Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Antara Perang dan Damai dalam
Diplomasi”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah,
selain itu sebagai bahan acuan pembelajaran bagi orang-orang yang ingin mengetahui
bagaimana peran penting diplomasi dalam hubungan Indonesia dan Belanda seperti
perang dan damai.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan,
sehingga kami sangat memohon kritik dan saran agar kami dapat berkembang serta
dapat menciptkan makalah-makalah yang lebih baik dari ini.
Sekian dan terima kasih.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
A. Perjanjian Linggarjati
B. Agresi Militer I
C. Komisi Tiga Negara (KTN)
D. Perjanjian Renville
E. Agresi Militer II
F. Perjanjian Roem Royyen
G. Konfrendi Meja Bundar (KMB)
Latar Belakang
Selepas proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia belum sepenuhnya diakui dunia. Jalur diplomasi
menjadi jalan yang dipilih untuk menggalang pengakuan dunia di tengah ancaman
militer Belanda yang berencana merebut kembali Indonesia dengan memanfaatkan
sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II
Dua hari setelah kemerdekaan, kabinet pertama Republik Indonesia dibentuk.
kabinet pertama ini meliputi 19 menteri, salah satunya Kementrian Luar Negeri
dimana Ahmad Soebardjo tercatat sebagai Menteri Luar Negeri pertama (2 September
1945 - 14 November 1945).
Kabinet ini tak bertahan lama, sejak 14 November 1945 terjadi sejumlah
perubahan yang memunculkan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri dalam Kabinet
II RI. Perubahan ini termasuk Perubahan sistem Pemerintahan dari Presidensial ke
bentuk ministerial. Sejak itu Pemerintah RI menempuh kebijakan politik diplomasi
untuk berunding dengan Belanda.
Menurut laman Kementrian Luar Negeri tercatat tiga perundingan penting dalam
periode awal tugas diplomasi mempertahankan kemerdekaan, yakni perundingan
Linggarjati pada 1946 - 1947 (pengakuan kedaulatan RI meliputi jawa, Madura dan
Sumatera); Perundingan Renville pada 1947 - 1948 (kesepakatan gencatan senjata
dan penambahan wilayah Belanda); dan konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949
(pengakuan kedaulatan Indonesia).
5. Pem. Belanda dan RI akan bentuk Uni Indoneia - Belanda Selesai Sebelum
1/1/1949
6. Pem. RI mengakui,akan memulihkan dan lindungi hak milik asing
7. Pem. Rid an belanda sepakat untuk kurangi jumlah tentara kalau ada
perselisihan,akan di selesaikan oleh komite arbitrase.
B. Agresi Militer 1
1. Pada tanggal 21/7/1947 -> Belanda menyerang Indonesia.Menguasai
seluruh pelabuhan di jawa. Penangkapan orang china di Jawa Barat
Bangsawan di sumatera dibunuh.
2. Pada tanggal 29/8/1947 -> Belanda deklarasikan garis demarkasi Van
Mook yang membuat wilayah Indoneia lebih sedikit.
3. Pada ranggal 18/9/1947 -> Komisi 3 negara di bentuk untuk menyelesaikan
masalah.
Para diplomat Indonesia seperti Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, Sudjatmoko, dan Charles Tambu saat itu menyampaikan laporan
mengenai situasi di Indonesia akibat Agresi Militer Belanda.
KTN akhirnya dibentuk sebagai badan arbitrase. Arbitrase adalah cara penyelesaian
sengketa di luar peradilan umum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
1. Delegasi dari Belgia yang mewakili Belanda dalam Komisi Tiga Negara
adalah Paul van Zeeland
2. Anggota KTN dari Australia yang menjadi wakil dari Indonesia adalah
Richard C. Kirby
3. Delegasi dari Amerika Serikat perwakilan Belanda dan Indonesia dalam
Komisi Tiga Negara adalah Dr. Frank B. Graham
Tugas Pokok Komisi Tiga Negara
Tugas Pokok Komisi Tiga Negara adalah menyelesaikan konflik antara Indonesia
dan Belanda dan memberikan jasa-jasa baik. Anggota KTN mulai bekerja sejak 27
Oktober 1947. Sejak dikeluarkannya resolusi Dewan Keamanan pada 1 November
1947, tugas KTN tidak hanya di bidang politik, tetapi juga di bidang militer.
Perwakilan KTN dalam perundingan Renville terdiri dari negara Australia, Belgia
dan Amerika. Perjanjian Renville sendiri ditandatangani pada 17 Januari 1948.
E. Agresi Militer II
1. Sudah ada tanda-tanda Belanda akan langgar Renville.
3. Pemerintahan RIS akan diatur dengan konstitusi oleh para delegasi di KMB.
Dan Kemudian Pada tanggal 17/8/1950 RIS berakhir, dan terbentuklah NKRI.
BAB III
KESIMPULAN
Secara garis besar kita mengetahui korelasi antara damai, perang dan diplomasi.
Ketiga konsep inipun mempunyai keterikatan satu sama lain. Ketika diplomasi berhasil
maka akan damai, ketika diplomasi gagal maka akan perang. Itulah pameo yang terkenal
pada zaman perang – perang dulu. Sekarang diplomasipun berkembang, bahwa
diplomasi bukan sebatas berbicara mengenai keamanan melainkan berbagai bidang.
Karena diplomasi yang diketahui sebagai perpanjangan tangan dari politik luar negeri
yang notabenenya untuk mencapai kepentingan sebuah Negara. Dan efek yang
ditimbulkannya pun beragam.
Benar ketika terputusnya hubungan diplomatic adalah akhir dari perdamaian.
Tetapi peran diplomasi tidak hanya sampai di situ, karena setelah terputusnya hubungan
diplomasi suatu negara akan membuat negara yang berkonflik itu akan mencari aliansi
dengan cara berdiplomasi dengan negara-negara yang searah dengan National Interest
nya. Hal inilah yang membuat dunia menjadi semakin multipolar, karena munculnya
kekelompok baru ketika kelompok sebelumnya terpecah.
Yang menjadi penekanan khusus disini adalah bagaimana peranan kuat
diplomasi untuk mencapai tujuan sebuah Negara dalam melaksanakan politik luar
negerinya. Peranan diplomasi yang kuat menjadi salah satu asset yang berharga. Sebuah
Negara besar ditentukan oleh luas wilayah, jumlah penduduk (kuantitas & kualitas) dan
pemerintahan yang kuat baik internal maupun eksternal. Untuk mempunyai kekuatan
eksternal yang cukup maka diplomasi diperlukan bahkan sangat diperlukan. Ambil saja
contoh bagaimana Negara besar seperti Amerika Serikat seringkali menghiasi berita –
berita Internasional dikarena kekuatan diplomasi Amerika Serikat yang mampu
mempengaruhi bahkan mengendalikan institusi, Negara, kelompok dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : Serambi Mekah