Anda di halaman 1dari 4

TULUS

Karya: Indah purwanti

Sore itu cuaca tidak lagi bersahabat dengan maura. Hujan besar, angin
kencang, dan suara petir yang menggelegar membuat maura takut dan berdiam
diri dikamar tidurnya. Maura termenung memikirkan ayahnya yang sejak satu
tahun lalu sudah meninggal dunia karena penyakit paru-paru dan. Ribuan air
mata tumpah ke tempat tidurnya sambil berkata Aku rindu.... hampir setiap
harinya maura seperti ini.

Teringat masalalunya ketika ayahnya masih hidup, dan ayah ibunya telah
berpisah karena suatu masalah, ayah nya telah menikah lagi dan mempunyai
satu anak dan ibunya masih sendiri dan melilih bekerja keluar negri dan maura
memilih tinggal dirumah nenenya dengan adiknya.

Maura senang sekali menari dan itu adalah salah satu hobby dan bakatnya,
ia sering tampil diacara-acara yang ada disekolahnya, pada bulan april
sekolahnya mengadakan sebuah acara perpisahan dan pentas seni untuk kelas 3
yang akan lulus dan akan melepas seragam putih abunya. Maura ikut serta
dalam acara itu dengan keingininan semoga menjadi kenangan untuk semua
kaka kelasnya nanti.

Berhari-hari maura dan teman-temannya mempersiapkan tarianya agar


terlihat bagus, suatu hari maura berlatih seperti biasa dan tiba-tiba datanglah
hujan besar, angin kencang, dan petir yang menggelegar membuat maura takut
untuk pulang kerumah karena menuju jalan besar maura harus melewati hutan
yang gelap bagaikan dibawah tanah tidak ada cela cahaya sedikitpun, maura
tidak bisa mengabari orang yang ada dirumahnya karena maura lupa membawa
handphonenya dan akhirnya maura pulang larut malam dan itu karena ayah
temanya baru pulang kerja dan dengan baik hati mengantarkan maura pulang
kerumahnya.

Sesampainya dirumah dengan selamat dan diiringi oleh rasa takut terkena
marah oleh nenenya maura mengetuk pintu dan click pintu terbuka keluarga
nya telah menunggu maura diruang tamu, saat itu nenenya memberikan
handphone kepada maura, dengan bingung handphone itu diambil dari tangan
maura dan maura terdiam dan membeku ketika melihat nama yang ada dilayar
kaca handphone itu adalah ibunya, maura tidak lama mengobrol dan langsung
terdiam bagaikan orang tersambar petir dan menangis takhenti, tanpa sadar
maura memarahi nenenya dan berkata kasar karena ia tidak terima ibunya
memarahinya karena salah paham ,nenenya sampai menangis mendengar
perkataan maura yang kasar, keesokan harinya maura sedang berada
dikamarnya dan terdiam karena merasa menyesal telah membuat keluarga dan
ibuya cemas apalagi nenenya menangis, tak lama kemudian adik maura datang
Kakak... ,ada ayah diluar dengan terkejut maura bergegas bangun dan
menghampiri ayahnya yang sudah duduk di kursi ruang tamunya, rasa takut
akan kemarahan ayahnya karena perilaku maura yang kurang ajar kepada
nenenya dan pulang larut malam, ia tau akan kesalahannya, maura butuh
seseorang untuk mengerti dan sangat ingin memeluk seseorang yaitu ayah,
seketika terucap ayah maura ingin peluk ayah dengan air mata yang menetes
setetes demi setetes ayahnya mungkin masih marah tetapi merasa tersentuh
melihat maura menangis dan berkata sini nak ayah peluk ketika itu maura tak
sadar meluapkan semua isi hatinya tentang rasa sedih dan batin yang tertekan
akan perceraian ibu dan ayahnya itu,ayah nya dengan erat memeluk maura dan
berkata sabar nak ayah tak bisa kembali dengan ibumu, karena ayah sudah
mempunyai ibu baru ntukmu,percayalah semua akan indah.

Maura menjelaskan semua kejadian ketika sedang berlatih menari untuk


acara perpisahan dan petas seni kelas 3 sampai datang hujan dan tidak bisa
mengabari keluarga dirumah dan ibunya, maura dengan rasa menyesal dan
teramat menyesal meminta maaf kepada ibu , nene dan keluarganya dan
memutuskan untuk pindah ke rumah ayahnya dan merasakan kasih sayang yang
teramat tulus ketika sudah lama ibunya meninggalkanya.

Terbangun dari lamunannya, maura tersenyun akan akhir cerita yang indah
bagaikan bunga yang telah gugur dan bermekaran kembali diawal musim semi.

Anda mungkin juga menyukai