Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Kanker vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva yang menyerang wanita berusia berkisar antara 50 70 tahun, umum ditemukan pada penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997). 3-4% kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dan biasanya terjadi setelah menopause. Penyebab penyakit ini tidak di ketahui. Tumor dapat ditemukan dimana mana, di vulva dan dapat berbentuk eksofitis. Sering tumor bertukak dengan infiltrasi ke jaringan yang jauh terutama ke vagina, uretra, perineum, anus dan rectum. Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histologik. Metastasis umumnya menuju ke kelenjar limfe femoral dan inguinal, unilateral atau bilateral, dan selanjutnya ke kelenjar iliaka ekstren dan intern. Petugas kesehatan juga berperan dalam perawatan dan pencegahan terhadap kangker vulva. Antara lain dengan cara pemberian penyuluhan kepada orang yang mengidap kangker vulva. Penyuluhan ini dapat memberikan pengetahuan kepada penderita mengenai penyakit kangker vulva. Perawat juga memberikan perlindungan kepada klien bahwa tindakan keperawatan yang harus dilakukan dapat diterima klien. Dengan makalah tentang kangker vulva ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran dan menambah pengetahuan bagi mahasiswa sehingga mahasiswa mampu mengetahui tentang penyakit kangker vulva. Dan makalah ini diharapkan menjadi literatur yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas perkuliahan mata kuliah maternitas. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada kangker vulva

2. Tujuan Khusus 1) Menjelaskan pengertian kangker vulva 2) Menjelaskan etiologi dari kangker vulva 3) Menjelaskan patofisiologi kangker vulva 4) Menjelaskan manifestasi klinis dar kangker vulva 5) Menjelaskan penatalaksanaan, penularan dan pencegahan dari kangker vulva 6) Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan pada penderita kangker vulva, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis 1. Pengertian CA vulva Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia, lubang vagina, lubang uretra dan klitoris. Labia, lubang vagina, lubang uretra, dan klitoris termasuk pada bagian vulva, bagian terluar dari vagina. Kanker Vulva, menyerang pada bagian tersebut. Kanker ini biasanya menyerang wanita yang telah menapause, tidak haid lagi. Oleh karena itu, kanker ini banyak diidap perempuan berusia lebih dari 50 tahun. kanker vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva yang menyerang wanita berusia berkisar antara 50 70 tahun, umum ditemukan pada penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997). Tumor dapat ditemukan dimana mana, di vulva dan dapat berbentuk eksofitis. Sering tumor bertukak dengan infiltrasi ke jaringan yang jauh terutama ke vagina, uretra, perineum, anus dan rectum. Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histologik. Metastasis umumnya menuju ke kelenjar limfe femoral dan inguinal, unilateral atau bilateral, dan selanjutnya ke kelenjar iliaka ekstren dan intern. 2. Etiologi Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya factor iritasi ekstern dan kronik atau pada kasuskasus seperti: a. Penyakit kelamin (granuloma inguinal) yang menyebabkan vulvitis kronik. b. Lesi-lesi kronik menimbulkan gatal, kadang-kadang multifokal dari vulva (leukoplakia dan kraurosis). Faktor resiko terjadinya kanker vulva: a. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis) HPV merupakan virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual. b. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina c. Infeksi sifilis d. Diabetes e. Obesitas f. Tekanan darah tinggi. g. Usia Tigaperempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya berusia diatas 70

tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun. h. Hubungan seksual pada usia dini i. Berganti-ganti pasangan seksual j. Merokok k. Infeksi HIV HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun. l. Golongan sosial-ekonimi rendah Hal ini berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang rutin. m. Neoplasia intraepitel vulva (NIV) n. Liken sklerosus Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal. o. Peradangan vulva menahun p. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

3. Patofisiologi Pembengkakan Neoplasma non-neoplasma(tumor) Maligna Benigna Kista Radang Hipertrofi(kanker) Karsinoma Sarkoma Menyebar Kontinuitatum Limfogen Hematogen Implantasi transluminal Iatrogenik Sel ca keluar organ Sal limfe kapiler darah Dinding sal suatu system Tindakan medik (sal cerna, kemih, nafas)

Infiltrasi ke organ metastasis kel. V. porta, v. kava, Masase, palpasi kasar, sekitar Limf. Regional v. pulmonalis tindakan operasi Masuk ke lumen Perlekatan kel. Limfe. Metastasis Hati, paru, pleura, Organ lain, rongga tubuh peritoneum, omentum, ovarium, tulang, kulit, otak, sumsum tulang, kel. Limfe.

4. Sign & Symptoms Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer. Gejala lainnya adalah: a. Nyeri ketika berkemih b. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala. 5. Manifestasi Klinis a. Penderita telah menopause. b. Nyeri pada waktu miksi. c. Rasa ada benjolan dengan atau tanpa mengeluarkan cairan atau darah. d. Iritasi vulva lama dengan: 1) Pruritus. 2) Perdarahan sedikit. e. Tanda seperti dermatitis. Tanda lanjut: a. Tumor bunga kol. b. Tukak c. Pembesaran kelenjar limfe lipat paha. d. Untuk diagnosis diperlukan biopsi.

6. Epidemologi Tumor maligna a. karsinoma planoselular (90% kasus). Kebanyakan menunjukkan kornifikasi dan diferensiasi yang tinggi, pertumbuhan kedalam diukur dari membrane basal papil deral yang paling superficial yang berbatasan. b. Karsinoma verukosa (5% kasus). Adalah varians dari Ca planoselular, menunjukkan susunan papilar, terdiri atas epitel diferensial tinggi dengan atipi sedikit dan kornifikasi luas superficial. c. Melanoma maligna (5% kasus). Terjadi dari nevus yang preeksisten atau de novo, bersifat amelanotik, perlu pemeriksaan imunohistologik. 7. Stadium Menurut klasifikasi FIGO: Stadium I : tumor terbatas pada vulva dan atau peritoneum, diameter terbesar maksimal 2 cm, kelenjar inguinal negative. Stadium Ia : kedalaman invasi kurang dari 1 mm. Stadium Ib : Kedalaman invasi lebih dari 1 mm. Stadium II : Tumor terbatas pada vulva dan atau perineum, diameter lebih besar daripada 2 cm, kelenjar inguinal negative. Stadium III : Tumor denagn perluasan ke bagian distal uretra dan atau vagina dan anus, atau metastasis unilateral pada kelenjar inguinal. Stadium Iva : Tumor denagn infiltrasi kandung kencing, selaput lender atau selaput lender rectum atau kedua-duanya atau bagian proksimal mukosa uretra dan atau fiksasi pada tulang atau metastasis blateral kelenjar inguinal. Stadium IVb : Tiap metastasis jarak jauh, termasuk metastasis kelenjar limfe di pelvis. Menurut klasifikasi TNM dan FIGO: T. tumor primer TX tidak dapat ditentukan TO Tidak dapat ditemui Tis karsinoma in situ T1 terbatas pada vulva; < 2 cm T2 Terbatas pada vulva; 2-5 cm T3 Infiltrasi ke dalam uretra, vagina, perineum atau anus. T4 Infiltrasi sampai mukosa uretra proksimal, mukosa kandung kemih, mukosa rectum atau fiksasi pada tulang. N. Kelenjar limfe regional NX Tidak dapat ditentukan NO Tidak dapat diraba

N1 Kelenjar mobil dan tidak membesar sehingga tidak mencurifakan. N2 Kelenjar membesar, padat keras, dan mobil (mencurigakan) N3 Kelenjar melengket atau bertukak. M Metastasis MO Tidak dapat ditemukan M1 Metastasis jauh. 8. Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil biopsi jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker) Staging merupakan suatu peroses yang menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh. Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh penderita. Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah lain: a. Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih) b. Proktoskopi (pemeriksaan rektum) c. Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius d. Rontgen dada e. CT scan dan MRI. 9. Treatment Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva: a. Pembedahan 1) Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal di sekitar kanker 2) Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening 3) Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker 4) Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kanker 5) Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva 6) Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva 7) Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah bening di sekitarnya. 8) Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina. Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik. b. Terapi penyinaran Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor. Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi

internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif. c. Kemoterapi Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh. 10. Pengobatan berdasarkan stadium Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan keadaan umum penderita. a. Kanker vulva stadium 0 1) Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya 2) Vulvektomi skinning 3) Salep yang mengandung obat kemoterapi b. Kanker vulva stadium I 1) Eksisi lokal luas 2) Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker 3) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh 4) Terapi penyinaran saja. c. Kanker vulva stadium II 1) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul 2) Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu). d. Kanker vulva stadium III 1) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan kanan. Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan selangkangan 2) Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan 3) Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi. e. Kanker vulva stadium IV 1) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)

2) Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran 3) Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal 4) Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan. f. Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali) 1) Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran 2) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul) 3) Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahn 4) Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh. 11. Terapi a. Karsinoma in situ: eksisi local atau vulvektomi sederhana, penanganan dengan terapi laser dan salep 5-FU dapat digunakan. b. Tumor invasive (stadium I-III): vulvektomi radikal dengan ikut mengambil klitoris, labia, otot-otot superficial dan fascia, dilakukan ekstirpasi kelenjar limfe bilateral dengan reseksi en bloc semua jaringan lemak. c. Pada stadium IV umumnya tidak dilakukan pembedahan, terapi paliatif lebih banyak digunakan dengan penyinaran megavolt (radioterapi). 12. Prognosis Ketahanan hidup 5 tahun semua stadium memberi gambaran berikut: a. Stadium I: 85-95% b. Stadium II: 65-80% c. Stadium III: 25-40% d. Stadium IV: 0-25% e. Adanya metastasis kelenjar membuat prognosis lebih buruk, tetapi tidak tanpa harapan. 13. Prevention Ada 2 cara untuk mencegah kanker vulva: a. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan b. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif. Keadaan prekanker bisa ditemukan dengan menjalani pemeriksaan sistem reproduksi secara teratur dan memeriksakan setiap ruam, tahi lalat, benjolan atau kelainan vulva lainnya yang sifatnya menetap. Pengobatan NIV bisa mencegah sejumlah kasus kanker invasif. Melanoma bisa dicegah dengan mengangkat tahi lalat atipik. Setiap wanita hendaknya mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada kulit vulva dengan melakukan pemeriksaan sendiri (dengan bantuan sebuah cermin) setiap bulan. B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang. a. Data dasar : Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang. 1) Data pasien : Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir. 2) Keluhan utama : Pasien biasanya datang dengan keluhan adanya pertumbuhan massa pada vulva dan pruritus. 3) Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan . 4) Riwayat penyakit sebelumnya : Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker. 5) Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: Ca. vulva sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital. b. Data khusus: 1) Pemeriksaan penunjang Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih) Proktoskopi (pemeriksaan rektum), Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius ,Rontgen dada , CT scan dan MRI. 2. Diagnosa keperawatan a. Cemas yang berhubungan dengan terdiagnose kanker vulva dan kurangnya pengetahuan tentang kanker vulva, penanganan dan prognosenya b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder terhadap efek samping penyakit.. c. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit (kompresi atau destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf inflamasi) d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kondisi mual dan muntah e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko tinggi terhadap kehilangan berlebihan melalui rute normal atau abnormal (mual/muntah atau selang indwelling) f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb, penurunan daya tahan tubuh. 3. Rencana tindakan keperawatan a. Dx1.Cemas yang berhubungan dengan terdiagnose kanker vulva dan kurangnya pengetahuan tentang

kanker vulva, penanganan dan prognosenya. Tujuan : Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya. Kriteria hasil : - Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita - Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien. - Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi. - Sumber-sumber koping teridentifikasi - Ansietas berkurang - Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas. Tindakan : 1) Tinjau ulang pengalaman pasien atau orang terdekatsebelumnya dengan kangker. Tentukan telah menyatakan pada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai R/membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kangker. 2) Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya. R/memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnose. 3) Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya. R/membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat. 4) Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat. R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak; berikan aspek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan. 5) Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implant. Batasi penggunaan masker isolasi bila mungkin. R/ penyimpanan sensori dapat terjadi nilai stimulasi yang cukup tidak tersedia dapat mempererat perasaan takut. 6) Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini. R/ ketrampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sangat penting untuk mengontrol mekanisme koping yang tersedia. 7) Berikan informasi akurat, prognosis. Hindari perdebatan dengan klien. R/ menurunkan ansietas dank lien dapat memberikan keputusan berdasar realita. 8) Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif). R/pasien dapat menggunakan mekanisme pertahanan dan menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana dianosa tidak akurat yang dapat menyebabkan pasien bersalah distress spiritual gejala fisik dan kurang perawatan diri.

9) Dorong dan kembangkan pasien dengan system pendukung. R/ mengurangi perasaan isolasi. 10) Berikan informasi terpercaya dan libatkan orang dekat sesuai indikasi bila keputusan mayor dibuat. R/memungkinkan interaksi interpersonal dan menjamin sistem pendukung untuk pasien. b. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder terhadap efek samping penyakit. Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil Kriteria hasil : - Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya - Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat. - Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif. - Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri. Intervensi : 1) Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif. R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak; berikan aspek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan 2) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan perasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan. R/dapat membantu menurunkan msalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit. 3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya. R/dapat meningkatkan pengetahuan klien sehingga pasien tidak mispersepsi terhadap penyakit yang dideritanya sehingga klien dapat menggunakan mekanisme koping yang tepat. 4) Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral. 5) Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan. R/untuk mengkaji perubahan-perubahan tentang gambaran diri terhadap penyakit yang didieritanya. 6) Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan. 7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional. R/mungkin perlu untuk memulai dan mempertahankan struktur psikososial positif bila system pendukung pasien/oaring terdekat terganggu. c. Nyeri yang berhubungan dngan proses penyakit (kompresi atau destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf inflamasi) Tujuan : Nyeri klien dapat dikurangi atau dihilangkan. Kriteria hasil :

- Pelaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS - Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan. - Mendemonstrasikan teknik relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai dengan indikasi Tindakan 1) Temukan riwayat nyeri mis, lokais nyeri, frekuensi, durasi, intensitas (skala 1-10) dan tindakan penghilang yang digunakan. R/ informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. 2) Evaluasi/sadari terapi tertentu mis pembedahan radiasi, kemoterapi, bioterapiu. Ajarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan. R/ketidaknyamanan tentan luas adalah umum (mis; nyeri insisi, kulit terbakar nyeri punggung bawah, sakit kepala) tergantung pada prosedur/agen yang digunakan. 3) Berikan tindakan kenyaman dasar (mis;reposisi) dan hiburan (musik) 4) R/ meningkatkan relaksasi dan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian. 5) Dorong penggunaan ketrampilan menejemen nyeri (teknik relaksasi) dan sentuhan teraupetik. R/ memungkinkan pasien untuk berpartisispasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol. 6) Evaluasi penghilangan nyeri. No\ilai aturan pengobatan bila perlu. R/ tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS. 7) Lakukan tindakan kolaborasi misalnya dalam pemberian analgesik. d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kondisi mual dan muntah Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan BB stabil,pasien bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali. Kriteria hasil : 1) Mendemonstrasikan berat badan stabil, peningkatan BB, dan bebas tanda malnutrisi 2) Pengungkapan dan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat. 3) Pasian akan berpartisispasi intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan. Tindakan 1) Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi. R/ mengidentifikasi kekuatan/defesiensi nutrisi. 2) Ukur tinggi, BB, ketebalan kulit trisep (antropometri). Pastikan jumlah penerunan berat badan saat ini. Timbang berat badan sesuai dengan indikasi. R/ mengidentifikasi mal nutrisi protein kalori. Khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrinya kurang dari normal. 3) Dorong klien untuk makan tinggi kalori kaya nutrisi dengan masukan cairan yang adekuat. Dorong untuk makan sedikit tapi sering dan penambahan suplemen. R/kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan dan cairan. Suplemen dgunakan untuk mempertahankan pemsaukan cairan yang adekuat. 4) Control factor lingkungan (mis bau atau kebisingan). Hindari terlalu manis berlemak dan makan pedas.

R/dapat menstriger respon mual dan muntah. 5) Ciptakan suasana makan yang menyebangkan dorong untuk makan bersama. R/membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat meningkatkan masukan. 6) Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi latihan sedang sebelum makan. R/ dapat mecegah awitan menurunkan beratnya mual/muntah dan menurunikan anoreksia. 7) Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi R/mualmuntah psikogenik terjadi sebelum dilakukan kemoterapi mulai secara umum tidak merespon terhadap obat antiemetik. 8) Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia. R/ sering sebagai distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang ingin memberikan makanan kpada klien lebih sering. 9) Berikan antimietik pada jadwal regular sebelum/selama dan setelah pemberian agen antineoplastik dengan sesuai. R/ mual.muntah menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterpai yang menimbulkan stress. 10) Kolaborasi dengan team medis lain dalam pemberian asupan makanan yang adekuat dan pemberian obat-obatan yang sesuai indikasi., e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko tinggi terhadap kehilangan berlebihan melalui rute normal atau abnormal (mual/muntah atau selang indwelling) Tujuan : Klien dapat asupan cairan yang adekuat dan terhindar dari kondisi dehidrasi. Kriteria hasil : - Pasien akan menunjukkan keseimbangn cairan yang adekuat dibuktikannoleh tanda-tanda vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiloer cepat dan haluaran urin adekuat. Tindakan : 1) Memonitor intake output secara tepat, pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat. Hitung keseimbangan 24 jam. R/keseimbangan cairan negatife terus menerus meneurunkan haluaran renal dan konsentrasi urin menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan. 2) Timbang berat badan sesuai dengan indikasi R/pengukuran sensitive terhadap fluktuasi keseimbangan cairan. 3) Pantau tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer pengisian kapiler. R/menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi. 4) Kaji adanya tanda tanda dehidrasi (membran mukosa kering, turgor, kulit kurang, produksi urin menurun, frekuensi denyut jantung dan pernafasan. meningkat, tekanan darah menurun, fontanel cekung). R/indicator tidak langsung dari status dehidrasi dan dan identifikasi dini terhadap masalah (sebagai akibat penyakit) memungkinkan untuk intervensi segera. 5) Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu. R/membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan.

6) Kolaborasi untuk pernberian cairan parenteral jika pemberian cairan melalui oral tidak memungkinkan. f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb, penurunan daya tahan tubuh. Tujuan : Tidak terjadi infeksi (area vulva tidak berbau dan TTV dalam batas normal Kriteria hasil : - Pasien akan mengidentifikasi dan berparsipasi dalam intervensi untuk mencegah/ mengurangi resiko infeksi - Pasien tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada waktunya Tindakan : 1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung batasi pengunjung yang mengalami infeksi tempatkan pada isolasi sesuai indikasi. R/ lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi seperti pada ISK. 2) Tekankan hygiene personal R/membantu potensial sumber infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder. 3) Catat perubahan tanda vital R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi 4) Kaji semua system ( kulit, pernafasan genitourinaria) terhadap tanda/ gejala infeksi secara kontinou. R/pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresif pada situasi/ sepsis yang lebih serius. 5) Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan. R/ membatasi keletihan mendorong gerakan yan cukup untuk mencegah komplikasi stasis. 6) Hindari/batasi prosedur invasive. Taati teknik aseptic. R/menurunkan resiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen infeksius. 7) Tindakan kolaborasi a) Pantau JDL dengan SDP differensial dan jumlah granulosit dan trombosit sesuai indikasi. b) Dapatkan kultur sesuai indikasi c) Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ). 4. Implementasi Implemantasi merupakan proses pelaksanaan tindakan terhadan rencana tindakan yang akan dilakukan. Untuk asuhan keperawatan pada ca vulva ini implementasi dilakukan pada masing-masing diagnose di atas sesuai dengan intervensi yang sudah ditentukan. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan proses keprawatan dimana perawat menilai/mengevaluasi perkembangan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Dan dilaksanakan berdasar SOP. Pada asuhan keperawatan ca vulva perawat mengevaluasi setiap tindakan yang telah dilakukan untuk melihat perkembangan pasien sesuai dengan tujuan dan criteria hasil yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA Doenges, MarilynnE.1999. Rencana Asuhan keperawatan untuk perencanaan dan pendokumentasian perwatan pasien. Jakarta :EGC http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/ca-vulva/ diperoleh tanggal 15 November 2009 http://indonesiannursing.com/2008/07/26/kanker-vulva/ diperoleh tanggal 15 November 2009 http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-ca-vulva/ diperoleh tanggal 15 November 2009 http://contoh-askep.blogspot.com/2008/10/kanker-vulva.html diperoleh tanggal 22 November 2009 http://creasoft.wordpress.com/2008/04/19/kanker-vulva/ diperoleh tanggal 22 November 2009 http://www.imcv.org/2007/06/13/mencegah-kanker-vulva/ diperoleh tanggal 22 November 2009

Anda mungkin juga menyukai