SKRIPSI
Oleh :
180100028
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2021
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN STRETCH
MARK PADA SISWI SMA NEGERI 5 BINJAI
SKRIPSI
Oleh :
180100028
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya yang
selalu menyertai penulis sehingga penelitian ini dapat terlaksanakan dengan baik.
Shalawat dan salam juga tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, semoga suatu saat kita mendapat syafa'at-Nya di hari akhir nanti. Aamiin
Aamiin yaa Rabbal'Alamiin..
Dengan terselesaikannya karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Hubungan Indeks
Massa Tubuh dengan Stretch Mark pada Siswi SMA Negeri 5 Binjai yang menjadi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada program studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam proses
penyelesaian penelitian ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan
baik secara material dan psikis dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih dan penghargaannya kepada:
1. Keluarga Penulis yaitu ayah penulis Habibullah Lubis M.Pd dan ibu
Zulazriani Lubis S.Pd yang telah banyak memberikan dukungan doa,
materiil dan pengorbanannya yang tanpa henti kepada penulis. Kakak
penulis Aulia Rahmi Lubis S.pd, adik penulis Siti Nurhaliza Lubis, Hanny
Syahfitri Lubis, Hafiz Maulana Lubis yang tanpa lelah memberikan
dukungan materi, moral dn spiritual dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M. Si selaku Rektor Univesitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
4. dr. Khairina, M.Ked (DV), Sp.KK selaku dosen pembimbing skripsi penulis
yang telah banyak membantu penelitian dengan sepenuh hati meluangkan
waktu, tenaga dan ilmu yang sangat bermanfaat untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. dr. Winra Pratita, M.Ked (Ped), Sp. A(K) dan Dr. dr. Imam Budi Putra
MHA, Sp. KK (K) selaku dosen penguji skripsi penulis yang telah
ii
memberikan saran dan masukan yang membangun selama penyusunan
skripsi ini hingga memperoleh hasil terbaik pada penelitian ini.
6. dr. Ahmad Yapiz Hasby M. Ked (An), Sp. An selaku Dosen Penasehat
Akademik yang telah memberikan saran, arahan dan motivasi kepada
penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
7. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Binjai, Bapak Sapril Daniel Lubis S. Pd
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah tersebut
8. Siswi SMA Negeri 5 Binjai yang telah meluangkan waktu untuk menjadi
responden peenelitian ini
9. Seluruh staf pengajar FK USU yang telah memberikan bimbingan mulai
dari awal masa perkuliahan hingga terselesaikannya masa studi penulis
10. Seluruh keluarga besar penulis yang senantiasa membantu memberikan
dukungan doa dan semangat mulai dari awal studi hingga sampai ke tahap
ini
11. Sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang saling bahu-
membahu dan tolong-menolong sejak masa perkuliahan hingga akhir
penyelesain skripsi ini
12. Seluruh pihak yang terlibat membantu memberikan dukungan dan doa
kepada penulis
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga
Karya ilmiah ini dapat bermansaat bagi ilmu pengetahuan kedepannya terutama di
bidang kedokteran
Medan, 2021
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
iv
2.1.8 Penatalaksanaan .............................................................................. 13
2.2 INDEKS MASSA TUBUH .................................................................... 15
2.2.1 Pengertian Indeks Massa Tubuh ..................................................... 15
2.2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh .................................................... 15
2.3 Hubungan IMT dengan Stretch mark ..................................................... 18
2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 21
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................... 22
2.6 Hipotesis ................................................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 23
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 23
3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian ...................................................................... 23
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian............................................................. 23
3.3.1 Populasi Penelitian................................................................................ 23
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 23
3.3.3 Besar sampel ........................................................................................ 24
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 25
3.5 Alur Penelitian ............................................................................................. 26
3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 27
3.7 Metode Analisis Data ............................................................................. 27
3.7.1 Analisis Univariat ................................................................................. 28
3.7.2 Analisis Bivariat ................................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 29
4.1 Karakteristik Responden Penelitian ....................................................... 29
4.1.1 Karakteristik Usia ................................................................................. 29
4.1.2 Karakteristik IMT............................................................................ 30
4.1.3 Karakteristik stretch mark ............................................................... 31
4.1.4 Karakteristik Lokasi stretch mark ................................................... 32
4.1.5 Karakteristik warna stretch mark ................................................... 34
4.1.6 Karakteristik stretch mark berdasarkan usia ................................... 34
4.2 Hubungan IMT Dengan Stretch Mark.................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 39
5. 1 Kesimpulan ................................................................................................. 39
v
5.2 Saran ............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
LAMPIRAN ......................................................................................................... 45
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
DAFTAR SINGKATAN
AS : Amerika Serikat
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
DNA : Deoxyribonucleic Acid
ELN : Elastin
FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
H0 : Hipotesis nol
Ha : Hipotesis alternatif
IMT : Indeks Massa Tubuh
Kemendikbud : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Nd- YAG : Neodymium-Doped Atrium Aluminum Garnet
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RNA : Ribonukleat Acid
SA : Striae alba
SD : Standart deviasi
SMA : Sekolah Menengah Atas
UVA : Ultraviolet A (Aging)
UVB : Ultraviolet B (Burning)
WHO : World Health Organization
x
ABSTRAK
Latar belakang : Stretch mark yaitu lesi dermal yang secara estetik tidak diinginkan. Pada remaja
stretch mark terjadi berkisar antara 6% - 86%. Usia 5-50 tahun merupakan usia yang biasanya
mengalami stretch mark dengan penyebab lain, dan perempuan dua kali lebih berisiko mengalami
stretch mark dibandingkan laki-laki. Terjadinya stretch mark melibatkan 4 faktor berdasarkan teori
etiologi, salah satunya faktor mekanik yang melibatkan peningkatan berat badan sebagai sebab
terjadinya stretch mark. Pada penderita obesitas terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih.
Akibat penumpukan jumlah sel lemak yang berlebih akn terjadi peregangan pada kulit. Peningkatan
peregangan kulit ini berhubungan dengan terbentuknya stretch mark yang berkorelasi positif
dengan IMT. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan stretch mark pada
siswi SMA Negeri 5 Binjai Metode: penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional
dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel dengan stratified random sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 84 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
teledermatology. Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan metode chi
square untuk menguji hubungan IMT dengan stretch mark.. Hasil : stretch mark dijumpai pada 50
orang dari 84 orang dengan IMT tersering dengan kategori normal. Dari hasil analisis data tidak
terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan stretch mark p=0,077 dan RP= 0,159.
Kesimpulan : tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan stretch mark pada siswi
SMA Negeri 5 Binjai
Kata kunci : IMT, Stretch mark, siswi
xi
ABSTRACT
Background: Stretch marks which are dermal lesions that are aesthetically undesirable. In
adolescents stretch marks occur ranging from 6% - 86%. Ages 5-50 years are the most common age
for stretch marks with other causes, and women are twice as likely to develop stretch marks as men.
The occurrence of stretch marks involves 4 factors based on the etiological theory, one of which is
a mechanical factor involving an increase in body weight as the cause of stretch marks. In obese
patients there is an accumulation of excess body fat. Due to the accumulation of excess fat cells, the
skin stretches. This increase in skin stretch is associated with the formation of stretch marks which
is positively correlated with BMI. Objective: To determine the relationship between Body Mass
Index and stretch marks in female students of SMA Negeri 5 Binjai. Methods: This research is an
observational analytic study with a cross sectional study design. Sampling with stratified random
sampling with a total sample of 84 respondents. Data collection is done by teledermatology. The
data were analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi square method to test the
relationship between BMI and stretch marks. Results: 50 out of 84 people had stretch marks with
the most common BMI in the normal category. From the results of data analysis there is no
relationship between body mass index and stretch marks p = 0.077 and RP = 0.159. Conclusion:
there is no relationship between body mass index and stretch marks in female students of SMA
Negeri 5 Binjai
Keywords: BMI, Stretch marks, female students
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
terbentuknya stretch mark (Tung et al, 2013). Peningkatan peregangan kulit ini
dikaitkan dengan pembentukan stretch mark yang berkorelasi positif dengan IMT).
Secara global, indikator pengukuran untuk mengidentifikasikan status nutrisi
dalam kisaran normal atau tidak seseorang dapat menggunakan IMT (Hastuti et al,
2017). IMT bukan merupakan alat diagnosis, melainkan alat skrining yang mudah
dilakukan dan tidak mahal. IMT dapat dihitung dengan membagikan berat badan
dengan tinggi badan dalam meter, yang berhubungan dengan lemak pada tubuh
(CDC,2016). Kategori IMT menurut WHO (2017) yaitu Berat badan kurang (<
18,5 kg/ m2), normal (18,5-24,9 kg/m2), pre-obesitas (25,0-29,9 kg/m2) , obesitas
I (30,0-34,9 kg/m2), obesitas II (25,0-29,9 kg/m2), obesitas III ( > 40 kg/m2).
Berdasarkan data WHO (2013), 20 tahun terakhir terjadi peningkatan angka
obesitas di dunia. Angka kejadian menunjukkan 11 % pada laki-laki dan 15 % pada
perempuan (WHO, 2016). Di Indonesia, Pada usia >15 tahun menurut Kemenkes
RI (2019) prevalensi gemuk tingkat ringan (IMT ≥25 – 27) sebesar 35,4% dan
gemuk tingkat berat dengan IMT ≥27 sebesar 21,8%. Dengan prevalensi
perempuan (29,3%) lebih tinggi daripada pada laki-laki (14,5%). Data Riskesdas
(2013), Prevalensi pada usia 16-18 tahun dengan status gizi gemuk mengalami
peningkatan lebih lima kali lipat dari tahun 2010 ke 2013.
Berdasarkan Riskesdas (2018) di Kota Binjai , IMT/U penduduk usia 16-18
tahun dengan status gizi obesitas (6,89 %), gemuk ( 12,99 %), normal (73,29%),
kurus (6,83%) dengan jumlah tertimbang 69 orang.
Terdapat beberapa penelitian terkait IMT dan stretch mark di Indonesia,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Lesmana (2020) tentang ditemykan
terdapat hubungan antara status gizi dengan stretch mark pada remaja usia 17-25
tahun . Selain itu, penelitian lain pada remaja yaitu penelitian oleh Putra et al (2020)
melaporkan tidak ditemukan hubungan spesifik antara IMT dengan stretch mark
dan penelitian yang dilakukan oleh Parhusip (2014) melaporkan tidak terdapat
hubungan antara tingkat obesitas dengan stretch mark pada usia dewasa muda.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian terkait
hubungan antara IMT dengan stretch mark pada siswi SMA Negeri 5 Binjai melihat
prevalensi stretch mark yang cukup tinggi dan ada kemungkinan adanya
3
peningkatan berat badan serta penelitian ini juga dilakukan dengan metode yang
berbeda yaitu melalui teledermatologi dikarenakan masih tinggi angka COVID-19
di Indonesia.
Untuk mengetahui hubungan IMT dengan Stretch mark pada siswi SMA
Negeri 5 Binjai
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan pada penelitian
selanjutnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan
dengan IMT dan stretch mark
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stretch mark dalam istilah medis dikenal dengan striae distensae yaitu bekas
luka linier yang terlihat dan berkembang di area kerusakan kulit akibat peregangan
kulit yang berlebihan (lovel et al., 2016). Stretch mark merupakan kondisi umum
yang terbentuk di area kerusakan kulit berupa atrofi linier (Catherine J dan Maarie
P, 2018). Perubahan kulit dan permasalahan kosmetik yang sering ditemui salah
satunya yaitu stretch mark (Kasielska‐Trojan, A. and Antoszewski, B., 2018).
Stretch mark tampak seperti garis kemerahan sampai keunguan yang disebut
striae rubrae (Gambar 2.1) dan seiring waktu berubah menjadi garis atrofi dengan
warna memudar yang disebut striae albae (Gambar 2.2) (Amanda dan Bhupendra,
2019)
5
6
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi stretch mark dari semua ras sekitar 80% (Bertin et al., 2014). Usia
5-50 tahun merupakan usia yang biasanya mengalami stretch mark dengan
penyebab lain, dan perempuan dua kali lebih berisiko mengalami stretch mark
dibandingkan laki-laki (Lovel et all.,2016). Pada populasi remaja dilaporkan
prevalensi berkisar antara 6% sampai 86% (Al-Himdani et al., 2014).
a. Kehamilan
Selama kehamilan sering terjadi perubahan jaringan ikat adalah striae
albae. 90% wanita hamil pada usia kehamilan 24 minggu mulai mengalami
stretch mark . Diakibatkan karena selama kehamilan terjadi peregangan
mekanis dan hormon yang menyebabkan perubahan kolagen pada kulit
(Manullang, 2017).
b. IMT
IMT yang tinggi pada remaja, obesitas pada masa kanak-kanak,
seborrhea wajah berkorelasi positif dengan perkembangan stretch mark
(Elsedfy, 2020). Stretch mark terjadi akibat peningkatan jumlah sel lemak
akan menyebabkan peregangan pada kulit (Sonthalia et all, 2019).
c. Etnis
Di Afrika, pada wilayah geografis yang sama tingkat keparahan stretch
mark lebih tinggi pada wanita kulit hitam daripada kulit putih (Ud-din dan
Bayat, 2014).
d. Pubertas
Pertumbuhan pubertas dapat menyebabkan stretch mark, umumnya
terlihat setelah thelarche (Lokhande dan Mysore, 2019). Peningkatan resiko
terjadinya stretch mark pada remaja pubertas dikaitkan dengan adanya
paparan kadar estrogen yang tinggi (El-Khalafawy, 2013).
e. Penggunaan kortikosteroid
Remaja dan dewasa muda sangat rentan terhadap bentuk formasi striae
(Elsedfy, Heba 2020). Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat
menyebabkan atrofi, telangiectasia, stretch mark, dan papula (Azis, 2013)
serta cushing syndrome (Akl, 2017). Penggunaan steroid topical
menunjukkan hasil lebih jelas pada pembentukan striae.
8
f. Riwayat keluarga
Hasil analisis asosiasi luas genom mendukung hipotesis bahwa variasi
komponen serat elastis dari matriks ekstraseluler kulit berkontribusi pada
perkembangan stretch mark (Tung et al.,2013)
g. Cushing syndrome
Manifestasi cushing syndrome pada kulit adalah hiperpigmentasi, striae
distensae, acanthosis nigricans, atrofi kulit. Saat massa tubuh menyebar dan
membesar, kulit yang rapuh meregang dan pembuluh darah subkutan
menjadi lebih mudah terlihat, tampak seperti striae ungu (Lause et all,
2017).
2.1.4 Etiopatogenesis
Patogenesis stretch mark masih belum diketahui secara pasti (Cordeiro dan
Moraes, 2009). Tahap awal stretch mark diperkirakan terjadi karena peradangan
pada dermis, disertai dengan edema kulit dan penyumbatan limfosit perivaskular.
Pada stadium selanjutnya terjadi atrofi epidermal (Rongioletti dan Romanelli,
2003). Berdasarkan teori etiologinya, hipotesis patogensesi stretch mark dibagi
empat, yaitu faktor genetik, faktor patologis, faktor hormonal dan faktor mekanik
(Cordeiro dan Moraes, 2009).
a. Faktor genetik
Patogenesis dari stretch mark dihubungkan dengan penurunan penyakit
secara genetik. Terdapat penelitian secara retrospektif yang menunjukkan
adanya pengaruh faktor genetik, seperti riwayat terjadinya stretch mark
pada keluarga, etnis dan latar belakang, yang menjadi penyebab penting
untuk awal terjadinya stretch mark ((Cordeiro dan Moraes, 2009)).
Penelitian Tung et al. (2013), mengidentifikasi hubungan antara stretch
mark dan varian gen ELN (elastin) yang mengkodekan protein elastin.
Varian gen ELN dapat mempengaruhi integritas kulit dengan mengganggu
pembentukan serat elastin yang menyebabkan kekakuan pada kulit. Akibat
terganggunya komponen matriks ekstraseluler, akan terbentuk stretch mark
jika terjadi regangan yang tidak dapat ditoleransi (Tung et al. 2013).
9
b. Faktor patologis
Faktor patologis yang dapat mengakibatkan timbulnya stretch mark ialah
Cushing’s syndrome dan Marfan’s syndrome (Cordeiro dan Moraes, 2009).
Peningkatan kadar kortisol menyebabkan terjadinya peningkatan degradasi
kolagen sehingga terjadinya gangguan matriks ekstraseluler pada dermis,
hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya stretch mark pada Cushing’s
syndrome (Raff et al.l, 2014).
Marfan’s syndrome merupakan penyakit sistemik yang diakibatkan oleh
mutasi pada matriks protein ekstraseluler fibrillin-1. Pada Marfan’s
syndrome, Stretch mark merupakan manifestasi kulit paling umum yang
terjadi pada sekitar dua pertiga penderita (SP, M., 1959)
c. Faktor hormonal
Faktor hormonal diteliti dalam beberapa penelitian mempengaruhi
terjadinya stretch mark (Cordeiro dan Moraes, 2009). Cordeiro et al.
(2010) menjelaskan bahwa terdapat peningkatan ekspresi glukokortikoid,
androgen dan reseptor estrogen yang signifikan pada kulit dengan Stretch
mark , dibandingkan dengan kulit tanpa Stretch mark (Cordeiro et al., 2010).
Stretch mark yang diakibatkan oleh steroid atau glukokortikoid berbeda
dengan yang disebabkan oleh kenaikan berat badan dan kehamilan.
Mekanisme pembentukan stretch mark akibat steroid dan glukokortikoid
menunjukkan ketidakseimbangan jaringan ikat dermal dan atau matriks
dermal daripada tegangan mekanik (Cordeiro dan Moraes, 2009).
Menurut Schuster (1979), stretch mark disebabkan oleh ikatan silang
kolagen yang belum matang di dermis, sehingga terjadi ruptur intradermal
yang menyebabkan stretch mark.. Pada pembentukan stretch mark terdapat
deposisi bundel kolagen dan terbentuk jaringan parut yang berimplikasi.
Pada kulit yang memiliki ikatan silang kolagen yang kaku diduga
perkembangan dari stretch mark lebih mudah terjadi. Stretch mark
tampaknya hanya terjadi pada kulit yang ikatan silang kolagen mengalami
kekakuan dan saling tidak berikatan, sehingga terjadi rupturnya daerah
dermis (El-Khalafawy, 2013)
10
2.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi yang pasti dari stretch mark masih kontroversial (Lokhande dan
Mysore, 2019). Tiga teori utama yang mendasari perkembangan Stretch mark yaitu
peregangan mekanis kulit, perubahan hormonal dan gangguan struktural bawaan
pada kulit (Al-Himdani et al., 2014).
Stretch mark terjadi akibat jaringan parut kulit dan atrofi epidermis. Epidermis
tipis kehilangan papila dermal dan rete ridges sedangkan dermis menunjukkan
penurunan komponen matriks ekstraseluler (ECM); kolagen, fibronektin, fibrillin
dan elastin (Stamatas et al., 2015). Dermis terdiri dari matriks kolagen dan elastin
yang terjalin (Tong et al.,2013) . Dalam kulit normal fibril kolagen diatur dalam
bundel padat yang memberikan dukungan pada kulit (Wang et al. 2018). Serat
elastis memungkinkan kulit meregang dan kembali ke bentuk aslinya (Wang et
al.,2015). Dengan perkembangan stretch mark, bundel kolagen dan fibril kolagen
gagal terpisah dari bundel. Serat elastis terganggu dan fibril yang kaya tropoelastin
(elastin terlarut) tidak dapat mengatur menjadi bentuk serat elastis yang tampak
normal (Wang et al. , 2018 ).
Stretch mark dapat disebabkan oleh peregangan mekanis kulit yang berlebihan
hingga serat elastis dermal pecah dengan fibroblas lokal yang tidak dapat
memperbaiki atau mengganti komponen ECM secara memadai. Fungsi fibroblas
yang menyimpang mungkin bertanggung jawab untuk perkembangan stretch mark
12
karena fibroblas dari striae mengekspresikan fibronektin yang jauh lebih sedikit
dan prokolagen tipe I dan tipe III (Elsedfy, 2020).
Lesi stretch mark pada mulanya halus, menonjol, sensitif, dan berwarna
kemerahan hingga keunguan yang disebut dengan striae rubrae. Perjalanan waktu
lesi berubah menjadi pucat, tidak teratur dengan permukaan keriput halus yang
disebut dengan striae albae dan biasanya permanen (Lovell, 2016).
Stretch mark secara klinis terlihat multipel, simetris dengan garis tidak
beraturan, berwarna merah pucat (tergantung stadium), lesi atrofi yang mengikuti
garis pembelahan dan sejajar dengan permukaan kulit (Lokhande dan Mysore,
2019).
Semua striae umumnya bersifat jinak, jarang lesi yang lebih besar dapat
memburuk atau pecah jika mengalami trauma (Lovell, 2016). Pada pasien dengan
kulit gelap, stretch mark dapat berwarna abu-abu kehitaman (striae nigra) atau
kebiruan (striae caerulea) (MacGregor and Wesley, 2016).
2.1.7 Diagnosis
Terdapat lesi atrofi linear pada predileksi yang rentan stretch mark yaitu
Abdomen, Mammae, Gluteus, Femur, Poplitea, (Gambar 2.3). Biasanya tidak
diperlukan biopsi kulit. Penilaian pasien dilakukan dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang menentukan penyebab paling mungkin yang dapat menyebabkan
stretch mark (MacGregor and Wesley,2016).
2.1.8 Penatalaksanaan
Banyak modalitas terapeutik yang telah tersedia, namun tidak sepenuhnya dapat
mengobati stretch mark seperti laser, terapi cahaya, perawatan pengelupasan asam,
injeksi kolagen, lipolysis laser (Ud- din at el ,2016). Perawatan stretch mark
bertujuan untuk meningkatkan produksi kolagen, mengurangi eritema, dan
pigmentasi (Hague dan Bayat, 2017)
sumber cahaya lainnya, laser Nd: YAG berdenyut panjang juga menginduksi
pembentukan , kolagen baru (Wollina, 2017)
Kategori IMT
dan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan komposisi tubuh sesuai usia dan jenis
kelamin . sehingga nilai patokan berbeda-beda tergantung umur dan jenis
kelamin. Pengukuran dilakukan dengan memproyeksikan IMT yang telah
didapatkan dengan usia ke grafik persentil.
Sampai saat ini, semua grafik pertumbuhan CDC memiliki waktu publikasi
awal yaitu tahun 2000. Setiap grafik yang dimodifikasi tetap tidak berubah dari
publikasi awal yaitu 30 Mei 2000 (CDC, 2017). Persentil grafik menunjukkan
IMT anak tersebut sesuai dengan interpretasi pengklasifikasian sebagai berikut
(CDC, 2016)
Perhitungan IMT pada anak-anak dan remaja juga dapat menggunakan persentil
atau Z-score. Perhitungan seperti orang dewasa kemudian dibandingkan persentil
atau Z-score (WHO, 2017)
Interpretasi pengukuran :
Sampai saat ini hubungan IMT dengan stretch mark masih terus dilakukan
penelitian. Putra et al. (2020) melakukan penelitian tentang IMT dan stretch mark
menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0,05) antara IMT dengan
stretch mark pada remaja perempuan. Penelitian oleh Lesmana (2020) menyatakan
terdapat hubungan status gizi dengan Stretch mark .
Tahap awal stretch mark diperkirakan terjadi karena peradangan pada dermis,
disertai dengan edema kulit dan penyumbatan limfosit perivaskular. Pada stadium
selanjutnya terjadi atrofi epidermal (Rongioletti dan Romanelli, 2003)
19
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko stretch mark. Obesitas umumnya
diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi yang dikonsumsi dengan
yang dikeluarkan sehingga terjadi penambahan berat badan (Hawkesworth , 2013).
Penambahan berat badan menyebabkan penumpukan lemak tubuh yang berlebih,
akibatnya terjadi peregangan pada kulit..
Menurut Schuster (1979), stretch mark disebabkan oleh ikatan silang kolagen
yang belum matang di dermis, sehingga terjadi ruptur intradermal yang
menyebabkan stretch mark.. Pada pembentukan stretch mark terdapat deposisi
bundel kolagen dan terbentuk jaringan parut yang berimplikasi. Pada kulit yang
memiliki ikatan silang kolagen yang kaku diduga perkembangan dari stretch mark
lebih mudah terjadi. Stretch mark tampaknya hanya terjadi pada kulit yang ikatan
silang kolagen mengalami kekakuan dan saling tidak berikatan, sehingga terjadi
rupturnya daerah dermis (El-Khalafawy, 2013)
kolagen dan serat elastin dalam matriks ekstraseluler kulit. (Alaiti, 2014).
Perubahan pada serat elastin yang membentuk matriks ekstraseluler kulit memiliki
peran dalam pembentukan stretch mark. Jumlah kolagen, elastin dan fibronektin
akan berkurang. Hal ini mengakibatkan jaringan elastik pada kulit menghilang dan
akan mengakibatkan stretch mark. (Tung et al., 2013).
21
Normal
IMT
menurut CDC
Berat badan lebih
Etiopatogenesis
stretch mark Obesitas
Kerusakan
Jaringan dermis
Stretch mark
2.6 HIPOTESIS
Terdapat hubungan antara IMT dengan stretch mark pada siswi SMA Negeri 5
Binjai.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai November 2021. Pengambilan
data penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus hingga jumlah sampel
terpenuhi di SMA Negeri 5 Binjai dengan menggunakan virtual.
Seluruh siswi SMA Negeri 5 Binjai berjumlah sekitar 513 siswi pada tahun
ajaran 2021/2022
23
24
513
𝑛=
1 + 513(0,1)2
𝑛 = 83,68 ≈ 84 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖
Keterangan :
𝑛 = Besar sampel
𝑁= Populasi
𝑒 = batas toleransi kesalahan (10%)
Berdasarkan perhitungan rumus di atas, maka pada penelitian ini jumlah sampel
yang digunakan sebanyak 84 orang. Jumlah sampel tersebut dibagi berdasarkan
tingkatan kelas dengan rumus berikut:
𝑁𝑖
𝑛𝑖 = 𝑛
𝑁
Keterangan :
Sehingga,
211
Kelas X = 513 84 = 34,5497 ≈ 35 siswi
184
Kelas XI = 84= 30,128 ≈ 30 siswi
513
118
Kelas XII = 513 84 = 19,32 ≈ 19 siswi
Pengumpulan data
Teledermatology
Pengelolaan data
Cara Ukur : Menanyakan berat badan dan Tinggi badan melalui media
teleconference. Selanjutnya dihitung IMT dengan rumus IMT,
dilanjutkan dengan diplotkan ke kurva CDC
Hasil ukur : IMT dengan kategori obesitas, berat badan lebih, normal, berat
badan kurang
Skala ukur : Ordinal
b. Stretch mark adalah bekas luka linier yang terlihat dan berkembang di area
kerusakan kulit akibat peregangan kulit yang berlebihan
Analisis bivariat digunakan untuk menilai hubungan IMT dengan stretch mark.
Analisis yang digunakan untuk semua data kategorik adalah uji statistic “chi
kuadrat” ( chi square) jika memenuhi syarat (Dahlan MS,2014) dengan tingkat
kemaknaan sebesar 0,05. Hasil bermakna apabila nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho
ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna apabila nilai p ˃ 0,05 yang
berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Syarat uji chi square yaitu (Dahlan MS,2014)
a. Nilai expected yang kurang dari lima maksimal 20 % dari jumlah sel
Jika syarat tidak terpenuhi maka dipakai uji alternative
a. Tabel 2x2, alternatifnya yaitu uji Fisher
b. Tabel 2xK, bila sel dapat digabung maka dilakukan penggabungan sel.
Bila ordinal, maka alternatifnya adalah Mann-Whitney atau
Kolmogorov Sminov
BAB IV
Hasil dari penelitian ini diperoleh dari 84 responden yang ditemukan dengan
metode random sampling jenis stratified berdasarkan tingkatan kelas sesuai kriteria
inklusi yang telah ditetapkan. Dikarekan adanya pandemi covid-19 yang terjadi
selama masa penelitian berlangsung dan penetapan protokol kesehatan berupa
physical-distancing peneliti tidak dapat melakukan pemeriksaan dan pengukuran
secara langsung kepada responden, sehingga data dikumpulkan melalui
teledermatology dengan menggunakn aplikasi online yaitu google meet dan
whatsapps. Hasil penelitian di analisis berdasarkan usia, IMT, stretch mark,
predileksi stretch mark, warna stretch mark, dan uji bivariant.
15 33 39
X
16 2 2,4
15 7 8,3
XI
16 23 27,4
16 2 2,4
XII 17 14 16,7
18 3 3,6
Total 84 100
29
30
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan distribusi usia responden yang terdiri dari
4 kelompok usia dengan interval 15-18 tahun. Pendistribusian ditampilkan dengan
proporsi sesuai kelas ditemukan pada kelas X siswi dengan usia 15 dan 16 tahun
dengan jumlah 33 orang (39%) dan 2 orang (2,4%). Pada kelas XI juga ditemukan
siswi berusia 15 dan 16 tahun dengan jumlah usia 16 tahun lebih banyak yaitu 23
orang (27,4%) dan 7 orang (8,3%). Ditemukan 3 interval usia pada Kelas XII yaitu
usia 16 tahun sebanyak 2 orang (2,4%), 17 tahun sebanyak 14 orang (16,7%) dan
18 tahun 3 orang (3,6%). Data Kemendikbud pada siswa SMA di Sumatera Utara
Tahun ajaran 2020/2021 menunjukkan jumlah tertinggi pada usia >18 tahun di kelas
XII (97,13%) sedangkan untuk siswa kelas X yang berusia <16 tahun (0,57%).
Perbedaan hasil dari data ini diakibatkan penyebaran jumlah kelas yang tidak
merata dan sistem pengambilan sampel melalui stratified random sampling serta
dikarenakan perhitungan usia terhitung saat waktu penelitian sedangkan pada data
kemendikbud saat siswa naik jenjang sehingga siswa yang ditemukan berbeda
dengan data Kemendikbud.
IMT N %
Normal 66 78,6
Obesitas 0 0
Total 84 100
Berdasarkan data yang tercantum diatas, IMT responden dijumpai dalam tiga
kelompok yaitu Berat badan lebih, normal, dan Berat badan kurang sedangkan
kelompok IMT obesitas tidak dijumpai dalam penelitian ini (0 %). Responden
31
Hasil tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra et al (2020)
ditemukan 151 responden dari 155 orang dengan kategori IMT normal (97,4%)
namun didapatkan perbedaan jumlah pada kategori obesitas sebanyak 3 orang (1,9
%) dan tidak ditemukan responden pada kategori IMT Berat badan kurang.
Penelitian Maciałczyk-Paprocka et al (2017) pada siswi usia 13-18 tahun juga
menunjukkan hasil yang serupa yaitu IMT dengan kategori normal dengan jumlah
terbanyak yaitu 88% dilanjutkan Berat badan lebih 5,8% dan obesitas 6,2%.
Stretch mark N %
Ada 50 59,5
Total 84 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwasanya pada penelitian ini pada satu responden
tidak hanya ditemukan 1 lokasi stretch mark (66 %) namun pada 17 responden
ditemukan stretch mark dengan lokasi >1 yaitu 13 orang pada 2 lokasi yang berbeda
(26 %) dan 4 orang memiliki stretch mark pada 3 lokasi sekaligus (8%).
Tabel 4.5 dibawah ini menunjukkan hasil regio stretch mark terbanyak yang
ditemukan yaitu pada regio Femur sebanyak 20 orang (40%) dilanjutkan dengan
regio Gluteus (8%), Poplitea (2%) dan Cruris (6%), Abdomen (2%) dan Pelvis
ditemukan pada 3 orang (6%). Ditemukan responden dengan regio stretch mark
lebih dari 1 lokasi yaitu kombinasi. Yang paling banyak ditemukan adalah
kombinasi regio Femur dan Gluteus (10 %). Serupa dengan penelitian oleh
Aryunisari et all (2020) pada 131 subjek yang memiliki stretch mark ditemukan
lokasi lesi terbanyak pada regio femur (66,9%) dan oleh Novita, M (2021) pada 67
subjek wanita yang memiliki stretch mark juga menunjukkan mayoritas lokasi lesi
stretch mark pada regio femur (45,5%).
Gluteus 4 8
Cruris 3 6
Poplitea 1 2
Femur 20 40
Abdomen 2 4
Pelvis 3 6
Kombinasi
Total 50 100
34
Stretch mark n %
Merah 31 43.1
Putih 41 56.9
Total 72 100
Tabel 4.6 menunjukkan mayoritas warna lesi stretch mark pada responden
ditemukan berwarna putih (55,9%) sedangkan yang berwarna merah hanya 31
orang (43,1%). Mayoritas lesi stretch mark berwarna putih tersebut menjelaskan
bahwa lesi stretch mark telah berubah menjadi garis atrofi dengan warna memudar
yang disebut striae albae (Amanda dan Bhupendra, 2019). Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurhafizha, TN (2021) menunjukkan hasil kriteria
warna lesi stretch mark yang tersering yaitu putih (92,9 %) dan Penelitian oleh cho
et all (69,5%).
Stretch mark
Usia (Tahun) Ada Tidak ada Total %
n % n %
15 24 28,6 16 19 40 47,6
16 17 20,2 10 12 27 32,2
Berdasarkan tabel 4.7 disajikan distribusi stretch mark berdasarkan usia. Pada
kelompok responden yang memiliki stretch marks, ditemukan hasil terbesar berada
pada kelompok rentang usia 15 tahun berjumlah 24 responden (28,6%), diikuti pada
usia 16 tahun berjumlah 17 responden (20,2%) dan 17 tahun berjumlah 8 subjek
(9,5%) dengan jumlah terkecil pada usia 18 tahun berjumlah 1 responden (1,2%) .
Stretch mark
p
Ada Tidak ada Total % RP
value
n % n %
Berat badan kurang- 42 50 33 39,3 75 89,3 0,159
normal 0,077 (0,19-
Berat badan lebih- 8 9,5 1 1,2 9 10,7 1,336)
obesitas
Tabel 4.8 menampilkan hasil uji hubungan IMT dengan stretch mark yang
menunjukkan pada IMT dengan kategori berat badan kurang hingga normal
ditemukan siswi yang memiliki stretch mark dengan jumlah setengah dari
keseluruhan responden yaitu 42 orang (50%) dan yang tidak memiliki stretch mark
36
33 orang ( 39,3 %). Pada kriteria berat badan lebih hingga obesitas responden
dengan stretch mark sebanyak 8 orang (9,5%) dan yang tidak memiliki stretch mark
hanya 1 orang (1,2%).
Rasio prevalensi IMT terhadap stretch mark yaitu 0,159 dapat dinyatakan
bahwa IMT menjadi faktor protektif terhadap terjadinya stretch mark (RP<1).
Meskipun pada data ditemukan RP<1 namun interval kepercayaan dapat mencakup
angka 1 ataupun lebih dari 1 (IK 95% : 0,19-1,336) sehingga IMT belum definitif
dianggap faktor protektif dapat menjadi faktor resiko jika RP>1. Hal ini mungkin
disebabkan jumlah responden yang diteliti kurang banyak, bila dilakukan
penambahan jumlah responden pasti akan mempersempit interval kepercayaan
sehingga hasil lebih spesifik (Sastroasmoro S dan Ismael S, 2014)
Pada perhitungan diatas dengan menggunakan uji Fisher ditemukan hasil nilai
p yaitu 0,077 ( p value >0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik tidak terdapat
hubungan antara IMT dengan stretch mark yang signifikan. Hal ini mungkin
dikarenakan jumlah responden penelitian yang didapat lebih dominan pada IMT
dengan kategori normal dimana kejadian stretch mark paling sering dijumpai pada
kategori tersebut bukan pada IMT dengan kategori yang lebih berat.
Hal ini serupa dengan hasil penelitian Putra et all (2020) menunjukan tidak
terdapat hubungan signifikan antara IMT dengan stretch mark yaitu sebesar 0,098
(p value >0,05). Sama halnya dengan penelitian Ellysa, TO (2021) dengan uji
penelitian chi square diperoleh hasil tidak terdapat hubungan antara obesitas
dengan striae distensiae yaitu sebesar 0,687. Pada penelitian oleh Parhusip AT
(2014) dengan uji korelasi spearman mendapatkan hasil sebesar 0,183 yang
menjelaskan hubungan tersebut sangat lemah (Sastroasmoro, 2017) dan diperoleh
nilai p sebesar 0,087 sehingga tidak terdapat hubungan antara stretch mark dengan
obesitas.
control tentang dermatoses pada obesitas oleh Ahsan et al (2014) dan Rathod et al
(2018 ) menunjukkan terdapat hubungan antara obesitas dengan striae.
Perbedaan ini dikarenakan stretch mark yang terjadi akibat ada perbedaan IMT
diawali dengan adanya peregangan, namun tidak masalah jika stimulusnya
berlebihan atau minimal. Pada hipotesis ini, pengikatan kolagen tampaknya lebih
penting daripada jumlah kolagen dalam respons peregangan terhadap
perkembangan stretch mark (Cordeiro dan Moraes, 2009). Peregangan dan stretch
mark adalah proses adaptasi yang berkelanjutan terhadap kebutuhan pertumbuhan
remaja dan perubahan massa tubuh di awal masa dewasa.
Perbedaan hasil hasi penelitian ini mungkin karena faktor lain di luar kendali
peneliti. Diakibatkan adanya perbedaan kriteria inklusi dan eksklusi untuk setiap
penelitian, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor yang dapat menyebabkan stretch
mark namun tidak diukur dalam penelitian ini seperti, hidrasi kulit yang
mempengaruhi peregangan kulit (Depanshu, 2015). Hidrasi kulit yang berkurang
dapat merangsang respon inflamasi berupa degranulasi sel mast, bahkan pada kulit
normal (Elias PM,2008). Degranulasi sel mast melepaskan enzim protease, elastase.
Elastase adalah enzim yang dapat memecah elastin. Elastin adalah komponen utama
jaringan ikat yang menjaga elastisitas kulit. Selain kemampuannya untuk memecah
elastin, elastase juga dapat memecah kolagen dan protein matriks ekstraseluler
lainnya (Thing, et all., 2009). Oleh karena itu, degranulasi sel mast yang berlebihan
akan menyebabkan perubahan pada komponen matriks ekstraseluler kulit termasuk
elastin, kolagen dan fibrilin (Cordeiro, R.C.T., et all, 2010). Tahap awal stretch
mark adalah respons inflamasi yang menentukan penghancuran awal serat elastin
dan kolagen. Proses ini akan diikuti oleh regenerasi serat elastis ke arah tegangan
yang dihasilkan oleh kekuatan mekanik seperti penambahan berat badan yang
cepat.
antara serat kolagen. Ekspresi reseptor hormon meningkat dalam kondisi tertentu,
menunjukkan bahwa area kulit yang mengalami peregangan mekanis yang lebih
besar dapat menunjukkan aktivitas reseptor hormon yang lebih besar. Ini dapat
mempengaruhi metabolisme matriks ekstraseluler dan membentuk stretch mark
(Watson, 1998). Hormon estrogen juga mengurangi adhesi antara serat kolagen,
membentuk stretch mark di area yang diregangkan (Cordeiro et all., 2010). Sebuah
studi oleh Aryanisari CG (2020) menemukan hubungan antara usia menarche dan
stretch mark.
BAB V
1. Tidak terdapat hubungan signifikan antara IMT dengan stretch mark pada
siswi SMA Negeri 5 Binjai ( p value= 0,077)
2. Prevalensi siswi SMA Negeri 5 Binjai yang memiliki stretch mark yaitu 50
orang (59,5 %)
3. Warna lesi stretch mark pada siswi SMA Negeri 5 Binjai yang terbanyak
ditemukan adalah berwarna putih sebesar 56,9 % sedangkan berwarna
merah sebanyak 43,1 %
4. Lokasi lesi stretch mark pada siswi SMA Negeri 5 Binjai terbanyak
ditemukan pada daerah Femur sebesar 47,2%
5. IMT pada siswi SMA Negeri 5 Binjai yang terbanyak ditemukan adalah
responden dengan IMT normal sebanyak 66 responden (78,6%)
5.2 SARAN
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode penelitian
eksperimental dengan memperbanyak sampel penelitian, sehingga
diperoleh hasil dari sudut pandang yang berbeda
2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengantisipasi segala kelemahan
yang ada dalam penelitian ini dan terus mengembangkan penelitian sesuai
kemajuan teknologi dan informasi
3. Diharapkan dilakukan penyuluhan kesehatan kepada siswi mengenai stretch
mark mengingat prevalensi stretch mark yang cukup tinggi dan juga
mengenai IMT agar terkontrol dalam kategori normal
39
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan,.U.,,Jamil,.A..and.,Rashid,.S.,.,2016..,Cutaneous.,Manifestations..in.,obesit
y...Journal.of Pakistan.Association..,of .Dermatology, 24(1), pp.21-24.
Akl A., 2017 ‘Review. .Article’,. SciFed, Journal, of, ,Immunology,.. 1(1). doi:
10.23959//sfji-1000003.
Al‐Himdani., S., Ud.‐Din, S., Gilmore, S. .and Bayat, A., 2014. Striae. Distensae.:
a .comprehensive/ /review. And. Evidence.‐.based. ,evaluation. of
prophylaxis. ,and, ,treatment. British, Journal. Of, ,Dermatology., 170,(3).,
pp..527-547,.
Amanda., M. O.,. Bhupendra., C.,P., 2019, ‘Stretch,, marks, [Striae]’., StatPearls.,
[Online],…accessed.. 17 April 2021 ,.Available,, at.. :
https://.www.ncbi.nlm..nih.gov/,books./.NBK436005./
Aryunisari, C.G., Putra, I.B. and Jusuf, N.K., 2020. The, relationship ,between, age
,of, menarche,, with, striae.. among.. female.... students., Chest, 5, pp.3-7.
Aziz, A.L., 2013 Penggunaan,, kortikosteroid,, di ,klinik. Surabaya.: Lab. Divisi
Gawat. Darurat. FK. UNAIR,.
Basile F.V dan Basile A.R, 2012. Strie. After.. Breast.. Augmentation., Aesth, Plast
Surg.; 36: 894–900. DOI 10.1007/S00266-012-9902-5
Bertin C , Lopes-,DaCunha A., Nkengne ,.A., Roure R., Stamatas G. N., 2014
‘Striae, distensae, are, characterized, by distinct, microstructural, features
as.. measured. By, non-invasive, methods, in vivo’., Skin, ,Research, and
Technology., 20(1), pp. 81–86. doi: 10.1111/srt.12088
Bitencourt., S., Lunardelli., A., Amaral., R.H., Dias, H.B., Boschi, E.S. and de
Oliveira, J.R., 2016. Safety., and., patient., subjective., efficacy., of using
galvanopuncture., for., the., treatment., of striae., distensae.,. Journal. of
cosmetic dermatology,. 15(4), pp.393-398,.
Catherine J and Maarie P, 2018. Atrophies., of Connective., Tissue., In
Dermatology., New York., .,Elsevier,.; 1723-1732.
Centers.,for.,Disease.,Control.,and.,Preventions.,(CDC), 2016,. About., Child., &
.,TeenBM.,I. United.,States,.,accessed 10 April 2021, available at :
https://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/index.html.
Centers for Disease Control and Preventions (CDC), 2017. Clinical., Growth
Charts.,National .,Center.,for.,Health.,Statistics,., accessed 11 April 2021
available at : https://www.cdc.gov/growthcharts/clinical_charts.htm.
Cho S, Park ES, Lee DH, Li K, Chung.. JH.,2006.,. Clinical.,Features.,and.,Risk.,
Factors.,for.,Striae.,Distensae.,in.,Korean.,Adolescent.,J.,,Eur.,Acad.,Derm
atol.,V.,enereol.,;20(9):1108-1113.
40
41
Cordeiro,.,R.C.T.,,and.,de.,Moraes.,,.,A.M.,.,2009.,Striae.,distensae.,fisiopatologia
,. .,Surgical.,&.,Cosmetic.,Dermatology., 1(3).,, pp..137-140.
Cordeiro, R.C.T., Zecchin, K.G. and De Moraes, A.M., 2010. Expression., of
estrogen., androgen., and. Glucocorticoid.,receptors.,in recent striae
distensae.
Dąbrowska, A.K., Spano, F., Derler, S., Adlhart, C., Spencer, N.D. and Rossi, R.M.,
2018. The.,relationship.,between.,skin function,., barrier., properties., and
body‐dependent factors. Skin Research and Technology, 24(2), pp.165-174.
Dahlan MS., 2014, Statistik.,untuk.,Kedokteran.,dan.,Kesehatan.,Seri.,1.,Edisi.,6,
Epidemiologi., Indonesia.,, Jakarta., Timur.,
Elias PM. Skin Barrier Function. Current Allergy and Asthma Report. 2008; 8:299-
305
El-Khalafawy, G.M., 2013. Comparative.,Study.,Between.,Intense.,Pulsed.,Light
{sup I}.,PL.,{sup A}.,ND., Pulsed., Dye., Laser.,In.,The.,Treatment.,Of
Striae.,Distensae.
Ellysa, TO, 2021. .,Analisis.,Faktor.,Risiko.,Terjadinya.,Stretch.,Mark.
Elsedfy, H., 2020. Striae.,distensae.,in.,adolescents:.,a mini.,review..,Acta.,Bio
Medica:.,Atenei Parmensis, 91(1), p.176.
Farahnik, .,B.,, Park., K.., Kroumpouzos., G., J., 2017. Striae gravidarum: Risk
factors, prevention, and management. International journal of women's
dermatology, 3(2), pp.77-85
Hague, A. and Bayat, A., 2017. Therapeutic targets in the management of striae
distensae: A systematic review. Journal of the American Academy of
Dermatology, 77(3), pp.559-568.
Hastuti, J., Rahmawati, N.T. and Suriyanto, R.A., 2017. Body mass index and
weight status misperception among a sample of college students in
Yogyakarta, Indonesia. Bangladesh Journal of Medical Science, 16(2),
pp.225-232.
Hawkesworth S, Medicine T. Definition,.,Etiology,.,and.,Assessment.., London Sch
Hyg.,. 2013;2:389–92.
Kaliyadan,.,F.,.,Jha,.,A.K..,and.,Sonthalia,.,S.,.,2018..,Dermoscopy.,of.,striae.,rubr
ae. Indian dermatology online journal, 9(6), p.477.
Karia,.,U.K.,.,Padhiar,.,B.B..,and.,Shah,.,B.J., 2016..,Evaluation.,of.,various
.,therapeutic.,measures.,in.,Striae.,Rubra..,Journal.,of.,cutaneous.,and.,aest
hetic.,surgery,.,9(2), p.101.
Kasielska.,‐Trojan,., A..and.,Antoszewski,.,B.,.,2018..,Do.,body.,build.,and
composition.,influence.,striae.,distensae.,occurrence.,and.,visibility.,in.,wo
men?. Journal.,of.,cosmetic.,dermatology.,, 17(6), pp.1165-1169.
42
Nurhafizha,.,TN.,,.,2021.,..,Tingkat.,Pengetahuan.,dan.,Sikap.,Mahasiswa/I.,FK
USU.,Angkatan.,2017.,Terhadap.,Stretch.,Marks.Universitas.Sumatera
Utara
Partuhip,.,AT,.2014..,Hubungan.,Tingkat.,Obesitas.,dengan.,Terjadinya.,Striae.,Di
stensae.,pada.,Usia.,Dewasa.,Muda. Skripsi..,Universitas.,Sumatera.Utara.
Picard,.,D.,.,Sellier,.,S.,.,Houivet,.,E.,.,Marpeau,.,L.,.,Fournet,.,P.,.,Thobois,.B.,.,B
énichou, J., Joly. P., 2015, ‘Incidence.,and.,risk.,factors.,for.,striae
gravidarum’,.,Journal.,of.,the.,American.,Academy.,of.,Dermatology,.,vol.
73, no. 4, pp. 699-700
Putra, I.B., Jusuf, N.K. and Aryunisari, C.G., 2020 Correlation between body mass
index with striae in female adolescent. Age (median= 19), 18(1), pp.0-6.,
Bali Medical Journal, 9(3), doi: 10.15562/bmj.v9i3.2071.
Raff, H., Sharma, S.T. and Nieman, L.K., 2014. Physiological basis for the etiology,
diagnosis, and treatment of adrenal disorders: Cushing’s syndrome, adrenal
insufficiency, and congenital adrenal hyperplasia. Comprehensive
Physiology, 4(2), p.739..
Rongioletti F, Romanelli P, 2003. Dermal Infiltrates. In: Kerdel FA, Jimenez A. In
Dermatology Just The Facts. New York, Mcgraw-Hill.; 266
Ross, N.A., Ho, D., Fisher, J., Mamalis, A., Heilman, E., Saedi, N. and Jagdeo, J.,
2017. Striae distensae: preventative and therapeutic modalities to improve
aesthetic appearance. Dermatologic Surgery, 43(5), pp.635-648.
Sastroasmoro S dan Ismael S.,2017, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Kesehatan Edisi 5, Sagung Seto, Jakarta
Schuster S, 1979. The Cause of Stretch marks Distensae. Acta Derm Venereol.
Sonthalia,.,S.,.,Agrawal, M. and.,Sehgal,.,V.N.,.,2019..,,Topical.,ciclopirox
olamine 1%:.,Revisiting.,a.,unique.,antifungal..,Indian.,dermatology
online journal, 10(4), p.481.
SP, M., 1959. Marfan's syndrome. Journal of the Indian Medical
Association, 32(9), pp.364-369.
Stamatas.,G.N,.,Lopes-DaCunha.,A,.,Nkengne.,A,.,Bertin.,C..,2015..,Biophysical
properties of Striae.,Distensae.,evaluated.,in.,vivo.,using.,non-invasive
assays. Skin.,Res.,Technol. ;21:254–258.
Thring.,TSA,.,Hili.,P,.,Naughton.,D.,.,2009.,Anti-collagenase,.,anti-elastase.,and.,
antioxidant.,activities.,of.,extracts.,from.,21 plants..,BMC.,Complementary
and.,Alternative.,Medicine.;9(27)
Tong.,P.L.,.,Qin.,J.,Cooper.,C.L., Lowe.,P.M.,.,Murrell.,D.F.,.,Kossard.,S., Ng.,L.
G., Roediger B., Weninger W., Haass N.K, 2013 A quantitative approach
to.,histopathological.,dissection.,of.,elastin-related.,disorders.,using
.,multiphoton.,microscopy. Br J Dermatol. ;169:869–879.
44
Tung,., J.Y.,. Kiefer,.,A.K., Mullins, M., Francke, U. and Eriksson, N., 2013.
Genome-wide.,association.,analysis.,implicates.,elastic.,microfibrils.,in.,
the.,development.,of.,nonsyndromic.,striae.,distensae. The.,Journal.,of.,inv
estigative.,dermatology,.,133(11), p.2628..
Ud.,‐.,Din.,S,.,Bayat.,2014.,A. new.,insights.,on .,keloids,.,hypertrophic.,scars,.
And.,striae.., Clin Dermatol ; 32 : 193–209. doi: 10.1016/j.det.2013.11.002.
Ud.-.Din.,S,.,McGeorge.,D, Bayat A, 2016 Topical Management of striae
distensae (stretch mark): prevention and therapy of striae rubrae and
albae: J Eur Acad Dermatol Venereol.; 30 : 211–222.
doi: 10.1111/jdv.13223
Wang, F., Calderone, K., Do, T.T., Smith, N.R., Helfrich, Y.R., Johnson, T.R.B.,
Kang, S., Voorhees, J.J. and Fisher, G.J., 2018. Severe disruption and
disorganization of dermal collagen fibrils in early striae gravidarum. British
Journal of Dermatology, 178(3), pp.749-760.
Wang, F., Calderone, K., Smith, N.R., Do, T.T., Helfrich, Y.R., Johnson, T.R.B.,
Kang, S., Voorhees, J.J. and Fisher, G.J., 2015. Marked disruption and
aberrant regulation of elastic fibres in early striae gravidarum. British
Journal of Dermatology, 173(6), pp.1420-1430.
Watson, R.E., Parry, E.J., Humphries, J.D., Jones, C.J., Polson, D.W., Kielty, C.M.
and Griffiths, C.E., 1998. Fibrillin microfibrils are reduced in skin
exhibiting striae distensae. The British journal of dermatology, 138(6),
pp.931-937.
Wollina, U. and Goldman, A., 2017. Management of stretch marks (with a focus
on striae rubrae). Journal of cutaneous and aesthetic surgery, 10(3), p.124.
Woodley D.T, 2017. Distinct Fibroblasts in the Papillary and Reticular Dermis:
Implications for Wound Healing. Dermatol. Clin. 35:95–100. doi:
10.1016/j.det.2016.07.004.
World Health Organization (WHO), 2016. Obesity and overweight :report 311.
Geneva: World Health Organization.
(Https://www.who.int/obesityandoverweight/recommendati. Diakses 10
April 2021).
World Health Organization (WHO), 2017. Body mass index, accessed 10 April
2021, available at : https://www.euro.who.int/en/health-topics/disease-
prevention/nutrition/a-healthy-lifestyle/body-mass-index-bmi
World.Health.Organization,.2020,.Obesity.and.Overweight Fact .Sheet.(diakses 11
April 2021)
Yanes D. dan Burgin S., 2019, striae in Adult : VisualDx”, Accessed: 18 April 2021
available at:
https://www.visualdx.com/visualdx/diagnosis/striae?diagnosisId=52351&
moduleId=101
45
LAMPIRAN
NIM : 180100028
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Riwayat Organisasi
Riwayat Pelatihan
Riwayat Kepanitian
Perkenalkan nama saya Firdha Khairani Lubis dengan NIM 180100028, mahasiswi FK
USU yang sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh
dengan Stretch mark pada Siswi SMA Negeri 5 Binjai”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan IMT dengan stretch mark dan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana
Penelitian ini dilakukan dengan menanyakan informasi tentang data-data adik yang
berkaitan dengan stretch mark dan IMT, yang nantinya akan saya uraikan dan simpulkan
dengan menggunakan teknik pengolahan data berdasarkan teori yang telah saya peroleh.
Dalam penelitian ini, saya akan melakukan pemeriksaan dengan anamnesis melalui
platform online bisa dengan gmeet ataupun videocall whatsapp, dilanjutkan adik
mengirimkan foto bagian stretch mark tersebut tanpa terlihat wajah adik melalui whatapps
chat.
Untuk keperluan tersebut, saya sebagai peneliti mengharapkan keikutsetaan adik untuk
berpartisipasi dan kerjasama tanpa paksaan. Jawaban dan dokumentasi yang adik berikan
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan terjamin kerahasiaannya. Jika
adik bersedia, maka saya mohon kesedian adik untuk mengisi lembar persetujuan yang
saya lampirkan. Demukian penjelasan ini saya sampaikan, atas partisipasi dan perhatian
adik. Saya ucapkan terima kasih
Jika saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut, silahkan hubungi peneliti di nomor
085275497875 atau di alamat saya Jalan Cut Nyak Dhien No. 114 A Binjai Timur. Terima
Kasih
Peneliti
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Usia :
Kelas :
Alamat :
No. HP :
Demikian surat pernyataan ini dibuat, jika kemudian hari saya mengundurkan
diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun
Binjai, 2021
Responden
( )
53
HASIL PEMERIKSAAN
Berat badan :
Tinggi badan :
IMT : ……. Kg/m2 (Klasifikasi IMT)
Apakah anda memiliki stretch mark : Ya / Tidak
Jika ya
Dimanakah letak stretch mark tersebut :
Bagaimana warna stretch mark tersebut :
54
55
Femur Merah
14 X 15 47 159 Normal Ada
Cruris Merah
Pelvis Merah
Femur Merah
Femur Merah
Femur Merah
23 X 15 51 151 Normal Ada
Pelvis Merah
Femur Putih
26 X 15 47 163 Normal Ada
Gluteus Putih
Femur Putih
29 X 15 60 160 Normal Ada
Mammae Merah
Berat badan - -
33 X 15 40 162 Tidak Ada
kurang
34 X 15 45 148 Normal Tidak Ada - -
Gluteus Putih
37 XI 16 46 149 Normal Ada
Femur Putih
Femur Merah
40 XI 16 49 155 Normal Ada
Cruris Merah
Gluteus Putih
Berat badan
41 XI 16 40 156 Ada
kurang Abdomen Putih
57
Poplitea Putih
Gluteus Putih
Mammae Putih
Gluteus Merah
55 XI 16 59 162 Normal Ada
Femur Putih
Gluteus Putih
Poplitea Merah
Femur Putih
58 XI 16 57 162 Normal Ada
Poplitea Putih
Femur Merah
69 XII 17 60 157 Normal Ada
Poplitea Putih
Berat badan - -
71 XII 17 40 150 Tidak Ada
kurang
72 XII 17 59 160 Normal Tidak Ada - -
Berat badan - -
76 XII 18 48 165 Tidak Ada
kurang
Berat badan Poplitea Putih
77 XII 17 41 163 Ada
kurang
78 XII 16 45 153 Normal Tidak Ada - -
Gluteus Putih
81 XII 17 50 160 Normal Ada
Femur Putih