Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SEJARAH INDONESIA

Syarah Alyazilah
XI IPS 1

1. Arti perjuangan diplomasi


a. Dampak positif :
Meminimalisir kontak fisik yang bisa menimbulkan banyak korban,  Indonesia
bisa diakui din mata dunia, karena suatu Negara tentu hanya berunding dengan
Negara, Indonesia dapat memperlihatkan eksistensinya saat melakukan
perundingan dengan suatu Negara
b. Dampak Negatif :
Banyak emosi rakyat Indonesia yang tersulut akibat efek samping yang merugikan
dari diplomasi, Mempersulit posisi Indonesia karena wilayah RI semakin sempit

2. Perundingan linggarjati
a. Latar belakang :
Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang
menetapkan 'status quo' di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara
Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya peristiwa 10 November, selain itu
pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik
politik dan militer di Asia. Pada awalnya, Indonesia dan Belanda diajak untuk
berunding di Hoge Veluwe yang akan dilaksanakan pada tanggal 14-15 April
1946, tetapi perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda
mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatra dan Madura, tetapi Belanda hanya
mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja
b. Hasil perundingan :
Hasil perundingan tersebut menghasilkan 17 pasal yang antara lain berisi:

1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa,


Sumatera,dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia
Serikat (RIS).
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Persemakmuran Indonesia-
Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
c. Tokoh yang terlibat dalam perundingan (dari : Indonesia, belanda, dan negara
penengah):

 Pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir sebagai ketua. Ditemani


oleh AK Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem.
 Pihak Belanda diwakili oleh Wim Schermerhorn sebagai ketua dan ditemani
oleh Max van Poll, HJ van Mook serta F de Boer.
 Pihak Inggris selaku penanggung jawab atau mediator diwakili oleh Lord
Killearn.
d. Dampak/hasil positif bagi bangsa Indonesia:
Pengakuan secara politik atas kemerdekaan Indonesia, Pengakuan Belanda atas
Jawa, Madura, dan Sumatra, Berakhirnya konflik antara Indonesia dengan
Belanda.
e. Dampak/hasil negative bagi bangsa Indonesia:
Wilayah kekuasaan Indonesia yang sangat kecil, Memberi kesempatan Belanda
untuk membangun kekuatan, Penentangan hasil perjanjian dari dalam negara
Indonesia, Memburuknya hubungan Indonesia dan Belanda.

3. Agresi milliter belanda ke I


a. Latar belakang agresi militer belanda ke I:
Ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati ternyata belum mampu menyudahi
perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Silang pendapat pun terjadi dari
masing-masing pihak yang membuat masalah kembali muncul. Pihak
Indonesia meyakini, berdasarkan proklamasi kemerdekaan yang sudah
dideklarasikan, Indonesia sudah menjadi negara berdaulat dan berhak
mempertahankan kedaulatannya atas seluruh wilayah bekas wilayah Hindia
Belanda. Di sisi lain, Belanda tetap memegang teguh isi pidato Ratu
Wilhelmina tanggal 7 Desember 1942 yang menyatakan bahwa di kemudian
hari akan dibentuk sebuah persemakmuran (Commonwealth) antara Kerajaan
Belanda dan Hindia (Indonesia) di bawah naungan Kerajaan Belanda.
b. Tindakan belanda dalam agresi militer belanda ke I :
Tanggal 3 Juni 1947, Belanda mengeluarkan ultimatum yang sangat
membatasi Indonesia sebagai negara yang seharusnya sudah merdeka.
Indonesia merespons dengan membuat nota jawaban atas ultimatum Belanda
pada 8 Juni 1947. Isinya adalah penolakan terhadap ultimatum Belanda.
Indonesia menuntut tetap diberikan kebebasan dalam menjalankan
pemerintahan sembari berusaha menjalankan isi Perjanjian Linggarjati.
c. Tokoh yang terlibat dalam agresi militer belanda 1 (dari : Indonesia, belanda,
dan negara penengah):
Van Mook bertindak langsung sebagai wakil Belanda, sedangkan Indonesia
mengutus Soetan Sjahrir, Mohammad Roem, Susanto Tirtoprojo, dan A.K.
Gani. Inggris sebagai pihak penengah diwakili oleh Lord Killearn.
d. Dampak/hasil positif bagi bangsa Indonesia :
Dukungan dunia internasional kepada Belanda merosot. Beberapa negara lain
mengakui kemerdekaan RI secara de jure. Indonesia menerima dukungan dan
simpati dari dunia internasional. Memperkuat posisi Indonesia dalam
perjanjian internasional.
e. Dampak/hasil negative bagi bangsa Indonesia :
Kekuatan militer Indonesia semakin lemah. Wilayah Indonesia semakin
sempit. Banyak korban dari pihak Indonesia, baik tentara maupun rakyat.
Mempengaruhi perekonomian negara. Menganggu stabilitas politik.

4. Perundingan Renville
a. Latar belakang perundingan :
Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengeluarkan resolusi gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia.
Gubernur Jendral Van Mook dari Belanda memerintahkan gencatan senjata
pada tanggal 5 Agustus. Pada 25 Agustus, Dewan Keamanan mengeluarkan
resolusi yang diusulkan Amerika Serikat bahwa Dewan Keamanan akan
menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda secara damai dengan membentuk
Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Belgia yang dipilih oleh Belanda,
Australia yang dipilih oleh Indonesia, dan Amerika Serikat yang disetujui
kedua belah pihak.

Pada 29 Agustus 1947, Belanda memproklamirkan garis Van Mook yang


membatasi wilayah Indonesia dan Belanda. Republik Indonesia menjadi
tinggal sepertiga Pulau Jawa dan kebanyakan pulau di Sumatra, tetapi
Indonesia tidak mendapatwilayah utama penghasil makanan. Blokade oleh
Belanda juga mencegah masuknya persenjataan, makanan dan pakaian menuju
ke wilayah Indonesia.
b. Hasil perundingan :
berikut isi Perjanjian Renville: Belanda hanya mengakui Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Sumatera sebagai wilayah Republik Indonesia (RI). Disetujui
adanya garis demarkasi antara wilayah RI dan daerah pendudukan Belanda.
TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan Belanda di Jawa Barat dan Jawa Timur.
c. Tokoh yang terlibat dalam perundingan (dari : Indonesia, belanda, dan negara
penengah):
Delegasi Indonesia terdiri dari Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, H. Agus
Salim, Dr. J. Leimena, Dr. Coatik Len, dan Nasrun.
Delegasi Belanda beranggotakan H.A.I van Vredenburg, Dr. P.J. Koets, Dr.
Chr. Soumokil, serta orang Indonesia yang menjadi utusan Belanda yakni
Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
Sedangkan yang bertindak sebagai mediator dari KTN adalah Richard C Kirby
dari Australia (wakil Indonesia), Frank B. Graham dari Amerika Serikat (pihak
netral), dan Paul van Zeeland Belgia (wakil Belanda).
d. Dampak/hasil positif bagi bangsa Indonesia :
Dampak positif nya ialah, Perjanjian Renville ternyata semakin membuka
banyak negara di dunia internasional untuk memperhatikan Indonesia dan
mencermati sepak-terjang Belanda. "Dalam jangka panjang, keputusan-
keputusan di Renville menarik perhatian dunia internasional yang semakin
menyadari adanya pengorbanan besar untuk merdeka,” tulis Anthony Reid.
e. Dampak/hasil negative bagi bangsa Indonesia :
Hasil Perundingan Renville yang ditandatangani pada 17 Januari 1948 itu
ternyata cukup merugikan bagi Indonesia. Wilayah kedaulatan RI menjadi
semakin sempit dengan diterapkannya aturan Garis van Mook atau Garis
Status Quo. Garis van Mook mengambil nama dari Hubertus van Mook,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir. Garis van Mook adalah perbatasan
buatan yang memisahkan wilayah milik Belanda dan Indonesia sebagai hasil
dari Perjanjian Renville. Anthony Reid dalam Indonesian National Revolution
1945-1950 (1974) menyebutkan, menganggap keberadaan Garis van Mook
juga sebagai bentuk hinaan terhadap Indonesia karena wilayah RI menjadi
semakin ciut.
5. Agresi militer belanda ke 2
a. Latar belakang agresi militer belanda ke 2 :
Sebab atau latar belakang dari Agresi Militer Belanda 2 adalah karena Belanda
masih ingin menguasai Indonesia dan mengingkari janji yang sudah disepakati
antara kedua belah pihak pada Perjanjian Renville. Agresi kedua yang
dilakukan oleh Belanda benar-benar membuat Indonesia kewalahan
menghadapinya, pihak militer Belanda melakukan penangkapan terhadap
tokoh-tokoh penting Indonesia, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir dan
beberapa tokoh lain.
b. Tindakan belanda dalam agresi militer belanda ke 2 :
Belanda ingin menghancurkan kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali
wilayah Indonesia dengan melakukan serangan militer terhadap beberapa
daerah penting di Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada saat itu. Pihak
Belanda sengaja membuat kondisi pusat wilayah Indonesia tidak aman
sehingga akhirnya diharapkan dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia
menyerah dan bersedia menuruti ultimatum yang diajukan oleh pihak Belanda.
Selain itu bangsa Indonesia juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa RI
dan TNI-nya secara de facto tidak ada lagi.
c. Tokoh yang terlibat dalam agresi militer belanda ke 2 (dari : Indonesia,
belanda, dan negara penengah):
delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Sjarifuddin, sedangkan delegasi
Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Widjojoatmodjo seorang Indonesia
yang memihak Belanda. Australia yang diwakili oleh Richard Kirby, Belgia
oleh Paut Yan Zeeland, dan Amerika Serikat oleh Frank Gratram.
d. Dampak/hasil positif agresi militer belanda ke 2 bagi bangsa Indonesia :
Dampak positifnya adalah menunjukan kepada dunia bahwa kekuatan TNI /
Militer Indonesia masih ada dan menunjukan eksistensinya untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah berlangsung.
e. Dampak/hasil negatif agresi militer belanda ke 2 bagi bangsa Indonesia :
Dampak negatif yang ditimbulkan adalah banyaknya korban nyawa yang
berjatuhan dalam peperangan yang telah berlangsung, kemudian peperangan
tersebut membuat ekonomi Indonesia cenderung menurun karena fokus dalam
peperangan.

6. Perundingan Roem – Royeen


a. Latar belakang perundingan :
Indonesia belum aman meski telah memproklamasikan kemerdekaan pada 17
Agustus 1945. Pasukan Sekutu yang tergabung dalam Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) pimpinan Sir Phliip Christisson datang ke
Indonesia tak seberapa lama setelah kemerdekaan. Salah satu tujuannya yaitu
melucuti senjata tentara Jepang serta menegakkan dan mempertahankan
keadaan damai yang kemudian akan diserahkan pada pemerintahan sipil.
Namun pasukan Sekutu ternyata diboncengi oleh Belanda yang menggunakan
nama NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Belanda sebenarnya
ingin kembali menguasai Indonesia yang dulu lama mereka duduki sebelum
Perang Dunia Kedua melawan Jepang. Terjadilah berbagai momen heroik
bangsa Indonesia yang bertekad mempertahankan kemerdekaan, termasuk
rangkaian perjanjian atau perundingan yang beberapa kali dilanggar oleh
Belanda. Perjanjian Linggarjati, dikutip dari A History of Modern Indonesia
Since c. 1300 (2008) karya M.C. Ricklefs, dihelat pada 15 November 1946
dan ditandatangani secara sah tanggal 25 Maret 1947. Namun, Belanda
kemudian melanggar perjanjian itun dengan melancarkan Agresi Militer
Belanda I pada 20 Juli 1947.
Dunia internasional secara umum mengecam tindakan Belanda yang
melanggar genjatan senjata yang disponsori Dewan Keamanan PBB dan
Komisi Tiga Negara (Amerika Serikat, Belgia, Australia). Menurut Frances
Gouda dan Thijs Brocades Zaalberg dalam American Visions of the
Netherlands East Indies/Indonesia: US Foreign Policy and Indonesian
Nationalism, 1920-1949 (2002: 241-91), AS yang semula bersikap netral,
mendesak agar diadakan perundingan yang sungguh-sungguh berdasarkan
prinsip-prinsip Perundingan Renville. Sementara negara-negara Asia
menyatakan protes dengan serentak menutup lapangan terbangnya bagi
pesawat-pesawat Belanda. Konferensi Inter-Asia menghasilkan sebuah
resolusi yang segera dikirim oleh Nehru kepada Dewan Keamanan PBB.
Resolusi yang dirumuskan pada 28 Januari 1949 itu menyerukan agar kedua
belah pihak yang bertikai (Belanda dan Indonesia) segera melakukan genjatan
senjata. Selain itu, tawanan politik Indonesia agar segera dibebaskan dan
dikembalikan ke Yogyakarta. Juga mendesak agar diadakan perundingan di
bawah pengawasan United Nation Commission for Indonesia (UNCI) atau
Komisi PBB untuk Indonesia.
b. Hasil perundingan :
Isi dari perjanjian ini sebenarnya lebih merupakan pernyataan kesediaan
berdamai antara kedua belah pihak. Dalam perjanjian itu, pihak delegasi
Republik Indonesia menyatakan kesediaannya untuk:
+Mengeluarkan perintah kepada “pengikut Republik yang bersenjata” untuk
menghentikan perang gerilya.
+Bekerjasama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan
keamanan.
+Turut serta dalam KMB di Den Haag, dengan maksud untuk mempercepat
penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia
Serikat dengan tidak bersyarat

Sedangkan pihak delegasi Pemerintah Belanda saat itu menyatakan


kesediaannya untuk:
+Menyetujui kembalinya pemerintahan Indonesia ke Yogyakarta.
+Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua
tahanan politik.
+Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah
yang dikuasai oleh Republik Indonesia sebelum 19 Desember 1949, dan tidak
akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan Republik.
+Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat.
+Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan
setelah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.

Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan


keputusan:
+Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat
sesuai perjanjian Renville pada 8 desember 1947
+Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar
sukarela dan persamaan hak
+Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban
kepada Indonesia
c. Tokoh yang terlibat dalam perundingan (dari : Indonesia, belanda, dan negara
penengah) :
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mohamad Roem, sementara delegasi
Belanda dipimpin oleh Dr. J.H. van Roijen (Royen). Perundingan dilakukan di
Hotel Des Indes, Jakarta, atas prakarsa UNCI (United Nations Commission for
Indonesia). Selain Mohamad Roem, para tokoh delegasi Indonesia antara lain:
Supomo, Ali Sastroamidjojo, Johannes Leimena, A.K. Pringgodigdo, dan
Johannes Latuharhary. Hadir pula Mohammad Hatta dan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Sedangkan delegasi Belanda terdiri dari J.H. van
Roijen, Blom, Jacob, dr. Van, dr. Gede, Dr. P. J. Koets, van Hoogstratendan,
dan Dr. Gieben. Sementara UNCI dipimpin oleh Merle Cochran dari Amerika
Serikat, dibantu Critchley dari Australia dan Harremans dari Belgia.
d. Dampak/hasil positif bagi bangsa Indonesia :
+Pemerintah negara Republik Indonesia pulih kembali dan Ibukota
Yogyakarta Kembali.
+Setelah pasukan Belanda meninggalkan Yogyakarta tugas pengamanan
Ibukota RI dan sepenuhnya berada di TRI.
+ Membuat keresahan publik tanah air dalam menyikapi persetujuan
perjanjian tersebut.
+Persetujuan perundingan Roem Royen juga berdampak pada situasi politik
Republik Indonesia.
+Sedikit demi sedikit akhirnya penyerahan kekuasaan militer bagi Republik
Indonesia Serikat.
e. Dampak/hasil negatif bagi bangsa Indonesia :
Dampak perjanjian Roem Royen tidak mencakup nasib Papua sebagai bagian
dari Indonesia sehingga sejarah pengembalian Irian Barat pada waktu itu
masih panjang. Masalah perjuangan pembebasan Irian Barat atau Papua
menjadi satu hal yang luput dirundingkan pada waktu itu sehingga Indonesia
belum dapat menjadikan Papua sebagai bagian dari RI. Papua tidak diakui
karena banyak alasan, salah satunya karena Papua bukanlah daerah jajahan
Belanda padahal banyak rakyat Papua yang ingin masuk ke Indonesia.
Masalah Papua kemudian dibawa ke Konferensi Meja Bundar. Dampak
perjanjian Roem Royen telah menjadi tonggak berdirinya kedaulatan
Indonesia di mata negara lain sehingga berpeluang besar mendirikan
pemerintahan yang bebas dari intervensi atau campur tangan Belanda.

7. Konferensi inter Indonesia 1


a. Latar belakang perundingan :
latar belakang dari diselenggarakannya Konferensi Inter Indonesia ini adalah
karena adanya perjanjian Roem-Royen yang berisi bahwa Indonesia ikut serta
dalam Konferensi Meja Bundar, maka Indonesia harus mempersiapkan diri.
cara mempersiapkan diri adalah dengan mengadakan konferensi yang
melibatkan Indonesia dan Bijeenkomst voor Federaal Overlaag (BFO) yang
lebih umum dikenal sebagai negara boneka bentukan Belanda. Selain itu juga
karena munculnya simpati negara boneka bentukan Belanda pada Indonesia
setelah kejadian Agresi Militer II.
b. Hasil perundingan :
Hasil Konferensi Inter Indonesia yang pertama meliputi beberapa hal, antara
lain:
+Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia –
Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme.
+Republik Indonesia Serikat dikepalai seorang presiden konstitusional dibantu
oleh menteri-menteri yang bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
+Akan dibentuk dua badan perwakilan, yakni sebuah dewan perwakilan rakyat
dan sebuah dewan perwakilan negara bagian (senat). Yang pertama kali akan
dibentuk adalah Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.
+Pemerintah Federal Sementara akan menerima kedaulatan bukan saja dari
pihak Belanda, melainkan pada saat yang sama juga dari Republik Indonesia.
c. Tokoh yang terlibat dalam perundingan (dari : Indonesia, belanda, dan negara
penengah) :
Pada Konferensi Inter Indonesia, pihak Indonesia diwakili oleh para pemimpin
Republik Indonesia, seperti Ir. Sukarno – Presiden Republik Indonesia,
Mohammad Hatta – ketua delegasi. Adapun pihak BFO diwakili oleh tokoh-
tokoh sebagai berikut. Sultan Hamid II dari Pontianak, Anak Agung Gde
Agung.
d. Dampak/hasil positif bagi bangsa Indonesia :
Konferensi Inter Indonesia yang berlangsung dua kali juga memberikan
dampak dalam bidang ekonomi yaitu mulai digunakannya satu alat
pembayaran yang sah. Selain itu, kegiatan ekspor impor dilakukan secara
terpusat. Hal ini merupakan bagian dari upaya memperoleh pengakuan
kedaulatan dari dunia internasional dan membangun Indonesia. Adapun
dampak dari segi pertahanan dan keamanan adalah terkait dengan
pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat beserta komponen
pembentuknya. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat adalah Angkatan
Perang Nasional yang berintikan TNI dan orang-orang Indonesia dalam KNIL
yang diterima sebagai anggota APRIS.
e. Dampak/hasil negative bagi bangsa Indonesia :
politik devide et impera yang kembali diterapkan Belanda menjadi tekanan
tersendiri bagi Indonesia. Hasil Perundingan Linggarjati dan Perundingan
Renville yang mengakui asas federal sebagai dasar membentuk negara federal
di Indonesia merupakan bentuk tekanan yang dilakukan Belanda.

8. Konferensi inter Indonesia 2


a. Latar belakang perundingan :
Latar belakang Konferensi Inter Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kondisi
politik keamanan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Konflik antara
Indonesia dan Belanda dimulai ketika Belanda bermaksud menguasasi
kembali Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu yang datang ke
Indonesia. Tentara Sekutu datang ke Indonesia sebagai akibat dari kalahnya
Jepang oleh tentara Sekutu. Menurut ketentuan hukum, semua wilayah yang
dikuasai Jepang harus dialihkan ke tentara Sekutu. Kedatangan tentara Sekutu
ini sebenarnya disambut baik oleh Indonesia. Namun, karena pasukan Sekutu
dibonceng NICA, maka Indonesia berbalik memusuhi tentara Sekutu. Keadaan
semakin diperparah dengan dipersenjatainya kembali orang-orang KNIL yang
sebelumnya ditahan oleh Jepang. Indonesia sendiri, yang telah menyatakan
kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945 bertekad menjadi negara yang
merdeka dan berdaulat. Kedatangan tentara Sekutu yang dibonceng NICA
dianggap sebagai ancaman terhadap kemerdekaan Indonesia yang telah
diproklamasikan sebelum tentara Sekutu datang. Akibatnya berbagai
pertempuran terjadi di beberapa wilayah di Indonesia
b. Hasil perundingan :
Adapun hasil Konferensi Inter Indonesia II yang diselenggarakan di Gedung
Volksraad (Pancasila) Jakarta tanggal 30 Juli – 2 Agustus 1949 adalah sebagai
berikut.

+Dibentuknya Panitia Persiapan Nasional yang bertugas menciptakan suasana


kondusif baik sebelum maupun sesudah Konferensi Meja Bundar diadakan.
Adapun yang menjadi anggota-anggota Panitia Persiapan Nasional adalah
wakil-wakil baik dari Republik Indonesia maupun BFO.
+BFO mendukung tuntutan Republik Indonesia tentang penyerahan
kedaulatan tanpa syarat apapun dan tanpa ikatan apapun baik politik maupun
ekonomi.
+Terkait masalah ketatanegaraan, disepakati bahwa bendera RIS adalah Sang
Merah Putih; bahasa resmi RIS adalah bahasa Indonesia; dan lagu kebangsaan
RIS adalah Indonesia Raya.
+Disepakati pula bahwa Konstitusi Republik Indonesia Serikat akan dirancang
pada saat Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
+Digunakannya satu alat pembayaran yang sah.
+Kegiatan ekspor impor harus dilakukan secara terpusat.
+Dibentuknya Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang
merupakan Angkatan Perang Nasional.
+APRIS terdiri atas TNI sebagai inti APRIS dan orang-orang Indonesia yang
ada dalam KNIL yang diterima sebagai anggota APRIS .
+Masalah pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah Republik
Indonesia Serikat. Dan karena itu, masing-masing negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.

c. Tokoh yang terlibat dalam perundingan (dari : Indonesia, belanda, dan negara
penengah) :
Pada Konferensi Inter Indonesia, pihak Indonesia diwakili oleh para pemimpin
Republik Indonesia, seperti Ir. Sukarno – Presiden Republik Indonesia,
Mohammad Hatta – ketua delegasi. Adapun pihak BFO diwakili oleh tokoh-
tokoh sebagai berikut. Sultan Hamid II dari Pontianak, Anak Agung Gde
Agung.
d. Dampak/hasil positif bagi bangsa Indonesia :
Konferensi Inter Indonesia menegaskan bahwa kondisi politik dalam negeri
Indonesia sangat kondusif menjelang Konferensi Meja Bundar. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya konsensus nasional antara Republik Indonesia dan
BFO terkait dengan berbagai pokok permasalahan yang akan dibahas di
Konferensi Meja Bundar. Selain itu, Konferensi Inter Indonesia juga
merupakan pembuktian kepada dunia internasional termasuk Belanda bahwa
Indonesia bersatu padu dalam upaya mencapai cita-cita dan tujuan.
e. Dampak/hasil negative bagi bangsa Indonesia :
politik devide et impera yang kembali diterapkan Belanda menjadi tekanan
tersendiri bagi Indonesia. Hasil Perundingan Linggarjati dan Perundingan
Renville yang mengakui asas federal sebagai dasar membentuk negara federal
di Indonesia merupakan bentuk tekanan yang dilakukan Belanda.

9. Konferensi Meja Bundar


a. Latar belakang konferensi :
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan
berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia
internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa
pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat
perundingan Linggarjati dan perjanjian Renville. Pada 28 Januari 1949,
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa meloloskan resolusi yang
mengecam serangan militer Belanda terhadap tentara Republik di Indonesia
dan menuntut dipulihkannya pemerintah Republik. Diserukan pula kelanjutan
perundingan untuk menemukan penyelesaian damai antara dua pihak.
b. Hasil konferensi :
Rumusan hasil atau isi KMB adalah sebagai berikut: Kerajaan Belanda
menyerahkan kedaulatan penuh atas Indonesia dengan tidak bersyarat dan
tidak dapat dicabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS)
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. RIS menerima kedaulatan itu atas
dasar ketentuan-ketentuan dalam konstitusinya; rancangan konstitusi telah
dipermaklumkan kepada Kerajaan Belanda. Kedaulatan akan diserahkan
selambat-lambatnya pada 30 Desember 1949.
c. Tokoh yang terlibat dalam konferensi (dari : Indonesia, belanda, dan negara
penengah) :
Dalam Konferensi Meja Bundar, delegasi dari Indonesia diwakili oleh
Mohammad Hatta, Mohammad Roem, dan Prof. Dr. Soepomo. Sedangkan
untuk perwakilan dari BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) yang
merupakan kumpulan negara federal hasil bentukan Belanda di Indonesia,
ialah Sultan Hamid II. Untuk perwakilan delegasi dari Belanda ialah Johannes
Henricus van Maarseveen yang menjabat Menteri Seberang Laut (Menteri
Urusan Kolonial). Hadir pula perwakilan Komisi PBB untuk Indonesia atau
United Nations Commission for Indonesia (UNCI), Tom Critchley.
d. Dampak/hasil positif bagi bangsa Indonesia :
+Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia
+Penyerahan wilayah bekas jajahan Belanda
+Berhentinya konflik bersenjata dari Militer Belanda
e. Dampak/hasil negative bagi bangsa Indonesia :
+Seluruh hutang dari tahun 1942 beralih tanggung jawab, sepenuhnya menjadi
milik Indonesia
+Dengan dibentuknya RIS, maka demokrasi yang di cita-citakan tidak
terlaksana.
+Penyelesaian masalah Irian Barat menjadi tertunda, sehingga belum diakui
milik Indonesia.
+Republik Indonesia menjadi terpecah-pecah menjadi negara bagian yang
terdiri dari Negara Indonesia Timur, Negara Jawa Timur, Negara Pasundan
dan Jakarta, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Jawa Tengah,
dan lain-lain.
+Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) membuat Indonesia menjadi
sebuah negara bagian dari pemerintah Belanda.

Anda mungkin juga menyukai