Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS
1. Definisi

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada


tiap makhluk. Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang
ini terjadi dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu.
(Depkes RI : 2004)
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang
meliputi BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan
ukuran sel – sel pada semua sistem organ tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 48)
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas,
yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang
menyangkut ukuran dan struktur biologis.
(Mansur, 2009 : 25)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil proses pematangan.
(Soetjiingsih, 2005 : 1)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua
system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-
fungsi system organ tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 49)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian.
(Pemkot Malang Dinkes, 2007 : 4)
2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang

a) Ciri – ciri tumbuh kembang anak


1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai perubahan fungsi.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati
satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda sebagaimana pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik
maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
masing-masing anak.
4) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
6) Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola
sefalokaudal dan pola proksimodistal.
b) Prinsip – prinsip tumbuh kembang
1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha
melalui belajar. Anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan pola potensi yang dimiliki anak.
2) Pola perkembanagn dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.
Perkembangan berlangsung dari tahapan spesifik dan terjadi
berkesinambungan.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 4)

3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar – dasar


kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan,
berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dll. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak yaitu :
a) Faktor dalam
1) Ras / etnik dan bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak
memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupannya.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik
yang bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 5)
b) Faktor luar (eksternal)
1) Faktor prenatal
(a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
(b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
congenital seperti club foot.
(c) Toksin / zat kimia
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
(d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.
(e) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan
jantung.
(f) Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam,
Rubella, Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin : katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung congenital.
(g) Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan
darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta
masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan jaringan otak.
(h) Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu
(i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan otak.
3) Faktor pasca salin
(a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
(b) Penyakit kronis / kelainan congenital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
(c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok,
dll).
(d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
(e) Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
(g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
(h) Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat main, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak.
(i) Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormone pertumbuhan.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 6)

4. Periode Perkembangan

Perkembangan anak secara umum terdiri dari :


a) Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi
pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan
antara kondisi itu memberi dampak pada pertumbuhannya.
b) Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan).
Pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama
pada aspek kognitif, motorik dan social.
c) Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra sekolah
3-6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih
lanjut pada usia pra sekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan
relative menetap.

d) Periode kanak-kanak pertengahan


Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-
laki sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan perkembangan
motorik lebih sempurna.
e) Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia
11-18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini
adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ
reproduksi.
(Donna L. Wong, 2000)

5. Kebutuhan Dasar Anak

a) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :


1) Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting.
2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit dll.
3) Papan/ pemukinan yang layak.
4) Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).
5) Sandang.
6) Kesegaran jasmani, rekreasi.
7) Dll.
b) Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)
1) Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.
2) Kasih sayang orang tua dapat memberikan rasa aman.
3) Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong dan dihargai, bukan
dipaksa.
4) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
5) Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini
bergantung pada pola asuh, terutama pola asuh, terutama pada asuh
demokrasi dan kecerdasan emosional.
6) Kemandirian
7) Dorongan dari orang disekelilingnya
8) Mendapat kesempatan dan pengalaman.
9) Menumbuhkan rasa memiliki
10) Kepemimpinan dan kerja sama
11) Pola pengasuhan keluarga yang terjadi atas :
(a) Demokrasi (autoritatif)
(b) Dictator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya
anaknya (child abuse).
(c) Permisif (serba boleh).
(d) Tidak diperbolehkan.
12) Pemberian kasih sayang juga dapat membentuk temperamen anak,
seperti penurut (easy), sulit diatur (difficult), dan pemalu (slow to
warm up).
c) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak,
stimulasi ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan.
2) Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan
anak, seperti bermain, berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga
bisa berasal dari orang tua.
3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).
4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada
saat itu belum ada hubungan antar sel otak.
Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk rangsangan yang
semakin kompleks. Dengan demikian dapat merangsang otak kiri
dan kanan, sehingga terbentuklah multiple intelligent dan juga
kecerdasan yang lebih luas dan tinggi
5) Stimulasi melalui bermain
Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa melalui
rangsangan suara, music, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi,
bermain, memecahkan masalah, mencorat-coret atau menggambar.
6) Kapan stimulasi dilakukan ?
(a) Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada
masa-masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenesis.
Stimulasi dilanjutkan sampai anak berusia 3 tahun ketika
sinaptogenesis berakhir dan berakhir dan usia 14 tahun yang
merupakan akhir pruning.
(b) Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka akan
semakin besar dan lama manfaatnya.
7) Kebutuhan akan stimulasi.
(a) Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial
(agama, etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas,
ketrampilan, dsb).
(b) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal,
formal dan non formal.
(Vivian nanny, 2010 : 153)

6. Anamnesis Tumbuh Kembang Anak

a) Anamnesis factor prenatal dan perinatal


Merupakan factor yang terpenting untuk mengetahui perkembangan
anak.Anamnesis harus menyangkut factor resiko untuk terjadinya
gangguan perkembangan fisik dan mental anak termasuk factor resiko
untuk buta, tuli, palsi serebralis, dll.Anamnesis juga menyangkut
penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar keluarga.
b) Kelahiran premature
Harus dibedakan antara bayi premature (SMK : Sesuai Masa
Kehamilan) dan bayi dismatur (KMK : Kecil Masa Kehamilan)
dimana telah terjadi retardasi pertumbuhan intrauterine.
Pada bayi premature, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran
normal, maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterine
yang tidak sempat dilalui tersebut.
c) Anamnesis harus menyangkut factor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan anak. Misalnya untuk meneliti perkembangan motorik
pada anak, harus ditanyakan berat badannya. Karena erat
hubungannya dengan perkembangan motorik tersebut.
d) Penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan
malnutrisi.
e) Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada
ibunya pada saat pertama kali datang.
f) Pola perkembangan anak dalam keluarga
Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena
ada kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat
lebih cepat.
(Soetjiningsih, 2005 : 16)

7. Perkembangan Anak Balita

Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita.


Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social
emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkem-bangan moral serta dasar-dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini sehingga setiap
kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak terdeteksi dan
tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas
perkembangan.
Melalui DDST (Denver Development Screening Test) terdapat 4
parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembanagn anak
balita yaitu :
a) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan.
b) Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang
melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan
koordinasi yang cermat missal: ketrampilan menggambar.
c) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti
perintah berbicara spontan.

d) Gross motor (motorik kasar)


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Beberapa “Milestone” pokok yang harus diketahui dalam mengikuti
taraf perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu misalnya:
1) 4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2
minggu kemuadian.
2) 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh
ke arah suara.
3) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
4) 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke
tangan yang lain.
5) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda
dengan jari telunjuk dan ibu jari.
6) 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata
tunggal.
(Kratenburg dkk., 1981)

8. Konsep DDST (Denver Development Screening Test)

a) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. DDST merupakan salah satu dari metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik
atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk menafsirkan personal, sosial,
motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak mulai dari 1-6
tahun.
(Soetjiningsih, 2005 : 71)
b) Keuntungan DDST
1) Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
2) Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
3) Monitor anak dengan resiko perkembangan.
4) Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
5) Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan
perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
c) Alat yang digunakan.
1) Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna
merah, kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil-kecil, bola
tenis, bel kecil, kertas, dll.
2) Lembar DDST.
3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tugas dan cara penilaiannya.
d) Prinsip pelaksanaan DDST.
1) Bertahap dan berkelanjutan.
2) Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
3) Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
4) Suasana nyaman dan bervariasi.
5) Perhatikan gerakan spontan anak.
6) Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak
menghukum.
7) Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
8) Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
9) Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
e) Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.
1) Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
2) Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian –
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan untuk
menggambar, memegang sesuatu benda, dll.

3) Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
4) Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 55)
f) Prosedur DDST
1) Lulus (pass)
(a) Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
(b) Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat
dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
2) Gagal (failed)
(a) Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
(b) Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat
melakukan tugas dengan baik.
3) Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji
coba karena ada hambatan, seperti retardasi mental dan down
syndrome.
4) Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan
karena faktor sesaat seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.
g) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)
1) Normal
(a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)
(b) Paling banyak 1 caution
(c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
2) Dicurigai (suspect)
(a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau
lebih delay
(b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan
factor sesaat (takut, lelah, sakit. Tidak nyaman, dll).
3) Tidak teruji
(a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis
umur
(b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang
ditembus garis umur
(c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu
(Vivian nanny, 2010 : 60)
h) Pelaksanaan DDST
1) Menetapkan umur anak dengan patokan
(a) 30 hari = 1 bulan
(b) 12 bulan = 1 tahun
(c) ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28
Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
2) Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu
2 tahun 2 bulan.
3) Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
R  tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka  tugas perkembangan di test sesuai petunjuk
dibalik formulir.
4) Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable.

9. Skrining Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining


Perkembangan)
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau
ada penyimpangan.
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau
pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas
PAUD terlatih. Alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir
KPSP menurut umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola
tenis, bola besar dan kubus.
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang
dijawab oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau
pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
Tanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir tersebut. Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah terjawab.
(Depkes, 2012, hlm 52)
Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban
YA, bila ibu atau pengasuh anak menjawab : anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya. Sedangkan jawaban TIDAK,
bila ibu atau pengasuh menjawab anak belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau ibu atau pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“= 9
atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S).
Jumlah jawaban “Ya“ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P). Untuk Jawaban TIDAK, perlu diperincikan jumlah jawaban Tidak
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak
sesuai umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola
asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi
sesering mungkin, sesuai dengan tahap perkembangan anak dan lakukan
pemeriksaan atau skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada
anak yang kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan untuk anak umur 24
sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk
pada ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi,
ajari ibu melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya. Lakukan
pemeriksan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit
yang menyebabkan penyimpangan perkembangan anak. Lakukan
penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar
KPSP yang sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang “Ya“
tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke
rumah sakit dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerakan kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).
(Depkes, 2012, hlm 53)

Tabel 2.5 KPSP Pada Anak Umur 60 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 67).
Tabel 2.6 KPSP Pada anak umur 66 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 68).
Tabel 2.7 KPSP Pada Anak Umur 72 Bulan (Depkes, 2012, hlm. 69).
10. TDD ( Tes Daya Dengar )
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD
adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6
bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang
diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang
(ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok,
cangkir, bola).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak
dalam bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab
oleh orang tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan
lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh
anak. Jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak
dapat melakukannya dalam sebulan terakhir. Jawaban TIDAK
jika menurut orang tua atau pengasuh anak tidak dapat
melakukannya dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa
perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh
anak. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua atau pengasuh. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah
orang tua atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat
atau tidak mau melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau
lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran. Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai
dengan buku pedoman atau rujuk bila tidak dapat ditanggulangi.
(Depkes, 2012. hlm. 70)
Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak (Depkes,
2012. hlm. 70)
UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN
1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti Ya Tidak
sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya.
Suruh anak menyebutkan nama benda tersebut.
Apakah anak dapat menyebut nama benda-
benda tersebut dengan benar ?
2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 Ya Tidak
meter di depan anak. Suruh anak mengulangi
angka-angka yang telah anda ucapkan :
“Empat”, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan
jari tangannya. Kemudian tutp mulut anda
dengan buku atau kertas, ucap empat angka yang
berlainan. Apakah anak dapat mengulangi atau
meniru ucapan anda dengan menggunakan jari
tangannya ? (anda dapat mengulanginya dengan
suara yang lebih keras)

11. TDL ( Tes Daya Lihat )


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan
daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih
besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia
prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan
yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart.
(Depkes, 2012, hlm 71)
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi
duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen
chart, menghadap ke poster E atau snellen chart .
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen
chart untuk pemeriksa.

e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam


mengarahkan kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas,
bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk pada poster E atau snellen chart.
Lakukan hal ini dengan benar sampai anak dapat mengarah kan kartu
E dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku,
dengan alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen
chart, satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau
baris E terkecil yang masih dapat dilihat. Puji anak setiap kali
dapat mencocokkan kartu E yang ada di tangannya dengan yang
ada di poster E atau snellen chart. Ulangi pemeriksaan tersebut pada
mata yang belum diperiksa dengan cara yang sama.
g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang
telah tersediakan: Mata kanan :………. Mata kiri :………
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak
dapat melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak
dapat mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada
pada poster E atau snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
pemeriksa. Kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat.
Intervensi yang dilakukan bila kemungkinan anak mengalami gangguan
penglihatan maka minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang, bila
pada peameriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris
yang sama maka rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
(Depkes, 2012, hlm 70)

Gambar 2.2. Poster E atau Snellen Chart (Depkes, 2012)


B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
Menurut Muslihatun, dkk (2010 : 268-284), langkah-langkah asuhan
kebidanan pada tumbuh kembang balita yaitu :
I. PENGKAJIAN DATA
Data Subyektif pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harus
dikumpulkan, antara lain :
Riwayat kesehatan anak yang penting dan harus dikaji meliputi :
a. Faktor genetik, meliputi kelainan atau gangguan metabolik pada
keluarga dan sindroma genetik.
b. Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, DM,
penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat
penganiayaan, riwayat abortus.
c. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC atau tidak, adanya riwayat
perdarahan, preeklamsi, infeksi, perkembangan janin terlalu
besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion.
d. Faktor perinatal, meliputi prematur/post matur, partus lama,
penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu
meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur
mekonium, amnionitis, KPD, perdarahan dalam persalinan,
prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan
serta keadaan bayi baru lahir.
e. Riwayat pemberian nutrisi, meliputi pemberian ASI eksklusif,
pengganti ASI, makanan pendamping ASI, atau makanan tambahan
pada anak.
f. Riwayat alergi, meliputi adanya riwayat alergi makanan, debu dan
obat-obatan pada anak.
g. Riwayat imunisasi yang sudah diberikan, meliputi imunisasi dasar
dan imunisasi anjuran yang diberikan pada anak.
h. Riwayat uji skrining yang pernah dilakukan.

i. Riwayat kesehatan

Data Obyektif pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harus


dikumpulkan anatara lain :
a. Penilaian pertumbuhan anak
Ada beberapa cara untuk menilai pertumbuhan anak, antara lain :
1) Keadaan umum
2) Penilaian kesadaran
3) Pengukuran antropometri
a) Pengukuran berat badan
Pengukuran ini dilakukan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh, misalnya tulang otot, lemak, cairan tubuh, sehingga
diketahui status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
Berat badan juga dijadikan dasar perhitungan dosis obat dan
makanan yang diperlukan untuk pengobatan.
Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut WHO
dengan baku NCHS secara persentil, dengan penilaian
sebagai berikut: persentil ke 50-3 adalah normal, dan kurang
atau sama dengan tiga masuk kategori abnormal (malnutrisi).
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan, menurut
WHO dengan cara presentase dari medium dan penilaiannya
adalah sebagai berikut : antara 80-90% malnutrisi sedang,
kurang dari 80% malnutrisi akut (wasting).
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan dengan
baku NCHS secara persentil, dengan penilaian : persentil ke
75 – 25 adalah normal, persentil ke 10-5 malnutrisi sedang,
kurang dari persentil kelima adalah malnutrisi berat
b) Pengukuran panjang badan / tinggi badan
Pengukuran ini digubakan untuk menilai status perbaikan
gizi disamping faktor genetik. Pengukuran ini bisa dilakukan
dengan sangat mudah. Penilaian tinggi badan berdasarkan
umur menurut WHO dengan baku NCHS secara presentase
dari median dan penilaiannya adalah lebih dari atau sama
dengan 90% normal, kurang dari 90% abnormal (malnutrisi
kronis)
c) Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dapat dilakukan untuk
menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil
(mikrosefali) menunjukkan adanya retardasi mental, apalagi
otak besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat
penyumbatan aliran cairan cerebrospinal. Penilaian
menggunaan kurve lingkar kepala.
d) Pengukuran lingkar lengan atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak
dan otot. Penilaian ini tidak cocok untuk menilai jaringan
lemak tubuh, tetapi dapat digunakan untuk menilai status gizi
pada anak pre sekolah.
4) Pemeriksaan Fisik
Penilaian dilakukan dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan
bagian tubuh, dan anggota gerak lainnya, menentukan jaringan
otot dengan memeriksa lengan atas, pantat dan paha,
menentukan jaringan lemak pada pemeriksaan triseps,
memeriksa rambut serta gigi gerigi.
a) Kepala : menilai lingkar kepala dan ubun-ubun
b) Wajah : menilai kesimetrisan wajah, adakah paralis wajah
dan pembengkakan.
c) Mata : menilai visus, keadaan palpebra, kelenjar
lakrimalis, duktus nasolakrimalis, sklera, kornea, pupil, lensa
dan bola mata.
d) Telinga : menilai telinga bagian luar yaitu bentuk, besar, dan
posisi daun telinga, lubang telinga, membran timpani,
pembesaran daerah mastoid dan fungsi pendengaran.
e) Hidung : menilai kelainan bentuk, adanya epistaksis
f) Mulut : adakah trismus, halitosis, labioskisis, edema, dan
peradangan gusi, kelainan pada lidah, ukuran dan adanya
tremor lidah, keadaan gigi dan pengeluaran saliva.
g) Leher : menilai tekanan vena jugularis, masa pada leher
dan pembesaran kelenjar tyroid.
h) Dada : untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan,
gerakan dada, detormitas penonjolan, pembengkakan, dan
kelainan lain.
i) Abdomen: dengan inspeksi bentuk dan ukuran, auskultasi
usus dan suara bising, palpasi dinding abdomen, nyeri
tekan, pembesaran organ dan perkusi abdomen. Auskultasi
didahulukan agar tidak terpengaruhi stimulasi dari luar,
antara lain palpasi dan perkusi. Periksa organ hati, ginjal dan
lambung. Pemeriksaan dilanjutkan ke organ lain seperti anus
dan rektum.
j) Genetalia: Laki-laki perhatikan ukuran dan bentuk penis,
testis, kelainan, lubang uretra dan peradangan testis dan
skrotum. Perempuan adalah epispadia, tanda seks sekunder
dan pengeluaran pervagina.
k) Ekstremitas: periksa tulang, otot, dan sendi, jari tubuh, nyeri
tekan, gaya berjalan, dan lain-lain.
5) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai keadaan pertumbuhan
dan perkembangan dengan keadaan penyakit, serum protein
(albumin dan globulin), hormonal dan lain-lain.
6) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai umur tumbuh
kembang seperti umur tulang apalagi dicurigai adanya gangguan
pertumbuhan.
b. Penilaian perkembangan anak
Untuk menilai perkembangan anak, pertama kali adalah
melakukan wawancara tentang faktor kemungkinan yang
menyebabkan gangguan dalam perkembangan. Langkah
selanjutnya adalah melakukan tes skrining perkembangan dengan
DDST, dan tes psikologi lain. Selain itu, informasi bisa dilengkapi
dengan melakukan tes yang lain seperti, mengevaluasi lingkungan
anak, yaitu interaksi anak selama ini, mengevaluasi fungsi
penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa. Pemeriksaan lainnya
seperti pemeriksaan neurologis, metabolik dan lain-lain juga bisa
dilakukan untuk melengkapi data perkembangan anak. Skrining tes
perkembangan anak ada beberapa macam, antara lain : tes
intelegensi Stanford Binet, skala intelegensi Wechsler untuk anak
pra sekolah dan sekolah, skala perkembangan menurut Gesell
(Gesell infact scale), skala Bayley (Bayley scale of development),
tes bentuk geometrik, tes motor visual bender gestalt, tes
menggambar orang, tes perkembangan adaptasi sosial, DDST II
dan diagnostik perkembangan fungsi Munchen tahun pertama.
Mahasiswa dan profesi bidan dituntut bisa melaksanakan
DDST untuk mendeteksi masalah potensial pada anak-anak
dibawah usia 6 tahun. DDST dirancang oleh William K.
Frankenburg dan Josiah B. Dodds, telah dipublikasikan di kota
Denver Jerman sejak tahun 1967. DDST telah diadaptasi dan
distandarisasi di 12 negara dan digunakan untuk skrining lebih dari
50 juta anak di seluruh dunia. Telah direvisi dan diadakan
penyempurnaan sehingga dikenal dengan istilah DDST II.
Keuntungan dari pemeriksaan DDST II ini adalah, DDST II
mampu menilai perkembangan anak sesuai usia, mampu memantau
perkembangan anak usia 0-6 tahun, mampu memonitor anak
dengan resiko perkembangan, mampu menjaring adanya kelainan
perkembangan pada anak dan mampu memastikan apakah anak
yang diduga ada kelainan perkembangan. DDST II ini adalah
bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari tahap perkembangan yang
telah dicapai anak, alat bantu stimulasi sederhana, suasana nyaman
dan bervariasi, memperhatikan gerakan spontan anak, dilakukan
dengan wajar tanpa paksaan dan tidak menghukum, ada pujian
untuk anak yang dapat melakukan, alat yang diperlukan
dipersiapkan dan saat tes hanya menggunakan satu alat saja.
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan DDST II ini antara
lain lembar formulir DDST II, benang sulaman merah,
kismis/manik-manik, kerincingan dengan pegangan, kubus
berwarna, lonceng kecil, bola tenis, boneka plastik kecil dengan
dot, cangkir plastik dengan pegangan, pensil merah, kertas kosong,
botol kaca bening yang dapat dibuka, peralatan lain yang juga
diperlukan antara lain : meja dan kursi untuk pemeriksa,
ibu/pengasuh dan anak, ruangan cukup luas untuk menguji item
motorik kasar, tempat tidur lengkap dengan perlak dan sprei.

II. INTERPRETASI DATA


Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa, masalah dan
kebutuhan tumbuh kembang anakberdasarkan data yang telah
dikumpulkan pada langkah I. Acuan untuk mendeteksi beberapa kelainan
tumbuh kembang anak antara lain: 10% anak akan mencapai kemampuan
pada usia dini, 50% anak akan mencapai kemampuan kemudian, 755
anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian, 90% anak sudah harus
dapat mencapai kemampuan pada batas usia paling lambat masih dalam
batas normal, dan 105 anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila
belum bisa mencapai kemampuannya.
Secara umum, terdapat ciri-ciri anak yang memiliki kelainan dan
perlu pemeriksaan skrining, yakni usia 1-1,5 bulan belum bisa tersenyum
spontan, usia lebih dari 3 bulan masih menggenggam dan belum
bersuara, usia 4-5 bulan belum tengkurap dengan kepala diangkat, usia 7-
8 bulan belum bisa duduk tanpa bantuan, usia 12 bulan belum bisa
menjimpit, usia 15 bulan belum bisa berjalan, usia 18 bulan belum
mampu mengucapkan 4-5 kata, usia 2 tahun belum bisa menyebut nama
anak sendiri, usia 30 bulan belum bisa menggambar, usia 3 tahun belum
bisa berpakaian, usia 3,5 tahun belum bisa mengenal warna, usia 4 tahun
belum bisa menggambar orang 3 bagian, usia 4,5 tahun belum bisa
bercerita. Bila dijumpai anak dengan salah satu kondisi tersebut, maka
perlu dilakukan pemeriksaan skrining untuk mengenal berbagai masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL


Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin terjadi
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.

IV. IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG


MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi anak.

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH


Merencanakan asuhan yang menyeluruh dan rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
apa yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
balita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
menunjukkan klien bila ada masalah yang berkaitan dengan sosial,
ekonomi.

VI. MELAKSANAKAN PERENCANAAN


Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian
dilaksanakan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan
sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (misalnya memantau rencanannya benar-benar
terlaksana).
Bila perlu kolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya
komplikasi. Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya,
serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah
dilaksanakan.

VII. EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,
apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi
dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut
dapat dianggap efektif apabila anak menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas
perkembangan sesuai dengan batasan ideal anak.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana
dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan maka perlu dievaluasi, kenapa asuhan yang diberikan
belum efektif. Dalam hal ini mengulang kembali setiap asuhan yang
belum efektif, melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi
mengapa proses tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian dan
modifikasi apabila memang diperlukan. Langkah-langkah proses
manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses
klinis karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi
klinik.
Manajemen kebidanan yang terdiri atas tujuh langkah ini merupakan
proses berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan
asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan/diterapkan dalam setiap
situasi.

Anda mungkin juga menyukai