Anda di halaman 1dari 3

AGRESI MILITER BELANDA I

Agresi Militer Belanda I atau Operatie Product adalah sebuah kejadian penting
dalam sejarah Indonesia. Usai memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
Indonesia tidak serta merta langsung terbebas dari para penjajah. Belanda masih berup aya
untuk merebut wilayah Indonesia lewat berbagai serangan. Agresi Militer Belanda I ini
merupakan operasi militer yang dilakukan Belanda di untuk merebut Pulau Jawa dan
Sumatera pada 21 Juli sampai 5 Agustus 1957. Peristiwa ini pecah usai Belanda melanggar
Perjanjian Linggarjati. Baca Juga : JK Klaim Saatnya Indonesia Jadi Pemberi Beasiswa
Bagi Mahasiswa Negara Lain Kehadiran Agresi Militer Belanda I ini menimbulkan
berbagai protes dari dunia internasional. Agresi ini dipimpin langsung oleh Letnan
Gubernur Jenderal Johannes van Mook dengan tujuan untuk memulihkan perekonomian
Belanda setelah Perang Dunia II dengan menguasai kekayaan alam yang dimiliki oleh
Indonesia. Belanda memiliki tafsiran sendiri terkait kemerdekaan RI dan juga hasil
Perjanjian Linggarjati hingga agresi militer pun dilakukan. Nah, berikut adalah ulasan
mengenai Agresi Militer Belanda I yang disadur dari berbagai sumber. Lantas, Bagaimana
Agresi Militer Belanda I?

Latar Belakang Agresi Militer Belanda I Seperti yang diketahui bahwa Perjanjian
Linggarjati yang telah disepakati ternyata tak membuat perselisihan antara Indonesia
dengan Belanda mereda. Pihak Indonesia mengklaim bahwa usai proklamasi kemerdekaan,
secara otomatis Indonesia sudah menjadi negara yang berdaulat dan berhak untuk
mempertahankan kemerdekaannya atas semua wilayah bekas jajahan Belanda. Baca Juga :
Di Depan Anggota Hipmi, Bahlil: Target Investasi Rp 1.400 Triliun, Saya Janji Tunaikan
Di sisi lain, Belanda tetap berpegang teguh dalam isi pidato Ratu Wilhelmina tanggal 7
Desember 1942. Pidato ini berisi tentang sebuah hari yang akan dibuat persemakmuran
antara Kerajaan Belanda dan Hindia (Indonesia) di bawah naungan Kerajaan Belanda. Hal
ini jadi sebab Agresi Militer Belanda I pecah.

Selain itu, sumber lain mengatakan bahwa ada tiga tujuan Agresi Militer Belanda I
yang terdiri atas:
1. Tujuan politik: menghilangkan negara Indonesia secara de facto dengan cara
mengepung ibu kota Indonesia dan juga menghapus nusantara dari peta.

2. Tujuan ekonomi: merebut daerah yang berpotensi menghasilkan bahan pangan,


produk eksport, dan juga pertambangan.

3. Tujuan militer: menghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pelaksanaan


Agresi Militer Belanda I

Dijelaskan bahwa Belanda menyebut Agresi Militer Belanda I yang terjadi pada 21
Juli 2947 sampai 5 Agustus 1948 terjadi di wilayah Pulau Jawa dan Sumatera. Belanda juga
mengatakan bahwa operasi tersebut menjadi Aksi Polisionil dan mengatakan bahwa
tindakan yang dilakukan adalah urusan dalam negeri untuk mengembalikan ketertiban
umum.

Oleh sebab itu, Belanda mengabaikan seruan dunia internasional untuk menaati isi
Perjanjian Linggarjati dan menghentikan perselisihan dengan Indonesia. Agresi militer ini
dipimpin oleh Gubernur Jenderal Van Mook dengan mengeluarkan ultimatum supaya pihak
Indonesia menarik pasukannya sejauh 10 kilometer dari garis demarkasi. Namun,
ultimatum ini ditolak Indonesia. Bukan hanya mengeluarkan ultimatum supaya pasukan
Indonesia mundur, tapi Van Mook juga dengan keras menyatakan bahwa Belanda tidak
akan pernah terikat lagi dengan Perjanjian Linggarjati. Setelah itu, Belanda mulai
melancarkan serangan cepat dan mendadak dengan memakai kekuatan militer yang besar
serta ditunjang perlengkapan modern.

Serangan ini tentu saja membuat pihak Indonesia terkejut dan tidak dapat
menandingi kekuatan Belanda pada saat itu. Akhirnya, Belanda dengan mudah menguasai
beberapa wilayah di Jawa dan Sumatera. Bukan hanya itu, para diplomat yang berada di
Jakarta juga banyak yang menjadi tawanan Belanda. Agresi Militer Belanda I ini
mendapatkan kecaman dari dunia internasional, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Kedua negara tersebut merasa kecewa dengan adanya serangan yang dilakukan oleh
Belanda. Mayoritas negara khawatir dengan pergolakan yang berkepanjangan yang akan
berakibat pada kekacauan politik, militer, dan ekonomi.

Tuduhan Belanda Terhadap Indonesia Terdapat banyak negara yang memanfaatkan


kondisi ini untuk memperbesar pengaruh di Indonesia. Di sisi lain, Belanda membela
tindakannya sendiri dengan cara mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB
dengan isi surat antara lain.

1. Pihak Belanda menuduh RI tidak bisa melaksanakan Perjanjian Linggarjati.

2. Gencatan senjata yang terjadi tanggal 14 Oktober 194 kerap dilanggar oleh
tentara Indonesia dan pemerintah Indonesia tak menyangkal pelanggaran yang sudah
terjadi.

3. Di garis demarkasi sering ada penyerbuan kepada Belanda dan penyerbuan ke


Indonesia Timur serta wilayah Kalimantan Barat.

4. Sering terjadi pemusnahan alat berharga.

5. Blokade ekonomi yang terus dilakukan sehingga membuat kelaparan.

6. Banyaknya tawanan di daerah Indonesia yang belum dilepaskan oleh pihak


Indonesia.
7. Propaganda perang dibesar-besarkan oleh radio Indonesia yang berasal dari
Yogyakarta. Dari surat tersebut, pihak Belanda mengatakan bahwa Indonesia sudah
melakukan tindakan kejahatan sehingga harus dihukum. Maka dari itu, Belanda merasa
perlu melakukan Aksi Polisionil untuk ketertiban umum.

Belanda merasa bahwa Indonesia sudah tidak sanggup untuk mempertahankan


keamanan dan tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Akan tetapi, dunia internasional
tidak dapat menerima argumentasi yang disampaikan oleh Belanda. Dengan begitu, dunia
internasional juga tidak dapat menerima kenyataan bahwa Belanda sudah mengerahkan
kekuatan militer secara besar-besaran untuk agresi militer di Indonesia.

Kemudian tanggal 31 Juli 1947, Indonesia juga menulis surat yang ditujukan
kepada Dewan Keamanan PBB. Surat ini berisi tentang permintaan supaya Dewan
Keamanan bertindak untuk menangani masalah Indonesia-Belanda. Lantaran inisiatif India
dan Australia, persoalan Agresi Militer I ini dapat dibawa ke Dewan Keamanan PBB. Usai
melewati perdebatan yang sangat sengit, akhirnya Dewan Keamanan PBB mencela agresi
militer ini dan mengatakan bahwa perselisihan ini harus segera diselesaikan.

Belanda akhirnya menyadari bahwa pihaknya harus menaati PBB supaya tidak
terkena sanksi. Maka, tertanggal 5 Agustus 1947, Agresi Militer Belanda I dihentikan dan
masalah ini dilanjutkan melalui meja perundingan. Dampak Agresi Militer Belanda I
Walaupun melewati berbagai pertikaian dan korban jiwa, Agresi Militer Belanda I ini
ternyata mempunyai beberapa dampak positif dan negatif untuk Indonesia.

Dampak Positif

1. Dukungan dunia internasional terhadap Belanda semakin menurun dan sebaliknya


Indonesia berhasil memperoleh banyak dukungan serta simpati dari sejumlah negara di
dunia.

2. Sejumlah negara di dunia mengakui kemerdekaan Indonesia secara de jure.

3. Posisi Indonesia dalam perjanjian internasional semakin kuat.

Dampak Negatif

1. Melehakan kekuatan militer Indonesia.

2. Wilayah kekuasan Indonesia menjadi semakin sempit.

3. Terdapat banyak korban dari Indonesia, baik dari tentara atau masyarakat sipil.

4. Memengaruhi kondisi ekonomi negara.

5. Mengganggu stabilitas politik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai