Anda di halaman 1dari 24

ILMU PENGETTAHUAN

SOSIAL
IPS

Nama : Sherly Ardelia Fitri


KELAS : IX C
A. PERJUANGAN DIPLOMASI
Beberapa upaya diplomasi yang dilakukan oleh banga Indonesia unuk mempertahankan
kemerdekaannya yaitu ;

1. Perundingan Linggajati
Perundingan linggajati dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 10
november 1946 dan diandaangani secara resmi tanggal 25 Maret 1947 menghasilkan kepuusan
sebagai berikurt.

a) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan melipuiti
Sumara, Jawa, dan Madura. Belanda sudah haru meninggalkan daerah de facto paling
lambat tanggal 1 Januari 1949.
b) Republic Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam bentuk Negara Indonesia Serikat
dengan nama Republik Indonesia Serikat, dimana salah satu Negara bagiannya adalan
Republik Indonesia.
c) Republic Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan rat
Belanda sebagai ketuanya.
Pada perundingan linggajati, delegasi Indonesia dipimpin oleh sutan syahrir dan delegasi
Belanda dipimpin Schermermhorn. Sementara itu Inggris yang menjadi penengah mengirim
Lord Killearn. Anggota delegasi Indonesia terdiri atas Moh. Roem, Susanto Tirtoprojo, A.G.
Pringgodigdo, J. Leimena, AK. Gan, Amir Syarifuddin, dan Ali Budiharjo. Sedangkan delegasi
Belanda terdiri atas M.Van Poll dan Dr. Van Mook.
Akibat perjanjian Linggajati bagi Indonesia sebagai berikut.
1. Sisi positif, setelah Belanda mengakui wilayah Indonesia secara dec facto, beberapa
Negara menyampaikan kedaulatan RI (Mesir, Libanor, Suriah, Inggris, Amerika Serikat,
Afganistan Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet)
2. Sisi negative, menimbulkan pro dan kontra dalam anggota KNIP seta jatuhnya Kabinet
Syahrir.

2. Perundingan Renville
Perundingan Renvile diselenggarakan pada tanggal 8 Desember 1947 di atas geladak kappa perang
Amerika USS Renville. Delegasi Indonesia dipimpin oleh PM .Amir Syarifuddindan delegasi Belanda
dipimpin R. Abdul KadirWidjjojoatmodjo. Delgasi Indonesia pada perjuangan ini antara lain PM. Amir
Syarifuddin, Dr, J Leimena, dan Ali Sastriwiamidjoyo. Perudingan itu mengahasilkan perjanjian Renville
yang ditantadatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Perjanjian Renville terdiri atas 10 pasal persetujuan
gencatan senjata, 12 pasal prinsip politik, dan 6pasal prinsip-prinsip tambahan. Isi perjanjian Renville
sebagai berkut.
a. Segera ikeluarkan perintah pemberhentian tembak-penembak di sepanjang garis Van Mook.
b. Penghentian tembak menembak segera diikuti dengan perjanjian peletakan senjata dan
pembentukan daerah-daerah kosong militer.
c. RI menyetujui RIS dengan masa pealihan
d. Daerah RI yang diduduki Belanda dengan Agresi Militer I harus diakui oleh Indonesia sebagai
daerah pendudukan Belanda.
Perjanjian ini sangat merugikan pihak Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi sempit dan
dikepung wilayah-wilayah yang dikuaai Belanda dengan garis Van Mook. Apalagi Indonesia harus
menghadapi blockade ekonomi dari belanda yang membuat posisi Indonesia semakin sulit.

3. Perundingan Roem Royen


Perundingan Roem-Royen merupakan tindak lanjut dari reolusi Dewan Keamanan PBB yang
sebelumnya telah didahului dengan perundingan di Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal 14
April 1949. Dalam perundingan ini delegasi Republik Indonesia dipimpin Moh. Roem dengan
amggpts Ali Sastroamidjojo, Dr. J. Lemeina, Juanda, Soepomo, dan Latuharhay. Delegasi Belanda
dipimpin oleh Van Royen yang didampingi N. Blom, A. Jacob, dan J.J Van Der Velde. Sementara
itu wakil dari PBB (UNCI) adalah Merle Cohran. Perundingan Roem Royen mencapai kesepakatan
tanggal 7 Mei 1949 dengan melahirkan persetatujuan yang kemudian dikenal dengan Roem-
Royen Statements. Adapun isi pokok persetujuan tersebut sebagai berikut.
1. Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah RI ntuk :
a) Menghentikan perang gerliya
b) Berkerjasama dalam mengembalikan perdamaian serta menjaga ketertiban dan
keamanan.
c) Turut serta dalam konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
2. Delegasi Belanda menyetujui untuk :
a) Mengembalikan pemerintah RI di Yogyakarta
b) Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tawanan
perang
c) Tidak akan mendirikan atau mengakui daerahdaerah yang dikuasai RI sebelum
tanggal 19 Desember 1948 dan tidak akan meluaskan Negara atau daerah dengan
merugikan rakyat Indonesia
d) Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Republik
Indonesia Serikat
e) Berusaha untuk segera mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) sesudah
pemerintah Republik ke Yogyakarta
Perjanjian itu sangat menguntungkan Indonesia karena Belanda harus meninggalkan
Yogyakarta, sehingga TNIdapat memasuki Yogyakarta. Presiden dan wakilnya serta
pejabat tinggi pun dibebaskan dan dapat kembali ke Yogyakarta. Denngan situasi
seperti itu, maka Jenderal Soedirman dapat kembali ke Yogyakarta dan Pemerintah
Darurat Republik Indonesia (PDRI) menyerahkan kembali mandatnya kepada
presiden RI di Yogyakarta.

4. Konferensi Inter Indonesia


Konferensi Inter Indonesia diadakan pada tanggal 19-22 Juli di Yogyakarta dan pada tanggal 30
Juli sampai tanggal 2 Agustus 1949 di Jakarta. Penyelenggaran konferensi inter indonrdia
dilatarbelngi oleh keinginan menjalin persatuan dan sikap bersama guna menghadapi Belanda
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)> pembicaraan dalam konferensi ini hamper semua
mengenai permasalahan pembentukan Indonesia Serikat (RIS),terutama mengenai tata susunan
dan hak pemerintah RIS di satu pihak, serta hak Negara-negara bagian lain pihak. Konferensi ya
ng direncanakan antara wakil-wakil Republik Indonesia dengan pemimpin-pemimpin
Bijeenkomst Voor Federal Overleg (BFO) ini menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1. BFO mendukung tuntutan RI atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-ikatan
politik ataupun ekonomi
2. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah angkatan perang
nasional dan TNI menjadi inti dari APRIS
3. Pertahanan Negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, Negara-negara
bagian tidak mempunyai angkatan perang sendiri
4. Negara Indonesia Serikat diganti namanya menjadi Republik Indonesia Serikat
(RIS)
Dalam konferensi ini delegasi RI terdiri dari MOh. Hatta, Soepomo, J. Leimena, Ali
Sastroamidjojo, Djoenanda, Soemitri Djojohadikoesoemo, Soekiman, Soejono, Hadinoto,
T.B.Simatupang, dan Soemardi. Sedangkan delegari BFO dipimpin Sultan Hamid II dari
Pontianak.

5. Konferensi Meja Bundar (KMB)


Konferensi Meja Bundar dilaksanakn tanggal 23 Agustus 149 di Den Haag. Pihak Indonesia
diwakili Drs. Moh Hatta, BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II, Belanda diketuai Mr. Van
Maarseveen, dan UNCI oleh Chritchley seebagai petinjau. Konferensi tersebut menghasilkan
peutusan, sebagai berikut.

a) Belanda akan mengakui RIS sebagai Negara yang merdeka san berdaulat selambat-
lambatnya pada akhir Desember 1949
b) Penyelesaian soal irian Barat ditangguhkan sampai tahun berikutnya setelah
pengakuan kedaulatan
c) RIS dan Belanda akan berkerja sama dalam suatu perserikatan yang dipimpin ratu
Belanda atas dasar sukarela serta persamaan derajat dan hak.
d) RIS mengembalikan hak milik Belanda, member hak konsensi, dan izin baru bagi
perusahaan-perusahaan Belanda
e) Semua utang bekas Hindia Belanda harus dibayar oleh RIS.
f) Pembubaran KNIL, selanjutnya RIS akan membentuk angkatan perang dengan TNI
sebagai inti kekuatannya.
Persetujuan KMB erhasil ditandatangani pada tanggal 2 November 1949. Kemudia pada tanggal
29 Oktoer 1949, RI dan BFO melakukan penandatanganan piagam persetujuan konstitusi RIS.
Dengan persetujuan hasil KMB, maka berdirilah Negara Indonesia dalam bentuk federal dengn
nama RIS (Republik Indonesia Serikat). Negara RIS terdiri dari atas Negara-negara bagian, yaitu,
Negara Republik Indonesia, Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan,
Negara Jawa Timur, Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, BangkaBiliton, Riau, dan Jawa
Tengah. Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi yang dipimpin oleh Moh.Hatta berangkat ke
negeri Belanda untuk menndatanagni naskah pengakuan kedaulatan dari pemerintah Belanda.
Selanjutnya Ratu Juliana pada tanggl 27 Desember 1949 menandatangani piagam pengakuan
kedaulatan RIS di Amsterdam. Pada saat yang bersamaan, di istana Merdeka Jakarta juga
berlagsung penandatanganan pengakuan kedaulatan RIS dari wali Tinggi Mahkota Belanda
Lovink kepada wakil pemerintah RIS Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Adapun dampak konferensi
Meja Bundar bagi Indonesia, sebagai berikut;
1. Belanda mengakui kemerdekaan Reoublik Indonesia Serikat
2. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan dapat dimulai
3. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia.
4. Negara Indonesia berubah bentuk menjadi Negara serikat yang tidak sesuai
dengan cita-cita proklamasi.
Berbagai konferensi telah dilakukan oleh Indonesia dengan Belanda untuk menyelesaikan
pertikaian. Keberhasilan tokoh-tokoh nasionalis Indonesia dalam perjuangan diplomasi
memaksa Belanda keluar dari Indonesia. Setelah Belanda pergi, didalam masyarakat muncul
tuntutsn-tuntuta untuk kembali ke bentuk Negara kesatuan sesuai dengan amanat UUD 1945.

B. Perjuangan Fisik

1. Perjuangan Fisik

a) Insiden Hotel Yamanto


Insiden hotel Yamanto adalah insiden perobekan bendera Belanda (merah-putih-
biru) menjadi bendera Indonesia (merah-putih), pada tanggal 19 September 1945 di
Hotel Yamanto, Surabya. Insiden ini diawali oleh tindakan beberapa orang Belanda
yang mengibarkan bendera Belanda ditiang Hotel Yamanto. Tindakan tersebut
menimbulkan kemarahan masyarakat Surabaya. Mereka mendatangi hotel itu dan
berusaha menurunkan bendera tersebut. Akhirnya, bendera Belanda berhasil
diturunkan dan bagian yang berwarna biru di robek. Kemudian bendera dikibarkan
kembali sebagai bendera Indonesia. Pengibaran bendera Merah-Putih diiringi dengan
pekikikan Merdeka berulang kali.

b. Pertempuran Surabaya
Peristiwa Surabaya merupakan rangkaian peristiwa yang dimulai sejak kedatangan
pasukan sekutu di bawah kewenangan AFNEI di Jawa Timur. Khusus untuk
Surabaya,sekutu menempatkan Bridge 49, yaitu bagian divisi ke-23 Sekutu. Brigade
49 dipimpin Brigjen A.W.S. Mallaby yang mendarat pada tanggal 25 Oktober 1945.
Pada mulanya pemerintah Jawa Timur tidak menerima kedatangan sekutu. Kemudian
dibuat kesepakatan antara Gubernur Jawa Timur R.M.A Suryo dengan Brigjen A.W.S.
Mallaby. Kesepakatan itu sebagai berikut.

➢ Inggris berjanji tidak mengikutsetakan angkatan perang Belanda


➢ Menjali kerja sama kedua pihak untuk menciptakan keamanan dan
ketentraman
➢ Akan dibentuk kontak biro
➢ Inggris akan melucuti senjata Jepang

Dengan kesepaka kalisosok pada tanggal 16 Oktover 1945. Inggris diperkenankan


memasuki kota Surabaya. Ternyata pihak Inggris ingkar janji.hal ini terlihat dari
penyerbuan penjarara Kalisosok pada tanggal 26 Oktober 1945. Inggris menduduki
pangkal udara Tanjung Perak pada tanggal 27 Oktober 1945, serta menyebarkan
pamphlet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan
senjata-senjata mereka. Kontak senjata antara sekutu dan Rakyat Surabaya sudah
terjadi sejak 27 Oktober 1945. Karena takut terjadi kontak senjata yang dikhwatirkan
meluas, Presiden Soekarno dan wakil Presiden Moh. Hatta mengadakan perundingan
pihak portugis. Kedua belah pikah menghasilkan perundingan, sebagai berikut.

➢ Surat-sura selebara/ pamflet dianggap tidak berlaku


➢ Sekutu mengakui keadaan TKR dan polisi Indonesia
➢ Seluruh kota Surabaya tidak lagi dijaga oleh sekutu, sedangkan kamp-
kamp tawanan dijaga bersama-sama tentara Sekutu dan TKR
➢ Tanjung Perak dijaga tentara Skutu dan TKR
Walaupun sudah terjadi perundingan, akan tetapi di berbagai tempat di Surabaya
tetap saja terjadi kontak senjata antara tentara Sekutu dan rakyat Surbya.
Pertempuran seru terjadi di gedung Bank Interbatio di Jembatan Merah. Gedung itu
dikepung oleh para pemuda yang menuntu agar pasukan A,W,S Mallaby menyerah.
Tuntutan para pemuda itu ditoklak oleh sekutu. Pertempuran mengakibatkan
meninggalnya A.W.S. Mallaby yang tertusuk bayonet dan bamboo runcing. Peristiwa
ini terjadi yanggal 30 Oktober 1945. Dengan meninggalnya A.W.S Mallaby, pikah
Inggris memperingatkan rakyat Surabaya dan meminta pertanggungjawaban. Mereka
mengancam agar rakyat Surabaya menyerah dan akan menghancurkan kota
Surabaya apabila tidak mengindahkan seruan itu. Ultimatum Inggris bermakna
ancaman balas dendam atas pembunuhan A.W.S Mallaby disertai perintah
melapor ke tempat-tempat yang telah ditentukan. Di saping itu, pemuda bersenjata
harus menyerahkan senjatanya. Ultimatum Inggris itu secara resmi ditolak Rakyat
Surabaya melalui pernyataan Gubernur R.M.T.A. Soeryo. Karena penolakan itu
pertempuran tidak terhindarkan lagi, maka pecahlah pertempuran pada tanggal 10
Iinfanteri dengan senjata-senjata barat. Peristiwa heroic ini berlangsung hamper tiga
minggu. Bung Tomo berusaha membakar semangat arek-arek (warga) Surabaya.
Pertempuran yang memakan korban banyak dari pihak bangsa Indonesia ini
diperingati sebagai Hari Pahawan setiap tanggal 10 November. Peringatan itu
merupakan kimitmen bangsa Indonesia berupa penghargaan terhadap rakyat
Surabaya sekaligs mencerminkan tekad perjuangan seluruh bangsa Indonesia.

c. Pertempuran 5 hari di Semarang


Pada tanggal 14 Oktober-19 Oktober 1945 di Semarang pecah pertempuran antara
para pemuda Semara g dengan Tentara Jepang. Pertempuran ini berlangsung selama
lima hari sehingga dikenal sebagai peristiwa pertempuran lima hari Semarang.
Peristiwa ini berawal ketika para tawanan veteran angkat laut Jepang akan
dipindahkan dari penjara Cipinang Jakarta ke Semarang. Mereka ditugaskan untuk
mngubah pabrik gula di Capiring menjadi pabrik senjata. Pemindahan ini kawali oleh
polisi Indonesia. Di tengah perjalanan mereka memberontak dan melarikan diri.
Mereka selanjutnya bergabung dengan battalion yang dipimpin oleh Mayor Kidoyang
masih bersenjata Jatingaleh, Semarang. Sementara itu, tersiar isu bahwa cadanga air
minum di daerah Candi, Semarang telah diracun. Polisi Indonesia yang menjaga
cadangan air tersebut dilucuti oleh Jepang. Untuk mengecek kebenaran tersebut
kepala labotarium Rumah Sakit Rakyat, dr. Karyadi, datang ke Candi. Namun, ia
kemudian ditemukan telah tewas. Masyarakat menduga bahwa pelakunya adalah
orang-orang Jepang. Akibatnya, terjadi ketegangan di Semarang. Pertempuran
akhirnya tidak bisa dihndarkan lagi. Pada tanggal 15-20 Oktober 1945, terjadi
pertempuran antara tentara Jepang yang persenjataannya lebih lengkap.
Pertempuran berakhir ketika pemerintah pusat mengirim utusan perdamaian,
Singodimejo dan M.r Sartono. Mereka kemudian mengadakan perundingan dengan
Jepang yang diwakili oleh Letnan Kolonel Namura. Dalam pertempuran ini, kurang
lebih 2.000 orang pemuda Indonesia gugur sebagai kusuma bangsa, sementara di
Jepang 100 serdadu tewas. Untuk mengenang perjuangan para pemuda ini, maka di
Semarang didirikan monument Tugu Muda.

d. Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945 para sekutu mendarat di Semarang dibawah pimpinan
Brigadier Jendral Bethel. Pada awalnya kedatangan Sekutu di Semarang bertujuan
untuk melucuti senjata tentara Jepang dan mengurus tawanan tentara Jepang yang
ada di jJawa Tengah. Tapi tanpa sepengetahuan pihak Indonesia, tentara sekutu telah
mengikutsertakan tentara NICA. Selain itu, mereka membebaskan tawanan perang
Belanda di Ambarawa. Tindakan ini akhirnya diketahui oleh pihak Indonesia, dan
menimbulkan insiden yang kemudian meluas menjadi sebuah pertempuran terbuka.
Setelah diadakan perundingan antara Presiden Soekarno dan Brigadier Jendral
Bethel, tentara sekutu diam-diam meninggalkan Magelang dan mundur ke
Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Resimen Kedu Tengan dibawah
pimpinan Letkol M. Sarbini melakukan pengejaran terhadap tentara sekutu. Gerak
mundur para suku ini tertahan karena dihadang pasukan Angkatan Muda pimpinan
Sastrodihardjo yang diperkuat dari pasukan Ambarawa, Suruh, dan Solo. Di desa
ngipik, tentara sekutu kembali dihadang Batalion Suryo Sumpeno. Pada saat
pengunduran diri itu, tentara Sekutu mencoba menduduki daerah disekitar
Ambarawa. Dalam usaha merebut kedua desa itu, gugurlah Komandan Resimen
Banyumas Letkol Isdiman. Dengan gugurnya Letkol Isdiman, Panglima divisi
Banyuman Kolonel Sudirman terjun langsung memimpin pertempuran. Pada tanggal
12 Desember 1945, TKR dan laskar-laskar perjuangan serentak melawan Ambarawa
dari berbagai arah. Akhirnya pada tanggal 15 Desember 1945, tentara sekutu
mengundurkan diri menuju Semarang.

e. Peristiwa Merah Putih di Manado


Tentara sekutu yang berasal dari Australia di Manado,Sulawesi Utara pada
September 1945. Pasukan tersebut tenyata diboncengi NICA. Mereka kemdian
membebaskan dan mempersenjatai bekas pasukan KNIL Belanda yang sebelumnya
telah ditawang Jepang. Pasukan KNIL dari Belanda ini dekenal sebagai pasukan yang
berasal dari Tangsi Putih. Pada Desember 1945 tentara sekutu menyerahkan
kekuasaan di Manado terhadap NICA. Selanjutnya pasukan NICA mulai melakukan
penangkapan-penangkapan terhadap para tokoh RI. Penangkapan tersebut
mengundang reaksi dari para pendukung RI, terutama para pemuda dan mantan KNIL
yang berasal dari Indonesia (Tingsi Hitam). Mereka membentuk Pasukan Pemuda
Indonesia (PPI) untuk menampung perjuangan melawan NICA. PPI melakukan
pertemuan rahasia sejak pertengahan Januari 1945. Namun, suatu saat kegiatan ini
diketahui oleh NICA. Akibatnya para anggota PPI ditangkap dan anggota KNIL dari
Tingsi Hitam dilucuti senjatanya. Pada tanggal 14 Februari 1946, 8 orang anggota PPI
menyerbu kedudukan NICA di Tingsi Putih Teling. Meskipun senjata mereka tanpa
dilengkapi peluru, namun mereka mampu membebaskan para tokoh pejuang RI yang
di tawan dan menawan komandan NICA beserta pasukannya ditempat itu. Beberapa
PPI kemudian mengambil bendera Belanda yang disimpan di pos penjagaan, merobek
bendera birunya dan mengibarkannya sebagai bendera Merah Putih. Selanjutnya PPI
menguasai markas NICA di Tomohon dan Tondano. Setelah Sulawesi Utara dapat
direbut dari NICA, para pendukung RI membentuk pemerintah sipil pada tanggal 16
Februari 1946. B.W.Lapian angkat residen. Selain itu PPI membentuk TRI yag
dipimpin oleh CH. Taulu, Wuisan, dan J.Kaseger. berita mengenai kedaulatan
Indonesia di Manado tersebut segera dikirimkan ke perintah pusat di Yogyakarta

f. Bandung Lautan Api


Pada bulan Oktober 1945 pasukan Sekutu memasuki kota Bandung dengan tujuan
untuk mengambil alih tawanan Jepang dan melucuti senjata pasukan Jepang
tersebut. Di samping itu, tentara sekutu juga menuntut agar pihak Indonesia
menyerahkan senjata yang berhasil dirampas dari tangan Jepang. Tuntutan tersebut
tidak diindahkan oleh rakyat Bandung sehingga berakibat timbulnya bentrokan.
Sekutu tetap mengajukan tuntutannya, sebaliknya rakyat Bandung tetap tidak mau
mengindahkan. Akhirnya, permaslahan makin meruncing pada tanggal 23 Maret
1946 meletus pertempuran antara rakyat Bandung dan sekutu (Inggris). Karena
keadaan masih genting datang intruksi dari pemerintah pusat (Jakarta) agar kota
Bandung dikosongkan. Atas intruksi tersenut pada tanggal 23 Maret 1946 itu kuga
rakyat Bandung meninggalkan kota yang dicintainya. Sebelum pergi, rakyat Bandung
lebih dahulu membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan dengan maksud agar
tidak ada pos-pos penting yang dapat dimanfaatkan oleh pihak sekutu. Peristiwa ini
dikenal sebagai Bandung Lautsn Api.
g. Pertempuran Medan Area
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru diterima oleh takyat Medan pada
tanggal 27 Agustus 1945 melalui Mr. Tengku Moh. Hassan, Gubernur Sumatra saat
itu. Segera setelah mendengar berita Proklamasi, rakyat Medan di bawah pimpinan
Achad Tahir membentuk lascar perjuangan dengan nama Barisan Pemuda Indonesia
(BPI). BPI bersama rakyat kemudian segera mengambil alih gudang-gudang senjata
dan bangunan-bangunan penting dari tangan Jepang. Ketk pasukan sekutu (Inggris)
yang diboncengi NICA mendarat di Medan pada tanggal 19 Oktober 1945, rakyat
Medan segera tahu bahwa kedatangan NICA bermaksud memperkuat pasukan
westerling (Belanda) yang telah diterjunkan sebelumnya. Melihat kenyataan itu,
rakyat Medanberkesimpulan bahwa sekutu berusaha member peluang kepada
Belanda untuk berkuas kembali di Indonesia. Oleh karena itu, rakyat Medan segera
bergabung dengan BKR dan menyatakan protes keras terhadap kedatangan sekutu
dan NICA. Di samping itu tangsi-tangsi tentara sekutu pun diserang rakyat Medan
sehingga situasi makin panas. Akhirnya pada tanggal 13 Oktober 1945 pecah
pertempuran antara rakyat Medan melawan tentara sekutu d anNICA, yang
kemudian dikenal sebagai Pertempuran Medan Area.

h. Pertempuran Puputan Margarana


pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946, Belanda mendaratkan sekitar 2000-an tentara
disertai tokoh-tokoh yang bersedia bekerja sama dengan Belanda di Bali. Saat itu,
Belanda sedang giat-giatnya mengusahakan berdirinya sebuah Negara boneka yang
diberi nama Negara Indonesia Timur. Belanda kemudian membujuk Letkol I Gusti
Ngurah Rai untuk bergabung. Namun, bujukan tersebut ditolak. Pada tangal 18
November 1946, I Gusti Ngurah Rai menyerang kedudukan Belanda di daerah
Tabanan. Satu destremen polisi lengkap dengan senjatanya berhasil dilumpuhkan.
Untuk menghadapi pasukan Ngurah Rai, Belanda mengarahkan seluruh pasukan yang
berada di Bali dan Lombok. Ngurah Rai dapat dikalahka dalam pertempuran puputan
di Margarana, sebelah Utara Tabanan. I Gusti Ngurah Rai besertaseluruh pasukannya
gugur.
i. Serangan Umum 1 Maret 1949
Agresi militer Beanda sempat membuat kesatuan TNI dan kekuatan bersenjata
lainnya terpencar-pencar dan tidak berkomunikasi dengan baik. Namun melalui
jaringan komunikasi yang ada, para pejuang akhrnya dapat kembali melakukan
koordinasi dan komunikasi. Komunikasi yang terjalin tidak hanya sebatas antara
pejuang Jawa atau di Sumatra saja, namun juga antara Jawa-Sumatra atau
sebaliknya. Adapun contohnya, yaitu :
i.Pada saat tanggal 29 Januari 1949, colonel T.B Simatupang di Jawa Tengan
mengirim mengirim telegram kepada kepala Pemerintah Daerah Republik
Indonesia (PDRI) Syarifuddin Prawinegara di Sumatra Barat.
ii.Pada tanggal 12 Februari 1949 Kolonel A.H. Nasution selaku Panglima Komando
Surabaya, melalui telegram berhasil melaporkan tentang koordinasi antara sipil
militer dalam Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa (KPPD)
iii.Pada tanggal 17 Februari 1945, Mentri Kemakmuran I.J Kasimo mengirim
telegram ke Sumatra berisi tentang laporan tentang perkembangan
pemerintahan di Jawa sejak dikuasainya Yogyakarta oleh Belanda.
Bersamaan dengan upaya konsolidasi nasional dibawah PDRI, TNI sendiri juga
menyusun suatu strategi guna melakukan serangan balik terhadap posisi militer
Belanda, sesuai dengan surat perintah siasat No. 1. TNI terus bergeliya sehingga
Belanda memperbanyak pos-pos penjagaan dan pengawasan sepanjang jalan besar
yang menghubungi kota-kota yang telah didudukinya. Strategi TNI ini menjadikan
Belanda hanya mampu menguasai daerah pendudukannya pada siang hari saja.
Dalam kondisi seperti ini, kemudian muncul ide untuk melakukan Serangan Umum
terhadap posisi Belanda di Yogyakata. Sesuai dengan surat yang tpat dalam
melakukan serangan,termasuk Serangan Umum sekaligus bertanggun jawab dalam
pembentukan daerah-daerah pertahanan yang disebut Wehrkresie. Serangan umum
ditetapkan pada tanggal 1 Maret 1949 dibawah pimpinan Letkol Soeharto. Ia adalah
Komandan Brigade 10 dan Komandan Gerliya di daerah Wehrkresie III Yogyakarta.
Tindakan yang diambil Letkol Soeharto sebelum memimpin Serangan Umum sebagai
berikut.
 Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Sri Sultan Hamengkubuwana
IX
 Memerintahkan beberapa kesatuannya untuk menyusup ke kota Yogyakarta
Untuk mempermudah koordinasi penyerangan maka wilayah serangan dibagi
menjadi lima sector, sebagai berikut.
I. Sector barat barat dipimpin Letkol Ventje sumual
II. Sector selatan dan Timur dipimpin oleh Mayor sajono
III. Sector utara dipimpin Mayor Kusno
IV. Sector kota dipimpin oleh kapten Amir Murtono dan Letnan Marsudi
Belanda yang tidak menduga akan mendapat serangan, tidak sempat melakukan
koordinasi utuk menahan serangan. Dalam waktu yang singkat, TNI berhasil memukul
semua posisi pasukan Belanda. Serangan umum ini akhirnya berhasil menduduki
Yogyakarta selama enam jam. Pada tanggal 2Maret 1949 (keesokan harinya)
peristiwa serangan umum 1 Maret di laporkan oleh R. Sumardi ke pemerintah PDRI di
Bukittinggi melalui radiogram. Berita ini kemudian disampaikan pula kepada
Maramis, diplomat RI di New Delhi India dan L.N. Palar Diplomat RI di New York, AS.
Keberhasilan TNI menduduki Yogyakarta
Selama enam jam mendapatkan dampak positif, sebagai berikut.
I.Meningkatkan semangat para diplomat RI dan disisi lai menurunkan mental
Belanda
II.Dijadikan dasar pada Diplomat RI dan pada Negara-negara yang bersimpati
untuk membawa permasalahan ke Indonesia ke forum PBB.
III.Mempengaruhi para pemimpin negara federal (BFO) yang semula
mendukung tindakan Belanda sekarang menjadi terbalik bersimpati terhadap
RI
IV.Menunjukkan ke pada dunia bahwa pasukan TNI masih memiliki kekuatan
V.Membuka mata dan menyadarkan bahwa Negara RI ada dan belum dkuasai
Belanda.
Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 mendatangkan dampak yang lebih jauh
lagi. Peristiwa ini menjadi pendorong berubahnya sikap Amerika Serikat terhadap
Belanda. Pemerintah Amerika Serikat yang semula mendukung tindakan Belanda, kini
sebaliknya menekannya agar melakukan perundingan dengan pihak RI. Oleh karena
desakan itu, serta kedudukannya yang makin terdesak oleh gerilyawan republic,
maka Belanda akhirnya bersedia berunding dengan Indonesia. Meskipun demikian,
serangan umum telah mencapai tujuannya. Adapun tujuan serangan umum 1 Maret
1946,sebagai berikut.
I. Ke dalam
a) Mendukung prjuangan yang dilakukan secara diplomasi
b) Meninggalkan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilya.
II. Ke Luar
a) Menunjukan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai
kekuatan untuk mengadakan ofensif
b) Mematahkan moral pasukan Belanda
Untuk mengenang para pejuang dan peristiwa serangan umum 1 Maret 1949, maka
pemerintah Yogyakarta membangun Monumen Yogya kembali

C. Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya pada Masa


Demokrasi Parlamenter
1. Kehidupan Politik pada Masa Ddemokrasi Parlementer
a) System pemerintahan
Pada masa demokrasi parlementer undang-undang yang digunakan sebagai landasan
hukum Negara adalah UUD 1945 Sementara 1950. System pemerintah Negara
menrut UUD Sementara 1950 adalah sistm parlementer. Artinya cabinet disusun
menurut pertimbangan kekuatan kepartaian dalam parlementer. Presiden hanya
merupakan lambing kesatuan saja. Dalam system ini parlemen sangat berkuasa,
apabila cabinet dipandang tidak mampu menjalanka tugas, maka parlemen segera
membubarknnya. System parlementer disebut juga dengan system Liberal.
System cabinet yang digunakan pada masa parlementer adalah Zaken Kabinet. Zaken
Kabinet adalah suatu cabinet yang para mentrinya dipilih atau berasal dari tokoh-
tokoh yang ahli dibidangnya, tanpa mempertimbangkan latar belakang partainya.
Masa demokrasi parlementer di Indonesia memiliki cirri banyaknya partai pilitik yang
saling berebut pengaruh untuk memegang tampuk kekuasaan. Hal tersebut
menyebabkan sering terjadi pergantian kabinet. Tahun 1950-1959 terjadi tujuh kali
pergantian kabinet. Hampir setiap tahun terjadi pergantian kabinet. Jatuh bangunnya
kabinet membuat program-program kabinet tidak dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
b. System Kepartaian
sistem kepartaian yang dianut pada masa ii adalah system multipartai, yaitu suatu
system yang memiliki banyak partai-partai politik. Partai2 pilitik tersebut sebagai
berikut
❖ Majelis Suryo Muslimin Indonesia (Masyumi) dipimpi oleh Dr. Sukirman
Wiryosanjayo berdiri pada tanggal 7 November 1945
❖ Partai Nasional Indonesia (PNI) d Indonesia (dipimpin oleh Sidik
Joyosukato berdiri pada tanggal 29 Januari 1945
❖ Partai Sosialis Indonesia (PSI) dipimpin oleh Amir Ssyarifuddi berdiri
pada tanggal 20 November 1945
❖ Partai Komunis Indonesia (PKI) dipimpin oleh Muh. Yusuf berdiri pada
tanggal 7 November 1945
❖ Partai Buruh Indonesia (PBI) dipimpin oleh nyono berdiri pada tanggal 8
November 1945
❖ Partai Rakyat Jelata (PRJ) dipimpin oleh Sultan Dewanis didirikan pada
tanggal 8 November 1945
❖ Partai Kristen Indonesia (PRarkindo) dipimpin oleh Ds. Probowinoto
didirikan tanggal 10 November 1945
❖ Partai Rakyat Sosialis (PRS) dipimpin oleh Sutan Syahrir didirikan tanggal
20 November 1945
❖ Persatuan Mahraen Indonesia(Permai) didirikan oleh JB Assa didirikan
pada tanggal 12 Desember 1945
❖ Partai Katolik Republik Indinesia (PKRI) dipimpin oleh IJ Kassimo berdiri
pada tanggal 8 Desember 1945
Banyaknya partai politik yang ikut serta dalam pemerintahan menyebabkan
muncuknya persaingan antar partai. Partai2 politik yang ada cenderung
memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan nasional. Partai-
partai yang ada saling bersaing, saling mencari kesalahan dan saling menjatuhkan.
Partai2 politik yang tidak memegang jabatan dalam kabinet tidak memegang
peranan penting dalam parlemen sering melakukan oposisi yang kurang sehat dan
berusaha menjatuhkan partai pilitik yang mmeritah. Hal inilah yang sering
menyebabkan terjadinya pergantian kabinet. Kabinet tidak berumur panjang
sehingga program-programnya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya dan
menyebabkan stabillitas politik, social ekonomi, serta keamanan terganggu.
c. Pemilu 1995
Untuk menindaklanjuti rencana pelaksanaan pemilu, maka pada tanggal 31 Mei 1954
dibentuk Panitia Pemilihan Umum. Panitia ini diketuai oleh Hadi kusuma dari PNI.
Selanjutnya pada tanggal 16 April 1955, panitia pemilu mengumumkan bahwa pemilu
dilaksanakan dalam dua tahap yaitu;
I. Tanggal 29 Sepetember 1955
Pada tanggal 29 September 1955 dilaksanakan pemilu untuk memilih
anggota-anggota DPR yang berjumlah 272 orang. Hasil pemilu I ini ternyata
dimenangkan oleh 4 partai politik yaitu, PNI, MASYUMI, NU, dan PKI.
Pemilu I ini menghasilkan komposisi anggota DPR berikut ini.
a. Masyumi memperoleh 60 wakil/kursi
b. PNI memperoleh 58 wakil/kursi
c. NU memperoleh 47 wakil/kursi
d. PKI memperoleh 32 wakil/kursi
e. Partai partai lain memperoleh kursi masing2 kurang dari 12. Anggota
DPR hasil pemilu dilantik pada tanggal 20 Maret 1956.
II. Tanggal 15 Desember 1955
Pada tanggal 15 Desembr 1955, dilaksanakan pemilu untuk memilih anggota
Dewan Konstituante yang akan bertugas menyusun UUD yang tetap. Anggota
Dewan Konstitusnte ditetapkan berjumlah 520 orang. Anggota dewan ini
dilantik tanggal 10 November 1956. Komposisi Anggota Dewan tersebetut
yaitu;
a. PNI memperoleh 119 kursi
b. Masyumi memperoleh 112 kursi
c. NU memperoleh 91 kursi
d. PKI 80 kursi
e. Partai lainnya memperebutkan 118 kursi.
d. Gangguan keamanan
Meskipun pemilu I telah terlaksana dengan baik dan berhasil memilih anggota DPR
dan Dewan Konstituante, namun ternyata mereka tidak dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dan menghasilkan pemerintahan yang stabil. Hal ini disebabkan oleh
kecenderungan partai-partai politik yang lebih mementingkan kelompoknya daripada
kepentingan atau aspirasi rakyat, akibatnya muncul pergolakan di daerah-daerah
yang mengakibatkan stabilitas politik jadi terganggu. Oleh karena itu, dengan alas an
menyelamatkan Negara, pada bulan Februari 1957 Presiden Soekarno mengajukan
konsepsi yaitu Konsepsi Presiden yang di antaranyaberisi bentuk kabinet gotong
royong dan dewan nasional ( yang kemudian bernama Dewan Petimbangan Agung)
yang bertindak sebagai penasihat presiden. Pemberontakan yang terjadi pada masa
Demokrasi Parlementer:
I. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Lebih dari 800 KNIL memasuki kota Bandung dengan kendaraan lapis baja.
Mereka menembaki setiap anggota TNI yang ditemui. Dalam peristiwa APRA
97 orang TNI gugur. Pemberontakan APRA berhasil diumpas melalui operasi
milite yang dilakukan oleh pasukan Siliwangi.
II. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Penyebab munculnya Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah
masalah pemerataan jatah pembangunan yang dirasakan sangat kecil, tidak
sebanding dengan daerah di Jawa operasi penumpasan RMS, melalui
ekspedisi militer yang dipimpin oleh colonel A.E. Kaliwarang (panglima
tentara dan Teritorium Indonesia Timur)
III. Pemberontakan Andi Aziz
Pemerintah RI melaksanakan operasi militer untuk menumpas
pemberontakan Andi Aziz. Pasukan penumpas Andi Aziz dimpin oleh Kolonel
A.E. Kaliwarang dengan kekuatan 2 brigade dan 1 batalion. Batalion Worang
mendarat di Makassar pada tanggal 21 April 1950 dan disusul pasukan
pimpinan Kaliwarang pada 26 April 1950. Pasukan tersebut masuk ke
Makasar dan mempersempit pergerkan pemberontak. Akhirnya, pasukan
Andi Aziz menyerah dan ditangkap oleh pasukan militer RI.
IV. Pemberontakan PRRI di Permesta
Pemberontakan Pemerintah Revolusonier Republik Indonesia (PRRI) dan Piagam
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan
terhapad masalah otomi dan perimbangan keuangan antar Pusat dan Daerah serta
ketidaksetujuan terhadap peran PKI dalam pemritahan.untuk menumpas
pemberontakan PRRI/Permesta, pemerintah melancarkan operasi militer gabungan
unsure darat, laut, dan udara. Operasi militer tersebut, sebagai berikut.
a. Operasi Tegas, dipimpin Letkol Kaharudin Nasution di Riau
b. Operasi 17 Agustus, dipimpin colonel Ahmad Yani di Sumatra Barat
c. Operasi Sapta Marga, dipimpin Brigjen Djatikoesoemo di Sumatra Utara
d. Operasi Sadar, dipimpin Letkol Ibnu Sutowo di Sumatra Selatan
e. Operasi Merdeka, dipimpin Letkol Rukminto Hendrningrat di Sulawesi
dan Indonesia Timur
Gerakan penumpasan PRRI ditujukan ke daerah-daerah minyak yang memiliki modal
asing. Pada tanggal 14 Maret 1958, Pekanbaru dapat dikuasain APRI. Kemudian
tanggal 14 Mei 1958, Bukittinggi dapat direbut kembali. Pada tanggal 29 Mei 1961,
Ahdmad Husein dan tokoh-tokoh sipil yang menyokong PRRI akhirnya menyerah.
V. Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Deklarasi Djuanda
Berikut penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA)
a. Penyelenggaraan Konferensi Konferensi Asia Afrika (KAA)
KAA dilaksanaka pada tanggal 18-25 April 1955 di GedungMerdeka, Bandung.
Dokumen utama yang di hasilkan KAA berisi 10 prinsip yang kemudian dikenal
sebagai Dasasilla Bandung,sebagai berikut.
i. Menghormati hak-hak manusia dan tujuan asas-asas yang termuat
dalam Piagam PBB.
ii. Menghormati kegiatan dan intergritas territorial semua bangsa
iii. Mengakui persamaan semua bangsa-bangsa
iv. Tidak melakukan interversi atau campur tangan masalah dalm negri
lain.
v. Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri
secara sendirian atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB
vi. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan
kolektif dan tidak melakukan tekanan terhadap Negara lain
vii. Tidakmelakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi maupun
penggunaan kekerasan terhadap intergritas territorial atau
kemerdekaan politik suatu Negara
viii. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai
sesuai dengan Piagam PBB
ix. Mengajukan kepentingan bersama an kerja sama
x. Menghormati hokum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Selain itu, KAA juga berpengaruh terhadap dunia internasional. Setelah berakhirnya
KAA, beberapa Negara Asiadan Afrika mulai memperjuangkan nasibnya untuk
mencapai kemerdekaan dan kedudukan sebagai Negara berdaulat penuh. Selai itu,
KAA telah mengilhami lahirnya Gerakan Non-Blok
b. Deklarasi Djuanda
Batas 3 mil menyebabkanadanya laut-laut bebas yang memisahkan pulau-pulau di
Indonesia.Hal ini menyebabkan kapal-kapal aing bebas mengarungi lautan tersebut
tanpa hambatan. Kondisi ini akan menyulitkan Indonesia untuk melakukan
pengawasan wilayah Indonesia. Melihat kondisi inilah kemudian pemerintahan
cabinet Djuanda mendeklarasikan hokum terotorial yang dikenal sebagai Deklarasi
Djuanda. Pengakuan atas Deklarasi Djuanda menyebabkan luas wilayah Republik
Indonesia meluas hingga 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2.
2. Perkembangan Ekonomi pada masa Demokrasi
a. Gunting Syarifuddin
Kebijakan Gunting Syarifuddin yaitu untuk mengatur tentang keharusan memotong
semua uang kertas yang bernilai Rp. 2,50 ke atas menjadi dua sehingga nilainya
tinggal setengah.
Melalui kebijakan Gunting Syarifuddin , pemerintah berhasil megumpulkan pinjaman
wajib dari rakyat sebesar Rp 1,6 M. disamping itu, dengan kebijakan ini pemerintah
berhasil mengurangi jumlah uang yang berdebar di masyarakat.
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
System ekonomi bertujuan untuk melindungi para pengusaha pribumi dari
persaingan non pribumi. System ini merupakan gagasan Dr. Soemitro Djojokusumo,
mentri perdagngan pada masa pemerintahan gagasan Natsir. Namun peristiwa
tersebut gagal karena gagasan ini disalah gunakan. Setelah Kabinet Natsir jatuh
system ini dilanjutkan oleh Kabinet Sukiman. Menteri keuangan pada cabinet
tersebut, Jusuf Wibisono memberlakukan kebijakan pemberian kredit kepada para
pengusaha pribumi. Namun, kebijakan kali ini pun mengalami kegagalan.
c. Nasionalisasi perusahaan asing
Nasionalisasi yang dilakukan pemerintah ada 2 tahap yaitu, tahap pertama yaitu
tahap pengambilan, penyitaan, penguasaan. Tahap kedua yaitu tahap pengambilan
kebijakan yang pasti, yakni perusahaan-perusahaan yang diambil alih itu kemudian
dinasinalisasikan.
d. Financial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, Indonesia mengirim delegasi ke Belanda
untuk merundingkan masalah financial ekonomi ( Finek). Perundingan ini dilakukan
pada tanggal 7 Januari 1956. Rancangan persetujuan Finek yang diajukan pemerintah
terhadap pemerintah Belanda, sebagai berikut.
i. Pembatalan persetujuan Finek halis KMB
ii. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral
iii. Hubungan Finek didasarkan atas UU nasional, tidak boleh diikat perjanjianlain
Dampak dari pelaksanaan Finek ini, banyak pengusaha Belanda yang me njual
perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih
perusahaan Belanda tersebut.
e. Rencana pembangunan lima tahun (RPLT)
Pada masa cabinet Sastromijoyo II, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan
Lima Tahun yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Rencana ini
tidak berjalan disebabkan oleh hal-hal berikut.
i. Depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat ada akhir tahun
1957 dan awal 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negar ekspor
ii. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
iii. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah
yang melaksanakan kegiatan ekonominya masing-masing.
3. Kehidupan social pada masa Demokrasi Parlementer
Pada masa Demokrasi Parlementer, kehidupan social masyarakat Indonesia banyak
dipengaruhi oleh gejolak politik dan permasalahan ekonomi. Gejala politik
menyebabkan munculnya gangguan keamanan di berbagai tempat, dan upaya
perbaikan ekonomi yang tidak berjalan lancer meneyebabkan meningkatnya angka
kemiskinan dan pengangguran.

D. Kehidupan Politik, ekonomi, social dan Budaya pada Masa


Demokrasi Terpimpin
1. Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin
a) Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dalam upaya menyelesaikan perbedaan pendapat terkait dengan masalah dasar
Negara, kelompok Islam mengusulkan kepada pendukung Pancasila tentang
kemungkinan dimasukkannya nilai-nilai Islam ke dalam Pancasila, yaitu
dimasukkannya Piagam Jakarta 22 Juni 1945 sebagai pembukaan UU yang baru.
Namun usulan itu ditolak oleh oendukung Pancasila dan membuat kondisi Negara
semakin tidak stabil. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, muncul
gagasan untuk melaksanakan model pemerintahan Demokrasi Terpimpin dan
kembali kepada UUD 1945. Pada tanggal 15 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit yang dikenal dengan Dekrit Pancasila 5 Juli 1945 yang berisi
i. Menetapkan pembubaran Konstituante
ii. Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan Dekrit dan tidak
berlakunya lagi UUD sementara (UUDS)
iii. Pembentukkan MPRS, yang terdiri dari anggota DPR ditambah dengan utusan-
utusan dan golongan, serta pembentukkan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
(DPAS).
Berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 diterima baik oleh
rakyat Indonesia. Pada saat itu berakhirlah masa demokrasi Parlementer diganti
dengan Demokrasi Terpimpin.

b) Penyimpangan terhadap UUD


Bentuk bentuk penyimpangan terhadap UUD yaitu ;
i. Presiden menunjuk dan mengangkat MPRS. Seharusnya anggota MPRS dipilih
oleh rakyat bukan Presiden.
ii. Prediden membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan menggantinya dengan
Dewan Permusyawaratan Gotong Royong (DPRGR)
iii. Pengangkatan Presiden seumur hidup.
Penyimpangan terhadap UUD 1945 yang terjadi pada Masa Demokrasi Terpimpin
disebabkan kekuasaan yang dimili oleh presiden sangat besar sehingga pemerintahan
cenderung mengarah kepada ototioner.
c) Kekuatan Politik Nasional
Pada masa ini kekuatan politik terpusat kepada tiga kekuatan politik yaitu PRESIDEN
Soekarno, PKI,TNI AD. Partai- partai yang ada ditekan agar menyokong dan
memberikan dukungan terhadap gagasan presiden. Partai politik yang pergerakannya
dianggap bertolak belakang dengan pemerintah dibubarkan dengan paksa. Dengan
demikian politik-politik itu tidak dapat lagi menyuarakan gagasan dan keinginan
kelompok-kelompok yang diwakilinya.tahun 1961 ada 10 partai pilitik yang diakui
oleh pemerintah yaitu, PNI, PU, PKI, Partai POLITIK, Partai Indonesia, Partai Murba,
PSSI, IPKI, Parkindo, dan Perti.

d) Politik luar negri


Indonesia melakukan banyak kerja sama dengan Negara-negara komunis seperti Uni
Soviet, Tiongkok, Kamboja, Vietnam, dan Korea Utara.
i. Oldefo dan Nefo
Sebutan untuk Negara-negara barat yang sudah mapan ekonominya.
Khususnya Negara-negara kapitalis.
ii. Politik Mercusuar
Merupakan politik yang dijalankan oleh Presiden soekarno dengan anggapan
bahwa Indonesia merupakan mrcusuar yang menerangi jalan bagi Nefo
diseluruh dunia.
iii. Ikan indonesia dalam gerakan non-blok
Tujuan berdirinya Non-Blok:
a. Menentang imperialism dan kolonialisme
b. Menyelesaikan sengketa secara damai
c. Mengusahakan social pengembangan ekonomi agar tidak dikuasai Negara
maju
d. Membantu perdamaian dunia dan berusaha meredakan ketegangan AS
dan Uni Soviet.
Wujud keikut sertaan Indonesia dalam GNB dapat ditunjukkan dari peranan
penting Indonesia dalam mencetuskan dan menyelenggarakan konferensi Asia
Afrika pada tanggal 18-25 April 1955 di Bandung yang merupakan inspirasi
lahirnya GNB.
iv. Konfrontasi dengan Malaysia
Pada tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatic antara Indonesia dan
Malaysia putus. Selanjtnya pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden Soekarno
mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang berisi yaitu;
a. Perhebat ketahanan revolusi
b. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malya, Singapura, Serawak,
Sabah, dan Brunei untuk memerdekakan diri dan menggagalkan negara
boneka Malaysia.
Pada saat konfrontasi Indonesia-Malaysia sedang berlangsung, Malaysia dicalonkan
menjadi anggota dewan tetap Dewan Keamanan PBB. Pencalonan ini mendapat
reaksi keras dari Presiden Soekarno. Pada tanggal 7 Januari 1965 Malaysia dinyatakan
diterima, dengan spontan Presiden Soekarno menyatakan Indonesia keluar dari PBB.
c. Pembebasan Irian Barat
Setelah satu tahun peristiwa KMB, maslah Irian Barat belum terselesaikan. Oleh
karena itu pemerintah RI melakukan bebagai upaya untuk membentuk
mengembalikan IrianBarat. Upayanya yaitu antara lain dengan perjuangan diplomasi
konfrontasi politik dan ekonomi, Trikora, dan penentuan pendapat rakyat (Pepera).
d. Peristiwa G 30 S/PKI
Peristiwa Gerakan 30 September/PKI terjadi pada malam tanggal 30 September
1965. Dalam peristiwa tersebut, sekelompok militer di bawah pimpinan Letkol
Untung melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi TNI
Angkatan Darat serta memasukkan Jenazah mereka kedalam lubang buaya, Jakarta.
Pada tanggal 2 Oktober RPKAD pimpinan Kolonel Edhi Wibowo berhasil sepenuhnya
menguasai keadaan di Jakarta dan pemberontakkan G 20 S/PKI berhasil digagalkan.
e. Kehidupan ekonomi masyarakat pada masa Demokrasi Terpimpin
Langkah-langkah yang diambil pemerintanh untuk memperbaiki kondisi ekonomi
yaitu;

f. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)


Upaya perbaikan perekonomian Indonesia dilakukan dengan pembentukan Dewan
Perancang Nasional (Depernas) pada 15 Agustus 1959 yang dipimpin Moh. Yamin.
Dapernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan
nasional yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan
mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Pola
Pembangunan Semesta dan Berencana terdiri atas Blueprint tripola yaitu proyek
pembangunan, pola penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan
pembangunan.Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan Perancangan Pembangunan
Nasional (Bappenas) yang dipimpin Presiden Soekarno sebagai pengganti Depernas.
Tugas Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun
pendek.
I. Devaluasi mata uang Rupiah
Pada tanggal 24 Agustus 1959, pemerintah mendevaluasi Rp. 1000 dan Rp. 500
menjadi Rp. 100 dan Rp. 50. Pemerintah juga melakukan pembekuan terhadap
semua simpanan di bank-bank yang melebihi rp. 25.000. tujuan kebijakan devaluasi
dan pembekuan simpanan ini adalah untuk mengurangi banyaknya uang yang
beredar demi kepentingan perbaikan keuangan dan perekonomian negara.
II. Deklarasi Ekonomi (Dekon)
Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi
secara menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon
adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas
dari imperialisme. Meski begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu
mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah inflasi, Dekon justru mengakibatkan
perekonomian Indonesia stagnan. Masalah perekonomian diatur atau dipegang oleh
pemerintah sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak diabaikan.

e) Kehidupan social pada Masa Demokrasi Terpimpin


Dinamika yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin berupa persaingan
antarkekuatan politik yang ada berpengaruh terhadap kehidupan social masyarakat
Indonesia waktu itu. Kampus dijadikan sarana politik, mahasiswa yang tidak ikut
dalam rapat umum atau demonstrasi-demonstrasi dianggap sebagai lawan. Media
komunikasi massa seperti surat kabar yang menentang dominasi PKI dicabut surat
izin terbitnya. Dengan demikian surat kabar dikuasai oleh surat kabar PKI seperti
Harian Rakyat, Bintang Timur, dan Warta Bhakti.

f) Kehidupan kebudayaan
Dalam bidang seni muncul berbagai Lembaga seni yang dibangun oleh partai politik,
seperti Lekra milik PKI, Lembaga Kesenian Nasional milik Partai Nasional Indonesia.
Lesbumi milik Nandhatul Ulama, dan Himpunan Budayawan Islam milik Masyumi.
Lembaga-lembaga tersebut saling bersaing dan memperebutkan dominasi sesuai
haluan politik partai yang menaunginya.

E. Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya pada


masa Orde Baru
1. Perkmebangan Politik
A. Supersemar
Pada tanggal 12 Januari Januari 1966,pelajar, mahasiswa, dan masyarakat
mengajukan Tiga Tuntutan (Tritura) yang berisi;
a) Bubarkan PKI
b) Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S
c) Turunkan harga.
Jajnji penyelesaian politik yang diucapkan Presiden Soekarno dalam siding Kabinet
Dwikora, diwujudkan dengan merombak Susunan Kbainet Dwikora menjadi Kabinet
Dwikora disempurnakan yang terdiri atas 100 orang mentri.
pada tanggal 24 Februari 1966, Kabinet Dwikora diklantik di Istana merdeka Jakarta.
Setelah kejadian Arief Rahman Hamid terkena tembekan akibat bentrokan dengan
pasukan pengawal presiden tersebut Presiden Soekarno membubarkan KAMI dan
menutup kampus Universitas Indonesia pada tanggal 3 Maret 1966. Tindakan
Presiden Soekarno itu semakin memperuncing keadaan. Guna memulihkan
Keamanan negara Letjen Soeharto mengeluarkan wewenang yang diperoleh dari
supersemar, Letnan Soeharto mulai mealukan tindakan-tindakan sebagai berikut.
a. Membubarkan PKI termasuk ormas-ormasnya dan menyatakannya sebgai partai
terlarang pada tanggal 12 Maret 1966
b. Mengamankan 15 orang mentri Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang di
duga terlibat atau bersimpati pada G 30 S.
Lalu kemudian pada tanggal 2 Mei 1966 DPRGR menyelenggarakan siding hasil sidang
tersebut yaitu;
I. Menyatakan Pimpinan DPRG demisioner
II. Mengangkat pimpinan DPRG yang baru, yaitu Achmad Syaichu, Laksamana
Muda (Laut) Mursalin Daeng Mamanggung dan Brigjen Syarif Tayeb.
III. Penataan Stabilitas Politik
a. Pemulihan Politik Luar Negri Indonesia bebas aktif
Politik luar negri yang bebas aktif kembali dipulihkan dengan dikeluarkannya sejimlah
ketetapan yang menjadi landasan politik luar negri Indonesia, diantaranya ketetapan
MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang kebijakan politik luar negri
b. Pemulihan Hubungan dengan Malaysia
Pemulihan hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakannya
perundingan Bangkok pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1966 yang menghasilakan
perjanjian Bangkok. Selanjtnya tanggal 11 Agustus 1966 ditandatangani pemulihan
hubungan Indonesia-Malaysia di Jakarta yang ditandatangani oleh adam Malik dari
Indonesia dan Tun Abdul Razak dari Malaysia
c. Menjadi anggota PBB
Pada tanggal 28 Desember 1966 Indonesia kembali menjadi anggota PBB. Indonesia
kembali dikarenakan pemerintah menyadari banyak manfaat yang diperoleh
Indonesia selama menjadi anggota. Adam Malik dipilih sebagai Ketua Majelis umum
PBB untuk masa siding tahun 1974
d. Ikut memprakarsai pembentukan ASEAN
Pada 8 Agustus 1967, Adam Malik dari Indonesia, Tun Abdul Razak dari Malaysia, S
Rajaratnam dari Singapura, Thanat Khoman dari Thailand, dan Narsisco Ramos dari
Filipina, berkumpul di ibu kota Thailand, Bangkok untuk menandatangani Deklarasi
Bangkok sekaligus mendeklarasikan berdirinya ASEAN.
i. Penyederhanaan partai Politik
Tiga kekuatan sosial politik itu adalah: Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang
merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI. Partai Demokrasi Indonesia
(PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan
Parkindo. Golongan Karya.
ii. Pemilihan Umum
Pemilu yang telah diatur dengan SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan
diselenggarakan pada tahun 1971 ini, berbeda halnya dengan pemilu tahun 1955
pada orde revolusi atau orde lama. Dalam pemilu ini, para pejabat pemerintah hanya
berpihak pada salah satu peserta Pemilu yakni Golkar. Jadi, Golkar lah yang selalu
memenangkan pemilu di tahun berikutnya yaitu tahun 1977, 1982, 1987, 1992,
sampai 1997.
iii. Pedoman penghayatan dan Pengamalan Pancasila (F4)
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) atau Ekaprasetia Pancakarsa,
mempunyai tujuan untuk memberi pemahaman pada semua lapisan masyarakat
tentang Pancasila. Seluruh organisasi tidak diperkenankan memakai ideologi selain
Pancasila, bahkan dilaksanakan penataran P4 bagi para pegawai negeri sipil.
iv. Dwifungsi ABRI
Dwifungsi ABRI merupakan peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan
keamanan dan kekuatan sosial politik. Peran sebagai kekuatan sosial politik ABRI
ditugaskan untuk mampu berperan aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga
mempunyai wakil dalam MPR yang diketahui sebagai Fraksi ABRI, sehingga posisinya
pada masa Orde Baru sangat dominan

2. Perkembangan Ekonomi
a. Program Jangka Pendek
Pemerintah berhasil menekan iflasi yang semula 650% menjadi 120 % pada tahun
1967. Kemudian ekonomi terus membaik sampai tahun 1969 dan Indonesia siap
menjalankan pembangunan jangka panjang.
b. Program Jangka Panjang
I.Hasil Pada Pelita I (1 April 1969-1 Maret 1974)
Pemerintah berhasil meningkatkan produksi beras dari 11.320.000 ton menjadi
14.000.000 ton, terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 6,7 %, selain itu
juga terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi US$ 170/tahun dan inflasi
juga turun menjadi 47,8%
II.Hasil Pada Pelita II (1 April 1974-31 Maret 1979)
Pada tahap ini ada kenaikan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 % per tahun.
Selanjutnya inflasi mampu diturunkan menjadi di bawah 10% yaitu 9,5% per tahun.
III.Hasil Pada Pelita III (1 April 1979-31 Maret 1984)
Pada pelita ini pemerintah mengeluarkan kebijakan Trilogi Pembanguan dengan
delapan jalur pemerataan. Indonesia sudah menuju keberhasilan swasembada
pangan dengan produksi beras sebanyak 20.600.000 ton pada tahun 1983.
IV.Hasil Pada Pelita IV(1 April 1984-31 Maret 1989)
Indonesia berhasil mendapatkan Penghargaan dari Lembaga Pangan Dunia atau FAO
tahun 1985 karena mampu swasembada pangan dengan jumlah produksi beras
sebesar 25.800.000 ton pada tahun 1984.
V.Hasil dari Pelita V (1 April 1984-31 Maret 1994)
Pemerintah sudah berhasil meningkatkan hasil industri untuk ekpor, sehingga
mengurangi ketergantungan terhadap ekspor migas, selain itu swasembada pangan
masih terus dipertahankan keberhasilnya pada pelita V.
VI.Pelita VI
Pembangunan berpusat pada pada sektor ekonomi, industri, pertanian dan
peningkatan potensi sumber daya manusia. Pada Tahun 1997 Indonesia dilanda krisis
sehingga pelita vi tidak dapat dilanjutkan dengan yang direncanakan.

3. Kehidupan Sosial
Perkembangan ekonomi juga berjalan baik dan hasilnya dapat terlihat secra nyata.
Dua hal ini menjadi hasil factor pendorong pemerintah orde barudalam
melaksanakan perbaikan kesejahteraan rakyat.
4. Kebudayaan
Pada masa orde baru usaha oeningkatan dan perkembangan seni dan budaya
diarahkan kepada upaya memperkuat kepribadian, kebanggan, dan kesatuan
nasional. Oleh karena itu dilakukan pembinaan dan pengembangan nseni secara luas
melalui sekolah seni, kursus seni, organisasi seni, dan wadah-wadah kegiatan seni
lainnya.
E. Kehidupan Ekonomi, Politik, social, dan Budaya pada
masa Reformasi (1998-sekarang)
1. Pekembangan Politik
a. Siding istimewa MPR 1998
Sidang Istimewa ini dilakukan pada tanggal 10-13 November 1998. Sidang Istimewa
ini memutuskan diperlukannya percepatan pemilihan umum yang akan
diselenggarakan pada tahun 1999. Awalnya sidang ini ditolak oleh aktivis dan
mahasiswa, tetapi dihadang oleh penjagaan militer, brimob, dan pengamanan
swakarsa. Akibatnya korban sipil berjatuhan dan diperingati sebagai Tragedi
Semanggi. 12 ketetapan MPR 1998 yang dihasilkan tersebut adalah sebagai berikut:
❖ Ketetapan MPR No. VII Tahun 1998, mengenai Perubahan dan Tambahan atas
Ketetapan MPR No. I Tahun 1983 tentang Perubahan Tata Tertib MPR.
❖ Ketetapan MPR No. VIII Tahun 1998, mengenai Pencabutan Ketetapan MPR
No. IV Tahun 1993 tentang Referendum.
❖ Ketetapan MPR No. IX Tahun 1998, mengenai Pencabutan Ketetapan MPR No.
II Tahun 1998 tentang GBHN.
❖ Ketetapan MPR No. X Tahun 1998, tentang Pokok-pokok Reformasi
Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan
Nasional sebagai Haluan Negara.
❖ Ketetapan MPR No. XI Tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN.
❖ Ketetapan MPR No. XII Tahun 1998, mengenai Pencabutan Ketetapan MPR No.
V Tahun 1998 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus kepada
Presiden/Mandataris MPR dalam Menyukseskan dan Mengamankan
Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila.
❖ Ketetapan MPR No. XIII Tahun 1998, tentang Pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
❖ Ketetapan MPR No. XIV Tahun 1998, mengenai Perubahan dan Tambahan
Ketetapan MPR No. III Tahun 1998 tentang Pemilu.
❖ Ketetapan MPR No. XV Tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan Pembangunan dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional
yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam
Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
❖ Ketetapan MPR No. XVI Tahun 1998, tentang Politik Ekonomi dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
❖ Ketetapan MPR No. XVII Tahun 1998, tentang Hak Asasi Manusia.
❖ Ketetapan MPR No. XVIII Tahun 1998, mengenai Pencabutan Ketetapan MPR
No. II Tahun 1978 tentang Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa).
b. Otonomi Daerah
Otonoi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah pada masa
Reformasi direncanakan secara lebih demokratis dari masa sebelumnya.
c. Pencabutan pembatasan partai politik
Dengan adanya kebabsan untuk partai politik pada pertengahan bulan oktober 1998
sudah tercatat sebanyak 80 partai politik dibentuk. Menjelang pemilu 1999 pasrtai
politik yang terdaftar mencapai 141 partai. Dalam hal kebebasan berpolitik,
pemerintah juga telah mencabut larangan pendapat, berserikat, dan mengadakan
rapat umum.
d. Penghapusan Dwifungsi ABRI
Pada masa reformasi ABRI dihapuskan secara bertahap sehingga ABRI erkonsentrasi
pada fungsi pertahanan dan keamanan. Kedudukan ABRI dan MPR jumlahnya sudah
dikurangi 75 orang menjadi 38 orang.
e. Penyelenggaraan Pemilu
Dilaksanakan dengan dua hingga tiga tahapan (satu tahapan untuk memilih
partai/anggota legislatif dan dua tahapan untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden) dengan jumlah partai mencapai 24 Parpol (Pemilu 2004) dan 34 Parpol
(Pemilu 2009), Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota Legislatif secara
langsung oleh rakyat, semboyan Pemilu yaitu Luber dan Jurdil (Langsung, Umum,
Bebas dan Rahasia serta Jujur dan Adil), Dilaksanakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
2. Perkembangan Ekonomi
a. Pemerintahan B.J Hbibie
Pada masa ini ditetapkan kebijakan pokok di bidang ekonomi dengan sasaran
terkendalinya nilai rupiah dan tersedianya bahan pokok dan obat-obatan dengan
harga terjangkau serta berputarnya roda perekonomian nasional, pelaksanaan
reformasi ekonomi. Untuk melakukan kebijakan tersebut dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut;
1. Mwnjalin kerja sama dengan International Moneter Fund-IMF (
dana moneter internasional) untuk membantu dalam proses pemulihan
ekonomi.
2. Menerapkan indepedensi bank Indonesia agar lebih focus mengurus
perekonomian
3. Melkuidasi beberapa bank yang bermasalah
4. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga dibawah rp
10.000
5. Membentuk Lembaga pemanantau dan penyelesaian masalah utang
luar negri.
Rupiah kembali melemah mencapai rp 8000 per dolar Amerika pada akhir masa
jabatan Habibie.
b. Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
Pada masa ini, kondisi ekonomi Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan dan
kondisi keuangan sudah mulai stabil. Namun keadaan kembali merosot. Melemahnya
tukar rupiah tersebut berdampak negative terhadap perekonomian nasional dan
menghambat usaha pemulihan ekonomi.
c. Pemerintahan Presiden Mengawati Soekarnoputri
Pada masa ini, nilai tukar terhadap dolar Amerika berhasil distabilkan. Kebijakan yang
ditempuh untuk mengatasi permasalah ekonomi yaitu;
Meminta penundaan pembayaran utang besar US$ 5,8 M
Mengalokasikan pembayaran utang luar negri sebesar rp 116,3 triliun
Kebijakan privitisasi BUMN
d. Pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudoyono
Perekonomian berkembang dengan baik di pemerintahan Presiden SBY. Dalam
menyelenggarakan perekonomian negara, pemerintah menerapkan beberapa
kebijakan yaitu
• Mengurangi subsidi bahan bakar minyak
• Pemberian bantuan langsung tunai
• Pengurangan utang luar negri
e. Pemerintahan Joko Widodo
3 langkah kebijakan ekonomi yaitu;
1. Mendorong daya saing industry nasional melalui deregulasi, debirokratisasi,
serta penegakan hukum dan kepastian usaha
2. Mempercepat proyek strategis nasional dapat menghilangkan berbagai
hambatan.
3. Meningkatkan investasi di sector property dengan mengeluarkan kebijakan yang
mendorong pembangunan perumahan, khususnya bagimasyarakat yang
berpenghasilan rendah, membuka peluang investasi yang lebih besar di sector
property.
f. Kehidupan social
Kondisi social masyarakat kacau akibat lemahnya hokum dan kondisi ekonomi negara
yang tak kunjung membaik mengakibatkan sering terjadi gesekan-gesekan dalam
masyarakat. Namun, seriring dengan waktu keberhasilan pemerintah era Reformasi
dalam mengatasi maslaha yang tengah dihadapi, kehidupan social masyarakat
Indonesia angsur-angsur kembali kondusif. Pada masa Reformasi mesyarakat lebih
bebas mengapresiasikan berbagai aspirasinya. Hal ini didukung dengan adanya
reformasi di bidang komunikasi.
g. Kebudayaan
Dalam bidang ini dilakukan upaya pelestarian budaya dengan mendaftarkan warisan
budaya Indonesia ke United Nations Educational, Scientific, and Cultural Oganization
(UNESCO) atau organisasi Pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan perserikatan
bangsa-bangsa. Upaya ini dilakukan untuk menghindari klaim negara lain terhadap
warisan budaya Indonesia

Anda mungkin juga menyukai