Disusun Oleh:
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodik Khusus dan agar
pembaca dapat mengetahui tentang Metode dan Evaluasi Pembelajaran Lab.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, walaupun makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Kami selaku
penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca supaya dapat menjadi refleksi untuk
tugas selanjutnya agar menjadi lebih baik. Terimakasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................17
3.2 Saran...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pembelajaran Laboratorium
1) Memahami, menguji, dan menggunakan berbagai konsep utama dari program teoritis
untuk diterapkan pada praktik klinik.
Pentingnya ditekankan sejak awal dari program pendidikan, peserta didik menyadari
bahwa keterampilan klinik yang mereka miliki bergantung pada seberapa jauh mereka
menguasai teori dasar. Dengan demikian, mereka dapat memahami secara rasional
untuk setiap tindakan, sama seperti mereka memahami prinsip-prinsip sosial, perilaku,
dan biologi yang mendasari penerapan keterampilan pada berbagai kondisi dan
situasi. Pemahaman penggunaan dan pengujian konsep utama pada tingkat dasar
dapat dilakukan di laboratorium.
2) Mengembangkan keterampilan teknikal, intelektual, dan interpersonal sebagai
persiapan untuk memberikan asuhan kepada klien.
Gagne (1976) menyatakan bahwa kondisi untuk mempelajari keterampilan
memerlukan petunjuk dari pengajar yang menciptakan pengalaman praktik agar para
peserta didik tahu apa yang harus mereka lakukan, tahu bagaimana melakukan
tindakan dan latihan keterampilan, serta menerima hasil belajarnya. Dimensi lain
tentang tujuan pembelajaran praktikum adalah “melatih berpikir sambil melakukan”
belajar keterampilan di laboratorium.
3) Menemukan berbagai prinsip dan mengembangkan wawasan melalui latihan praktik
yang bertujuan untuk menerapkan ilmu-ilmu dasar ke dalam praktik. Sasaran program
pembelajaran praktikum adalah agar peserta didik mengintegrasikan dan menerapkan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori dari ilmu pengetahuan dalam praktik klinik.
4) Mempergunakan keterampilan pemecahan masalah.
6
2.3 Prinsip Pembelajaran Praktikum
Strategi pembelajaran praktikum dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tentang
proses PBP dalam mempersiapkan peserta didik melakukan pembelajaran klinik dan
tentang penjabaran rancangan pembelajaran intruksional.
7
Peran dosen/ instruktur dan mahasiswa dalam memperoleh pengalaman dalam
proses pembelajaran dituliskan sebagai berikut :
Mahasiswa Dosen/instruktur
9
dengan hal-hal bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berpikir
ilmiah, hasil belajar akan terjadi dalam bentuk referensi dan internalisasi.
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah dimana metode ini lebih sesuai
untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam pelaksanaanya memerlukan
alat dan bahan yang tidak mudah didapat, dan metode ini menuntut ketelitian,
keuletan, serta ketabahan.
4. Bedside Teaching
Bedside Teaching sebagai suatu metode yang paling efektif dalam melatih
keterampilan klinis mahasiswa. Bedside teaching adalah suatu metode
pembelajaran klinis yang melibatkan pasien, mahasiswa dan pembimbing klinis
yang dilakukan dalam konteks klinis. Metode ini bertujuan untuk memberikan
pengalaman klinis pada konteks nyata (real setting) dan mahasiswa dapat belajar
dari pengalaman tersebut dan dari umpan balik dari pembimbing klinik dan pasien.
Melatih keterampilan klinis mahasiswa, seperti berkomunikasi dengan pasien
(history taking), melakukan pemeriksaan fisik, observasi dan menerapkan etika
klinis, profesionalisme dan mengembangkan kemampuan nalar klinis (clinical
reasoning). Metode ini mempunyai tiga tahap yaitu tahap persiapan, pengalaman,
dan refleksi.
5. Model Anatomi
Model anatomi dipakai untuk memperagakan prosedur klinik tanpa membahayakan
pasien (pendekatan humanistic). Penggunaan model anatomi meningkatkan
pengembangan keterampilan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mempraktikkan keterampilan berulangkali sampai mahir. Keuntungan dari
model anatomi ini adalah klien tidak dirugikan bila terjadi kesalahan, peragaan
atau praktek dapat dihentikan setiap waktu untuk penjelasan atau koreksi lebih
lanjut oleh pengajar, beberapa mahasiswa dapat melakukan praktek secara
simultan, mengurangi waktu praktek, pekerjaan yang sulit dapat dipraktekkan
beberapa kali pada model, praktek tidak terbatas pada waktu, mempraktekkan
urutan langkah keterampilan dapat
diulangi setiap waktu dan sesering mungkin.
10
Penyelidkan secara terbuka dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi sebuah problema, memformulasikan penyelesaian,
mengembangkan/menyusun pelaksanan percobaan, menginterpretasikan hasil dan
mengetahui penerapannya. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dengan derajat lebih tinggi dan
untuk peningkatan kaeahlian meneliti dengan derajat yang lebih rendah.
4. Proyek (project)
Proyek didasarkan pada percobaan jangka waktu panjang. Belajar dilapangan,
atau rangkaian percobaan yang biasanya sebagai tugas akhir untuk syarat lulus.
5. Personalizet system of instruction (PSI) atau rencana Keller.
Sistem ini menuntut peserta didik untuk kreatif, sebab dalam pengajaran
laboratorium peserta didik dianjurkan belajar sendiri waktunya sesuai dengan
pengajaran dan program klinik. Tujuan model ini adalah mendapatkan kompetensi
serta kemampuan dalam keterampilan praktek.
6. Audio tutorial method (AT)
Model ini menggunakan alat bantu audio visual, peserta didik melihat video
atau mendengarkan tape sambil mengikuti tindakan manual dan peserta didik
melakukan keterampilan sesuai dengan tujuan.
7. Computer assisted learning (KAL)
Model ini memberikan kesempatan belajar laboratorium tambahan dengan
tujuan peserta didik dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan tertetu diluar
program rutin, hal ini dilakukan bila peserta didik tidak mendapatkan kesempatan
belajar semua program di klinik, dan model ini dikenal dengan nama “Clinical
workshop” dan model ini dapat dilakukan secara intensif kurang lebih 1 – 2 minggu
oleh petugas klinik.
8. Modular laboratory
Praktek laboratoium ini menggunakan laboratoriumtiap program, misalnya
modul program keperawatan medical bedah seperti asuhan keperawatan system
pernafasan, terdapat studi kasus, yang tertuang dalam modul, didalamya juga
terdapat tujuan yang dapat dicapai dan petunjuk pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
9. Integrated laboratory
Model ini prinsipnya adalah memadukan beberapa konsep ke dalam praktek
atau beberapa kasus. Misalnya, konsep ilmu fisika, biologi, social, perilaku dan ilmu
keperawatan yang diterapkan pada kondisi klinis. Misalnya kondisi immubilitas,
ketergantungan, stress, sulit tidur. Pada akhir model ini peserta mampu
mengidentifikasi keterampilan yang sesuai dengan yang di praktekkan di
laboratorium.
10. Project work
Adalah model yang digunakan pada praktek laboratorium yang dilaksanakan
sebelum praktek di klinik atau masyarakat dengan jalan memberi pengarahan pada
seluruh peserta didik tentang program keperawatan yang akan dilaksanakan.
11. Participation in research
Suatu model yang melibatkan peserta didik dalam berbagai penelitian klinik
yang bertujuan membantu peserta didik dalam menerapkan keterampilan yang
dipelajarinya dalam proses penelitian.
Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang perlu diperhatikan dalam
11
peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu
1. Tujuan atau sasaran
Tujuan dan sasaran dari setiap sesi pratikum perlu dirumuskan dengan jelas.
Hal ini untuk meminimalisasikan kemungkinan terjadi suatu keadaan yaitu sasaran
yang kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting tidak tercapai.
2. Petunjuk pelaksanaan.
Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak membingingkan.
Hal ini harus dirancang agar mahasisw dapat menangkap dengan jelas gambaran
penting tentang peralatan atau bahan-bahan yang diperlukan.
3. Asisten laboratorium terlatih.
Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan tugas
dengan baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu mahasiswa dalam
melakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk
b) Menyelesaikan permasalan yang muncul
c) Mengatur peralatan.
d) Memeriksa fungsi peralatan
e) Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan
f) Mencatat metode atau hasil
g) Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau dengan hasil
percobaan lainnya.
4. Cara memfasilitasi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran di laboratorium
sedapat mungkin membuat mahasiswa belajar mandiri dan saling belajar dengan
temannya. Banyak cara untuk memfasilitasi hal tersebut dapat tercapai.
5. Pertanyaan dan daftar pengecekan untuk evaluasi diri.
Mahasiswa harus didorong untuk membaca dan berfikir tentang semua aspek
aktivitas di laboratorim. Daftar pengecekan untuk evaluasi diri dapat digunakan
sebagai alat bantu yang sangat berguna dalam hal peningkatan pembelajaran di
laboratorium. Hal ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menguji apakah
tugas telah dilakukan dengan benar.
12
Desain intruksional merupakan rancangan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan pada tingkat intruksional. Karakteristik peserta didik dapat dilihat
dari faktor dibawah ini :
13
pengaturan tempat duduk. Pada tahap persiapan diperlukan kemampuan
mengorganisir fasilitas sesuai tujuan dan tahapan belajar peserta didik.
2. Penerapan berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat menyelesaikan tugas pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Evaluasi terhadap hasil pencapaian tujuan pembelajaran praktikum yang telah
dilakukan dan evaluasi terhadap kemampuan peserta didik.
2.10 Evaluasi Pembelajaran Laboratorium
Hasil evaluasi bukan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif atau
keberuntungan. Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi indikator suatu institusi,
bahkan turut menentukan apakah suatu program masih layak dipertahankan seandainya
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan adalah kurang memuaskan. Oleh
karena itu baik tidaknya pengeloaan evaluasi ikut menentukan penguasaan mahasiswa
terhadap kompetensi yang harus dicapainya dan berdampak pada mutu suatu institusi.
Sasaran evaluasi proses pembelajaran adalah pelaksanaan dan pengelolaan
pembelajaran untuk memperoleh pemahaman tentang strategi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh dosen, cara mengajar dan media pembelajaran yang digunakan oleh
dosen dalam pembelajaran, serta minat, sikap dan cara/kebiasaan belajar mahasiswa.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,
menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.
a) Menentukan tujuan
d) Pengumpulan data
e) Analisis
15
pembelajaran. Analisis dan interpretasi dapat dilaksanakan bersama oleh dosen
dan maha-siswa agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan dipahami oleh
dosen dan maha-siswa sebagai bahan dan dasar memperbaiki pembelajaran
selanjutnya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran Lab/praktikum merupakan salah satu bentuk pengalaman belajar
yang memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan tujuan : memahami,
menguji, dan menggunakan berbagai konsep utama dari program teoritis untuk
diterapkan pada praktik klinik, mengembangkan keterampilan teknikal, intelektual, dan
interpersonal sebagai persiapan untuk memberikan asuhan kepada klien, menemukan
berbagai prinsip dan mengembangkan wawasan melalui latihan praktik yang bertujuan
untuk menerapkan ilmu-ilmu dasar ke dalam praktik dan mempergunakan keterampilan
pemecahan masalah.
3.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang metode, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran lab/praktikum.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan
menambah wawasan. Pembaca juga dapat melengkapai materi atau membaca sumber lain
yang terpercaya untuk memahami lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran lab/praktikum.
17
DAFTAR PUSTAKA
18