Anda di halaman 1dari 25

.

LAPORAN PENDAHULUAN

ILO ( INFEKSI LUKA OPERASI )

HILDA BAYU ANGGRAINI

NIM : 1824201026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN :

ILO ( INFEKSI LUKA OPERASI )

Telah di sahkan :

Hari : ……………………

Tanggal : ……………………..

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

ATIKA FATMAWATI, S. Kep.,Ns.,M.Kep AI SITI NURJATIN,A.Md.Keb

NIK. 220 250 155 NIP 19681201 199203 2 007

Mengetahui,

Kepala Ruangan

SRI WAHYUNI,A.Md.Keb

NIP 19650818 198502 2 001


LAPORAN PENDAHULUAN

ILO ( INFEKSI LUKA OPERASI )

A. Definisi

Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi
diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi.
Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka,
dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada
bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan
kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ
tubuh.

Menurut sistem CDC’s terdapat stpasienrisasi pada kriteria untuk mendefinisikan infeksi
luka operasi, yaitu :

1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan
infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas
insisi.

2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana
tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika
menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan
infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai
jaringan lunak yang dalam dari luka bekas insisi.

3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi
dimana tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika
menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan
infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai
salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga selama
operasi berlangsung karena manipulasi yang terjadi.
B. Penyebab

Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram negatif
(E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang berasal dari
kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri yang paling banyak
adalah Staphylococcus.

C. Patogenesis

Pada akhir operasi, bakteri dan mikroorganisme lain mengkontaminasi seluruh luka
operasi, tapi hanya sedikit pasien yang secara klinis menimbulkan infeksi (Fry 2003). Infeksi
tidak berkembang pada kebanyakan pasien karena pertahanan tubuhnya yang efektif untuk
menghilangkan organisme yang mengkontaminasi luka operasi. Infeksi potensial terjadi
tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah :

 Jumlah bakteri yang memasuki luka

 Tipe dan virulensi bakteri

 Pertahanan tubuh host

 Faktor eksternal, seperti : berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahahn dan
operasi yang berlangsung lebih dari 4 jam.

Selain itu juga dipengaruhi faktor lain yaitu :

1. Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk operasi
dan ruang untuk mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan juga
pakaian yang digunakan hampir tidak ada bedanya.

2. Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga


sterilitasnya.
3. Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum, saat dan
setelah operasi. Operator, asisten dan instrumen harus menjaga sterilitas
karena berhubungan langsung dengan daerah lapang operasi. Orang-orang
yang tidak ikut sebagai tim operasi harus menjauhi daerah lapang operasi dan
menjauhi daerah alat karena mereka tidak steril dan pasien bisa terinfeksi
nantinya.

Faktor pasien :

1. Status nutrisi yang buruk

2. Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol

3. Merokok

4. Kegemukan

5. Infeksi koeksisten pada tempat lain di tubuh

6. Kolonisasi dengan mikroorganisme

7. Perubahan respon imun ( HIV / AIDS dan pengguna kortikosteroid jangka panjang)

8. Lamanya perawatan sebelum operasi

Faktor Operasi :

1. Pencukuran sebelum operasi

2. Persiapan kulit sebelum operasi

3. Lamanya operasi

4. Profilaksis antimikroba

5. Ventilasi ruang operasi

6. Pembersihan atatu sterilisasi instrumen


7. Material asing pada tempat pembedahan

8. Drain

9. Teknik pembedahan

10. Hemostasis yang buruk

11. Kegagalan untuk menutupi dead space

12. Trauma jaringan

Faktor mikrobiologi :

1. Sekresi toksin

2. Hambatan pembersihan (contoh ; karena pembentukan kapsul)

D. Gejala dan Tanda

Pasien merasakan beberapa gejala yang dirasakan saat terjadi infeksi pada luka operasi :

1. Nyeri

2. Hipotermi atau hipertermi

3. Tekanan darah rendah

4. Palpitasi

5. Keluar cairan dari luka operasi, bisa berupa darah ataupun nanah (bisa berwarna
dan berbau)

6. Bengkak (pasien merasa nyeri, sekitar daerah yang membengkak terasa hangat
dan berwarna merah)
E. Diagnosa

Untuk mendiagnosa apakah itu suatu infeksi luka operasi dapat dengan cara :

1. Pemeriksaan fisik, dengan memeriksa apakah ada pembengkakan, cairan atau


sekret yang keluar. Harus diperhatikan juga apakah ada penyebaran dari
infeksi.

2. Tes darah, darah dapat mengetahui bagaimana keadaan tubuh kita dan bakteri
apa yang terdapat dan yang menginfeksi.

3. Tes pencitraan, termasuk x-ray,MRI, scan tulang.

4. Kultur dari luka dan biopsi jaringan, untuk mengidentifikasikan bakteri apa
yang terdapat pada luka, jenis infeksi dan pengobatan apa yang tepat.

Faktor luka lokal dihubungkan dengan fakta bahwa pembedahan merusak mekanisme
benteng pertahanan seperti kulit dan mukosa saluran pencernaan selam dilakukan
pembedahan. Teknik pembedahan yang baik adalah jalan terbaik untuk mencegah infeksi
luka operasi.

Klasifikasi luka operasi


Clean (class I) luka operasi yang tidak terinfeksi yang
mana tidak ada peradangan yang
ditemukan pada saluran pernafasan,
saluran pencernaan, genital, atau traktus
urinarius tidak terkena. Luka biasanya
tertutup dan jika perlu drainase dengan
closed drainage. Luka operasi diikuti
dengan trauma tumpul seharusnya
dimasukkan pada kategori ini jika masuk
dalam kriteria.

Contoh : Hernia repair, biopsi mammae


1-5,4%
Clean-contaminated (Class II) Luka operasi yang mana saluran
pencernaan, saluran pernafasan, traktus
urinarius dan genital terkena dengan
kondisi terkontrol dan tanpa kontaminasi
yang tidak biasanya.

Contoh : Cholecystectomy, operasi


saluran pencernaan elektif
Contaminated (Class III) terbuka, baru, luka tiba-tiba. Sebagai
tambahannya, pembedahan dengan
potongan besar dengan tknik yang steril
atau kebocoran besar pada saluran
pencernaan, dan sayatan yang akut,
inflamasi yang nonpurulen termasuk
dalam kategori ini.

Contoh : Trauma, luka jaringan yang luas,


enterotomy saat obstrusi usus
Dirty (Class IV) Luka traumatik yang lama yang tertahan
pada jaringan yang dilemahkan yang
termasuk infeksi klinis yang ada atau
visera yang perforasi. Definisi ini
menunjukkan bahwa organisme penyebab
infeksi post operasi

Contoh : Perforasi diverculitis, infeksi


nekrotik jaringan lunak 3,1-12,8%
F. Penatalaksanaan

1. Pembersihan luka

Hal ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril. Hal ini bisa dilakukan
dengan menggunakan tekanan tinggi dengan jarum atau kateter dan alat penyemprot yang
besar. Solusi pembunuhan kuman dapat digunakan unuk membersihkan luka.

2. Debridement

Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati dan
jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang rusak pada luka atau sekitar
luka. Pembalut basah bisa ditempatkan pada luka dan dibiarkan mengering. Dokter juga
bisa mengeringkan luka untuk membersihkan pus.

3. Penutup luka

Hal ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk melindungi luka dari
kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga menolong menyediakan tekanan untuk
mengurangi pembengkakan. Pembalut bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa mengandung
beberapa substansi untuk menlong mempercepat penyembuhan.

4. Obat-obatan

Dokter mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga mungkin
diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau demam.

5. Terapi oksigen hyperbarik

Juga disebut HBO. HBO digunakan untuk memperoleh oksigen lebih banyak ke
dalam tubuh. Oksigen diberikan dibawah tekanan untuk menolong oksigen supaya sampai
ke jaringan dan darah. Pasien dimasukkan ke ruangan yang berbentuk seperti tabung yang
disebut ruangan hiperbarik atau ruangan tekanan. Pasien bisa melihat dokter dan
berbicara dengan mereka melalui pengeras suara. Pasien mungkin mebutuhkan terapi ini
lebih dari sekali.

6. Terapi tekanan negatif

Juga sisebut vacuum-assisted closure (VAC). Pembalut berbentuk spesial dengan


melekat pada sebuah tabung diletakkan didalam kavitas luka dan ditutup dengan ketat.
Tabung berhubungan ke sebuah pompa yang akan menolong menyedot keluar cairan
berlebih dan kotoran dari luka. VAC juga mungkin menolong untuk meningkatkan aliran
darah dan mengurangi jumlah bakteri di luka.

7. Pengobatan lain

Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan luka


yang buruk menolong mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perlu minum obat
untuk mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Dokter mungkin
memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial untuk meningkatkan nutrisi
dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan untuk meningkatkan aliran darah
jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh darah.

PENCEGAHAN

I. Preoperative

a. Persiapan pasien

1 Kapanpun jika memungkinkan, identifikasi dan obati semua infeksi yang terlokalisir di
daerah operasi sebelum operasi elektif dan operasi elektif yang tertunda pada pasien
dengan dearah infeksi pada luka sampai infeksi terobati.

2 Jangan mencukur rambut sebelum operasi kecuali jika rambut tersebut atau sekitar daerah
insisi akan mengganggu operai.

3 Jika rambut dicukur, cukur secepatnya sebelum operasi, lebih baik dengan pemotong
elektrik.
4 Kontrol tingkat glukosa darah serum secara adekuat pada semua pasien diabetes dan selalu
hindari hiperglikemi sebelum operasi.

5 Sarankan penghentian merokok. Minimal instruksikan pasien untuk tidak merokok kretek,
tembakau, atau bentuk konsumsi tembakau lain selama paling tidak 30 hari sebelum
operasi elektif.

6 Jangan menahan darah pasien yang di operasi untuk mencegah infeksi luka operasi.

7 Minta pasien untuk mandi dengan cairan atiseptik pada paling tidak malam sebelum operasi
dilaksanakan.

8 Cuci dan bersihkan dengan benar sekitar daerah insisi untuk membuang kontaminasi
sebelum menyiapkan antiseptik kulit.

9 Gunakan antiseptik yang tepat.

10 Oleskan antiseptik secara lingkaran yang dimulai dari tengah bergerak menuju pinggir.
Daerah yang dipersiapkan harus cukup besar untuk memperpanjang sayatan atau
membuat sayatan baru jika diperlukan.

11 Usahakan pre operasi pasien di rumah sakit sesingkat mungkin.

12 Tidak direkomendasikan untuk menurunkan atau menghentikan penggunaan steroid


sistemik sebelum operasi selektif.

13 Tidak direkomendasikan untuk hanya meningkatkan support nutrisi untuk pasien operasi
yang dimaksudkan untuk mencegah infeksi luka operasi.

14 Tidak direkomendasikan untuk menggunakan mupicorin ke hidung untuk mencegah


infeksi luka operasi.

b. Antiseptik tangan/ lengan bawah untuk anggota tim bedah.

1. Potong pendek kuku dan jangan memakai kuku palsu.


2. Lakukan pencucian tangan sebelum operasi paling tidak 2 sampai 5 menit menggunakan
antiseptik yang tepat. Cuci tangan dan lengan bawah sampai ke siku.

3. Setelah mencuci tangan, jaga tangan di atas dan tidak bersentuhan dengan tubuh (siku pada
posisi fleksi) sehingga air bergerak dari ujung jari menuju siku. Keringkan tangan dengn
handuk steril dan pakai baju operasi steril dan sarung tangan steril.

4. Bersihkan bawah tiap kuku sebelum mencuci tangan pertamakali.

5. Jangan menggunakan perhiasan.

6. Tidak direkomendasikan menggunakan cat kuku.

c. Penanganan personel bedah yang terinfeksi

1 Edukasi dan sarankan personel bedah yang memiliki gejala dan tpasien penyakit infeksi
yang menular agar melaporkan keadan mereka dengan segera kepada supervisor dan
personel kesehatan kerja.

2 Membuat kebijakan yang baik mengenai tanggungjawab perawatan pasien ketika personal
potensial berada pada kondisi infeksius yang menular. Kebijakan-kebijakan ini
seharusnya mengatur : (a) Tanggungjawab personel dalam menggunakan pelayanan
kesehatan dan melaporkan penyakit, (b) pembatasan kerja, dan (c) ijin untuk kembali
bekerja setelah menderita penyakit yang membutuhkan pembatasan kerja. Kebijakan-
kebijakan tersebut seharusnya mengidentifikasi individu yang memiliki kekuasaan untuk
mengistirahatkan personel dari kerja mereka.

3 Menghentikan dari tugas operasi personel yang mempunyai lesi kulit yang telah mengering
sampai infeksi hilang atau personel tersebut telah menerima terapi adekuat dan infeksi
telah sembuh.

4 Jangan secara rutin mengeluarkan personel operasi yang terkolonisasi dengan organisasi
seperti S. aureus (hidung, tangan atau bagian tubuh lain) atau grup A Streptococcus,
kecuali personel tersebut telah dihubungkan secara epidemiologi kepada penyebaran
organisme di wilayah pusat kesehatan.
Profilaksis antimicrobial

1 Berikan antimikroba profilaksis hanya ketika diindikasikan, dan dipilih berdasarkan


patogen yang paling umum menyebabkan infeksi luka operasi untuk operasi spesifik dan
rekomendasi yang dipublikasikan.

2 Berikan dosis inisial antimikroba profilaktik secara intravena, dihitung seperti konsentrasi
bakterisidal obat yang ada dalam serum dan jaringan ketika insisi dilakukan. Pertahankan
tingkat terapeutik agen dalam serum dan jaringan selama operasi dan sampai,
kebanyakan, beberapa jam setelah insisi ditutup di kamar operasi.

3 Sebelum operasi elektif kolorektal sebagai tambahan d2 diatas, persiapkan kolon secara
mekanik dengan menggunakan enema dan agen katartik. Berikan agen antimikroba
nonabsorbel dalam dosis terbagi sehari sebelum operasi.

4 Untuk seksio sesaria risiko tinggi, berikan agen antimikroba profilaktik segera setelah tali
pusat diklem.

5 Jangan gunakan vankomisin sebagai anti mikroba profilaksis.

II. Intra operatif

a. Ventilasi

1 Pertahankan ventilasi tekanan positif di kamar operasi dengan memperhatikan koridor dan
area yang berdekatan.

2 Pertahankan minimal pergantian udara 15 kali perjam, yang mana paling tidak 3 sebaiknya
udara segar.

3 Saring semua udara, disirkulasi ulang dan segar, melalui filter yang baik sesuai
rekomendasi institut arsitek Amerika.

4 Memasukkan semua udara di langit-langit, dan alat pembuangan uap dekat lantai.
5 Jangan menggunakan radiasi UV di kamar operasi untuk mencegah infeksi luka operasi.

6 Tetap tutup pintu ruang operasi kecuali dibutuhkan untuk jalan peralatan, personel dan
pasien.

7 Pertimbangkan melakukan operasi implan ortopedik dimana tesedia udara sangat bersih.

8 Batasi jumlah personel yang memasuki ruang operasi sesuai yang dibutuhkan.

b. Membersihkan dan diinfeksi permukaan lingkungan

1 Ketika kotoran yang terlihat atau kontaminasi dengan darah atau cairan tubuh permukaan
atau peralatan terjadi selama operasi, gunakan disinfektan untuk membersihkan area yang
terkena sebelum operasi berikutnya.

2 Jangan melakukan pembersihan khusus atau menutup kamar operasi setelah terkontaminasi
atau operasi yang kotor.

3 Jangan menggunakan keset kaki yang lengket di jalan masuk kamar operasi atau kamar
operasi individu untuk mengontrol infeksi.

4 Vakum basah lantai kamar operasi setelah operasi terakhir dengan disinfektan.

5 Tidak ada rekomendasi untuk disinfeksi permukaan lingkungan atau peralatan yang
digunakan di kamar operasi dalam beberapa operasi jika tidak terlihat kotoran

c. Sterilisasi peralatan bedah

1 Sterilisasi instrumen operasi sesuai dengan panduan yang dipublikasikan.

2 Lakukan sterilisasi cepat hanya pada item peralatan perawatan penyakit yang akan
digunakan segera. Jangan gunakan sterilisasi cepat untuk alasan kenyamanan, seperti
sebuah alternatif membeli peralatan tambahan, atau untuk menghemat waktu.
d. Pakaian operasi

1 Pakai masker operasi yang menutup keseluruhan mulut dan hidung ketika memasuki ruang
operasi jika operasi akan dimulai atau sedang berjalan atau jika instrument steril sedang
terekspos. Pakai masker selama operasi.

2 Gunakan topi atau tudung untuk menutupi rambut secara keseluruhan di kepala dan wajah
ketika memasuki ruang operasi.

3 Jangan menggunakan penutup sepatu untuk mencegah infeksi luka operasi.

4 Pakai sarung tangan steril jika menjadi tim operasi. Pakai sarung tangan setelah memakai
baju steril.

5 Gunakan jubah operasi dan penutup yang merupakan barier efektif ketika basah.

6 Ganti baju operasi yang terlihar sudah kotor, terkontaminasi danatau dipenetrasi oleh darah
atau material lain yang potensial infeksius.

e. Asepsi dan teknik operasi

1 Mengikuti prinsip asepsis ketika menempatkan peralatan intravascular, kateter anesthesia


spinal atau epidural, atau ketika memberikan obat secara intravena.

2 Susun peralatan steril dan obat cair sebelum digunakan.

3 Perlakukan jaringan dengan lembut, pertahankan hemotasis efektif, minimalkan jaringan


lemah dan benda asing dan eradikasi ruang mati di tepat operasi.

4 Lakukan penutupan tunda kulit primer atau biarkan sebuah sayatan terbuka agar sembuh
kemudian jika ahli bedah memperkirakan daerah operasi terkontaminasi berat.
f. Perawatan insisi setelah operasi

1 Lindungi dengan penutup steril untuk 24 sampai 48 jam setelah operasi, sebuah sayatan
yang telah tertutup secara primer.

2 Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti penutup dan setelah kontak dengan tempat
operasi.

3 Ketika penutup sayatan harus diganti, gunakan teknik yang steril.

4 Edukasi pasien dan keluarga menyangkut perawatan sayatan yang baik, gejala infeksiluka
operasi, dan perlunya melapor segera.

5 Tidak ada rekomendasi untuk menutupi sayatan yang tertutup secara primer melebihi 48
jam.
1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

a) Pengkajian primer (ABCDE)

Airway

1. yakinkan kepatenan jalan napas


2. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU

Breathing

1) kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
2) kaji saturasi oksigen
3) periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
4) berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
5) auskultasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
6) periksa foto thorak

Circulation

1. kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
2. monitoring tekanan darah
3. periksa waktu pengisian kapiler
4. pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
5. berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
6. pasang kateter
7. lakukan pemeriksaan darah lengkap
8. siapkan untuk pemeriksaan kultur
9. catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature <36°C
10. Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
11. berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

Disability

Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.

Exposure

Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

Tanda ancaman terhadap kehidupan

Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan


fungsi organJika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien
harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:

1) Penurunan fungsi ginjal


2) Penurunan fungsi jantung
3) Hypoksia
4) Asidosis
5) Gangguan pembekuan
6) Acute respiratory distress syndrome (ards) – tanda cardinal oedema pulmonal.
b) Pengkajian Sekunder

1. Aktivitas dan istirahat

a) Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia

2. Sirkulasi

a) Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary,


fenomena embolik (darah, udara, lemak)

b) Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya


hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)

c) Heart rate : takikardi biasa terjadi

d) Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat


terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering
menunjukkan normal

e) Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi
(stadium lanjut)

3. Integritas Ego

a) Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian

b) Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

4. Makanan/Cairan

a) Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea

b) Obyektif : Formasi edema / perubahan berat badan, hilang / melemahnya


bowel sounds
5. Neurosensori

Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental, disfungsi


motorik

6. Respirasi

a) Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse,


kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”

b) Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting

7. Rasa Aman

Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,


episode anaplastik

8. Seksualitas

Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia


B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Resiko infeksi d.d penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrisi,

peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan


pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltik, kerusakan integritas kulit,
perubahan sekresi pH, statis cairan tubuh), ketidakadekuatan pertahanan
tubuhsekunder (penurunan Hb, imunosupresi, leukopenia, supresi
responinflamasi) (D.0142)

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi), peningkatan laju


metabolisme (D.0130)

3. Resiko termoregulasi tidak efektif ditandai dengan proses penyakit (infeksi)


(D.0148)

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Diagnosa : Resiko infeksi d.d penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrisi,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer (gangguan peristaltik, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi
pH, statis cairan tubuh), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan

Hb, imunosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi) (D.0142)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka


infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tingkat Infeksi (L.14137)


 Kebersihan tangan meningkat
 Kebersihan badan meningkat
 Tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, nyeri, bengkak) menurun
 Kadar sel darah putih sedang
 Kultur urine sedang
Kontrol Resiko (L.14128)

 Kemampuan mengidentifikasi faktor resiko meningkat


 Kemampuan melakukan strategi konttol faktor resiko meningkat
 Kemampuan berpartisipasi dalam skrining resiko meningkat
 Penggunaan fasilitas kesehatan dan sistem pendukung meningkat
 Pemantauan perubahan status kesehatan meningkat

Intervensi:

Pencegahan infeksi (I.14539)

1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik


2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
3) Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5) Ajarkan cara mebcuci tangan dengan benar
6) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

2) Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi), peningkatan


laju metabolisme (D.0130)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam maka


termoregulasi membaik

Kriteria hasil :

Termoregulasi (L.14134)
1. Menggigil menurun
2. Kulit merah menurun
3. Kejang menurun
4. Vasokonstriksi perifer menurun
5. Pucat menurun
6. Takikardi / bradikardi menurun
7. Takipnea menurun
8. Hipoksia menurun
9. Suhu tubuh membaik
10. Kadar glukosa darah membaik
11. Pengisian kapiler membaik
12. Ventilasi membaik
13. Tekanan darah membaik

intervensi :

Manajemen hipertermia (I.15506)

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia


2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

6) Sediakan lingkungan yang dingin


7) Longgarkan atau lepaskan pakaian
8) Berikan cairan oral
9) Ganti linen jika mengalami hiperhidrosis
10) Lakukan pendimginan eksternal
11) Hindari pemberian antipiretik/aspirin
12) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

13) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
14) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravebna, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Townsend C M, Beauchamp R D, Evers B M, Mattox K L. 2004. Sabiston Textbook of


Surgery.The Biological Basis of Modern Surgical Practice17th edition. Elsevier Saunders;
Philadelphia. P 258-263

Burnicardi F C, Anderson D K, Bizliar T R, Durin D L, Hunter J G, Pollock M E. 2006.


Schwartz’s manual of surgery Eight edition. MacGrawhill; New York. P. 90-96

Mangram A J, Horan T C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline for prevention


of Surgical Site of Infection. Columbia University School of Nursing;New York

Steven M. Gordon.2001. New Surgical Techniques and Surgical Site


Infections.http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm, 24 Feb 2009.

Bonnie Barnard, MPH, CIC.2003.http://www.theific.org/basiconcepts/11.pdf , 24 Februari


2009

Joint commission Resource.2008.http://www.jcrinc.com/Surgical-Site-Infections/, 24


Februari 2009

College’s Committee on Operating Room Environment (CORE) .1999.


http://www.facs.org/about/committees/cpc/ssiguide0700.pdf, 24 Februari 2009

Anda mungkin juga menyukai