Anda di halaman 1dari 18

METODE DAN EVALUASI PEMBELAJARAN LAB

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Metodik Khusus


Dosen Pembimbing : Shinta Kristianti, S.SiT, M.Kes

Disusun Oleh:

Umu Chabibah Hemi Restiana (P17321173017)


Octa Miranda (P17321173018)
Nisa Shabrinafi Amalia (P17321173019)
Niken Firda Zulmi Trirahma S. (P17321173020)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodik Khusus dan agar
pembaca dapat mengetahui tentang Metode dan Evaluasi Pembelajaran Lab.

Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih dan penghargaan


setinggi-tingginya kepada yang terhormat Ibu Shinta Kristianti, S.SiT, M.Kes selaku
dosen mata kuliah yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam pelaksanaan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, walaupun makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Kami selaku
penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca supaya dapat menjadi refleksi untuk
tugas selanjutnya agar menjadi lebih baik. Terimakasih.

Kediri, 10 Agustus 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3

1.3 Tujuan .......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembelajaran Laboratorium..........................................................................5

2.2 Tujuan Pembelajaran Laboratorium...........................................................................5

2.3 Prinsip Pembelajaran Laboratorium...........................................................................6

2.4 Metode Pembelajaran Laboratorium..........................................................................7

2.5 Model Pembelajaran Laboratorium............................................................................10

2.6 Peningkatan Pembelajaran Laboratorium...................................................................11

2.7 Proses Pembelajaran Laboratorium............................................................................12

2.8 Desain Instruksional Pembelajaran Laboratorium......................................................12

2.9 Proses Pembimbingan dalam Pembelajaran Laboratorium........................................13

2.10 Evaluasi Pembelajaran Laboratorium.......................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................17

3.2 Saran...........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta
didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar
berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran
tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui,
mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

Ada banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk terselenggaranya


pembelajaran. Salah satunya adalah metode pembelajaran di laboratorium atau
experimental method. Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu
dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium. Syaiful Bahri Djamarah,
(2000)

Seperti layaknya pemahaman umum, yang dimaksud laboratorium adalah suatu


sarana atau gedung yang dirancang khusus untuk melaksanakan pengukuran, penetapan,
dan pengujian untuk keperluan penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran. Tetapi akhir –
akhir ini analog dengan batasan itu berbagai disiplin ilmu pengetahuan sering
mangganggap bahwa lapangan tempat mereka bekerja dan melakukan penelitian juga
dianggap sebagai laboratorium.

Pembelajaran yang dilakukan di laboratium kebanyakan merupan sebuah prakti


atau experiment yang sangat perlu dikaji lebih dalam baik sebelum atau sesudah
dilakukannya pembelajaran. Oleh karena itu, pada makalah ini akan diuraikan mengenai
metode dan evalui pembelajaran LAB.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan konsep Pembelajaran Laboratorium?


2) Apakah Tujuan Pembelajaran Praktikum ?
3) Bagaimana Prinsip Pembelajaran Praktikum?
4) Apa saja Metode Pembelajaran Di Laboratorim?
5) Seperti apakah Cara Konvensional Pembelajaran Di Laboratorium?
6) Bagaimana cara meningkatkan Pembelajaran Di Laboratorium?
7) Bagaimanakah Proses Pembelajaran Praktikum?
8) Bagaimana Desain Intruksional Pembelajaran Praktikum?
9) Bagaimana Proses Pembimbingan dalam Pembelajaran Praktikum?
4
10) Apa saja Kekurangan Metode Eksperimen?

1.3 Tujuan Pembahasan

1) Untuk mengetahui konsep pembelajaran laboratorium.


2) Untuk mengetahui tujuan pembelajaran praktikum .
3) Untuk mengetahui prinsip pembelajaran praktikum.
4) Untuk mengetahui metode pembelajaran di laboratorim.
5) Untuk mengetahui cara konvensional pembelajaran di laboratorium.
6) Untuk mengetahui cara meningkatan pembelajaran di laboratorium.
7) Untuk mengetahui proses pembelajaran praktikum.
8) Untuk mengetahui desain intruksional pembelajaran praktikum.
9) Untuk mengetahui proses bimbingan dalam pembelajaran praktikum.
10) Untuk mengetahui kekurangan metode eksperimen.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pembelajaran Laboratorium

Penggunaan laboratorium untuk sarana pembelajaran di Universitas mulai


diperkenalkan pada pertengahan abad sembilan belas dalam rangka mendukung
meningkatnya jumlah mahasiswa yang mempelajari ilmu pengetahuan alam dan
teknologi. Beberapa penelitian membandingkan pembelajaran di laboratorium dengan
metoda pembelajaran yang lain menunjukkan bahwa pratikum dilaboratorium lebih
efektif untuk kemampuan pengamatan dan keterampilan teknik.

Strategi pembelajaran praktikum ditentukan berdasarkan tujuan pembelajaran


yang telah ditentukan dan ingin dicapai. Tujuan pembelajaran praktikum dalam
perumusannya mengintegrasikan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar
profesional. Laboratorium ialah tempat utk melatih mahasiswa dalam hal keterampilan
melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan.

2.2 Tujuan Pembelajaran Praktikum

Pembelajaran praktikum merupakan salah satu bentuk pengalaman belajar yang


memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan tujuan seperti :

1) Memahami, menguji, dan menggunakan berbagai konsep utama dari program teoritis
untuk diterapkan pada praktik klinik.
Pentingnya ditekankan sejak awal dari program pendidikan, peserta didik menyadari
bahwa keterampilan klinik yang mereka miliki bergantung pada seberapa jauh mereka
menguasai teori dasar. Dengan demikian, mereka dapat memahami secara rasional
untuk setiap tindakan, sama seperti mereka memahami prinsip-prinsip sosial, perilaku,
dan biologi yang mendasari penerapan keterampilan pada berbagai kondisi dan
situasi. Pemahaman penggunaan dan pengujian konsep utama pada tingkat dasar
dapat dilakukan di laboratorium.
2) Mengembangkan keterampilan teknikal, intelektual, dan interpersonal sebagai
persiapan untuk memberikan asuhan kepada klien.
Gagne (1976) menyatakan bahwa kondisi untuk mempelajari keterampilan
memerlukan petunjuk dari pengajar yang menciptakan pengalaman praktik agar para
peserta didik tahu apa yang harus mereka lakukan, tahu bagaimana melakukan
tindakan dan latihan keterampilan, serta menerima hasil belajarnya. Dimensi lain
tentang tujuan pembelajaran praktikum adalah “melatih berpikir sambil melakukan”
belajar keterampilan di laboratorium.
3) Menemukan berbagai prinsip dan mengembangkan wawasan melalui latihan praktik
yang bertujuan untuk menerapkan ilmu-ilmu dasar ke dalam praktik. Sasaran program
pembelajaran praktikum adalah agar peserta didik mengintegrasikan dan menerapkan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori dari ilmu pengetahuan dalam praktik klinik.
4) Mempergunakan keterampilan pemecahan masalah.

6
2.3 Prinsip Pembelajaran Praktikum

Ada beberapa prinsip umum proses pembelajaran di laboratorium. Prinsip-prinsip


tersebut diantaranya:
a. Prinsip belajar untuk berbuat
Laboratorium adalah tempat siswa berpraktek, baik untuk menguji suatu
konsep, untuk mencari dan menemukan, maupun untuk memahami suatu proses
atau prosedur tertentu. Laboratorium bukan tempat untuk mempelajarai data dan
fakta yang diarahkan untuk menguasai materi pelajaran yang bersifat hapalan.
Dengan demikian guru sebaiknya menghindari kontak dengan siswa secara
langsung. Biarkan siswa bekerja sesuai dengan pemahamannya. Kalaupun guru
diperlukan sebatas membantu manakala siswa mengalami kesulitan-kesulitan
dalam proses pembelajaran.
b. Curiosity (keingin tahuan)
Laboratorium adalah tempat untuk menguji atau mencari dan menemukan
sesuatu. Oleh sebab itu proses pembelajaran di laboratorium akan efektif digunakan
manakala siswa terdorong oleh rasa keingintahuan atau kepenasaran tentang
sesuatu. Kadar keingintahuan itu akan menentukan motivasi belajar di
laboratorium. Semakin tinggi rasa ingin tahu sisiwa, maka semakin efektif siswa
memanfaatkan laboratorium. Dengan demikian sebelum pembelajaran di
laboratorium, guru perlu mengembangkan kepenasaran siswa.
c. Berpikir ilmiah
Mada umumnya laboratorium digunakan untuk mengembangkan kemampuan
siswa melakukan prinsip-prinsip berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah proses
berpikir secara sisitematis, empiris dan terkontrol. Sistematis adalah proses berpikir
melalui tahapan-tahapan yang jelas yang dimulai dari perumusan masalah, perumusan
hipotesisi, pengumpulan data, menguji hipotesisi dan merumuskan kesimpulan.
Empiris mengandung makna, bahwa proses berpikir ilmiah didasarkan pada
pengalaman untuk.menemukan data.
Oleh karena itulah laboratorium pada dasarnya digunakan untuk mencari dan
menemukan data. Terkontrol adalah proses berpikir yang dilakukan setahap demi
setahap dan setiap tahapan diikuti dengan seksama, sehingga setiap orang dapat
melakukakn pengujian ulang. Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut biasanya
laboratorium digunakan untuk melakukan eksperimen dan demodnstrasi. Di bawah ini
dijelaskan pelaksanaan eksperimen dan demonstrasi.

Strategi pembelajaran praktikum dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tentang
proses PBP dalam mempersiapkan peserta didik melakukan pembelajaran klinik dan
tentang penjabaran rancangan pembelajaran intruksional.

2.4 Metode Pembelajaran Di Laboratorim

Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses pembelajaran


melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/instruktur perlu memberi
bimbingan terhadap mahasiswa dalam melakukan pratikum agar mahasiswa dapat
mengungkapkan percobaan mereka secara kritis dan dapat menggali kemandirian untuk
menemukan sesuatu.

7
Peran dosen/ instruktur dan mahasiswa dalam memperoleh pengalaman dalam
proses pembelajaran dituliskan sebagai berikut :

Mahasiswa Dosen/instruktur

Secara aktif mencari pengalaman. Merencanakan dan membagi tugas-tugas.


Menggambarkan/menguji ide dan asumsi Mengamati, memberi umpan balik,
asumsi. membimbing dan membantu.
Membagi pengalaman, menjelaskan, Memberi bantuan jika diperlujkan dan
memilih cara kerja. membantu menghubungkan dengan
Membangun rasa percaya diri kenyataan.
Mendorong, mendukung, dan memastikan
      
Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasisiwa belajar sendiri
dan saling belajar dengan mahasisiwa lain dalam tim. Meskipun secara prinsip dalam
pembelajaran di laboratorium mahasisiwa belajar dengan cara mereka sendiri, tetapi
dosen menyediakan percobaan, tugas, instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. Berbagai
metode dapat digunakan dalam pengalaman belajar laboratorium, seperti :
1. Peragaan (Demonstration)
Peragaan (demonstrasi) adalah suatu metode yg populer dan mendasar dalam
memperagakan keterampilan. Peragaan, bisa didefinisikan sebagai penjelasan-
penjelasan yang nyata (secara visual/dapat dilihat) mengenai fakta-fakta, ide-ide
atau proses-proses yang penting. Peragaan umumnya dirancang untuk
mengilustrasikan garis besar prinsip-prinsip teoritik dalam perkuliahan. Peragaan
sebaiknya dilakukan secara singkat di akhir  kuliah. Dengan peragaan ini prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan materi perkuliahan dapat tidak mudah dilupakan.
Oleh karena itu peragaan sebaiknya dilakukan diawal kuliah, karena prinsip-prinsip
dari materi tersebut belum diketahui oleh mahasiswa. Umumnya metoda peragaan
terdiri dari langkah-langkah mendasar yaitu persiapan (Preparation), penyajian
(Presentation), penerapan (Application), dan ujian atau tindak lanjut (Testing or
Follow up).
Kelebihan dari metode ini adalah proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
konkret, lebih mudah dipahami, pengajaran akan lebih menarik, peserta didik
dirancang untuk aktif mengamati, menyesuaikan teori, dan mencoba melakukannya
sendiri. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah metode ini memerlukan
keterampilan pengajar yang khusus, fasilitas harus tersedia dengan baik,
demonstrasi membutuhkan kesiapan dan perencanaan yang matang.
2. Simulasi
Simulasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan pelajaran dengan
menggunakan situasi atau proses nyata, dengan peserta didik terlibat aktif dalam
berinteraksi dengan situasi di lingkungannya. Tujuan dari metode ini adalah
membantu peserta didik mempraktikan keterampilan dalam membuat keputusan
dan penyelesaian masalah, mengembangkan kemampuan interaksi antarmanusia
dan memberikan kesempatan untuk menerapkan berbagai prinsip, teori, serta untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Simulasi dapat
mendorong berbagai hal dalam belajar seperti kompetisi, kerja sama, empati,
sistem sosial, konsep keterampilan, efesiensi, pemberian penalti/hukuman,
8
kesempatan peran, dan kemampuan untuk berpikir kritis. Teknik simulasi ini
menggunakan simulator. Simulator merupakan alat pelatihan yang menyerupai
aslinya akan tetapi kerumitan peristiwanya dapat dikontrol. Tipe simulasi menurut
Sandra de Young (1990), ada tiga tipe simulasi, yaitu simulation exercise,
simulation game, dan role playing.
a) Simulation Exercise (Latihan Simulasi)
Latihan simulasi ini adalah metode pembelajaran simulasi yang
menyajikan situasi nyata yang terkontrol. Peserta didik dapat
memanipulasi situasi tersebut, sehingga pemahaman menjadi lebih baik
terhadap situasi tersebut. Simulasi ini meliputi written simulation, simulasi
dengan audiovisual, dan live simulated patient.
b) Role Playing (Bermain Peran)
Bermain peran adalah suatu bentuk drama dimana peserta didik secara
spontan memperagakan peran-peran dalam berinteraksi yang terkait
dengan masalah/tantangan dan hubungan antarmanusia. Karakteristik
roleplay adalah keterlibatan peserta dan pengamat dalam menghadapi
masalah dan keinginan untuk memahami dan memecahkan masalah.
Proses roleplay memberikan kesempatan untuk melatih contoh perilaku
manusia secara nyata, yang dapat digunakan untuk menggali perasaan,
memahami sikap, nilai, dan presepsi, mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan sikap, mempelajari topik bahasan dengan cara
yang bervariasi.
Metode simulasi ini tidak langsung dilakukan pada klien, tetapi dipraktikan
seakan-akan kondisinya nyata sehingga kesalan tidak bersifat fatal. Ada tiga
macam bentuk simulasi untuk bermain peran, yaitu kasus aktif, model, dan klien.
Pada kasus aktif diberikan data tentang pasien nyata yang memerlukan
pengambilan keputusan kemudian data ditambah untuk mengembangkan
kemampuan pengambilan keputusan. Model ini dapat digunakan untuk
pemeriksaan payudara, kateterisasi, dan injeksi. Simulasi klien berguna untuk
pemeriksaan fisik dan wawancara. Kelebihan dari metode ini adalah memperkaya
sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta pengalaman yang tidak langsung
diperlukan dalam menghadapi masalah sosial, peserta juga dapat menyalurkan
perasaan terpendam, dan melalui simulasi ini dapat dikembangkan bakat dan
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Sedangkan kekurangan simulasi adalah
pengalaman yang didapat tidak selalu tepat dan sempurna sesuai dengan kenyataan
di lapangan, dijadikan sebagai alat hiburan dan belajar menjadi terabaikan,
pelaksanaan simulasi menjadi kaku bahkan salah arah karena kurangnya
pengalaman keterampilan atau penugasan terhadap masalah, simulasi dipengaruhi
oleh faktor emosional, dan simulasi menuntut imajinasi dan hubungan informal.
3. Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu metode penyajian pembelajaran dimana
peserta didik melakukan eksperimen dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajarinya. Tujuan dari metode pembelajaran ini adalah
meningkatkan kemampuan untuk dapat belajar mandiri atau memecahkan masalah.
Kelebihan dari metode ini adalah peserta didik dapat mengalami sendiri suatu
proses atau kejadian dan terhindar dari verbalisme, memperkaya pengalaman

9
dengan hal-hal bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berpikir
ilmiah, hasil belajar akan terjadi dalam bentuk referensi dan internalisasi.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah dimana metode ini lebih sesuai
untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam pelaksanaanya memerlukan
alat dan bahan yang tidak mudah didapat, dan metode ini menuntut ketelitian,
keuletan, serta ketabahan.
4. Bedside Teaching
Bedside Teaching sebagai suatu metode yang paling efektif dalam melatih
keterampilan klinis mahasiswa. Bedside teaching adalah suatu metode
pembelajaran klinis yang melibatkan pasien, mahasiswa dan pembimbing klinis
yang dilakukan dalam konteks klinis. Metode ini bertujuan untuk memberikan
pengalaman klinis pada konteks nyata (real setting) dan mahasiswa dapat belajar
dari pengalaman tersebut dan dari umpan balik dari pembimbing klinik dan pasien.
Melatih keterampilan klinis mahasiswa, seperti berkomunikasi dengan pasien
(history taking), melakukan pemeriksaan fisik, observasi dan menerapkan etika
klinis, profesionalisme dan mengembangkan kemampuan nalar klinis (clinical
reasoning). Metode ini mempunyai tiga tahap yaitu tahap persiapan, pengalaman,
dan refleksi.
5. Model Anatomi
Model anatomi dipakai untuk memperagakan prosedur klinik tanpa membahayakan
pasien (pendekatan humanistic). Penggunaan model anatomi meningkatkan
pengembangan keterampilan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mempraktikkan keterampilan berulangkali sampai mahir. Keuntungan dari
model anatomi ini adalah klien tidak dirugikan bila terjadi kesalahan, peragaan
atau praktek dapat dihentikan setiap waktu untuk penjelasan atau koreksi lebih
lanjut oleh pengajar, beberapa mahasiswa dapat melakukan praktek secara
simultan, mengurangi waktu praktek, pekerjaan yang sulit dapat dipraktekkan
beberapa kali pada model, praktek tidak terbatas pada waktu, mempraktekkan
urutan langkah keterampilan dapat
diulangi setiap waktu dan sesering mungkin.

2.5 Model Pembelajaran Di Laboratorium


1. Latihan (exercises)
Latihan adalah  percobaan terstruktur agar mahasiswa dapat mengikuti suatu
instruksi dengan tepat, memperoleh  kemampuan observasi,dan menjadi terampil.
Latihan dimaksudkan  juga untuk menjelaskan teori dan dengan sarana yang relatif
terbatas  dapat menanmkan informasi  ilmu pengetahuan baru. Latihan yang diulang-
ulang secara terus menerus dimaksudkan agar mahasiswa  dapat mengerti tujuan
pembelajaran tersebut.
2. Penyelidikan terstruktur (structured enquiries)
Penyelidikan terstruktur merupakan bagian dari percobaan terstruktur dimana
mahasiswa diminta mengembangkan prosedur sendiri dan menginterpretasikan
hasilnya. Mereka harus terampil dalam pemecahan masalah juga terampil dalam
interpretasi, observasi, dan pekerjaan tangan.
3. Penyelidikan secara terbuka (open ended enquries)

10
Penyelidkan secara terbuka dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi sebuah problema, memformulasikan penyelesaian,
mengembangkan/menyusun pelaksanan percobaan, menginterpretasikan hasil dan
mengetahui penerapannya. Pembelajaran ini dimaksudkan  untuk lebih
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dengan derajat lebih tinggi dan
untuk peningkatan kaeahlian meneliti dengan derajat yang lebih rendah.
4. Proyek (project)
Proyek didasarkan pada percobaan jangka waktu panjang. Belajar dilapangan,
atau rangkaian percobaan yang biasanya sebagai tugas akhir untuk syarat lulus.
5. Personalizet system of instruction (PSI) atau rencana Keller.
Sistem ini menuntut peserta didik untuk kreatif, sebab dalam pengajaran
laboratorium peserta didik dianjurkan belajar sendiri waktunya sesuai dengan
pengajaran dan program klinik. Tujuan model ini adalah mendapatkan kompetensi
serta kemampuan dalam keterampilan praktek.
6. Audio tutorial method (AT)
Model ini menggunakan alat bantu audio visual, peserta didik melihat video
atau mendengarkan tape sambil mengikuti tindakan manual dan peserta didik
melakukan keterampilan sesuai dengan tujuan.
7. Computer assisted learning (KAL)
Model ini memberikan kesempatan belajar laboratorium tambahan dengan
tujuan peserta didik dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan tertetu diluar
program rutin, hal ini dilakukan bila peserta didik tidak mendapatkan kesempatan
belajar semua program di klinik, dan model ini dikenal dengan nama “Clinical
workshop” dan model ini dapat dilakukan secara intensif kurang lebih 1 – 2 minggu
oleh petugas klinik.
8. Modular laboratory
Praktek laboratoium ini menggunakan laboratoriumtiap program, misalnya
modul program keperawatan medical bedah seperti asuhan keperawatan system
pernafasan, terdapat studi kasus, yang tertuang dalam modul, didalamya juga
terdapat tujuan yang dapat dicapai dan petunjuk pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
9. Integrated laboratory
Model ini prinsipnya adalah memadukan beberapa konsep ke dalam praktek
atau beberapa kasus. Misalnya, konsep ilmu fisika, biologi, social, perilaku dan ilmu
keperawatan yang diterapkan pada kondisi klinis. Misalnya kondisi immubilitas,
ketergantungan, stress, sulit tidur. Pada akhir model ini peserta mampu
mengidentifikasi keterampilan yang sesuai dengan yang di praktekkan di
laboratorium.
10. Project work
Adalah model yang digunakan pada praktek laboratorium yang dilaksanakan
sebelum praktek di klinik atau masyarakat dengan jalan memberi pengarahan pada
seluruh peserta didik tentang program keperawatan yang akan dilaksanakan.
11. Participation in research
Suatu model yang melibatkan peserta didik dalam berbagai penelitian klinik
yang bertujuan membantu peserta didik dalam menerapkan keterampilan yang
dipelajarinya dalam proses penelitian.

2.6 Peningkatan Pembelajaran Di Laboratorium

Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang perlu diperhatikan dalam
11
peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu
1. Tujuan atau sasaran
Tujuan dan sasaran dari setiap sesi pratikum perlu dirumuskan dengan jelas.
Hal ini untuk meminimalisasikan kemungkinan terjadi suatu keadaan yaitu sasaran
yang kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting tidak tercapai.
2. Petunjuk pelaksanaan.
Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak membingingkan.
Hal ini harus dirancang agar mahasisw dapat menangkap dengan jelas gambaran
penting tentang peralatan atau bahan-bahan yang diperlukan.
3. Asisten laboratorium terlatih.
Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan tugas
dengan baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu mahasiswa dalam
melakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk
b) Menyelesaikan permasalan yang muncul
c) Mengatur peralatan.
d) Memeriksa fungsi peralatan
e) Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan
f) Mencatat metode atau hasil
g) Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau dengan hasil
percobaan lainnya.
4. Cara memfasilitasi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran di laboratorium
sedapat mungkin membuat mahasiswa belajar mandiri dan saling belajar dengan
temannya. Banyak cara untuk memfasilitasi hal tersebut dapat tercapai.
5. Pertanyaan dan daftar pengecekan  untuk evaluasi diri.
Mahasiswa harus didorong untuk membaca dan berfikir tentang semua aspek
aktivitas di laboratorim. Daftar pengecekan untuk evaluasi  diri dapat digunakan
sebagai alat bantu yang sangat berguna dalam hal peningkatan pembelajaran di
laboratorium. Hal ini dapat digunakan  oleh mahasiswa  untuk menguji apakah
tugas telah dilakukan dengan benar.

2.7 Proses Pembelajaran Praktikum

Proses pembelajaran praktikum dikaitkan dengan pembelajaran klinik dapat


dilihat pada siklus pembelajaran klinik (clinical learning cycle). Berdasarkan model
pembelajaran praktik klinik tersebut, dapat digambarkan bahwa pembelajaran
laboratorium memperkuat teori-teori/pengetahuan yang telah didapatkan peserta didik
melalui pengalaman belajar lain. Pada pembelajaran praktikum terjadi proses aplikasi
berbagai konsep dari komponen teori dalam praktik klinik dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mendapat kemampuan baik sikap, tingkah laku, pengetahuan,
dan keterampilan dasar profesional sebagai persiapan melakukan pembelajaran klinik di
tatanan nyata.

2.8 Desain Intruksional Pembelajaran Praktikum

12
Desain intruksional merupakan rancangan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan pada tingkat intruksional. Karakteristik peserta didik dapat dilihat
dari faktor dibawah ini :

a) Faktor akademik : jumlah peserta didik, latar belakang pendidikan, tingkat


intelegensi, motivasi, dan kebiasaan belajar.
b) Faktor sosial : usia, maturitas, tempramen, hubungan diantara peserta didik, dan
situasi sosial ekonomi.
c) Kondisi belajar (Dunn and Dunn) : lingkungan emosional, sosial, dan fisiologis
peserta didik.
d) Cara belajar/gaya belajar : gaya setiap orang unik berpengaruh dalam
merencanakan strategi pembelajaran.

Learning Objectivities merupakan kegiatan menentukan tujuan belajar secara


spesifik, yaitu perilaku yang mencakup domain : kognitif, psikomotor, dan afektif.
Subject Content merupakan pengajaran yang dikaitkan dengan tujuan belajar yang
telah dirumuskan secara spesifik dan kebutuhan peserta didik. Pre assesment
merupakan uji awal terhadap kemampuan peserta didik yang terdiri atas dua jenis :

- Pre-requisite test : untuk menentukan apakah peserta didik mempunyai latar


belakang dan persiapan yang sesuai terhadap topik yang akan diajarkan.
- Pre-test : untuk menentukan tujuan mana yang telah dicapai peserta didik untuk
membuat perencanaan topik yang akan diberikan.

Teaching/Learning Activities and Resources: merupakan kegiatan


pembelajaran dengan menentukan metode yang efektif dan efisien serta memilih
sumber yang diperlukan untuk memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar. Support Service : mengoordinasi fasilitas pendukung
yang diperlukan dalam mendesain instruksional meliputi anggaran, peralatan, tenaga,
waktu, dan jadwal. Evaluation : evaluasi dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang
dikaitkan dengan tujuan belajar. Evaluasi dilakukan terhadap domain kognitif,
psikomotor, dan afektif.

2.9 Proses Pembimbingan dalam Pembelajaran Praktikum

Pembimbing dalam pembelajaran praktikum merupakan hal penting demi


terlaksananya pengalaman belajar praktikum bagi peserta didik. Proses pembelajaran
melalui tahapan berikut ini :

1. Persiapan rancangan pembelajaran dalam rangka membantu peserta didik


melaksanakan tugas belajar. Pada tahap ini ditekankan pada perancanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, termasuk
sumber yang sesuai dengan jumlah peserta didik dan pengajar, mencoba peralatan
yang akan digunakan untuk demonstrasi, merancang lay out, merencanakan ruang
praktikum, pemasangan berbagai diagram/poster/grafik, membuat makalah, serta

13
pengaturan tempat duduk. Pada tahap persiapan diperlukan kemampuan
mengorganisir fasilitas sesuai tujuan dan tahapan belajar peserta didik.
2. Penerapan berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat menyelesaikan tugas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Evaluasi terhadap hasil pencapaian tujuan pembelajaran praktikum yang telah
dilakukan dan evaluasi terhadap kemampuan peserta didik.
2.10 Evaluasi Pembelajaran Laboratorium

Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran


informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu
sistem pembelajaran (Hamalik, 2003). Evaluasi belajar mengajar merupakan bagian
integral dalam proses pendidikan. Karena itu harus dilakukan oleh setiap pendidik
sebagai bagian dari tugasnya dalam merancang sistem pembelajaran. Evaluasi atau
penilaian tidak hanya dilakukan terhadap hasil belajar tetapi juga dilakukan terhadap
proses pengajaran itu sendiri. atau rancangan pembelajaran yang telah disusun Banyak
keuntungan yang didapat apabila evaluasi telah direncanakan sebelumnya dan dikelola
dengan baik. Keuntungan-keuntungan itu antara lain memberikan kemudahan dalam
mengkaji ulang model pembelajaran dan membantu dalam mengumpulkan informasi
tentang pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dan memberikan waktu yang
cukup untuk merancang tes sehingga tes yang dilakukan tidak terkesan asal-asalan.
Pengelolaan evaluasi pembelajaran klinik adalah pelaksanaan evaluasi terhadap
pembelajaran di klinik. Pembelajaran di klinik tidak sama dengan pembelajaran di kelas
atau pun di laboratorium.

Hasil evaluasi bukan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif atau
keberuntungan. Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi indikator suatu institusi,
bahkan turut menentukan apakah suatu program masih layak dipertahankan seandainya
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan adalah kurang memuaskan. Oleh
karena itu baik tidaknya pengeloaan evaluasi ikut menentukan penguasaan mahasiswa
terhadap kompetensi yang harus dicapainya dan berdampak pada mutu suatu institusi.
Sasaran evaluasi proses pembelajaran adalah pelaksanaan dan pengelolaan
pembelajaran untuk memperoleh pemahaman tentang strategi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh dosen, cara mengajar dan media pembelajaran yang digunakan oleh
dosen dalam pembelajaran, serta minat, sikap dan cara/kebiasaan belajar mahasiswa.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,
menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.

a) Menentukan tujuan

Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk


pernyataan atau pertanyaan. Secara umum tujuan evaluasi proses pembelajaran
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah strategi pembelajaran
yang dipilih dan dipergunakan oleh dosen efektif, apakah media pembelajaran
yang digunakan oleh dosen efektif, apakah cara mengajar dosen menarik dan
14
sesuai dengan pokok materi sajian yang dibahas, mudah diikuti dan berdampak
mahasiswa mudah mengerti materi sajian yang dibahas, bagaimana persepsi
mahasiswa terhadap materi sajian yang dibahas berkenaan dengan kompetensi
dasar yang akan dicapai, apakah mahasiswa antusias untuk mempelajari materi
sajian yang dibahas, bagaimana mahasiswa mensikapi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh dosen, bagaimanakah cara belajar mahasiswa mengikuti
pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen.

b) Menentukan desain evaluasi

Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses


dan pelaksana evaluasi. Rencana evaluasi proses pembelajaran berbentuk
matriks dengan kolom-kolom berisi tentang no. urut, informasi yang
dibutuhkan, indikator, metode yang mencakup teknik dan instrumen, responden
dan waktu. Selanjutnya pelaksana evaluasi proses adalah dosen mata kuliah
yang bersangkutan.

c) Penyusunan instrumen evaluasi

Instrumen evaluasi proses pembelajaran untuk memperoleh informasi


deskriptif dan/atau informasi judgemental dapat berwujud lembar pengamatan
untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan belajar mahasiswa dalam
mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen dapat digunakan oleh
dosen sendiri atau oleh mahasiswa untuk saling mengamati, dan kuesioner yang
harus dijawab oleh mahasiswa berkenaan dengan strategi pembelajaran yang
dilaksanakan dosen, metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh
dosen, minat, persepsi maha-siswa tentang pembelajaran untuk suatu materi
pokok sajian yang telah terlaksana.

d) Pengumpulan data

Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara obyektif dan


terbuka agar diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi
peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan
pada setiap akhir pelak-sanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan
dengan satu kompetensi dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa
memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu
kompetensi dasar.

e) Analisis

Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data


atau  informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan
dengan proses pembelajaran yang telah terlaksana; sedang interpretasi
merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil analisis proses

15
pembelajaran. Analisis dan interpretasi dapat dilaksanakan bersama oleh dosen
dan maha-siswa agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan dipahami oleh
dosen dan maha-siswa sebagai bahan dan dasar memperbaiki pembelajaran
selanjutnya.

Metode-metode yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran laboratorium


adalah observasi, komunikasi tertulis/laporan, komunikasi lisan, simulasi, evaluasi diri,
OSCE/OSPE. Observasi digunakan untuk mengevaluasi penampilan psikomotor, sikap,
perilaku, dan interaksi. Banyak dipengaruhi oleh latar belakang dan ekspetasi
pengamatan dan dapat mempengaruhi reliabilitas dan objektivitas evaluasi. Alat yang
digunakan dalam observasi ini adalah daftar penampilan, catatan anekdot, insiden kritis,
skala peringkat dan video tip. Komunikasi tertulis/laporan digunakan untuk
mengevaluasi kognitif dan pemecahan masalah melalui proses analisa, sintesa, dan
evaluasi. Laporan ini dilaksanakan dengan cara memberikan penugasan pada peserta
didik untuk menuliskan hasil pengamatan, rangkaian tindakan berupa laporan tertulis.
Dalam komunikasi lisan terjadi tanya jawab serta pembimbing melakukan validasi
terhadap data yang dikumpulkan dalam penyusunan. Sedangkan dalam simulasi
kompleksitas masalah harus terkontrol agar evaluasi dapat terfokus pada perilaku
kognitif, psikomotor, atau afektif. Metode OSCE/OSPE dapat mengevaluasi secara
bersamaan kemampuan pengetahuan, psikomotor, keterampilan, dan sikap. Kelebihan
OSCE adalah mahasiswa/peserta didik dicermati lebih baik ketika melakukan tugas,
penguji mempunyai kontrol yang lebih baik, rentang keterampilan klinik lebih luas, dan
kesalahan pembelajaran bisa dikoreksi lebih efektif. Sedangkan kekurangan OSCE ini
adalah hanya bagian-bagian pengetahuan yang diujikan, penguji mengamati mahasiswa
dengan peran yang sama, pasien kadang sukar diperiksa, dan waktu lebih banyak dalam
membina sistem.

OSPE (Objective Structured Practical Examination) merupakan desain untuk


mendapatkan ide yang rasionabel tentang pencapaian mahasiswa pada setiap objek.
Keuntungan dari OSPE ini adalah reliabel dan valid, bisa menguji pencapaian yang
disusun secara objektif, penguji bisa mendesain dengan cermat uji jauh sebelum ujian,
penguji bisa mengontrol isi dan kerumitan ujian, penekanan bergeser dari penguji ilmu
faktual saja ke penguji keragaman ketrampilan dilakukan dalam waktu singkat, ujian
mencakup bidang yang luas, semua mahasiswa melakukan ujian yang sama dan
terstandarisasi, menggunakan ceklist & pilihan ganda menjadikan ujian lebih objektif&
kurang tergantung dari alam perasaan penguji. Sedangkan kekurangan dari OSPE ini
adalah lebih banyak memakan waktu, usaha, dan kelompok kerja tim untuk
mengorganisir.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran Lab/praktikum merupakan salah satu bentuk pengalaman belajar
yang memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan tujuan : memahami,
menguji, dan menggunakan berbagai konsep utama dari program teoritis untuk
diterapkan pada praktik klinik, mengembangkan keterampilan teknikal, intelektual, dan
interpersonal sebagai persiapan untuk memberikan asuhan kepada klien, menemukan
berbagai prinsip dan mengembangkan wawasan melalui latihan praktik yang bertujuan
untuk menerapkan ilmu-ilmu dasar ke dalam praktik dan mempergunakan keterampilan
pemecahan masalah.

Proses pembelajaran praktikum dikaitkan dengan pembelajaran klinik dapat


dilihat pada siklus pembelajaran klinik (clinical learning cycle). Berdasarkan model
pembelajaran praktik klinik tersebut, dapat digambarkan bahwa pembelajaran
laboratorium memperkuat teori-teori/pengetahuan yang telah didapatkan peserta didik
melalui pengalaman belajar lain. Pada pembelajaran praktikum terjadi proses aplikasi
berbagai konsep dari komponen teori dalam praktik klinik dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mendapat kemampuan baik sikap, tingkah laku, pengetahuan,
dan keterampilan dasar profesional sebagai persiapan melakukan pembelajaran klinik di
tatanan nyata.

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang metode, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran lab/praktikum.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan
menambah wawasan. Pembaca juga dapat melengkapai materi atau membaca sumber lain
yang terpercaya untuk memahami lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran lab/praktikum.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arlym, Lisa Trina. Pembelajaran di Laboratorium, adoc.tips (online), https://adoc.tips/lisa-


trina-arlym-sst-mkeb.html diakses pada tanggal 10 Agustus 2020

Efendi,Nursalam Ferry.Pendidikan dalam Keperawatan._:Salemba Medika.

Labteach.fkip.unila.ac.id. (2014, 23 Desember), Metode-Metode Pembelajaran, diakses


pada 10 Agustus 2020, dari http://labteach.fkip.unila.ac.id/metode-metode-
pembelajaran/mikro/metode-metode-pembelajaran/

Rizki, Anita. Perkembangan Pembelajaran Di Laboratorium, diakses pada 10 Agustus


2020, dari http://pembelajaranlab.blogspot.com/2016/11/lab.html

share.its.ac.id. (2017), Model Pembelajaran di Laboratorium, diakses pada 10 Agustus


2020, dari http://share.its.ac.id/pluginfile.php/8653/mod_resource/content/2/Nurul
%20W%20-%20Model%20Pembelajaran.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai