Anda di halaman 1dari 2

B.

PERJUANGAN DIPLOMASI

Perlawanan rakyat Indonesia menyadarkan Sekutu, yang harus mengakui adanya Negara
Republik Indonesia secara de facto. Inggris sebagai wakil Sekutu berusaha mempertemukan
Indonesia – Belanda ke meja perundingan.
1. Perundingan Linggarjati.
Pada tanggal 11 – 15 November 1946 diadakan perundingan di Linggarjati, Jawa Barat.
Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir, Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn , sebagai
penengah dipimpin Lord Killearn dari Inggris.
Isi pokok perundingan Linggarjati antara lain sebagai berikut.
1. Pemerintah Belanda mengakui kekuasaan secara de facto pemerintahan RI atas wilayah Jawa,
Madura, dan Sumatera. Daerah – dareah yang diduduki Sekutu atau Belanda secara berangsur –
angsur akan di kembalikan kepada RI.
2. Akan dibentuk Negara Indonesia Serikat ( NIS ) yang meliputi seluruh wilayah Hindia –
Belanda (Indonesia) sebagai negara berdaulat.
3. Pemerintah Belanda dan RI akan membentuk Uni Indonesia – Belanda yang dipimpin oleh raja
Belanda.
4. Pembentukan NIS dan Uni Indonesia – Belanda diusahakan sudah selesai sebelum 1 Januari
1949.
5. Pemerintah RI mengakui dan akan memulihkan serta melindungi hak milik asing.
6. Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk mengadakan pengurangan jumlah tentara.
7. Bila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perundingan ini, akan menyerahkan masalahnya
kepada Komisi Arbitrase.
Perundingan Linggarjati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947.

2. Agresi Militer Belanda 1


Perselisihan pendapat akibat perbedaan penafsiran dalam melaksanakan Perjanjian
Linggarjati antara Indonesia dan Belanda, tanggal 21 Juli 1947, tengah malam Belanda
melancarkan serangan ke daerah Republik Indonesia yang dikenal dengan Agresi Militer I. 
Tindakan Belanda ini membuat Inggris kecewa, kemudian membawa masalah Indonesia-
Belanda ke Dewan Keamanan PBB. Pada taggal 3 Agustus 1947, Kewan Keamanan PBB
mengeluarkan resolusinya dan memerintahkan kepada Van Moock untuk menghentikan
tembak-menembak.
3. KOMISI TIGA NEGARA (KTN).
Pada tanggal 18 September 1947 DK PBB membentuk Committee of Good Offices (Komisi Jasa-
Jasa Baik) atau yang lebih dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN) karena beranggotakan Tiga
Negara. Belanda menunjuk Belgia sebagai anggota, Indonesia memilih Australia dan Amerika
Serikat sebagai penengah.
1. Australia yang dipilih oleh Indonesia diwakili oleh Richard C. Kirby
2. Belgia yang dipilih oleh Belanda diwakili oleh Paul van Zeeland
3. Amerika Serikat sebagai pihak yang netral menunjuk Dr. Frank Graham.
Tugas KTN :
1. Menguasai secara langsung penghentian tembak menembak sesuai dengan resolusi PBB
2. Menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda.
3. Memasang patok-patok wilayah status quo yang dibantu oleh TNI
4. Mempertemukan kembali Indonesia dan Belanda dalam Perundingan Renville.

4. Perjanjian Renville
Perjanjian Renville secara resmi dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan di
atas kapal Renville, Amerika Serikat yang sedang berlabuh di Tanjung Priok. Indonesia dipimpin
Amir Syarifudin, Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo.
Isi Perundingan Renville :
1. Persetujuan tentang genjatan senjata yang antara lain diterimanya garis demakrasi Van
Mook ( 10 Pasal ).
2. Dasar – dasar politik renville, yang berisi tentang kesediaan kedua belah pihak untuk
menyelesaikan pertikaiannya dengan cara damai ( 12 Pasal ).
3. Enam tambahan dari KTN yang berisi, antara lai tentang kedaulatan Indonesia yang berada
di tangan Belanda selama masa peralihan sampai penyerahan kedaulatan ( 6 Pasal ).

5. . Agresi Militer II : Tekad Belanda Melenyapkan RI


Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan agresinya yang kedua.
Menyerang IstanaNegara dan menangkap para Pejabat Tinggi Negara RI. Sebelum ditangkap
oleh Belanda Presiden Soekarno membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
dengan memberikat mandat kepada Syafruddin Prawiranegara di Bukuittinggi, Sumatra Barat.
Presiden Soekarno juga memberikan mandat kepada Mr. Maramis dan Dr. Sudarsono di New
Delhi, India dan kepada L. N. Palaar di markas Dewan Keamanan PBB di New York.
Panglima Sudirman adalah tokoh yang sangat berjasa dengan memimpin gerakan gerilya dengan
satu paru – paru Sudirman kadang harus ditandu atau dipapah untuk masuk hutan, naik
gunung ,dll. Sungguh heroik perjalanan Sudirman. Saat mencapai enam bulan dengan penuh
derita, lapar, dan dahaga. Sudirman tidak lagi memikirkan harta, jiwa, dan raganya semua
dikorbankan demi tegaknya kedaulatan bangsa dan negara. Pda tanggal 1 Maret 1949
melancarkan seranagn balasan yang kemudian dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogya. Serangan umum yang dilancarkan tanggal 1 Maret 1949 adalah dimaksudkqn untuk
menunjukkan eksistensi TNI. Selama 6 jam Yogyakarta dapat diduduki oleh TNI. Keberhasilan
serangan umum ini kemudian disebarluaskan oleh RRI yang selanjutnya disebarluaskan ke luar
negeri.
Aksi militer Belanda kedua ini ternyata menarik perhatian PBB, karena Belanda secara terang –
terangan tidak mengikuti lagi Persetujuan Renville di depan Committee of Good Offices atau
Komisi Tiga Nengara yang ditugaskan oleh PBB. Pada tanggal 24 Januari 1949, Dewan
Keamanan PBB membuat resolusi, agar RI dan Belanda segera menghentikan permusuhan dan
membebaskan Presiden RI dan para pemimpin politik yang ditawan Belanda serta memaksa
Belanda kembali ke meja perundingan.

Anda mungkin juga menyukai