DISUSUN OLEH:
NIM. P17312215062
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
Persepti,
Menyetujui,
Perseptor Akademik,
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif Penilaian Pertumbuhan
dan Perkembangan Pada Anak “A” Usia 36 Bulan, yang diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas Stase VII Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Kediri, ……………...
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
PRE EKLAMSIA
3
PRE EKLAMSIA
4
membawa vasospasme (spasme pembuluh darah), menghasilkan perubahan fisik dan
komplikasi. Etiologinya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi vasospam menyebabkan
hipertensi dan iskemia organ. Hal ini menyebabkan kerusakan ginjal dan proteinuria.
Bersamaan dengan kerusakan ginjal, ditemukan peningkatan permeabilitas kapiler
dan retensi garam, sehingga menghasilkan cairan ekstravaskuler dalam jumlah besar-
Edema. (Ini juga akan menghasilkan hipovolemia dan hemokonsentrasi)
(Pratamaningtyas, 2015)
Menurut Bobak (2005:630, Manuaba, 2007), ada beberapa faktor risiko
tententu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit :
a. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama.
b. Grand multigravida
c. Janin besar
d. Distensi rahim berlebihan :
Disamping perdarahan dan infeksi maka preeklamsia merupakan penyebab
kematian ibu dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang.
Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre-eklamsia
sehingga dapat menetapkan uoaya promotif dan preventif (I. B. G. Manuaba, 1998).
Teori iskemia implantasi plasenta dianggab dapat menerangkan berbagai
gejala pre-eklamsia :
1. Kenaikan tekanan darah /hipertensi
Hipertensi selama kehamilan merupakan suatu komplikasi serius yang
membutuhkan evaluasi seksama. Hipertensi adalah peningkatan tekanan
sistolik sekurang-kurangnya 30mmHg, atau peningkatan tekanan
diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik
sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-
kurangnya 90 mmHg. Hipertensi juga dapat ditentukan dengan tekanan
arteri rata-rata 105 mmHg atau lebih (Ben-zion Taber,M.D.1994:235)
2. Pengeluaran protein dalam urin
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala Subjektif :
5
Kenaikan Berat Badan yaitu timbul secara cepat dalam waktu yang
singkat menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat merupakan
gejala paling dini dari preeklamsia. Pasien sadar akan edema yang
menyeluruh, terutama pembengkakan pada muka dan tangan. Keluhan
yang umum adalah sesaknya cincin pada jari-jarinya. Sebgai usaha
untuk membedakan edema kehamilan, proses yang jinak, dari
preeklamsia, tekanan darah pasien harus diketahui.
Sakit kepala : meskipun sakit kepala merupakan gejala yang relatif
biasa selama kehamilan, sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal
dari edema otak. Sebagai konsekuensinya, tekanan darah pasien harus
ditentukan.
Gangguan penglihatan : mungkin merupakan gejala dari preeklamsia
berat dan dapat menunjukkan spasme arteriolar retina, iskemia,
edema, atau pada kasus-kasus yang jarang , pelepasan retina.
Nyeri abdomern /epigrastrium atau kuadran kanan atas : menunjukkan
pembengkakan hepar yang berhubungan dengan preeklamsia berat
atau menandakanruptur hematoma subkasuler hepar. (Taber,ben
zion.1984.:237)
5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
6. Terjadi kejang
Pada pemeriksaan kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensi, renin,
dan alosteron, sebagai kompensasi sehingga perdarahan darah dan metabolisme
dapat nerlangsung. Pada pre-eklamsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan
aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria. Teori iskemia
implantasi plasenta dapat menerangkan gejala klinik tersebut. Berdasarkan teori
iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang
dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron,
spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air (Cunningham, 2005).
C. Tanda dan gejala Pre eklamsia
D. Patofisiologi Pre eklamsia
6
Menurut Hubel.1989,Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis
Preeklampsia. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan
menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia
pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole
disertai perdarahan mikro pada tempat endotel.
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang
menyertai preeklampsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas
terhadap peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu
ketidakseimbangan antara prostaksiklin, prostaglandin dan tromboksan A2.
Selain kerusakan endotelia, vasospasme juga arterial juga turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapilar. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut
menurunkan volume intravaskuler, mempredisposisi pasien yang mengalami
preeklampsia mudah menderita edema paru.
Easterling dan bennedeti (1989) menyatakan bahwa preeklampsia ialah suatu
keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan
akibat hipoperfusi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang
berferpusi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme
protektif tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang
khas untuk preeklampsia.
Hubungan sistem imun dan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia.
Keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respon
imunologis lanjut. Teori ini didukung oleh peningkatan preeklampsia-eklampsia pada
ibu hamil pertama kali.
Terjadinya spasme pembuluh darah anterior menuju organ penting dalam
tubuh dapat menimbulkan :
a. Gangguan metabolisme jaringan
Terjadi metabolisme anaerobik lemak dan protein
Pembakaran yang tidak sempurna menyebabbkan pembentukan badan
keton dan asidosis.
b. Gangguan peredaran darah dapat menimbulksn :
Nekrosis (kematian jaringan)
7
Perdarahan
Edema jaringan
c. Mengecilnya aliran darah menuju retriplasenter sirkulasi menimbulkan
gangguan pertukaran nutrisi, CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim.
1. Perubahan hati
Perdarahan yang tidak teratur
Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati
Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
2. Retina
Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus
Ablasio retina (lepasnya retina)
Menyebabkan penglihatan kabur
3. Otak
Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan
otak, perdarahn dan nekrosis.
Menimbulkan nyeri kepala yang berat
4. Paru-paru
Berbagai tingkat edema
Bronkopneumonia sampai abses
Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
5. Jantung
Perubahan degenerasi lemak dan edema
Perdarahan sub-endokardial
Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung
6. Aliran darah ke plasma
Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai
kematian janin
Spasme ynag berlnagsung lama, mengganggu petumbuhan janin
7. Perubahan ginjal
Spasme arterior menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga
filtrasi glomerulus bekurang
Penyerapan air dan tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam
Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
8. Perubahan pembulluh darah
Permeabilitsnnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi
protein ke jaringan
8
Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema
Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi
metabolisme tubuh dan trombosis (I. B. G. Manuaba, 1998)
E. Diagnosis Pre Eklamsia
Secara internasional, preeklamsia didefinisikan sebagai hipertensi gestasional
onset baru (darah sistolik) tekanan darah 140 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg) yang berhubungan dengan onset baru at setidaknya satu
proteinuria, disfungsi organ ibu (hati, neurologis, hematologi, atau ginjal)
keterlibatan), atau disfungsi uteroplasenta pada atau setelah usia kehamilan 20
minggu. Penting untuk dicatat bahwa preeklamsia dapat berkembang untuk pertama
kalinya pada intrapartum atau postpartum. Preeklamsia juga dapat didiagnosis pada
wanita dengan hipertensi kronis yang mengembangkan onset baru proteinuria, organ
ibu, atau disfungsi uteroplasenta yang konsisten dengan preeklamsia. Eklampsia
terjadi ketika ada kejang dalam preeklamsia.
1. Tekanan darah
Untuk memastikan adanya hipertensi, tekanan darah harus diukur setidaknya
pada dua kali empat jam terpisah yang divalidasi untuk digunakan dalam wanita
dengan preeklamsia. Untuk wanita berisiko tinggi, pedoman merekomendasikan
pemantauan darah tekanan pada frekuensi yang meningkat di klinik antenatal,
namun tidak ada frekuensi pasti yang direkomendasikan. Studi terbaru telah
membahas potensi wanita untuk memantau sendiri tekanan darah mereka di
rumah untuk meningkatkan deteksi hipertensi pada kehamilan, terutama pada
wanita dengan risiko tinggi. Tampaknya pemantauan diri layak, dapat diterima
oleh wanita hamil, dapat mengurangi klinik kunjungan dan efektif untuk
mendeteksi hipertensi pada kehamilan dan membedakan jas putih hipertensi.
RCT (BUMP) saat ini berharap dapat memberikan basis bukti yang lebih besar
untuk menentukan dampak pemantauan diri pada hasil ibu dan bayi dan
menyarankan bagaimana pemantauan mandiri dapat diimplementasikan ke
dalam praktik klinis
2. Proteinuria
Kehadiran proteinuria secara tradisional telah disaring dengan tes dipstick dan
dikonfirmasi dengan tes laboratorium tambahan menggunakan urin 24 jam, atau
9
baru-baru ini melihat sampel urin. Penyaringan penilaian dengan pengujian
dipstick paling baik dilakukan dengan perangkat pembacaan reagen-strip
otomatis dari analisis visual. Sebelumnya, pengumpulan urin 24 jam dianggap
sebagai standar emas untuk konfirmasi proteinuria tetapi memiliki beberapa
masalah: memakan waktu, memerlukan pendinginan, sampel sering tidak
lengkap, dan jarang digunakan di rumah sakit. Oleh karena itu, setelah positif
tes dipstick (satu protein atau lebih), penggunaan albumin urin spot untuk
kreatinin (A:Cr) atau protein untuk rasio kreatinin (P:Cr) sekarang
direkomendasikan untuk mengukur proteinuria. Baik pengujian P:Cr dan A:Cr
terbukti berkorelasi signifikan dengan proteinuria seperti yang dideteksi oleh
urin 24 jam. Diagnostik ambang batas 30 mg/mmol dan 8 mg/mmol telah
ditentukan untuk memberikan sensitivitas tinggi dan spesifisitas masing-masing,
3. Pemeriksaan laboratorium
ISSHP merekomendasikan bahwa wanita hamil dengan hipertensi de novo
diselidiki dengan: tes laboratorium mengukur hemoglobin, jumlah trombosit,
kreatinin serum, enzim hati, dan serum asam urat untuk mengetahui adanya
disfungsi organ ibu dan diagnosis preeklamsia. Pedoman baru juga telah
menerapkan pengujian rasio PlGF atau sFlt-1:PlGF untuk diagnosis preeklamsia
pada keadaan tertentu. Ada banyak pekerjaan yang menunjukkan peran sirkulasi
angiogenik faktor, seperti sFlt-1 dan PlGF, dalam patogenesis preeklamsia.
Wanita dengan preeklamsia memiliki tingkat sirkulasi yang lebih tinggi dari
sFlt-1 dan tingkat yang lebih rendah dari PlGF, terlihat sebelum timbulnya
penyakit. SFlt-1 adalah protein anti-angiogenik yang bertindak sebagai
antagonis terhadap protein angiogenik PlGF dan faktor pertumbuhan endotel
vaskular (VEGF). Dengan menghambat VEGF dan PlGF, sFlt-1 mengubah hilir
jalur sinyal, yang menghasilkan vasokonstriksi dan disfungsi endotel. Meningkat
Tingkat sFlt-1 pada model tikus telah terbukti menghasilkan sindrom yang
menyerupai preeklamsia. Selanjutnya, menghilangkan sFlt-1 dapat membalikkan
disfungsi endotel dalam studi kultur sel endotel;
karenanya ekspresi berlebih muncul sebagai hubungan mekanistik yang penting
antara disfungsi plasenta dan perubahan fungsi vaskular ibu. PlGF rendah telah
10
terbukti memiliki sensitivitas tinggi dan nilai prediktif negatif dalam
mendiagnosis preeklamsia yang membutuhkan persalinan dalam 14 hari.
(Fox et al., 2019).
F. Klasifikasi Pre eklamsia
1. Preeklamsia Ringan
Definisi : suatu sindrom spesifik kehamilan dengan penurunan perfusi organ
yang berkaitan terjadi vasospasme PD dan aktivitas endotel
Diagnosa :
1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
2. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan
5. Edema generalisata, terutama di lengan, wajah, perut
2. Preeklamsia Berat
Definisi : preeklamsia dengan TD sistolik >160 mmHg dan >110 mmHg disertai
proteinuria >5g/24 jam
Diaagnosa :
Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana
tercantum di bawah ini.
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil sudah
pada digolongkan pre-eklamsia berat :
1. Tekanan darah sistolik ≥160dan tekanan darah diastolik ≥110mmHg
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2. Proteinuria lebih 5g/24jam atau 4 +pemeriksaan kualitatif
3. Oligouria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma
5. Keluhan subjektif (Gangguan visus dan serebral):
Gangguan kesadaran
Nyeri kepala
Gangguan penglihatan (pandangan kabur)
Skotoma
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
terengangnya kapsula Glisson)
Edema paru paru dan sianosis
6. Hemolisis mikroangiopatik
11
7. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kaar alanin
dan apartate aminotranferase
8. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
9. Sindrom HELLP
10. Pemeriksaan :
Kadar enzim hati meningkat disertai ikhterus
Perdarahan pada retina
Trombosit kurang dari 100.000/mm
(Prawirohardjo, 2014)
G. Penatalaksanaan Pre eklamsia
Penanganan pre-eklamsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan
menjadi eklamsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam
keadaan optimal dan bentuk pertolongan trauma minimal.
Pada preeklamsia ringan penanganan sistomatis dan berobat jalan dengan
memberikan :
1. Sedative ringan
Phenebarbital 3 x 30 mgr
Valium 3 x 10 mgr
2. Obat penunjang
Vitamin b kompleks
Vitamin C atau vitamin E
Zat besi
3. Nasehat
Garam dalam makanan dikurangi
Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin
Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, matu
kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernapasan semakin sesal.
nyeri pada epigastrium. kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-
berkurang, pengeluaran urin berkurang
4. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk
derita perlu memperhatikan hal berikut:
12
1. Bila tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih.
2. Protein dalam urin 1 plus atau lebih.
3. Kenaikan berat badan I V2 kg atau lebih dalam seminggi.
4. Edema bertambah dengan
5. Terdapat gejala dan keluhan subjektif
Bidan yang mempunyai polindes dapat penderita pre- eklampsia berat untuk
sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehinga penderita
mendapat pertolongan yang scbaiknya-baiknya.
Penderita diusahakan agar:
1. Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar
2. Dipasang infus glukosa 5 %
3. Dilakukan pemeriksaan: Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat
diperketat.
Pemeriksaan umum: pemeriksaan tekanan darah, nadi. suhu, dan
pernis pasan
Pemeriksaan kebrdanan: peneriksaan Leopold, denyut jantung janin
meriksaan dalam (evaluasi pembuknan dan keadaan janin dalam
Pemasangan dauer kateter
Evaluasi keseimbangan cairan
4. Pengobatan
Sedativa :Phenobarbital 3 x 100 mgr, Valium 3 x 20 mgr
Menghindari kejang
a. Maghesium sulfat
- Inisial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6 jam.
- Observasi: pernapasan tidak kurang 16 menit, refleks pateia pos
udak kurang dani 600 ce/24 jam.
b. Valium
- Inisial dosis 20 mgr IV, dosis ikutan 20 mgrldrip 20 tetes/menit.
- Dosis maksimal 120 mgı/24 jam.
c. Kombinasi Pengobatan.
Pethidine 50 mgr IM
13
Klorpromazin 50 mgr
Diazepam (valium) 20 mgr IM
d. Bila terjadi oligouria diberikan gluko sa 40% IV untuk menarik cairan
dan ringan, dapat digunakan diuresis
5. Setelah perubahan pra-eklampsia, dapat dialasi, kemungkinan
disesuaikan:
a. Kehamilan cukup bulan
b. Mempertahankan kehamilan sampai berhasil cukup bulan.
c. Kegagalan perawatan preklapsia kehamilan parah diakhini anpa
pandang
d. Merujuk penderita ke rumah sakit untuk perawatan yang adekuat.
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk pra-eklampsia
menjadi eklampsia. Dengan perawatan sementara di polindes, maka melakukan
rujukan penderita merupakan sikap yang paling tepat (Manuaba, Ida bagus Gde.
1998:244)
Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan
penelitian 2kali seminggu secara rawat jalan :
Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin
Lebih banyak istirahat
Diet biasa
Tidak perlu diberi obat obatan
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
Diet biasa
Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari
Tidak perlu obat-obatan
Tidak perlu diuretik, kecuali terdapat edema paru, dekompensasi kordis
atau gagal rginjal akut
Jika tekanan distolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan :
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklamsia berat
Kontrol 2 kali seminggu
14
Jika tekanan diasatol naik lagi rawat kembali
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangan
terminasi kehamilan
Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklamsia berat
Jika serviks matang, dilakukakan induksi dengan oksitosin 5IU dlam 500ml
dekstrose IV 10 tetes / menit atau dengan prostaglandin
Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
H. Prognosis Pre eklamsia
15
DAFTAR PUSTAKA
Fox, R., Kitt, J., Leeson, P., Aye, C. Y. L., & Lewandowski, A. J. (2019). Preeclampsia:
https://doi.org/10.3390/jcm8101625
Berencana. EGC.
16