Anda di halaman 1dari 35

KRONOLOGI SEJARAH

INDONESIA
DARI 1945 - 1965
 PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI
 Sidang PPKI 1,2,3 ( 18,19,22 Agustus 1945)
 SEKUTU / TENTARA AFNEI TIBA DI INDONESIA YANG DIIKUTI OLEH TENTARA NICA BELANDA ( 15
SEPTEMBER 1945 )
 TERJADI PERTEMPURAN – PERTEMPURAN
 MAKLUMAT 3 NOVEMBER DAN 14 NOVEMBER 1945
 PERUNDINGAN LINGGARJATI ( 15 NOVEMBER 1946 )
 AGRESI MILITER BELANDA KE 1 ( 21 JULI 1947 )
 KTN atas Prakarsa DK PBB
 PERUNDINGAN RENVILLE ( 8/12/1947 – 17/1/1948 )
 PKI MADIUN ( 18 SEPTEMBER 1948 )
 AGRESI MILITER BELANDA KE 2 ( 19 DESEMBER 1948 )
 Serangan Umum 1 Maret 1949
 Perundingan Roem Royen ( 7 Mei 1949 )
 DI / TII ( 7 AGUSTUS 1949 )
 KONFERENSI MEJA BUNDAR ( 27 DESEMBER 1949 )
 RIS ( 27 DESEMBER 1949 )
Isi Perundingan Linggarjati
 Perundingan Linggarjati atau Perundingan kuningan adalah suatu perundingan antara Indonesia dan
Belanda di Linggarjati, kuningan, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status
kemerdekaan Indonesia
 Latar Belakang : Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan
'status quo' di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti
contohnya peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk
menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia.
 Dalam perjanjian tersebut terdapat beberapa tokoh yang datang sekaligus mewakili masing-masing pihak.
Para tokoh yang terdapat dalam perjanjian bersejarah tersebut,yaitu: [5]
• Pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir sebagai ketua. Ditemani oleh AK Gani, Susanto Tirtoprojo, dan
Mohammad Roem.
• Pihak Belanda diwakili oleh Wim Schermerhorn sebagai ketua dan ditemani oleh Max van Poll, HJ van Mook serta
F de Boer.
• Pihak Inggris selaku penanggung jawab atau mediator diwakili oleh Lord Killearn.
Dokumentasi Perundingan Linggarjati
Perwakilan dalam perundingan Linggarjati
Isi Perundingan Linggarjati
 Hasil perundingan antara lain berisi:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa,
Sumatera,dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949
.
3. Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia
Serikat (RIS).
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Persemakmuran
Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
Dampak Perundinggan Linggarjati

 Perjanjian ini memberikan dampak buruk bagi Indonesia. Indonesia harus kehilangan
wilayah kekuasaannya, berdasarkan perjanjian ini wilayah Indonesia hanya Jawa,
Sumatera, dan Madura. Bagi beberapa pihak kehilangan wilayah ini adalah sebuah
kesalahan besar. Langkah ini terpaksa diambil dengan pertimbangan delegasi Indonesia
adalah kekuatan militer Belanda yang hebat dan militer Indonesia yang apa adanya,
apabila perundingan ini tidak membuahkan hasil akan mengakibatkan perang kembali
yang akan berdampak buruk bagi Indonesia. Selain itu Indonesia harus ikut dalam
Persemakmuran Indonesia-Belanda.[9]
 Namun dalam perjanjian ini Indonesia memiliki dampak positif di mata dunia
Internasional semakin meningkat dengan pengakuan Belanda atas kemerdekaan Indonesia
mendorong negara-negara lain untuk secara sah mengakui kemerdekaan Republik
Indonesia.
Pelanggaran Perundingan Linggarjati

 Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947, Van
Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan
pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat
dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda
Agersi Militer Belanda 1 ( 21Juli 1947 )

 Operatie Product" atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I
adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap Republik Indonesia yang
dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947
 Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan
daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk
dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan
menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri.
 Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan
persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara
Inggris dan tentara Australia.
 Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia
yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.
 Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan
pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya
ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas
Agustinus Adisucipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda
Udara I Adisumarno Wiryokusumo.
 Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatra Timur, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Di Sumatra Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di
Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya
adalah wilayah yang terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
 Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer yang dilakukan
oleh Belanda ke PBB, karena agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu
perjanjian Internasional,
 pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam
agenda Dewan Keamanan PBB. PBB langsung merespons dengan mengeluarkan resolusi
tertanggal 1 Agustus 1947 yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan.
 PBB mengakui eksistensi RI dengan menyebut nama “Indonesia”, bukan “Netherlands
Indies” atau “Hindia Belanda” dalam setiap keputusan resminya
 pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi
penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sebagai
Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih
dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN).
 KTN beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang
dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang netral. Australia diwakili
oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat
menunjuk Dr. Frank Graham.
Perundingan Renville
 Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang terjadi pada
tanggal 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika
Serikat sebagai tempat netral USS Renville, yang berlabuh di Jakarta.[1] Perundingan
dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara, yang
terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Perjanjian ini diadakan untuk
menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian Linggarjati tahun 1946
 Pihak yang hadir pada perundingan Renville
Delegasi Indonesia terdiri dari ketua : Perdana Menteri Amir Sjarifuddin, wakil : Mr. Ali
Sastroamidjojo dan Agus Salim, anggota : Dr. Leimena, Mr. Latuharhary, dan Kolonel
T.B. Simatupang. Delegasi Belanda dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
 Isi perjanjian
Setelah disepakati pada 17 Januari 1948 perjanjian Renville memuat beberapa
persetujuan, yaitu:
1. Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian wilayah
Republik Indonesia.
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda.
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa
Barat dan Jawa Timur.
No Isi Perundingan Linggarjati No Isi Perundingan Renville
1 Belanda mengakui secara de facto wilayah 1 Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta,
Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera,dan dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republik
Madura. Indonesia.

2 Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling 2 Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang
lambat tanggal 1 Januari 1949. memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda

3 Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk 3 TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah
negara Republik Indonesia Serikat (RIS). kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat
dan Jawa Timur.

4 Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung


dalam Persemakmuran Indonesia-Belanda
dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala
uni.
AGRESI MILITER KE 2 ( 19 Desemnber 1948 )
 Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan
terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu,
 Dengan tak – tik perang kilat Belanda melancarkan serangan di semua front RI, serangan diawali
denmgan penerjunan pasukan – pasukan payung di Pangkalan Udara Maguwo dan dengan cepat
berhasil menduduki ibu kota Jogjakarta. Presiden dan Wakil Presiden memutuskan untuk tetap
tinggal di ibu kota
PDRI
 Sebagai akibat dari keputusan untuk tetap berada di ibu kota terjadi penangkapan terhadap
Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya
 Namun kelangsungan pemerintahan RI dapat dilanjutkan dengan baik, karena sebelum
pihak Belanda sampai di istana presiden Soekarno telah berhasil mengirimkan radiogram
yang berisi mandate kepada meteri Kemakmuran Syafrudin Prawira Negara yang sedang
melakukan kunjungan ke Sumatra untuk membentuk PDRI
 Perintah sejenis juga diberikan kepada AA Maramis saat itu menjabat sebagai Menteri
keuangan yang sedang ada di India, apabila Syafrudin gagal melaksanakan kewajiban
Syafrudin Prawiranegara dan Alexsander Adries
Maramis
Patung siapakah?
Serangan Umum 1 Maret 1949
 Pada saat pemimpin RI ditangkap oleh Belanda dalam AM II, Panglima TNI Jenderal
Sudirman memimpin gerilya memimpin perang gerilya yang sebelumnya telah
mendapatkan surat dari Sri Sultan HB IX
 Pada tanggal 1 Maret 1949 pada pukul 06.00 sewaktu sirine berbunyi sebagai tanda
berakhirnya jam malam, serangan umum dilancarkan dari segala penjuru, Letkol Soeharto
langsung memegang komando menyerang pusat kota.
 Selama enam jam ( 06.00 – 12.00 ) TNI berhasil menduduki Jogjakarta
 Keberhasilan serangan umum ini kemudian disebarluaskan melalui berita RRI
 Serangan Umum tersebut sangat berarti bagi bangsa Indonesia apa ?
Jendral Sudirman
Perang gerilya
Perundingan Roem Royen

 Perjanjian Roem-Roijen adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang
dimulai pada tanggal 17 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949
di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad
Roem dan Herman van Roijen
Isi dari perjanjian ini sebenarnya lebih merupakan
pernyataan kesediaan berdamai antara kedua belah pihak.
Dalam perjanjian itu, pihak delegasi Republik Indonesia
menyatakan kesediaannya untuk:
1. Mengeluarkan perintah kepada “pengikut Republik yang bersenjata” untuk menghentikan
perang gerilya.
2. Bekerjasama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan.
3. Turut serta dalam KMB di Den Haag, dengan maksud untuk mempercepat penyerahan
kedaulatan yang sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak
bersyarat
Sedangkan pihak delegasi Pemerintah Belanda saat itu menyatakan
kesediaannya untuk:

1. Menyetujui kembalinya pemerintahan Indonesia ke Yogyakarta.


2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.
3. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai
oleh Republik Indonesia sebelum 19 Desember 1949, dan tidak akan meluaskan negara
atau daerah dengan merugikan Republik.
4. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
5. Berusaha dengan sesungguh-sungguhnya supaya KMB segera diadakan setelah pemerintah
Republik kembali ke Yogyakarta.
Pasca Perundingan Roem - Royen

 Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta, ibu kota
sementara Republik Indonesia. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roem-
van Roijen dan Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 menyerahkan kembali
mandatnya kepada Soekarno dan secara resmi mengakhiri keberadaan PDRI pada tanggal
13 Juli 1949.[5]
 Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11
Agustus) dan Sumatra (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan
tentang semua masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua Belanda
Kembalinya pemimpin negara dari penangkapan
dalam AM II
KMB KONFERENSI MEJA BUNDAR23 Agustus
hingga 2 November 1949
 Perjanjian Roem – Royen belum menyelesaikan masalah Indonesia Belanda, salah satu
agenda yang disepakati Indonesia – Belanda adalah menyelenggarakan KMB
 Dalam Konferensi Meja Bundar, ada beberapa delegasi atau wakil dari masing – masing
pihak.
1. Drs. Moh Hatta ditunjuk sebagai delegasi dari Indonesia,
2. J.H. van Maarseven mewakili Belanda,
3. Sultan Hamid II mewakili BFO.
4. Chritchley sebagai pihak netral dari pihak UNCI (PBB)
Isi Perundingan KMB
 Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada
Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena
itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
 Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada
Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.
 Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949
NEGARA BAGIAN RIS HASIL DARI KMB

 RI
 NEGARA INDONESIA TIMUR
 NEGARA SUMATRA TIMUR
 NEGARA JAWA TIMUR
 NEGARA SUMATRA SELATAN
 NEGARA MADURA
 NEGARA PASUNDAN
 PEMBRONTAKAN APRA ( 23 JANUARI 1950 )
 PEMBRONTAKAN ANDI AZIS ( 5 APRIL 1950 )
 RMS ( 25 APRIL 1950 )
 RIS DIBUBARKAN DAN KEMABLI KE NKRI ( 17 AGUSTUS 1950 )
 PRRI PERMESTA ( 15 JANUARI 1958 )
 G.30.S/PKI ( 30 SEPTEMBER 1965 )
 MASA ORDEBARU ( 1965 – 1998 )
Naskah Proklamasi

Anda mungkin juga menyukai