Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SEJARAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7 :
1. Adinda Putri Aruan
2. Devita Kharisma
3. Wahyunita Hartanti
4. Dhiyaun Nazib
5. Abdhi Setia N.

KELAS : XI IPS 1

SMA NEGERI 1 KALIANDA


JL. KOLONEL MAKMUN RASYID NO. 149 KALIANDA
LAMPUNG SELATAN
TP. 2020
SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

Makin luasnya medan gerilnya dan seringnya serangan balasan yang


dilakukan TNI menyebabkan Belanda harus membagi tentaranya di berbagai
pos di luar kota, seperti Gamping, Bantul, Ganjuran, Barongan, Bantar
Cebongan, Medari, Beran, dan Kaliurang.

Tujuan dilakukannya serangan umum 1 Maret 149 yaitu :


1. Menunjukkan kepada internasional pemerintahan RI dan TNI masih ada,
2. Mendukung perjuangan diplomasi pemerintahan RI di Forum PBB,
3. Mendorong terjadinya perubahan sikap Amerika yang berbalik menekan
Belanda agar melakukan perundingan dengan pihak RI,
4. Meningkatkan moral rakyat dan TNI yang sedang bergerilnya, dan
5. Mematahkan moral dan semangat pasukan Belanda.
PERSETUJUAN ROEM-ROYEN

Persetujuan (statements) ini terjadi pada tanggal 7 Mei 1949. Masing


– masing pernyataan itu adalah sebagai berikut.

1. Pernyataan Mr. Moh. Roem (Indonesia)


Isi pernyataan adalah sebagai berikut.
1) Mengeluarkan perintah kepada “pengikut” RI yang
bersenjata untuk menghentikan perang gerilnya.
2) Kerjasama dalam hal pengembalian perdamaian dan menjaga
keamanan dan ketertiban.
3) Turut serta dalam KMB di Den Haag dengan maksud untuk
mempercepat “penyerahan” kedaulatan yang sungguh-
sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat
dengan tidak bersyarat.
2. Dr. van Royen (Belanda)

Isi pernyataan adalah sebagai berikut.


1) Menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta.
2) Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan
membebaskan semua tahanan politik.
3) Tidak akan mendirikan atau mengakui Negara-negara yang
ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember
1949 dan tidak akan meluaskan Negara atau daerah
dengan merugikan republik.
4) Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat.
5) Berusaha dengan sungguh-sungguh afar KMB segera
diadakan sesudah pemerintah republik kembali ke
Yogyakarta.
Perundingan itu menghasilkan tiga keputusan, yaitu sebagai
berikut.
1) Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta
akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1948.
2) Perintah penghentian perang gerilnya akan diberikan setelah
pemerintah Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada
tanggal 1 Juli 1949.
3) Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den
Haag.
YOGYA KEMBALI

Sebagai pelaksanaan dari kesepakatan Roem-Royen, maka pada


tanggal 29 juni 1949, pasukan Belanda ditarik mundur ke luar
Yogyakarta. Setelah itu, TNI masuk ke Yogyakarta. Peristiwa
keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke Yogyakarta
dikenal dengan peristiwa Yogya Kembali. Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
KONFERENSI INTER – INDONESIA

Konferensi Inter – Indonesia merupakan konferensi yang


berlangsung antara Negara Republik Indonesia dengan Negara-
negara boneka atau Negara bagian bentukkan Belanda yang
tergabung dalam BFO (Bijenkomst voor Federal Overlag) Konferensi
Inter – Indonesia berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19 – 22
Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad
Hatta. Karena mendapat simpati dari Negara-negara BFO ini maka
pimpinan-pimpinan Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO
jugalah yang turut berjasa dalam terselenggaranya Konferensi Inter
– Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi dilaksanakan
Konferensi Inter – Indonesia. Ir. Soekarno menyebut Konferensi ini
sebagai “trace baru” bagi arah perjuangan Indonesia.
Hasil kesepakatan dari Konferensi Inter-Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik
Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan
federalism (Serikat).
b. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh
menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada presiden.
c. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari
Republik Indonesia maupun dari Kerajaan Belanda.
d. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional dan
presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
e. Pembentukan Angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal
bangsa Indonesia sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk
oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan KNIL serta
kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.
KONFERENSI MEJA BUNDAR

Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia,


Belanda, dan perwakilan badan yang mengurusi sengketa antara
Indonesia-Belanda. Berikut ini para delegasi yang hadir dalam
KMB.
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, dan
Prof. Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
Setelah melakukan perundingan cukup lama, maka diperoleh hasil
dari konferensi tersebut. Berikut merupakan hasil KMB.
a. Belanda mengakui RIS sebagai Negara yang merdeka dan
berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30
Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan dirundingkan lagi dalam waktu 1 tahun
setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni
Indonesia-Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan
catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara kerajaan Belanda Selekas mungkin ditarik mundur,
sedang tentara Kerajaan Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan
dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang
diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
PEMBENTUKAN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

Pada tanggal 29 Oktober 1949 dapat ditandatangani Piagam


Persetujuan Konstitusi RIS dan Piagam Persetujuan Konferensi RIS
anatara Republik Indonesia dengan BFO. Hasil keputusan KMB
diajukan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Selanjutnya KNIP, bersidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk
membahas hasil-hasil itu. Pembahasan hasil KMB oleh pihak KNIP
dilakukan melalui pemungutan suara dengan KNIP menerima hasil
KMB.
PENGAKUAN KEDAULATAN

Sesuai hasil KMB, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan upacara


pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah
RIS. Upacara pengakuan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu
Den Haag dan Yogyakarta secara bersamaan. Dalam acara
penandatanganan pengakuan kedaulatan di Den Haag, Ratu Yulina
bertindak sebagai wakil Negara Belanda dan Drs. Moh. Hatta
sebagai wakil Indonesia. Sementara itu dalam upacara pengakuan
kedaulatan yang dilakukan di Yogyakarta, pihak Belanda diwakili
oleh Mr. Lovink (Wakil Tertinggi Pemerintah Belanda) dan pihak
Indonesia diwakili Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
KEMBALI KE NEGARA KESATUAN
Pada bulan Januari 1950, mulai muncul gerakan untuk mengubah
bentuk Negara RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Pada tanggal 20 Februari 1950, pemerintah mengusulkan
undang-undang (RUU) tentang tata cara perubahan susunan
kenegaraan RIS kepada DPR RIS. Pada tanggal 5 April 1950, hampir
seluruh Negara bagian dan satuan-satuan kenegaraan otonomi telah
bergabung dengan Republik Indonesia. Penggabungan ini dipelopori
oleh Negara Madura dan Negara Jawa Timur yang memahami
kehendak rakyatnya, kecuali bagian Indonesia Timur dan bagian
Sumatra Timur. Namun demikian, dengan pendekatan dan ajakan
pemerintah RIS terhadap Negara Sumatra Timur (NST) dan Negara
Indonesia Timur (NIT) agar bergabung kembali dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), usaha pemerintah berhasil
mengajak kedua Negara bagian tersebut bergabung dan mengawali
penyelenggaraan konferensi bersama.

Anda mungkin juga menyukai