Anda di halaman 1dari 13

CONTOH PERJUANGAN DIPLOMASI DAN KONFRONTASI DALAM

MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN NEGARA RI

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran


Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn)
Semester I Tahun Ajaran 2016/2017

Disusun Oleh:
Nunung
Ika
Sofhie
Siska
Kelas : IX A

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 SUKATANI


PURWAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Mengingat bahwa pembuatan makalah ini merupakan salah satu
penunjang

dalam

rangka

pemenuhan

salah

satu

tugas

mata

kuliah Perkembangan Masyarakat Indonesia. Maka dipandang perlu


dalam penyelasaian makalah ini. Makalah ini juga dirancang dengan tujuan
sebagai bahan presentasi.
Selayaknya manusia sebagai insan sosial yang membutuhkan
hubungan dengan orang lain, sebuah negara pun pasti membutuhkan
interaksi dengan negara lain. Namun, dalam setiap hubungan pasti ada
kalanya terlibat masalah atau ketidakakuran. Salah satu cara penyelesaian
masalah selain konfrontasi, ada satu upaya lain yang mengupayakan
perdamaian tanpa harus ada kekerasan, yaitu diplomasi atau perundingan.
Begitupun dengan Indonesia, sebagai sebuah negara yang telah lahir
lebih dari setengah abad, Indonesia pun memiliki sejarah diplomasi yang
cukup panjang, yang telah dirintis oleh para bapak pendiri negara ini.

B.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah Apa Contoh
Perjuangan Diplomasi Dan Konfrontasi Dalam Mempertahankan Keutuhan
Negara RI?

C.

Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memberikan Contoh Perjuangan Diplomasi Dan
Konfrontasi Dalam Mempertahankan Keutuhan Negara RI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perjuangan Diplomasi Dan Konfrontasi Dalam Mempertahankan


Keutuhan Negara RI
Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil kerja keras dari seluruh
wilayah Indonesia. Kedaulatan yang diraih adalah sebuah perjuangan tiaptiap daerah pada masa revolusi.
Upaya bangsa Indonesia untuk memepertahankan kemerdekaan
dilakukan melalui 2 cara, yaitu upaya diplomasi dan fisik (konfrontasi).
Salah satu upaya mempertahankan keutuhan RI melalui jalur diplomasi
yaitu diadakannya perjanjian-perjanjian.
Perjanjian adalah persetujuan antar negara yang menimbulkan hak dan
kewajiban diantara pihak-pihak yang mengadakannya.
Sebab-sebab diadakannya perjanjian tersebut berawal dari kemarahan
NICA yang menemukan kenyataan bahawa pemerintahan republik
Indonesia telah berjalan dengan efektif. Pihak NICA marah karena mereka
merasa sebagai pihak yang berhak menguasai Indonesia . Tentara NICA
yang berhasil menyusup masuk di antara pasukan Inggris kemudian berhasil
membuat pemerintahan di Jakarta dan memprovokasi bekas interniran untuk
melakukan terror di wilayah republik Indonesia. Selain itu, NICA juga
berhasil mendaratkan 800 marinir Belanda di Jakarta pada tanggal 30
Desember 1945 yang mendapat protes keras dari pihak Republik. Tindakan
NICA dan tentara sekutu menimbulkan konflik bersenjata di setiap wilayah.
B. Contoh Perjuangan Diplomasi
1. Perjanjian Renville (8 Desember 1947- 17 Januari 1948)
Pasca peristiwa Agresi Militer Belanda I, PBB membentuk
komisi jasa Baik yang bertugas membantu penyelesaian konflik
antyara Indonesia dan belanda. Komisi tersebut beranggotakan 3
negara yang terdiri atas amerika serikat, Australia dan belgia yang di
kenal dengan komisi 3 negara.
KTN yang bertugas di Indonesia kemudian berhasil mengajak
belanda dan RI untuk kembali berunding. Perundingan dilakuan di

atas kapal Renvile. Delegasi dari Indonesia di pimpin oleh Amir


Syarifudin dan delegasi belanda di pimpin oleh Abdul Khadir Wijoyo
admojo. Perundingan di mulai pada 8 desember 1947 dan berjalan
tersendat-sendat. Hal tersebut disebabkan garis van mok.
Adapun isi dari perjanjian renvile yaitu :
a. Belanda berdaulat di seluruh Indonesia sampai kedaulatannya di
serahkan kepada RIS yang segera di bentuk.
b. Sebelum RIS dibentuk pem,erintah belanda akan menyerahkan
sebagian kekuasaan nya kepada suatu pemerintah federal
sementara.
c. Pihak republic menarik pasukannya dari daerah pendudukan
belanda ke daerah republilk.
2. Perjanjian Roem-Royen
Guna menjamin terlaksananya penghentian Agresi Militer
Belanda II maka PBB menganti KTN dengan membentuk UNCI
(United Nations Comission for Indonesia) yaitu komisi PBB untuk
Indonesia.
Komisi ini selanjutnya mempertemukan Indonesia dan Belanda
ke meja perundingan pada tanggal 14 April 1949. Dimana Delegasi RI
dipimpin oleh Mr. Moh. Roem (ketua), Mr. Ali sastro Amijoyo (wakil)
sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. J. H Van Royen.
Perundingan diadakan di Hotel Des Indes Jakarta dipimpin oleh Merle
Cochran, anggota komisi dari Amerika Serikat.
Perundingan ini mengalami hambatan sehingga baru pada awal
Mei 1949 terjadi kesepakatan. Isi Perjanjian Roem-Royen (RoemRoyen Statement) sebagai berikut:
a. Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah RI untuk:
1) Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan
perintah penghentian perang gerilya.
2) Bekerjasama dalam mengembalikan perdamaian dan
menjaga ketertiban dan keamanan.
3) Turut serta dalam KMB di Den Haag dengan maksud
untuk

mempercepat

penyerahan

kedaulatan

ya ng

sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat


dengan tidak bersyarat.
b. Pernyataan Delegasi Belanda yang dibacakan oleh Dr. H.J. Van
Royen yaitu:
1) Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah RI harus
bebas dan leluasa melakukan jabatan sepatutnya dalam
satu daerah meliputi karisidenan Yogyakarta.
2) Pemerintah Belanda membebaskan tak

bersyarat

pemimpin-pemimpin dan tahanan politik yang tertangkap


sejak 19 Desember 1948.
3) Pemerintah Belanda menyetujui RI sebagai bagian dari
Negara Indonesia Serikat.
4) KMB di Den Haag akan diadakan selekasnya sesudah
pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.
Sejak bulan Juni 1949, berlangsung persiapan pemulihan
pemerintahan

Indonesia

di

Yogyakarta.

Persiapan

itu

berlangsung di bawah pengawasan UNCI. Sejak tanggal 24-29


Juni 1949, tentara Belanda ditarik dari Yogyakarta. TNI
akhirnya memasuki kota Yogyakarta. Pada 6 Juni 1949,
presiden, wakil presiden, serta para pemimpin lainnya kembali
ke Yogyakarta.
Sebagai tindak lanjut perjanjian Roem-Royen, pada
tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan antara RI, BFO, dan
Belanda yang hasilnya sebagai berikut:
a) Tanggal 24 Juni 1949, keresidenan Yogyakarta dikosongkan
oleh tentara Belanda. Pada tanggal 1 Juli 1949, pemerintah
RI kembali ke Yogyakarta setelah tentara Republik
menguasai sepenuhnya.
b) Mengenai penghentian permusuhan akan dibahas setelah
kembalinya pemerintahan RI ke Yogayakarta.
c) Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan di Den
Haag.
3. Konferensi Meja Bundar
5

Konferensi Meja Bundar dilatarbelakangi oleh usaha untuk


meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir
dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia
internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa
pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat
perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van
Roijen, dan Konferensi Meja Bundar.
Realisasi
dari
perjanjian

Roem-Royen

adalah

diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag,


Belanda. Konferensi tersebut berlangsung selama 23 Agustus sampai
2 November 1949. Konferensi ini diikuti oleh delegasi Indonesia,
BFO, Belanda, dan UNCI.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Delegasi
BFO dipimpin oleh Sultan Hamid dari Pontianak. Delegasi Belanda
diketuai oleh J. H Van Maarseveen. Sebagai penengah adalah wakil
dari UNCI oleh Critley R. Heremas dan Marle Cochran.
Hasil dari persetujuan KMB adalah:
1. Belanda menyerahkan dan mengakui kedaulatan Indonesia tanpa
syarat dan tidak dapat ditarik kembali
2. Indonesia akan berbentuk Negara serikat (RIS) dan merupakan
uni dengan Belanda.
3. RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak
konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
4. RIS harus menanggung semua hutang Belanda yang dibuat sejak
tahun 1942.
5. Status karisidenan Irian akan diselesaikan dalam waktu 1 tahun
setelah penyerahan kedaulatan RIS.
Makna dari Persetujuan KMB yaitu merupakan babak baru
dalam perjuangan sejarah Indonesia. Meskipun merupakan Negara
serikat tetapi wilayahnya hampir mencakup seluruh Indonesia.
Eksistensi pemerintah RI dimata dunia internasional makin kuat.
4. Perjanjian Linggarjati (10 November 15 November 1946)
Perundingan Linggarjati berlangsung tanggal 10 November
1946 di Linggarjati. Perundingan Linggarjati merupakan perundingan
6

antara RI dengan Komisi Umum Belanda. Delegasi Republik


Indonesia dipimpin oleh PM. Syahrir. Delegasi Belanda dipimpin oleh
Schermerhorn.
Perundingan Linggarjati dipimpin oleh Lord Killearn di Inggris
(sebagai perantara). Tanggal 15 November 1946 naskah persetujuan
Linggarjati diumumkan di Jakarta.
Hasil Perundingan Linggarjati

berlangsung

tanggal

10

November 1946 di Linggarjati. Perundingan Linggarjati merupakan


perundingan antara RI dengan Komisi Umum Belanda. Delegasi
Republik Indonesia dipimpin oleh PM. Syahrir. Delegasi Belanda
dipimpin oleh Schermerhorn. Hasil Perundingan Linggarjati adalah
sebagai berikut;
a. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan
wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
b. Belanda harus meninggalkan daerah de facto paling lambat
tanggal 1 Januari 1949.
c. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam
membentuk Negara federal, dengan nama Republik Indonesia
Serikat, yang salah satu Negara bagiannya adalah Republik
Indonesia.
d. RepubliK Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni
Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.
e. Pengakuan secara de facto Belanda terhadap RI, meliputi
wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera. Secara de Jure (hukum)
status hubungan Internasional Indonesia tidak jelas, tidak ada
penegasan dalam perjanjian apakah Indonesia dapat melakukan
hubungan internasional atau tidak. Terjalinnya hubungan
diplomasi dengan negara lain inilah yang memicu pertentangan
lebih lanjut antara Indonesia-Belanda.
Terjadi pro dan kontra mengenai perjanjian Linggarjati tetapi
akhirnya Indonesia menandatangani perjanjian ini pada 25 Maret 1947
dengan alasan :

1. Adanya keyakinan bahwa bagaimanapun juga jalan damai


merupakan jalan yang paling baik dan aman untuk mencapai
tujuan Bangsa Indonesia.
2. Cara damai akan mendatangkan simpati dan dukungan
internasional yang harus diperhitungkan oleh lawan.
3. Keadaan militer Indonesia yang masih lemah jika menyetujui
perundingan memungkinkan Indonesia memperoleh kesempatan
untuk memperkuat militer.
4. Jalan diplomasi dipandang sebagai jalan untuk memperjuangkan
pengakuan kedaulatan dan penegakan Negara RI yang berdaulat.
Hasil

Perjanjian

Linggarjati

memiliki

kelemahan

dan

keuntungan bagi Indonesia. Kelemahannya, bila ditinjau dari segi


wilayah kekuasaan, daerah RI menjadi sempit. Tetapi bila ditinjau dari
segi keuntungannya, kedudukan Indonesia di mata internasional
semakin kuat karena banyak negara seperti Inggris, Amerika, dan
negara-negara Arab mengakui kedaulatan negara RI. Hal ini tidak
terlepas dari peran politik diplomasi Indonesia yang dilakukan oleh
Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Sujatmoko, dan Dr. Sumitro
Joyohadikusumo dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

C. Contoh Perjuangan Konfrontasi


1. Agresi Militer Belanda I
Ketegangan

antar

Indonesia

dengan

Belanda

mencapai

puncaknya pada dini hari pada tanggal 21 Juli 1949. Pda saat itu
Belanda memulai penyerangan yang telah di persiapkan dengan baik.
Dari Jakarta dan Bandung, dua devisi keluar untuk menduduki
sebagian besar Jawa Barat. Dari Surabaya, dua brigade bergerak
menuju ujung timur Jawa dan Madura. Kesatuan-kesatuan yang lebih
kecil serentak mulai menduduki wilayah perkebunan perkebunan
kaya di Sumatra (sekitar Medan ), instalasi minyak dan batubara dekat
Palembang, dan daerah di sekitar Semarang dan Padang.

Agresi Militer Belanda yang dilakukan Belanda menimbulkan


reaksi yang hebat dari PBB. Pada 30 Juli 1947, Penerintah India dan
Autralia mengajukan usul resmi agar masalah Indonesia segera
dimasukkan dalam acara pembicaraan Dewan Keamanan PBB. Usul
ini diterima PBB pada 1 Agustus 1947 yang memerintahkan
penghentian pemerintahan di antara kedua belah pihak. Selanjutnya,
PBB membentuk komisis konsuler untuk mengawasi gencatan senjata,
yang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Belgia, Cina ,
dan Australia.
2. Agresi Militer II
Untuk menghadapi serangan belanda yang belum juga berhenti
sekalipun perundingan dan gencatan senjata diadakan maka pihak
tentara Indonesia menyiapkan rencana besar yang di kenal dengan
pertahanan rakyat semesta.
Pelaksanaan rencana tersebut memerlukan komando yg bertugas
untuk mengkoordinasi pasukan-pasukan di masing daerah. Untuk
pulau jawa dipimpin oleh Kolenel A.H.Nasution, sedangkan pulau
Jawa di pimpin oleh Kolonel Hidayat.
Ancaman

Belanda

untuk

melakukan

serangan

terhadap

Indonesia menjadi kenyataan pada tanggal 19 Desember 1948. Kali ini


Yogya yang menjadi tujuan utama Belanda. Lapangan Udara Maguwo
berhasil direbut melalui pengeboman dan penerjunan pasukan dari
udara.
Sementara dari pihak militer, pasuka-pasukan Belanda Belanda
terus di tekan oleh Tentara Republik yang menggunakan perang
gerilyawan. Pada Februari 1949, tentara Belanda terdesak kea rah
posisi defensive. Puncaknya pada tanggal 1 Maret 1949, Yogya
diserang oleh tentara republic yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Soeharto. Serangan ini membuat Yogya diduduki selama 6 jam,
sebelum bala bantuan Belanda datang dari kota lain.

3. Puputan Marganara
Pertempuran Margarana dipicu pada tanggal 2 dan 3 Maret
1946, ketika itu lebih kurang 2.000 orang tentara Belanda mendarat di
Pulau Bali. Mereka diikuti oleh tokoh-tokoh Bali yang pro terhadap
Belanda. Ketika Belanda mendarat di Pulau Bali, pimpinan Laskar
Bali Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai, sedang menghadap ke
Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta. Kedatangannya ke Yogyakarta
bertujuan membicarakan masalah pembinaan Resimen Sunda Kecil
dan cara-cara untuk menghadapi Belanda.
Ketika kembali dari Yogyakarta, I Gusti Ngurah Rai
menemukan pasukannya dalam keadaan porak-poranda akibat
serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda. I Gusti Ngurah Rai
berusaha untuk mengumpulkan kembali pasukannya yang telah porakporanda. Sementara itu, Belanda terus membujuk Ngurah Rai agar
mau bekerja sama dengan pihak Belanda. Namun ajakan itu
ditolaknya, penolakan itu terlihat dari isi surat balasannya kepada
Belanda. Di antaranya Ngurah Rai menyatakan bahwa: "Bali bukan
tempat untuk perundingan dan perundingan merupakan hak dari
pemimpin kami di pusat".

Awal Mula Pertempuran Puputan Margarana


Di samping itu, Ngurah Rai, juga menyatakan bahwa:
"Pulau Bali bergolak karena kedata pasukan Belanda. Dengan
demikian, apabila ingin Pulau Bali dan damai, Belanda harus
angkat kaki dari Pulau Bali".
Ketika Ngurah Rai

berhasil

menghimpun

dan

mempersatukan ker pasukannya, pada tanggal l 8 November


1946 diIakukan serangan terhadap markas Belanda yang ada di
kota Tabanan. Markas Belanda digempur habis-habisan. Dalam
pertempuran itu, pasukan Ngurah Rai meraih kemenangan yang
gemilang dan satu Detasemen Polisi Belanda lengkap dengan
senjatanya menyerah. Setelah itu pasukan mundur ke arau utara
kota Tabanan dan memusatkan perjuangan di desa Margarana.

10

Akibat kekalahan tersebut pihak Belanda mengerahkan


seluruh kekuatannya termasuk pesawat tempur untuk menyerang
daerah Margarana pada tanggal 20 November 1946. Terjadilah
pertempuran yang dahsyat, dalam pertempuran tersebut Ngurah
Rai menyerukan perang puputan (perang habis-habisan). Namun
sayang pada peristiwa tersebut I Gusti Ngurah Rai dan pasukan
gugur di medan perang. Pertempuan itu sekarang lebih dikenal
dengan perang puputan yang diperingati tanggal 20 November
setiap tahunnya diperingati sebagai hari Pahlawan Margarana
oleh rakyat Bali.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Indonesia merdeka ternyata perjuangan nya masih belum
berhenti. Bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankannya yaitu
dengan cara perang,perundingan dan mencari dukungan di Negara lain.
Khususnya untuk mempertahankan proklamasi dengan diplomasi ini
dilakukan perundingan-perundingan sehingga menciptakan kebijakan baru
yang berpengaruh pada bangsa Indonesia. Contoh-contoh perundingan
tersebut ialah: Perundingan Linggarjati, Perjanjian Renville, Persetujuan
Roem-Royen, Konferensi Inter-Indonesia, dan Konferensi Meja Bundar.
B. Saran
Diharapkan kita sebagai bangsa Indonesia dapat mempertahankan
dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini agar tidak terjajahi lagi
dan menghargai para pejuang yang telah berhasil memperjuangan Negara
Indonesia ini.

12

DAFTAR PUSTAKA

http://yuliana4arega.blogspot.co.id/2014/06/makalah-perjuangan-diplomasi.html
http://ellandafitri.blogspot.co.id/

13

Anda mungkin juga menyukai