Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KANKER VULVA

Di susun sebagai tugas pada pendidikan profesi ners pada stase maternitas
di ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang

M. SOLIHIN
NIM 193161009

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER VULVA

A. Pengertian
Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua
malignansi ginekologi dan tampak hampir selalu pada wanita
pascamenopause meski angka kejadiannya pada wanita yang lebih muda
meningkat (Smeltzer, 2002).
Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker
genetalia primer pada perempuan. Kanker Vulva adalah suatu kondisi medis
yang ditandai dengan kanker pada genitalia bagian luar wanita termasuk
labia (bibir di sekeliling lubang vagina), klitoris (jaringan kecil di atas
lubang keluar vagina) dan bagian luar dari vagina (Price, 2005).

B. Etiologi
Etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui secara pasti,
namun yang menjadi faktor terjadinya kanker vulva adalah penyakit
menular seksual, diantaranya (Price, 2005) :
1. Penyakit menular seksual
2. Granulomatosa
3. Sifilis
4. Herpes hominis tipe II
5. Kondiloma akuminata
6. Infeksi dari HPV (virus yang menyebabkan kutil genetalia dan
ditularkan melalui hubungan seksual).
7. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
8. Diabetes
9. Obesitas
10. Hipertensi
11. Usia
Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua
pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali
terdiagnosis. Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.
12. Hubungan seksual pada usia dini
13. Berganti-ganti pasangan seksual
14. Merokok
15. Virus HIV menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh
sehingga lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun
16. Golongan sosial-ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam membiayai diri ke pelayanan kesehatan
17. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
18. Liken sklerosus. Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis
dan gatal.
19. Peradangan vulva menahun
20. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala Kanker Vulva yang mungkin timbul:
1. Pruritus lama (gejala utama kanker vulva)
2. Perdarahan
3. Rabas berbau busuk
4. Nyeri juga terkadang dapat timbul seperti nyeri saat buang air kecil
(disuria), nyeri vulva (vulvodinia), dan nyeri saat berhubungan seksual
(dispareunia).
5. Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian
dapat ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan
menjadi keras, mengalami ulserasi seperti bunga kol.
6. Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, dimana labia
mayora tiga kali lebih sering terkena daripada labia minora dan klitoris.
Gambaran keseluruhan lesi kanker vulva adalah datar atau timbul dan
berbentuk makulopapular atau verukosa. Lesi dapat hiperpigmentasi
(coklat), merah atau putih (Price, 2005).
D. Klasifikasi
1. Kanker Vulva Epidermoid
Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva
dan timbul di labia (mayor dan minor) pada 65 % pasien, dan di klitoris
pada 25 % pasien. Lebih dari sepertiga tumor terletak di garis tengah
atau bilateral. Tidak ada hubungan positif antara kekerapan metastasis
dengan tampilan umum tumor yang berbentuk eksofitik (menyerupai
kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor merah seperti beludru. Penentu
utama metastasis dan hasil berikutnya adalah ukuran tumor. Namun
derajat histology berhubungan dengan kemungkinan metastasis jika
tumor berukuran < 2 cm.
Karsinoma Epidermoid vulva derajat I yang khas tersusun atas sel
– sel lancip atau berduri sengan diferensiasi baik, banyak yang
membentuk mutiara keratin. Kadang – kadang terlihat mitosis. Sel – sel
ganas menginvasi jaringan sub epitel, leukosit dan limfosit
menginfiltrasi stroma dan jaringan berbatasan langsung dengan tumor.
Kanker epidermoid derajat II dan III tersusun atas sel – sel dengan
diferensiasi semakin buruk. Karsinoma verukosa, suatu varian kanker
epidermoid secara umum menyerupai kondiloma akuminata.
Penyebaran local umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada pasien
usia lajut jarang terjadi.
2. Melanoma Maligna
Melanoma Maligna, meliputi 6 – 11 % dari seluruh kanker vulva,
merupakan tipe kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma
merupakan keganasan yang sangat agresif, biasanya berasal dari nevi
berpigmen pada vulva. Melanoma terutama menyerang wanita kulit
putih pascamenopause. Melanoma Maligna paling sering mengenai
labia minor atau klitoris. Biasanya melanoma maligna berupa lesi
tunggal, meninggi, tidak ada nyeri tekan, dengan hiperpigmentasi dan
ulserasi yang mudah berdarah. Semua Melanoma Maligna cepat
menyebar melalui system vena. Juga sering terjadi kekambuhan
setempat. Pengobatan serupa dengan pengobatan serupa dengan
pengobatan karsinoma sel skuamosa.
3. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma Sel Basal adalah lesi ulseratif yang terdiri atas sel ganas
basofilik, bulat, kecil berasal dari lapisan epidermis paling dalam. Sel –
sel ini tersusun dalam kelompok yang tidak beraturan dan seringkalai
menembus jaringan penghubung yang mendasari. Kadang – kadang
terlihat mitosis, tetapi tidak ada keratinisasi,. Tidak seperti karsinoma
sel skuamosa dengan keratinisasi, metastasis karsinoma sel basal jarang
dan lambat. Namun kekambuhan setempat umum terjadi. Karsinoma
sel basal mencakup 2 % - 3 % kanker vulva, dan hamper selalu muncul
pada kulit labia mayor. Pengobatan biasanya dengan eksisi luas local
karena tumor belum metastasis. Namun kira – kira 20 % mengalami
kekambuhan. Satu pengecualian terapi ini adalah tumor tipe sel
skuamose-basal yang memerlukan pengobatan serupa dengan
karsinoma sel skuamosa invasif.
4. Karsinoma Kelenjar Bartolini
Meskipun angka kesembuhan Karsinoma Kelenjar Bartolini dan
karsinoma sel skuamosa sama, untuk semua stadium, ada dua faktor
yang membuat karsinoma kelenjar bartolin lebih berbahaya. Biasanya
diagnosis kanker kelenjar Bartolin terlambat karena letaknya yang agak
lebih sulit dicapai dibanding kanker serviks, dan mungkin diduga
sebagai kista bartolin. Disamping itu, karena tumor mempunyai jalan
masuk ke saluran limfa yang mengalir ke rectum, mereka dapat
metastasis langsung ke nodus limfatikus pelvis dalam. Namun terapi
karsinoma kelenjar bartolin serupa dengan karsinoma sel skuamosa.
5. Sarkoma Vuva
Mencakup < 2 % kanker vulva. Kanker sel stroma yang paling
umum adalah leimiosarkoma dan histiositoma fibrosa.
Adenokarsinoma vulva (kecuali yang berasal dari bartolin) sangat
jarang. Metastasis kanker ke vulva dapat berasal dari tumor traktus
genitalis lain atau dari ginjal atau uretra.
E. Pembagian Tingkat Keganasan
Penetapan stadium/ tingkat keganasan ini dibuat hanya sekali, yakni
pada waktu diagnosis penyaki ditegakkan, dan biasanya oleh staf onkologi
yang senior. Selanjutnya dalam follow-up setelah mendapat penanganan,
bukannya stadium/ tingkatan klinik yang berubah, akan tetapi respon
terhadap penanganan, kualitas hidup dalam status penampilan (performance
status), kekambuhan (relapse/recurrence), progresivitas penyakit, ketahanan
hidup (survival time), bebas penyakit (disease-free survival time) atau mati
(Sarwono, 2008).
Tabel 1. Pembagian dalam tingkat klinik karsinoma vulva
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum
(daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor
sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai
kedalaman kurang dari 1 mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih
dalam dari 1 mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu,
dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum
menyebar ke kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum
serta telah menyebar ke jaringan terdekat
(misalnya uretra, vagina, anus) dan / atau telah
menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan
terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat,
yaitu ke uretra bagian atas, kandung kemih,
rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar
ke kelenjar getah bening kiri dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam panggul dan / atau ke organ tubuh yang
jauh.

Tabel 2. Penetapan tingkat karsinoma vulva menurut TNM (Tumor,


Nodes, Meatstasis)
T1S Karsinoma pra-invasif, intra-epitelial, in situ
T1 Tumor terbatas pada vulva. Diameter terbesar < 2 cm
T2 Tumor terbatas pada vulva. Diameter terbesar > 2 cm
T3 Tumor dari setiap ukuran dengan perluasan ke urethra, dan/
vagina, dan/ perineum, dan/ anus.
T4 Tumor dari setiap ukuran, yang telah menginfiltrasi mukosa
kandung kemih, dan/ rectum, atau keduanya, termasuk bagian
proksimal mukosa urethra, dan/ ke tulang
N Kelenjar getah bening regional
N0 Tidak ada kelenjar yang teraba
N1 Kelenjar inguinal teraba, di satu/ dua belah lipat paha, tidak
membesar, mudah digerakkan (mobile) dan klinis tidak
mencurigakan mengandung anak sebar.
N2 Kelenjar inguinal teraba, di satu/ dua belah lipat paha,
membesar, keras, masih mobile dan klinis dicurigai telah
mengandung anak sebar.
N3 Kelenjar inguinal membesar, keras, menjadi satu yang terfiksir
/ sukar digerakkan, atau mengalami ulserasi.
M Metastasis jarak jauh
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh secara klinis
M1 A Kelenjar panggul dalam (profundal) teraba
M2 A Metastasis berjarak jauh lainnya ditemukan.

F. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (Fokus ke bagian genital) :
1. Adanya lesi seperti bunga kol berwarna cokelat, merah atau putih
2. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
3. Pendarahan
4. Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
5. Raut wajah pucat
6. Pasien tampak menggaruk bagian genital
Pada pemeriksaan palpasi yaitu teraba benjolan yang terus tumbuh
menjadi keras di bagian vulva.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kanker vulva yaitu (Price, 2005) :
1. Pulasan Pap pada serviks (Pap Smear)
Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang
abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher
rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop.
2. Pemeriksaan bimanual
a) Sistoskopi
b) Proktoskopi
3. Pemeriksaan foto thorak

H. Diagnosis / Kriteria diagnosis


Dari hasil biopsi terdapat sel – sel ganas pada sel skuamosa di daerah
vulva. Biopsi harus dilakukan pad semua lesi vulva yang menetap, yang
mengalami ulserasi atau yang tidak sembuh dengan cepat setelah terapi
yang sesuai. Lesi mulai tumbuh pada permukaan kulit dan dapat dengan
mudah dikenali sebagai ulkus kecil yang menjadi iritasi atau gatal atau
meningkat ukurannya. (Smeltzer,2002: 1565)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik
dan hasil biopsi jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker) . Staging
merupakan suatu proses yang menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk menentukan ukuran tumor,
kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan penyebaran ke
kelenjar getah bening atau organ yang jauh. Dengan mengetahui stadium
penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani
oleh penderita.
Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva,
maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran
kanker ke daerah lain:
1. Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
2. Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
3. Pemeriksaan panggul dibawah pengaruh obat bius
4. Rontgen dada
5. CT scan dan MRI

I. Komplikasi
1. Infeksi luka dan sepsis
2. Trombosis vena profunda
3. Hemoragi

J. Penatalaksanaan Medis
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
1. Pembedahan
a) Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah
besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai
dengan pengangkatan kelenjar getah bening
b) Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel
kanker
c) Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang
mengandung kanker
d) Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
e) Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
f) Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan
kelenjar getah bening di sekitarnya.
g) Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan
organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang
terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan
dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina. Untuk
membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan
pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi
lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran
tumor.
Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber
penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita
dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan
radioaktif.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui
pembuluh darah atau otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik
karena obat masuk ke dalam aliran darah sehingga sampai ke seluruh
tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh.

K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut stadium kanker vulva yaitu :
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis
penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.
1. Kanker vulva stadium 0
a. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
b. Vulvektomi skinning
c. Salep yang mengandung obat kemoterapi
2. Kanker vulva stadium I
a. Eksisi lokal luas
b. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah
bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang
sama dengan kanker.
c. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh.
d. Terapi penyinaran saja.
3. Kanker vulva stadium II
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam
kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan
dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
b. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).
4. Kanker vulva stadium III
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan
kanan. Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker
atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan
tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan
dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan lipat paha.
b. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan
pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan.
c. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa
kemoterapi.
5. Kanker vulva stadium IV
a. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum
atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker)
disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi
panggul)
b. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
c. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
d. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa
kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
6. Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
a. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
b. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung
kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan
pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
c. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa
pembedahan
d. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi
gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggung jawab berisi tentang : Nama, Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, , Umur,
Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian
2. Keluhan utama :
Pasien biasanya datang dengan keluhan adanya pertumbuhan massa pada
vulva dan pruritus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang
menderita kanker.
5. Pola fungsi kesehatan Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau
dapat disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan
hubungan seksual terlalu dini
b. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur
juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita.
c. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria.
d. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak
karena dapat terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa
dimakan oleh wanita serta pantau berat badan karena wanita dengan
kanker vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
e. Pola kognitif – perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada
pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman,
perabaan, pengecap.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari
masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva adalah akibat
dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
g. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan
alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan
nutrisi yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu
akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan
tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari
progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan
terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat
melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan
setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau
busuk dari vagina.
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya mengalami
gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas
yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri.
j. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola
peran dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus
mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya
karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping
keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang
menderita penyakit kanker vulva.
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.
6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klien, BB atau TB, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu.
b. Head To Toe
1) Rambut
Warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet.
2) Mata
Kaji sklera klien apakah ikterik atau tidak, kaji konjungtiva apakah
pucat atau tidak, apakah palpebra terdapat oedema atau tidak,
bagaimana fungsi penglihatan klien apakah klien menggunakan alat
bantu penglihatan atau tidak.
3) Telinga
Apakah terdapat kesimetrisan bentuk antara telinga kanan dan kiri,
apakah terdapat serumen atau tidak, apakah klien menggunakan alat
bantu pendengaran atau tidak.
4) Hidung
Apakah klien bernafas dengan cuping hidung atau tidak, apakah
terdapat serumen atau tidak, apakah fungsi penciuman/pembauan
klien masih berfungsi dengan baik atau tidak.
5) Mulut dan gigi
Bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering.
Bagaimana keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi atau tidak, keadaan lidah klien
bersih atau tidak, apakah keadaan mulut klien berbau atau tidak.
6) Leher
Apakah klien mengalami pembengkakan tyroid.
7) Thorax dan paru – paru
I : apakah pengembangan dada klien simetris antara kiri dan
kanan, apakah terdapat luka memar atau lecet, Kaji frekuensi
pernafasan klien.
P : Apakah teraba adanya massa atau tidak pada dada, apakah
teraba pembengkakan pada dada atau tidak, apakah getaran
dinding dada simetris atau tidak antara kiri dan kanan.
P : Bunyi Paru
A : Suara nafas
8) Jantung
I : apakah terlihat ictus cordis atau tidak.
P : Hitung frekuensi jantung, apakah teraba ictus cordis pada
ICS5 Midclavikula sinistra.
P : bunyi perkusi jantung
A : apakah ada suara tambahan atau tidak pada jantung klien
9) Abdomen
I : kesimetrisan perut, warna kulit perut,distensi perut, apakah
ada lesi dan lecet atau tidak.
A : bising usus
10) Ekstremitas
Atas : apakah ada luka lesi atau memar, apakah ada oedema
atau tidak
Bawah : apakah ada luka memar atau tidak , apakah terdapat
oedema atau tidak
11) Genitalia: Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe,
bagaimana bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau
tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula
maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan
pemeriksaan rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan
konsistensinya.
12) Intergumen
Warna kulit, keadaan kulit apakah kulit kering atau lembab, dan
apakah turgor kulit <2 detik atau >2 detik.
B. Diagnosa
1. Nyeri Akut b/d Agen Cidera Biologis
2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d
C. Intervensi

Diagnosa
Tujuan
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan NOC : NIC :
tindakan keperawatan  pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
selama 2x24 jam. Nyeri 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pasien berkurang, dengan penyebab nyeri, mampu kualitas dan faktor presipitasi
kriteria hasil: menggunakan tehnik 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
mengurangi nyeri, mencari menemukan dukungan
bantuan) 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
2. Melaporkan bahwa nyeri nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
berkurang dengan menggunakan kebisingan
manajemen nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intensitas, frekuensi dan tanda intervensi
nyeri) 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
4. Menyatakan rasa nyaman dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
setelah nyeri berkurang 8. Tingkatkan istirahat
5. Tanda vital dalam rentang 9. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
normal nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
6. Tidak mengalami gangguan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
tidur 10. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan  Mobility Level NIC :
fisik tindakan keperawatan 1. Klien meningkat dalam Exercise therapy : ambulation
selama 2x24 aktivitas fisik 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
jam.gangguan mobilitas 2. Mengerti tujuan dari dan lihat respon pasien saat latihan
fisik teratasi dengan peningkatan mobilitas 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
kriteria hasil: 3. Memverbalisasikan perasaan rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
dalam meningkatkan kekuatan 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
dan kemampuan berpindah berjalan dan cegah terhadap cedera
4. Memperagakan penggunaan 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
alat Bantu untuk mobilisasi tentang teknik ambulasi
(walker) 5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta: EGC

Loeni, Rapani. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Vulva
(online). (http://www.rafani.co.cc/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html). Diakses pada tanggal 6 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai