Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi dan Perkembangan

1. Pengertian Bayi dan Perkembangan

Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah

lahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini perkembangan otak dan fisik bayi

selalu menjadi perhatian utama (Rizema, 2012). Perkembangan adalah

bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan

gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialoisasi dan kemandirian

(Kemenkes RI, 2019). Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif

dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur

dan fungsi yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut

proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan

perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.

Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan

tepadu/koheren (Soetjiningsih dan Ranuh, 2017).

2. Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak

Menurut Noorbaya (2020) Ciri–ciri tumbuh kembang dimulai sejak

konsepsi, yaitu :

5
6

a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai

maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

b. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa

perlambatan, serta lanjut tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-

organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu pada masa janin, masa

bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. Sedangkan pertumbuhan organ-organ

tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, neural, dan reproduksi.

c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya

berbeda antara anak satu dengan yang lain.

d. Perkembangan erat hubungan dengan maturase sistem susunan saraf.

e. Aktivitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.

f. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

g. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghitung

sebelum gerakan volunter tercapai.

Menurut Kemenkes RI (2019) Proses tumbuh kembang anak juga

mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,

sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan

yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh

kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki

anak.
7

2) Pola perkembangan dapat diramalkan.

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan

demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan

berlangsung dari tahapan umum ketahapan spesifik, dan terjadi

berkesinambungan.

3. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Masa prenatal mulai dari konsepsi sampai lahir. Pada masa ini terjadi

tumbuh kembang yang sangat pesat. Sel telur yang telah dibuahi mengalami

difesiensi yang berlangsung cepat hingga terbentuknya organ-organ yang

fungsinya sesuai dengan tugasnya, hingga perlu waktu 9 bulan di dalam

kandungan. Masa embrio sejak konsepsi hingga usia kehamilan 8 minggu. Masa

ini, mulainya terbentuk organ- organ tubuh yang sangat peka terhadap lingkungan.

Pada masa neonatal, tejadinya adaptasi lingkungan dari kehidupan

intrauteri ke kehidupan ekstrauteri. Organ tubuh berfungsi sesuai dengan tugasnya

di kehidupan ekstrauteri. Pada 7 hari pertama dinamakan neonatal dini, saat itulah

bayi mendapatkan perhatian yang khusus, karena pada masa ini angka kematian

pada bayi tinggi. Saat masa bayi dan masa anak dini,pertumbuhan masih pesat

walaupun pertumbuhan telah mengalami deselerasi dan proses maturasi terus

berlangsung, terutama saraf otak (Soetijiningsih dan Ranuh, 2017).

4. Aspek- Aspek yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Menurut Kemenkes RI (2019) ada beberapa aspek yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak :


8

a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah Gerakan dan sikap yang menggunakan

otot- otot besar seperti duduk, berdiri, sebagainya.

b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu

yang dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

c. Kemampuan bicara dan Bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak untuk memberikan respons tehadap suara, berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah.

d. Sosialisasi dan kemandirian adalah yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri anak seperti makan sendiri, memakai baju sendiri, membereskan

mainan selesai bermain, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang menurut Sulistyawati

(2014) adalah :

a. Faktor genetik

Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang. Melalui intruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur

yang dibuahi, dapat ditetunkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal yang

termasuk dalam faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, dan

suku bangsa. Gangguan pertumbuhan di negara maju disebabkan oleh faktor

genetik, sedangkan di negara berkembang selain faktor genetik, penyebab

kematian terbesar adalah faktor lingkungan yang kurang memadai, seperti asupan

gizi, infeksi penyakit, kekerasan pada anak dan sebagainya.


9

b. Faktor lingkungan

1) Faktor lingkungan prenatal.

Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan perkembangan janin, yaitu :

a) Gizi pada ibu sewaktu hamil

b) Mekanis

c) Toksin/zat kimia

d) Endokrin

e) Radiasi

f) Infeksi

g) Stress

h) Imunitas

i) Anoksia embrio

2) Faktor lingkungan postnatal.

Faktor lingkungan postnatal yang berpengaruh terhadap tumbuh

kembang bayi adalah :

a) Lingkungan biologis terdiri atas

(1) Ras suku/suku bangsa.

(2) Jenis kelamin.

(3) Umur.

(4) Gizi.

(5) Perawatan kesehatan.

(6) Kepekaan terhadap penyakit.

(7) Penyakit kronis.


10

(8) Fungsi metabolisme.

(9) Hormon.

b) Faktor fisik

(1) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah.

(2) Sanitasi.

(3) Keadaan rumah.

(4) Radiasi.

c) Faktor psikososial

(1) Stimulasi.

(2) Motivasi besar.

(3) Ganjaran atau hukuman yang wajar.

(4) Kelompok sebaya.

(5) Stress.

(6) Sekolah.

(7) Cinta dan kasih sayang.

d) Faktor adat dan istiadat

(1) Pekerjaan dan pendapatan keluarga

(2) Pendidikan ayah dan ibu

(3) Jumlah saudara

(4) Jenis kelamin dan keluarga

(5) Stabilitas rumah tangga

(6) Kepribadian ayah dan ibu

(7) Adat istiadat, norma-norma, dan tabu-tabu

(8) Agama

(9) Urbanisasi
11

6. Gangguan Tumbuh Kembang Anak

a. Gangguan bicara dan bahasa.

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh

perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap

keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan

kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar

anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara

dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

b. Cerebral palsy.

Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak

progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan

pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang

tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

c. Sindrom Down.

Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat

dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas,

yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.

Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa

faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat,

masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan

keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk

menolong diri sendiri.


12

d. Perawakan Pendek.

Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu

terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3

atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi

tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal,gangguan gizi,

kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

e. Gangguan Autisme.

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti

meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut

sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.

Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup

bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

f. Retardasi Mental.

Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang

rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk

belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan

yang dianggap normal.

g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk

memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas

(Kemenkes RI, 2019).


13

7. Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Kegiatan/pemeriksaan yang bertujuan untuk menemukan secara

dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada Balita dan Anak Pra

Sekolah. Dengan ditemukannya secara dini penyimpangan atau masalah

tumbuh kembang pada anak, maka intervensi yang akan dilakukan

tentunya akan lebih mudah dan


dan fokus dilaksanakan dan selain itu tenaga

kesehatan juga mempunyai “waktu” yang cukup dalam membuat rencana

tindakan/intervensi yang sesuai (Kemenkes RI, 2019).

Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining deteksi dini

penyimpangan tumbuh kembang pada balita


balita dan anak prasekolah oleh

tenaga kesehatan
esehatan sebagai
seb berikut :

Tabel 1
Jadwal Deteksi Tumbuh kembang

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan


Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini Penyimpangan
Umur Anak
Penyimpangan Penyimpangan Mental Emosional (Dilakukan
Pertumbuhan Perkembangan Atas Indikasi)
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMPE M-CHAT
CHAT GPPH
0 bulan
3 bulan
6 bulan
9 bulan
12 bulan
15 bulan
18 bulan
21 bulan
24 bulan
30 bulan
36 bulan
42 bulan
48 bulan
54 bulan
60 bulan
66 bulan
72 bulan
(Sumber : Kemenkes RI, 2019 ).
14

8. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.

Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 2
Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Tingkat Alat dan bahan yang
Pelaksana Yang di pantau
Pelayanan digunakan
Keluarga, 1. Orang tua. 1. Buku KIA Berat badan.
orang tua 2. Kader kesehatan. 2. Timbangan dacin
3. Pendidik PAUD, 3. Timbangan digital
Petugas BKB, petugas (untuk anak > 5 thn)
TPA dan Guru TK. 4. Alat ukur tinggi
badan/panjang
badan.

Puskesmas. 1. Dokter 1. Buku KIA 1. Panjang/Tinggi


2. Bidan 2. Tabel/Grafik Badan
3. Perawat BB/TB 2. Berat Badan
4. Ahli gizi 3. Tabel/Grafik TB/U 3. Lingkar kepala
5. Tenaga kesehatan 4. Grafik LK
Lainnya Timbangan
5. Alat ukur tinggi
(Sumber : Kemenkes RI, 2019).

a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)

Untuk mengetahui pertumbuhan balita dengan menilai status gizi dari

pengukuran berat badan terhadap umur (BB/U) dan indeks massa tubuh terhadap

umur (IMT/U) guna menentukan balita kurus/normal/gemuk, dan tinggi

badan terhadap umur (TB/U) guna menentukan balita pendek/normal

Batas atas kepala

Pita ukur tinggi


dlm centimeter

(Sumber : Kemenkes RI, 2019).


Gambar 1
Pengukuran Tinggi Badan dan Panjang Badan
15

Gambar 2
Penimbangan Berat Badan Anak
(Sumber : Rodyati, 2017)

b. Pengukuran lingkaran kepala anak ( LKA )

Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau

diluar batas normal

Gambar 3
Pengukuran Lingkar Kepala
(Sumber : Kemenkes RI, 2019)

9. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua

tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Tingkat
Pelaksana Alat yang digunakan Hal yang dipantau
Pelayanan
Keluarga 1. Orang Tua Buku KIA Perkembangan anak:
dan 2. Kader 1. Gerak Kasar
Masyarakat kesehatan, 2. Gerak Halus
BKB 3. Bicara dan Bahasa
16

3. Pendidikan 4. Sosialisasi dan


PAUD kemandirian
1. Pendidikan 1. Kuesioner KPSP Perkembangan anak:
PAUD terlatih 2. Instrument TTD 1. Gerak Kasar
2. Guru TK 3. Snellen E untuk 2. Gerak Halus
terlatih TDL 3. Bicara dan Bahasa
4. Kuesioner KMPE 4. Sosialisasi dan
5. Skrining Kit kemandirian
SDIDTK
6. Buku KIA
7. Formulir DDTK
Puskesmas 1. Dokter 1. Kuesioner KPSP 1. Perkembangan anak:
2. Bidan 2. Formulir DDTK a. Gerak Kasar
3. Perawat 3. Instrumen TDD b. Gerak Halus
4. Snellen E TDL c. Bicara dan Bahasa
5. Kuesioner KMPE d. Sosialisasi dan
6. Cheklis M-CHAT- kemandirian
R_F 2. Daya Lihat
7. Formulir GPPH 3. Daya Dengar
8. Skrining Kit 4. Masalah Perilaku
SDIDTK Emosional
5. Autisme
6. Gangguan Pusat Perhatian
dan Hiperaktif
(Sumber : Kemenkes RI, 2019).

a. Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner

Praskrining Perkembangan (KPSP).

Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK

dan petugas PAUD terlatih.

Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3 bulan pada anak

< 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18,

21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan). Apabila orang tua datang dengan

keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak

bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining

yang lebih muda dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan

umurnya (Kemenkes RI,2019).


17

Interpretasi hasil KPSP :

1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.

2) Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya (S).

3) Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

4) Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

5) Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak' menurut jenis

keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan

kemandirian).

Intervensi :

1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:

a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik

b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak

c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai

dengan umur dan kesiapan anak.

d) lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di

posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina

Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72

bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.

e) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan

pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak

umur 24 sampai 72 bulan.


18

2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:

a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak

lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.

b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak

untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.

c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya

penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan

lakukan pengobatan.

d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan

daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.

e) Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada

penyimpangan (P).

Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan

tindakan berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan

jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara &

bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Kemenkes RI, 2019).

b. Tes Daya Dengar (TDD).

Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran

sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan

daya dengar dan bicara anak.

Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12

bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.

Tenaga kesehatan mempunyai kewajiban memvalidasi hasil pemeriksaan


19

tenaga lainnya. Alat/sarana yang diperlukan adalah: lnstrumen TDD menurut

umur anak (Kemenkes RI, 2019).

Cara melakukan TDD :

1) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam

bulan.

2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.

3) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:

a) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.

Katakan pada Ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut

menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.

b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu,

berurutan.

c) Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.

d) Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat

melakukannya dalam satu bulan terakhir.

e) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah,

tidak tahu atau tak dapatmelakukannya dalam satu bulan terakhir.

4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:

a) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh

untuk dikerjakan oleh anak.

b) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah

orangtua/pengasuh.

c) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.


20

d) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan

perintah orangtua/pengasuh.

Interpretasi :

a) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak

mengalami gangguan pendengaran.

b) Catat dalam Buku KIA atau register SDIDTK, atau status/catatan

medik anak.

Intervensi :
a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.

b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

10. Asuhan sayang bayi

Menurut Damayanti (2014) asuhan sayang bayi yaitu :

a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya(rawat gabung)

b. Bantu ibu untuk tetap menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI

sesuai yang diinginkan oleh bayinya dan ajarkan ibu tentang ASI

Ekslusif

c. Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi yang seimbang dan istirahat

yang cukup

d. Anjurkan ayah dan anggota keluarga untuk memeluk bayinya dan

mensyukuri atas kelahirannya

e. Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya

yang mungkin terjadi.


21

B. Motorik kasar

1. Pengertian

Perkembangan motorik kasar dibagi menjadi dua, yaitu gerakan motorik

kasar dan motorik halus. Gerakan motorik kasar terbentuk saat anak memiliki

koordinasi yang besar terhadap tubuhnya. Perkembangan motorik kasar

merupakan gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Seperti kemampuan berlari, menendang duduk, naik turun tangga, melompat, dan

berjalan. Maka dari itu, gerakan motorik kasar memerlukan tenaga yang lebih

banyak, karena dilakukan dengan otot-otot besar. Perkembangan motorik

memerlukan koordinasi yang otot-otot yang tertentu agar mereka dapat meloncat,

berlari, memanjat, menaiki sepeda, dan berdiri dengan satu kaki (Khadijah dan

Amelia, 2020).

Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan yang berhubungan

dengan aspek kemampuan anak dalam melakukan pergerakan dan sikap tubuh

yang melibatkan otot-otot besar seperti tengkurap, duduk,berjalan dan

sebagainnya. Pada dasarnya perkembangan ini sesuai dengan kematangan syaraf

dan otot anak (Soetjiningsih dan Ranuh, 2017).

2. Karakteristik Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar mencakup keseluruhan otot tubuh dan

kemampuan menggerakkan berbagai bagian tubuh atas perintah, mengontrol

gerakan tubuh dalam hubungan dengan berbagai faktor yang berasal dari luar dan

dalam seperti gaya berat dan lateralitas. Perkembangan motorik kasar mencakup

aktifitas berjalan, aktivitas balok keseimbangan, dan aktifitas motorik kasar

lainnya (Khadijah dan Amelia, 2020).


22

Motorik kasar anak dapat digerakkan melalui perkembangan pengendalian

gerakan jasmaniah melalui kegiatan otot yang koordinasi perkembangan refleksi

dan kegiatan otot yang koordinasi perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang

ada pada waktu lahir ( Khadijah dan Amelia, 2020).

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar

Menurut Rudiyanto (2016) anak yang tumbuh dan berkembang dengan

baik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kartini Kartono mengemukakan bahwa

faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak sebagai berikut:

a. Faktor hereditas (Warisan sejak lahir atau bawaan )

b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan fungsi-

fungsi.

c. Organis dan fungsi psikis.

d. Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, kemampuan, punya

emosi serta mempunyai usaha untuk membangun diri sendiri.

Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan

motorik anak antara lain:

a. Faktor kematangan

Kematangan atau maturity adalah kesiapan fungsi-fungsi baik fisik

maupun psikis untuk melakukan aktivitas tanpa memerlukan stimulasi dari luar.

Misalnya proses anak belajar duduk, merangkak, berjalan atau bercakap-cakap.

Proses-proses itu memerlukan periode belajar dan berlatih, proses di atas tidak

akan menunjukkan hasil yang maksimal bila anak belum mencapai kematangan.
23

b. Faktor keturunan

1) Tinggi badan

Orang tua yang mempunyai postur tubuh tinggi cenderung mempunyai

keturunan yang tinggi. Demikian pula orang tua yang pendek cenderung akan

memiliki keturunan yang pendek. Namun tinggi tubuh seseorang tidak dapat

diramalkan secara tepat, karena faktor lingkungan gizi dan kesehatan mempunyai

peran penting terhadap perkembangan motoriknya.

2) Kecepatan pertumbuhan

Kecepatan pertumbuhan ternyata juga mempengaruhi sifat yang

diturunkan. Penelitian pada anak kembar identik memperlihatkan bahwa, haid

pertama yang dilalui kembar identik perempuan terjadi pada usia yang sama.

Demikian juga pada perempuan kakak-beradik, haid mereka pada usia yang tidak

begitu berbeda.

3) Pengaruh lain

Nutrisi, penyebab ini bukan hanya faktor sosial ekonomi yang lemah saja

tetapi juga cara dan kebiasaan keluarga dalam hal makan. Akibat apabila seorang

anak kurang gizi yaitu: anak akan menjadi lemah dan kurang berminat untuk

bermain. Selain itu, anak juga mudah tersinggung, pemurung dan kadang gugup.

4. Perkembangan Motorik Kasar Anak Menurut Usia

Menurut Soetjiningsih (2017) Tahapan perkembangan motorik kasar anak

antara lain :

a. Usia 0-3 bulan

1) Memiliki kemapuan untuk mengangkat kepalanya sendiri dengan

menggunakan otot lehernya.


24

2) Saat usia 3 bulan, bayi bisa mengangkat kepala dan dadanya ketika sedang

berbaring tengkurap.

b. Umur 4-6 bulan

1) Gerakan berbalik dari telungkup ke telentang.

2) Kepala terangkat setinggi 900.

3) Kepala tetap tegak dan stabil.

c. Umur 7-9 bulan

1) Duduk sendiri (dalam sikap bersila).

2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.

3) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

d. Umur 10-12 bulan

1) Badan terangkat ke posisi berdiri.

2) Berdiri selama 30 detik atau berpegangan.

3) Dapat berjalan dengan dituntun

e. Umur 13-18 bulan

1) Berdiri sendiri.

2) Memungut mainan kemudian berdiri kembali.

3) Berjalan mundur lima langkah.

f. Umur 19-24 bulan

1) Berdiri sendiri tidak berpegangan kurang lebih 30 detik.

2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

g. Umur 25-36 bulan

1) Jalan naik tangga sendiri.

2) Dapat menendang bola kecil.


25

h. Umur 37-48 bulan

1) Berdiri 1 kaki sebentar (beberapa detik).

2) Melompat dengan dua kaki.

3) Naik sepeda roda tiga.

i. Umur 49-60 bulan

1) Sering melompat dengan 1 kaki dan menari.

2) Menggambar, contohnya menggambar tanda silang.

3) Berdiri satu kaki 6 detik.

j. Umur 61-72 bulan

1) Berjalan lurus.

2) Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik.

5. Penatalaksanaan Pada Motorik Kasar

Menurut Kemenkes (2019) penatalaksaaan motorik kasar yaitu :

a. Deteksi Dini Tumbuh Kembang anak Menggunakan KPSP sesuai

umur anak.

b. Melakukan stimulasi dengan prinsip dasar :

1) Stimulasi dilakukan dengaan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

2) Selalu tujuan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan

meniru tingkah laku orang-orang di dekatnya.

3) Berikan stimulasi sesuai kelompok usia umurnya.

4) Lakukan stimulasi dengan cara ajak anak bermain dengan mainan

yang berwarna cerah, gendong anak dengan posisi tegak agar ia

dapat belajar menahan kepalanya tetap tegak dan berikan asuhan

pijat bayi pada anak untuk merangsang motorik anak.

5) Selalu berikan pujian pada anak.


26

c. Melakukan stimulasi menggunakan KPSP usia 3 bulan :

1) Mengangkat kepala 450

Letakkan bayi pada posisi telungkup. Gerakkan sebuah mainan

berwarna cerah atau buat suara-suara gembira di depan bayi

sehingga ia akan belajar mengangkat kepalanya. Secara berangsur-

angsur akan menggunakan kedua lengannya untuk mengangkat

kepala dan dadanya.

2) Menahan kepala tetap tegak

Gendong bayi dengan posisi tegak agar ia dapat belajar menahan

kepalanya tetap tegak.

d. Rujuk kerumah sakit apabila terdapat penyimpangan.

C. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney

1. Tujuh Langkah Varney

Menurut Tajmiati (2016) manajamen asuhan kebidanan yaitu :

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini kita harus mengumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk

memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :

1) Anamnesa

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital

3) Pemeriksaan khusus

4) Pemeriksaan penunjang
27

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada

dokter dalam penatalaksanaan maka kita perlu melakukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan

menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus

yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam

tahap selanjutnya, sehingga kita harus melakukan pendekatan yang komprehensif

meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Setelah itu,

kita perlu melakukan pengkajian ulang data yang sudah dikumpulkan apakah

sudah tepat, lengkap dan akurat atau belum.

b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini kita akan melakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah

dikumpulkan pada pengumpulan data dasar. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang

spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah

yang terjadi pada klien tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap

membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang

dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.

Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa

yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosa kebidanan.


28

Standar nomenklatur diagnosa kebidanan adalah seperti di bawah ini:

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi

2) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

3) Memiliki ciri khas kebidanan

4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan

5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita akan mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dapat dilakukan

pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi

masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi

tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi penanganan agar masalah atau

diagnosa potesial tidak terjadi.

d. Langkah IV : Mengidentifikasi Perlunya Tindakan Segera oleh

Bidan/Dokter

Pada langkah ini kita akan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan/dokter dan, atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi,

penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.

Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan

harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah


29

bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus

merumuskan tindakan emergency/segera untuk ditangani baik ibu maupun

bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan

secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh yang

Ditentukan Oleh Langkah Sebelumnya

Pada langkah ini kita harus merencanakan asuhan secara menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau

diantisipasi pada langkah sebelumnya. Pada langkah ini informasi data yang tidak

lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut

seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah

yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi. Setiap

rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan

klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan

rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan

teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan

klien.
30

f. Langkah VI : Rencana Asuhan Menyeluruh

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.

Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi

oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak

melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam

penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan

yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan

asuhan klien.

g. Langkah VII : Evaluasi Keefektifan Asuhan

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam

diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang

benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses

penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses

pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis,

karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik, maka

dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.


31

2. Data Fokus SOAP

Catatan perkembangan dengan dokumentasi SOAP menurut Sih dan

Mulyati (2017)

a. S (Data Subjektif)

Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan

diagnosis. Pada klien yang menderitatuna wicara, dibagian data dibagian data

dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan

menjelaskan bahwa klien adalah penderita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya

akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

b. O (Data Objektif)

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,

hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini

sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan

fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

c. A (Analisis)

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

(Kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap

saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data

subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data

yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis


32

yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat

diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intrepretasi data

yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.

d. P (Penatalaksanaan)

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksaan

yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipastif, tindakan segera, tindakan

secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien

seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai