Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Antara Perang dan Damai dalam
Diplomasi”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah,
selain itu sebagai bahan acuan pembelajaran bagi orang-orang yang ingin mengetahui
bagaimana peran penting diplomasi dalam hubungan Indonesia dan Belanda seperti
perang dan damai.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan,
sehingga kami sangat memohon kritik dan saran agar kami dapat berkembang serta
dapat menciptkan makalah-makalah yang lebih baik dari ini.
Sekian dan terima kasih.

Timpeh, 12 Januari 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN
A. Perjanjian Linggarjati
B. Agresi Militer I
C. Komisi Tiga Negara (KTN)
D. Perjanjian Renville
E. Agresi Militer II
F. Perjanjian Roem Royyen
G. Konfrendi Meja Bundar (KMB)

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Selepas proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia belum sepenuhnya diakui dunia. Jalur diplomasi
menjadi jalan yang dipilih untuk menggalang pengakuan dunia di tengah ancaman
militer Belanda yang berencana merebut kembali Indonesia dengan memanfaatkan
sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II
Dua hari setelah kemerdekaan, kabinet pertama Republik Indonesia dibentuk.
kabinet pertama ini meliputi 19 menteri, salah satunya Kementrian Luar Negeri
dimana Ahmad Soebardjo tercatat sebagai Menteri Luar Negeri pertama (2 September
1945 - 14 November 1945).

Kabinet ini tak bertahan lama, sejak 14 November 1945 terjadi sejumlah
perubahan yang memunculkan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri dalam Kabinet
II RI. Perubahan ini termasuk Perubahan sistem Pemerintahan dari Presidensial ke
bentuk ministerial. Sejak itu Pemerintah RI menempuh kebijakan politik diplomasi
untuk berunding dengan Belanda.

Perundingan pertama terjadi pada 17 November 1945 di markas besar tentara


sekutu di Jakarta. Perundingan ini berlanjut dengan pengiriman misi diplomatik
pertama Indonesia ke Belanda yang dimulai pada 14 April 1946 di sebuah tempat
bernama Hoge veluwe. Misi tersebut menjadi salah satu awal rangkaian perundingan
panjang antara Indonesia – Belanda.

Menurut laman Kementrian Luar Negeri tercatat tiga perundingan penting dalam
periode awal tugas diplomasi mempertahankan kemerdekaan, yakni perundingan
Linggarjati pada 1946 - 1947 (pengakuan kedaulatan RI meliputi jawa, Madura dan
Sumatera); Perundingan Renville pada 1947 - 1948 (kesepakatan gencatan senjata
dan penambahan wilayah Belanda); dan konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949
(pengakuan kedaulatan Indonesia).

Perjuangan diplomasi Indonesia akhirnya meraih dukungan masyarakat


internasional di perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB). Pada 17 agustus 1950 Indonesia
kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemulihan Indonesia
sebagai Negara kesatuan ini disusul dengan masuknya Indonesia menjadi anggota ke-
60 PBB pada September 1950.
BAB II
PEMBAHASAN

 Tahap – Tahap Pembentukan nama NKRI yaitu meliputi Perjanjian, Agresi


Militer, persetujuan dan konferensi yang terjadi saat berakhirnya RIS dan
terbentuklah NKRI adalah sebagai berikut:

A. Perjanjian linggarjati (11-15/11/1946)


Perjanjian Linggarjati merupakan Perjanjian yang muncul setelah
Belanda melakukan serangan pasca diumumkan kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945. Belanda yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia berusaha
untuk merebut dan menegakkan wilayah kekuasaan di Indonesia.
Adapun nama Tokoh -Tokoh dalam Perjanjian Linggarjati adalah sebagai
berikut:
1. Wakil Belanda : Van Mook
2. Wakil Indonesia : Syahrir

Adapun Hasil dari Perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut:


3. Belanda mengakui kekuasaan defacto Indonesia (Jawa,Madura, dan
Sumatera) Daerah yang di kuasai belanda dan sekutu akan di kembalikan
4. Berangsur-angsur Dibentuk Negara Indonesia Serikat (NIS)

5. Pem. Belanda dan RI akan bentuk Uni Indoneia - Belanda Selesai Sebelum
1/1/1949
6. Pem. RI mengakui,akan memulihkan dan lindungi hak milik asing

7. Pem. Rid an belanda sepakat untuk kurangi jumlah tentara kalau ada
perselisihan,akan di selesaikan oleh komite arbitrase.

B. Agresi Militer 1
1. Pada tanggal 21/7/1947 -> Belanda menyerang Indonesia.Menguasai
seluruh pelabuhan di jawa. Penangkapan orang china di Jawa Barat
Bangsawan di sumatera dibunuh.
2. Pada tanggal 29/8/1947 -> Belanda deklarasikan garis demarkasi Van
Mook yang membuat wilayah Indoneia lebih sedikit.
3. Pada ranggal 18/9/1947 -> Komisi 3 negara di bentuk untuk menyelesaikan
masalah.

C. Komisi Tiga Negara (KTN)


Komisi Tiga Negara (KTN) adalah komisi yang dibentuk Dewan Keamanan PBB
pada 26 Agustus 1947. KTN memiliki satu tugas pokok yaitu sebagai penengah
konflik antara Indonesia dan Belanda dalam Agresi Militer Belanda yang terjadi
pada Juli 1947.

Para diplomat Indonesia seperti Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, Sudjatmoko, dan Charles Tambu saat itu menyampaikan laporan
mengenai situasi di Indonesia akibat Agresi Militer Belanda.

KTN akhirnya dibentuk sebagai badan arbitrase. Arbitrase adalah cara penyelesaian
sengketa di luar peradilan umum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Anggota Komisi Tiga Negara


Anggota KTN terdiri atas Australia yang dipilih Indonesia, Belgia yang dipilih oleh
Belanda, dan Amerika Serikat yang dipilih oleh Belanda dan Indonesia.
Perwakilannya yakni sebagai berikut:

1. Delegasi dari Belgia yang mewakili Belanda dalam Komisi Tiga Negara
adalah Paul van Zeeland
2. Anggota KTN dari Australia yang menjadi wakil dari Indonesia adalah
Richard C. Kirby
3. Delegasi dari Amerika Serikat perwakilan Belanda dan Indonesia dalam
Komisi Tiga Negara adalah Dr. Frank B. Graham
Tugas Pokok Komisi Tiga Negara
Tugas Pokok Komisi Tiga Negara adalah menyelesaikan konflik antara Indonesia
dan Belanda dan memberikan jasa-jasa baik. Anggota KTN mulai bekerja sejak 27
Oktober 1947. Sejak dikeluarkannya resolusi Dewan Keamanan pada 1 November
1947, tugas KTN tidak hanya di bidang politik, tetapi juga di bidang militer.

KTN akhirnya berhasil mempertemukan Indonesia dan Belanda dalam perjanjian


Renville. Atas jasa KTN, Indonesia dan Belanda menerima tawaran pemerintah
Amerika Serikat untuk berunding di atas kapal induk pasukan Amerika Serikat USS
Renville yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta pada 8 Desember 1947.

Perwakilan KTN dalam perundingan Renville terdiri dari negara Australia, Belgia
dan Amerika. Perjanjian Renville sendiri ditandatangani pada 17 Januari 1948.

D. Perjanjian Renville ( 8/12/1947)


Perjanjian Renville adalah sebuah upaya agar menemukan rumusan baru
tentang penyelesaian konflik Indonesia dan Belanda. Namun, pada akhirnya
perjanjian Renville ini dilanggar oleh pihak Belanda, komisi Jasa baik yang
dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB tidak diindahkan oleh Belanda.
Perjanjian Renville merupakan sebagai uji coba Belanda agar mengukur
kekuatan pihak republik, terbukti Belanda melancarkan kembali Agresi yang
kedua dengan target menangkap seluruh pimpinan politik Indonesia serta
membumihanguskan republik. Beberapa pimpinan Indonesia seperti Sukarno,
Hatta, Syahrir dan Agus Salim ditangkap lalu dibuang di Prapat dan Berastagi
Sumatera. Namun sebelum itu, Sukarno-Hatta telah menyerahkan mandat
kepada Syarifuddin Prawiranegara sebagai Ketua PDRI agar menjadi Presiden
dalam keadaan darurat dan memimpin republik di Sumatera Barat.

Adapun hasil dari Perjanjian Renville adalah sebagai berikut:


1. Upaya untuk menyelesaikan masalah di Agresi Militer 1.

2. Delegasi Indonesia dipimpin Amir Syarifuddin


3. Belanda dipimpin : R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo Perjanjian diadakan
diatas kapal Renville.
4. Garis demarkasi Van Mook diterima

5. Sepakat untuk menyelesaikan masalah secara damai

6. Kedaulatan Indonesia berada ditangan belanda selama masa peralihan

E. Agresi Militer II
1. Sudah ada tanda-tanda Belanda akan langgar Renville.

2. Pada tanggal 19/12/1947 -> Agresi Militer II.

3. Ibu kota Jogjakarta berhasil dikuasai .

4. Pimpinan Negara ditawan Belanda.

5. Syarifuddin Prawiranegara membentuk PDRI dengan ibukota Bukittinggi.

6. Panglima Sudirman melakukan perang gerilya.


7. Pada tanggal 24/12/1947 DK PBB membuat resolusi agar Indonesia
dan Belanda berhenti perang dan memerintahkan Belanda untuk
membebaskan tahanan politik.

Kabar pertama pembatalan persetujuan Renville di Yogya berupa serbuan


Belanda pada 19 Desember 1948 (Agresi Militer Belanda II). Penyerangan
dilakukan dengan pemboman Maguwo dan beberapa bangunan penting di
Yogya, seperti RRI. Dalam memasuki Yogya Belanda dibantu oleh KNIL
(Koninklijk Nederlands Indische Leger), pasukan Belanda terdiri dari orang-
orang pribumi. Tentara Belanda kemudian menawan Presiden dan Wakil
Presiden, Syahrir (penasihat Presiden) sejumlah menteri termasuk Menlu Agus
Salim. Tetapi sebelum mereka ditawan, Presiden masih sempat mengirimkan
radiogram berisi pemberian kekuasaan Negara kepada Menteri Kemakmuran
Syafruddin Prawiranegara.3 Yang sedang mengadakan perjalanan di Sumatra,
untuk membentuk Pemerintah Darurat RI (PDRI).
F. Persetujuan Roem Royyen (14/4/1949)
Adapun Tokoh -Tokoh dalam persetujuan Roem Royyen adalah sebagai
berikut:
1. Indonesia : Muh.Roem.

2. Wakil Belanda : Van Royen

3. Wakil AS : Merle Cochran

Adapun hasil dari persetujuan adalah sebagai berikut:

1. Indonesia akan hentikan perang gerilya,ikut dalam KMB di den hag.

2. Belanda mengembalikan RI ke Jogja, bebaskan seluruh tahanan politik,


dan menghentikan gerakan militer dan menyetujui RI sebagai bagian
dari NIS.

Setelah ditandatanganinya Persetujuan Roem-Roijen, maka tentunya


muncul beragam reaksi. Reaksiyang cukup keras datang dari Wakil Tinggi
Mahkota Belanda untuk wilayah Indonesia, Dr. L.J.M.Beel, sekalipun dia
turut menyetujui persetujuan tersebut, namun sebenarnya Beel
menentangPemerintah Belanda untuk tunduk pada ruling Dewan Keamanan
LBB tanggal 23 Maret 1949sehingga terjadilah perundingan dengan pihak
Republik Indonesia (Sugiarto Lesmana, jurnal artefak,2013)

G. Konferensi Meja Bundar (KMB) Den Haag, (23/8/1949)


Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah
RepublikIndonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag. KMB
dimulai dari tanggal 23Agustus sampai 2 November 1949. KMB ini bertujuan
untuk menyelesaikanpersengketaan Indonesia-Belanda guna mencapai
kesepakatan antara peserta tentangcara pengakuan kedaulatan penuh dan
tanpa syarat kepada Republik Indonesia
Adapun hasil dari Konferensi Meja Bundar adalah sebagai berikut:
1. Belanda mengakui RIS sebagai Negara merdeka dan berdaulat.

2. Masalah Irian Barat akan di selesaikan setahun kemudian Corak.

3. Pemerintahan RIS akan diatur dengan konstitusi oleh para delegasi di KMB.

4. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda yang sifatnya longgar RIS harus


bayar hutang HIndia Belanda.
5. RIS akan kembalikan hak milik belanda dan kasih izin untuk perusahaan
Belanda.
6. Pada tanggal 16/12/1949 Soekarno terpilih jadi Presiden RIS. Presiden
RI sementara diisi oleh Mr. Assaat (ketua KNIP)

Dan Kemudian Pada tanggal 17/8/1950 RIS berakhir, dan terbentuklah NKRI.
BAB III
KESIMPULAN

Secara garis besar kita mengetahui korelasi antara damai, perang dan diplomasi.
Ketiga konsep inipun mempunyai keterikatan satu sama lain. Ketika diplomasi berhasil
maka akan damai, ketika diplomasi gagal maka akan perang. Itulah pameo yang terkenal
pada zaman perang – perang dulu. Sekarang diplomasipun berkembang, bahwa
diplomasi bukan sebatas berbicara mengenai keamanan melainkan berbagai bidang.
Karena diplomasi yang diketahui sebagai perpanjangan tangan dari politik luar negeri
yang notabenenya untuk mencapai kepentingan sebuah Negara. Dan efek yang
ditimbulkannya pun beragam.
Benar ketika terputusnya hubungan diplomatic adalah akhir dari perdamaian.
Tetapi peran diplomasi tidak hanya sampai di situ, karena setelah terputusnya hubungan
diplomasi suatu negara akan membuat negara yang berkonflik itu akan mencari aliansi
dengan cara berdiplomasi dengan negara-negara yang searah dengan National Interest
nya. Hal inilah yang membuat dunia menjadi semakin multipolar, karena munculnya
kekelompok baru ketika kelompok sebelumnya terpecah.
Yang menjadi penekanan khusus disini adalah bagaimana peranan kuat
diplomasi untuk mencapai tujuan sebuah Negara dalam melaksanakan politik luar
negerinya. Peranan diplomasi yang kuat menjadi salah satu asset yang berharga. Sebuah
Negara besar ditentukan oleh luas wilayah, jumlah penduduk (kuantitas & kualitas) dan
pemerintahan yang kuat baik internal maupun eksternal. Untuk mempunyai kekuatan
eksternal yang cukup maka diplomasi diperlukan bahkan sangat diperlukan. Ambil saja
contoh bagaimana Negara besar seperti Amerika Serikat seringkali menghiasi berita –
berita Internasional dikarena kekuatan diplomasi Amerika Serikat yang mampu
mempengaruhi bahkan mengendalikan institusi, Negara, kelompok dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA

Susilo, Agus, and Ratna Wulansari. "Perjanjian Linggarjati (Diplomasi dan


Perjuangan Bangsa Indonesia Tahun 1946-1947)." Criksetra: Jurnal Pendidikan
Sejarah 10.1 (2021): 30-42.

Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : Serambi Mekah

³G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 Dari Perang Kemerdekaan Pertama


SampaiPelita III. Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1991, hlm. 42.
⁴Opcit. C.s.t. Kansil,dkk, hlm. 53.
Sugiarto Lesmana (2013) Jurnal Artefak. Perundingan Roem-Roijen Dalam
PerjuanganMempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1949

Bundar)”, (Skripsi UNP, Padang, 2007), hlm. 27


6 Ibid., 33-34.
7 Ibid., 36.
8 Warniati Jusar, ‘’Perundingan tentang Utang Republik
pada KMB (Konferensi Meja Bundar)”, (Skripsi UNP,
Padang, 2007),

Anda mungkin juga menyukai