Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TRIKOMONIASIS

Disusun Oleh :
TATAN LESTARI

1514314901037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES MAHARANI

MALANG

2020
Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang paling umum dapat disembuhkan di
dunia. Penyakit ini juga merupakan salah satu dari tiga infeksi vagina yang paling umum pada
wanita. Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis atau tricomonad.
Trikomoniasi pada saluan urogenital dapat menyebabkan vaginitis dan sistitis. Walaupun
sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang tidak
kurang pentingnya, misalnya perasaan dispareunia, kesukaran melakukan hubungan seksual yang
dapat menimbulkan ketidakserasian dalam keluarga. Pada pria dapat menyebabkan uretritis dan
prostatitis yang kira-kira merupakan 15% kasus uretritis nongonore. 1

Trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi. Trikomoniasis
terdapat baik pada wanita maupun pria, namun penderita wanita lebih banyak dibandingkan pria.
Trikomoniasis kadang disebut penyakit ping-pong Karena pasangan seksual sering menyebarkan
kembali. Penelitian telah menunjukan bahwa tingkat kesembuhan akan meningkat dan tingkat
kambuhan ketika pengobatan dilakukan pada pasangan seksual dalam waktu yang sama. 2

Definisi

Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada wanita maupum pria,
dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan penularannya
biasanya melalui hubungan seksual .

Etiologi

Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh
Donne uukarya, pada tahun 1836. Merupakan falgelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18
mikron, T. vaginalis adalah organisme berbentuk buah pir yang mendorong dirinya dengan
empat flagel seperti cambuk yang menonjol dari ujung depannya. Sebuah flagel kelima, melekat
ke membran bergelombang, memanjang ke belakang. Sebuah ekor berduri yang disebut axostyle
merupakan ujung dari T. vaginalis. Hal ini dipercaya bahwa T. vaginalis menempelkan diri ke
jaringan dengan axostyle mereka yang menyebabkan beberapa iritasi dan peradangan yang
berhubungan dengan infeksi trikomoniasis. Parasit ini berkembang biak secara belah pasang
memanjang dan dapat hidup dalam suasana Ph 5-7,5. Pada suhu 50℃ akan mati dalam beberapa
menit, tetapi pada suhu 0℃ dapat bertahan sampai 5 hari masa inkubasi 4-28 hari.1
T.vaginalis adalah organisme anaerobik maka energi diproduksi melalui fermentasi gula
dalam strukturnya yang dikenal sebagai hydrogenosome. T.vaginalis memperoleh makanan
melalui osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya adalah melalui pembelahan diri (binary
fision) dan intinya membelah secara mitosis yang dilakukan dalam 8 hingga 12 jam pada kondisi
yang optimum.
Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu T. tenax yang hidup di
rongga mulut serta kadang di paru-paru dan Pentatrichomonas hominis yang hidup dalam
kolon/usus, yang dianggap tidak patogen.

Gambar 1. Trichomonas vaginalis bentuk trophozoit

Epidemiologi
Grafik tersebut menunjukkan prevalensi Trikomoniasis di berbagai populasi. Tingkat Prevalensi
adalah 4,8% wanita di klinik perguruan tinggi, 13,8% wanita remaja, 18,5% wanita di klinik
STD, dan 13,1 persen pria di klinik STD (Center for Disease Control, 2011).
Pada akhir 2007, peneliti dari CDC melaporkan bahwa prevalensi infeksi T. vaginalis sebesar
3,1% pada sampel penelitian dari 3.754 wanita usia 14-49 tahun. Beberapa studi telah
menunjukkan prevalensi yang jauh lebih tinggi dengan infeksi (10-18,5%) di antara wanita muda
yang tinggal di daerah perkotaan dan prevalensi di klinik STD di kota biasanya hampir 25%
(Center for Disease Control, 2011). Pria yang terdiagnosis trikomoniasis lebih sedikit daripada
wanita. Dua alasan utama untuk hal ini adalah bahwa gejala infeksi Trichomonas kurang jelas
pada pria dan detekti infeksi yang lebih sulit (kompleks). Prevalensi trikomoniasis diantara
pasangan seksual pria yang menginfeksi wanita lebih dari 73%. Studi CDC tersebut
menunjukkan perbedaan ras pada wanita yang terinfeksi dengan T. vaginalis. Prevalensi
trikomoniasis kalangan wanita kulit hitam non-Hispanik adalah 10,3 kali lebih tinggi daripada
wanita kulit putih non-Hispanik atau wanita Meksiko Amerika (13,3% dibanding 1,3% dan 1,8%
masing-masing) (Center for Disease Control, 2011).4

Cara penularan

Parasit ini bersifat obligat maka sukar untuk hidup di luar kondisi yang optimalnya dan perlu
jaringan vagina, urethra atau prostat untuk berkembangbiak. Trikomoniasis mempunyai beberapa
faktor virulensi yaitu (1)cairan protein dan protease yang membantu trofozoit adhere pada sel
epital traktus genitourinaria; (2)asam laktat dan asetat di mana akan menurunkan pH vagina lebih
rendah dan sekresi vagina dengan pH rendah adalah sitotoksik terhadap sel epital serta (3)enzim
cysteine proteases yang menyebabkan aktivitas haemolitik parasit. Trikomoniasis juga dapat
ditularkan melalui penggunaan pakaian atau handuk basah yang mempunyai trofozoit parasit
yang masih viable Trichomonas akan lebih lekat pada mukosa epitel vagina atau urethra dan
menyebabkan lesi superficial dan sering menginfeksi epital skuamous. Parasit ini akan
menyebabkan degenerasi dan deskuamasi epitel vagina. T.vaginalis merusakkan sel epitel
dengan kontak langsung dan produksi bahan sitotoksik. Parasit ini juga akan berkombinasi
dengan protein plasma hostnya maka ia akan terlepas dari reaksi lytik pathway complemen dan
proteinse host .4
Patogenesis
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital
dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4 hari
sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang
jelas. Nekrosis dapat ditemukan dilapisan subepitel yang menjalar sampai dipermukaan epitel. Di
dalam vagina dan urethra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman dan benda lain yang
terdapat dalam secret . Siklus hidup T.vaginalis boleh dilengkapkan dengan single host yaitu
sama ada wanita atau laki-laki. Transmisi infeksi yang sering adalah melalui hubungan seksual di
mana wanita menjadi reservoir infeksi dari laki-laki. Pada wanita, parasit tersebut akan mendapat
nutrisinya dari permukaan mukosa vagina, serta dari bakteri dan eritrosit yang diingesti. Setelah
itu ia berkembang biak melalui longitudinal binary fission di mana dimulai dengan pembahagian
nukleus diikuti apparatus neuromotor dan terakhir adalah pemisahan sitoplasma kepada dua anak
trofozoit. Trofozoit merupakan fase infektif parasit ini. Dan semasa kontak seksual, trofozoit ini
akan ditransmisikan kepada laki-laki dan terlokasir pada urethra atau kelenjar prostat dan
mengalami replikasi yang sama seperti di vagina.

Gejala klinis

Trikomoniasis pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut
maupun kronik. Pada kasus akut terlihat secret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan,
kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan
dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak
sebagai granulasi berwarna merah yang dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai
gejala dispareunia, perdarahan pascakoitus. Bila secret banyak yang keluar bisa timbul iritasi
pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna. Bau yang kuat, iritasi atau gatal –gatal disekitar
vagina. Selain vaginitis dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistitis yang pada
umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan secret vagina biasanya
tidak berbusa. 1
Gambar 3. Vagina dengan trikomoniasis
dan tampak “Strawberry Appearance”

Trikomoniasis pada laki-laki, infeksi Trikomoniasis pada pria dengan gejala ringan terjadi
pada saluran kemih , infeksi kelenjar prostat, vesika seminalis, dan saluran spermatozoa
(epididimis). 5
Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut
gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret uretra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang halus. Pada bentuk kronik
gejalanya tidak khas; gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.

Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan spekulum, palpasi bimanual, uji pH
duh vagina dan swab. Pada wanita, biasanya dikonfirmasi dengan sediaan basah oleh fase kontras
atau mikroskop.

- Kalium Hidroksida (KOH) "Test Whiff"  Uji ini adalah teknik dasar yang dapat
digunakan sebagai bagian dari diagnosis klinis. Pengujian dilakukan dengan
mencampurkan usapan cairan vagina dengan larutan kalium hidroksida 10%, kemudian
menciumnya. Bau amina (amis) yang kuat bisa menjadi indikasi trikomoniasis atau
vaginosis bakteri.
- Test pH vagina. Trichomonads tumbuh terbaik di lingkungan asam kurang, dan pH
vagina meningkat mungkin merupakan indikasi trikomoniasis. Sebuah penyedia layanan
kesehatan melakukan tes dengan menyentuhkan kertas pH pada dinding vagina atau
spesimen usap vagina, kemudian membandingkannya dengan skala warna untuk
menentukan pH.
- Wet mount adalah metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis
trikomoniasis. Metode ini menujukkan sensitivitas sebesar 60%. Untuk metode ini,
spesimen ditempatkan dalam medium kultur selama 2-7 hari sebelum diperiksa. Jika
trichomonads hadir dalam spesimen asli, mereka akan berkembang biak dan lebih mudah
untuk dideteksi. Hal ini baik sangat sensitif dan sangat spesifik Hasil kultur positif bila
sel clue positif.
- Trichomonas Rapid Test adalah tes diagnostik yang mendeteksi antigen untuk
trikomoniasis. Dengan memasukkan sampel usap vagina ke dalam tabung reaksi dengan
0,5 ml buffer khusus dengan beberapa perlakuan dan kemudian hasilnya dapat dibaca
dalam waktu 10 menit. Uji ini lebih sensitif dibandingkan uji wet mount
- VPIII Tes Identifikasi mikroba (BD) adalah uji yang mengidentifikasi DNA mikroba
yang ada pada kompleks penyakit vaginitis. Identifikasi spesies Candida, Gardnerella
vaginalis, dan Trichomonas vaginalis dapat ditemukan dari sampel vagina tunggal.
Sensitivitas tes untuk mendeteksi T. vaginalis tinggi, dan dapat memberikan hasil hanya
dalam 45 menit.4

Diagnosis Banding
Vaginosis Bakterial

Vaginosis bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang di-sebabkan
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang
mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.3 Gardnerella vaginalis sendiri juga
merupakan bakteri anaerob batang gram variable yang mengalami hiperpopulasi sehingga
menggantikan flora normal vagina dari yang tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa.
Perubahan ini terjadi akibat berkurangnya jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen
peroksida.
Wanita dengan bakterial vaginosis mengeluh adanya duh tubuh yang berbau tidak enak
(amis) yang dinyatakan oleh penderita sebagai satu-satunya gejala yang tidak menyenangkan.
Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal.
Penderita mengeluh iritasu sekitar vaginam rasa terbakar dan gatal dan timbul edema serta
eritema sekitar vulva. Pada pemeriksaan, yang khas duh tubuh vagina bertambah, warna abu-abu
homogen, viskositas normal, berbau dan jarang berbusa. Duh tubuh melekat pada dinding
vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kilauan tubuh yang difus.

Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis, oleh sebab itu
didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut sebagai kriteria Amsel
(1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari empat gejala, yaitu :

 Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina dan
abnormal
 pH vagina > 4,5
 Tes amin yang positif, yangmana sekret vagina yang berbau amis sebelum atau setelah
penambahan KOH 10% (Whiff test).
 Adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20 dari seluruh epitel).
Clue cells adalah sel epitel di vagina yang granular diliputi kokobasil sehingga batas sel
tidak jelas. 5
Gambar 3. Vagina dengan Vaginosis Bakterial

Kandidosis
Kandidosis atau Kandidiasis, yang disebabkan oleh Candida Albicans. Infeksi ini sering
menyerang kaum wanita namun menjadi lebih sering dan berat pada penderita gangguan
imunologi yang berat
Faktor resiko kandidiasis : diabetes melitus – pemakaian kontrasepsi oral – kortikosteroid atau
antibiotika

Keluhan

 Gatal – pedih daerah vulva


 Labia dan vulva bengkak
 flour albus berwarna kekuningan disertai gumpalan-gumpalan berwarna putih
kekuningan . gumpalan berasal dari massa yang terlepas dari dindig vulva atau vagina
tang terdiri atas bahan nekrotik , sel-sel epitel dan jamur
 Dispareunia Disuria (nyeri dan pedih saat miksi)

Dugaan diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis dan pemeriksaan dengan KOH : 
Lakukan pemeriksaan mikroskopik pada sekret vagina yang telah ditetesii dengan KOH: akan
terlihat psudohipa dan spora kandida (diagnosa presumptif).6
Gambar 4. Vagina dengan Kandidosis 6

Uretritis non gonore


Urethritis Non-Gonokokal (GNO) biasa disebut sebagai Urethritis Non-Spesifik. Hal ini adalah
infeksi pada urethra, yakni sebuah saluran penyambung antara kandung kemih dengan luar
tubuh. Gejalanya mirip dengan gonorhea atau kencing nanah, namun terapi yang biasa diberikan
kepada gonorhea tidak akan dapat bekerja. Selain itu, GNO disebabkan oleh bakteri yang disebut
sebagai Chlamydia trachomatis dan beberapa jenis bakteri lainnya termasukureaplasma
urealyticum, mycoplasma, dan trichomonas-yang dapat mengakibatkan gejala seperti pada GNO.
GNO disebarkan secara seksual terutama kontak seksual tanpa perlindungan, seksual per oral,
atau pun seksual per anal.
gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di urethra, sering kencing, dan keluarnya
duh tubuh seropurulen. Pada beberapa keadaan, tidak terlihat keluarnya cairan duh tubuh
sehingga menyulitkan diagnosis.
Pemeriksaan biakan yang masih dianggap sebagai baku emas pemeriksaan klamidia. Spesifisitas
mencapai 100% namun bergantung pada laboratorium yang digunakan.7

Penatalaksanaan
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.
Secara topikal, dapat berupa :
Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hydrogen peroksida 1-2% dan larutan asam laktat 4%,
bahan berupa supositoria yang bersifat trikomoniasidal misalnya metronidazol sediaan 500 mg
dan 1 gram, jel dan krim yang berisi zat trikomoniasidal.
Secara sistemik (oral) :
Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama 7 hari. Efek samping
hebat yang memerlukan penghentian pengobatan jarang ditemukan. Efek samping yang paling
sering dikeluhkan ialah sakit kepala, mual, mulut kering, dan rasa kecap logam. Efek samping
lain adalah pusing, vertigo, ataksia, parestesia pada ekstremitas, urtikaria, pruritus, disuria,
sistitis, rasa tekan pada pelvik, kering pada mulut, vagina dan vulva.
Tinidazol : dosis tunggal 2 gram, memperlihatkan spektrum antimikroba yang sama dengan
metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol adalah masa paruhnya yang lebih panjang
sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal per hari. Adapun obat lainnya adalah Nimorazol :
dosis tunggal 2 gram dan Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram.1
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita, yaitu pemeriksaan dan
pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi bola “pingpong”,
jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh,
hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi, pasien harus
diperingatkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol. Karena flagel dapat memperkuat efek
antikoagulan oral, fenitoin, dan litium. Flagyl berlawanan dengan fenobarbital, fenitoin, dan
penginduksi enzim hati, menjaga kebersihan diri terutama daerah vagina, hindari pemakaian
handuk secara bersamaan, hindari pemakaian sabun untuk membersihkan daerah vagina yang
dapat menggeser jumlah flora normal dan dapat merubah kondisi pH daerah kewanitaan tersebut.
4

A. Komplikasi
a. Baru-baru ini penelitian telah menunjukkan hubungan antara infeksi T.Vaginalis dan
komplikasi T.vaginalis pada kehamilan seperti kelahiran prematur, berat badan lahir
rendah pada bayi baru lahir, radang panggul. Trichomonas Vaginalis juga telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko penularan HIV. pada laki-laki Nongonococcal Uretritis (NGU)
Trikomoniasis mungkin merupakan penyebab penting uretritis nongonococcal. Sebuah
penelitian menemukan bahwa pada pria dengan NGU, terdapat 19,9% yang terinfeksi
Trichomonas.4

Prognosis
Prognosis yang sangat baik dengan resolusi infeksi yang terbentuk setelah pengobatan yang
tepat. Pengobatan pasangan seksual penting untuk menghindari infeksi ulang. Infeksi yang tidak
diobati dapat bertahan hingga 5 tahun. 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF. Trikomoniasis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2011. p. 383-4.
2. Daili SF. Infeksi menular seksual pada kehamilan. In :Ilmu kebidanan. Edisi 4 jakarta: PT
bina pustaka sarwono prawirohardjo;2008.h.925-8.
3. USU. Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21587/5/Chapter
%20I.pdf. 24 november 2015.
4. USU. Diunduh dari : http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43159/4/Chapter%2520II.pdf.
24 november 2015
5. Judanrso. Vaginosis bakterial. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2011. p. 385-9.
6. Kuswadji. Kandidosis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI; 2011.p. 106-7
7. Daili SF. Infeksi genital non spesifik. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2011. p. 366-8.

Anda mungkin juga menyukai