Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 Pengertiaan Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan prefentif, untuk mencapai
derajat kesehatan diwilayah kerjanya.1 Menurut Kepmenkes RI No.
128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 1
Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal dan puskesmas
dapat menghasilkan luaran yang efektif dan efisien puskesmas harus
melaksanakan manajemen puskesmas,pengawasan dan pertanggung jawaban
seluruh kegiatan secara keterkaitan dan berkesinambungan. 1,2
Perencanaan tingkat puskesmas disusun untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ada diwilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya
kesehatan pengembangan. Dari 6 Provinsi yang terdaftar dalam program
STBM yang dicanangkan pemerintah salah satunya adalah desa ODF, Jawa
Barat merupakan salah satu provinsi yang termasuk kedalam program
tersebut 2
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan
kesehatan, khususnya bidang higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk
itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi
total. Pemerintah mengubah pendekatan pembangunan sanitasi
nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat
keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan
perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan
sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima)
perubahan perilaku higienis.

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau Open Defecation


adalah perilaku yang tidak sehat. Yang disebut dengan perilaku BABS atau
2

Open Defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di


ladang, hutan, semak – semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan
dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.2
Perilaku BABS atau Open Defecation masih menggambarkan keadaan
sanitasi lingkungan yang tidak layak di Indonesia. Indonesia merupakan
negara dengan penduduk yang melakukan perilaku BABS atau Open
Defecation terbanyak kedua di dunia setelah India. Berdasarkan data WHO
pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar orang atau 17%
penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data tersebut
diatas sebesar 81% penduduk yang BABS terdapat di 10 negara.
Kesepuluh negara terbanyak dengan perilaku BABS atau Open
Defecation adalah India (58%), Indonesia (5%), China (4,5%), Ethiopia
(4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%),
Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%).3
Berdasarkan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang
telah dicapai pada tahun 2015, proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap fasilitas sanitasi dasar layak di Indonesia belum
melampaui target MDGs 2015 yang ditetapkan yaitu sebesar 62,41%.3
Kelanjutan dari MDGs yaitu Sustainable Development Goals (SDGs)
yang mempunyai target tahun 2030 menentukan indikator sanitasi berupa
pencapaian akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata bagi semua
orang serta mengakhiri defekasi terbuka, serta memberi perhatian khusus
pada kebutuhan perempuan dan wanita serta orang-orang yang berada pada
situasi rentan. Hal ini kemudian diterjemahkan dalam Rencana Strategis
Kementrian Kesehatan RI Tahun 2015 berupa hal ini jumlah Desa/Kelurahan
yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Pada tahun
2014, terdapat sebanyak 18.339 Desa/Kelurahan yang telah melaksanakan
STBM, masih jauh dari target pada tahun 2019 yang menetapkan 45.000
Desa/Kelurahan telah melaksanakan STBM.4

Rata-rata capaian nasional tahun 2016 untuk pelaksanaan kegiatan


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah 42,24%, meningkat dari
rata-rata capaian Tahun 2015 yaitu 32,91%. Provinsi dengan
3

persentase desa/kelurahan yang melaksanakan STBM tertinggi adalah DI


Yogyakarta (96,35%), Nusa Tenggara Barat (95,07%), dan Kep. Bangka
Belitung (80,62%). Sedangkan provinsi dengan persentase
desa/kelurahan yang melaksanakan STBM terendah adalah Papua (7,05%),
Sulawesi Utara (7,88%) dan DKI Jakarta (9,74%). Dilihat dari jumlah, 5
(lima) provinsi dengan realisasi desa/kelurahan yang melaksanakan STBM
tertinggi yaitu Jawa Timur (5.797 desa/kelurahan), Jawa Tengah (5.222
desa/kelurahan), Jawa Barat (2.401 desa/kelurahan), Nusa Tenggara Timur
(2.230 desa/kelurahan), dan Sulawesi Selatan (1.570 desa/kelurahan).4
Sedangkan hingga tahun 2016, untuk desa dengan SBS (Stop Buang Air
Besar Sembarangan) atau ODF (Open Defecation Free) yang sudah
terverifikasi, mencapai 8.814 desa/kelurahan atau 26% dari 33.927
desa/kelurahan dengan STBM. Dalam rangka mendukung pencapaian target
RPJMN termasuk Universal Access 2019, pada akhir tahun 2019 harus
tercapai 100% desa/kelurahan melaksanakan STBM, dan 50% desa/kelurahan
STBM harus mencapai SBS/ODF yang terverifikasi. SBS Terverifikasi adalah
kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan
perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit
dan sudah dipastikan melalui proses verifikasi.4
Di Provinsi Jawa Barat, berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia,
jumlah desa yang telah melaksanakan STBM secara mandiri sejak tahun 2014
hingga 2016 cukup mengalami perkembangan yang signifikan. Pada tahun
2014, terdapat sebanyak 30,47% desa STBM di Provinsi Jawa Barat,
meningkat pada tahun 2015 menjadi 35,97%, dan kemudian pada tahun
2016 meningkat kembali menjadi 40,45%.6Menurut Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012, jumlah keluarga di Jawa Barat yang
memiliki jamban sehat sebanyak 72,96%.5
Tahun 2018, di Kabupaten Cirebon, baru ada 71 desa yang
mampu mengakses 100 % sarana sanitasi, 231 desa mampu
mengakses 75-79% sarana sanitasi, 7 desa mampu mengakses 50-
74%, 13 desa mampu mengakses 50% sanitasi 6
Prevalensi penyakit akibat sanitasi buruk di Indonesia adalah penyakit
4

diare sebesar 72%, Skabies sebesar 23%, kecacingan sebesar 0,85%,


Trakhoma sebesar 0,14%, hepatitis A sebesar 0,57%, hepatitis E sebesar
0,02% dan malnutrisi sebesar 2,5%, sedangkan kasus kematian akibat
sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan sebesar 0,1%,
Skabies sebesar 1,1%, hepatitis A sebesar 1,4% dan hepatitis Esebesar
0,04%.7
Berdasarkan data di wilayah Kabupaten Cirebon, bahwa Program
Pemicuan dengan pendekatan STBM merupakan program unggulan
dalam meningkatkan perilaku buang air besar di jamban, yang
bertujuan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit
yang diakibatkan sanitasi yang buruk khususnya diare.

1.2. PERMASALAHAN
1. Kurangnya rasa mau masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat
2. Kurangnya rasa malu masyarakat BAB di sembarang tempat
3. Kurang mampunya masyarakat untuk memiliki jamban sehat
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya BAB di sembarang
tempat

1.3. TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum:


Mampu mengidentifikasi program-program puskesmas,
mengetahui kondisi dan sarana serta kegiatan yang akan dilaksanakan
serta mengidentifikasi berbagai permasalahan sesuai dengan prioritas
masalah yang dihadapi puskesmas.

1.3.2 Tujuan Khusus:


1. Teridentifikasinya masalah kegiatan di Puskesmas melalui data
sekunder, wawancara dan observasi di Puskesmas Tegalgubug
2. Teranalisisnya permasalahan di Puskesmas Tegalgubug
3. Diperolehnya penyebab timbulnya masalah utama, metode dan
alternatif pemecahan masalah
4. Menganalisis berbagai masalah dan pemecahan masalah tersebut,
tersusunnya rencana usulan kegiatan program terpilih
5. Mengimplementasikan usulan kegiatan serta mengevaluasi hasil
5

pelaksanaan kegiatan
6. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan.
7. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan
berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan.
1.4. MANFAAT
1.4.1. Bagi Dokter Muda
1. Terlibat langsung dalam pemecahan permasalahan mengenai
kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di masyarakat.
2. Berkontribusi dalam menjadi fasilitator Pemicuan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan melakukan promosi
kesehatan lingkungan
1.4.2. Bagi masyarakat di Wilayah UPTD Puskesmas Tegalgubug
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai kebiasaan Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) dan kerugian yang ditimbulkan.
2. Terpicu untuk menghilangkan kebiasaan BAB Sembarangan
(BABS) dan mempraktikkan pilar-pilar lain dalam Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) secara mandiri.
1.4.3. Bagi Puskesmas Tegalgubug
Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan
untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap
masayarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi
koassisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.
6

BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian BABS
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation)
termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open
defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang,
hutan, semak – semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan
dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.9,10
B. Pengertian Tinja
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia
melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang
sistem saluran pencernaan. Dalam aspek kesehatan masyarakat, berbagai
jenis kotoran manusia yang diutamakan adalah tinja dan urin karena kedua
bahan buangan ini dapat menjadi sumber penyebab timbulnya penyakit
saluran pencernaan.11
Tinja mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya
bersifat tidak menimbulkan penyakit. Tinja potensial mengandung
mikroorganisme patogen terutama apabila manusia yang menghasilkannya
menderita penyakit saluran pencernaan makanan. Mikroorganisme tersebut
dapat berupa bakteri, virus, protozoa dan cacing.12
C. Timbulnya Beberapa Penyakit yang berhubungan dengan Tinja
Manusia oleh Faktor BABS
Penyakit – penyakit infeksi yang berhubungan dengan oral - fekal
transmisi sebenarnya dapat dikontrol dan dicegah melalui sanitasi yang
baik, khususnya sistem pembuangan tinja manusia, hal ini dikarenakan
proses penularan penyakit tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penjamu
(imunitas, status gizi, status kesehatan, usia dan jenis kelamin) dan
perilaku penjamu (kebersihan diri dan kebersihan makanan).10
Dari hasil beberapa penelitian disebutkan bahwa terjadinya infeksi
saluran pencernaan berhubungan dan dipengaruhi oleh sanitasi buruk
termasuk perilaku BABS . Diperkirakan 88% kematian akibat diare di
dunia disebabkan oleh kualitas air, sanitasi dan higiene yang buruk. Dalam
penelitian lain menyebutkan bahwa 90% kematian akibat diare pada anak
7

karena sanitasi yang buruk, kurangnya akses air bersih dan tidak
adekuatnya kebersihan diri.11
Dari hasil penelitian di Indonesia, keluarga yang BABS berisiko 1,32
kali anaknya terkena diare akut dan 1,43 kali terjadi kematian pada anak
usia dibawah lima tahun. Systematic review tentang faktor risiko diare di
Indonesia menjelaskan bahwa pencemaran SAB berisiko 7,9 kali dan
sarana jamban berrisiko 17,25 kali pada bayi dan balita.13
D. Sanitasi
Pengertian sanitasi adalah suatu usaha dalam mempertahankan
kesehatan agar terhindar dari penyakit infeksi melalui sistem pembuangan
kotoran, penggunaan disinfektan, kebersihan secara umum, dan
menghindari kontaminasi feces dan urin terhadap makanan dan minuman.
Menurut definisi MDG pengertian yang lebih spesifik mengenai sanitasi
yaitu sistem pembuangan tinja manusia secara aman. 14
E. Faktor Yang Mempengaruhi Buang Air Besar Sembarangan
1. Faktor Host
Menurut teori Health Belief Model faktor sosiodemografi sebagai
latarbelakang yang mempengaruhi persepsi terhadap ancaman suatu
penyakit dan upaya mengurangi ancaman penyakit. Dalam teori
PREECEDE – PROCED faktor sosiodemografi sebagai faktor
predisposisi terjadinya perilaku.18
Membuang kotoran dari tubuh manusia termasuk sistem ekskresi
yang fisiologis yang sudah ada sejak manusia dilahirkan. Belajar
mengendalikan pembuangan kotoran, membedakan benar-salah dan
mengembangkan hati nurani adalah beberapa tugas pekembangan
manusia sejak masa bayi dan anak – anak. Seiring dengan
bertambahnya umur maka akan mencapai tingkat kematangan yang
tinggi sesuai dengan tugas perkembangan.16
Teori belajar sosial dari Bandura menyatakan bahwa perilaku
adalah proses belajar melalui pengamatan dan meniru yang meliputi
memperhatikan, mengingat, mereproduksi gerak dan motivasi. Motivasi
banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi dan
karakteristik model, salah satunya adalah umur. Anak – anak lebih
8

cenderung meniru model yang sama dalam jangkauannya baik anak


yang seusia ataupun orang dekat yang ada disekitarnya.17
Tingkat pendidikan seseorang termasuk faktor predisposisi
terhadap perilaku kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat
pendidikan tidak ada hubungannya dengan pemanfaatan jamban
keluarga. Meskipun pada beberapa penelitian tidak menunjukkan
adanya hubungan dengan perilaku, namun tingkat pendidikan
mempermudah untuk terjadinya perubahan perilaku, semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin mudah seseorang untuk menerima
informasi – informasi baru yang sifatnya membangun. 9,10
Status ekonomi seseorang termasuk faktor predisposisi terhadap
perilaku kesehatan. Semakin tinggi status ekonomi seseorang menjadi
faktor yang memudahkan untuk terjadinya perubahan perilaku.
Berdasarkan penelitian penghasilan yang rendah berpengaruh 4 kali
terhadap penggunaan jamban.10
Menurut Mukherjee bahwa keberhasilan menjadi daerah bebas
BABS adanya kesadaran masyarakat untuk membangun jamban sendiri
dengan bentuk gotong – royong, adanya natural leader dan pemicuan
yang melibatkan semua unsur masyarakat.11
2. Faktor Agen
a. Penggunaan Jamban
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa pengetahuan
dan sikap ibu terhadap perilaku buang air besar (BAB) yang sehat
cukup tinggi (90%) dan 93,7% toilet dipastikan berfungsi dengan
baik tetapi 12,2 % keluarga tidak memakai toilet secara teratur.
Penelitian lain menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap penggunaan jamban,
tetapi dari 196 responden hanya 46,4% yang menggunakan jamban
secara teratur.19
b. Tingkat Paparan Media
Perubahan perilaku adalah sebuah proses, perilaku tidak
semata - mata perubahan dalam tingkatan atau tataran behavior
9

namun perubahan dalam tataran pengetahuan atau pemahaman


merupakan sebuah perubahan. Selain faktor individu ada faktor lain
yang mendorong mempercepat perubahan perilaku yang bisa di
jadikan stimulant adalah munculnya isu di media massa. Hal ini
sesuai teori Kultivasi yang memprediksi dan menjelaskan formasi
dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman dan
keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi pesan –
pesan media.20
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Secara tradisional manusia membuang kotoranditempat
terbuka yang jauh dari tempat tinggalnya seperti diladang, sungai,
pantai atau tempat terbuka lainya.21
b. Lingkungan biologic
Lingkungan biologik bersifat biotik seperti mikroorganisme,
serangga, binatang, jamur,parasit dan lain-lain yang dapat
berperansebagai agen penyakit. Hubungan dengan manusia bersifat
dinamis dimana pada keadaan tertentu terjadi ketidakseimbangan
diantara hubungan tersebut. 22
c. Lingkungan Sosial
Penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menggunakan jamban juga berkontribusi dalam perubahan perilaku
BAB masyarakat. 20

F. Lima Pilar STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat )


1. Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang
air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan
sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan
kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan
kesehatan yaitu6 :
10

a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan


yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia;
dan
b. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitarnya.
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh
keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang
mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar dan persyaratan
kesehatan bangunan jamban terdiri dari :
a. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi
pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
b. Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
1) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang
saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi
sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi
leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
2) Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan
mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL).
c. Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk
bangunan bawah jamban, yaitu6:
1) Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
Spenampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian
padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik,
sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan
diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak
11

memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk


mengelola cairan tersebut.
2) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah
padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan
meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak
mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut
akan diuraikan secara biologis.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air bersih yang mengalir.6
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT)
PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan,
dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di
rumah tangga.6
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk
menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera
menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau
pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.6
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah
tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang
berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk
menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur
resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair
rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik
yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang
berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan
sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.6
G. Proses Penularan Penyakit Akibat Buang Air Besar Sembarangan
(BABS)
12

Transmisi virus, bakteri, protozoa, cacing dan pathogen yang


menyebabkan penyakit saluran pencernaan manusia dapat dijelaskankan
melalui teori ” 4 F “ yaitu Fluids, Fields, Flies dan Fingers, siklus ini
dimulai dari kontaminasi oleh tinja manusia melalui pencemaran air dan
tanah, penyebaran serangga dan tangan yang kotor yang dipindahkan ke
makanan sehingga dikonsumsi oleh manusia. Cara penularan seperti ini
disebut fecal - oral transmission.6
Pada umumnya mikroorganisme patogen menular melalui sumber
(reservoir) ke inang baru melalui beberapa jalan yaitu kontak langsung
dari orang ke orang atau melalui perantara seperti makanan, air atau vector
serangga.6

2.2. PROFIL PUSKESMAS


Puskesmas Tegalgubug adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah
(UPTD) Kesehatan Kabupaten Cirebon yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan
Arjawinangun. Puskesmas merupakan salah satu pusat pembangunan
kesehatan yang ada di Kabupaten Cirebon, khususnya di Kecamatan
Arjawinangun serta merupakan ujung tombak dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon yang berhubungan langsung dengan masyarakat
Profil Tahun 2017 UPTD Puskesmas Tegalgubug dibuat untuk
mengetahui keberhasilan dan kekurangan dalam pencapaian target atau
sasaran, sehingga dapat menjadi bahan acuan dalam pelaksanaan program
selanjutnya. 24

2.2.1 Dasar Hukum, Visi dan Misi


A. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN)
3. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pembangunan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
13

5. Peraturan Pemerintahan No. 56 tahun 2000 tentang Pelaporan


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
6. Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
7. Surat Keputusan Mentri Kesehatan No. 128 / Menkes/ SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
8. Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon No. 50 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Daerah (PROPERDA) tahun 2001-2004
9. Surat dari dinas Kesehatan tentang Laporan Tahunan
B. Visi dan Misi
1. Visi
Terwujudnya Puskesmas yang unggul, tertib dan nyaman dalam
pelayanan disertai adanya kesadaran dan peran serta masyarakat
tentang hidup sehat .
2. Misi
a. Meningkatkan kuwalitas pelayanan kesehatan melalui sarana
dan prasarana yang memadai sehingga terwujud Puskesmas
yang tertib dan nyaman.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
c. Mengupayakan perilaku hidup sehat yang akan menciptakan
lingkungan yang sehat.

2.2.2 Data Geografis


A. Peta Wilayah Puskesmas Tegalgubug
14

Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018


Gambar 1. Peta Wilayah Tegalgubug

B. Luas Wilayah
Puskesmas Tegalgubug terletak di desa Tegalgubug kecamatan
Arjawinangun kabupaten Cirebon, merupakan puskesmas yang
berada di wilayah pantura. Luas wilayah kerja Tegalgubug adalah
2.231.005 Ha. Terdiri dari 11 desa.

Tabel 1. Luas Wilayah Desa


NO DESA LUAS WILAYAH JARAK KE JUMLAH JUMLAH
(KM2) PUSKESMAS RT/RW KK
1 Kebonturi 167,9 3,5 km 17/4 1516
2 Jungjang 323 3,5 km 52/13 3334
3 Geyongan 241,1 3,7 km 15/6 1141
4 Jungjang Wetan 224,6 4 km 17/3 1892
15

5 Rawagatel 70,1 500 m 8/4 444


6 Tegalgubug 205,2 1 km 35/10 2563
7 Tegalgubug Lor 210,4 2km 36/8 3156
8 Arjawinangun 329,5 3,2 km 34/14 3044
9 Karangsambung 135,8 3 km 18/3 1147
10 Bulak 98,8 9 km 7/2 719
11 Sende 224,4 4,3 km 20/5 1469
Jumlah 2.230,8 259/72 20425
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

C. Batas Wilayah
Puskesmas Tegalgubug memiliki batas wilayah yang meliputi:
1. Batas utara : Kecamatan Gegesik
2. Batas Selatan: Kecamatan Ciwaringin
3. Batas Timur : Kecamatan Panguragan
4. Batas Barat : Kecamatan Susukan
Secara umum seluruh wilayah puskesmas Tegalgubug dapat
dijangkau dengan mudah, baik oleh kendaraan roda dua atau yang
beroda empat dengan waktu tempuh kurang dari setengah jam,
namun ada juga beberapa wilayah yang harus ditempuh dengan
berjalan kaki. Jarak terjauh yang harus ditempuh dari puskesmas
Tegalgubug adalah desa Bulak dengan jarak kurang lebih 7 km
dengan waktu tempuh sekitar 25 menit, dan desa yang terdekat
adalah desa Tegalgubug, yang merupakan lokasi berdirinya
puskesmas Tegalgubug.
Kondisi daerah wilayah kerja puskesmas Tegalgubug termasuk
daerah dataran rendah, beberapa diantaranya dilalui oleh sungai
besar (kali Ciwaringin) yaitu desa Tegalgubug, Tegalgubug Lor dan
desa Karangsambung, desa-desa tersebut merupakan daerah rawan
bencana terutama di musim hujan yaitu bencana banjir. Selain itu di
wilayah puskesmas Tegalgubug terdapat dua pasar besar yaitu Pasar
Sandang Tegalgubug, merupakan pasar sandang terbesar di Asia
Tenggara dan pasar utama di desa Jungjang. Keberadaan pasar
tersebut menyebabkan mobilitas penduduk menjadi sangat tinggi dan
dikenal juga merupakan wilayah yang sangat padat.24

2.2.3 Kependudukan/Demografi
16

A. Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk


Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Tegalgubug
tahun 2017 adalah 71.486 jiwa yang tersebar di 11 desa. Jumlah
penduduk terbesar ada di desa Tegalgubug Lor yaitu sebanyak
12.633 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di desa
Rawagatel yaitu sebanyak 1.510 jiwa.24

Tabel 2. Data Penduduk Proyeksi program Puskesmas


Tegalgubug Tahun 2018

SASARAN
JML
NO DESA KK BAYI BALITA
PENDUDUK BULIN/ NEO
BUMIL (0-11 (12-59 PUS WUS
BUFAS (0-28HR)
BL) BL)
1 Tegalgubug 2563 10908 263 256 236 192 1070 1865 2845
2 Tegalgubug Lor 3156 12715 277 265 282 252 931 2175 3180
3 Karangsambung 444 1522 41 35 81 34 178 320 391
4 Rawagatel 1147 4486 74 72 27 82 370 686 1282
5 Arjawinangun 3044 10186 262 241 214 238 798 1196 2285
6 Jungjang 3334 11004 259 244 236 227 823 1554 2853
7 Jungjang Wetan 1892 6024 146 141 124 152 522 860 1655
8 Sende 1469 4775 126 124 122 137 423 876 1127
9 Geyongan 1141 3500 77 76 82 77 345 487 938
10 Kebonturi 1516 4548 110 106 100 117 403 825 1136
11 Bulak 719 2297 59 57 45 32 254 480 569
Jumlah 20425 71965 1694 1617 1549 1540 6117 11324 18261
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Jumlah KK yang ada di wilayah puskesmas Tegalgubug yaitu 20425 KK


atau 34,7 % dari seluruh KK yang ada. Jumlah KK terbanyak ada di desa
Jungjang yaitu sebanyak 3334 KK

B. Keadaan Ekonomi
Keadaan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel.3 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
NO NAMA DESA PETANI NELAYAN PERAJIN PEDAGANG PNS SWASTA
1. Sende 877 0 12 65 41 60
17

2. Jungjang Wetan 975 0 10 120 55 75


3. Jungjang 430 0 125 1221 565 121
4. Arjawinangun 251 0 134 2124 310 183
5. Tegalgubug 199 0 220 3556 81 132
6. Tegalgubug Lor 180 0 174 3432 83 258
7. Rawagatel 172 0 10 61 25 63
8. Karangsambung 422 0 12 45 35 65
9. Bulak 305 0 30 32 33 48
10. Geyongan 501 0 14 70 57 49
11. Kebonturi 522 0 31 75 62 29
Jumlah 4834 0 772 10801 1347 1083
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat mata pencaharian penduduk yang


berada di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tegalgubug Kec Arjawinangun
Kabupaten Cirebon tahun 2018 yang terbanyak adalah Pedagang mencapai
10.801 dan mata pencaharian terendah adalah pengrajin hanya mencapai
772.
C. Situasi Derajat Kesehatan
1. Data Sumber Daya
a. Ketenagaan
Ketenagaan di UPTD Puskesmas Tegalgubug Kabupaten
Cirebon dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Distribusi Keadaan Tenaga Di Wilayah UPTD Puskesmas


Tegalgubug Tahun 2018
Tenaga Kesehatan
JUMLAH MINIMAL JUMLAH STATUS
JENIS KETENAGAAN KEKUR KETER
NO YANG DI YANG ADA KEPEGA
(KOMPETENSINYA) ANGAN ANGAN
PERSYARATKAN SEKARANG WAIAN
1 Dokter ( S I Kedokteran) 2 2 0 PNS S1
2 Dokter gigi ( S I Kedokteran
1 1 0 Non PNS S1
gigi)
3 Perawat Gigi PNS
1 2 +1 DIII
Non PNS
4 Perawat (S I, D III
8 0 PNS DIII
Keperawatan)
5 Bidan ( D IV, D III
7 7 0 PNS DIII
Kebidanan)
6 Tenaga Kesehatan
Masyarakat ( S I, D III 1 0 1
Kesehatan masyarakat)
7 Tenaga Kesehatan 1 0 1
Lingkungan ( S I, D III, D I
18

Kesehatan Lingkungan)
8 Ahli Teknologi
Laboratorium Klinik ( D IV, 1 1 0 Non PNS
D III Analis Kesehatan)
9 Tenaga Gizi ( S I, D IV, D
2 1 1 Non PNS DIII
III Gizi)
10 Tenaga Kefarmasian ( SI, PNS Non
1 2 +1 DIII
DIII, SAA Farmasi) PNS
Sumber dari : Profil UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Tenaga Non Kesehatan


JUMLAH MINIMAL JUMLAH STATUS
JENIS KETENAGAAN KEKUR KETER
NO YANG DI YANG ADA KEPEGA
(KOMPETENSINYA) ANGAN ANGAN
PERSYARATKAN SEKARANG WAIAN
1 Tenaga administrasi 2 1 1 PNS SMA
2 Pekarya/ PCPP 1 1 0 PKD SMA
3 Tenaga kebersihan 1 1 0 Non PNS SMA
Sumber dari : Profil UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

JENIS JUMLAH MINIMAL JUMLAH STATUS


KEKUR KETER
NO. KETENAGAAN / YANG DI YANG ADA KEPEGA
ANGAN ANGAN
KOMPETENSINYA PERSYARATKAN SEKARANG WAIAN
A Puskesmas Pembantu

1 Sende

Perawat 1 1 0 PNS
Bidan 1 1 0 Honor
Administrasi 1 0 1
Ponkesdes
Pos
B
Kesdes
1 Arjawinangun
PTT
Perawat 1 1 0
daerah
Bidan 1 1 0 PNS
19

Administrasi 1 0 1
2 Jungjang
PTT
Perawat 1 1 0
daerah
Bidan 2 2 0 PNS
Administrasi 1 0 1

3 Kebonturi

Perawat 1 1 0 Honor

Bidan 1 1 0 PNS

Administrasi 1 0 1

4 Bulak
Perawat 1 1 0 Honor

Bidan 1 1 0 Honor
Administrasi 1 0 1
5 Geyongan
Perawat 1 1 PKD

Bidan 1 1 0 PNS

Administrasi 1 0 1
6 Tegalgubug
Perawat 1 1 Honor
Bidan 1 1 0 PNS
Administrasi 1 0 1
7 Tegalgubug lor
Perawat 1 1
PTT
Bidan 1 1 0
pusat
Administrasi 1 0 1
8 Karang sambung
Perawat 1 1 Honor
Bidan 1 1 0 PNS
Administrasi 1 0 1
9 Jungang wetan
Perawat 1 1 Honor
Bidan 1 1 0 PNS
Administrasi 1 0 1
20

10 Rawagatel
Perawat 1 1 PNS
Bidan 1 1 0 Honor
Administrasi 1 0 1

20 13 7
Jumlah
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tenaga di UPTD Puskesmas


Tegalgubug Kabupaten Cirebon Tahun 2018 sesuai dengan standar.
b. Sarana Dan Prasarana
Jumlah sarana dan prasarana di UPTD Puskesmas
Tegalgubug Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tabel 5. Jumlah Sarana & Prasarana Kesehatan


NO JENIS ALAT JUMLAH KETERANGAN
(RUSAK BERAT)
TERSEDIA KONDISI RUSAK
RINGAN
BAIK
I Sarana Kesehatan

1. Puskesmas Induk 1 1

2. Puskesmas Pembantu 1 1

3. Polindes 1 1

4. Poskesdes 10 10

5. Rumah Dinas dokter 0 0

6. Rumah dinas Perawat 0 0

7. Rumah dinas bidan 0 0


8. Pusling/Ambulan
1 1
AVP
9. Sepeda
3 3
Motor
10. Intstalsi Peengolahan Air
0 0
Limbah ( IPAL )
II Sarana Penunjang

1. Komputer 4 4

2. Mesin Tik 0 0
21

3. Telepon 1 1

4. Laptop 30 25 5
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
Dari tabel diatas dapat dilihat sarana & prasarana kesehatan yang berada
di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tegalgubug Kec. Arjawinangun Kabupaten
Cirebon Tahun 2018 sudah memenuhi standar.

NO DESA JUMLAH SEKOLAH JUMLAH FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

TK SD/MI SMP PUSKESMAS PUSTU POSKESDES POLIDES


INDUK
1 1 1 0 0 0 1 0
Kebonturi
2 3 4 1 0 0 1 0
Jungjang
3 0 2 0 0 0 1 0
Geyongan
4 1 3 0 0 0 1 0
Jungjang Wetan
5 0 1 0 0 0 1 0
Rawagatel
6 2 6 2 1 0 1 0
Tegalgubug
7 3 6 1 0 0 1 0
Tegalgubug Lor
8 3 6 3 0 0 1 0
Arjawinangun
9 1 2 1 0 0 1 1
Karangsambung
10 0 1 0 0 0 1 0
Bulak
11 0 2 1 0 1 0 0
Sende
Jumlah 14 34 9 1 1 10 1

Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Tabel 6. Sumber Pembiayaan Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Tegalgubug Tahun 2018
NO SUMBER PEMBIAYAAN JUMLAH (RP)
1 BOK th 2017 500.000.000
2 Retribusi 109.873080
3. JKN 3.104.911.426
Jumlah 3.714.784.506
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
22

Tabel 7. Penyebaran Posyandu dan Kader Yang ada di Wilayah Puskesmas


Tegalgubug
JUMLAH POSYANDU JUMLAH KADER
NO. DESA/KELURAHAN
BALITA LANSIA BALITA LANSIA
1. Kebonturi 5 1 25 1
2. Jungjang 14 1 70 1
3. Geyongan 5 1 25 1
4. Jungjang Wetan 4 1 20 1
5 Rawagatel 2 1 10 1
6 Tegalgubug 13 1 65 1
7 Tegalgubug Lor 13 1 65 1
8 Arjawinangun 13 1 65 1
9 Karangsambung 4 1 20 1
10 Bulak 3 1 15 1
11 Sende 4 1 20 1
80 11 400 11
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
Dari tabel diatas dapat dilihat upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegalgubug Kec. Arjawinangun Kabupaten
Cirebon tahun 2018.

2. Sepuluh Besar Penyakit


Sepuluh besar penyakit berdasarkan kunjungan pasien ke
Puskesmas dan ke Pustu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Tegalgubug dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 8. Distribusi Sepuluh Besar Penyakit Di Wilayah Kerja UPTD


Puskesmas Tegalgubug Kabupaten Cirebon Tahun 2018
NO JENIS PENYAKIT ICD X JUMLAH
1 Ispa J.06 4228 Kasus
2. Influenza J.10 3715 Kasus
3. Hipertensi I.10 3352 Kasus
4. Diare A.09.1 2273 Kasus
5. Artritis M.13 2666 Kasus
6. Myalgia M.79.1 2316 Kasus
7. Neuralgia M.79.2 2180 Kasus
8. Gastroduodenitis K.29.9 2081 Kasus
9. Dermatitis L.23. 1506 Kasus
10. Peny.Puplpa K.04 1073 Kasus
Jumlah 25390 Kasus.
23

Sumber dari : Profil UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat penyakit terbanyak di wilayah kerja


UPTD Puskesmas Tegalgubug kecamatan Arjawinangun Kabupaten
Cirebon tahun 2018 adalah ISPA (J.06) sebanyak 4228 kasus.

2.3. PROGRAM KEGIATAN


1.3.1 Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan Wajib yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas
Tegalgubug Kabupaten Cirebon Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
4. Upaya perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan

1.3.2 Upaya Pengembangan


Upaya Kesehatan Wajib yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas
Tegalgubug Kabupaten Cirebon Tahun 2018 adalah sebagai berikut :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Perawatan Kesehatan Msyarakat
3. Upaya Kesehatan Kerja
4. Upaya kesehatan gigi dan mulut
5. Upaya Kesehatan Jiwa
6. Upaya Kesehatan Mata
7. Upaya Kesehtan Usia Lanjut

1.3.3 Upaya Inovatif


Upaya Kesehatan Inovatif yang dilaksanakan di UPTD
Puskesmas Tegalgubug Kabupaten Cirebon Tahun 2018 adalah
Laboratorium sederhana.

1.3.4 Kegiatan Bidang Kesehatan


Pelaksanaan Kegiatan Bidang Kesehatan Tahun 2018 adalah
sebagai berikut :
24

A. Program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak/ KB


Dengan Kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pendataan Bumil , Neonatus, Bayi dan Balita
2. Melaksanakan pemeriksaan Ibu hamil baru dan lama
3. Melaksanakan kemitraan pada persalinan yang ditolong Dukun
Paraji
4. Melaksanakan kunjungan pada semua Neonatus nakes dan dukun
5. Melaksanakan pemantauan Bumil Resti
6. Melaksanakan rujukan kasus resiko tinggi
7. Melaksanakan program Kespro.

B. Program Gizi
Dengan Kegiatan sebagai berikut :
1. Distribusi tablet Fe.
a. Bumil
b. Bufas
2. Distribusi kapsul Vit, A
a. Balita
b. Bufas
3. Pemetaan kadarzi
4. Pemberian PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan balita gizi
buruk
5. Sosialisasi ASI Eksklusif
6. Bulan penimbangan balita
7. Pemantauan Status Gizi (PSG) di Posyandu dan Sweeping Gizi
Buruk

C. Program Pelayanan Imunisasi


Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan Imunisasi Dasar Rutin di Posyandu/ Puskesmas
2. Melaksanakan Sweeping Imunisasi
3. Melaksanakan Imunisasi pada anak sekolah (BIAS)

D. Program Penyehatan Lingkungan


Dengan kegiatan sebagai berikut :
25

1. Pemeriksaan TP2M
2. Pemeriksaan TTU
3. Pemeriksaan Air bersih
4. Pengambilan sampel air PDAM
5. Pemeriksaan sarana air bersih
6. Pemeriksaan jamban keluarga
7. Penyuluhan PHBS

E. Program TB Paru
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Pengambilan dahak, SPS/ Suspek
2. Melaksanakan pemantauan kontak TB Paru
3. Melaksanakan pelayanan TB di Puskesmas
4. Melaksanakan kunjungan rumah penderita
5. Melaksanakan penyuluhan
6. Penjaringan Suspeck TB

F. Program Kusta
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan Kusta di Puskesmas
2. Melaksanakan pemeriksaan kontak penderita
3. Melaksanakan pemeriksaan kontak penderita anak sekolah
4. Chase, Survey

G. Program Usaha Kesehatan Sekolah


Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan penjaringan anak sekolah SD dan SLTP
2. Pemberian Obat Cacing.
3. Melaksanakan upaya rujukan

H. Program Kesehatan Gigi dan Mulut


Dengan kegiatan sebagai berikut :
26

1. Melaksanakan pemeriksaan gigi anak sekolah


2. Melaksanakan penjaringan kesehatan gigi dan mulut pada anak
sekolah SD kelas 1
3. Melaksanakan penjaringan kesehatan gigi dan mulut pada Ibu
hamil
4. Melaksanakan UKGMD.

I. Program PHN / Keperkom


Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Pembinaan pada keluarga Balita Gizi Buruk, Penderita TB Paru,
Kusta
2. Pemberian PMT

J. Program DBD
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan penyuluhan
2. Melaksanakan pemeriksaan jentik
3. Pemberian ABATISASI.

K. Program Diare
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan di Puskesmas
2. Melaksanakan penyuluhan
3. Melaksanakan upaya rujukan
4. Konseling.

L. Program ISPA
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan di Puskesmas
2. Melaksanakan penyuluhan
27

3. Konseling

M. Program PMS
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan di Puskesmas
2. Melaksanakan konseling
3. Melaksanakan penyuluhan.

N. Program Usila
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pembinaan Usila
2. Melaksanakan konseling.

O. Program Mata
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan di Puskesmas
2. Melaksanakan konseling.

P. Program Promosi Kesehatan


Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan PHBS
2. Pembentukan dan pembianaan desa siaga
3. Pembinaan UKBM

Q. Laboratorium Sederhana
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan spesimen
2. Memberikan penyuluhan perorangan
3. Pengamanan diri dan lingkungan dari bahan spesimen
4. Pencatatan dan perprofile

R. Program Kesehatan Jiwa


Dengan Kegiatan sebagai Berikut :
1. Melaksanakan pelayanan di Puskesmas
2. Melaksanakan penyuluhan dan konseling
3. Melaksanakan upaya rujukan
28

S. Program Usaha Kesehatan Kerja


Dengan Kegiatan sebagai berikut :
1. Melakukan Pendataan
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan rujukan
3. Melaksanakan Penyuluhan

2.4. PENILAIAN CAKUPAN PELAYANAN UPAYA KESEHATAN WAJIB


DAN PENGEMBANGAN
Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas Tegalgubug pada tahun 20178
berdasarkan data pencapaian PKP tahun 2018 dapat kami sajikan
sebagaimana berikut ini :
A. Hasil kinerja pelayanan kesehatan
1. Upaya Kesehatan Wajib
a. Hasil Cakupan Capaian Program Promosi Kesehatan Tahun 2018

Tabel 9. Cakupan capaian program promosi kesehatan


NO PROGRAM TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN
1 Pengembangan UKBM
a. Posyandu PURI 50% 100% +50%
b. Poskesdes PURI 70% 70% 0%
c. Polindes PURI 80% 0% -80%
d. Pos UKK PURI 50% 0% -50%
e. Posketren PURI 0% 0% 0%
2 Cakupan desa siaga aktif
a. Desa/kelurahan siaga aktif 70% 100% +30%
3 Pemberdayaan masyarakat dalam PHBS
A Pengkajian PHBS
Rumah tangga dikaji 20% 20% 0%
Rumah tangga sehat (10 indikator) 60% 76% -16%
Institusi pendidikan (Klasifikasi IV) 65% 65% 0%
Institusi kesehatan (Klasifikasi IV) 100% 100% 0%
Tatanan TTU (Klasifikasi IV) 65% 65% 0%
Tatanan TTK (klasifikasi IV) 45 % 35% -10%
Pengkajian tatanan Ponpes 0% 0% 0%
b. Intervensi dan Penyuluhan PHBS
Kelompok rumah tangga/posyandu 100% 83% -17%
Institusi pendidikan 100% 100% 0%
Institusi sarana kesehatan 100% 100% 0%
Institusi TTU 100% 100% 0%
Institusi TTK 100% 100% 0%
Institusi Pesantren
3. Cakupan penyuluhan NAPZA 20% 12% -8%
Sumber dari : Profil UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
29

Berdasarkan data tabel diatas, untuk tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa
cakupan Program Upaya Promosi Kesehatan dalam Cakupan pembinaan UKBM
dilihat dari prosentasi polindes purnama dan mandiri masih rendah 0% dari target
80 % di wilayah kerja Puskesmas Tegalgubug pada tahun 2018. Hal ini
dikarenakan kinerja Petugas belum optimal dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pembinaan UKBM. Maka perlu meningkatkan pembinaan bagi petugas guna
meningkatnya cakupan pada tahun 2019.

b. Program Kesehatan Lingkungan


Lingkungan fisik dan biologi sehat berdampak kepada
kesehatan masyarakat yaitu penurunan angka kesakitan, penyakit
infeksi, parasit dan penyakit menular.
Dalam mempertahankan keadaan lingkungan yang sehat tidak
lepas dari kepedulian semua pihak, karena lingkungan
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan UPTD Puskesmas DTP Tegalgubug untuk menilai kualitas
unsur – unsur lingkungan tersebut berupa kegiatan inspeksi Sarana
Air Bersih ( SAB ), Jamban Keluarga (JAGA), Rumah Sehat,
Tempat – Tempat Umum (TTU), serta pembuangan sampah dan
limbah rumah tangga (SPAL).

Tabel 10. Cakupan Capaian Program Kesehatan Lingkungan


NO PROGRAM TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN
1. Pengawasan SAB 78% 62,5% -15,5%
2. SAB yang memenuhi syarat kesehatan 75% 67,4% -7,6%
3. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap SAB 80% 100% +20%
4. Pembinaan TPM 90% 100% +10%
5. TPM yang memenuhi syarat kesehatan 70% 100% +30%
6. Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi 87% 74,6% -12,4%
dasar
7. Jumlah rumah yang memenuhi syarat 82% 46,8% -35,2%
kesehatan
8. Pembinaan sarana TTU 86% 92,5% +6,5%
9. TTU yang memenuhi syarat – syarat kesehatan 82% 88% +6%
10. Kunjungan ke klinik sanitasi 2% 46,4% +44,4%
11. Jumlah klien yang sudah mendapat intervensi/ 10% 85% +51,1%
tindak lanjut yang diperlukan
12. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap 100% 100% 0
30

jamban
13. Jumlah desa/ kelurahan yang sudah ODF 100% 36% -64%
14. Jumlah jamban sehat 100% 86% -14%
15. Pelaksanaan kegiatan STBM di Puskesma s 100% 100% 0
Tabel 11. Data Sarana Sanitasi Dasar Menurut Desa
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
Berdasarkan data tabel diatas cakupan jumlah desa yang ODF di wilayah
Kecamatan : Arjawinangun
kerja Puskesmas Tegalgubug tahun 2018 belum mencapai target, baru mencapai
NAMA DESA JUMLAH RUMAH JAMBAN KELUARGA TEMPAT PEM
36 % dari target 100% , desa yang sudah ODF terdiri dari 4 desa yaitu Desa SAMP

TDK SEHAT

PRIBADI
SEHAT

JUMLAH
UMUM
JUMLAH
NO
Tegalgubug, Desa Rawagatel, Desa Kebonturi dan Desa Karangsambung, selain

TPSR

TPS
itu cakupan jamban sehat masih belum mencapai target yaitu 86% dari target
100%, hal ini disebabkan karena masih banyak masyarakat yang masih
melakukan BAB sembarangan serta pengawasan jamban masih di bawah target.
1 Teglgubug 1812 1.602 210 0 1518 1518 818 5
2 Tegalgubug Lor 3525 2144 1381 0 2801 2801 1211 4
3 Karangsambung 672 531 141 0 562 562 235 3
4 Geyongan 827 573 254 0 701 701 410 1
5 Jungjang 2081 1289 792 0 1888 1888 1008 7
6 Jungjang Wetan 1170 797 373 0 866 866 620 2
7 Arjawinangun 1679 1132 547 0 1289 1289 725 6
8 Rawagatel 269 193 76 0 231 231 129 1
9 Sende 1117 699 418 0 862 862 586 1
10 Bulak 517 319 198 0 472 472 209 1
11 Kebonturi 869 543 326 0 721 721 428 1
J U M LAH 14538 9822 4716 0 11911 11911 6379 32
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
31

c. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak

Tabel 12. Cakupan Capaian Program Kesehatan Ibu dan Anak


TARGET S/D MASALAH
PENCAPAIAN
INDIKATOR DESEMBER KESENJANGAN
NO SASARAN
PROGRAM
JML % JML % JML %

1. Cakupan K1 1694 1685 99,5 1685 99,5 0 0


2. Cakupan K4 1694 1634 96,5 1639 96,7 5 2
3. Cakupan Deteksi 339 339 100 346 102 7 2
Resiko
4 Cakupan Komplikasi 339 271 80 287 84 16 4
5 Cakupan Persalinan 1617 1479 91,5 1522 94 43 2,5
Nakes
6 Cakupan Fasyankes 1617 1617 100 1522 94 -95 -6
7 Cakupan KF 3 1617 1479 91,5 1522 94 43 2,5
8 Cakupan KB Aktif 11324 8493 75 9971 89 1478 14
9 Cakupan KB Pasca 1617 1617 100 1291 79 -326 -21
Salin
10 Cakupan KN 1 1580 1445 91,5 1526 99 81 7,5
11 Cakupan KN 1580 1445 91,5 1526 99 81 7,5
Lengkap
12 Cakupan Neo Kompli 316 252 80 252 80 0 0
13 Cakupan Kunjungan 1580 1453 92 1529 96,7 76 4,7
Bayi
14 Cakupan Kunjungan 6117 5627 92 5631 92 4 0
Balita
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data tabel diatas, untuk tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa
cakupan Upaya Kesehatan ibu dan anak dalam Cakupan KB pasca salin mencapai
79 dari target 100 % di wilayah kerja puskesmas Tegalgubug tahun 2018. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang KB pasca persalinan.

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tabel 13. Cakupan Capaian Program Perbaikan Gizi Masyarakat


NO INDIKATOR SASARAN TARGET CAKUPAN MASALAH
PROGRAM KESENJANGAN
JML % JML % JML %
1. Cakupan KADARZI 220 220 100 124 56,4 -96 -43,6
2. Cakupan Balita 6173 5247 85 5758 91,4 +511 +6,4
32

Ditimbang (D/S)
3. Cakupan Distribusi 824 741 90 783 95 +42 +5
Kapsul Vitamin A Bayi
(6-11 bulan)
4 Cakupan Distribusi 4528 4076 90 4306 95,1 +230 +5,1
Kapsul Vitamin A Bayi
(12-59 bulan)
5 Cakupan distribusi 1617 1537 95 1573 97,3 +36 +2,3
Kapsul Vitamin A Bagi
Ibu Nifas
6 Distribusi Tablet Fe 90 1694 1599 95 1639 96,8 +40 +1,8
Tablet Pada Ibu Hamil
7 Cakupan Balita Gizi 6 6 100 6 100 0 0
Buruk Mendapat
Perawatan
8 Cakupan ASI Eksklusif 770 693 90 315 40,9 -378 -49,1
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
Berdasarkan data tabel diatas, untuk tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa
cakupan Upaya perbaikan gizi masarakat dalam Cakupan Asi ekslusif mencapai
40,9% dari target 90 % di wilayah kerja puskesmas Tegalgubug tahun 2018 Hal
ini dikarenakan salah satunya masih banyak ibu yang enggan menyusui bayinya
selama 6 bulan di karenanakan kurangnya pengetahuan akan pentingnya Asi
eklusif.
33

e. Imunisasi

Tabel 14. Cakupan Capaian Program Imunisasi

NO JENIS KEGAIATAN SASARAN PENCAPAIAN CAKUPAN TARGET KINERJA


Pelayanan Imunisasi Dasar
1 Cakupan BCG 1.540 1.469 95,39 98,00 97,34
2 Cakupan DPTHB 1 1.540 1.472 95,58 98,00 97,54
3 Cakupan DPTHB 3 1.540 1.448 94,03 90,00 104,47
4 Cakupan Polio 4 1.540 1.412 91,69 90,00 101,88
5 Cakupan Campak 1.540 1.351 87,73 90,00 97,47
Pelayanan Imunisasi Lanjutan
6 Cakupan BIAS DT 1.292 1.240 95,98 95,00 101,03
7 Cakupan BIAS TT 1.283 1.237 96,41 95,00 101,49
8 Cakupan BIAS Campak 1.315 1.241 95,98 95,00 101,03
9 Cakupan Pelayanan Imunisasi Ibu Hamil TT2+ 1.464 1.639 96,75 90,00 107,50
10 Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child 11 8 3,00 100,00 3,00
Immunization (UCI)
11 Cakupan Sistem Kewaspadaan Dini 52 52 - 90,00 -
12 Cakupan Surveilans Terpadu Penyakit 12 12 - 100,00 -
13 Cakupan Pengendalian KLB - - - 100,00 -

Sumber dari : Profil UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018


Berdasarkan data tabel diatas, untuk tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa cakupan Upaya pelayanan imunisasi di wilayah
kerja puskesmas Tegalgubug tahun 2018 sudah mencapau target
34

f. Penanganan dan Penemuan Penderita Penyakit

Tabel 15. Cakupan Capaian Program Penanganan dan Penemuan Penderita


Penyakit

NO PROGRAM TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN


1. DIARE
a. Penemuan penderita diare yang diobati di
Puskesmas dan Kader
b. Cakupan pelayanan diare
c. Angka penggunaan oralit
d. Proporsi penderita diare balita yang diberi
tablet zinc
e. Case Fatality Rate KLB diare
2. PNEUMONIA
a. Cakupan penemuan penderita pneumonia 86% 19% -67%
balita
3. KUSTA
a. Penemuan penderita kusta baru ( Case
Detection Rate )
b. Proporsi kasus kusta anak
c. Proporsi kasus kusta tk II
d. Prevalensi kusta ( PR )
e. RFT Rate penderita PB
f. RFT Rate penderita MB
4. TB PARU
a. Presentase orang dengan TB mendapatkan 100% 20% -80%
pelayanan TB sesuai standard
5. Pencegahan dan Penanggulangan PMS dan HIV/AIDS
a. Jumlah kegiatan penyuluhan HIV/ AIDS di 100% 100% 0
Puskesmas
b. Kelompok sasaran yang dijangkau
Ibu Hamil 100% 56% -44%
TB Paru 65% 100% 35%
8. DBD
a. Pemeriksaan bebas jentik 100% 100% 0%
b. Prosentase penderita DBD ditangani 100% 100% 0%
c. Penyelidikan epidemiologi 100% 100% 0%
d. Angka Bebas Jentik ( ABJ ) 100% 100% 0%
e. Jumlah pelaksanaan penanggulangan focus di 100% 100% 0%
wilayah KLB DBD
9. Pelayanan Imunisasi
a. Imunisasi HB 0 – 7 hari pada bayi 90% 99,16% 9,16%
b. Imunisasi BCG pada bayi 98% 95,39% -2,61%
c. Imunisasi DPT/ HB 1 pada bayi 98% 95,58% -2,42%
d. Imunisasi DPT/ HB 3 pada bayi 93% 94,03% 1,03%
e. Imunisasi campak pada bayi 93% 87,73% -5,27%
f. UCI desa 100% 73% -27%
g. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 95% 95,98% 0,98%
h. Imunisasi campak pada anak kelas 1 SD 95% 96,05% 1,05%
i. Imunisasi TT pada anak kelas 2 dan 3 SD 95% 96,41% 1,41%
35

j. Imunisasi TT5 pada WUS ( 15- 39 tahun ) 0 0 0


k. Imunisasi TT2 plus bumil 90% 96,75% 6,75%
l. Grafik pemantauan suhu lemari es ( pagi dan 100% 100% 0
sore )
m. Ketersediaan stok vaksin per bulan 100% 100% 0
n. Pemantauan KIPI ( Kejadian Ikutan Paska 0 0 0
Imunisasi ) per bulan
10. Pengamatan Penyakit
a. Laporan STP ( Surveilan Terpadu Penyakit ) 80% 91,7% 20%
b. Kelengkapan Laporan STP 90% 91,7% 10%
c. Laporan C1 tepat waktu 80% 100% 20%
d. Kelengkapan C1 tepat waktu 90% 100% 10%
e. Laporan W2 ( mingguan ) yang tepat waktu 80% 98% -51%
f. Kelengkapan Laporan W2 ( mingguan ) 90% 98% -64%
g. Grafik penyakit potensial wabah 100% 100% 0%
h. Laporan KIPI zero reporting 90% 100% 10%
i. Desa/ kelurahan yang mengalami KLB 0 0 0
ditanggulangi < 24 jam
j. Pemetaan wilayah rawan PD3I 100% 100% 0
k. Pemetaan wilayah rawan KLB Penyakit 100% 100% 0
l. Pemetaan wilayah rawan KLB Bencana 100% 100% 0
m. Cakupan pengendalian KLB 100% 0 0
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data tabel diatas, untuk tahun 2018 dapat disimpulkan bahwa
cakupan upaya penanganan dan penemuan penderita penyakit di wilayah kerja
puskesmas Tegalgubug tahun 2018, pencapaiannya masih di bawah target. Hal ini
dikarenakan salah satunya kesadaran masarakat masih rendah akan kesehatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Tabel 16. Hasil Pencapaian Kinerja Upaya Kesehatan Pengembangan UPTD
Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

NO PROGRAM TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN


1. Upaya Gawat Darurat
a. Cakupan Penanganan Gawat Darurat 80% 100% +20%
b. Angka keterlambatan pelayanan Gawat <5% 1% +4%
Darurat
2. Upaya Kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan
a. Penemuan kasus penyakit mata di Puskesmas 70% 100% +30%
b. Penemuan kasus buta katarak pada usia > 45 35% 100% +65%
tahun
c. Penyuluhan kesehatan mata di Puskesmas 100% 100% 0
3. Upaya Kesehatan Telinga/ Pencegahan Gangguan Pendengaran
a. Penemuan kasus penyakit telinga di Puskesmas 15% 30% +15%
b. Rujukan penyakit telinga di Puskesmas 10% 78% +68%
36

c. Penyuluhan kesehatan telinga di Puskesmas 100% 100% 0


4. Upaya Kesehatan Jiwa
a. Deteksi dini dan penanganan kasus jiwa yang 100% 50% -50%
berobat di Puskesmas
b. Kasus gangguan jiwa yang dirujuk 100% 60% -40%
c. Penyuluhan gangguan jiwa di Puskesmas 100% 100% 0
5. Upaya Kesehatan Olah Raga
a. Kelompok/ klub olah raga dibina 6% 0% -6%
b. Pelayanan kesehatan olah raga 6% 1% -5%
c. Pemeriksaan kesegaran jasmani pada anak 60% 47% -23%
sekolah
6. Perawatan Kesehatan Masyarakat
a. Pembinaan pada keluarga rawan 25% 96% 71%
b. Keluarga rawan yang mendapat home visite 20% 26% 6%
( kunjungan rumah )
7. Bina Kesehatan Tradisional
a. Pembinaan Toga 50% 100% 50%
b. Pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan 13% 13% 0%
tradisional
c. Pengobatan tradisional berijin 100% 100% 0%
8. Bina Kesehatan Kerja
a. Jumlah pekerja formal yang mendapat 100% 100% 0%
pelayanan kesehatan
b. Jumlah klinik perusahaan yang dibina 100% 0% -100%
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data table diatas dapat disimpulkan cakupan bina kesehatan


kerja berupa jumlah klinik perusahaan mencapai 0% dari target 100% sehingga
pencapainnya sangat rendah.

a. Upaya Kesehatan Sekolah

NO JENIS KEGIATAN SASARAN TARGET CAKUPAN KESENJANGAN

1. Cakupan Sekolah yang 1319 100 % 1290 96,3 -3,7 %


melaksanakan %
penjaringan kesehatan
Tabel 17. Cakupan Capaian Program Upaya Kesehatan Sekolah
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas terlihat tidak ada kesenjangan pada semua
indikator Upaya Kesehatam Sekolah.

b. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat


Tabel 18. Cakupan Capaian Program Kesehatan Masyarakat
NO TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN
37

INDIKATOR
JML % JML % JML %
PROGRAM
1. Keluarga Rawan di 178 88 144 80.9 34 -7.1
Bina
2. Keluarga Rawan 178 100 120 67.4 58 -32.6
selesai di Bina
3. Keluarga Rawan 178 100 40 22.5 138 -77.5
selesai di Bina KM III
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data tabel diatas masih rendahnya cakupan keluaga rawan


selesai dibina KM III akibat kurangnya monitoring dan evaluasi pada pelaksana
program sebesar 77.5% pada wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun
2018
c. Upaya Kesehatan Kerja
Tabel 19. Cakupan Capaian Program Upaya Kesehatan Kerja
NO UPAYA KESEHATAN
SASARAN PENCAPAIAN CAKUPAN TARGET KINERJA
KERJA
1 Cakupan Pembinaan Pos 1 1 100,00 100,00 100,00
UKK
2 Cakupan Penanganan 11 11 100,00 100,00 100,00
Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Panyakit
Akibat Hubungan Kerja
(PAHK)
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data tabel diatas terlihat Cakupan Penanganan Penyakit


Akibat Kerja (PAK) dan Panyakit Akibat Hubungan Kerja (AHK) sudah mencapai
target.

d. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut


Adapun identifikasi masalah program Program Kesehatan
Gigi dan Mulut dapat dilihat dari hasil pencapaian program Program
Kesehatan Gigi dan Mulut tahun 2018 yang dapat dilihat pada tabel
berikut :
38

Tabel 20. Hasil Cakupan Program Kesehatan Gigi dan Mulut UPTD Puskesmas
Tegalgubug Tahun 2018
NO JENIS TRGT TRGT PENCAPAIAN TRGT KESENJANGA TRGT
INDIKATOR SSRN % % N %
1 Pelayanan kesehatan 2878 4% 2752 95,62% -126 -4,38%
gigi dan mulut di Jumlah
Puskesmas Pdduk
2 Gigi tetap yang 0 0 218 100% 0 0
dicabut
3 Gigi yang ditambal 0 0 166 100% 0 0
permanen
4 Jumlah SD/MI 54 80% 34 62% -20 -38%
dengan sikat gigi
massal
Jumlah SD/MI yang 54 80% 68 126% +26 +26%
dibina
5 Jumlah murid SD/MI 3912 100% 2391 61,11% -1521 -38,89%
yang diperiksa
6 Jumlah murid SD/MI 458 100% 458 100% 0 0
yang perlu perawatan
7 Jumlah murid SD/MI 458 100% 417 91,05% -41 -8,95%
yang mendapatakan %
perawatan
8 Jumlah murid SD/MI 458 100% 417 91,05% -41 -8,95%
yang selesai %
perawatan
9 Jumlah murid TK/RA 24 80% 12 50% -12 -50%
dengan sikat gigi
massal
Jumlah murid TK/RA 24 80% 24 100% 0 0%
yang dibina
10 Jumlah murid TK/RA 759 100% 758 99,86% -1 -0,14%
yang diperiksa
11 Jumnlah murid 53 100% 53 100% 0 0
TK/RA yang perlu
perawatan
12 Jumlah murid TK/RA 53 100% 53 100% 0 0
yang mendapatakan
perawatan
13 Jumlah murid TK/RA 53 100% 53 100% 0 0
yang selesai
perawatan
39

14 Jumlah pembinaan 48 60% 40 83,33% -8 -16,67%


kesehatan gigi di
posyandu (UKGMD)
15 Bumil yang 732 45% Dr 102 13,93% -630 -86,07%
mendapatakan jumlah
perawatan bumil
16 Bumil yang selesai 732 100% 102 13,93% -630 -86,07%
mendapatkan
perawatan
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data Tabel diatas maka diperoleh analisa sementara


pencapaian Program Kesehatan Gigi dan Mulut di UPTD Puskesmas Tegalgubug
adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas 2752 (95,62%)
2) Pencabutan gigi tetap 218 (100%)
3) Penambalan gigi permanen 166 (100%)
4) Rasio gigi tetap yang ditambal terhadap gigi yang dicabut ( ....%)
5) Jumlah SD/MI dengan sikat gigi massal 34 (50%)
6) Jumlah SD/MI yang dibina 68 (126%)
7) Jumlah murid SD/MI yang diperiksa 2391 (61,11%)
8) Jumlah murid SD/MI yang perlu perawatan 458 (100%)
9) Jumlah murid SD/MI yang mendapatkan perawatan 417 (91,05%)
10) Jumlah murid SD/MI yang selesai perawatan 417 (91,05%)
11) Jumlah TK/RA yang dibina 24 (100%)
12) Jumlah murid TK/RA yang diperiksa 758 (99,86%)
13) Jumlah murid TK/RA yang perlu perawatan 53 (100%)
14) Jumlah murid SD/MI yang mendapatkan perawatan 53 (100%)
15) Jumlah murid SD/MI yang selesai perawatan 53 (100%)
16) Jumlah pembinaan kesehatan gigi di Posyandu UKGMD 40
(83,33%)
17) Bumil yang mendapatkan perawatan 102 (13,93%)
18) Bumil yang selesai mendapatkan perawatan 102 (13,93%)

e. Upaya Kesehatan Jiwa


40

Berikut ini disajikan Tabel cakupan program, target kesehatan


jiwa UPTD Puskesmas Tegalgubug dari bulan Januari sampai
dengan Desember tahun 2018

Tabel 21. Cakupan Program Dan Target Kesehatan Jiwa 2018 di UPTD
Puskesmas Tegalgubug Kabupaten Cirebon

JENIS TARGET CAKUPAN


NO. PENCAPAIAN TARGET KESENJANGAN
KEGIATAN SASARAN (4/3 X 100%)
Cakupan
deteksi dini
1 12085 943 7,8% 20% -12,2%
gangguan
kesehatan jiwa
Cakupan
penanganan
pasien
2 terdeteksi 1670 1142 68,4% 100% -31,6%
gangguan
kesehatan jiwa

Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data tabel diatas cakupan deteksi dini gangguan jiwa belum
mencapai target. Dari target 20% baru mencapai 7,8% sehingga masih ada
kesenjangan 12,2%. Hal ini terjadi di Puskesmas Tegalgubug pada tahun 2018 dan
cakupan penanganan pasien terdeteksi gangguan kesehatan jiwa belum mencapai
target. Dari target 100% baru mencapai 68,4% sehingga masih ada kesenjangan
31,6%. Hal ini terjadi di Puskesmas Tegalgubug pada tahun 2018

f. Upaya Kesehatan Indra


Tabel 22. Cakupan Capaian Program Upaya Kesehatan Indra Pencapaian
Program Indra Menurut PKP UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
NO JENIS KEGIATAN TARGET PENCAPAIAN %
1 Cakupan Skrining Kelainan/ 1889 1875 99
gangguan refraksi pada anak
sekolah
2 Cakupan Penanganan kasus 95 95 100
kelaianan refraksi
41

3 Cakupan skrining katarak 443 297 100


4 Cakupan Penanganan 297 27 100
Penyakit Katarak
5 Cakupan rujukan gangguan 33 7 100
penglihatan pada kasus
Diabetes Militus ke RS
6 Cakupan Kegiatan 1033 1209 117
Penjaringan Penemuan Kasus
Gangguan Pendengaran di
SD/MI
7 Cakupan Kasus Gangguan 95 95 100
Pendengaran di SD/MI yang
ditangani
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Baerdasarkan data tabel diatas, untuk tahun 2018 dapat disimpulkan


bahwa cakupan skrining gangguan refraksi pada anak sekolah dan cakupan
kegiatan penjaringan penemuan kasus gangguan pendengaran yaitu baru
mencapai 80 % dari target 100 % di wilayah kerja puskesmas Tegalgubug pada
tahun 2018.

g. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Tabel 23. Cakupan Capaian Program Upaya Kesehatan Usia Lanjut


NO VARIABEL TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN
1 Cakupan layanan kesehatan 3841 3530 -311
(100 %)
usila
(91,9 %) (-8,1)

2 Pembinaan layanan kesehatan 11 11 0


usila
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018

Berdasarkan data dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa di wilayah


Puskesmas Tegalgubug masih rendahnya cakupan layanan kesehatan lansia pada
tahun 2018 mencapai 91,9 % dari target (100%) masih ada kesenjangan (-8,1%)
Hal ini di sebabkan karena masih rendahnya kesadaran dari masyarakat khususnya
42

para lansia untuk memeriksakan diri dan mengikuti kegiatan posyandu yang di
adakan tiap bulannya.Selain itu perlu juga perhatian khusus dari instansi yang
terkait mengenai sarana dan pra sarana penunjang agar kegiatan ini bisa berjalan
dengan lancar dan baik.

h. Upaya Kesehatan Tradisional


Tabel 24. Cakupan Capaian Program Upaya Kesehatan Tradisional

NO JENIS KEGIATAN TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN

1 Cakupan Pembinaan Upaya


Kesehatan Tradisional (Kestrad) 13,00 36,36 +23,36

2 Cakupan Pengobat Tradisional


Terdaftar/ berijin 100,00 22,50 -77,5

3 Cakupan Pembinaaan Kelompok


Taman Obat Keluarga (TOGA) 100,00 18,18 -81,82

Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2019

Berdasarkan dari tabel diatas cakupan pengobatan tradisional terdaftar


belum memenuhi target yaitu 22,50 % dari target 100%, dan cakupan pembinaan
kelompok taman obat keluarga mencapai 18,18% dari target 100 %.
43

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


3.1.1. Perencanaan Pemecahan Masalah yang dipilih (P1)
A. Analisis Situasi Masalah

Tabel 25. Analisis Situasi Masalah

NO MASALAH WHAT WHERE WHEN WHY WHO HOW


1. Cakupan sekolah Masih banyak Seluruh Tahun Karena kurang aktif Siswa-siswi Dilakuk
yang siswa yang sekolah di 2018 dan kurang di wilayah pembin
melaksanakan sakit dan wilayah kerja pembinaanmengenai kerja dan
penjaringan tidak Puskesmas penjaringan Puskesmas penyulu
kesehatan diketahui atau Tegalgubug kesehatan siswa di Tegalgubug kepada
tidak sekolah sekolah
dilaporkan siswany
oleh pihak mengen
sekolah penjarin
kesehat
44

2. Cakupan desa/ Masih Desa di Tahun Kurangnya Warga desa di Dilakuk


kelurahan yang banyak warga Wilayah kerja 2018 pengetahuan warga wilayah kerja Advoka
sudah ODF yang masih Puskesmas mengenai bahaya puskesmas pemicua
melakukan Tegalgubug buang air besar tegalgubug pemanta
buang air sembarangan dan mengen
besar masih ada beberapa bahaya
sembarangan rumah yang tidak air
memiliki jamban sembara
sendiri
3. Cakupan KB Banyak Desa di Tahun Karena tingkat Warga desa di Penyulu
Pasca Salin warga yang Wilayah kerja 2018 pengetahuan dan wilayah kerja dan
masih belum Puskesmas kepedulian yang Puskesmas sosialisa
menggunakan Tegalgubug rendah tentang Tegalgubug mengen
KB kehamilan resiko untuk
tinggi dan masih menceg
menganut kehamil
kepercayaan banyak yang
anak banyak rezeki beresiko
tinggi
4. Cakupan ASI Masih ada Desa di Tahun Kurangnya Warga desa di Penyulu
Ekslusif bayi yang Wilayah kerja 2018 pengetahuan wilayah dan
belum Puskesmas mengenai puskesmas sosialisa
mendapatkan Tegalgubug pentingnya ASI tegalgubug mengen
ASI Ekslusif untuk kesehatan penting
bayi pember
ASI Eks
5. Cakupan BCG Masih ada Balita di Desa Tahun Kurangnya Balita di Desa Penyulu
balitayang Wilayah kerja 2018 pengetahuan tentang Wilayah kerja kepada
belum Puskesmas pentingnya Puskesmas tentang
mendapatkan Tegalgubug imunisasi dan adat Tegalgubug penting
imunisasi kebiasaan warga balita
BCG yang memandang mendap
imunisasi tidak imunisa
halal, juga karena
adanya kejadian
KIPI
6. Cakupan orang Banyak Pasien TB di Tahun Kurangnya Ibu hamil Penyulu
dengan TB pasien TB Wilayah kerja 2018 sosialisasi dan warga dan
mendapatkan yang belum Puskesmas penyebarluasan wilayah sosialisa
pelayanan TB mendapatkan Tegalgubug informasi tentang puskesmas mengen
45

sesuai standard pelayanan TB penyakit TB kepada tegalgubug penyaki


yang sesuai masyarakat dan
peningk
pengaw
internal
petugas
dari
puskesm
7. Cakupan klinik Masih belum Klinik Tahun Kurangnya Warga desa di Dilakuk
perusahaan yang ada klinik perusahaan di 2018 pengetahuan wilayah kerja pendeka
dibina perusahaan di Wilayah kerja masyarakat Puskesmas dan
wilayah Puskesmas mengenai standard Tegalgubug penyulu
UPTD Tegalgubug air bersih sesuai ke
Puskesmas kesehatan masyara
Tegalgubug oleh
puskesm
dan
desa t
standard
bersih
sehat

8. Cakupan sekolah Masih ada Sekolah di Tahun Kurangnya Siswa Perluny


yang beberapa Wilayah kerja 2018 kerjasama antar Sekolah di komuni
melaksanakan sekolah yang Puskesmas sekolah dan tim Wilayah kerja antar s
penjaringan belum Tegalgubug kesehatna Puskesmas dan p
kesehatan melaksanakan puskesmas Tegalgubug kesehat
penjaringan puskesm
sekolah
9. Cakupan keluarga Masih Desa di Tahun  Kurangnya Kepala Home
rawan selesai rendahnya Wilayah kerja 2018 kerjasama lintas Keluarga dan
dibina KM III keluarga yang Puskesmas program yang sudah Penyulu
dibina yang Tegalgubug  Motivasi mencapai KM
rawan petugas belum II yang rawan
mempunyai optimal mempunyai
masalah  Kurangnya masalah
kesehatan monitoring dan kesehatan
evaluasi pada
pelaksana
46

program
10. Bumil yang Masih banyak Ibu hamil di Tahun Kurangnya Ibu hamil di Pengada
mendapatakan ibu hamil Wilayah kerja 2018 kunjungan petugas Wilayah kerja dana

perawatan gigi yang belum Puskesmas gigi terhadap ibu Puskesmas kunjung
mendapatkan Tegalgubug hamil, dan tidak Tegalgubug kelas
perawatan adanya media hamil
gigi penyuluhan, dan peningk
kurangnya kerjasam
kerjasama lintas lintas
program program
11. Cakupan Masih adanya Warga di Tahun Kurangnya peran Warga di Perluny
penanganan warga yang 2018 petugas kesehatan peningk
Wilayah Wilayah
pasien terdeteksi mengalami dalam mendeteksi kinerja
kerja kerja
gangguan gangguan pasien dengan kesehat
kesehatan jiwa jiwa dan
Puskesmas gangguan jiwa
Puskesmas terkait d
belum Tegalgubug Tegalgubug pasien d
mendapatkan ganggua
perawatan jiwa
12. Cakupan skrining Masih ada Siswa Tahun Tidak semua Sekolah di Peningk
kelainan/gangguan anak sekolah Sekolah di 2018 sekolah Wilayah kerja program
refraksi pada anak yang Wilayah kerja melaksanakan Puskesmas penjarin
sekolah mengalami Puskesmas penjaringan Tegalgubug kesehat
gangguan Tegalgubug kesehatan seluruh
refraksi saat sekolah
dilakukan wilayah
penjaringan puskesm
kesehatan tegalgub
13. Cakupan layanan Masih Desa di Tahun Karena motivasi Warga usila Membu
kesehatan usila rendahnya Wilayah kerja 2018 petugas,media di Wilayah jadwal
cakupan Puskesmas penyuluhan dan kerja posbind
layannan Tegalgubug kerjasama lintas Puskesmas lansia,
kesehatan sektor serta lintas Tegalgubug mengus
usila programmasih pembua
kurang. poster,
mening
kerjasam
lintas
dan
program
14. Cakupan Masih Desa di Tahun Kurangnya peran Desa di Peningk
47

pembinaan rendahnya Wilayah kerja 2018 petugas kesehatan Wilayah kerja kinerja
kelompok taman pembinaan Puskesmas dan lintas sector Puskesmas petugas
obat keluarga kelompok Tegalgubug dalam pembinaan Tegalgubug kesehat
(TOGA) taman obat kelompok taman lintas
keluarga obat keluarga dalam
pembin
kelomp
taman
keluarga

B. Identifikasi Masalah
Definisi masalah adalah :
1. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
2. Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi
yang diharapkan.
3. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang
terjadi belumlah sempurna.
Dari data yang didapat dari Puskesmas Tegalgubug tahun 2018
yang telah diambil, dapat dilakukan penentuan beberapa
permasalahan sebagai berikut:

Tabel 26. Identifikasi Masalah


NO PROGRAM TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN
1. Polindes PURI 80% 0% -80%
2. Cakupan desa/ kelurahan yang sudah ODF 100% 36% -64%
3. Cakupan KB Pasca Salin 100% 79% -21%
4. Cakupan ASI Ekslusif 90% 40,9 -39,1
5. Cakupan BCG 98% 95,39% -2,61%
6. Cakupan orang dengan TB mendapatkan 100% 20% -80%
pelayanan TB sesuai standard
7. Cakupan klinik perusahaan yang dibina 100% 0% -100%
8. Cakupan sekolah yang melaksanakan 100% 96,3% -3,7%
penjaringan kesehatan
9. Cakupan keluarga rawan selesai dibina KM III 100% 22,5% -77,5%
10. Bumil yang mendapatakan perawatan gigi 100% 13,93% 80,07%
11. Cakupan penanganan pasien terdeteksi 100% 68,4% -31,6%
gangguan kesehatan jiwa
12. Cakupan skrining kelainan/gangguan refraksi 100% 99% -1%
pada anak sekolah
13. Cakupan layanan kesehatan usila 100% 91,9% -8,1%
14. Cakupan pembinaan kelompok taman obat 100% 18,18% 81,82%
keluarga (TOGA)
Sumber dari : Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018
48

C. Prioritas Masalah
Dari berbagai permasalahan yang didapat maka diprioritaskan
satu pokok permasalahan yang dianggap paling mendesak, serius,
dan harus segera ditangani. Media yang dapat digunakan untuk
menentukan prioritas permasalahan adalah dengan menggunakan
matriks USG.
Pada penggunaan matriks USG, untuk menentukan suatu
masalah yang prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut adalah urgency, seriuosness,
dan growth.8
Urgency berkaitan dengan tingkat kegawatan, apabila masalah
tidak ditanggulangi akan menyebabkan masalah yang lebih
kompleks. Semakin mendesak suatu masalah untuk diselesaikan
maka semakin tinggi urgency masalah tersebut.8
Seriuosness berkaitan dengan tingkat keseriusan, apabila
masalah tidak diselesaikan dapat berakibat serius pada masalah lain.
Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi
seperti dampaknya terhadap produktifitas, keselamatan jiwa
manusia, sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak
masalah tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah
tersebut. 8
Growth berkaitan dengan besar atau luasnya masalah penyebab
atau yang ditimbulkan. Semakin cepat berkembangnya masalah
tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu
masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk
diatasi permasalahan tersebut.8
Untuk mengurangi tingakat subyektivitas dalam menentukan
masalahprioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-
masing unsur USG tersebut.Umumnya digunakan skor dengan skala
tertentu.Misalnya penggunaan skor skala 1-5.Semakin tinggi tingkat
urgency, serius, atau pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin
tinggi skor untuk masing-masing unsur tersebut .
Matriks Penilaian USG :
49

 Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak


masalah tersebut diselesaikan.
5 : Sangat mendesak
4 : Mendesak
3 : Cukup mendesak
2 : Kurang mendesak
1 : Tidak mendesak
 Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan
melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,
pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau
tidak.
5 : Sangat serius
4 : Serius
3 : Cukup serius
2 : Kurang serius
1 : Tidak serius
 Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah
masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit
untuk dicegah.
5 : Sangat cepat
4 : Cepat
3 : Cukup cepat
2 : Kurang cepat
1 : Tidak cepat
Dari berbagai kesenjangan antara cakupan dan ketercapaian
program diatas, maka dipilih permasalahan dengan kesenjangan
paling tinggi dari masing-masing program.

Tabel 27. Prioritas Masalah


50

KRITERIA
NO MASALAH JUMLAH PRIORITAS
U S G
1 Cakupan sekolah yang
melaksanakan penjaringan 3 3 4 10 VII
kesehatan
2 Cakupan klinik perusahaan yang
3 3 3 9 XI
dibina
3 Keluarga rawan selesai dibina
3 3 3 9 XII
KM III
4 Bumil yang mendapatakan
3 3 4 10 VIII
perawatan gigi
Cakupan desa/ kelurahan yang
5 5 5 5 15 I
sudah ODF
Cakupan penanganan pasien
6 terdeteksi gangguan kesehatan 3 3 4 10 IX
jiwa
7 Cakupan KB Pasca Salin 3 4 4 11 VI
Cakupan skrining
8 kelainan/gangguan refraksi pada 3 3 4 10 X
anak sekolah
9 Cakupan ASI Ekslusif 4 5 4 13 III
Cakupan orang dengan TB
10 mendapatkan pelayanan TB 5 5 4 14 II
sesuai standard
11 Cakupan Polindes PURI 3 3 3 9 XIII
12 Cakupan BCG 4 5 4 12 IV
Cakupan layanan kesehatan
13 4 4 4 12 V
usila
Cakupan pembinaan kelompok
14 3 3 3 9 XIV
taman obat keluarga (TOGA)

Kondisi daerah wilayah kerja puskesmas Tegalgubug termasuk


daerah dataran rendah, beberapa diantaranya dilalui oleh sungai
besar.Kondisi letak geografis wilayah kerja puskesmas Tegalgubug ini
membuat daerahnya dililewati oleh banyak sungai besar. Hal ini tentu
mempengaruhi perilaku dan kebiasaan masyarakat setempat.Selain itu,
letak beberapa daerah wilayah kerja puskesmas yang jauh dari pusat kota,
membuat status pendidikan dan status sosial ekonomi yang masih rendah.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah pedagang dan petani, yang
mengharuskan mereka untuk bekerja dari pagi sampai sore .Tentunya hal
ini membuat kerjasama lintas sektor yang menjadi kurang optimal karena
51

sulitnya membuat jadwal yang tepat antara masyarakat dan petugas


kesehatan.
Berdasarkan RAKERNAS kementrian kesehatan Republik
Indonesia, terdapat 5 isu prioritas untuk 5 tahun kedepan (2020-
2024).Kelima isu itu adalah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Neonatal yang masih tinggi, stunting, Tuberculosis, Penyakit Tidak
Menular, dan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap.Dari kelima isu diatas,
stunting dan tuberculosis masih menjadi masalah di wilayah kerja
puksesmas Tegalgubug. Hal tersebut bisa dilihat dari kesenjangan
KADARZI yang masih tinggi yaitu -43,6% dari target 100% dan
tuberculosis yaitu masih ada kesenjangan - 80% dari target 100 %.
Berdasarkan sederetan faktor risiko stunting, masalah gizi dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat merupakan hal yang masih sangat kurang di
wilayah kerja puskesmas tegalgubug.Tentunya hal ini sejalan dengan
perilaku dan kebiasaan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
Tegalagubug yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS).Perilaku
ini pun semakin memburuk karena kondisi geografis desa wilayah kerja
Tegalgubug yang memiliki banyak sungai.
Perilaku BABS ini telah dilakukan sejak lama hingga saat
ini.Tentunya sungai yang dilalui oleh desa wilayah kerja puskesmas
Tegalgubug tidak lagi bersih, melainkan sudah sangat tercemar oleh tinja
dan juga sampah masyarakat. Sehingga, hal ini tidak lagi sejalan dengan
SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu Clean water and sanitation.
Pencemaran air sungai, membuat sungai setempat tidak bisa lagi
dimanfaatkan sebagai sarana air minum maupun air yang digunakan untuk
keperluan sehari hari (mandi, mencuci). Tidak hanya sungai yang akan
tercemar, tetapi sumur disekitar sungai pun akan ikut tercemarOleh karena
itu cakupan desa ODF menjadi sangat penting karena menjadi akar dari
beberapa penyakit berbasis lingkungan. Berdasarkan data yang ada di
puskesmas Tegalgubug , hanya 4 desa yang sudah ODF dari 11 cakupan
desa (36% dari target 100%) yaitu desa Tegalgubug, Kebonturi,Rawagatel,
Karangsambung. 7 desa lainnya masih menggunakan sungai sebagai
sarana BAB.
52

Wilayah kerja puskemsas Tegalgubug yang cukup luas dan


mencakup sebelas desa membuat beberapa desa memiliki jarak yang
cukup jauh ke fasilitas kesehatan, contohnya adalah desa Bulak. Yang
memiliki jarak 9 km ke Puskesmas Tegalgubug. Hal ini membuat sulitnya
tenaga kesehatan menjangkau masyarakat desa Bulak , begitupun
sebaliknya.Warga Bulak kesulitan untuk mengakses fasilitas kesehatan
tingkat pertama yaitu Puskesmas Tegalgubug.Meskipun begitu, seharusnya
program Puskesmas Tegalgubug tetap berjalan sampai ke desa terluar
dengan segala hambatan yang ada, meskipun pencapaiannya belum
optimal. Selain itu warga bulak beserta aparat desa termasuk warga yang
kooperatif dan mempunyai kemauan untuk menjadi desa ODF,oleh karena
itu desa Bulak menjadi fokus untuk dijadikan desa ODF dari 7 desa yang
belum ODF.

D. Analisis Penyebab Masalah


Tahap selanjutnya setelah penentuan prioritas masalah adalah
identifikasi penyebab dari masalah tersebut. Dalam identifikasi
masalah rendahnya pengawasan jamban tahun 2019 di Puskesmas
Tegalgubug, digunakan metode pendekatan sistem yang
menganalisis penyebab masalah ditinjau dari segi input, proses dan
lingkungan. Proses pendekatan dijelaskan dalam bagan berikut:

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME


Man P1 Cakupan Mutu
Money P2
Method P3
Machine
Material

DAMPAK
Kesakitan
Kematian

Fisik Non fisik

LINGKUNGAN
53

Gambar 2. Bagan Pendekatan Sistem

Permasalahan yang ditemui di Puskesmas Tegalgubug mencakup


permasalahan dari segi sistem atau metode, permasalahan dari sumber daya
manusia, permasalahan dari segi sarana dan prasarana, permasalahan dari segi
pembiayaan/dana, dan permasalahan dari segi lingkungan terutama lingkungan
sosial dan pendidikan masyarakat di wilayah UPTD Tegalgubug.

Tabel 28. Permasalahanan di Puskesmas Tegalgubug


KOMPONEN KEKURANGAN KELEBIHAN
Input  Kurangnya rasa mau masyarakat untuk  Adanya pemanfaatan kader desa
BAB di jamban sehat
 Adanya bidan desa
Man  Kurangnya rasa malu masyarakat BAB
di sembarang tempat
 Kurang mampunya masyarakat untuk  Terdapat pelatihan untuk kader dan
memiliki jamban sehat pemegang program
 Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai jamban sehat
 Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai bahaya BAB di sembarang
tempat
 Masyarakat merasa nyaman dengan
BABS
 Tenaga kesehatan kurang optimal
dalam mengatasi perilaku BABS
 Kurangnya motivasi pemerintah desa
untuk menangani kasus BABS
 Tingkat pendidikan masyarakat masih
rendah di beberapa desa
Money  Belum ada nya anggaran untuk  Terdapat rencana anggaran desa
stimulasi jamban di pemerintahan untuk Rutilahu (rumah tidak layak
desa pada tahun 2019. huni)
54

 Belum ada perencanaan anggaran


dana BOK untuk program ODF di
desa bulak pada tahun 2019.
 Belum ada perencanaan anggaran
dana untuk kader dalam hal pemicuan
program ODF di desa bulak than 2019
 Pendapatan warga desa bulak yang
kurang merata.
Method  Pemicuan tentang stop BABS belum  Dapat dilakukan koordinasi lintas
optimal proram
 Pendataan jumlah jamban keluarga  Dapat dilakukan koordinasi lintas
dan akses yang belum optimal sektoral
 Tidak semua petugas mendapat
pelatihan pemicuan stop BABS
 Pelaporan jumlah warga yang masih
BABS belum optimal
 Kerjasama kesling dan lintas program
belum optimal
Machine (-)  Sudah tersedia alat peraga untuk
pemicuan

Material  Pemanfaatan materi/bahan peraga  Tersedianya buku panduan tentang


pemicuan belum optimal program ODF (Open Defecation
 Pemanfaatan jamban keluarga belum
Free)
optimal  Tersedianya jamban keluarga untuk
 Masyarakat malu menggunakan akses akses
jamban keluarga ditetangganya
 Minimnya sarana jamban umum
Lingkungan  Masih terdapat banyak kebun, sungai  Adanya dukungan dari perangkat
dan empang yang masih dijadikan desa dan tokoh masyarakat
sarana bagi beberapa masyarakat setempat
untuk BABS
 Sumber air bersih belum optimal
 Masih terdapat bangunan-bangunan
seperti “helikopter” untuk sarana
BABS
55

MAN METHODE
Motivasi masyarakat membuat jamban Pemicuan tentang stop
Perilaku masyarakat yang kurang Kerjasama kesling dan BABS belum optimal
masih melakukan BABS
lintas sektoral belum

banyaknya
sungai dan Karna belum
Tingkat Masyarakat Pelaporan Tidak optimal dalam
sawah yang menyadari dampak
pengetahuan merasa jumlah warga Tidak semua Kurangnya memanfaatkan kader desa
Tempat BABS dianggap lebih langsung BABS
masyarakat nyaman yang nyaman petugas sosialisasi sebagai pemantau BABS
mengenai praktis untukTenaga kesehatan kurang yang masih
dengan mendapat petugas
bahaya Kurang mampunya BAB BABS belum terhadap
BABS optimal dalam mengatasi pelatihan
BABS masyarakat untuk optimal pemicuan stop kader desa
masih perilaku BABS BABS mengenai
memiliki jamban sehat pemicuan
rendah
stop BABS
Rendahnya
Ekonomi yang masih rendahBiaya pembuatan jamban Banyaknya program yang
dilaksanakan
Cakupan desa
karena sebagian mata pencaha
yang cukup mahal ODF di wilayah
Pkm Tegalgubug
rian materi/bahan peraga tahun 2018
Pemanfaatan Tidak ada dana untuk Adanya sungai,sawah dan lahan
stimulant pembuatan kosong yang bisa digunakan tempat , mencapai 36 %
pemicuan belum optimal dari target 100
jamban BABS
%
Pemanfaatan jamban
Belum termasuk kedalam (-64%)
keluarga belum optimal
rencana anggaran desa Masih terdapat Jarak rumah
bangunan-bangunan dan sungai
Tidak ada nya anggaran dana
seperti “helikopter” dekat Lokasi tempat BAB
Masyarakat untuk kader dalam hal pemicuan
Kekeluargaan dengan untuk sarana BABS nyaman
merasa malu
tetangganya kurang akrab
menggunakan
akses jamban Suasana sawah dan sungai
keluarga Belum ada perencanaan anggaran Sumber air bersih belum
Tidak adanya sarana sekitar tempat BABS
dana BOK untuk desa Bulak optimal
jamban umum
LINGKUNGAN
SARANA DANA
56

3.1.2. Pergerakan dan pelaksanaan Program Pemecahan Masalah (P2)


A. Pemecahan Masalah yang dipilih
Berdasarkan permasalahan adanya desa yang belum ODF
maka diperoleh beberapa solusi sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
tidak buang air besar sembarangan
2. Melakukan pemicuan
3. Memberikan pendidikan kepada kader dan warga dalam rangka
bebas buang air besar semabarangan dan cuci tangan pakai sabun

B. Program Pemecahan Masalah


Program pemecahan masalah yang kami angkat yaitu
melakukan kegiatan dalam mempersiapkan pencapaian Desa Bulak
menuju desa bebas buang air besar sembarangan dengan
mengadakan kegiatan pendataan, survey dan identifikasi masalah
kesehatan masyarakat terhadap warga yang masih BABS di desa
tersebut dengan cara door to door yang dibantu dengan pihak desa.
Setelah data terkumpul, kami menyusun kegiatan advokasi kepada
kepala desa dan jajarannya, bidan desa, dan kader kesehatan Desa
Bulak mengenai program ODF yang akan dilakukan.
Setelah itu, kami melakukan suatu upaya intervensi dengan
cara pemicuan mengenai bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari
perilaku BABS serta ajakan untuk stop BABS yang diberikan
khususnya kepada warga yang terdata belum BABS. Sebelum dan
sesudah pemicuan kami mengukur pengetahuan mengenai materi
tersebut terhadap para audiensi dengan media tanya jawab untuk
melihat sejauh mana materi yang kami sampaikan terserap oleh para
audiensi.
Kegiatan ini terus kami lakukan terutama terhadap warga yang
belum ODF (Open Defecation Free). Selain itu , kami mengadakan
penyusunan strategi sebagai penunjang program ODF pada saat
pemicuan program ODF yang melibatkan Kepala Desa Bulak beserta
jajaranya, kader, dibantu oleh bidan desa dan petugas kesling
sehingga tercapai suatu kesepakatan untuk tidak BABS dengan cara
57

BAB di jamban rumah saudara, BAB di jamban mushola atau


masjid, dan jamban tetangga terdekat yang sudah memiliki jamban.
Setelah semua perencanaan kegiatan kami tercapai, kami
melakukan Deklarasi Desa ODF (Open Defecation Free) yang
dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Kepala
UPTD Puskesmas Tegalgubug, Camat Arjawinangun, Kapolsek
Arjawinangun, Danramil Arjawinangun, Petugas Kesling UPTD
Puskesmas Tegalgubug, Bidan Desa, Kepala Desa, Perangkat Desa,
Tokoh Masyarakat, Karang Taruna, dan Warga Desa Bulak. Pada
kegiatan ini dilakukan pembacaan deklarasi oleh Kepala Desa diikuti
oleh warga untuk tidak buang air besar sembarangan.

Tabel 29. Program Pemecahan Masalah


NO HARI KEGIATAN TEMPAT PESERTA
PELAKSANAAN
1 Senin, 29-04-2019 Perkenalan dan pertemuan Kantor Desa Bulak - Dokter Muda
- Perwakilan Puskesmas
dengan
- Kepala Desa
Kepala Desa Bulak untuk
- Sekertaris Desa
menyusun draft Rencana
2 Selasa, 30-04-2019 Pengumpulan Data profil desa Desa Bulak - Perangkat Desa
- Dokter Muda
dan Survei Permasalahan
ODF
3 Kamis, 04-05-2019 Advokasi Program ODF, Balai Desa Bulak - Kepala Desa
Sosialisasi ODF, Pemicuan Bulak
- Perangkat Desa
dan Komitmen ODF
- RT,RW
- Kader
- Tokoh Masyarakat
- Kepala Desa Bulak
- Masyarakat Desa
4 Jumat, 10-05-2019 Pemicuan Program ODF Rumah Warga - Perangkat Desa
- Dokter Muda
- Masyarakat Desa

5 Rabu, 15-05-2019 Pemicuan Program ODF Rumah Warga - Perangkat Desa


- Dokter Muda
- Masyarakat Desa

6 Selasa, 18 -06-2019 Monitoring dan evaluasi Desa Bulak - Perangkat Desa


- Dokter Muda
komitmen Warga desa Bulak
58

7 Waktu Deklarasi Program ODF Balai Desa Bulak - Dinas Kesehatan


Menyesuaikan Kab. Cirebon
- Kepala Desa
- Kecamatan
Arjawinangun
- Perangkat Desa
- RT, RW
- Kader
- Tokoh Masyarakat
- Masyarakat Desa

3.1.3. Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi Program (P3)


Tabel 30. Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi Program (P3)
NO KEGIATAN EVALUASI

1 Pengumpulan Data profil desa Aparat desa dan dokter muda melakukan survey lapangan untuk
dan Survei Permasalahan ODF mendata warga yang belum ODF,masih ada bilik –bilik tempat bab
sembarangan di Desa Bulak

3 Advokasi Program ODF Kepala desa, aparat desa, ketua RT/RW setempat, kader , dokter muda
dan perwakilan puskesmas serta jajaranya siap membantu dan
mendukung untuk mensosialisasikan tentang odf
4 Pemicuan (Penyuluhan Kepala desa, aparat desa, ketua RT/RW setempat, kader , dokter muda
Program ODF) dan perwakilan puskesmas serta warga desa sudah mengerti apa
bahaya dan manfaat dari buangair besar sembaraangan dan mau untuk
berkomiten untuk tidak lagi buang air besar sembarangan,
5 Monitoring dan evaluasi Setelah dilakukan pemicuan ada perubahan di masyarakat yaitu sarana
komitmen warga desa Bulak yang dijadikan untuk BABS di sungai menjadi berkurang

6 Deklarasi Program ODF Menetapkan dilaksananya deklarasi dan merencanakan deklarasi oleh
berbagai lintas sektor, namun deklarasi ODF ini tidak sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan sebelumnya Karena adanya masalah
internal antara desa Bulak dan desa tetangga yaitu desa Sende. Selain
itu desa Bulak juga pada tanggal perencanaan sedang mempersiapkan
kunjungan inspektorat ke desa ,oleh karena itu kami hanya melakukan
komitmen untuk dilakukan deklarasi selanjutnya diserahkan kepada
puskesmas dengan syarat penandatanganan surat akan dilaksanakan
deklarasi desa ODF sesuai waktu yang ditetapkan desa dan puskesmas
di desa Bulak sehingga desa Bulak tetap menjadi desa ODF.
59

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. SIMPULAN
Kegiatan Pembentukan Desa Stop BABS atau Desa Open Defecation
Free (ODF) di Desa Bulak dapat dinyatakan berhasil dilihat dari terbentuknya
komitmen dari 100% masyarakat dan perangkat Desa Bulak Kecamatan
Arjawinangun Kabupaten Cirebon untuk tidak lagi buang air besar
sembarangan (BABS). Walaupun deklarasi desa bulak sebagai desa ODF
60

belum dapat dilaksanakan dikarenakan sedang terdapat permasalahan internal


desa, namun sudah terdapat kesepakatan antara kepala Desa Bulak, warga
Desa Bulak, puskesmas Tegalgubug, dan dokter muda dalam bentuk tertulis
yang menyatakan kegiatan deklarasi desa bulak sebagai desa ODF akan
dilakukan sekitar bulan agustus 2019 atau setelah permasalahan internal desa
selesai.
Kegiatan yang terdiri dari pengumpulan data profil desa, survei
permasalahan ODF di desa terpilih, pendekatan langsung kepada masyarakat,
advokasi kepada kepala desa, perangkat desa, bidan desa, dan kader
kesehatan Desa Bulak, pemicuan mengenai program ODF, pemantauan
program ODF, dan komitmen desa bulak untuk menjadi desa ODF, serta akan
dilakukannya deklarasi program ODF kedepannya sesuai kesepakatan, dapat
dinyatakan bahwa program ODF yang dilakukan di Desa Bulak berhasil,
dilihat dari adanya komitmen untuk tidak buang air besar sembarangan.
Namun perlu perhatian khusus mengenai analisis masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan program ODF. Dari hasil analisis masalah yang
dilakukan di Puskesmas Tegalgubug dapat disimpulkan bahwa:
1. BABS menjadi sebuah masalah yang serius yang harus menjadi perhatian
Puskesmas sebagai pemegang wewenang kesehatan di wilayahnya.
2. Berbagai faktor yang menjadi kendala lambatnya mewujudkan atau
mendeklarasikan sebuah desa menjadi desa bebas BABS perlu ditangani
secara serius, serta secara aktif merubah perilaku dan pola pikir
masyarakat yang masih BABS.
3. Peran serta lintas sektoral menjadi hal yang sangat penting dalam
terwujudnya suatu perilaku bebas BABS dan untuk mewujudkan suatu
desa bebas BABS.
4. Output dari hasil pemicuan dokter muda di Puskesmas Tegalgubug dapat
menjadi acuan bahwa mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat bukan
merupakan hal yang mudah tetapi juga bukan merupakan hal yang
mustahil untuk dicapai.

4.2. SARAN
A. Bagi Dinas Kesehatan
1. Diharapkan bidang terkait di dinas kesehatan dapat ikut serta dalam
pengawasan dan membantu menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapi di berbagai puskesmas.
61

2. Diharapkan bidang terkait di dinas kesehatan dapat ikut berperan


mengayomi peserta didik dalam melaksanakan program ODF.
B. Bagi Puskesmas Tegalgubug
1. Diharapkan Puskesmas Tegalgubug bisa menggali lebih dalam tentang
penyebab masalah dari lambatnya suatu desa menjadi desa bebas
BABS.
2. Diharapkan Puskesmas Tegalgubug dapat mencapai target dengan
mendeklarasikan semua desa yang berada di wilayah kerjanya sebagai
desa bebas BABS pada tahun 2019.
3. Diharapkan Puskesmas Tegalgubug dapat melakukan kerjasama lintas
sektoral demi terwujudnya desa bebas BABS yang ditargetkan selesai
tahun 2019.
C. Bagi Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun
Berikutnya, perlu dilakukan kegiatan lanjutan berupa pengawasan
komitmen untuk terbebas dari BAB Sembarangan dengan menetapkan
sanksi bagi yang melanggar komitmen bersama. Pendekatan secara
personal juga harus dilakukan kepada masyarakat yang masih belum
memiliki jamban pribadi maupun masyarakat yang masih menumpang
jamban kepada keluarga dan tetangga agar memiliki jamban pribadi. Hal
ini dapat dilakukan dengan Pemberian Stimulan Pembuatan Jamban dari
Anggaran Dana Desa dan dapat juga dengan melakukan Arisan Jamban
secara bergotong royong, yang hasilnya dapat digunakan untuk
pembangunan jamban pribadi bagi warga dengan kemampuan ekonomi
yang kurang.
D. Bagi Institusi
1. Diharapkan institusi mendukung peserta didiknya untuk berkembang
dan memberikan masukan yang baik untuk mengembangkan program
ODF yang sedang gencar-gencarnya digalakan Dinas Kesehatan dan
ditargetkan semua desa di kabupaten cirebon berstatus desa bebas
BABS tahun 2019.
2. Diharapkan institusi mengapresiasi pencapaian dan peran serta peserta
didiknya dalam pelaksanaan program ODF.
3. Diharapkan institusi turut aktif dalam kemajuan kesehatan masyarakat
kabupaten cirebon dengan mendukung serta mengirimkan peserta
didiknya sebagai ujung tombak dari program-program dinas kesehatan
62

4. Dengan dilaksanakannya kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan


masyarakat, institusi dapat mengukur seberapa jauh anak didiknya
dalam memahami konsep manajemen organisasi dilapangan.
5. Sebagai pengembangan ilmu pendidikan di Institusi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan No 3 Tahun 2014 tentang STBM,


Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2014.
2. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa PKGBM Pocket book-
Final STBM. Depkes RI. 2014. Jakarta.
3. Depkes RI. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Guides 2014 Depkes RI.
2014. Jakarta.
4. Sardjoko S. Pengarusutamaan Kesehatan dalam Sustainable Development
Goals (SDGs). Konferensi Nasional Promosi Kesehatan; Jakarta: Kementrian
PPN/Bappenas; 2017.
5. Tim kesehatan lingkungan div.Jawa Barat. VERIFIKASI ODF Batasan-
batasan lain. 2012. Bandung
6. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.44 Tahun 2016.
Pedoman Managemen Puskesmas. Jakarta.
7. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
8. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2017.
63

9. Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana Media


10. Badrudin, 2014. Dasar-dasar Manajemen. Cetakan Kedua. Bandung.
Alfabeta.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014,
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014.
12. Perpres no. 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. Jakarta. 2015
13. Undang-Undang RI No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Jakarta. 2007
14. Profil Kesehatan Indonesia.. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 2014
15. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.364/MenKes/SK/III/2003
tentang Laboratorium Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, Indonesia. 2003
16. Kar, K., dan Chambers, R.. Handbook on community-led total sanitation.
Brighton, UK: Institute of Development Studies at the University of Sussex.
2008
17. WHO/UNICEF. Progress on Sanitationand drinking-water; 2010 Update.
Geneva:WHO 2010.P.22-52
18. Mukherjee N. Factors Assosiated with achieving and sustaining Open
Defecation Free Communities: Learning from East Java. Water and Sanation
Program. 2011:1-8
19. Wagner EG, Lanoix,J.N. Excreta Disposal for Rural Areas and Small
Communities WHO. 2014. Monograph series nomor 39:9-24
20. Samba R, Craemer, K, Sun, K, et al. Relationship of the Presence of a
household Improved Latrine with Diarrhea and Under fiveChild Mortality in
Indonesian. The American Society of Tropical Medicine and
Hygiene.2011:84(3):pp. 443-50
21. UNDP. United Nations Development Programme. Human Development
Report 2007 New York. United Nations Development Programme 2007.
22. HaydenJ. Introduction to Health BehaviorTheory. University Of Arcansa:
Jones and Bartlett Learning. 2009. P. 31-44
23. Pane E. Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. 2009; 3(5):229-35
64

24. Profil Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018. Cirebon: UPTD Puskesmas


Tegalgubug, 2018
25. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Tegalgubug Tahun 2018. Cirebon:
UPTD Puskesmas Tegalgubug, 2018.

Anda mungkin juga menyukai