Anda di halaman 1dari 19

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Bayi

Dosen Pengampu : Mahyunidar,SST, M.KM

Disusun oleh:

Afriya ningsih

Nim: 22154013004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

STIKES AS SYIFA KISARAN

Tahun Ajaran 2023 / 2024


1. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan pada Bayi dan
Faktor yang Mempengaruhinya

Berdasarkan beberapa teori, maka proses tumbuh kembang anak dibagi menjadi
beberapa tahap (Depkes, 2006), yaitu:
1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
a. Masa zigot/mudigah, yaitu sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Sel telur/
ovurn yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi
diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam
tubuh.
c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9-12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masajan in ini terdiri dari 2 periode yaitu: Masa fetus dini, yaitu sejak umur
kehamilan 9 minggu sampai trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Pada masa
ini terjadi percepatan pertumbuhan, alat tubuh telah terbentuk dan mulai
berfungsi. Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi organ. Terjadi
transfer imunoglobin G (Iq G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam
lemak esensial omega 3 (docosa hexanic acid) dan omega 6 (arachidonic acid)
pada otak dan retina. Trimester pertama kehamilan merupakan periode terpenting
bagi berlangsungnya kehidupan janin. Pada masa ini pertumbuhan otak janin
sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi,
merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obatobatan, bahan-bahan toksik,
pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil
dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Agar
janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka
selama hamil ibu dianjurkan untuk:
• Menjaga kesehatannya dengan baik.
• Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
• Mendapat asupan gizi yang adekuat untuk janin yang dikandungnya.
• Memeriksakan kehamilan dan kesehatannya secara teratur ke sarana
• kesehatan.
• Memberi stimulasi dini terhadap janin.
• Mendapatkan dukungan dari suami dan keluarganya.
• Menghindari stress baik fisik maupun psikis.
2. Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan.
Masa bayi dibagi menjadi 2 periode:
a. Masa neonatal, umur 0-28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah serta mulai berfungsinya organ-organ. Masa neonatal dibagi
menjadi dua periode:
• Masa neonata/dini, umur 0-7 hari.
• Mas neonata/lanjut, umur 8-28 hari,
b. Masapost neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus-menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Selain itu untuk menjamin berlangsungnya proses tumbuh kembang optimal, bayi
membutuhkan pemeliharaan kesehatan yang baik termasuk mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan, diperkenalkan pada makanan pendamping ASI sesuai
dengan umurnya, mendapatkan imunisasi sesuai jadwal serta mendapatkan pola
asuh yang sesuai. Masa ini juga masa dimana kontak ibu dan bayi berlangsung
sangat erat, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat
besar.
Tahap perkembangan pada bayi dibagi dalam 4 tahap, yaitu perkembangan
bayi Umur 0-3 bulan adalah: mampu mengangkat kepala setinggi 45°,
menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah, melihat dan menatap wajah anda,
mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh, suka tertawa keras, bereaksi
terkejut terhadap suara keras, membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenvurn
dan mengenal ibu dengan penglihatan,penciuman, pendengaran dan kontak.
Perkembangan Bayi Umur 3-6 bulan, anak mampu berbalik dari telungkup
ketelentang, mengangkat kepala setinggi 90°, mempertahankan kepala tetap tegak
dan stabil, menggenggam pensil, meraih benda yang ada dalam jangkauannya,
memegang tangannya sendiri, berusaha memperluas pandangan, mengarahkan
matanya pada benda kecil, mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau
memekik dan tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat
bermain sendiri. Perkembangan bayi Umur 6-9 bulan, adalah mampu duduk
(sikap tripoid) sendiri, belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat
badan, merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang, memindahkan benda
dari satu tangan ke tangan lainnya, memungut 2 benda, masing-masing tangan
pegang 1 benda pada saat yang bersamaan, memungut benda sebesar kaeang
dengan eara meraup, bersuara tanpa arti, mmmama, bababa, dadada, tatata,
meneari mainan atau benda yang dijatuhkan, bermain tepuk tangan atau ciluk ba,
bergembira dengan melempar benda dan makan kue sendiri.
Sedangkan kemampuan bayi, Umur 9-12 bulan, bayi sudah mampu
mengangkat badannya ke posisi berdiri, belajar berdiri selama 30 detik atau
berpegangan di kursi, dapat berjalan dengan dituntun, mengulurkan lengan/badan
untuk meraih maianan yang diinginkan, menggenggam erat pensil, memasukkan
benda ke mulut, mengulang dan menirukan bunyi yang didengar, menyebut 2-3
suku kata yang sama tanpa arti, mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin
menyentuh apa saja, bereaski terhadap suara yang perlahan atau dibisikkan,
senang diajak bermain ‘ciluk ba’ dan mengenal anggota keluarga, takut pada
orang yang belum dikenal.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi
Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) (Depkes,
2006).
Faktor internal terdiri dari:
1. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter ras
bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk
atau kurus.
3. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
4. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-
Iaki. Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan
lebih cepat.
5. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Salah satu contohnya adalah tubuh kerdil.
6. Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan dan perkembanganseperti pada sindrom down dan sindrom turner.
Sedangkan faktor eksternal terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu :faktor prenatal, faktor
persalinan, dan pasca persalinan.
1. Faktor prenatal
a. Gizi Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi
pertumbuhan janin yang dikandungnya. Oleh karena itu asupan nutrisi pada saat
hamil harus sangat diperhatikan. Pemenuhanzat gizi menurut kaidah gizi
seimbang patut dijalankan. Dalam setiap kali makan, usahakan ibu hamil
mendapat cukup asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
b. Mekanis Trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti club toot. dislokasi panggul, falsi fasialis, dan sebagainya.
c. Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital palatoskisis.
d. Endokrin Diabetes mellitus pada ibu harnil dapat menyebabkan
makrosomia,kardiomegali, hyperplasia adrenal.
e. Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
f. Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(toksoplasma,rubella, cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin, seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan
kelainan jantung kongenital.
g. Kelainan imunologi Eritoblastosisfetalis timbul karena perbedaan golongan
darah antara ibu dan janin sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah
merah jan in, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan
otak.
h. Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terganggu.
i.Psikologis ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu selama hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2. Faktor persalinan
Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak bayi.
3. Faktor pasca persalinan
a. Gizi
Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka bayi dan anak
memerlukan gizi/nutrisi yang adekuat. Pada masa bayi, makanan utamanya adalah
ASI. Berikan hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif, yaitu hanya ASI sampai
bayi berusia 6 bulan. Setelah itu tambahkan makanan pendamping ASI (MPASI),
yang diberikan sesuai dengan usia anak. Pemberian MPASI harus diberikan
secara bertahap sesuai dengan usia anak. Secara garis besar pemberian MPASI
dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu MPASI untuk usia 6 bulan,dan MPASI untuk usia
9 bulan ke atas. Keduanya berbeda dalam rasa dan teksturnya, sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak.
b. Penyakit kronis kelainan congenital
Penyakit-penyakit kronis seperti tuberculosis, anemia serta kelainan kongenital
seperti kelainan jantung bawaan atau penyakit keturunan seperti thalasemia dapat
mengakibatkan gangguan pada proses pertumbuhan.
c. Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut milieu adalah tempat anak hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia
tertentu (plumbum, mercuri, rokok dan sebagainya) mempunyai dampak negatif
terhadap pertumbuhan anak.
d. Psikologis
Faktor psikologis yang dimaksud adalah bagaimana hubungan anak dengan orang
di sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak
yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangannya.
e. Endokrin
Gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
f. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan
yang jelek dan ketidaktahuan. Keadaan seperti ini dapat menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.
g. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
h. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan demikian
juga dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi harmon pertumbuhan.
2. Kebutuhan Dasar pada Bayi ( Asah , Asih , Asuh )

Kebutuhan Asuh (Fisik Biomedis)


Asuh merupakan kebutuhan anak dalam pertumbuhan anak yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan fisik anak. Kebutuhan asuh dapat
dikatakan sebagai kebutuhan primer bagi balita, apabila kebutuhan ini tidak dapat
dipenuhi akan menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Salah satu dampak negatif bagi anak yang kebutuhan nutrisi
tidak terpenuhi akan mengalami kegagalan pertumbuhan fisik, penurunan IQ
(intelligence quotient), penurunan produktivitas, penurunan daya tahan tubuh
terhadap infeksi penyakit, dan peningkatan risiko terjangkit penyakit dan
mengalami kematian lebih tinggi. Dampak lain jika kebutuhan ini tidak dipenuhi
akan menyebabkan tidak optimalnya perkembangan otak.Selanjutnya mari
saudara mempelajari lebih lanjut tentang uraian materi kebutuhan dasar asuh pada
neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah.
▪ Pengertian Asuh (FISIK-BIOMEDIS)
Asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti makanan, tempat tinggal.
Asuh dititik beratkan pada asupan gizi anak yaitu saat di kandungan dan
sesudahnya. Misalnya ada seorang ibu, saat kehamilan anak pertama dan kedua,
saya menjaga kesehatan dan mempertahankan asupan yang saya makan. Vitamin,
susu, dan makanan bergizi saya lahap karena harapan saya melahirkan anak yang
cerdas dan sehat. Setelah lahir, saya juga memperhatikan masa pertumbuhannya.
Menjelaskan Pemberian Pangan Atau Nutrisi
Pertumbuhan anak yang cepat sangat membutuhkan energi yang besar, sehingga
anak cenderung mudah lelah.Nutrisi ini harus terpenuhi sejak anak masih dalam
rahim.Ibu memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi
dan menu seimbang. Air susu ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling
lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama (ASI Ekslusif).
Nutrisi yang adekuat dan seimbang merupakan kebutuhan akan asuh yang
terpenting. Nutrisi termasuk bagian gizi untuk pembangunan tubuh yang
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan danperkembangan, terutama pada
tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan
yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.
a. Pemberian makanan tambahan yang tepat akan memberikan hasil yang
lebih baik bagi pertumbuhan anak, tapi yang seimbang dan sangat tergantung nilai
gizi yang terkandung dalam makanan yang disajikan oleh ibu dan keluarga,
pengetahuan tentang gizi yang harus dikuasai oleh ibu dan keluarga melalui
penyuluhan gizi. Nutrien dapat digolong menjadi 3 golongan :
1. Golongan pembangun: protein hewani dan protein nabati kira-kira 2-3
gram/kgBB/hari. Misal: ikan, daging, susu telur dll
2. Golongan sumber tenaga: karbohidrat, lemak (singkong, beras, jagung kentang)
3. Golongan pelindung: mikronutrien (besi, kalsium, seng, mangan dll)
Keadaan kesehatan gizi bergantung pada tingkat konsumsi makanan yang
dihidangkanmengandung semua kebutuhan tubuh. Masa tumbuh kembang anak
membutuhkan zat gizi lengkap seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin, dan mineral. Kebutuhan diatas jika tidak terpenuhi akan menghambat
proses tumbuh kembang pada tahap selanjutnya. Kebutuhan kalori dan protein
harian yang dianjurkan bagi bayi hingga remaja akan memperjelas kebutuhan
pemenuhan gizi seimbang bagi anak.
Pelayanan kesehatan anak merupakan suatu tindakan yang
berkesinambungan dan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Tindakan pencegahan primer dilakukan untuk mencegah risiko tinggi terkena
penyakit, seperti melakukan imunisasi dan penyuluhanpada orang tua tentang
diare.
Pelayanan kesehatan Anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara
teratur.Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK
(Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) minimal 2 kali setahun.
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan Agustus.
Tujuan pemantauan yang teratur untuk mendeteksi secara dini dan menanggulangi
bila ada penyakit dan gangguan tumbuh kembang, mencegah penyakit serta
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
Imunisasi Anak perlu diberikan imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG,
Polio,DPT, Hb dan Campak agar terlindung dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Sekarang sudah banyak imunisasi tambahan yang sudah
beredar di Indonesia seperti Hib, IPD dll. Pemberian Imunisasi pada bayi dan
anak sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan melaksanakan imunisasi
yang lengkap maka diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit yang
menimbulkan kesakitan dan kematian. Berikut penjelasan mengenai pola asuh,
asih, dan asah.
1. ASUH (Kebutuhan Biomedis)
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya,
kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman, perawatan
kesehatan dini berupa imunisasi dan intervensi dini akan timbulnya gejala
penyakit. "Fisis biomedis atau ‘ASUH' yang meliputi nutrisi dengan gizi
seimbang, perawatan kesehatan dasar, sandang, pangan, dan papan, dan
sebagainya," kata Dr. Jeanne.
2. ASIH (Kebutuhan emosianal)
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik
dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang,
diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian, tanggung jawab untuk
kemandirian sangatlah penting untuk diberikan."Kebutuhan emosi dan kasih
sayang atau ‘ASIH’ seperti hubungan yang erat dan rasa saling percaya antara
orang tua dengan anak, dan kebutuhan stimulasi mental-bermain-latihan," jelas
dokter anak ini.
3. ASAH ( kebutuhan akan stimulasi mental dini)
Cikal bakal proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang diberikan sedini
dan sesuai mungkin.Terutama pada usia 4 – 5 tahun pertama ( golden year)
sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang baik, kecerdasan, kemandirian,
keterampilan dan produktivitas yang baik. ‘ASAH’ yang dapat meningkatkan
perkembangan mental psikososial anak, seperti kecerdasan, kreativitas,
kepribadian, moral dan etika," ujarnya.
3. KEBUTUHAN IMUNISASI PADA BAYI DAN KIPI
Imunisasi penting diberikan pada bayi segera setelah ia lahir ke dunia.
Imunisasi sendiri adalah cara untuk memperkuat kekebalan tubuh bayi dengan
cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah mati atau
dilemahkan. Setelah vaksin masuk, sistem imun tubuh akan membentuk antibodi
untuk melawan penyakit menular, seperti polio, difteri, campak, dan hepatitis.
Masing-masing jenis vaksin perlu diberikan sesuai jadwal guna memberikan efek
perlindungan yang maksimal.
Berikut ini adalah kelima jenis imunisasi wajib yang perlu diberikan sesuai
usia si Kecil beserta jadwalnya yang telah ditetapkan pemerintah:
1. Vaksin Hepatitis B (HB)
Imunisasi Hepatitis B digunakan untuk melindungi bayi dari infeksi virus
hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati. Pengerasan hati dapat
berujung pada gagal fungsi hati hingga kanker.
Vaksin atau imunisasi HB pertama idealnya diberikan segera setelah bayi
lahir, yakni dalam waktu kurang dari 12 jam. Sebelumnya, si Kecil perlu
diberikan suntikan vitamin K1 lebih dulu.
Bayi yang tidak mendapat vaksin HB pada waktu lahir berisiko terinfeksi
hepatitis B hingga 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang segera
divaksin setelah lahir. Bayi yang sudah terinfeksi virus hepatitis B pun memiliki
risiko lebih dari 90-95% kondisinya berkembang menjadi hepatitis B kronis.
2. Vaksin Polio
Polio adalah penyakit menular karena infeksi virus yang menyerang sistem
saraf otak dan saraf tulang belakang. Pada kasus yang parah, penyakit ini bisa
menyebabkan sesak napas, kelumpuhan, hingga kematian.
Imunisasi polio itu sendiri terbagi menjadi dua jenis vaksin, yaitu secara oral
yang diteteskan ke mulut bayi (Oral Poliovirus Vaccine atau OPV) dan lewat
suntikan (Inactivated Poliovirus Vaccine atau IPV).
Bayi akan mendapatkan vaksin polio jenis OPV ketika baru lahir, dan pada
usia 2, 3, 4, serta 18 bulan. Kemudian, ada pengulangan setiap bulan pada usia 2,
3, dan 4 bulan. Untuk vaksin polio suntik (IPV) akan diberikan pada usia 2, 4, dan
6-18 bulan.
3. Vaksin BCG
Imunisasi BCG adalah jenis imunisasi untuk melindungi tubuh si Kecil dari
kuman penyebab penyakit tuberkulosis (TBC). TBC merupakan penyakit
menular berbahaya yang menyerang paru-paru dan terkadang bagian lain dari
tubuh, seperti otak, tulang, sendi, dan ginjal.
4. Vaksin DPT
Imunisasi DPT dilakukan untuk mencegah tiga penyakit sekaligus dalam satu
suntikan, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Jadwal imunisasi DPT
diberikan sebanyak 3 kali dan berturut-turut pada bayi usia 2, 3, dan 4 bulan atau
usia 2, 4, dan 6 bulan. Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan. Booster
berikutnya diberikan pada umur 5 - 7 tahun atau pada program BIAS kelas 1.
5. Vaksin MR/MMR
Imunisasi campak, penyakit gondok (mumps), dan rubella (MR) diberikan sebagai
langkah pencegahan terhadap penyakit campak dan rubella yang mudah menular.
Menurut jadwal imunisasi IDAI terbaru, vaksin MR sudah boleh didapatkan
ketika bayi berusia 9 bulan. Lalu, saat bayi usia 18 bulan dan menginjak 6 tahun,
akan menerima kembali imunisasi MMR ulang (booster).
Jadwal Imunisasi Tambahan untuk Bayi
Selain imunisasi wajib yang telah dijelaskan sebelumnya, IDAI juga
menganjurkan Mama dan Papa supaya si Kecil mendapatkan jenis imunisasi lain
selain yang sudah disebutkan di atas. Berikut adalah rinciannya.
1. Vaksin Pneumokokus (PCV)
Pneumokokus (PCV) adalah jenis imunisasi yang bertujuan untuk mencegah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini, di antaranya radang paru (pneumonia),
radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah (bakteremia). Penyakit
pneumokokus merupakan penyebab kematian yang paling tinggi pada anak balita.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dapat
menyerang siapa saja dengan angka tertinggi menyerang anak usia kurang dari 5
tahun. Jadwal imunisasi PCV diberikan sejak bayi berusia 2 bulan dan diberikan
3 kali dengan interval 4-8 minggu (usia bayi 2, 4, 6 bulan).
2. Vaksin Rotavirus
Imunisasi rotavirus bertujuan untuk mencegah diare akibat rotavirus.
Rotavirus bisa menyebabkan diare sampai membuat tubuh si Kecil dehidrasi
akibat kekurangan cairan.
Sesuai jadwal imunisasi IDAI, vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 dosis,
yaitu pada usia 2 dan 4 bulan dosis pertama mulai usia 6-12 minggu, dosis kedua
dengan interval minimal 4 minggu, dan dosis kedua diberikan paling lambat 24
minggu atau 6 bulan.
Sementara itu, jadwal vaksin rotavirus pentavalen diberikan dalam 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada usia 6 - 12 minggu. Dosis kedua dan ketiga
diberikan dengan interval 4 - 10 minggu. Dosis ketiga paling lambat diberikan
pada usia 32 minggu atau 8 bulan.
3. Vaksin Varisela
Vaksin varisela adalah jenis vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi
virus penyebab penyakit cacar air. Menurut panduan jadwal imunisasi IDAI
terbaru, imunisasi varisela diberikan sejak anak usia 12-18 bulan. Pada usia 1-12
tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan. Lalu, pada usia
13 tahun atau lebih diberikan 2 dosis dengan interval 4-6 minggu.
4. Vaksin Japanese Encephalitis
Vaksin Japanese Encephalitis (JE) digunakan untuk mencegah infeksi virus
Japanese Encephalitis penyebab penyakit radang otak. Umumnya, jenis vaksin ini
diberikan pada daerah endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah tersebut.
Area endemis JE di Indonesia antara lain adalah Bali, Kalimantan Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Jakarta. Di
panduan jadwal imunisasi IDAI, jenis vaksin ini diberikan mulai umur 9 bulan di
daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan
jangka panjang dapat diberikan booster 1 - 2 tahun kemudian.
5. Vaksin Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A diberikan untuk mencegah infeksi virus hepatitis A yang
dapat menyebar melalui makanan dan minuman yang terinfeksi. Pemberian
imunisasi diberikan kepada anak mulai usia 1 tahun. Bayi akan menerima
imunisasi hepatitis A sebanyak 2 kali dengan interval atau jeda 6 - 12 bulan
setelah suntikan pertama.
6. Vaksin Tifoid
Pemberian imunisasi tifoid bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri penyebab
penyakit tipes, yang dapat menyebar melalui makanan atau minuman yang
terinfeksi. Jenis imunisasi ini diberikan pada anak usia 2 tahun yang diulang
setiap 3 tahun sekali.
7. Vaksin Influenza
Imunisasi influenza diberikan mulai bayi berusia 6 bulan yang diulang setiap
tahun. Pada usia 6 bulan - 8 tahun imunisasi pertama, diberikan sebanyak 2 dosis
dengan interval minimal 4 minggu. Sementara itu, usia di atas 9 tahun akan
mendapat imunisasi pertama sebanyak 1 dosis.
4. PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG PADA BAYI
Pemantauan tumbuh kembang, adalah suatu kegiatan untuk menemukan secara
dini adanya penyimpangan pertumbuhan (status gizi kurang atau buruk, anak
pendek), penyimpangan perkembangan (terlambat bicara), dan penyimpangan
mental emosional anak (gangguan konsentrasi dan hiperaktif). Pemantauan
tumbuh kembang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
anak serta menemukan secara dini adanya gangguan tumbuh kembang sehingga
dapat ditindaklanjuti segera agar hasilnya lebih baik.
Perkembangan di Usia 1 - 3 Bulan
Tiga bulan pertama adalah masa yang terberat dalam mengasuh seorang bayi.
Pasalnya, si Kecil masih akan dependen atau bergantung kepada Bunda atau Ayah
untuk mengurus diri mereka. Si Kecil hanya bisa menangis, makan, buang air, dan
juga tidur. Kebiasaan menangis pun akan lebih parah ketika memasuki bulan
keduanya. Tetapi, pada saat bersamaan, si Kecil akan tidur lebih lama. Tak hanya
itu saja, si Kecil pun semakin memunculkan keunikannya sendiri, entah itu dari
gerakan-gerakan tubuhnya yang kini semakin kuat atau lewat satu atau dua suku
kata yang suka dikeluarkannya tiba-tiba.
Kemudian, pada bulan kedua, si Kecil mungkin akan menunjukkan senyuman
pertamanya. Segala keringat yang Bunda dan Ayah keluarkan seolah terbayar!
Bersiaplah untuk merasa bahagia akan senyuman tersebut karena di akhir tiga
bulan pertama, si Kecil akan lebih banyak tersenyum. Kemudian, dia juga akan
mengikuti tindakan pengasuhnya serta mulai aktif bermain bila diletakkan di
matras.
 Stimulasi: gendong dengan posisi tegak untuk latih otot lehernya, berikan
mainan dengan tekstur yang berbeda-beda, ajak bayi berbicara dan
tersenyum, dan tunjukkan rasa kasih sayang.
Perkembangan di Usia 4 - 6 Bulan
Perkembangan bayi dari bulan ke bulan berhubungan dengan pencapaiannya
sebelumnya. Misalnya, jika sebelumnya buah hati sudah dapat bermain di lantai,
di usia 4 bulan, mereka akan semakin semakin aktif, seperti dengan memutarkan
tubuh atau mendorong badan ke atas. Lalu, ketika memasuki usia 5 bulan, yang
ingin si Kecil lakukan adalah dibiarkan sendiri. Mereka ingin menjadi sosok yang
mandiri dan bermain tanpa terus dijaga. Anggap saja ini sebagai langkah awal
eksplorasinya, Bund!
Perkembangan buah hati berjalan cepat karena, kemudian, si Kecil sudah
berusia setengah tahun atau 6 bulan. Di usia ini, si Kecil akan mulai memunculkan
rasa kepemilikan akan pengasuh. Jadi, jangan heran jika si Kecil marah ketika ada
orang lain yang dekat-dekat Bunda.
 Stimulasi: bantu si Kecil untuk duduk, buatlah suara tiruan untuk
mengenalkan suara-suara baru pada anak, dan ajak si Kecil untuk
bermain cilukba atau peek-a-boo.
Perkembangan di Usia 7 - 9 Bulan
Wah! Perkembangan bayi dari bulan ke bulan berjalan secara cepat karena
kini si Kecil sudah berusia 7 bulan. Hingga usianya 9 bulan, si Kecil akan
menunjukkan pencapaian-pencapaian baru, seperti kemampuan motorik yang
meningkat (seperti menggulingkan badan dan duduk sendiri), koordinasi tangan
mata yang membaik, komunikasi yang berkembang (sudah dapat mengulang suku
kata, seperti dengan menyebut ‘Mama’).
Tapi, pada saat yang bersamaan, si Kecil akan mengalami rasa cemas dan
takut bila dihadapkan dengan orang asing. Kemudian, si Kecil juga akan melewati
masa teething di mana dia akan merasakan gejala-gejala, seperti demam dan
rewel, lantaran gigi mereka sedang tumbuh.
 Stimulasi: ketika mencapai usia 9 bulan, ajarkan si Kecil berdiri, berjalan
dengan bantuan, dan juga ajak ia menggambar.
Perkembangan di Usia 10 - 12 Bulan
Pada usia 10 bulan sampai 12 bulan, si Kecil akan mulai bisa merangkak
dengan mahir. Lalu, kini si Kecil bisa menggenggam benda dengan koordinasi
yang baik.
Kemudian, pemahaman akan lingkungan sekitarnya juga semakin meningkat.
Hal ini ditandai dengan kemampuannya menemukan benda-benda yang tidak ada
di depan matanya. Sebagai contoh, si Kecil akan tahu bahwa Bunda masih ada,
meski tidak berada di ruangan yang sama dengannya.
 Stimulasi: dukung si Kecil untuk berjalan tanpa berpegangan. Kemudian
picu si Kecil untuk menunduk dengan meletakkan benda di lantai ketika dia
berdiri, sehingga dia akan menunduk dan mengambil barang tersebut. Tak
lupa, selalu ajak si Kecil untuk berbicara.
5. GANGGUAN GIZI YANG MEMPENGARUHI
TUMBUH KEMBANG BAYI

 Gangguan Nutrisi pada Bayi


Gangguan nutrisi pada si Kecil dapat terjadi karena berbagai hal, antara lain
menurunnya selera makan, gangguan perilaku makan, restriksi makanan yang
tidak perlu, serta peningkatan kebutuhan nutrisi. Kondisi ini dapat terjadi akibat
berbagai keadaan alergi dan pengobatannya.
Alergi berpengaruh terhadap perkembangan otak bayi sehingga memerlukan
obat-obatan untuk meredakan gejala alerginya. Jika si Kecil sensitif, obat-obatan
tersebut dapat menimbulkan efek samping, seperti menurunnya selera makan dan
gangguan penyerapan nutrisi. Misalnya, antihistamin yang digunakan untuk
mengurangi rasa gatal, hidung tersumbat, dan bersin-bersin dapat menyebabkan
hilangnya selera makan, mual, begah, dan diare.
Sebaliknya, obat alergi golongan kortikosterid justru dapat meningkatkan
selera makan dan jumlah lemak tubuh. Akibatnya, si Kecil menjadi berisiko
mengalami kegemukan atau obesitas. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan
penurunan kekebalan tubuh dan membuat alergi pada si Kecil jadi mudah tercetus.
Contoh lainnya, si Kecil yang alergi makanan dapat mengalami gangguan fungsi
saluran cerna dan gangguan asupan maupun penyerapan makanan akibat mual,
muntah, begah, atau diare berkepanjangan. Ia dapat mengalami gatal-gatal hebat
yang mengganggu jadwal makan atau tidurnya. Hal-hal di atas memengaruhi pola
makan serta meningkatkan kebutuhan nutrisinya akibat stres. Akibatnya, tumbuh
kembang si Kecil menjadi terganggu. Ulasan sistematis menunjukkan bahwa anak
yang mengalami alergi beragam makanan lebih berisiko mengalami gangguan
tumbuh kembang dan nutrisi dibandingkan anak yang tidak mengalami alergi
makanan.
 Gangguan Kesehatan Jika Bayi Alergi Kekurangan Nutrisi
Gangguan kesehatan yang dapat terjadi apabila si Kecil mengalami gangguan atau
kekurangan nutrisi antara lain:
• Energi : Malnutrisi, kurus, pendek, obesitas (kegemukan)
• Protein : Penurunan massa otot, menurunkan kekebalan
tubuh
• Lemak : Penurunan asam lemak esensial, menghambat
pertumbuhan otak si kecil
• Besi : Anemia, lemah, letih, lesu
•Vitamin D dan kalsium : Riketsia dan osteomalasia, gangguan kekebalan
tubuh
• Seng,vitamin A, C, dan E : Gangguan penyembuhan luka
• Seng : Gangguan indera pengecap dan selera makan
• Vitamin K : gangguan pembekuan darah
Pemantauan parameter tumbuh kembang dan asupan nutrisi pada si Kecil
yang mengalami alergi harus dilakukan secara berkala. Si Kecil yang alergi
seringkali terlihat kurus, memiliki berat badan yang sulit naik, tubuh yang pendek
dan kecil, bahkan mengalami gagal tumbuh dan gizi buruk dengan berbagai akibat
yang ditimbulkannya.
Tips mencegah dan mengurangi risiko alergi pada bayi adalah dengan segera
berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi gangguan tumbuh kembang pada si
Kecil. Pada dasarnya, gangguan tersebut masih dapat diperbaiki dengan
penanganan yang tepat. Pada kondisi tenang di mana alergi si Kecil sangat
terkontrol, Ibu tetap perlu memantau proses tumbuh kembangnya, minimal
setahun sekali, untuk memastikan ia tetap dalam keadaan sehat dan prima.
 Faktor Nutrisi Pencetus Alergi si Kecil
Kekurangan vitamin D. Si Kecil yang mengalami kekurangan vitamin D
memiliki risiko lebih tinggi mengalami alergi hampir 3x lipat dibandingkan
dengan yang tidak mengalami defisiensi vitamin D. Untuk mendapat vitamin D
alami, Ibu dapat mengajak si Kecil bermain di lingkungan luar yang terkena sinar
matahari pagi, paling tidak selama ½-1 jam setiap hari dengan baju setipis
mungkin, sekitar jam 08.00-14.00. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
vitamin D sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh si Kecil.
 Asupan tinggi lemak yang tidak sehat
Asupan makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, misalnya terlalu banyak
makan makanan yang digoreng, dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh si
Kecil sehingga ia mudah mengalami peradangan dan memicu terjadinya alergi:
 Kegemukan atau obesitas
Penyebab obesitas pada balita sering dikaitkan dengan kekurangan vitamin D
dan tingginya peradangan kronis yang menyebabkan menurunnya kekebalan
tubuh.
 Rendahnya kadar antioksidan tubuh
Kurangnya antioksidan dalam tubuh si Kecil menyebabkan meningkatnya
radikal bebas dan menurunnya kekebalan tubuh, sehingga ia jadi mudah alergi.
 Penggunaan antasida berlebihan
Penggunaan antasida yang berlebihan menyebabkan alergen tidak tercerna
dengan sempurna, sehingga masih ada protein yang lolos dan memicu timbulnya
alergi.
 Paparan makanan
Penelitian terkini melaporkan bahwa paparan dini saat si Kecil berusia sekitar
6 bulan dapat menurunkan risiko alerginya.
Parameter tumbuh kembang si Kecil yang alergi perlu dipantau, terutama
berat dan tinggi badan, lingkar kepala, serta indeks massa tubuh (IMT). Lakukan
penilaian asupan makanan atau pahami alergi dan makanan yang harus dihindari
bayi. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi pola makan sehari-harinya dan deteksi
adanya kemungkinan kekurangan nutrisi. Ibu disarankan untuk memeriksakan si
Kecil dan kontrol ke dokter secara teratur guna memastikan ia selalu dalam
kondisi sehat dan tumbuh kembang yang optimal.
6. TANDA PADA BAYI DAN PANKES TERHADAP
ORANG TUA BAYI

Bayi baru lahir rentan sakit dan kalau sakit cenderung cepat menjadi berat
dan serius bahkan bisa meninggal. Gejala sakit pada bayi baru lahir sulit
diketahui. Dengan mengetahui tanda bahaya, bayi akan cepat mendapat
pertolongan sehingga dapat mencegah kematian.
Tanda-Tanda Umum:
1. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum
2. Kejang
3. Bayi lemah, bergerak hanya jika di pegang
4. Sesak nafas
5. Bayi merintih
6. Pusar kemerahan sampai dinding perut
7. Demam (suhu tubuh bayi lebih dari 37,5°c atau teraba dingin(suhu tubuh
kurang dari 36,5°c)
8. Mata bayi bernanah banyak dan dapat menyebabkan bayi buta
9. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit akan kembali
lambat
10 .Kulit terlihat kuning
Apa yang harus dilakukan? Bayi tidak mau menyusu, Anda harus merasa
curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Biasanya bayi tidak mau menyusu
ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi
berat. Bawalah bayi anda ke petugas medis terdekat.
Bayi kejang, Kejang pada bayi memang kadang terjadi. Yang perlu anda
perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang terjadi saat
bayi demam. Jika YA kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu
sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi anda
kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah lain.
Perhatikan frekuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.
Lemah, Jika bayi tidak terlihat seaktif biasanya, maka waspadalah. Jangan
biarkan kondisi itu berlanjut. Kondisi lemah biasanya dipicu dari diare, muntah
yang berlebihan atau infeksi berat.
Frekuensi nafas bayi, Pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa
yaitu sekitar 40-60 kali permenit. Jika bayi bernafas kurang dari 40 kali permenit
atau lebih dari 60 kali permenit maka anda wajib waspada. Lihat dinding dadanya,
ada tarikan atau tidak.
Merintih, Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Ketika
bayi kita merintih terus menerus kendati sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-
hapuk, maka konsultasikan ini pada dokter. Bisa jadi ada ketidaknyamanan lain
yang bayi rasakan.
Pusar kemerahan, Tali pusar yang berwarna kemerahan menunjukan adanya
infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali pusat
bayi agar tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan kering,
tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
Demam atau tubuh merasa dingin,Suhu normal bayi berkisar antara 36,5°c –
37,5°c. Jika anak anda mengalami demam berikan ASI sesering mungkin untuk
mencegah kekurangan cairan, pakaian baju yang tipis agar panas cepat menguap,
berikan kompres hangat di dahi dan ketiak, jika suhu lebih dari 38°c rujuk ke
pelayanan kesehatan terdekat.
Mata bernanah banyak, Nanah yang berlebihan pada bayi menunjukan
adanya infeksi yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan
kapas dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
Kulit terlihat kuning, Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang
ASI. Namun jika kuning pada bayi terjadi pada waktu kurang dari 24 jam setelah
lahir atau lebih dari 14 hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan
dan kaki bahka tinja bayi berwarna kuning maka ibu harus mengkonsultasikan hal
tersebut kepada dokter.
Usahakan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan ke tempat pemeriksaan
dengan cara:
- Membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain kering, hangat dan tebal.
- Jangan meletakkan bayi ditepi jendela atau pintu kendaraan.
- Kalau memungkinkan dapat pula dilakukan perawatan bayi melekat ( Perawatan
Metode Kanguru).
- Bayi terus disusui selama dalam perjalanan.

Anda mungkin juga menyukai