Kelas XII
SEJARAH INDONESIA
Perjuangan Mewujudkan Kembali
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Nkri)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami Perundingan Roem Royen.
2. Memahami Konferensi Meja Bundar.
3. Memahami Terbentuknya NKRI.
4. Memahami Perebutan Irian Barat.
A. Perundingan Roem-Royen
1. Pembentukan Negara Boneka Belanda
2. Perundingan Roem-Royen
Perundingan ini merupakan perundingan pendahuluan sebelum Konferensi Meja
Bundar (KMB). Latar belakang adanya perundingan ini adalah keberhasilan Serangan
Umum 1 Maret 1949. Serangan tersebut kemudian memaksa Belanda untuk
berunding lagi dengan Indonesia. Pada 14 April 1949 diadakan perundingan Roem-
Royen (ejaan lama: Roem-Roijen) di bawah pengawasan United Nations Commission
for Indonesia (UNCI) perubahan dari Komisi Tiga Negara (KTN). Adapun delegasi yang
hadir adalah sebagai berikut.
a. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh. Roem, beberapa anggotanya adalah Ali
Sastroamijoyo, Dr. Leimena, Ir. Djuanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary.
b. Delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. J.H. Van Royen dengan anggotanya yakni
Blom, Jacob, dr. Van, dr. Gede, Dr. P.J. Koets, Van Hoogstratendan, dan Dr.
Gieben.
c. UNCI dipimpin oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat, dibantu Critchley dari
Australia dan Harremans dari Belgia.
Perundingan Roem-Royen diadakan di Jakarta pada 7 Mei 1949 di Hotel des Indes,
Jakarta dengan beberapa kesepakatan berikut.
a. Pernyataan delegasi Indonesia, yaitu:
1.) menghentikan perang gerilya; dan
2.) bekerja sama mengembalikan keamanan.
KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut
para delegasi yang hadir dalam KMB.
1. Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta
2. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
3. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
4. UNCI diwakili oleh Chritchley.
Dampak dari KMB adalah terbentuknya RIS, pelimpahan utang Hindia Belanda kepada
Indonesia sebanyak 4 miliar gulden yang dibayarkan dalam kurun waktu 1950-1956 yang
kemudian tidak dibayarkan lagi, dan kemunculan konflik antara Indonesia dan Belanda
akibat status Irian Barat.
C. Terbentuknya NKRI
1. Republik Indonesia Serikat (RIS)
Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah negara federasi di wilayah Indonesia
yang berdiri pada 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam
Konferensi Meja Bundar, yaitu:
a. Republik Indonesia;
b. Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO); dan
c. Belanda.
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RIS dilaksanakan pada 17 dan 20 Desember
1949, sedangkan serah terima jabatan Presiden RI dilakukan pada 27 Desember
1949. Adapun RIS terdiri dari beberapa negara bagian sebagai berikut.
Selain negara bagian, RIS juga mempunyai wilayah otonom yang tidak tergabung
dalam federasi, yaitu sebagai berikut.
RIS berumur tidak lebih dari 1 tahun karena tidak didukung oleh rakyat Indonesia.
Selain itu, pembentukan RIS menimbulkan kekhawatiran, Indonesia akan lebih
mudah dipecah belah. Oleh sebab itu, RIS resmi dibubarkan pada 17 Agustus 1950.
Gerakan untuk memperjuangkan kembalinya NKRI itu disikapi positif oleh negara
bagian dan pemerintah RIS. Hal ini terlihat pada 8 Maret 1950 dengan pengesahan
Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1950, yang berisi pembentukan provinsi
Jawa Barat. Undang-undang yang mengesahkan penghapusan Negara Pasundan dan
kemudian digunakan sebagai dasar hukum penggabungan negara-negara bagian
dan satuan kenegaraan RIS.
Pada 5 April 1950, negara bagian RIS hanya tinggal Negara Sumatera Timur (NST),
Negara Indonesia Timur (NIT), dan Republik Indonesia (RI). Pemerintah RIS berusaha
sisa negara bagian RIS bergabung kembali dengan RI dalam NKRI. Usaha pemerintah
berhasil mengajak kedua negara bagian tersebut bergabung dan mengawali
penyelenggaraan konferensi bersama, yaitu sebagai berikut.
Panitia Penyusunan UUD Negara Kesatuan berhasil menyusun UUD baru dengan
nama Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) yang ditandatangani
Presiden Soekarno pada 15 Agustus 1950. Pada hari yang sama, pemangku jabatan
Presiden Republik Indonesia, Mr. Assaat menyerahkan mandatnya kepada Presiden
Soekarno.
Pada 17 Agustus 1950, secara resmi RIS telah dibubarkan dan sebagai gantinya
berdirilah NKRI. Sebagai bentuk pengakuan internasional terhadap NKRI, pada 28
September 1950, Indonesia diterima menjadi anggota PBB yang ke-60.
Akibat dari tidak pernah adanya niat baik Belanda untuk menyelesaikan masalah
Irian Barat secara diplomasi, pemerintah Indonesia mengambil beberapa langkah
tegas sebagai berikut.
a. Penghapusan Uni Indonesia-Belanda pada 10 Agustus 1954 karena dinilai sudah
tidak berguna bagi Indonesia.
b. Pada 3 Mei 1956 melakukan pembatalan hasil KMB oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo
II karena Belanda dianggap sudah mengingkari hasil KMB.
c. Pada 17 Agustus 1956, Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat yang
berkedudukan di Saosiu dan menunjuk Sultan Tidore, Zaenal Abidin Syah sebagai
gubernur.
d. Pada 17 Agustus 1960 Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan
Belanda.
Bunker mengajukan usul pada Maret 1962 yang dikenal Sumber: id.wikipedia.org
2. Konfrontasi Ekonomi
Selain melalui diplomasi, usaha perjuangan untuk membebaskan Irian Barat juga
dilakukan menggunakan jalur ekonomi. Pada upaya perjuangan pengembalian
Irian Barat melalui Sidang Umum PBB pada 1957, Menteri Luar Negeri Indonesia,
Subandrio menyatakan akan menempuh jalan lain berupa konfrontasi ekonomi.
Pada 5 Desember 1957, Pemerintah Indonesia melarang semua film yang berbahasa
Belanda, kapal terbang Belanda juga dilarang mendarat dan terbang di wilayah RI.
3. Trikora
a. Latar Belakang Trikora
Usaha penyelesaian sengketa Indonesia-Belanda terhadap status Irian Barat
cukup alot. Diplomasi dan kebijakan tegas seperti konfontasi ekonomi yang coba
dilakukan oleh Indonesia sejak 1950 hingga 1960 belum membuahkan hasil.
Oleh sebab itu, tindakan Belanda terhadap Irian Barat dijawab Indonesia
pada 19 Desember 1961 melalui Tri Komando Rakyat (Trikora) diucapkan oleh
Presiden Soekarno dalam sebuah pidato di alun-alun utara Yogyakarta. Trikora ini
digelorakan oleh Soekarno.
b. Persiapan Trikora
Guna mendukung dan melaksanakan perintah Trikora, pada 11 Januari 1962
Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang
berkedudukan di Makassar.
Komando Mandala memilik tugas yang amat kompleks dan berat karena
harus mengumpulkan dan mengoordinasikan seluruh kekuatan negara dalam
waktu yang amat singkat. Tugas berat ini tetap dilaksanakan guna mendukung
terwujudnya penyatuan Irian Barat ke dalam Indonesia.
Militer
Pada Desember 1960, Menteri Keamanan Nasional/Kasad, Jenderal A.H.
Nasution diutus Indonesia untuk berangkat ke Moskow. Jenderal A.H. Nasution
berhasil mengadakan perjanjian jual beli senjata kepada Uni Soviet. Bantuan
militer Uni Soviet menyebabkan Indonesia memiliki kekuatan militer terkuat di
belahan bumi selatan.
Diplomasi
Indonesia mendekati negara-negara seperti India, Pakistan, Australia, Selandia
Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman, dan Prancis agar mereka tidak memberi
dukungan kepada Belanda apabila pecah perang antara Indonesia dan Belanda
akibat sengketa Irian Barat. Melihat situasi ini, Ellsworth Bunker, diplomat
Amerika Serikat yang sebagai utusan PBB, mengajukan usul yang dikenal
sebagai Rencana Bunker pada 1962. Rencana Bunker ini diterima dengan baik
oleh Indonesia namun ditolak Belanda. Sikap keras Belanda ini mendorong
Indonesia menggelar Operasi Jayawijaya untuk membebaskan Irian Barat.
Ekonomi
Indonesia mengadakan konfrontasi ekonomi yang ditandai dengan keluarnya
UU Nomor 86 Tahun 1958 tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda di
Indonesia.
Melihat keadaan yang tidak seimbang karena ketiga kapal Indonesia tidak membawa
torpedo maka, Komodor Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur, namun kendali
KRI Macan Tutul macet sehingga kapal itu terus membelok ke kanan. Kapal Belanda
mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang sehingga kapal Belanda
terkonsentrasi menembaki KRI Macan Tutul. KRI Macan Tutul tenggelam beserta
awaknya sebagai kusuma bangsa, tetapi tindakan KRI Macan Tutul menyebabkan
kedua kapal Indonesia lainnya yaitu KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang berhasil
selamat.
Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan
terakhirnya yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran".
Isi perintah Panglima Mandala itu adalah semua pasukan menaati perintah
penghentian tembak-menembak dan mengadakan kontak dengan perwira-
perwira peninjau PBB yang disertai oleh Brigjen Achmad Wiranatakusumah,
Kolonel Udara I Dewanto, dan Letnan Kolonel Laut Nizam Zachman.
Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio dan Belanda diwakili oleh
Jan Herman van Royen dan C.W.A. Schurmann, sedangkan sebagai penengah adalah
Ellsworth Bunker dari Amerika Serikat.
Sejak PBB menyerahkan Irian Barat pada September Gambar 10. Bendera Bintang
Kejora, milik OPM
1963, pemerintah Indonesia langsung membubarkan
Sumber: id.wikipedia.org
Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan
lagu kebangsaan Papua. Keputusan ini ditentang oleh banyak pihak di Papua.
Berikut adalah latar belakang kemunculan OPM.
a. Ketidakpuasan terhadap Perjanjian New York yang tidak menyertakan wakil Irian
Barat sebagai pihak yang disengketakan.
b. Ketidakpuasan terhadap Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) karena Indonesia
telah mengubah teknis pelaksanaannya dari One Man One Vote berubah menjadi
sistem musyawarah dengan membentuk Dewan Musyawarah Pepera (DMP) yang
jumlah anggotanya 1.025 orang setelah dipilih oleh Indonesia.
c. Adanya kesenjangan ekonomi antara pulau Indonesia yang lain dengan Pulau
Irian Barat, padahal Irian Barat penuh dengan sumber daya alam.
d. Pemerintahan di Irian Barat didominasi oleh etnis non-Papua.
Hasil Pepera kemudian dibawa ke forum PBB untuk dilaporkan dalam Sidang Umum
PBB ke 24 pada 19 November 1969. Dalam sidang tersebut PBB menyetujui resolusi
Belanda, Thailand, Malaysia, Belgia, Luxemburg serta Indonesia untuk menerima
hasil Pepera.
Kekuasaan Indonesia atas Irian Barat dikukuhkan dalam Pepera pada 1969. Hasil
dari Pepera adalah Irian Barat resmi menjadi bagian wilayah Indonesia dan hasil ini
diterima dalam sidang umum PBB ke-24.
Irian Barat menjadi provinsi Indonesia ke-26 dan penggunaan nama Irian Barat
bertahan hingga 1973 yang kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Presiden
Suharto.