Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda tapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ. Untuk tercapainya
tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Selain itu
untuk mengetahui apakah pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan
optimal bisa dilakukan penilaian tumbuh kembang.
Tujuan dari penilaian tumbuh kembang ini yaitu untuk mempelajari tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan proses perkembangan dan mengoptimalkan
tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial juga menegakkan diagnosis dini
terhadap kelainan tumbuh kembang dan penanganan yang efektif, serta mencari
penyebab dan mencegah terjadinya keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Skining merupakan prosedur rutin dalam pemerikasaan tumbuh kembang
sehari-hari, yang dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu
mendapat perhatian, sehingga diperlukan anamnese yang baik, pemerikasaaan fisik
yang teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar intervensi dapat dilakukan
sebaik-baiknya. Dengan alasan tersebut maka penulis mengangkat penilaian
perkembangan anak dengan menggunakan metode DDST.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek penilaian perkembangan anak dengan menggunakan
metoda DDST diharapkan mahasiswa mampu membuat laporan secara
komprehensif.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengadakan penilaian perkembangan anak dengan menggunakan
metode DDST, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data
2. Menentukan identifikasi diagnosa dan masalah
3. Membuat intervensi yang komprehensif
4. Melaksanakan tindakan yang sesuai dengan intervensi
5. Menilai hasil tindakan

C. METODE PENULISAN
Laporan penilaian pada anak ini disusun dengan cara :
1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada anak
2. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung pada ibu guna mengetahui keluhan-keluhan
yang dirasakan oleh ibu, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat
sesuai dengan masalah perkembangannya
3. Praktek
Melakukan penilaian langsung pada anak dengan menggunakan metode DDST
4. Studi Pustaka
Membaca sumber buku yang dapat mendukung terlaksananya asuhan dan dapat
membandingkan teori dan praktek
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS
1. Definisi
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap
makhluk. Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi
dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu.
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB,
TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada
semua sistem organ tubuh.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang
mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut
ukuran dan struktur biologis.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system
organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system
organ tubuh.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang


Ciri – ciri tumbuh kembang anak
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan
disertai perubahan fungsi.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
sebagaimana pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing
anak.
4) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
6) Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola
sefalokaudal dan pola proksimodistal.
Prinsip – prinsip tumbuh kembang
1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha melalui belajar. Anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
pola potensi yang dimiliki anak.
2) Pola perkembanagn dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
berlangsung dari tahapan spesifik dan terjadi berkesinambungan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar – dasar
kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan,
berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dll. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak yaitu :
a) Faktor dalam
1) Ras / etnik dan bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak memiliki
faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupannya.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan
anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.
b) Faktor luar (eksternal)
1) Faktor prenatal
(a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
(b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital
seperti club foot.
(c) Toksin / zat kimia
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
(d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
(e) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas
anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.
(f) Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella,
Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan
kelainan jantung congenital.
(g) Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
(h) Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu
(i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak.
3) Faktor pasca salin
(a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
(b) Penyakit kronis / kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
(c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll).
(d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
(e) Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
(g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
(h) Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat main, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak.
(i) Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
4. Periode Perkembangan
Perkembangan anak secara umum terdiri dari :
a) Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan antara
kondisi itu memberi dampak pada pertumbuhannya.
b) Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada
periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek
kognitif, motorik dan social.
c) Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra sekolah 3-6
tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut pada
usia pra sekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan relative menetap.
d) Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki
sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan perkembangan motorik
lebih sempurna.
e) Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-
18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah
kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.

5. Kebutuhan Dasar Anak


a) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :
1) Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting.
2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit dll.
3) Papan/ pemukinan yang layak.
4) Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).
5) Sandang.
6) Kesegaran jasmani, rekreasi.
7) Dll.
b) Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)
1) Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.
2) Kasih sayang orang tua dapat memberikan rasa aman.
3) Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong dan dihargai, bukan dipaksa.
4) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
5) Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini
bergantung pada pola asuh, terutama pola asuh, terutama pada asuh
demokrasi dan kecerdasan emosional.
6) Kemandirian
7) Dorongan dari orang disekelilingnya
8) Mendapat kesempatan dan pengalaman.
9) Menumbuhkan rasa memiliki
10) Kepemimpinan dan kerja sama
11) Pola pengasuhan keluarga yang terjadi atas :
(a) Demokrasi (autoritatif)
(b) Dictator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya anaknya
(child abuse).
(c) Permisif (serba boleh).
(d) Tidak diperbolehkan.
12) Pemberian kasih sayang juga dapat membentuk temperamen anak, seperti
penurut (easy), sulit diatur (difficult), dan pemalu (slow to warm up).
a) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak, stimulasi ini
terdiri atas pendidikan dan pelatihan.
2) Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan anak,
seperti bermain, berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga bisa berasal
dari orang tua.
3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).
4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat itu
belum ada hubungan antar sel otak.
Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk rangsangan yang semakin
kompleks. Dengan demikian dapat merangsang otak kiri dan kanan,
sehingga terbentuklah multiple intelligent dan juga kecerdasan yang lebih
luas dan tinggi
5) Stimulasi melalui bermain
Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa melalui rangsangan
suara, music, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain,
memecahkan masalah, mencorat-coret atau menggambar.
6) Kapan stimulasi dilakukan ?
(a) Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada masa-
masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenesis. Stimulasi
dilanjutkan sampai anak berusia 3 tahun ketika sinaptogenesis
berakhir dan berakhir dan usia 14 tahun yang merupakan akhir
pruning.
(b) Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka akan
semakin besar dan lama manfaatnya.
7) Kebutuhan akan stimulasi.
(a) Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial (agama,
etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas, ketrampilan, dsb).
(b) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal, formal dan
non formal.

6. Anamnesis Tumbuh Kembang Anak


a) Anamnesis factor prenatal dan perinatal
Merupakan factor yang terpenting untuk mengetahui perkembangan
anak.Anamnesis harus menyangkut factor resiko untuk terjadinya gangguan
perkembangan fisik dan mental anak termasuk factor resiko untuk buta, tuli,
palsi serebralis, dll.Anamnesis juga menyangkut penyakit keturunan dan
apakah ada perkawinan antar keluarga.
b) Kelahiran premature
Harus dibedakan antara bayi premature (SMK : Sesuai Masa Kehamilan)
dan bayi dismatur (KMK : Kecil Masa Kehamilan) dimana telah terjadi
retardasi pertumbuhan intrauterine.
Pada bayi premature, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal,
maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterine yang tidak
sempat dilalui tersebut.
c) Anamnesis harus menyangkut factor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan anak. Misalnya untuk meneliti perkembangan motorik pada
anak, harus ditanyakan berat badannya. Karena erat hubungannya dengan
perkembangan motorik tersebut.
d) Penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan
malnutrisi.
e) Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada
ibunya pada saat pertama kali datang.
f) Pola perkembangan anak dalam keluarga
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada
kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat.

7. Perkembangan Anak Balita


Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan
kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social emosional dan
intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkem-bangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk
pada masa-masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun.
Apabila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi
kualitas perkembangan.
Melalui DDST (Denver Development Screening Test) terdapat 4
parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembanagn anak
balita yaitu :
a) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b) Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang
melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan
koordinasi yang cermat missal: ketrampilan menggambar.
c) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah
berbicara spontan.
d) Gross motor (motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa
“Milestone” pokok yang harus diketahui dalam mengikuti taraf
perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat perkembangan yang
harus dicapai anak umur tertentu misalnya:
1) 4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
kemuadian.
2) 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah
suara.
3) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
4) 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang
lain.
5) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan
jari telunjuk dan ibu jari.
6) 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.

8. Konsep DDST (Denver Development Screening Test)


a) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya
digunakan untuk menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan
motorik kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun.

b) Keuntungan DDST
1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
2) Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
3) Monitor anak dengan resiko perkembangan.
4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
5) Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan
perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
c) Alat yang digunakan.
1) Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna
merah, kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil-kecil, bola tenis,
bel kecil, kertas, dll.
2) Lembar DDST.
3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan
tugas dan cara penilaiannya.
d) Prinsip pelaksanaan DDST.
1) Bertahap dan berkelanjutan.
2) Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
3) Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
4) Suasana nyaman dan bervariasi.
5) Perhatikan gerakan spontan anak.
6) Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
7) Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
8) Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
9) Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
e) Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.
1) Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
2) Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar,
memegang sesuatu benda, dll.
3) Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
4) Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

f) Prosedur DDST
1) Lulus (pass)
(a) Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
(b) Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya
bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
2) Gagal (failed)
(a) Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
(b) Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat
melakukan tugas dengan baik.
3) Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba
karena ada hambatan, seperti retardasi mental dan down syndrome.
4) Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena
faktor sesaat seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.

g) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)


1) Normal
(a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)
(b) Paling banyak 1 caution
(c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
2) Dicurigai (suspect)
(a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih
delay
(b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor
sesaat (takut, lelah, sakit. Tidak nyaman, dll).
3) Tidak teruji
(a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur
(b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang
ditembus garis umur
(c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu

h) Pelaksanaan DDST
1) Menetapkan umur anak dengan patokan
(a) 30 hari = 1 bulan
(b) 12 bulan = 1 tahun
(c) ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28
Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
2) Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2
tahun 2 bulan.
3) Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
R  tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka  tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik
formulir.
4) Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable.

9. Skrining Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)


Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau
pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas
PAUD terlatih. Alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP
menurut umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola
besar dan kubus.
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab
oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh
anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Tanyakan
pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1
jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir tersebut.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.
Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA,
bila ibu atau pengasuh anak menjawab : anak bisa atau pernah atau sering atau
kadang-kadang melakukannya. Sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau
pengasuh menjawab anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu
atau pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“= 9 atau 10, perkembangan
anak sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya“ = 7 atau 8,
perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang,
kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK, perlu
diperincikan jumlah jawaban Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai
umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak
sesuai dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi sesering mungkin,
sesuai dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining
rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan
dan setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada
ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu
melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya. Lakukan pemeriksan
kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangan anak. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu
kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Jika hasil KPSP ulang “Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah
sakit dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan
kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

10. TDD ( Tes Daya Dengar )


Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi
umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas.
Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan
petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur
anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka,
kubus, sendok, cangkir, bola).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh
orang tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan
jelaskan, tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak. Jawaban YA
jika menurut orang tua atau pengasuh, anak dapat melakukannya dalam
sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau
pengasuh anak tidak dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa
perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau
pengasuh. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang tua
atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih
jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.
Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai dengan buku
pedoman atau rujuk bila tidak dapat ditanggulangi.
Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak
UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN

1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti Ya Tidak


sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya.
Suruh anak menyebutkan nama benda tersebut.
Apakah anak dapat menyebut nama benda-benda
tersebut dengan benar ?
2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 Ya Tidak
meter di depan anak. Suruh anak mengulangi
angka-angka yang telah anda ucapkan :
“Empat”, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan
jari tangannya. Kemudian tutp mulut anda
dengan buku atau kertas, ucap empat angka yang
berlainan. Apakah anak dapat mengulangi atau
meniru ucapan anda dengan menggunakan jari
tangannya ? (anda dapat mengulanginya dengan
suara yang lebih keras)

11. TDL ( Tes Daya Lihat )


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya
lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai
72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas
terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau
snellen chart.
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart,
menghadap ke poster E atau snellen chart .
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart
untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam
mengarahkan kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah,
kanan, kiri, sesuai petunjuk pada poster E atau snellen chart. Lakukan hal
ini dengan benar sampai anak dapat mengarah kan kartu E dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan
alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu
persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris E terkecil
yang masih dapat dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan
kartu E yang ada di tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen
chart. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum diperiksa
dengan cara yang sama.
g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang
telah tersediakan: Mata kanan :………. Mata kiri :………
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat
melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat
mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada pada poster E
atau snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa.
Kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang
dilakukan bila kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan maka
minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan
berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk
kerumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan,
kiri atau keduanya).
Poster E atau Snellen Chart (Depkes, 2012)
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
Menurut Muslihatun, dkk (2010 : 268-284), langkah-langkah asuhan kebidanan
pada tumbuh kembang balita yaitu :
I. PENGKAJIAN DATA
Data Subyektif pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harus
dikumpulkan, antara lain :
Riwayat kesehatan anak yang penting dan harus dikaji meliputi :
a. Faktor genetik, meliputi kelainan atau gangguan metabolik pada keluarga
dan sindroma genetik.
b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, DM, penyakit
ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan,
riwayat abortus.
c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC atau tidak, adanya riwayat
perdarahan, preeklamsi, infeksi, perkembangan janin terlalu
besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion.
d. Faktor perinatal, meliputi prematur/post matur, partus lama, penggunaan
obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin
tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, KPD,
perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis
janin, jenis persalinan serta keadaan bayi baru lahir.
e. Riwayat pemberian nutrisi, meliputi pemberian ASI eksklusif, pengganti
ASI, makanan pendamping ASI, atau makanan tambahan pada anak.
f. Riwayat alergi, meliputi adanya riwayat alergi makanan, debu dan obat-
obatan pada anak.
g. Riwayat imunisasi yang sudah diberikan, meliputi imunisasi dasar dan
imunisasi anjuran yang diberikan pada anak.
h. Riwayat uji skrining yang pernah dilakukan.
i. Riwayat kesehatan
Data Obyektif pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harus
dikumpulkan anatara lain :
a. Penilaian pertumbuhan anak
Ada beberapa cara untuk menilai pertumbuhan anak, antara lain :
1) Keadaan umum
2) Penilaian kesadaran
3) Pengukuran antropometri
a) Pengukuran berat badan
Pengukuran ini dilakukan untuk menilai hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang
otot, lemak, cairan tubuh, sehingga diketahui status keadaan gizi
dan tumbuh kembang anak. Berat badan juga dijadikan dasar
perhitungan dosis obat dan makanan yang diperlukan untuk
pengobatan.
Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut WHO
dengan baku NCHS secara persentil, dengan penilaian sebagai
berikut: persentil ke 50-3 adalah normal, dan kurang atau sama
dengan tiga masuk kategori abnormal (malnutrisi). Penilaian berat
badan berdasarkan tinggi badan, menurut WHO dengan cara
presentase dari medium dan penilaiannya adalah sebagai berikut :
antara 80-90% malnutrisi sedang, kurang dari 80% malnutrisi akut
(wasting).
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan dengan baku
NCHS secara persentil, dengan penilaian : persentil ke 75 – 25
adalah normal, persentil ke 10-5 malnutrisi sedang, kurang dari
persentil kelima adalah malnutrisi berat
b) Pengukuran panjang badan / tinggi badan
Pengukuran ini digubakan untuk menilai status perbaikan gizi
disamping faktor genetik. Pengukuran ini bisa dilakukan dengan
sangat mudah. Penilaian tinggi badan berdasarkan umur menurut
WHO dengan baku NCHS secara presentase dari median dan
penilaiannya adalah lebih dari atau sama dengan 90% normal,
kurang dari 90% abnormal (malnutrisi kronis)
c) Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dapat dilakukan untuk menilai
pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali)
menunjukkan adanya retardasi mental, apalagi otak besar (volume
kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan aliran cairan
cerebrospinal. Penilaian menggunaan kurve lingkar kepala.
d) Pengukuran lingkar lengan atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot.
Penilaian ini tidak cocok untuk menilai jaringan lemak tubuh, tetapi
dapat digunakan untuk menilai status gizi pada anak pre sekolah.
4) Pemeriksaan Fisik
Penilaian dilakukan dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan
bagian tubuh, dan anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot
dengan memeriksa lengan atas, pantat dan paha, menentukan jaringan
lemak pada pemeriksaan triseps, memeriksa rambut serta gigi gerigi.
a) Kepala : menilai lingkar kepala dan ubun-ubun
b) Wajah : menilai kesimetrisan wajah, adakah paralis wajah dan
pembengkakan.
c) Mata : menilai visus, keadaan palpebra, kelenjar lakrimalis,
duktus nasolakrimalis, sklera, kornea, pupil, lensa dan bola mata.
d) Telinga : menilai telinga bagian luar yaitu bentuk, besar, dan
posisi daun telinga, lubang telinga, membran timpani, pembesaran
daerah mastoid dan fungsi pendengaran.
e) Hidung : menilai kelainan bentuk, adanya epistaksis
f) Mulut : adakah trismus, halitosis, labioskisis, edema, dan
peradangan gusi, kelainan pada lidah, ukuran dan adanya tremor
lidah, keadaan gigi dan pengeluaran saliva.
g) Leher : menilai tekanan vena jugularis, masa pada leher dan
pembesaran kelenjar tyroid.
h) Dada : untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan,
gerakan dada, detormitas penonjolan, pembengkakan, dan
kelainan lain.
i) Abdomen: dengan inspeksi bentuk dan ukuran, auskultasi usus dan
suara bising, palpasi dinding abdomen, nyeri tekan, pembesaran
organ dan perkusi abdomen. Auskultasi didahulukan agar tidak
terpengaruhi stimulasi dari luar, antara lain palpasi dan perkusi.
Periksa organ hati, ginjal dan lambung. Pemeriksaan dilanjutkan
ke organ lain seperti anus dan rektum.
j) Genetalia: Laki-laki perhatikan ukuran dan bentuk penis, testis,
kelainan, lubang uretra dan peradangan testis dan skrotum.
Perempuan adalah epispadia, tanda seks sekunder dan pengeluaran
pervagina.
k) Ekstremitas: periksa tulang, otot, dan sendi, jari tubuh, nyeri tekan,
gaya berjalan, dan lain-lain.
5) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai keadaan pertumbuhan dan
perkembangan dengan keadaan penyakit, serum protein (albumin dan
globulin), hormonal dan lain-lain.
6) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai umur tumbuh kembang
seperti umur tulang apalagi dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.
b. Penilaian perkembangan anak
Untuk menilai perkembangan anak, pertama kali adalah melakukan
wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan
dalam perkembangan. Langkah selanjutnya adalah melakukan tes
skrining perkembangan dengan DDST, dan tes psikologi lain. Selain itu,
informasi bisa dilengkapi dengan melakukan tes yang lain seperti,
mengevaluasi lingkungan anak, yaitu interaksi anak selama ini,
mengevaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa.
Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan neurologis, metabolik dan lain-
lain juga bisa dilakukan untuk melengkapi data perkembangan anak.
Skrining tes perkembangan anak ada beberapa macam, antara lain : tes
intelegensi Stanford Binet, skala intelegensi Wechsler untuk anak pra
sekolah dan sekolah, skala perkembangan menurut Gesell (Gesell infact
scale), skala Bayley (Bayley scale of development), tes bentuk geometrik,
tes motor visual bender gestalt, tes menggambar orang, tes
perkembangan adaptasi sosial, DDST II dan diagnostik perkembangan
fungsi Munchen tahun pertama.
Mahasiswa dan profesi bidan dituntut bisa melaksanakan DDST
untuk mendeteksi masalah potensial pada anak-anak dibawah usia 6
tahun. DDST dirancang oleh William K. Frankenburg dan Josiah B.
Dodds, telah dipublikasikan di kota Denver Jerman sejak tahun 1967.
DDST telah diadaptasi dan distandarisasi di 12 negara dan digunakan
untuk skrining lebih dari 50 juta anak di seluruh dunia. Telah direvisi dan
diadakan penyempurnaan sehingga dikenal dengan istilah DDST II.
Keuntungan dari pemeriksaan DDST II ini adalah, DDST II mampu
menilai perkembangan anak sesuai usia, mampu memantau
perkembangan anak usia 0-6 tahun, mampu memonitor anak dengan
resiko perkembangan, mampu menjaring adanya kelainan perkembangan
pada anak dan mampu memastikan apakah anak yang diduga ada
kelainan perkembangan. DDST II ini adalah bertahap dan berkelanjutan,
dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak, alat bantu
stimulasi sederhana, suasana nyaman dan bervariasi, memperhatikan
gerakan spontan anak, dilakukan dengan wajar tanpa paksaan dan tidak
menghukum, ada pujian untuk anak yang dapat melakukan, alat yang
diperlukan dipersiapkan dan saat tes hanya menggunakan satu alat saja.
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan DDST II ini antara lain
lembar formulir DDST II, benang sulaman merah, kismis/manik-manik,
kerincingan dengan pegangan, kubus berwarna, lonceng kecil, bola tenis,
boneka plastik kecil dengan dot, cangkir plastik dengan pegangan, pensil
merah, kertas kosong, botol kaca bening yang dapat dibuka, peralatan
lain yang juga diperlukan antara lain : meja dan kursi untuk pemeriksa,
ibu/pengasuh dan anak, ruangan cukup luas untuk menguji item motorik
kasar, tempat tidur lengkap dengan perlak dan sprei.

II. INTERPRETASI DATA


Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa, masalah dan
kebutuhan tumbuh kembang anakberdasarkan data yang telah dikumpulkan
pada langkah I. Acuan untuk mendeteksi beberapa kelainan tumbuh kembang
anak antara lain: 10% anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50%
anak akan mencapai kemampuan kemudian, 755 anak akan mencapai
kemampuan lebih kemudian, 90% anak sudah harus dapat mencapai
kemampuan pada batas usia paling lambat masih dalam batas normal, dan 105
anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila belum bisa mencapai
kemampuannya.
Secara umum, terdapat ciri-ciri anak yang memiliki kelainan dan perlu
pemeriksaan skrining, yakni usia 1-1,5 bulan belum bisa tersenyum spontan,
usia lebih dari 3 bulan masih menggenggam dan belum bersuara, usia 4-5
bulan belum tengkurap dengan kepala diangkat, usia 7-8 bulan belum bisa
duduk tanpa bantuan, usia 12 bulan belum bisa menjimpit, usia 15 bulan belum
bisa berjalan, usia 18 bulan belum mampu mengucapkan 4-5 kata, usia 2 tahun
belum bisa menyebut nama anak sendiri, usia 30 bulan belum bisa
menggambar, usia 3 tahun belum bisa berpakaian, usia 3,5 tahun belum bisa
mengenal warna, usia 4 tahun belum bisa menggambar orang 3 bagian, usia 4,5
tahun belum bisa bercerita. Bila dijumpai anak dengan salah satu kondisi
tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan skrining untuk mengenal berbagai
masalah pertumbuhan dan perkembangan anak.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL


Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin terjadi
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.

IV. IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG


MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau ada
hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai kondisi anak.
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Merencanakan asuhan yang menyeluruh dan rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya apa yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap balita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu menunjukkan klien bila ada masalah yang
berkaitan dengan sosial, ekonomi.

VI. MELAKSANAKAN PERENCANAAN


Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilaksanakan oleh
bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya. Walau
bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau
rencanannya benar-benar terlaksana).
Bila perlu kolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya komplikasi.
Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya, serta peningkatan
mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah dilaksanakan.

VII. EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,
apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam
diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat
dianggap efektif apabila anak menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan
batasan ideal anak.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan
efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan
ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu dievaluasi,
kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Dalam hal ini mengulang kembali
setiap asuhan yang belum efektif, melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak efektif serta melakukan
penyesuaian dan modifikasi apabila memang diperlukan. Langkah-langkah
proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis
karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik.
Manajemen kebidanan yang terdiri atas tujuh langkah ini merupakan
proses berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan
kebidanan yang dapat diaplikasikan/diterapkan dalam setiap situasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Februari 2019
Jam : 08.30 WIB
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Anak
Nama anak : An. “T”
Tempat & tanggal lahir : Malang, 07 Oktober 2016
Usia : 29 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : I (Satu)
Orang Tua
Nama ibu : Ny. “Y” Nama ayah : Tn. “W”
Umur : 26 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : Diploma 1 Pendidikan : Diploma I
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Perangkat Desa
Penghasilan : - Penghasilan : Rp. 1.500.000/bln
Alamat : Dusun Dawan RT.03 RW.01 Pandan Mulyo
2. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan tumbuh kembang anaknya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya.
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular maupun menurun.
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit parah sampai opname. Ibu mengatakan
anaknya pernah sakit pilek, batuk dan panas. Bila anak sakit ibu segera memeriksakan
ke bidan atau puskesmas dan sembuh setelah minum obat dari bidan atau puskesmas.
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya sehat, tidak sakit apapun.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC, dan penyakit typoid. Serta dalam
keluarga ada yang menderita penyakit menurun seperti darah tinggi, kencing manis,
jantung dan tidak ada riwayat kembar.
Genogram :

Ny
Y
TnW

An.
T

Keterangan :

= Perempuan = Laki-laki =Tinggal Satu Rumah

= Responden = Meninggal

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas


a. Prenatal
Selama hamil kondisi ibu baik, pada bulan pertama kehamilan ibu mengalami mual
muntah tapi mulai menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu mendapat
vitamin, tambah darah dan kalk secara teratur dari Bidan. Ibu rutin memeriksakan
kehamilannya kebidan.
b. Natal
Ibu mengatakan melahirkan secara SC saat usia kehamilnya 9 bulan karena His tidak
adekuat. Ibu melahirkan ditolong oleh dokter di RS Kanjuruan.
c. Post Natal
Selama nifas tidak ada keluhan, ibu tidak demam. Ibu tidak mengalami perdarahan. Ibu
mengeluarkan darah nifas selama 40 hari. Bekas jahitan operasi baik, tidak ada infeksi.
d. Neonatal
Ibu mengatakan dalam waktu beberapa jam melahirkan, bayinya sudah bisa berak dan
kencing. Tali pusat baik dan tidak terjadi perdarahan. BB lahir: 29500 Gram PB:50cm
8. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi anaknya lengkap.
Jenis Imunisasi : Hb.0 + Polio 1
Waktu Pemberian : 10-10-2016
Reaksi Waktu Imunisasi :-
Tindakan Segera yang dilakukan :-
Jenis Imunisasi : BCG
Waktu Pemberian : 3-12-2016
Reaksi Waktu Imunisasi : Timbul bintil kecil
Tindakan Segera yang dilakukan : Tidak di uyek
Jenis Imunisasi : Pentabio 1 + Polio 2
Waktu Pemberian : 7-12-2016
Reaksi Waktu Imunisasi : Demam
Tindakan Segera yang dilakukan :Diberikan sirup penurun panas
Jenis Imunisasi : Pentabio 2 + Polio 3
Waktu Pemberian : 7-1-1017
Reaksi Waktu Imunisasi : Demam
Tindakan Segera yang dilakukan :Diberikan sirup penurun panas
Jenis Imunisasi : Pentabio 3 + Polio 4
Waktu Pemberian : 15-2-2017
Reaksi Waktu Imunisasi : Demam
Tindakan Segera yang dilakukan :Diberikan sirup penurun panas
Jenis Imunisasi : Campak
Waktu Pemberian : 1-2-1018
Reaksi Waktu Imunisasi :-
Tindakan Segera yang dilakukan :-

9. Pola Kebiasaan Sehari–Hari


a. Nurtisi
Setiap hari makan 3 x sehari dengan komposisi nasi ± ½ centong dengan sayur dimakan
habis dan lauk pauk. Anak sudah tidak minum ASI lebih banyak minum air putih
kadang-kadang susu fromula sehari sekali.
b. Eliminasi
BAB : 1 x/hari dan tidak diare
BAK : 5-7 x/hari
c. Istirahats
Anak tidur siang ± 2-3 jam ( 12.00 – 14.00 WIB)
Anak tidur malam ± 8-9 jam (08.00 – 05.00 WIB)
d. Aktivitas
Anak suka bermain dengan temannya dan dengan neneknya didalam rumah. Siang hari
kadang anak bermain tapi kadang tidak.
e. Personal Hygiene
Anak mandi 2 x/hari, ganti baju tiap kali habis mandi, ganti celana dalam tiap kali
kotor/basah.
10. Riwayat Psikososial dan Budaya
a. Psikologi
Ibu tampak senang menerima kelahiran anaknya. Anak diasuh oleh ibu dan ayah.
b. Sosial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga terjalin dengan baik juga
dengan petugas kesehatan juga terjalin dengan baik.
c. Budaya
Dalam keluarga masih melakukan selamatan 7 bulanan, tidak ada budaya pantang
makanan, tidak pernah minum jamu, jika keluarga sakit selalu dibawa ke petugas
kesehatan
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 100 x / menit
Pernafasan : 34 x /menit
Suhu : 36,6oC
BB : 11 kg
TB : 89 cm
Lila : 13 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, bersih
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak kuning.
Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.
Hidung : Bersih, tidak ada sekret
Gigi dan Mulut : Bersih, tumbuh gigi susu, gigi tidak ada karies, lidah bersih
Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid,
maupun vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dada
Abdomen : Bentuk normal, tidak tampak pembesaran hepar
Ekstremitas : Atas : simetris, gerak aktif , tidak ada polidaktil dan sidaktil
Bawah : simetris, gerakan aktif, tidak ada polidaktil dan sidaktil

b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal
Leher : tidak teraba pembekakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe maupun vena
jugularis.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
Ekstremitas : Atas : tidak oedem
Bawah : tidak oedem
c. Auskultasi
Abdomen : Bising usus (+)
d. Perkusi
Abdomen : tidak kembung
e. Perhitungan Umur anak
Tanggal Test : 22 Februari 2019
Tanggal Lahir : 07 Oktober 2010
Perhitungan umur sebagai berikut : 2019 – 02 – 22
2010 – 10 – 07 _
2 - 5 - 15

Jadi An “T” berumur 2 Tahun 5 Bulan atau usia 29 Bulan

III. ANALISA
Anak “T” Usia 29 bulan dengan Tumbuh Kembang Normal
IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua anak yaitu dari hasil pemeriksaan
dengan metode DDTK
2. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan
menggunakan metode DDTK yang sangat diperlukan karena apabila ada
keterlambatan perkembangan dapat segera dikonsultasikan dan segera dapat
dilakukan penanganan dengan cepat.
3. Memotivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai dengan usia anak
supaya anak mendapat gizi dan nutrisi yang baik dan menarik untuk proses
perkembangannya.
4. Memotivasi orang tua untuk tetap melatih motorik kasar anak agar dapat mencapai
tingkat perkembangan yang sesuai dengan usianya.
5. Menyarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan–kelainan dalam
perkembangan anak supaya ibu bisa mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan
untuk meningkatkan apa yang terjadi pada anaknya.
6. Memberitahu ibu tugas perkembangan selanjutnya yaitu :
Berdiri dengan satu kaki dengan waktu tertentu
Untuk perkembanagan sosial anak lebih dilatih kegiatan bersosial dengan banyak
orang salah satunya memasukkan anak di PAUD
7. Menganjurkan ibu untuk menimbang berat badan anaknya setiap bulan untuk
memonitor pertumbuhan anak.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Anak “T” usia 29 bulan ditemukan
bahwa anak sekarang dalam keadaan sehat. Dalam penilaian didapatkan hasil masih
terdapat kegagalan pada beberapa point penilaian KPSP. Sehingga setelah melakukan
pengkajian dari data subyektif dan obyektif melalui tahap pengumpulan data dengan
wawancara observasi, pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan
diagnosa yaitu Anak ”T” usia 29 bulan dengan tumbuh kembang meragukan, tidak ada
kesenjangan teori dengan prakteknya, terbukti semua anamnesa sudah terkaji dengan
baik.
Dalam identifikasi masalah tidak ditemukan masalah yang dialami klien. Pada
masalah potensial tidak ditemukan suatu masalah sehingga dalam identifikasi kebutuhan
segera tidak memerlukan tindakan segera.
Setelah diketahui diagnosa pada langkah berikutnya yaitu intervensi didapatkan
penulis mengintervensi sesuai apa yang dibutuhkan klien, pada dasarnya intervensi yang
disusun sesuai dengan penatalaksanaan pada umumnya. Dan pada langkah ini tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Setelah merencanakan dalam langkah berikutnya yaitu implementasi telah
dilakukan tindakan sesuai protap dan kebutuhan klien serta senantiasa menghargai klien
sehingga hubungan antara petugas dan klien terjalin dengan baik, dan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek. Pada langkah terakhir yaitu evaluasi petugas
melakukan penilaian kembali dengan wawancara serta observasi keadaan klien dan
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Anak “T” Usia 29 bulan dengan
Tumbuh Kembang Normal, maka:
1. Pada pengkajian data asuhan yang diberikan sudah komprehensif untuk dapat
menegakkan diagnosa.
2. Pada identifikasi masalah/diagnosa asuhan yang diberikan sudah sesuai
komprehensif dan dapat menegakkan diagnosa.
3. Pada identifikasi masalah potensial juga dilakukan sesuai komprehensif dan langkah
ini tidak muncul masalah potensial.
4. Pada Identifikasi kebutuhan segera tidak dilakukan dengan komprehansif karena
dalam kasus ini tidak memerlukan kebutuhan yang segera.
5. Pada intervensi/perencanaan asuahan yang diberikan sudah dilakukan sesuai
komprehansif dan menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
6. Pada implementasi/pelaksanaan asuhan sudah dilakukan sesuai komprehansif dan
menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
7. Pada evaluasi asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan komprehensif.
Data yang diperoleh pada asuhan kebidanan ini yaitu dari hasil wawancara dan
observasi langsung.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas
1. Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, serta
paramedis dalam proses asuhan kebidanan agar pelayanan kebidanan bertambah baik.
2. Dalam melakukan proses kebidanan perlu dilakukan asuhan secara menyeluruh
agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
3. Etika dan sopan santun diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi pasien
maupun keluarga pasien agar mereka tidak cemas dan percaya pada petugas kesehatan.

5.2.2 Untuk Mahasiswa


Manggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa tentang masalah – masalah dan cara melakukan penilaian
tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak balita. Jakarta : Salemba
Medika
Mansur, Herawati. 2011. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba
Medika
Pemkot Malang, Dinkes. 2015. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Malang
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai