Anda di halaman 1dari 16

RESUME KEPERAWATAN ANAK

KONSEP KEPERAWATAN ANAK SEHAT & PROSEDUR SCREENING TUMBUH


KEMBANG PADA ANAK

OLEH :

Nama : Rista Aprilia


NIM : P07120221100
No Absen : 51
Prodi : ST.r Keperawatan
Kelas : 3B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2023
I. Konsep Keperawatan Anak Sehat
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga
(family centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic care), dan manajemen
kasus. Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu memahami, menginggat adanya
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan dikarenakan anak bukan miniatur
orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik.
A. Konsep Tumbuh Kembang Anak
a. Pengertian
Whaley dan Wong (2009) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan komplek melalui proses maturasi
dan pembelajaran.
Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya
terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui
proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran. Pertumbuhan terjadi secara
simultan dengan perkembangan, berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya perkembangan system neuromuskuler, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisai.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal)
(Depkes, 2006). Faktor internal terdiri dari:
1. Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter
ras bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang rnerniliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
4. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-Iaki. Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat.
5. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh
pada tumbuh kembang anak. Salahsatu contohnya adalah tubuh kerdil.
6. Kelainan kromosom
Kelainankromosom umumnya disertai dengan kegagalanpertumbuhan dan
perkembanganseperti pada sindrom down dan sindrom turner.
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu faktor prenatal, faktor
persalinandan faktor pascapersalinan.
1. Faktor prenatal
- Gizi Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi
pertumbuhan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu asupan nutrisi
pada saat hamil harus sangat diperhatikan.
- Mekanis Trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti club toot. dislokasi panggul, falsi fasialis, dan
sebagainya.
- Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat menyebabkan
kelainan kongenital palatoskisis. 4) Endokrin Diabetes mellitus pada ibu
harnil dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,hyperplasia adrenal.
- Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
- Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma,
rubella, cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin, seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan
kelainan jantung kongenital.
- Kelainan imunologi
Eritoblastosisfetalis timbul karena perbedaan golongan darah antara ibu
dan janin sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
- Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkanpertumbuhanjanin terganggu.
- Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasanmental pada
ibu selama hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.
2. Faktor persalinan
Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak bayi.
3. Faktor pasca persalinan
- Gizi
Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka bayi dan anak
memerlukan gizi/nutrisi yang adekuat. Pada masa bayi, makanan
utamanya adalah ASI. Berikan hak anak untuk mendapatkan ASI
eksklusif, yaitu hanya ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu
tambahkan makanan pendamping ASI (MPASI), yang diberikan sesuai
dengan usia anak.
- Psikologis
Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang
selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan dalam
prosespertumbuhan dan perkembangannya.
- Endokrin
Gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
- Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan yang
dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
- Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembanganak.
- Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan.
c. Tahapan tumbuh kembang pada anak
1. Masa Bayi (Infancy)
Fase ini berlangsung sejak usia 0 hingga 12 bulan. Bayi dari lahir sampai
umur 3 bulan awalnya mengandalkan sinyal menangis untuk memberikan
tanda lapar, tidak nyaman, atau mengantuk. Setelah itu, kemampuan bahasa,
koordinasi sensori motorik, dan sosial bakal dibentuk orangtua dan
lingkungannya.
2. Masa Toddler
Fase perkembangan anak ini terjadi mulai usia 1 sampai 3 tahun. Pada fase
ini, si kecil mulai merangkak, berjalan, hingga berlari dengan cepat.
Perkembangan motorik si Kecil juga berlangsung cepat di fase ini.
Kemampuan bahasa, sosial, dan kecerdasan anak bakal memengaruhi
perkembangannya di masa selanjutnya.
3. Masa Pra-Sekolah
Pada fase ini, perkembangan si kecil mulai mengarah kepada perkembangan
kemandirian dan sosialisasinya. Kemudian, perkembangan motorik, bahasa,
sosial, dan emosionalnya cenderung akan menetap hingga di waktu
kedepannya. Masa ini dilalui saat anak mulai menapaki usia 5 hingga 6 tahun.
4. Masa Awal Sekolah
Menginjak umur 7 tahun sampai sekitar umur 8 tahun ketika anak sudah
masuk sekolah, si kecil yang sudah punya rutinitas bakal lebih mandiri. Anak
pada usia ini bakal mengalami peningkatkan kemampuan berpikir, banyak ide
baru, bisa membincangkan topik yang lebih rumit, sampai mulai punya
sahabat.
d. Teori perkembangan
Sigmeun Freud (perkembangan psychosexual)
1. Fase Oral (0 - 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat
kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap
jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.
2. Fase Anal (2-3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat
BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3- 4 tahun)
Tertarik pada perbedaanantomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan.Kedekatanank laki – laki pada ibunya
menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus
compleks.
4. Fase Latent (4-5 tahun sampai masa pubertas)
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan
kognitifnya. Disebut juga fase homosexualalamiah karena anak-anak mencari
teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuaijenis
kelaminnya dari orang dewasa.
5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai
menjalin hubungan rasa cinta dengan berbedajenis kelamin.

B. Konsep Bermain Pada Anak


a. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak
akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2009).
b. Fungsi bermain
1. Membantu perkembangan sensorik dan motoric
Anak yang sejak lahir telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.
2. Membantu perkembangan kognitif
Hal ini dapat terlihat pada saat anak sedang bermain. Anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal.
3. Meningkatkan sosialisasi anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan. Sebagai contoh pada usia
bayi ia akan rnerasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama.
4. Meningkatkan kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak
mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada.
5. Meningkatkan kesadaran diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
mengekplorasi tubuh.
6. Mempunyai nilai terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga stress
dan ketegangan dapat dihindarkan.
C. Komunikasi Pada Anak
a. Pengertian
Komunikasi sebagai alat utama perawat dalam menyampaikan empati, rasa
hormat dan regimen keperawatan pada anak dan keluarga. Komunikasi efektif
juga merupakan hal yang sangat penting dan kunci suksesnya pemberian asuhan
keperawatan/ ketaatan pada regimen keperawatan.Komunikasi merupakan suatu
bentuk kegiatan dua arah (dialog/trialog) dan tidak hanya meliputi kata – kata
verbal melainkan juga mencakup bentuk – bentuk komunikasi non-verbal antara
lain mimik wajah dan gerak tubuh/gesture.
b. Strategi komunikasi berdasarkan tingkat perkembangan usia
1. Tahap usia bayi/infancy
Pada tahap ini teknik komunikasi yang di gunakan lebih banyak adalah
teknik komunikasi non-verbal, misalnya sentuhan, senyuman, mendekap, dan
menggendong. Ciri lain pada tahap ini adalah stanger anxiety, oleh karena itu
perawat dapat menggunakan orang tua sebagai fasilitator ataupun sebagai
orang ketiga pada saat berkomunikasi dengan anak. Penggunaan kata - kata
(verbal) dapat dilakukan pada anak usia late infancy, misalnya penggunaan
kata – kata awal seperti ba-ba, da-da, ma-ma dan lain sebagainya.
2. Tahap usia dini/ toddler dan pra sekolah
Pada tahap ini anak sudah mampu menguasai antara 200-900 kata oleh
karena itu perawat dapat lebih banyak mengguanakan teknik verbal lebih
banyak daripada tahapan usia sebelumnya.
Perawat dapat berkomunikasi dengan anak dengan menggunakan objek
transisional seperti boneka sebelum bertanya langsung pada anak untuk
mengurangi kecemasan anak.
c. Tahap usia sekolah
Anak usia ini sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan
suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa, dan bagaimana
caranya dilakukan?. Perawat dapat menjelaskan prosedurnya dengan
mendemonstrasikan pada mainan anak terlebih dahulu. Misalnya, bagaimana
perawat akan menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada bonekanya. Gunakan
bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan
kemampuan kognitifnya.
d. Tahap usia remaja
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya, termasuk
perawat yang selalu bersedia menemani dan mendengarkan keluhannya. Hargai
identitas diri dan harga dirinya hindari perkataan/pertanyaan yang dapat
menyinggung harga diri, menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam
komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa. Beri dukungan atas hal yang telah dicapainya
secara positif dengan selalu memberikan reinforcement positif.

II. Prosedur screening tumbuh kembang pada anak


A. Meninmbang BB, mengukur TB, LK, LLA, IMT
a. Meninmbang BB
Cara pengukuran berat badan dengan cara (Kemenkes RI, 2012)
1. Menggunakan timbangan bayi Timbangan bayi digunakan untuk menimbang
anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masoh bisa berbaring/duduk
tenang.
2. Menggunakan timbangan injak.
b. Mengukur LK
Pertumbuhan LK paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan, yaitu dari
34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan, jadi meningkat 10 cm.
sementara itu, LK pada umur 1 tahun adalah 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa
54 cm.
Cara mengukur lingkaran kepala
1. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
2. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
3. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
4. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
5. Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
c. LLA
Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak san otot
yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan
berat badan. Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi atau keadaan tumbuh
kembang pada usia prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir
menjadi 16 cm pada usia 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1-3
tahun (Andriani dan Wirjatmadi, 2012)
d. IMT
Beberapa cara menghitung IMT di bawah ini disesuaikan berdasarkan kelompok
usia anak
1. Cara menghitung IMT Bayi Usia 1-6 Bulan
Cara menghitung IMT pada bayi usia 1-6 bulan yaitu dengan menjumlahkan
berat badan lahir dalam satuan gram dengan usia bayi yang dikalikan 600
gram. Berikut ini rumus lengkapnya:
IMT = Berat Badan Lahir (gr) + (Usia x 600 gram)
2. Cara Menghitung IMT Bayi Usia 7-12 Bulan
Pada bayi usia 7-12 bulan, cara menghitung IMT-nya yaitu dengan
menjumlahkan berat badan lahir dalam satuan gram dengan usia yang
dikalikan 500 gram. Berikut ini rumus lengkapnya:
IMT = Berat Badan Lahir (gr) + (Usia x 500 gram)
3. Cara Menghitung IMT Anak Usia 1-5 Tahun
Bila pada bayi diperlukan berat badan lahir, maka pada anak diperlukan usia
dalam tahun dan bulan. Cara menghitung IMT pada anak usia 1-5 tahun bisa
dengan menjumlahkan dua kali usia dalam tahun dan bulan dengan angka 8
atau dengan rumus berikut:
IMT = 2n + 8
merupakan usia dalam tahun dan bulan. Sebagai contoh, jika usia anak 16
bulan, maka ditulis 1,4 yang dibaca 1 tahun 4 bulan.
B. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan pada anak
a. Pengertian
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan
tidak mendapat stimulasi.
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang
dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga
dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak.
Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),
auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan
anak.
b. Contoh alat permainan balita dan perkembangan yang distimuli
1. Pertumbuhan fisisk/motorik kasar:
2. Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau didorong
3. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
4. Kecerdasan/kognitif: Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka,
pensil warna, radio.
5. Bahasa: Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV
6. Menolong diri sendiri: Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
7. Tingkah laku social: Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya
congklak, kotak pasir, bola, tali.
C. Screening tumbuh kembang dengan menggunakan SDIDTK/KPSP dan Denver
II
1. Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
2. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas
PAUD terlatih.
3. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah: setiap 3 bulan pada anak < 24
bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan).
4. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda dan dianjurkan untuk
kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan umurnya.

Alat/instrument yang digunakan adalah :


a) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-
72 bulan.
b) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.

Cara menggunakan KPSP :


1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Bila
umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan
16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan
menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh
ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah bayi makan kue sendiri?" Perintah kepada
ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.
5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena
itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap pertanyaan
hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Intervensi :
1. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
b. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
c. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
d. lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga
Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak
dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
e. Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada
anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24
sampai 72 buIan.
2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
a. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit
yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan lakukan
pengobatan.
d. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e. Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
3. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut:
Merujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).

DDST (Denver Developmental Screening Test) merupakan suatu metode


pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak usia 0-6 tahun. Manfaat
dari DDST adalah untuk menilai tingkat perkembangan anak seuai umurnya dan
memantau anak yang diperkirakan memiliki kelainan dalam berkembang (Adriana,
2011).
Denver II dapat digunakan dengan tujuan untuk menilai perkembangan anak yang
tampak sehat dan anak yang tidak menunjukan adanya masalah pekembangan sesuai
dengan rentang usia (Adriana, 2011).
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan umur
anak antara 0 samapi dengan 6 tahun dan dibagi kedalam beberapa aspek yaitu
kepribadian/tingkah laku sosial (personal sosial), gerakan motorik halus (fine motor
adaptive), perkembangan motorik kasar (gross motor), dan perkembangan bahasa
(language). Dalam perkembangan bahasa, anak diukur kemampuan untuk berbicara
spontan, memberikan respon terhadap suara, dan mengikuti perintah. Bahasa meliputi
segala bentuk komunikasi, baik secara lisan, isyarat, ekspresi, bahasa tubuh, tulisan atau
seni. Bahasa merupakan aspek paling penting dan sering digunakan (Adriana, 2011).
PERTANYAAN

1. Bermain adalah media yang baik untuk belajar, bagaimana jika anak terlalu berlebihan untuk
bermain dan mengurangi waktu istirahat sehingga tidak baik untuk kesehatan anak itu
sendiri. Bagaimana cara mengontrol anak agar dapat bermain secukupnya saja?
2. Jika anak yang sudah seharusnya dapat berbicara dengan jelas namun ternyata ia belum dapat
berbicara dengan jelas. Apakah yang mempengaruhi keterlambatan tersebut?
3. Bagaimana jika anak yang tidak memiliki alat permainan. Apakah dapat mempengaruhi
perkembangan stimulus?
DAFTAR PUSTAKA

dr. Nia Kania, SpA., MKes. (2016). Stimilus Tumbuh Kembang Anak Optimal. EGC: Jakarta

Fe rika Indarwati, S.Kep., Ns., MNg. (2019). Buku Ajar Konsep Komunikasi Dasar Keperawatan
Anak. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ns.Sri Melfa Damanik,M.Kep. Ns.Erita Sitorus,M.Kep. (2019). Buku Materi Pembelajaran


Keperawatan Anak. Universitas Kristen Indonesia

Anda mungkin juga menyukai