al., 2021).
Pengasuh yang memiliki anak yang menderita penyakit, harus mampu melakukan : 1)
mengelola perawatan penyakit. Tanggung jawab utama merawat anak yang sakit kronis
berada di tangan pengasuhnya. Dalam hal ini, pengasuh harus memiliki pengetahuan
tentang penyakit dan rencana pengobatan untuk memberikan perawatan yang tepat
kepada anak baik di dalam maupun di luar rumah sakit; 2) mampu mengenali dan
memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan untuk memenuhi kebutuhan khusus
anak; 3) merawat anggota keluarga yang lainnya. Selain memiliki tanggung jawab untuk
merawat anak yang menderita penyakit kronis, anak juga perlu mendukung
perkembangan individu anak yang lain dan mempererat kekompakan keluarga; 4) bisa
mengurus diri sendiri. Saat merawat anak yang menderita penyakit kronis, pengasuh
kehilangan banyak aktivitas pribadi, baik secara fisik maupun mental (Sopha et al., 2023).
Penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Siska, (2018) bahwa dukungan keluarga yang
mendukung dalam pengobatan anak sebesar 81% berhubungan dengan kepatuhan anak
dalam pelaksanaan terapi talasemia. Sama dengan penelitian sebelumnya Nurvinanda et
al., (2019) bahwa anak mendapat dukungan dari internal keluarga dan eksternal keluarga
dalam bentuk emosional, informasi serta finansial. Sollazzo et al., (2023) menyatakan
bahwa keluarga memiliki kontribusi terhadap perawatan diri pasien seperti melakukan
pemeliharaan perawatan diri, pemantauan perawatan diri dan manajemen perawatan diri
dan efek samping dari pengobatan. Terkait kategori keluarga terhadap perawatan diri
antara lain kepatuhan pengobatan, dukungan aktivitas kehidupan sehari-hari, adaptasi
pola makan, tindak lanjut pengobatan, mencari informasi pengobatan dan membantu
aktivitas fisik. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berfokus kepada keluarga yang
merawat anggota keluarga dan memiliki hubungan darah dengan anggota keluarga yang
sakit talasemia secara langsung (ayah, ibu, adik, kakak atau tidak langsung kakek, nenek,
keponakan, sepupu, dan tante).
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Beberapa teori beban pengasuhan yang digunakan yaitu Zarit Burden Interview yang
memiliki aspek pada beban pribadi dan beban sebagai peran pengasuh. Teori Caregiver
Reaction Assessment Scale (CRA) memiliki aspek harga diri, dukungan yang tidak
memadai, dampak yang tidak memadai, efek yang diakibatkan jadwal, efek yang terjadi
pada kesehatan. Teori Caregiver Burden inventory (CBI) memiliki aspek antara lain
beban pekerjaan, efek pada fisik dan dampak terhadap perekonomian. Sedangkan teori
menurut Zarit Caregiver Burden Scale (ZBS) memiliki aspek antara lain: domain negatif
pengasuhan, efek pada fisik dan dampak pada kehidupan sosial.
Universitas Indonesia
16
marah atau frustrasi, beban psikologis dan reaksi emosional, tekanan pribadi, dan tekanan
peran sebagai pengasuh (Al-Rawashdeh et al., 2016).
Universitas Indonesia
17
Sumber dukungan sosial keluarga berasal dari keluarga inti seperti orang tua, saudara
kandung serta anggota keluarga besar seperti kakek, nenek, bibi dan anggota keluarga
lainnya. Selain itu, dukungan sosial juga dapat diperoleh dari teman seperti teman di
lingkungan pekerjaan, teman di lingkungan rumah maupun teman dalam peran sosial.
Dukungan sosial juga dapat diperoleh dari pihak signifikan yaitu pihak lain yang
dianggap penting bagi seseorang, yang merujuk pada berbagai peran seperti pasangan,
pemuka agama, dokter, terapis, dan sebagainya (Zimet et al., 1988). Pada studi yang
dilakukan terhadap 12 0rang perempuan yang berusia 29-54 tahun, ditemukan bahwa
dukungan sosial didapat dari sikap peduli dengan orang lain, memberi dan menerima
dukungan, dan berbagi pengalaman (Zanotto et al., 2023).
Berdasarkan perbandingan bentuk dukungan sosial oleh beberapa ahli, maka bentuk
dukungan sosial yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Zimet yang dikenal
dengan konsep multidimensi yang mengukur persepsi dari tiga dimensi yaitu keluarga
(family), teman (friends) dan orang yang dianggap penting (significant others). Keluarga
merupakan sumber dukungan utama yang nyata bagi pengasuh. Dukungan yang diperoleh
dari teman biasanya dalam bentuk bantuan untuk meringankan permasalahan yang
dialami. Dukungan yang berasal teman memiliki lingkup yang lebih luas daripada
keluarga karena menyediakan dukungan yang nyata dalam permasalahan sehari-hari.
Universitas Indonesia
18
Dukungan dari orang lain yang dianggap penting contohnya petugas kesehatan, pemuka
agama, teman sebaya, dan atasan.
Dukungan sosial dapat diberikan kepada seorang individu ada tiga bentuk yaitu informasi,
emosi, dan instrumental. Dukungan informasi merujuk pada berbagai informasi, nasihat,
maupun saran yang relevan dengan permasalahan atau kebutuhan seseorang sehingga
informasi tersebut dapat membantunya dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami.
Pada umumnya, dukungan informasi diperoleh melalui hubungan yang bersifat
profesional seperti dari lingkungan pekerjaan. Berbeda halnya dengan dukungan
emosional yang mengacu pada segala bentuk dukungan yang ditandai dengan adanya
kesempatan untuk berbagi rasa frustrasi dengan orang lain, kehadiran orang lain yang
peduli dan dapat mendengarkan serta dalam bentuk meyakinkan pemikiran dan perasaan
yang dimiliki. Pada umumnya dukungan emosional diberikan oleh orang yang memiliki
hubungan yang dekat. Selain itu ada juga dukungan instrumental (tangiable) yang
merupakan bentuk dukungan secara konkret seperti bantuan keuangan, material yang
dibutuhkan, hadiah, maupun kontribusi berupa waktu dan perhatian yang diberikan
(Cohen, 2004).
Schwarzer & Leppin, (1991) Mengungkapkan konsep lain tentang bentuk dukungan
sosial yang dikenal sebagai social provision atau kebutuhan-kebutuhan yang diperoleh
melalui berbagai jenis hubungan dengan orang lain baik dari teman, anggota keluarga,
kolega, atasan hingga orang lain yang dianggap penting. Konsep social provision
dianggap sebagai suatu konsep dukungan sosial karena dengan tersedianya kebutuhan
interpersonal dapat membantu individu meringankan stres yang dialami. Dengan
terpenuhinya aspek pada social provision dapat membantu meringankan stres dalam dua
bentuk yaitu menyelesaikan masalah secara langsung dan bantuan yang tidak langsung
berkaitan dengan masalah. Dukungan yang berkaitan langsung dengan masalah umumnya
berupa bimbingan, serta kesediaan pihak yang dapat di andalkan untuk memberikan
bantuan tindakan. Sementara bentuk dukungan yang tidak langsung berkaitan dengan
masalah terjadi melalui mekanisme kognitif seperti meningkatkan efikasi diri atau
memberikan dampak pada proses atribusi.
Universitas Indonesia
19
Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) menyebutkan bahwa ada enam kebutuhan yang
dapat terpenuhi melalui interaksi sosial yaitu bimbingan, pengakuan, integrasi sosial,
kelekatan, kesempatan untuk merasa dibutuhkan, dan hubungan yang dapat diandalkan.
1) Bimbingan
Bimbingan atau pengarahan merupakan bentuk dukungan sosial yang diperoleh melalui
nasihat, saran, atau informasi. Umumnya dibentuk dukungan ini diperoleh dari hubungan
dengan rasa percaya, serta dari individu yang memiliki otoritas untuk memberikan saran
maupun bantuan seperti pasangan atau figur yang di hormati (Schwarzer & Leppin,
1991).
2) Pengakuan
Bentuk dukungan ini di artikan sebagai perasaan memiliki dan menjadi bagian dalam
suatu kelompok yang berbagi kesamaan minat, kepedulian, serta aktivitas yang disenangi.
Bentuk dukungan ini biasanya diperoleh hubungan pertemanan atau jejaring sosial yang
memiliki kesamaan minat dan kepedulian. Adanya ikatan sosial memberikan
kenyamanan, keamanan, kesenangan dan rasa identitas (Zanotto et al., 2023).
4) Kelekatan
Kelekatan merupakan kedekatan secara emosional dengan orang lain yang memberikan
rasa aman. Seseorang yang menerima dukungan dalam bentuk kelekatan memiliki
perasaan tenteram, aman, dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang bahagia.
Umumnya kelekatan diperoleh dari interaksi dengan pasangan maupun dengan anggota
keluarga (Ding et al., 2023).
5) Peluang untuk merasa dibutuhkan
Bentuk dukungan ini dimaknai sebagai adanya perasaan bahwa orang lain membutuhkan
dirinya dan membutuhkan perasaan nyaman dari dirinya. Dukungan sosial ini diperoleh
melalui hubungan yang membuat seseorang merasa bertanggung jawab atas kenyamanan
Universitas Indonesia
20
orang lain, misalnya hubungan antara orang tua dengan anak atau guru dengan siswa.
Meskipun terkesan seperti berada pada pihak yang memberikan dukungan dibanding
menerima dukungan, namun kedua pihak baik memberi maupun menerima, memberikan
dampak yang sama pada kesehatan mental serta melalui mekanisme kognitif yang sama.
6) Hubungan yang dapat diandalkan
Dukungan ini diperoleh dalam bentuk keyakinan bahwa pengasuh memiliki orang lain
yang dapat diandalkan untuk diminta pertolongan. Umumnya dukungan ini diperoleh dari
hubungan interpersonal yang memungkinkan seseorang untuk dapat mengandalkan
bantuan dalam berbagai situasi, misalnya hubungan antar anggota keluarga (Reblin et al.,
2023).
Universitas Indonesia
21
Kizza & Muliira, (2020) yang dilakukan pada 318 pengasuh bahwa pengasuh yang
memiliki dukungan sosial akan berpengaruh terhadap kualitas hidup pengasuh tersebut.
Penelitian Zhang et al., (2023) yang dilakukan di China dengan didapat bahwa dukungan
sosial yang baik memiliki akses terhadap bantuan ketika menghadapi tantangan dalam
pengasuhan. Dukungan sosial didapatkan dari keluarga dan teman sehingga mengurangi
beban pengasuhan. Penelitian ini memiliki Cronbach alfa adalah 0,91. Instrumen ini juga
telah digunakan di Indonesia oleh Aprianti, (2012) dan telah di uji coba dengan hasil uji
validitas dan reliabilitas baik yaitu nilai Cronbach alfa 0,76.
Universitas Indonesia
22
pengasuh anak. Pengasuh yang merawat anak dengan masalah kesehatan fisik memiliki
beban pengasuhan dan kualitas hidup yang lebih buruk (Biswas et al., 2020; Izaguirre -
Bordelois et al., 2021). Faktor yang memengaruhi kualitas hidup adalah:
2.5.2.1 Usia Pengasuh
Pengasuh yang memiliki anak dengan penyakit kronis mayoritas dilakukan oleh ibu
(63,9%) dengan usia rata-rata 29,8 tahun dan ayah (36,1%) dengan usia rata-rata 34,8
tahun (Spurr et al., 2023).
2.5.2.2 Usia Anak
Anak penderita talasemia mayor adalah 25%, talasemia carier 50 % dengan kelompok
usia 8-12 tahun (Kamil et al., 2020).
2.5.2.3 Usia Anak Saat Terdiagnosa Talasemia
Mayoritas anak penderita talasemia sedang hingga berat menunjukkan tanda dan gejala
di usia kurang dari 2 tahun. Untuk memastikannya anak akan di periksa darah untuk
mengetahui jumlah sel darah merah, bentuk, ukuran dan warna (Helwig et al., 2022).
Menurut penelitian Biswas et al., (2020) usia rata-rata anak saat didiagnosis talasemia
adalah 20 bulan.
2.5.2.4 Jenis Kelamin
Menunjukkan bahwa mayoritas pengasuh adalah perempuan sehingga memperjelas
peranan perempuan yang memang sejak dari dulu sebagai pemberi perhatian. Penelitian
Izaguirre–Bordelois et al. (2021) terhadap 40 responden pengasuh yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 38 responden (95%).
2.5.2.5 Suku
Suku atau etnik adalah merupakan suatu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dengan
kesatuan lain berdasarkan akar budaya dan identitas khususnya bahasa. Dengan kata lain
suku adalah sekelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas serta
diperkuat suatu kesatuan bahasa (Masyarakat Dan Kebudayaan, 1980).
2.5.2.6 Pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Biswas et al. (2020) bahwa pengasuh yang memiliki
tingkat pendidikan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mendapatkan kualitas hidup
yang baik. Tingkat pendidikan menentukan apakah seseorang untuk memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang lebih komprehensif dan ketika petugas
kesehatan memberikan pendidikan kesehatan dan masalah kesehatan anak, keluarga
Universitas Indonesia
23
memahami informasi yang diberikan dapat berguna untuk pengobatan selanjutnya (Putri
et al., 2022).
2.5.2.7 Pekerjaan
Perasaan negatif sering berdampak langsung pada pekerjaan orang tua. Orang tua yang
merasa bersalah cenderung kurang produktif di tempat kerja karena merasa tidak mampu
memenuhi tanggung jawab dalam mengasuh anak sehingga orang tua sering menarik diri
dari aktivitas yang dianggap menyebabkan situasi tersebut. Kecenderungan itu berpotensi
dalam menghambat pengembangan karier dan bahkan orang tua meninggalkan
pekerjaannya (Bishop Katie, 2022).
2.5.2.8 Hubungan Dengan Anak
Hubungan merupakan bentuk interaksi sosial yang saling memengaruhi antara individu
satu dengan yang lainnya. Hubungan juga hasil dari kebutuhan manusia akan rasa aman,
kasih sayang, dan pengakuan atas eksistensi dirinya (Aboulafia & Taylor, 2008).
2.5.2.9 Sosio Ekonomi
Universitas Indonesia
24
Felce & Perry, Schalock et al., WHO, (1996) Hagerty et al., Cummins (1997)
(1995) (2005) (2001)
6 domain 8 domain 6 domain 7 domain 7 domain
Hak atau
kesejahteraan Hak - - -
warnga negara
Hubungan Hubungan sosial/
- Hubungan antar - dengan keluarga keluarga
pribadi dan teman-
teman.
Berdasarkan perbandingan dimensi kualitas hidup yang dilakukan oleh beberapa ahli,
maka dimensi kualitas hidup yang digunakan dalam penelitian adalah kualitas hidup versi
World Health Organization Quality of Life Breff (WHOQOL-BREF) karena mampu
mewakili domain dan facet kualitas hidup. Menurut WHO, kualitas hidup mempunyai
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Teori kesedihan kronis didasarkan pada konsep peristiwa pemicu, khususnya pengalaman
kehilangan dalam hidup seseorang. Kehilangan terjadi karena adanya perbedaan antara
harapan/ keinginan dengan kenyataan yang terjadi. Kehilangan akan mengakibatkan
kesedihan yang mendalam yang kemudian muncul permasalahan lain akibat
ketidaksesuaian, kerugian yang belum terselesaikan. Masalah ini terjadi terus-menerus,
sering dan permanen. Gejala kesedihan muncul secara bertahap dan cenderung
memburuk. Kerugian dapat terjadi karena adanya perbedaan antara situasi yang
Universitas Indonesia
30
Peristiwa pemicu adalah situasi dan kondisi yang dapat menimbulkan penyimpangan
yang membuat kesedihan. Metode koping diartikan sebagai cara individu menghadapi
nyeri kronik yang bersifat internal atau eksternal. Mekanisme koping yang tidak efektif
disebabkan oleh strategi yang meningkatkan keparahan perasaan kronis pasien.
Penatalaksanaan yang efektif dihasilkan dari strategi yang memberikan kenyamanan
pasien yang lebih besar (Wensley et al., 2020).
Teori kesedihan kronis dapat digunakan untuk menjelaskan kondisi ibu yang merawat
anak penderita talasemia. Saat pertama kali didiagnosis menderita talasemia, para ibu
yang anaknya menderita talasemia akan sangat sedih karena harapannya untuk
melahirkan bayi yang normal dan sehat tidak akan terwujud. Ketika para pengasuh
mendampingi dan merawat anaknya, mereka mungkin merasa bersalah karena telah
memberikan anaknya penyakit yang sulit diobati dan memerlukan pengobatan jangka
panjang. Kondisi ini akan sering terjadi pada pengasuh yang bergantung pada kesehatan
anaknya. Mekanisme koping dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dan efek yang
positif maupun negatif terhadap penyesuaian pengasuh. Jika pengasuh dapat
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
2.7 Kerangka teori
Beban pengasuhan
33
34
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis Nol (Ho)
Tidak terdapat hubungan antara beban pengasuhan, persepsi dukungan sosial dengan
kualitas hidup pengasuh yang memiliki anak penderita talasemia.
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Beban Suatu proses atau kegiatan Kuesioner Skala likert Rentang nilai Interval
Pengasuhan yang harus diselesaikan Zarit Burden 0 sampai 4 0 dan
seseorang dalam Scale versi 0=Tidak maksimal skor
menjalankan tugas yang Bahasa pernah 88
memiliki kesulitan dalam Indonesia 1=Jarang
merawat anak, dibagi 2=Kadang
dalam dua bagian yaitu role 3=Sering
strain (dampak beban 4=Selalu
pengasuhan secara umum)
dan personal strain
(tekanan secara psikologis)
2. Persepsi Dukungan yang diterima Kuesioner Skala likert Jumlah skor Interval
Dukungan responden dari keluarga, Multidimensio dengan 12 kumulatif dari
Sosial teman, kolega dan n Perceived item diberi ketiga dimensi
integritas sosial lainnya Sosial support nilai skor 1 dibagi 4. Nilai
yang diterima pengasuh. (MPSS) versi sampai 7. lebih tinggi
Bahasa 1=Sangat menunjukkan
Indonesia tidak setuju dukungan
2=Tidak sosial baik
setuju
3=Agak
tidak setuju
4=Netral
5=Agak
setuju
Universitas Indonesia
35
6=Setuju
7=Sangat
setuju
3. Kualitas Persepsi atau pandangan Kuesioner WHOQOL- Jumlah skor Interval
Hidup subjektif pengasuh dan WHOQOL- Bref versi kumulatif dari
Pengasuh yang dampak yang dirasakan Bref versi bahasa keempat
Memiliki baik secara fisik, bahasa Indonesia. dimensi. Nilai
Anak Dengan psikologis maupun Indonesia. Skor lebih tinggi
Talasemia lingkungan sosial yang diperoleh menunjukkan
dialami pengasuh. melalui kualitas hidup
perhitungan lebih baik.
dengan Skor QOL
menggunaka minimal =0
n rumus dan maksimal
baku WHO = 100
dan
ditransforma
sikan dalam
skala 0-100
4. Domain Fisik Persepsi pengasuh yang Kuesioner 7 item Jumlah skor Interval
memiliki anak dengan WHOQOL- dengan kumulatif dari
talasemia rasa sakit, Bref versi Skala likert dimensi
pengobatan, vitalitas, bahasa 1 sampai 5 kesehatan
kemampuan bergaul, tidur, Indonesia 1=sangat fisik. Nilai
dan kemampuan buruk lebih tinggi
beraktivitas. 2=buruk menunjukkan
3=biasa saja kualitas hidup
4=baik lebih baik.
5=sangat Skor QOL
baik minimal=0
dan skor
maksimal=100
Universitas Indonesia
36
(Benites et al.,
2022)
10. Keparahan Kondisi penyakit anak Satu item Kuesioner 1=Talasemia Ordinal
Penyakit anak demografi non dependen
2=Talasemia
dependen
3=Talasemia
dengan
transfusi dan
komplikasi
10. Suku Identitas suku atau etnik Satu item Kuesioner Hasil Nominal
yang terikat pada budaya demografi dinyatakan
dalam
persentase
11. Jenis kelamin Identitas seksual Satu item Pengukuran 1. Laki-laki Nominal
Caregiver responden sejak lahir berbentuk menggunaka 2.Perempuan
pilihan. n lembar
karakteristik
responden
12. Pendidikan Tingkat pendidikan yang Satu item Kuesioner 1 = rendah Ordinal
ditamatkan responden berbentuk tentang (SD, SMP dan
pilihan. pendidikan. SMA)
2= tinggi
(Perguruan
tinggi)
(Kassir et al.,
2021)
Universitas Indonesia
37
13. Pekerjaan Aktivitas yang dilakukan Satu item Kuesioner Hasil ukur Nominal
responden untuk berbentuk demografi dinyatakan
menghasilkan uang. pilihan. dalam
1= Tidak
bekerja: IRT/
berhenti kerja/
menolak
bekerja
2= Bekerja :
PNS, pegawai
swasta,
pedagang
14. Sosial Penghasilan keluarga Satu item Kuesioner 1= rendah < Ordinal
Ekonomi berupa upah, keuntungan berbentuk demografi Rp. 3.500.000
atau pemberian pihak lain. pilihan. 2= tinggi > Rp.
3500.000
(UMR Medan)
15. Hubungan Interaksi yang saling Satu item Kuesioner 1.Orang tua Nominal
dengan pasien memengaruhi. berbentuk demografi 2.Signifikan
pilihan other atau
orang yang
berarti
Universitas Indonesia
38
Kriteria eksklusi adalah karakteristik yang tidak dimiliki oleh calon responden, sehingga
harus dikeluarkan dari penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: pengasuh
yang memiliki gangguan kognitif.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang memiliki karakteristik
mendekati karakteristik populasi (Aksara, 2021). Perhitungan besar sampel dalam
penelitian ini menggunakan software yaitu G-Power 3.1 dengan uji linear multiple
regression random model yang menggunakan nilai efek size 0,32; α=0,05 dan β=0,95
Dengan mempertimbangkan antisipasi kemungkinan responden ada yang drop out saat
penelitian maka peneliti melakukan penambahan jumlah sebesar 30% melalui koreksi
perhitungan sampel dengan rumus sebagai berikut:
n’ = n ÷ (1 − f)
keterangan :
n’ = besar sampel setelah diperkirakan drop out
n = besar sampel
f = perkiraan proporsi drop out
Universitas Indonesia
39
n’ = n ÷ (1 − f)
n’ = 92 ÷ (1 – 30%)
n’ = 131,4 = 131
Dari hasil perhitungan sampel dengan rumus di atas, didapatkan sampel keseluruhan
berjumlah 131 partisipan.
Universitas Indonesia
40
dilakukan oleh peneliti dengan memberi kesempatan yang sama kepada semua responden
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk berperan serta dalam penelitian (“The
Principle of Respect for Human Vulnerability and Personal Integrity,” 2014).
Universitas Indonesia
41
pengasuhan dengan sensitivitas 75%, spesifisitas 83,6% dan akurasi 79,2%. Hasil ini
menunjukkan bahwa Zarit Burden Interview adalah ukuran yang dapat diandalkan dan
valid untuk menilai beban pengasuhan.
Secara empiris instrumen ini telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengukur
dukungan sosial pada pengasuh. Di antaranya yang dipublikasikan oleh Kizza & Muliira,
(2020) yang dilakukan pada 318 pengasuh bahwa pengasuh yang memiliki dukungan
sosial akan berpengaruh terhadap kualitas hidup pengasuh tersebut. Penelitian Zhang et
al., (2023) yang dilakukan di China dengan didapat bahwa dukungan sosial yang baik
memiliki akses terhadap bantuan ketika menghadapi tantangan dalam pengasuhan.
Dukungan sosial didapatkan dari keluarga dan teman sehingga mengurangi beban
pengasuhan. Penelitian ini memiliki Cronbach alfa adalah 0,91. Instrumen ini juga telah
digunakan di Indonesia oleh Aprianti, (2012) dan telah di uji coba dengan hasil uji
validitas dan reliabilitas baik yaitu nilai Cronbach alpha 0,76.
Universitas Indonesia
42
dengan persepsi dukungan sosial. Instrumen ini berisi 4 domain yaitu domain fisik yang
terdiri dari tujuh pernyataan (3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18); domain psikologis terdiri dari
enam pernyataan (5, 6, 7, 11, 19, dan 26); domain hubungan sosial terdiri dari tiga
pernyataan (20, 21, dan 22); domain lingkungan terdiri dari delapan pernyataan (8, 9, 12,
13, 14, 23, 24, dan 25). Rentang jawaban dengan menggunakan skala likert skor 1= jika
sangat buruk, skor 2 = jika buruk, skor 3 = biasa saja, skor 4 = jika baik, skor 5 jika sangat
baik.
Universitas Indonesia
43
peneliti melakukan pengecekan kelengkapan kuesioner. Jika ada data yang belum
lengkap, maka peneliti akan meminta responden untuk melengkapinya.
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
DAFTAR REFERENSI
Aboulafia, M., & Taylor, S. (2022). George Herbert Mead. Stanford encyclopedia of philosophy.
Adelman, R. D., Tmanova, L. L., Delgado, D., Dion, S., & Lachs, M. S. (2014). Caregiver
burden: A clinical review. Jama, 311(10), 1052–1059.
https://doi.org/10.1001/jama.2014.304
Alligood, M. R. (2017). Nursing theorists and their work – e-book: nursing theorists and their
Work - E-Book. Elsevier Health Sciences.
Https://books.google.co.id/books?Id=l7stdwaaqbajAboulafia, M., & Taylor, S. (2008).
George Herbert Mead.
Aksara, P. T. B. (2021). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bumi Aksara.
https://books.google.co.id/books?id=wY8fEAAAQBAJ
Al-Rawashdeh, S. Y., Lennie, T. A., & Chung, M. L. (2016). Psychometrics of the Zarit Burden
Interview in Caregivers of Patients With Heart Failure. The Journal of Cardiovascular
Nursing, 31(6), E21–E28. https://doi.org/10.1097/JCN.0000000000000348
Alam, S., Hannon, B., & Zimmermann, C. (2020). Palliative care for family caregivers. Journal
of Clinical Oncology, 38(9), 926–936. https://doi.org/10.1200/JCO.19.00018
Amalia, A., & Rahmatika, R. (2020). Peran Dukungan Sosial bagi Kesejahteraan Psikologis
Family Caregiver Orang dengan Skizofrenia (Ods) Rawat Jalan. Jurnal Ilmu Keluarga Dan
Konsumen, 13(3), 228–238. https://doi.org/10.24156/jikk.2020.13.3.228
Aprianti, I. (2012). Hubungan Antara Perceived Social Support dan Psychological Well Being
pada Mahasiswa Perantau Tahun Pertama di Universitas Indonesia.
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320186-S-Indah Aprianti.pdf
Arias-Rojas, M., Arredondo Holgín, E., Carreño Moreno, S., Posada López, C., & Tellez, B.
(2022). Validation of the Latin American-Spanish version of the scale ‘Quality of Life in
Life-Threatening Illness–Family Caregiver Version’ (QOLLTI-F). Health and Social Care
in the Community, 30(3), e832–e841. https://doi.org/10.1111/hsc.13453
Arsy, G. R., & Wijaya, Y. A. (2022). Middle Range Theory : Chronic Sorrow. February, 1–38.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.20251.54566
Askaryzadeh Mahani, M., Ghasemi, M., Arab, M., Baniasadi, Z., Omidi, A., & Irani, P. S. (2023).
The correlation between caregiver burden with depression and quality of life among
informal caregivers of hemodialysis and thalassemia patients during the COVID-19
pandemic: a cross-sectional study. BMC Nursing, 22(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12912-023-01351-4
Bamber, M. D., Mahony, H., & Spratling, R. (2023). Mothers of Children With Special Health
Care Needs: Exploring Caregiver Burden, Quality of Life, and Resiliency. Journal of
Pediatric Health Care, 1–9. https://doi.org/10.1016/j.pedhc.2023.06.003
Baudry, A. S., Charton, E., Piessen, G., Vanlemmens, L., Cortot, A., Ceban, T., Anota, A., &
Christophe, V. (2023). Emotional distress, supportive care needs and age in the prediction
of quality of life of cancer patients’ caregivers: A cross-sectional study. European Journal
of Oncology Nursing, 64(October 2022). https://doi.org/10.1016/j.ejon.2023.102324
Benites, A. C., Rodin, G., de Oliveira-Cardoso, É. A., & dos Santos, M. A. (2022). “You begin
to give more value in life, in minutes, in seconds”: spiritual and existential experiences of
family caregivers of patients with advanced cancer receiving end-of-life care in Brazil.
Supportive Care in Cancer, 30(3), 2631–2638. https://doi.org/10.1007/s00520-021-06712-
w
Biswas, B., Naskar, N. N., Basu, K., Dasgupta, A., Basu, R., & Paul, B. (2020). Care-related
quality of life of caregivers of beta-Thalassemia Major children: An epidemiological study
in Eastern India. Journal of Epidemiology and Global Health, 10(2), 168–177.
https://doi.org/10.2991/jegh.k.200102.003
Burke, M. L., Eakes, G. G., & Hainsworth, M. A. (1999). Milestones of chronic sorrow:
Universitas Indonesia
48
Perspectives of chronically ill and bereaved persons and family caregivers. Journal of
Family Nursing, 5(4), 374–387. https://doi.org/10.1177/107484079900500402
Cappellini, M. D., Cohen, A., Porter, J., Taher, A., & Viprakasit, V. (2014). Guidelines for the
Management of Transfusion Dependent Thalassaemia (TDT). Thalassaemia International
Federation.
Chowdhury, M. A., Sultana, R., Das, D., Yadav, S. S., Panchal, P., Menon, K. C., Velandia, M.
R., Moreno, S. P. C., Toledano-toledano, F., De la Rubia, J. M., Nabors, L. A., Dominuez-
Gueda, T., Salinas Escudero, G., Luna, D., Lopez, L., Tran, D. C., Dang, A. L., Lan Hoang,
T. N., Nguyen, C. T., … Nguyen, T. T. (2022). Prevalence of Thalassemia in the Vietnamese
Population and Building a Clinical Decision Support System for Prenatal Screening for
Thalassemia. Hemoglobin, 46(1), 1–18. https://doi.org/10.4084/MJHID.2023.026
Chowdhury, S., & Chakraborty, P. pratim. (2017). Universal health coverage ‑ There is more to
it than meets the eye. Journal of Family Medicine and Primary Care, 6(2), 169–170.
https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc
Cohen, S. (2004). Cohen (2004) - Social Relationships and Health. American Psychologist,
November, 676–684.
Coughlin, M. B., & Sethares, K. A. (2017). Chronic Sorrow in Parents of Children with a Chronic
Illness or Disability: An Integrative Literature Review. Journal of Pediatric Nursing,
37(2017), 108–116. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2017.06.011
Dahlan, S. (2017). Hipotesis Korelatif. In Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan: Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi SPSS (pp. 221–232).
https://doku.pub/download/statistik-untuk-kedokteran-dan-kesehatan-msopiyudin-dahlan-
30j8pxk4p5lw
de Lisser, A. (2017). Chronic Sorrow in the Elderly. Archives of Psychiatric Nursing, 31(6), 647–
648. https://doi.org/10.1016/j.apnu.2017.04.008
Ding, Y. M., Liu, C. P., Xu, H. X., Wang, M. J., Zhang, J. Y., Gu, J. Y., Cui, Y., Wei, L., &
Zhang, Y. (2023). Effect of social support on illness perception in patients with atrial
fibrillation during “Blanking Period”: Mediating role of sense of mastery. Nursing Open,
10(1), 115–122. https://doi.org/10.1002/nop2.1284
Dziwota, E., Stepulak, M. Z., Włoszczak-Szubzda, A., & Olajossy, M. (2018). Social functioning
and the quality of life of patients diagnosed with schizophrenia. Annals of Agricultural and
Environmental Medicine : AAEM, 25(1), 50–55. https://doi.org/10.5604/12321966.1233566
Gultom. (2021). BUKU AJAR KEPERAWATAN KELUARGA. In Galang Tanjung (Issue
2504). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIKES Panrita Husada
Bulukumba.
Guo, H., Sek-yum Ngai, S., & Sun, T. (2023). Social support and subjective well-being of
noncustodial grandparent caregivers in urban China: The mediating roles of generative acts.
Geriatric Nursing, 52, 98–105. https://doi.org/10.1016/j.gerinurse.2023.05.010
Hadizah, N., Rukaya, B. E., & Syuhada. (2022). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas
Hidup Anak Thalasemia. Jurn, 2(2), 86–92.
Hamilton‐Smith, E. (2004). Quality of Life Research: a critical introduction. Australian Social
Work, 57(3), 310–311. https://doi.org/10.1111/j.1447-0748.2004.00157.x
Hanisah, B. (2012). Sensitivitas pengasuhan terhadap kualitas kelekatan anak buruh migran.
Media Ilmu Kesehatan, 1(1), 33–38.
Hellis, E., & Mukaetova-Ladinska, E. B. (2022). Informal Caregiving and Alzheimer’s Disease:
The Psychological Effect. Medicina (Kaunas, Lithuania), 59(1).
https://doi.org/10.3390/medicina59010048
Helwig, N. E., Hong, S., & Hsiao-wecksler, E. T. (2022). Talasemia.
Hilditch, J. R., Lewis, J., Peter, A., van Maris, B., Ross, A., Franssen, E., Guyatt, G. H., Norton,
P. G., & Dunn, E. (1996). A menopause-specific quality of life questionnaire: development
and psychometric properties. Maturitas, 24(3), 161–175. https://doi.org/10.1016/s0378-
5122(96)82006-8
Universitas Indonesia
49
Hinonaung, J. S. H., Sriasih, N. K., Pramadhani, W., Dewi, L. M. A., Utami, K. C., Natalia, E.,
Rismawan, M., Sukmandari, N. M. A., Berutu, H., & Widiastuti, I. A. K. S. (2023).
KEPERAWATAN ANAK. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Izaguirre - Bordelois, M., Adum - Lípari, M. N., & German - Cordero, B. G. (2021). Agotamiento
psicológico en cuidadores de personas con discapacidad TT - Psychological exhaustion in
carers of disability people. Medisan, 25(6), 1309–1323.
http://scielo.sld.cu/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1029-30192021000601309
Juniper, B., Susanah, S., & Gurnida, D. A. (2019). Evaluasi Fungsi Ginjal pada Penyandang
Talasemia- β Mayor Anak. 21(38), 89–95.
Kamil, J., Gunantara, T., & Suryani, Y. D. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kualitas Hidup Penderita Talasemia Anak di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun
2019. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 2(2), 140–144.
https://doi.org/10.29313/jiks.v2i2.5848
Karimi Moghaddam, Z., Rostami, M., Zeraatchi, A., Mohammadi Bytamar, J., Saed, O., &
Zenozian, S. (2023). Caregiving burden, depression, and anxiety among family caregivers
of patients with cancer: An investigation of patient and caregiver factors. Frontiers in
Psychology, 14. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2023.1059605
Kassir, Z. M., Li, J., Harrison, C., Johnson, J. T., & Nilsen, M. L. (2021). Disparity of perception
of quality of life between head and neck cancer patients and caregivers. BMC Cancer, 21(1),
1–9. https://doi.org/10.1186/s12885-021-08865-7
Kiehn, O., & Car. (2017). 乳鼠心肌提取 HHS Public Access. Physiology & Behavior, 176(3),
139–148. https://doi.org/10.1097/JCN.0000000000000348.Psychometrics
Liu, Z., Heffernan, C., & Tan, J. (2020). Caregiver burden: A concept analysis. International
Journal of Nursing Sciences, 7(4), 438–445. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2020.07.012
Mak, H. W., Lydon-Staley, D. M., Lunkenheimer, E., Lai, M. H. C., & Fosco, G. M. (2023). The
roles of caregivers and friends in adolescent daily emotion dynamics. Social Development
(Oxford, England), 32(1), 263–282. https://doi.org/10.1111/sode.12637
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia /Koentjaraningrat. (1980). Djambatan.
https://books.google.co.id/books?id=i6PFPgAACAAJ
Mieg, H. A. (2006). Social and sociological factors in the development of expertise. The
Cambridge Handbook of Expertise and Expert Performance, 743–760.
Morgan, S. P., Lengacher, C. A., & Rodriguez, C. S. (2022). Caregiver burden in caregivers of
patients with advanced stage cancer: A concept analysis. European Journal of Oncology
Nursing, 60(June 2022), 102152. https://doi.org/10.1016/j.ejon.2022.102152
National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities, C. for D. C. and P. (2023).
What is thalassemia? Cdc, 23–24.
Nienhuis, A. W., & Nathan, D. G. (2012). Pathophysiology and Clinical Manifestations of the b
-Thalassemias. 1–14.
Nightingale, R., Kirk, S., Swallow, V., & McHugh, G. A. (2023). Supporting the parent-to-child
transfer of self-management responsibility for chronic kidney disease: A qualitative study.
Health Expectations, 26(2), 683–692. https://doi.org/10.1111/hex.13693
Nikfarid, L., Rassouli, M., Borimnejad, L., & Alavimajd, H. (2017). Experience of chronic sorrow
in mothers of children with cancer: A phenomenological study. European Journal of
Oncology Nursing, 28(2017), 98–106. https://doi.org/10.1016/j.ejon.2017.02.003
Pedhu, Y. (2022). Kesejahteraan psikologis dalam hidup membiara. Jurnal Konseling Dan
Pendidikan, 10(1), 65. https://doi.org/10.29210/162200
Phiri, P. G. M. C., Chan, C. W. H., Wong, C. L., Cheung, A. T., Shah, S., & Daradkeh, F. A. K.
(2023). The moderating effects of nurses’ background characteristics on the relationship
between family-centred care perception and practice for hospitalized children and their
families in Malawi. Journal of Pediatric Nursing, 73(August), 169–176.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2023.09.004
prof. dr. sugiyono. (2011). prof. dr. sugiyono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d.
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
51
15(1). https://doi.org/10.4084/MJHID.2023.026
Tri-Council. (2014). Ethical conduct for research involving humans. Holz Als Roh- Und
Werkstoff: European Journal of Wood and Wood Industries, 45(4), 1–220.
https://ethics.gc.ca/eng/policy-politique_tcps2-eptc2_2018.html
Trial, C. (2023). Assessment of Cognitive Function and Quality of Life in Thalassemic Children
at Sohag University Hospital. Cc, 10–13.
Velandia, M. R., & Moreno, S. P. C. (2018). Family Economic Burden associated to caring for
children with cancer. Investigacion y Educacion En Enfermeria, 36(1).
https://doi.org/10.17533/udea.iee.v36n1e07
Wahyuni, N. T., Kep, S. K. M., Parliani, N., & Riset, D. (2021). Dwiva Hayati , S . Kep Buku
Ajar Keperawatan Keluarga.
https://repo.stikmuhptk.ac.id/jspui/bitstream/123456789/311/1/Buku Ajar Keperawatan
Keluarga.pdf
Wensley, C., Botti, M., McKillop, A., & Merry, A. F. (2020). Maximising comfort: how do
patients describe the care that matters? A two-stage qualitative descriptive study to develop
a quality improvement framework for comfort-related care in inpatient settings. BMJ Open,
10(5), e033336. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-033336
WHO. (1996). WHOQOL-BREF : introduction, administration, scoring and generic version of
the assessment : field trial version, December. In World Health Organization (pp. 1–16).
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/63529/WHOQOL-
BREF.pdf?sequence=1&isAllowed=y
WHO. (2021). Regional Desk Review of Haemoglobinopathies with an Emphasis on
Thalassaemia and Accessibility and Availability of Safe Blood and Blood Products as per
These Patients’ Requirement in South-East Asia Under Universal Health Coverage.
http://apps.who.int/bookorders.
Wijaya, Y. A., & Arsy, G. R. (2022). Middle Range Theory : Chronic Sorrow. February.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.20251.54566
Yildirim, M., Yayan, E. H., Suna Dağ, Y., Sülün, A., & Akyay, A. (2022). The relationship
between the care burden and quality of life of parents who have children with hematological
problems and their perceived social support. Journal of Pediatric Nursing, 63(2022), e107–
e112. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2021.10.004
Zanotto, A., Goodall, K., Ellison, M., & McVittie, C. (2023). Perceptions of social support and
relationships while living with a brain tumour: a qualitative study. Psychology and Health,
0(0), 1–18. https://doi.org/10.1080/08870446.2023.2237995
Zhang, Y., Ding, Y., Liu, C., Li, J., Wang, Q., Li, Y., & Hu, X. (2023). Relationships Among
Perceived Social Support, Family Resilience, and Caregiver Burden in Lung Cancer
Families: A Mediating Model. Seminars in Oncology Nursing, 39(3), 151356.
https://doi.org/10.1016/j.soncn.2022.151356
Universitas Indonesia
Lampiran 1
LEMBAR INFORMASI PENELITIAN
Lembar informasi penelitian ini menjelaskan manfaat dan prosedur mengikuti penelitian.
Lembar ini berisi tentang hak responden dan tanggung jawab peneliti selama pelaksanaan
penelitian. Lembar ini dapat disimpan dan digunakan sebagai pegangan.
Pendahuluan
Saya menawarkan keikutsertaan Bapak/ Ibu secara sukarela dalam penelitian ini, yang
berjudul " Hubungan Beban Pengasuhan dan Persepsi Dukungan Sosial Dengan Kualitas
Hidup Orang Tua yang Memiliki Anak Dengan Talasemia". Penelitian ini menggunakan
kuesioner data demografi, kuesioner beban pengasuhan, kuesioner persepsi dukungan
sosial dan kuesioner kualitas hidup.
Peneliti akan meneliti bagaimana beban pengasuhan, persepsi dukungan sosial dan
hubungannya dengan kualitas hidup pengasuh dalam mengasuh anak dengan talasemia.
pengasuh yang menjadi responden adalah orang yang mendampingi anak selama
melakukan perawatan di ruang one day care sampai selesai, mampu membaca, menulis,
berbahasa Indonesia dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini serta bersedia
menjadi responden yang dibuktikan dengan menandatangani surat persetujuan menjadi
responden setelah mendapat inform consent.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara beban pengasuhan,
persepsi dukungan sosial dengan kualitas hidup pengasuh dengan anak talasemia.
52
53
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui beban pengasuh dan mengetahui
dukungan sosial yang di dapat dari pengasuh selama mengasuh anak talasemia. Pengaruh
beban pengasuhan dan dukungan sosial sangat penting karena akan memberikan
pengaruh terhadap kualitas hidup pengasuh yang akan berdampak bagi perawatan anak
talasemia.
Prosedur Penelitian
1. Peneliti akan melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan petugas kesehatan di unit
talasemia one day care serta menjelaskan tujuan, manfaat, dan responden yang di
butuhkan sesuai kriteria inklusi.
2. Selanjutnya petugas kesehatan one day care akan melakukan pendekatan dengan calon
responden dan memperkenalkan calon responden kepada peneliti.
3. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan tujuan, manfaat serta hak Bapak/ Ibu untuk
menolak atau mengikuti penelitian.
4. Apabila Bapak/ Ibu bersedia mengikuti kegiatan penelitian, maka Bapak/ Ibu diminta
untuk mengisi surat persetujuan mengikuti penelitian (inform consent).
5. Setelah Bapak/ Ibu mengisi pernyataan persetujuan, Bapak/ Ibu diharapkan mengisi
data demografi dan kuesioner.
6. Selanjutnya sama semua kuesioner yang terkumpul, akan dilakukan pengecekan
kelengkapan data.
7. Kemudian dilihat apakah semua pertanyaan telah dijawab, tulisan jawaban dapat
dibaca, jawaban berhubungan dan sesuai dengan pertanyaan, serta melakukan revisi atau
perbaikan apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data.
Risiko
Tidak ada risiko dan dampak negatif yang membahayakan dalam penelitian ini.
Kemungkinan ibu membutuhkan waktu dalam mengisi kuesioner yang akan
menimbulkan ketidaknyamanan karena meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.
Universitas Indonesia
54
Menghentikan Penelitian
Peneliti dapat menghentikan penelitian ini setiap saat karena alasan tertentu tanpa
meminta persetujuan Bapak/ Ibu.
Kerahasiaan
Semua data penelitian ini akan dijaga dan dijamin kerahasiaannya. Nama Bapak/ Ibu tidak
akan ditulis dalam data maupun lembar kuesioner. Peneliti akan menggunakan kode pada
setiap lembar kuesioner.
Kontak
Penelitian ini dilakukan oleh Betti Arisanti Saragih dari Program MAgister Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Untuk keterangan lebih lanjut dapat
menghubungi di 081993024842 atau bettiarisant@yahoo.com
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Menyatakan telah mendapat penjelasan, dan saat ini berada dalam kesadaran penuh, dan
tanpa paksaan. Saya menyatakan bersedia untuk ikut dalam penelitian yang berjudul
"Hubungan Beban Pengasuhan dan Persepsi Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup
Orang Tua yang Memiliki Anak Dengan Talasemia".
Saya telah mengerti tujuan, prosedur, potensi manfaat, dan risiko penelitian serta
mengapa saya diminta untuk berpartisipasi. Setiap pertanyaan saya, telah dijawab dan
apabila masih memerlukan penjelasan maka saya akan mendapat jawaban dari Betti
Arisanti Saragih. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini bersifat
sukarela. Saya juga telah menerima lembaran informasi untuk peserta penelitian. Saya
akan berpartisipasi dengan sungguh-sungguh dan mengikuti prosedur yang ada.
(................................) (.......................................)
55
56
Lampiran 3
Universitas Indonesia
57
Lampiran 4
Usia Pengasuh :
Usia anak sekarang :
Usia anak terdiagnosa :
talasemia
Suku :
Hubungan dengan Pasien : □ Orang tua □ Signifikan other/ orang lain yang berarti
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Universitas Indonesia
7. Apakah anda merasa kuatir
tentang masa depan keluarga
anda?
8. Apakah anda merasa keluarga
anda tersebut bergantung pada
anda?
9. Apakah anda merasa tegang
bila anda berada di dekat
keluarga anda tersebut?
10. Apakah anda merasa kesehatan
anda terganggu karena
mengurus keluarga anda?
11. Apakah anda merasa tidak
punya cukup kebebasan atau
keleluasaan pribadi bagi diri
anda sendiri karena mengurus
keluarga anda?
12. Apakah anda merasa bahwa
kehidupan sosial anda
terganggu karena anda merawat
atau mengurus keluarga anda
tersebut?
13. Apakah anda merasa tidak
nyaman bila teman-teman anda
berkunjung karena anda
merawat keluarga anda?
14. Apakah anda merasa bahwa
keluarga anda seolah-olah Anda
adalah satu-satunya orang yang
dapat diharapkan ?
Universitas Indonesia
15. Apakah Anda merasa tidak
punya cukup uang untuk
merawat keluarga Anda dengan
kondisi keuangan Anda
sekarang?
16. Apakah anda merasa tidak
mampu merawat keluarga anda
lebih lama lagi?
17. Apakah anda merasa
kehilangan kendali terhadap
kehidupan anda sejak keluarga
anda sakit?
18. Apakah anda mengharapkan
dapat mengalihkan perawatan
keluarga anda kepada orang
lain?
19. Apakah anda merasa tidak tahu
harus berbuat apa lagi terhadap
keluarga anda?
20. Apakah anda merasa harus
berbuat lebih banyak lagi untuk
keluarga anda?
21. Apakah anda merasa dapat
melakukan tugas merawat
keluarga anda dengan lebih baik
lagi?
22. Secara keseluruhan, apakah
beban berat yang Anda rasakan
dalam merawat keluarga anda?
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Kode :
STS : Jika Anda Sangat Tidak setuju
TS : jika Anda Tidak Setuju
ATS : jika Anda Agak Tidak Setuju
N : Jika Anda Netral
AS : Jika Anda Agak Setuju
S : Jika Anda Setuju
SS : Jika Anda Sangat Setuju
Universitas Indonesia
6. Teman – teman saya benar-
benar mencoba untuk
membantu saya.
7. Saya dapat mengandalkan
teman-teman saya ketika
sesuatu yang salah.
8. Saya dapat berbicara
tentang masalah saya
dengan keluarga saya.
9. Saya punya teman dengan
siapa saya dapat berbagi
suka dan duka saya.
10. Ada orang istimewa dalam
hidup saya yang peduli
tentang perasaan saya.
11. Keluarga saya bersedia
untuk membantu saya
membuat keputusan.
12. Saya dapat berbicara
tentang masalah saya
dengan teman-teman saya
Universitas Indonesia
Lampiran 7
Kuesioner D : WHOQOL-BREF
Kode :
Universitas Indonesia
9. Seberapa sehat lingkungan di mana Anda
tinggal (berkaitan dengan sarana dan
prasarana)?
10. Apakah Anda memiliki energi yang cukup
untuk beraktivitas sehari-hari?
11. Apakah Anda dapat menerima penampilan
tubuh Anda?
12. Apakah Anda memiliki cukup uang untuk
memenuhi kebutuhan Anda?
13. Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi
kehidupan Anda dari hari ke hari?
14. Seberapa sering Anda memiliki kesempatan
untuk bersenang-senang/ rekreasi?
15. Seberapa baik kemampuan Anda dalam
bergaul?
16. Seberapa puaskah Anda dengan tidur Anda?
17. Seberapa puaskah Anda dengan kemampuan
Anda untuk menampilkan aktivitas kehidupan
Anda sehari-hari?
18. Seberapa puaskah Anda dengan kemampuan
Anda untuk bekerja?
19. Seberapa puaskah Anda terhadap diri Anda?
20. Seberapa puaskah Anda dengan hubungan
personal/ sosial Anda?
21. Seberapa puaskah Anda dengan kehidupan
seksual Anda?
22. Seberapa puaskah Anda dengan dukungan
yang Anda peroleh dari teman Anda?
23. Seberapa puaskah Anda dengan kondisi
tempat Anda tinggal saat ini?
Universitas Indonesia
24. Seberapa puaskah Anda dengan akses Anda
pada layanan kesehatan?
25. Seberapa puaskah Anda dengan alat
transportasi yang Anda naiki atau kendarai?
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering Anda merasakan atau mengalami hal-hal berikut
dalam dua minggu terakhir
26. Seberapa sering Anda memiliki perasaan
negatif seperti ‘feeling blue’ (kesepian), putus
asa, cemas dan depresi ?
Universitas Indonesia
Lampiran 8
TIME TABLE TESIS
September Oktober November Desember Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli
No. Kegiatan Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Proposal
2. Judul
3. Sinopsis
4. Bab 1
5. Bab 2
6. Bab 3
7. Seminar Proposal
8. Revisi Proposal
9. Uji Etik
10. Perizinan Rumah
Sakit
11. Uji Validitas
12. Uji Reliabilitas
13. Pengumpulan
Data
14. Analisis Data
15. Penyusunan
Laporan
16. Seminar Hasil
17. Revisi
18. Sidang Tertutup
19. Publikasi
Universitas Indonesia