Step 1
1. Tantrum: Ledakan emosi yang dikaitkan dengan anak-anak berkaitan dengan
pengaturan emosional ditandai dengan sikap keras kepala, mudah menangis
dikarenakan oleh keinginan yang belum tercapai, biasanya berusia (15 bulan
5 tahun).
2. DDST II: (Derver Development Screening Test) untuk menggunakan
parameter perkembangan anak dengan berdasarkan usia.
3. Tumbuh kembang: Proses perkembangan fisik secara anatomi,bertambah
ukuran danproses bertambahnya kemampuan (Skill dalam struktur dan
fungsi).
4. Moody: Perubahan emosional bergantung pada anak mudah sedih,marah
sesuai dengan suasana hasil tanpa alasan jelas.
5. Intervensi: Kegiatan penanganan secara segera terhadap penyimpanan tumbuh
kembang anak yang disesuaikan dengan keluhan.
6. Development delay: Terganggu/ tertunda proses perkembangan pada anak
Step 2
Step 3
1. Proses Tumbuh Kembang
a. 2 masa tumbuh kembang anak
1) Masa neonatus (dimulai sejak lahir): Masa pertorate dan neonate
2) Masa bayi (usia 1 bulan 1 tahun): Insting, refleksi, dan kemampuan
belajar
b. Perkembangan anak
1) Basic trust (Kepercayaan orang tua)
2) Aotonomy
3) Initiative
4) Indostys (mengenal dunia luar)
5) Identify ( Mencari jati diri)
6) Intimacy
7) Procreative
8) Egointegrity
c. Masa perkembangan
Attacment (pertama kali dikaitkan dan pada pola masa neonatus)
Bonding (kasih sayang)
d. 2 masa perkembangan
Masa bayi:
Masa neonatal (0-7 hari)
Pasca neonatal (8 28 hari)
2. Faktor yang mempengaruhi
Genetik : Jenis kelamin,keluarga,dan RAS
Lingkungan :Prenatal dan postnatal
Status sosioekonomi
Nutrisi
Faktor kesehatan
3. Pola asuh yang baik
perubahan
suhu,
pernafasan,
menghisap
dan
menelan,
b.
c.
d.
e.
Step 5
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ?
2. Apa saja pola kelainan tumbuh kembang anak dari etiologi sampai
penatalaksanaan?
3. Bagaimana cara penilaian tumbuh kembang anak ?
4. Bagaimana pola asuh yang baik pada tumbuh kembang anak ?
5. Bagaimana psikososial menurut erik erikson ?
Step 6
Belajar Mandiri
Bagan
Tahap Tumbuh Kembang
Penilaian DDST
Neonatus
Tumbuh Kembang Anak
Bayi
Anak
Kelainan
Faktor
Psikomotor
Lingkungan,Nutrisi dan
Genetik
Bawaan
Psikososial
Dampak
STEP 7
1. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi
genetik yang terkadung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai oleh
intensitas an kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas, an berentinya pertumbuhan tulang. Yang
termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi
genetik yang baik, bila berinteraksi dengan lingkungan yang positif, akan
ini
merupakan
lingkungan
biofisikopsikososial
yang
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti traua kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak. (Soetjiningsih, 2014)
3) Faktor pascaalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
b) Penyakit kronis atau kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisis atau kimia
Tepat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar mataari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu (mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif
terhadap pertubuhan anak.
d) Psikologis
Ubungan anak engan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikeendaki ole orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalai ambatan pertubuhan dan perkembangannya.
(Soetjiningsih, 2014)
c. Faktor nutrisi
Faktor yang berubungan dengan makanan mengatur pertubuhan pada
setiap perkembangan. Selama priode perkembangan prenatal kekurangan
nutrisi akan mempengarui perkembangan pada implantasi ovum hingga
melairkan. Masa pertumbuhan pada anak-anak membutuhkan kalori yang
sangat tinggi, terbukti dengan peningkatan secara cepat tinggi dan berat
badan anak. (Soetjiningsih, 2014)
2. Pola Kelainan Tumbuh Kembang Anak Dari Etiologi Sampai Penatalaksanaan
A. Marasmus
a. Definisi
Marasmus adalah malnutrisi energi protein berat yang
disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori) dapat
terjadi bersama/ tanpa disertai defisiensi protein. (Betz, 2002)
Marasmus adalah kekurangan kalori dalam diit
yang
infeksi
enteral
misalnya
infantil
gastroenteritis,
palatum,
palatoschizis,
micrognathia,
asidosis,
idiopathic
hypercalcemia,
10
d. Manifestasi Klinik
11
8) Kelaparan
9) Apatis
10) Perubahan psikis, anak menjadi cengeng, cerewet walaupun
mendapat minum.
11) Pertumbuhan berkurang atau terhenti.
12) Berat badan anak menurun, jaringan subkutan menghilang, turgor
jelek dan
kulit keriput.
13) Vena superfisialis kepala lebih nyata, frontal sekung, tulang pipi
e. Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan
dengan
baik
bila
penyebab
diketahui.
Usaha-usaha
tersebut
13
B. Autisme
a. Konsep Dasar/ Pengertian Autime
Autisme berasal dari istilah dalam bahasa Yunani; aut = diri
sendiri, isme orientation/ state= orientasi/keadaan. Maka autisme
dapat diartikan sebagai kondisi seseorang yang secara tidak wajar
terpusat pada dirinya sendiri; kondisi seseorang yang senantiasa berada
di
dalam
dunianya
sendiri.
Istilah
autisme
pertama
kali
tahun,
tidak
mampu
untuk
berkomunikasi
dan
14
ini
akan
sangat
mempengaruhi
perkembangan
anak
akan
bertambah
dengan
0,15%
yaitu
6900
anak.
(Soetjiningsih, 2014)
b. Penyebab Autisme
Beberapa tahun yang lalu, penyebab autisme masih merupkan
suatu misteri, oleh karena itu banyak hipotesis yang berkembang
mengenai penyebab autisme. Salahsatu hipotesis yang kemudian
mendapat tanggapan yang luas adalah teori ibu yang dingin.
Menurut teori ini dikatakan bahwa anak masuk ke dalam dunianya
sendiri oleh karena merasa ditolak oleh ibu yang dingin. Teori ini
banyak yang menentang banyak ibu yang bersifat hangat tetap
mempunyai anak yang menunjukkan ciri-ciri autisme. Teori tersebut
tidak memberi gambaran secara pasti, sehingga hal ini mengakibatkan
penanganan yang diberikan kurang tepat bahkan tidak jarang
berlawanan dan berakibat kurang menguntungan bagi pekembangan
individu autisme. (Soetjiningsih, 2014)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang
kedokteran akhir-akhir ini telah menginformasikan individu dengan
gangguan autisme mengalami kelainan neurobiologis pada susunan
15
saraf pusat. Kelainan ini berupa pertumbuhan sel otak yang tidak
sempurna pada beberapa bagian otak. Gangguan pertumbuhan sel otak
ini, terjadi selama kehamilan, terutama kemahilan muda dimana sel-sel
otak sedang dibentuk. (Soetjiningsih, 2014)
Pemeriksaan dengan alat khusus yang disebut Magnetic
Resonance Imaging (MRI) pada otak ditemukan adanya kerusakan
yang khas di dalam otak pada daerah apa yang disebut dengan limbik
sistem (pusat emosi). Pada umumnya individu autisme tidak dapat
mengendalikan emosinya, sering agresif terhadap orang lain dan diri
sendiri, atau sangat pasif seolah-olah tidak mempunyai emosi. Selain
itu muncul pula perilaku yang berulang-ulang (stereotipik) dan
hiperaktivitas. Kedua perilaku tersebut erat kaitannya dengan adanya
gangguan pada daerah limbik sistem di otak. Terdapat beberapa dugaan
yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak yang menimbulkan
gangguan autisme di antaranya adanya pertumbuhan jamur Candida
yang berlebihan di dalam usus. Akibat terlalu banyak jamur, maka
sekresi enzim ke dalam usus berkurang. Kekurangan enzim
menyebabkan makanan tak dapat dicerna dengan sempurna. Beberapa
protein jika tidak dicerna secara sempurna akan menjadi racun bagi
tubuh. Protein biasanya suatu rantai yang terdiri dari 20 asam amino.
(Soetjiningsih, 2014)
Bila pencernaan baik, maka rantai tersebut seluruhnya dapat
diputus dan ke- 20 asam amino tersebut akan diserap oleh tubuh.
Namun bila pencernaan kurang baik, maka masih ada beberapa asam
amino yang rantainya belum terputus. Rangkaian yang terdiri dari
beberapa asam amino disebut peptida. Oleh karena adanya kebocoran
usus, maka peptida tersebut diserap melalui dinding usus, masuk ke
dalam aliran darah, menembus ke dalam otak. Di dalam otak peptida
tersebut ditangkap oleh reseptor oploid, dan ia berfungsi seperti opium
atau morfin. Melimpahnya zat-zat yang bekerja seperti opium ini ke
dalam otak menyebabkan terganggunya kerja susunan saraf pusat.
Yang terganggu biasanya seperti persepsi, kognisi (kecerdasan), emosi,
16
dan perilaku. Dimana gejalanya mirip dengan gejala yang ada pada
individu autisme. (Soetjiningsih, 2014)
Tentu masih terdapat dugaan-dugaan lain yang menimbulkan
keruskan pada otak seperti adanya timbal, mercury atau zat beracun
lainnya yang termakan bersama makanan yang dikonsumsi ibu hamil,
yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan otak janin yang
dikandungnya. Apapun yang melatarbelakangi penyebab gangguan
pada individu autisme, yang jelas bukan karena ibu yang frigit (ibu
yang tidak memberi kehangatan kasih sayang), seperti yang dianut
dahulu, akan tetapi gangguan pada autisme terjadi erat kaitannya
dengan gangguan pada otak. (Soetjiningsih, 2014)
c. Karakteristik autisme
Karakteristik gangguan autisme pada sebagian individu sudah
mulai muncul sejak bayi. Ciri yang sangat menonjol adalah tidak ada
kontak mata dan reaksi yang sangat minim terhadap ibunya atau
pengasuhnya.Ciri ini semakin jelas dengan bertambahnya umur. Pada
sebagian
kecil
lainnya
dari
individu
penyandang
autisme,
mengoceh,
dan
tidak
bereaksi
terhdap
orang
lain.
(Soetjiningsih, 2014)
Oleh karena itu kemudian diketahui bahwa seseorang baru
dikatakan mengalami gangguan autisme, jika ia memiliki gangguan
perkembangan dalam tiga aspek yaitu kualitas kemampuan interaksi
sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan
komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas disertai gerakangerakan berulang tanpa tujuan Ciri-ciri tersebut harus sudah terlihat
sebelum anak berumur 3 tahun. Mengingat bahwa tiga aspek gangguan
perkembangan di atas terwujud dalam berbagai bentuk yang berbeda,
17
18
5) Gangguan dalam sensoris atau penginderaan-menjilat-jilat bendamencium benda-benda atau makanan-menutup telinga bila
mendengar suara keras dengan nada tertentu-tidak suka memakai
baju dengan bahan yang kasar. (Soetjiningsih, 2014)
Karakteristik tersebut di atas sering juga disertai dengan adanya
ketidak mampuan untuk bermain, seperti; tidak menggunakan mainan
sesuai dengan fungsinya,kurang mampu bermain spontan dan
imjinatif, tidak mampu meniru orang lain, dan sulit bermain pura-pura.
Gangguan makan seperti; sangat pemilih dalam hal menu makanannya,
cenderung ada maslah dalam pecernaan atau sangat terbatas
asupannya, dan gangguan tidur seperti; sulit tidur atau terbangun
tengah malam dan berbagai permasalahan lainnya. (Soetjiningsih,
2014)
d. Penanganan
Penanganan pada anak autisme ditujukan terutama untuk
mengurangi atau menghilangkan masalah gangguan tingkah laku,
meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya terutama
dalam penguasaan bahasa dan keterampilan menolong diri. Supaya
tujuan tercapai dengan baik diperlukan suatu program penanganan
menyeluruh dan terpadu dalam suatu tim yang terdiri dari; tenaga
medis antara lain dokter saraf dan dokter anak, tenaga pendidik, tenaga
terapis seperti ahli terapi wicara dan ahli terapi okupasi. Beberapa
penanganan yang telah dikembangan untuk membantu anak autism
antara lain;
1) Terapi Tingkah laku
Berbagai jenis terapi tingkahlaku telah dikembangkan untuk
mendidik penyandang autisme, mengurangi tingkahlaku yang tidak
lazim dan menggantinya dengan tingkah laku yang bisa diterima
dslsm masyarakat. Terapi ini sangat penting untuk membantu
penyandang autisme untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam
masyarakat. (Soetjiningsih, 2014)
19
2) Terapi wicara
Terapi
wicara
seringkali
masih
tetap
dibutuhkan
untuk
individu
dengan
gangguan
autisme
mempunyai
okupasi
diberikan
untuk
membantu
menguatkan,
20
C. Gangguan ADHD
a. Pengertian ADHD
ADHD
merupkan
kependekan
dari
attention
deficit
umum
ADHD
menjelaskan
kondisi
anak-anak
yang
21
dan
melawan
(oppositional
defiant
disorderlodd).
22
23
Diagnostic
menggunakan
definisi
and
Statistical
ADHD.
Manual
Belakangan,
(DSM)
dalam
simtom-simtom
24
yang
terkendali
termasuk
pemusatan
perhatian
dan
25
b. Penyebab ADHD
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari tetapi
belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua
gangguan yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang
26
penyebab
terjadinya
ADHD,
secara
umum
karena
Namun
untuk
bahan
kajian
lebih
lanjut
akan
27
2) Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya
bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada
ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus
prefrontl. Demikian juga penurunan kemampuan pada anak ADHD
pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi lobus
prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan
teknologi tinggi)menunjukan ada ketidaknormalan pada bagian
otak depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling
berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebral secara
kolektif
dikenal
sebagai
basal
ganglia.
Bagian
otak
ini
organisasi
respons.
Kerusakan-kerusakan
daerah
ini
tindakan
atau
penanganan
bagi
penderita
adhd.
28
berupa
terapi
(psikoterapi)
juga
umum
D. Kwasiokhor
a. Pengertian
Definisi kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang
disebabkan oleh defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi
energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor
atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan
yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan
beberapa karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan,
depigmentasi,
hyperkeratosis.
Penyakit
ini
merupakan
bentuk
tahuan
(kurang
nya
edukasi)
yang
menyebabkan
30
31
hati
disebabkan
gangguan
pembentukan
32
6) Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis
kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan
hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita
dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor,
yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak
putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian
tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu
terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta,
seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha,
dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercakbercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan
berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan
memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen,
dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
7) Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan
caries pada gigi penderita.
8) Kelainan Hati
33
Defisiensi
protein
juga
menyebabkan
gangguan
34
protein
bisa
mencegah
terjadinya
kwashiorkor.
Protein
35
Contohnya
koordinasi
mata,
tangan,
memainkan,
36
5) Persiapan
a) Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang/
tidak bising, dan bersih.
b) Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.
c) Formulir Denver.
(1) Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6
tahun, berisi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir
menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi.
(2) Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari
umur dalam bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6
tahun.
(3) Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak
berumur 24 bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak
berusia 6 tahun.
(4) Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat
batas kemampuan perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90%
dari populasi anak lulus pada tugas perkembangan tersebut.
d)
e)
f)
g)
37
(Soetjiningsih, 2014)
6) Alat
a) Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm)
b) Kismis/ manik-manik
c) 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm
d) Kerincing dengan gagang yang kecil
e) Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
f) Bel/ lonceng kecil
g) Bola tennis
h) Pensil merah
i) Boneka kecil dengan botol susu
j) Cangkir plastic dengan gagang/ pegangan
k) Kertas kosong
(Soetjiningsih, 2014)
7) Prosedur
a) Sapa orang tua/ pengasuh anak dengan ramah.
b) Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua.
c) Buat komunikasi yang baik dengan anak.
d) Hitung umur anak dan buat garis umur.
(1) Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal
pemeriksaan pada formulir.
(2) Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan
dikurangi tanggal lahir.
e) Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak
yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan
berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.
f) Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal
pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Formulir Denver dapat
digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna
yang berbeda.
g) Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa
mainan dari kit sesuai dengan apa yang ingin ditestkan.
h) Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan
dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
(1) Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan
yang paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiap tugas
perkembanagan yang ditembus garis umur
(2) Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba
pada langkah i (gagal/ menolak/ tidak ada kesempatan),
38
yang
sama
sampai
anak
dapat
lulus
tugas
perkembangan.
(3) Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan
pada
langkah,
lakukan
tugas
perkembangan
tambahan
39
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25
dan 75, maka dikategorokan sebagai normal.
40
d) Delay/ keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba
yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur.
bahwa
tugas
anaknya
tidak
perkembangan
ada
kesempatan
tersebut.
Hasil
ini
untuk
tidak
(Soetjiningsih, 2014)
11) Langkah mengambil kesimpulan
a) Normal
(1) Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu
caution
(2) Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
b) Suspect/ di duga
(1) Bila didapatkan 2 caution dan/ atau 1 keterlambatan.
(2) Lakukan uji ulang dalam 1 2 minggu untuk menghilangkan
factor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
c) Untestable/ tidak dapat diuji
(1) Bila ada skor menolak pada 1 uji coba tertelak disebelah kiri
garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis
umur pada daerah 7590%.
(2) Lakukan uji ulang dalam 1 2 minggu.
(Soetjiningsih, 2014)
41
kembang
anak
adalah
kegiatan/
42
43
Anak
(LKA)
Tujuan
Deteksi
dini
penyimpangan
pertumbuhan
44
45
47
48
Maturasi
muskular
tersebut
menentukan
sifat
stadium
perkembangan ini. Jika orang tua mengizinkan anak untuk berfungsi secara
otonom dan bersikap membantu tanpa bersikap overprotektif, anak
mendapatkan kepercayaan diri dan merasa bahwa mereka dapat mengontrol
dirinya sendiri dan dunianya. Tetapi, jika anak dihukum karena bersikap
otonom atau dikontrol secara berlebihan, mereka merasa marah dan
dipermalukan. Jika orang tua menunjukkan persetujuan tentang kontrol diri
sendiri, harga diri anak meningkat, dan rasa kebanggaan berkembang. Kontrol
yang berlebihan dari orang tua atau anak yang kehilangan kontrol diri, disebut
juga impotensi muskular dan anal oleh Erikson, menyebabkan rasa ragu-ragu
dan malu. Rasa malu menyatakan secara tidak langsung bahwa seseorang
dipandang benci oleh dunia luar. Hal ini menggali perasaan anak yang merasa
kecil saat berdiri tegak untuk pertama kalinya. Karena merasa kecil, anak
mudah merasa malu oleh pengalaman pengasuhan orang tua yang kurang.
(Kaplan, 2010)
Stadium 3. Inisiatif lawan rasa bersalah (initiative versus guilt). (usia 3
tahun sampai 5 tahun) stadium ini berhubungan dengan fase falik-oedipal dari
Freud. Selama periode ini, anak mengembangkan rasa ingin tahu tentang
49
seksual
bagian
dari
pubertas.
Jika
orang
tua
terlalu
banyak
50
Anak yang mengembangkan superego yang terlalu kuat, anak dengan kualitas
semua atau tidak sama sekali, dapat menuntut sebagai orang dewasa bahwa
orang lain harus mematuhi peraturan moral mereka dan dengan demikian,
dapat menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Jika krisis
inisiatif diselesaikan dengan berhasil, rasa tanggung jawab, dapat diandalkan,
dan disiplin diri berembang. (Kaplan, 2010)
Stadium 4. Industri lawan inferioritas (industry vs inferiority). (usia 6
tahun sampai 11 tahun). Stadium ini adalah periode usia sekolah, selama mana
anak mulai berperan serta di dalam program belajar yang tersusun. Stadium ini
adalah ekuivalen dengan periode latensi dari Freud, dimana dorongan biologis
adalah terhenti dan interaksi dengan teman sebaya adalah kuat. Di dalam
semua kultural, anak mendapatkan instruksi formal pada kira-kira 6 tahun; di
dalam kultur Barat, anak beljar untuk menjadi terpelajar dan teknis. Pada
masyarakat lain, belajar dapat termasuk menjadi akrab dengan perkakas dan
senjata. (Kaplan, 2010)
Industri,
yaitu
kemampuan
untuk
bekerja
dan
mendapatkan
keterampilan dewasa, adalah kunci dari stadium ini. Anak-anak belajar bahwa
mereka mampu untuk berbuat sesuatu dan, yang paling penting, mampu untuk
menguasai dan menyelesaikan tugasnya. Jika ditekankan terlalu besar pada
aturan-aturan,
kaidah-kaidah,
seharusnya,
dan
semestinya,
anak
51
usaha yang sulit adalah benteng terhadap rasa inferioritas. Apabila Freud
menempatkan sebagian besar kesalahan atau pujian untuk perkembangan anak
dalam tanggungan orang tua, Erikson menekankan situasi sosial yang sensitif
dapat menetralkan sikap orang tua yang tidak mendukung. Sebaliknya,
lingkungan sekolah yang mencemarkan atau tidak menguntungkan anak dapat
menghilangkan harga diri anak, bahkan jika orangtuanya menghargai sikap
ketekunan anak-anaknnya di rumah. (Kaplan, 2010)
Stadium 5. Identitas lawan difusi peran (identity vs role diffusion).
(usia 11 tahun sampai akhir masa remaja) mengembangkan rasa iddentitas
adalah tugas utama dari periode ini, yang bertepatan dengan masa pubertas
dan masa remaja. Identitas didefinisikan sebagai karakteristik yang
membentuk seseorang dan kemana tujuan mereka. Identitas yang sehat
dibangun pada keberhasilan mereka melewati stadium yang lebih awal.
Bagaimana keberhasilan mereka mendapatkan kepercayaan, otonomi, inisiatif,
dan industri mempunyai banyak pengaruh dengan perkembangan rasa
identitas. Identifikasi dengan orangtua atau pengganti orangtua yang sehat
mempermudah proses. (Kaplan, 2010)
Identitas berarti suatu rasa kekompakan inti dengan ide dan nilai-nilai
kelompok sosial. Seseorang remaja adalah suatu penundaan psikososial antara
masa anak-anak dan masa remaja; selama penundaan tersebut, berbagai
peranan diuji. Remaja mungkin melakukan beberapa kesalahan awal sebelum
memutuskan suatu pekerjaan atau dapat keluar dari sekolah dan kembali di
kemudian hari untuk menyelesaikan pendidikannya. Nilai moral mungkin
berubah, tetapi akhirnya suatu sistem etika digabungkan ke dalam kerangka
kerja organisasi yang logis. (Kaplan, 2010)
Krisis identitas. Suatu krisis identitas terjadi pada akhir masa remaja.
Erikson menyebutnya sebagai suatu krisis normatif, karena merupakan suatu
peristiwa yang normal. Kegagalan untuk mengatasi stadium ini meninggalkan
anak remaja tanpa identitas yang kokoh; orang menderita difusi identitas atau
kebingungan peran, yang ditandai dangan tidak memiliki rasa diri dan oleh
kebingungan tentang posisinya di dunia. Kebingungan peran (role confusion)
52
53
54
55
DAFTAR PUSTAKA
56
G.
(1990).
The
Hidden
Handicap.
Australia:
Paramount
Communications Company.
Sidhi. (2006). Peranan Parent Support Group dalam Penanganan Anak GPPH.
Jakarta: Konferensi Nasional Neurodevelopmental. Taylor, E. (1988).
Anak yang Hiperaktif. Jakarta: Gramedia
Soetjiningsih, dkk. 2014. Tumbuh kembang anak, Edisi 2. Jakarta. EGC
57