Proposal Skripsi
Oleh :
NIM : 1032171029
JAKARTA
2021
1
2
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA ANAK
JALANAN DI JAKARTA TIMUR
Proposal Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kepera
watan
Oleh :
NIM : 1032171029
JAKARTA
2021
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Upaya Pencegahan
HV/AIDS Pada Anak Jalanan Di Jakarta Timur”, sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi SI KeperawatanUniversitas MH.
Thamrin Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari jika tanpa bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, proposal skripsi ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
3. Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin.
4. Ilah Muhafilah, SKp., M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin.
7. Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep. selaku Wali Kelas peneliti yang selalu sabar
dan senantiasa memberikan banyak ilmu serta nasihat baik untuk penulis.
4
8. Para Dosen dan Staf Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin yang telah banyak membantu penulis selama
perkuliahan berjalan.
9. Orang tua dan adik tercinta. Bapak Syarif Hidayatullah dan Ibu Mei Trihastuti,
Adik Ahmad Rifaldi Nurhidayat dan Haidha Fathul Jannah yang telah mendukung
dan memberi kasih sayang yang luar biasa serta do’a yang tidak pernah henti
sehingga penulis bisa sampai ke titik sekarang ini.
10. Teman-teman satu kelompok bimbingan : Lutfiatul Ikmah, Mega Frisca, Denti
Rahma Fadilah, Susilawati yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat kampus : Prastiwi Puspita Sari, Riska Indriyani, Mega Setiawati, Kiki
Purwanti, Lutfiatul Ikmah , Mega Frisca dan Aprilia Melani yang selalu
memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah berperan
dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa proposal
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar menjadi masukan berharga bagi penulisan
selanjutnya. Semoga penelitian ini nantinya dapat membawa manfaat bagi
masyarakat, ilmu pengetahuan, profesi, dan institusi tempat penelitian.
5
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................7
PENDAHULUAN...................................................................................................7
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................12
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................12
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................12
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................12
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti............................................................................12
1.4.2 Manfaat Bagi Responden......................................................................13
1.4.3 Manfaat Bagi Universitas MH. Thamrin..............................................13
BAB II....................................................................................................................14
LANDASAN TEORI.............................................................................................14
2.1 HIV/AIDS....................................................................................................14
2.1.1 Pengertian HIV/AIDS...........................................................................14
2.1.2 Etiologi HIV/AIDS...............................................................................14
2.1.3 Patofisiologi..........................................................................................16
2.1.4 Klasifikasi.............................................................................................17
2.1.5 Penularan HIV/AIDS............................................................................19
2.1.6 Upaya Pencegahan HIV/AIDS..............................................................20
2.1.7 Faktor resiko....................................................................................22
2.2 Pengetahuan.................................................................................................22
2.2.1 Pengertian..............................................................................................22
2.2.2 Tingkat Pengetahuan.............................................................................23
6
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan..................................25
2.2.4 Cara Mengukur Pengetahuan................................................................26
2.3 Sikap.............................................................................................................27
2.3.1 Pengertian Sikap...................................................................................27
2.3.2 Ciri – Ciri Sikap....................................................................................27
2.3.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap.........................................28
2.3.4 Komponen – Komponen Sikap.............................................................28
2.3.5 Cara Pengukuran Sikap.........................................................................29
2.4 Teori Keperawatan.......................................................................................29
2.4.2 Hubungan Teori Keperawatan King Dengan Kerangka Teori Penelitian
........................................................................................................................31
2.5 Kerangka Teori............................................................................................31
BAB III..................................................................................................................33
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPRASIONAL............33
3.1 Kerangka Konsep....................................................................................33
3.2 Definisi Oprasional..................................................................................33
3.3 Hipotesis..................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
7
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut UNICEF, sekitar 71.000 remaja berusia antara 10 dan 19 tahun meni
nggal karena HIV pada tahun 2005. Jumlah ini meningkat menjadi 110.000 pa
da tahun 2012. Dilihat dari data tersebut, ancaman HIV / AIDS terhadap kaum
muda nampaknya sangat nyata. Ironisnya, kebanyakan remaja belum sepenuh
nya memahami penyakit mematikan ini. Bahkan di antara mereka, HIV adalah
penyakit yang tidak berbahaya. Lebih buruk lagi, ada banyak kesalahpahaman
tentang HIV / AIDS. Bahkan dengan pemahaman dan pendidikan yang tepat,
penularan dapat dicegah sehingga mengurangi kematian akibat HIV / AIDS
(UNICEF, 2017).
Menurut Wordl Health Organization (WHO) tahun 2015, jumlah orang yang t
erinfeksi HIV / AIDS terus meningkat. Sejak 2002, tingkat infeksi HIV telah
menurun hingga 35%. Pada saat yang sama, menurut catatan, jumlah kematian
akibat AIDS di seluruh dunia telah menurun hingga 24%. Jumlah orang yang
hidup dengan HIV dan AIDS di dunia adalah 36,9 juta. Pada tahun 2013 juml
ah ODHA mencapai 37,2 juta jiwa, pada tahun 2014 angka tersebut turun hing
ga 34 juta, dimana 230.000 anak meninggal dan hampir 75 juta terinfeksi HIV
8
Oleh karena itu, diperkirakan 0,8% orang pada kelompok usia 15-49 tahun ter
tular HIV.
Menurut data terbaru (per Maret 2019), total 338.363 kasus infeksi HIV telah
dilaporkan, terhitung 58,7% dari perkiraan 640.443 ODHA pada tahun 2016.
9
Saat ini terdapat 5 provinsi yang paling banyak kasus HIV, yaitu DKI Jakarta
(60.501 kasus), disusul Jawa Timur (50.060 kasus), Jawa Barat (35.529 kasus)
Papua (33.485 kasus) dan Jawa Tengah (29.048 kasus). Dari tahun 2005 hing
ga 2019, jumlah AIDS yang dilaporkan setiap tahun relatif stabil. Sejak 1987
hingga Maret 2019, jumlah kumulatif penderita AIDS adalah 115.601. Sement
ara itu, saat ini terdapat 5 provinsi dengan angka infeksi HIV tertinggi, yaitu P
apua (22.544), Jawa Timur (20.113), Jawa Tengah (10.548), DKI Jakarta (10.
116) dan Bali (8.147). (Kemenkes 2019)
Penyebab HIV / AIDS pada masa remaja adalah remaja yang menjadi penggu
na narkoba khususnya pengguna jarum suntik, kurang memiliki pengetahuan t
entang kesehatan reproduksi, seks bebas, HIV / AIDS dan infeksi lain yang di
sebabkan oleh hubungan seksual. Minimnya informasi remaja tentang kesehat
an reproduksi mempengaruhi pemahamannya tentang kesehatan reproduksi (N
otoatmojo, 2010).
HIV/AIDS tidak ditularkan melalui cairan tubuh seperti air mata, air liur, keri
ngat, air seni, tinja, kontak pribadi (ciuman dibibir, pelukan, berjabat tangan, k
ontak sosial sehari- hari (Yuliantini, 2012). HIV/AIDS ditularkan dengan cara
terbatas antara lain kontak seksual, komponen darah, dan ibu yang mengandun
g kepada anak yang dikandungnya. HIV/AIDS hanya dapat ditemukan di dara
h, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV/AIDS (N
oviana, 2013).
Anak jalanan merupakan komunitas yang sangat luas dan dengan berbagai pe
rmasalahan kompleks yang belum terselesaikan hingga kini. Salah satu pemic
unya adalah gaya hidup anak jalanan, yang meliputi kontak seksual dan perila
ku berisiko lainnya yang mungkin dapat tertular penyakit menular seksual, sep
erti HIV (Irsyad, 2014).
10
Berdasarkan Pratiwi (2020) remaja sangat mungkin tertular penyakit menular
seksual seperti HIV / AIDS karena faktor perkembangan perilaku dan emosi
mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, klinik Pengendalian Infeksi Menular
Seksual (DSC) menemukan bahwa beberapa pasien yang terinfeksi penyakit
menular seksual berusia sekitar 14 tahun. Di Indonesia, hingga 2018 jumlah a
nak dan remaja yang terinfeksi HIV (di bawah 19 tahun) terus meningkat hing
ga mencapai 2.881 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun 2010, ketika 1.622
anak terinfeksi HIV. Umumnya, pada kelompok usia 15-19 tahun, enam dari s
etiap sembilan kasus ditularkan melalui hubungan seksual antara homoseksual
atau biseksual. Sulit bagi siapa pun untuk menderita penyakit menular seksual,
tetapi pasien remaja adalah kelompok yang sangat rentan. Remaja belum
memiliki kapasitas emosional untuk menghadapi situasi tersebut. Akibatnya,
karena ketakutan dan stigma masyarakat, mereka tidak bisa memberi tahu
orang tua atau gurunya di sekolah. Hal ini juga memudahkan remaja dengan
penyakit menular seksual untuk menerima pengobatan.
Berdasarkan Azhar (2019) dari sisi usia, rentang anak berusia 15-19 tahun
merupakan kelompok yang paling banyak terinfeksi HIV, diikuti kelompok
anak usia 0-4 tahun, kemudian usia 5-14 tahun. Tahun lalu, 1.434 anak usia
15-19 tahun terinfeksi HIV. Jumlah ini setara dengan 49 persen total anak
yang terinfeksi HIV pada 2018. Sementara pada kelompok usia 0-4 tahun, 988
anak (34 persen) tertular HIV. Rentang usia 0-4 tahun merupakan kelompok
yang paling menunjukkan peningkatan paling tinggi dibandingkan usia 5-14
tahun dan 15-19 tahun. Jika pada 2010 terdapat 390 anak usia 0-4 tahun
terinfeksi HIV, jumlahnya meningkat lebih dari 2,5 kali lipat menjadi 988
anak pada 2018.
11
Kalimantan, serta Sulawesi. Terapi obat-obatan anti-HIV atau ART berfungsi
menekan jumlah virus agar tetap stabil, tetapi tidak membunuh virus HIV atau
menyembuhkannya. Setidaknya terdapat 2.223 anak terinfeksi HIV di Pulau
Jawa yang menjalani terapi antiretroviral pada 2018. Jika dilihat dari sebaran
provinsi, DKI Jakarta merupakan daerah dengan jumlah ADHA yang sedang
mendapatkan pengobatan antiretroviral terbanyak, yaitu 640 anak. Setelah
DKI Jakarta, diikuti Jawa Barat (621 anak), Jawa Tengah (412 anak), Jawa
Timur (399 anak), dan Bali (256 anak).
12
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kejadian
HIV pada remaja masih tinggi. Salah satu faktor risiko terbesar adalah infeksi
menular seksual, seperti HIV. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan te
ntang HIV dan AIDS, sehingga rumusan masalah yang mendasari penelitian i
ni adalah apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS den
gan upaya pencegahan HIV/AIDS pada anak jalanan ?
13
1.4.2 Manfaat Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan anak jalanan tentan
g HIV/AIDS sehingga faktor risiko kejadian HIV/AIDS dapat dihindari,
sehingga dapat mengurangi angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 HIV/AIDS
2.1.1 Pengertian HIV/AIDS
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang menyebabkan menurunnya kekebalan t
ubuh manusia dan membuatnya lebih rentan dari berbagai penyakit dan sulit semb
uh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik dan bisa menyebabkan kematian (D
irjen P2PL RI, 2012), sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
adalah sekelompok gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh m
anusia akibat virus HIV (Depkes RI, 2012).
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian.
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
15
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat mela
hirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
16
Tanda dan gejala secara umum :
2.1.3 Patofisiologi
HIV merupakan retrovirus, artinya HIV membawa informasi genetiknya di dalam
RNA. Saat memasuki tubuh, virus menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4
(limfosit T). Ketika didalam sel, virus membuka lapisan proteinnya dan mengguna
kan sebuah enzim yang disebut transeriptase balik untuk mengubah RNA menjadi
DNA. DNA virus ini selanjutnya di integrasikan kedalam DNA sel pejamu dan be
rduplikasi selama proses pembelahan sel yang normal. Didalam sel, virus dapat tet
ap laten atau menjadi terkativasi untuk memproduksi RNA yang baru serta memb
entuk virion. Kemudian virus tumbuh dari permukaan sel, mengganggu membran
selnya dan menyebabkan kehancuran sel pejamu. Sel T helper atau CD4 yaitu sel
utama yang terinfeksi HIV, tetapi HIV juga menginfeksi makrofag, dendrit, serta s
el SSP tertentu. Sel T helper berperan penting dalam fungsi imun normal, menenal
i antigen asing dan menginfeksi sel serta mengaktivasi sel B penghasil antibodi. S
el T helper juga mengarahkan aktivitas imun yang dimediasi sel dan memengaruhi
aktivitas fagositik dari monosit dan makrofag (LeMone P, 2015).
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring pertamba
han replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+ akan terus
17
menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis pada AI
DS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi
akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan,
limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten
yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD
4+ selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisien
si imun (berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbu
l akibat reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita S
elekta, 2014). Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah
sel – sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentras
i dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Dengan menurunnya jumlah sel T4,
maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fun
gsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong (Susanto & Made
Ari, 2013). Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dap
at tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun – tahun. Sel
ama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah s
ebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah infek
si. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster dan ja
mur oportunistik) (Susanto & Made Ari, 2013).
2.1.4 Klasifikasi
Terdapat dua tipe IV, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan virus klasik pem
icu AIDS, didapatkan pada sebagian besar populasi di dunia. HIV-2 merupakan vi
rus yang diisolasi pada binatang dan beberapa pasien di Afrika Barat. Perbedaan k
eduanya terutama pada glikoprotein kapsul, dan virus HIV-2 umumnya kurang pat
ogenik serta memerlukan waktu lebih lama untuk memunculkan gejala dan tanda
penyakit (Maartens G et al., 2014).
1. Stadium 1 Asimtomatik
a. Tidak ada penurunan berat badan
b. Tidak ada gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten
2. Stadium 2 Sakit ringan
a. Penurunan berat badan 5-10%
b. ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
c. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Luka disekitar bibir (keilitis angularis)
e. Ulkus mulut berulang
f. Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo-PPE (Pruritic popular
eruption)
g. Dermatitis seboroik
h. Infeksi jamur kuku
3. Stadium 3 Sakit sedang
a. Penurunan berat badan > 10%
b. Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1 bulan
c. Kandidosis oral atau vaginal
d. Oral hairy leukoplakia
e. TB Paru dalam 1 tahun terakhir
f. Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)
g. TB limfadenopati
h. Gingivitis/ Periodontitis ulseratif nekrotikan akut
i. Anemia (HB < 8 g%), netropenia (< 5000/ml), trombositopeni kronis
(<50.000/ml)
4. Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
a. Sindroma wasting HIV
19
b. Pneumonia pnemosistis, pnemoni bacterial yang berat berulang
c. Herpes simpleks ulseratif lebih dari satu bulan
d. Kandidosis esophageal
e. TB Extraparu
f. Sarcoma Kaposi
g. Retinitis CMV (Cytomegalovirus)
h. Abses otak Toksoplasmosis
i. Encefalopati HIV
j. Meningitis Kriptokokus
k. Lekoensefalopati multifocal progresif (PML)
l. Peniciliosis, kriptosporidosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis
m. Meluas, histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis)
n. Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin (gangguan fungsi)
o. neurologis dan tidak sebab lain seringkali membaik dengan terapi ARV)
p. Kanker serviks invasive
q. Leismaniasis atipik meluas
r. Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV
AIDS adalah salah satu penyakit yang menular. Namun penularannya tak
semudah seperti virus influenza atau virusvirus lainnya. Virus HIV dapat hidup di
seluruh cairan tubuh manusia. (Kurniawati, 2018)
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu : (Murni dkk., 2016)
20
5. Darah
6. Air mani
7. Cairan vagina
8. Air susu ibu (ASI)
Penularan HIV atau AIDS yang diketahui adalah melalui : (Kurniawati, 2018)
4. Alat suntik atau jarum suntik/alat tatoo/tindik yang dipakai bersama dengan
penderita HIV atau AIDS
Penderita HIV harus mengatakan kepada pihak medis bahwa mereka terinfeksi da
n bila membutuhkan perawatan kesehatan harus mendapatkan perawatan khusus s
esuai dengan prosedur penanganan penderita HIV untuk menghindari penularan k
epada orang lain. Pemeriksaan antibodi HIV harus diberikan terhadap orang yang
bertendensi berkontak dengan penderita seropositif seperti pasangan seksual, oran
g yang sering bertukar pakai jarum, dan bayi yang dilahirkan dari ibu seropositif.
1. Mempertebal iman dan taqwa agar tidak terjerumus ke dalam hubungan seksual
pra nikah dan di luar nikah serta berganti-ganti pasangan.
2. Hindarkan pemakaian pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi milik orang
lain.
4. Seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV sebaiknya
jangan hamil, karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang
dikandungnya. Akan bila berkeinginan hamil hendaknya selalu berkonsultasi
dengan dokter.
6. Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti akupunktur, jarum tatto,
jarum tindik, hendaknya hanya sekali pakai dan harus terjamin sterilitasnya.
7. Jauhi narkoba, karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV atau AIDS di
kalangan panasun (pengguna narkoba suntik) 3-5 kali lebih cepat dibanding
perilaku risiko lainnya.
22
2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus
HIV.
3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk
ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato
atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian.
4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya
dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut
disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV
6. Penularan dari ibu ke anak
7. Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung,
dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindera
an terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo,
S 2014).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhada
p suatu objek melalui indra yang dimilikinya sehingga menghasilkan pengetahuan
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera pendengaran, pe
nglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia did
apat melalui mata dan telinga (Listiani 2015).
23
dikan merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi pengetahuan yang selan
jutnya akan mempengaruhi perilaku. (Notoatmodjo, 2012)
24
e. Sintesis (synthesis)
Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan berba
gai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru yang lebih
menyeluruh. Kemampuan sintesisini seperti menyusun, merencanakan, mengkateg
orikan, mendesain, dan menciptakan. Contohnya membuat desain form rekam me
dis dan menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.
f. Evaluasi (evalution)
Evaluasi merupakan kemampuan untuk dapat melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu yang didasari oleh suatu kriteria-
kriteria yang telah ada (Notoatmodjo 2012).
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan untuk melakukan ju
stifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dapat digambar
kan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang
sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan. Tahapan pengetahuan ters
ebut menggambarkan tingkatan pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah mela
lui berbagai proses seperti mencari, bertanya, mempelajari atau berdasarkan penga
laman.
a. Pendidikan
25
k yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentu
kan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
b. Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat m
emberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan p
erubahan atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyedi
akan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan mas
yarakat tentang inovasi baru.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pen
getahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan men
entukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehing
ga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.
b. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fi
sik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini ter
jadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons seba
gai pengetahuan oleh setiap individu
c. Pengalaman
b. Usia
26
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap d
an pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membai
k dan bertambah (Budiman dan Riyanto, 2013)
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan kumpulan gejala dalam merespon stimulus, sehingga sikap meli
batkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Oleh karena itu,
dengan adanya intervensi promosi kesehatan yang sudah dilakukan terbukti bahw
a stimulus direspon dengan cukup baik oleh responden, sehingga terjadi peningkat
an sikap terhadap pemilihan pangan jajanan. (Notoatmojo, 2012)
Sikap terdiri dari 3 komponen yaitu kepercayaan atau keyakinan (ide dan konsep t
erhadap objek), kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek (bagaim
ana penilaian yang terkandung didalamnya faktor emosi) dan kecenderungan untu
k bertindak. (Notoadmodjo, 2011)
Bentuk sikap yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai suatu penyaluran fr
ustasi atau pengalihan mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupak
27
an sikap sementara dan dapat segera berlalu. Dengan kata lain, dalam menentukan
sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran pen
ting. (Kholid, 2014).
28
5. Lembaga Pendidikan dan lembaga Agama : Sebagai sistem yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral yang terdapat dalam diri individu.
6. Pengaruh Faktor Emosional : Merupakan pernyataan yang didasari oleh
perasaan emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat berupa
sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi
dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
29
2.3.5 Cara Pengukuran Sikap
Sikap merupakan kecenderungan berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyata
kan dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai responden, apakah pernyataan tersebut
didukung atau ditolak melalui nilai rentang tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan ya
ng diajukan dibagi menjadi dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam s
kala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun
pernyataan negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya p
endapat, tidak setuju, dan tidak sangat setuju (Budiman dan Riyanto, 2014). Peng
ukuran sikap dibagi kedalam 3 kategori yaitu sikap baik apabila dengan skor ≥ 75
%, sikap cukup apabila dengan skor 56%- 74%, dan sikap kurang dengan skor < 5
5% (Budiman dan Riyanto, 2014).
Asumsi dasar King tetang manusia seutuhnya (human being) meliputi sosial,
perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada
waktu. Menurut Yoe (2014), King menyatakan dalam kerangka konsepnya,
hampir setiap konsep yang dimiliki oleh seorang perawat dapat digunakan dalam
asuhan keperawatan :
1. Sistem Personal
King menyatakan bahwa setiap individu adalah sistem personal ( sistem
30
terbuka ). Untuk sistem personal konsep yang relevan adalah persepsi, diri,
pertumbuhan dan perkembangan, citra tubuh, dan waktu. Persepsi
didefinisikan sebagai suatu representasi setiap orang tetang realitas. King
menyatakan konsep ini termasuk konsep impor dan transformasi energi,
proses, tingkatan & ekspor informasi. Persepsi yang berhubungan dengan
masa lalu, konsep – konsep sendiri, grup sosio ekonomi, keturunan & latar
belakang pendidikan.
2. Sistem Interpersonal
Menurut King sistem interpersonal ini terbentuk oleh interaksi antar manusia.
Interaksi antara 2 orang disebut dyad, 3 orang disebut triad, dan 4 orang
disebut group. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal adalah
interaksi, komunikasi, transaksi, peran & stress.
3. Sistem Sosial
King menyatakan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi sosi
al, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai – nilai d
an mekanisme pengaturan antara praktik – praktik dan aturannya. Konsep yan
g relevan menggunakan sistem sosial seperti organisasi, otoritas, kekuasaan, s
tatus dan dalam pengambilan keputusan.
Dalam teori ini sudah dijelaskan tentang hubungan interaksi antara pelayanan
kesehatan dengan individu untuk membantu mempertahankan kesehatan atau
meningkatkan pengetahuan kepada orang tentang suatu penyakit yang sesuai
dengan fungsi dan perannya. Persepsi sebagai gambaran seseorang tentang suatu
gambaran masa lalu, konsep diri, realita, latar belakang pendidikan, dan sosial
ekonomi juga untuk dapat mengetahui seberapa jauh orang dalam mengerti
tentang pencegahan suatu penyakit. Dalam teori ini menegaskan bahwa adanya
interaksi antara perawat dengan klien untuk dapat membahas suatu informasi
yang dapat dilakukan oleh seorang klien agar terhindar dari suatu penyakit
tertentu dan memberikan saran agar dapat selalu berinteraksi.
31
2.5 Kerangka Teori
Personal:
Usia
Pendidikan
Perkerjaan
Teori Imogene
M. King Interpersonal: Upaya
Pengetahuan pencegahan
HIV/AIDS
Terpaparnya informasi
Social
1. Sikap
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPRASIO
NAL
1. Tingkat
pengetahuan 32
tentang
HIV/AIDS.
2. Sikap tentang
HIV/AIDS.
Upaya pencegahan
HIV/AIDS
Gambar 1.1
Kerangka Konsep
Keterangan
Variabel bebas : Tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS.
Variabel terikat : Upaya pencegahan HIV/AIDS.
3.3 Hipotesis
Hipotesa adalah keterangan atau jawaban sementara dari masalah yang
kebenarannya perlu diuji secara empiris. Hipotesa merupakan suatu jawaban atas
pertanyaan penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan, maka hipotesa itu dapat benar atau salah, atau dapat diterima
atau ditolak. (Sugiyono, 2018). Hipotesa diturunkan dari suatu teori, hipotesa
harus dalam bentuk pertanyaan ilmiah atau proporsi yaitu mengandung hubungan
dua variabel atau lebih (Kartika, 2017).
1. Hipotesis Nihil / H0
a. Tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan terhadap upaya
pencegahan HIV/AIDS.
b. Tidak ada hubungan anatara variabel sikap terhadap upaya pencegahan
HIV/AIDS.
2. Hipotesis Alternatif / Ha
a. Ada hubungan antara variabel pengetahuan terhadap upaya pencegahan
HIV/AIDS.
34
c. Ada hubungan anatara variabel sikap terhadap upaya pencegahan
HIV/AIDS.
35
DAFTAR PUSTAKA
Angela, M., Sianturi, S. R., & Supardi, S. (2019). Hubungan antara Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMPN 251 Jakarta. J Pen
elit dan Pengemb Pelayanan Kesehat, 3(2), 67-72.
Arikunto, S. (2012) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Azwar, A., (2011) Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Budiman dan Riyanto. 2014. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan, Jakarta, Salemba Medika, hal 3-8.
Faridah, I. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/AIDS Dan Upaya Pence
gahan HIV/AIDS. Jurnal Kesehatan, 9(1), 43-58.
Fauziah, A. N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang HIV/
AIDS Pada Mahasiswi AKBID Mamba’ul Ulum Surakarta. Jurnal Kesehatan Sa
modra Ilmu, 8(1), 39-46.
Hidayati, A. N. (2020). Manajemen HIV/AIDS: terkini, komprehensif, dan multidi
siplin. Airlangga University Press.
HR, H. S. C. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan. Penebar
Media Pustaka.
Irsyad, C. (2014). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Pe
ncegahan HIV/AIDS Pada Remaja Komunitas Anak Jalanan di Kabupaten Kudus
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Iswandi, F. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Johariyah, A., & Mariati, T. (2018). Efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja dengan pemberian modul terhadap perubahan pengetahuan remaja. Jurnal
Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 4(1), 38-46.
36
Kurniawati, H. F., & Diniyah, K. (2018). Buku Ajar Whatsapp Massanger terhada
p Pengetahuan Remaja tentang HIV dan AIDS.
Kurniawati, K. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SIST
EM IMUNOLOGI (HIV/AIDS) DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN
JALAN NAFAS. Jurnal EDUNursing, 2(1), 15-27.
Mahendra, G. K., & Sugiantoro, H. A. (2018). Manajemen Pelayanan Penanggula
ngan Kasus HIV-AIDS di Kota Yogyakarta. The Indonesian Journal of Public Ad
ministration (IJPA), 4(1).
Mujiati, M., Pardosi, J. F., & Syaripuddin, M. Evaluasi Pelaksanaan Layanan Pera
watan, Dukungan Dan Pengobatan (Pdp) Hiv-aids Di Jawa Barat Dan Papua Tahu
n 2012. Indonesian Journal of Reproductive Health, 5(2), 106158.
Noorhidayah, N., Asrinawaty, A., & Perdana, P. (2016). HUBUNGAN PENGET
AHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGA
HAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJA
RMASIN TAHUN 2016. DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DA
N KEPERAWATAN, 7(1), 274-281.
Noorhidayah, N., Asrinawaty, A., & Perdana, P. (2016). HUBUNGAN PENGET
AHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGA
HAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJA
RMASIN TAHUN 2016. DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DA
N KEPERAWATAN, 7(1), 274-281.
Notoatmodjo, S., (2012) Pendidikan Dan Pelilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nugroho, B. (2016). TA: Perancangan Buku Komik Tentang Penularan HIV Mela
lui Seks Bebas di Usia Remaja Akhir Berbasis Ilustrasi Digital Guna Memberikan
Kesadaran Bahaya Penularan Virus HIV (Doctoral dissertation, Institut Bisnis da
n Informatika Stikom Surabaya).
Nursalam (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam, N., Ninuk, D. K., & Solikhah, F. K. (2018). Asuhan Keperawatan pada
Pasien Terinfeksi HIV AIDS. 2018. Edisi2.
Nursalam. (2013) Asuhan Keperawatan pada Pasien yang Terinfeksi HIV/AIDS,
Jakarta : Salemba Medika.
Nuzzilah, N. A., & Sukendra, D. M. (2017). Analisis Pengetahuan Dan Sikap Nar
apidana Kasus Narkoba Terhadap Perilaku Berisiko Penularan HIV/AIDS. JHE (J
ournal of Health Education), 2(1), 11-19.
37
Priastana, I. K. A., & Sugiarto, H. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentan
g HIV/AIDS dengan Sikap Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja. Indonesian Jour
nal of Health Research, 1(1), 1-5.
Prof. Dr. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Rahayu, I., & Rismawanti, V. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan tentang hiv/
aids dengan perilaku seksual pranikah pelajar. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah P
roblema Kesehatan, 2(2), 145-150.
Rangki, L., & Firtiani, F. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pelajar Deng
an Upaya Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 2 Raha, Kabupaten Muna. Falet
ehan Health Journal, 7(02), 97-103.
Retnaningsih, D. A. S. (2016). Voluntary Counseling and Testing untuk Orang Be
risiko HIV/AIDS. al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 1(1), 115-128.
Retnaningsih, R. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Alat Pelindu
ng Telinga Dengan Penggunaannya Pada Pekerja Di Pt. X. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health, 1(1), 67-81.
Sinaga, C. F., & Ardayani, T. (2016). Hubungan pengetahuan dan sikap remaja pu
tri tentang Deteksi dini kanker payudara melalui periksa payudara sendiri Di sma
pasundan 8 bandung tahun 2016. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(1), 16-19.
Siregar, I. A., Siagian, M., & Wau, H. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN D
AN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR S
EKSUAL PADA ANAK BUAH KAPAL DI PELABUHAN BELAWAN 2019. J
URNAL KEBIDANAN KESTRA (JKK), 2(1), 1-8.
Usman, U., Budi, S., & Sari, D. N. A. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa
Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan, 11(2), 258-264.
Wahyuni, S., Niu, F., & Marlindah, M. (2021). PERBANDINGAN PENYULUH
AN DAN BUKU SAKU TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
HIV/AIDS. JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati), 7(1), 116-122.
Wulandari, R., & Woro, O. (2016). Efek smartcards dalam meningkatkan pengeta
huan, sikap, dan praktik dalam memilih pangan jajanan. JHE, 1(1), 1-6.
38
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
39