Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)
Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners Departemen
Keperawatan Maternitasdi ruang Nifas RSUD Sidoarjo

Oleh:

Nama : Arista Jawamara

NIM : 200714901289

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2020

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN


INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)

DI Ruang Nifas RSUD Sidoarjo

DISUSUN OLEH

ARISTA JAWAMARA

200714901289

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

(.........................................) (.........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah
operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi
antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat
terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka,
dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada
jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi
pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada
jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai
organ tubuh.
Menurut sistem CDC’s terdapat stpasienrisasi pada kriteria
untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu :
1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari
setelah operasi dan infeksi hanya mengenai pada kulit atau
jaringan subkutan pada daerah bekas insisi.
2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah
operasi dimana tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada
daerah dalam dan jika menggunakan alat-alat yang ditanam
maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi
berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai
jaringan lunak yang dalam dari luka bekas insisi.
3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari
setelah operasi dimana tidak menggunakan alat yang ditanam
pada daerah dalam dan jika menggunakan alat yang ditanam
maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi
berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai salah
satu dari bagian organ tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga
selama operasi berlangsung karena manipulasi yang terjadi.
B. ETIOLOGI INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)
Sebagian besar infeksi luka operasi diperoleh pada saat
operasi. Sumber utama yang diyakini adalah inokulasi langsung flora
endogen pasien pada saat operasi. Untuk prosedur yang bersih,
patogen yang paling umum menyebabkan infeksi luka operasi adalah
flora normal kulit termasuk Staphylococcus sp., Staphylococcus
aureus dan stafilokokus koagulase negatif. Ketika prosedur bedah
melibatkan pembukaan viskus, patogen yang menyebabkan infeksi
luka operasi menggambarkan flora endogen dari viskus atau di sekitar
permukaan mukosa. Infeksi tersebut biasanya polymicrobial. Selain
Staphylococcus aureus, mikroorganisme predominan lainnya, yaitu E.
coli, Pseudomonas aeruginosa, acinobacter, diptheroid, streptokokus,
dan enterokokus.
Sementara sebagian besar infeksi luka operasi adalah karena
flora endogen yang normal, ada juga sumber infeksi eksogen. Ini
termasuk kontaminasi area operasi oleh flora dari lingkungan ruang
operasi atau personal. Streptococcus group A pada anal, vagina, atau
nasofaring yang dibawa oleh personel kamar operasi telah terlibat
sebagai penyebab beberapa wabah infeksi luka operasi. Organisme
gram-negatif pada tangan telah terbukti lebih besar dibawa oleh
personil bedah dengan kuku palsu. Jarang, wabah atau kelompok
infeksi luka operasi disebabkan oleh patogen yang tidak biasa yang
telah dilacak pada baju, perban, irrigants yang terkontaminasi, atau
cairan desinfeksi
C. TANDA DAN GEJALA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)
a. Calor (panas)
 Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah yang
disalurkan ke area terkena infeksi/ fenomena panas lokal
karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti
dan hiperemia lokal tidak menimbulkan perubahan.
b. Dolor (rasa sakit)
 Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau
konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung
saraf. pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat
kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu
pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Rubor (Kemerahan)
 Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami
peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka
arteriol yang mensuplai daerah tersebut melebar, dengan
demikian lebih banyak darah yang mengalir kedalam mikro
sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja meregang, dengan cepat penuh terisi darah.
Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.
d. Tumor (pembengkakan)
 Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan
sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan interstisial. Campuran
cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut
eksudat.
e. Functiolaesa
 Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang
bengkak dan sakit disrtai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal
yang abnormal, sehingga organ tersebut terganggu dalam
menjalankan fungsinya secara normal. (Yudhityarasati, 2007).
D. KLASIFIKASI INFEKSI LUKA OPERASI
Menurut klasifikasi luka yang dimodifikasi, luka operasi section
caesarean diklasifikasikan sebagai berikut:7
a. Kelas I: jika ketuban tidak pecah atau persalinan tidak
memanjang
b. Kelas II: jika didapatkan pecah ketuban kurang dari 2 jam
c. Kelas III: jika pecah ketuban lebih dari 2 jam
d. Kelas IV: jika didapatkan cairan ketuban yang purulent
E. PATOFISIOLOGIS
Ketika insisi bedah dibuat melalui kulit dan jaringan subkutan, respon
inflamasi manusia teraktivasi. Luka operasi akut biasanya akan mengalami
proses perbaikan dalam waktu yang singkat sehingga akan mengembalikan
fungsi anatomi dan integritasnya secara berkelanjutan. Jika luka akut gagal
untuk sembuh dalam waktu enam minggu, ia akan menjadi luka kronis.
Peradangan awal (24 jam pertama) dimulai dengan
hemostasis melalui vasokonstriksi, pembentukan trombin oleh aktivasi
komplemen dan agregasi platelet.
Ketika kontaminasi mikroba telah sedikit dan neutrofil yang ada telah
mampu mengontrol bakteri, maka monosit menghasilkan sinyal kimia lokal
untuk mengatur proses penyembuhan luka. Namun, jika kontaminasi mikroba
dan proliferasi lebih tinggi dari infiltrasi neutrofil, monosit akan berperan
sebagai sel proinflamasi dengan melepaskan sitokin yang poten. Tumor
necrosis factor (TNF)-alfa diproduksi oleh monosit dan berfungsi terutama
menjadi sinyal parakrin untuk meningkatkan regulasi aktivitas neutrofil dalam
luka. Neutrofil yang distimulasi oleh TNF-alfa akan mengonsumsi mikroba,
dan vakuola lisosomal melepaskan oksigen reaktif intermediet dan asam
hidrolase ke dalam ruang ekstraselular dari vakuola lisosom, dengan cedera
jaringan lebih lanjut dan aktivasi lebih lanjut dari sinyal inisiator. Interleukin
(IL)-1, IL-6, dan sinyal proinflamasi lainnya dilepaskan oleh monosit yang
teraktivasi dan berfungsi sebagai sinyal endokrin yang bertanggung jawab
untuk demam, stimulasi reaktan fase akut, dan respon lainnya.
Fungsi fase penyembuhan luka ini adalah untuk memastikan bahwa
dasar luka bebas dari bakteri dan kontaminasi lainnya dan untuk menciptakan
lingkungan yang optimal untuk produksi granulasi jaringan dan untuk
epitelisasi. Selama beberapa hari hingga beberapa minggu, regenerasi terjadi
dan ditandai dengan peningkatan fibroblast dan aktivitas mitogenik sel
endotel, dengan migrasi sel epitel dan sintesis kolagen. Maturasi adalah
tahap akhir dari penyembuhan luka yang bisa mencapai dua tahun untuk
selesai. Di fase ini, jaringan granulasi secara bertahap menjadi jaringan parut,
yang dari waktu ke waktu memucat, menyusut dan menipis.
Insisi Bedah

Kondisi
ketidakseimbang
an nutrisi

Perlambatan
pemulihan pasca
bedah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin
b. Hematokrit
c. Leukosit
d. Golongan darah

G. PENATALAKSANAAN
1. Pembersihan luka
Hal ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril. Hal ini
bisa dilakukan dengan menggunakan tekanan tinggi dengan jarum
atau kateter dan alat penyemprot yang besar. Solusi pembunuhan
kuman dapat digunakan unuk membersihkan luka
2. Debridement
Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit
mati dan jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang
rusak pada luka atau sekitar luka. Pembalut basah bisa ditempatkan
pada luka dan dibiarkan mengering. Dokter juga bisa mengeringkan
luka untuk membersihkan pus.
3. Penutup luka
Hal ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk
melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga
menolong menyediakan tekanan untuk mengurangi pembengkakan.
Pembalut bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa mengandung beberapa
substansi untuk menlong mempercepat penyembuhan.
4. Obat-obatan
Dokter mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien
juga mungkin diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit,
pembengkakan, atau demam.
5. Pengobatan lain
Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan
penyembuhan luka yang buruk menolong mengobati infeksi pada luka.
Pasien mungkin perlu minum obat untuk mengontrol penyakit seperti
diabetes atau tekanan darah tinggi.
H. KONSP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Pada ibu dengan kasus post SC keluhan utama yang timbul yaitu
nyeri pada luka operasi.
c. Riwayat persalinan sekarang Pada pasien post SC kaji riwayat
persalinan yang dialami sekarang.
d. Riwayat menstruasi Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur
menarche, siklus haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari
pertama haid yang terakhir.
e. Riwayat perkawinan
Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan, perkawinan keberapa,
usia pertama kali kawin.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat
badan, tinggi badan, keadaan kulit.
b. Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal atau
tidak.
c. Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
d. Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi
jantung.
e. Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada
tidaknya tanda dimpling/retraksi.
f. Pemeriksaan abdomen:Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi,
terdapat luka dan tanda-tanda infeksi disekitar luka operasi.
g. Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral,
ekstremitas bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau
tidak, pemeriksaan refleks.
h. Genetalia: Menggunakan dower kateter.
i. Data penunjang Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan
hemoglobin (Hb), Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC).
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
infeksi (SDKI:0077)
2. Perlambatan pemulihan pasca bedah berhubungan dengan infeksi luka
perioperative ditandai dengan operasi besar (SDKI: 0132
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (SDKI:0108)
N Diagnosa Perencanaan Implemntasi Rasional Tindakan Evaluasi
o Keperawatan
1. Nyeri akut SIKI: Manajemen - Mengidentifikasi Nyeri teratasi, intervensi
nyeri, (I.08238)
lokasi karakteristik, - Bertujuan untuk mengidentifikasi
berhubungan dihentikan
Observasi lokasi karakteristik, durasi dan
dengan agen durasi, frekuensi, frekuensi, kualitas nyeri
- Identifikasi lokasi
pencedera fisik kualitas, intensitas
karakteristik, durasi,
nyeri
ditandai dengan frekuensi, kualitas,
- Mengidentifikasi
infeksi (SDKI: intensitas nyeri
skala nyeri - Untuk mengetahuhi skala nyeri
0077) - Identifikasi skala
- Mengidentifikasi
nyeri
respon nyeri non
- Identifikasi respon
verbal
nyeri non verbal
- Identifikasi faktor
- Mengidentifikasi - Untuk mengidentifikasi faktor
faktor yang yang memperberat dan
yang memperberat
memperberat dan memperingan terjadinya nyeri
dan memperingan
memperingan nyeri
nyeri
- Identifikasi - Mengidentifikasi
pengetahuan dan pengetahuan dan

keyakinan tentang keyakinan tentang

nyeri nyeri

- Identifikasi - Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada pengaruh budaya
kualitas hidup terhadap respon
- Monitor nyeri
keberhasilan terapi - Mengidentifikasi
komplementer yang pengaruh nyeri pada
sudah diberikan kualitas hidup
- Monitor efek - Memonitor
samping penggunaan keberhasilan terapi
analgetik komplementer yang
sudah diberikan
Terapiotik
- Memonitor efek
samping penggunaan
- Berikan teknik
analgetik
nonfarmakologis
untuk mengurangi - Memberikan teknik

rasa nyeri (mis. nonfarmakologis

TENS, hypnosis, untuk mengurangi

akupresur, terapi rasa nyeri (mis.

musik, biofeedback, TENS, hypnosis,

terapi pijat, aroma akupresur, terapi

terapi, teknik musik, biofeedback,

imajinasi terapi pijat, aroma

terbimbing, kompres terapi, teknik

hangat/dingin, terapi imajinasi

bermain) terbimbing, kompres


- Control lingkungan hangat/dingin, terapi
yang memperberat bermain)
rasa nyeri (mis. Suhu - Mengontrol
ruangan, lingkungan yang
pencahayaan, memperberat
kebisingan) rasa nyeri (mis.
- Fasilitasi istirahat Suhu ruangan,
dan tidur pencahayaan,
- Pertimbangkan jenis kebisingan)
dan sumber nyeri - Memfasilitasi
dalam pemilihan istirahat dan
strategi meredakan tidur
nyeri - Mempertimbang
kan jenis dan
Edukasi
sumber nyeri
dalam pemilihan
- Jelaskan penyebab,
strategi
periode, dan pemicu
meredakan nyeri
nyeri
- Menjelaskan
- Jelaskan strategi
penyebab,
meredakan nyeri
periode, dan
- Anjurkan memonitor
pemicu nyeri
nyri secara mandiri
- Menjelaskan
- Anjurkan
menggunakan strategi
analgetik secara meredakan nyeri
tepat - Menganjurkan
- Ajarkan teknik memonitor nyri
nonfarmakologis secara mandiri
- Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Mengajarkan
teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi rasa
nyeri

2. Resiko infeksi SDKI:Pencegahan Obervasi: - Bertujuan untuk mencegah Resiko infeksi teratasi,
berhubungan infeksi (SLKI: 14539) - Memonitor tanda terjadinya infeksi pada luka post sc intervensi dihentikan
dengan efek Obervasi: dan gejala infeksi
prosedur invasik - Monitor tanda dan local dan sistematik
ditandai dengan gejala infeksi local Terapeutik
tindakan invasit dan sistematik - Mmberikan
- Meberikan perawatan khusus pada
(SDKI: 0141 Terapeutik perawatan kulit
- Berikan pada aerah area luka post sc
perawatan kulit oedema
pada aerah - Mencuci tangan
oedema sebelum dan - Mencegaha terjadinya penularan
- Cuci tangan sesudah kontak terjadinya infeksi
sebelum dan dengan pasien
sesudah kontak dan lingkungan
dengan pasien dan pasien
lingkungan pasien Edukasi
Edukasi - Menjelaskan tanda
- jelaskan tanda dan dan gejala infeksi
gejala infeksi - Mengjarkan cara
- Ajarkan cara mencuci tangan
mencuci tangan dengan benar
dengan benar - Mengajarkan cara
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
memeriksa kondisi luka atau operasi
luka atau operasi - Menganjurkan
- Anjurkan meningkatkan
meningkatkan asupan nutrisi
asupan nutrisi - Menganjurkan
- Anjurkan meningkatkan
meningkatkan asupan cairan
asupan cairan Kolaborasi:
Kolaborasi: - Berkolaborasi
-Kolaborasi pemberian
pemberian imunasisi, jika perlu
imunasisi, jika perlu

3. Defisit perawatan SIKI:Dukungan Observasi Defisit perawatan diri teratasi,


diri berhubungan perawatan diri - Mengidentifikasi intervensi dihentikan
dengan kelemahan (I.11348) kebiasaan aktivitas
(SDKI:0108) Observasi peawatan sesuai usia
- Identifikasi - Memonitor tingkat
kebiasaan aktivitas kemandirian
peawatan sesuai usia - Mengidentifikasi
- Monitor tingkat kebutuhan alat bantu
kemandirian kebersihan diri,
- Identifikasi berpakaian, berhias,
kebutuhan alat bantu dan makan
kebersihan diri,
Terapiotik
berpakaian, berhias,
dan makan
-Mendampingi dalam
Terapiotik melakukan
perawatan diri
-Dampingi dalam
sampai mandiri
melakukan
-Memfasilitasi
perawatan diri
kemandirian,
sampai mandiri
bantu jika tidak
-Fasilitasi kemandirian,
mampu
bantu jika tidak
melakukan
mampu
perawatan diri
melakukan
-jadwalkan rutinitas
perawatan diri
perawatan diri
-jadwalkan rutinitas
perawatan diri Edukasi

Edukasi - Menganjurkan
melakukan
- Anjurkan
perawatan diri
melakukan
secara konsisten
perawatan diri
sesuai
secara konsisten
kemampuan
sesuai kemampuan
Daftar Pustaka

Townsend C M, Beauchamp R D, Evers B M, Mattox K L. 2004. Sabiston Textbook


of Surgery.The Biological Basis of Modern Surgical Practice17th edition. Elsevier
Saunders; Philadelphia. P 258-263

Burnicardi F C, Anderson D K, Bizliar T R, Durin D L, Hunter J G, Pollock M E. 2006.


Schwartz’s manual of surgery Eight edition. MacGrawhill; New York. P. 90-96

Mangram A J, Horan T C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline for


prevention of Surgical Site of Infection. Columbia University School of Nursing;New
York

Steven M. Gordon.2001. New Surgical Techniques and Surgical Site


Infections.http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm, 24 Feb 2009.

Bonnie Barnard, MPH, CIC.2003.http://www.theific.org/basiconcepts/11.pdf , 24


Februari 2009

Joint commission Resource.2008.http://www.jcrinc.com/Surgical-Site-Infections/, 24


Februari 2009

College’s Committee on Operating Room Environment (CORE) .1999.


http://www.facs.org/about/committees/cpc/ssiguide0700.pdf, 24 Februari 2009

Anda mungkin juga menyukai