Makalah
Nama Kelompok :
1. Arif
2. Chiko
3. Diki Rahmadi
4. Nisrina Dwi Astuti
5. M. Yusuf Ibrahim
6. Rosalina
7. Rufaidha Lathiifunnisa
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas pertolongan
- Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Matematika dan
memberi informasi kepada orang yang membacanya dengan tema “KEARIFAN LOKAL
DAN PENGEMBANGANNYA” yang telah kami beri judul “”.
Dalam menyelesaikan makalah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila kami tidak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Guru bidang studi Sosiologi yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada kami.
2. Wali Kelas XII IIS 2 yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan Makalah ini.
3. Kedua orang tua kami yang selalu memotivasi kami baik moril maupun materil dan
sebagai penyemangat kami.
4. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu kami
hingga terselesaikannya Makalah ini.
“Tak Ada Gading yang Tak Retak” begitu pun makalah kami yang masih banyak
kesalahan. Saran sangat kami perlukan untuk menyempurnakan makalah ini agar lebih baik.
Kami harap makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan tentang wayang
kulit khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.
PENYUSUN
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………II
DAFTAR ISI……………………………………………………………..............III
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………….............III
1. LATAR BELAKANG……………………………………………………1.1
2. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………1.2
3. TUJUAN…………………………………………………………………..1.3
4. METODE DAN TEKNIK……………………………………………….1.4
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………......V
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………….IX
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………IX
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
iii
yang masuk membuat beberapa budaya di Indonesia semakin tidak dikenal oleh anak – anak
millennial ini.
Dengan didasarkan hal tersebut lahirlah sebuah komunitas bagi para pecinta wayang
kulit agar tetap melestarikan budaya tersebut dan memperkenalkan budaya wayang kepada
anak – anak sejak usia dini. Mereka diharapkan dapat memperkenalkan kembali budaya
wayang kulit bukan hanya di dalam negeri saja tetapi di luar negeri. Membuat kebudayaan ini
dapat dikenal manca Negara. Dan memberi nuansa baru agar kebudayaan ini dapat lebih
diterima oleh para remaja di zaman globalisasi ini.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sejarah wayang kulit, dan memperkenalkan kembali budaya wayang
kulit yang sudah hampir hilang.
a. Observasi
Suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
dan mencatat hasil dari pengamatan yang telah dilakukan.
b. Wawancara
c. Diskusi
Proses berfikir bersam untuk memahami suatu masalah dan menemukan sebab nya
serta mencari pemecahannya.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa.
Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau
Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang
bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari
belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang
yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan
yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden.
Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih,
sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga
para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke
kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan
akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi
tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon
carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003,
sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang
indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit
lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering
dimainkan di Jawa Barat.
Populer di daerah sekitar provinsi jawa tengah dan jawa timur, kini kesenian wayang
kulit telah di kenal di dunia mancanegara. Di bawa oleh Ki Purbo Asmoro, wayang kulit mulai
populer di beberapa negara di Asia hingga Eropa. Seperti negara perancis, Inggris, Austria,
Yunani, Jepang, Thailand, Singapura, Amerika, Bolivia dan masih banyak lagi. Namun
sebelum sampai ke era kepopulerannya di masa sekarang.
Sejarah wayang kulit tidak terlepas dari sejarah kesenian wayang secara umum. Bila
dilihat dari catatan sejarah, belum ada bukti konkret tentang adanya kebudayaan wayang
sebelum abad pertama. Hal ini bertepatan dengan masuknya budaya Hindu dan Budha ke Asia
Tenggara. Hipotesis ini semakin diperkuat dengan kenyataan bahwa seni pertunjukan wayang
kulit mayoritas mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata. Walaupun itu juga bukan
v
merupakan standard yang bisa mengikat dalang. Karena dalam setiap pertunjukannya dalang
boleh saja membuat pertunjukan dari lakon carangan (gubahan).
Dimulai dengan Wayang Purwa pertama kali dimiliki oleh Sri Jayabaya (Raja Kediri
tahun 939 M). Wayang Purwa kemudian dikembangkan oleh Raden Panji di Jenggala ditahun
1223 M. Pada tahun 1283 M Raden Jaka Susuruh menciptakan Wayang dari kertas . Wayang
hasil ciptaan Raden Jaka ini yang dikenal dengan “Wayang Beber“. Semakin lama Sangging
Prabangkara pada tahun 1301 M mengembangkan karakter wayang beber sesuai dengan
adegannya.
Tidak asing di telinga kita nama Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari tokoh
sembilan wali. Beliau bernama asli Joko Said yang lahir pada 1450 M. Wayang kulit yang ada
pada saat ini adalah karya inovasi dari Sunan Kalijaga. Wayang Beber Kuno yang
menggambarkan wujud manusia secara detail dibuat menjadi lebih samar. Karakter seperti
Bagong, Petruk, dan Gareng adalah lakon ciptaan Sunan Kalijaga. Lakon-lakon tersebut dibuat
sedemikian rupa agar dapat membawa nafas islam pada pertunjukan wayang kulit yang saat itu
masih di dominasi kebudayaan Hindu Budha.
Dari zaman ini, tercipta beberapa istilah perwayangan yang sebenarnya merupakan
serapan atau merujuk pada bahasa Arab seperti:
vi
Dalang, berasal dari kata “Dalla” yang berarti menunjukkan. Sunan Kalijaga memilih
kata tersebut dengan keinginan nantinya Dalang dapat menunjukkan kebenaran kepada para
penonton wayang.
Tokoh Semar, berasal dari kata “Simaar” yang berarti paku. Sunan Kalijaga memilih
kata tersebut dengan maksud tokoh Semar ini akan menginspirasi orang agar memiliki karakter
iman yang kuat dan kokoh seperti paku. Tokoh Petruk, berasal dari kata “Fat-ruuk” yang
berarti tinggalkan. Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud tokoh Petruk ini
memberitahu kita bahwa seseorang harus meninggalkan apa yang disembah selain Allah
semata. Tokoh Gareng, berasal dari kata “Qariin” yang berarti teman. Sunan Kalijaga memilih
kata tersebut dengan maksud, seseorang muslim harus pandai mencari teman untuk diajak
menuju jalan kebaikan. Tokoh Bagong, yang berasal dari kata “Baghaa” yang berarti berontak.
Sunan Kalijaga memilih kata tersebut dengan maksud, seseorang muslim harus memberontak
ketika melihat kedzaliman di hadapannya.
Hal ini terjadi tepat pada tanggal 7 November 2003, Wayang Kulit dinobatkan sebagai
karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit juga turut
di daftarkan sebagai daftar representatif budaya tak benda warisan manusia oleh UNESCO,
sebuah lembaga budaya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Barulah pada tanggal 21 April 2004
di Paris-Perancis berlangsung upacara penyerahan penghargaannya.
2.2. Pembuatan
Wayang kulit dibuat dari bahan kulit sapi yang sudah diproses menjadi kulit lembaran,
perbuah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian
dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi berujung runcing berbahan dari baja
yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran,
ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai
fungsinya berbeda-beda.
Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran
yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya dilakukan pemasangan bagian-bagian tubuh
seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara
vii
menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang
fungsinya untuk menggerak bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat berasal dari
bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya dengan menggunakan prada yaitu
kertas warna emas yang ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang
dicairkan. Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan
lebih lama dibandingkan dengan yang bront.
Dalang adalah bagian terpenting dalam pertunjukan wayang kulit (wuran, dalang
haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh baik pada
permainan tersebut.
Dalang-dalang wayang kulit yang mencapai puncak kejayaan dan melegenda antara
lain almarhum Ki Tristuti Rachmadi (Solo), almarhum Ki Narto Sabdo (Semarang, gaya Solo),
almarhum Ki Surono (Banjarnegara, gaya Banyumas), almarhum Ki Timbul Hadi Prayitno
(Yogya), almarhum Ki Hadi Sugito (Kulonprogo, Jogjakarta),Ki Soeparman (gaya Yogya), Ki
Anom Suroto (gaya Solo), Ki Manteb Sudarsono (gaya Solo), Ki Enthus Susmono, Ki Agus
Wiranto, almarhum Ki Suleman (gaya Jawa Timur), almarhum ki sugino siswocarito (gaya
banyumas). Sedangkan Pesinden yang legendaris adalah almarhumah Nyi Tjondrolukito.
viii
selalu memberi jadwal terbaru pertunjukkan wayang, dan informasi tentang wayang
terbaru.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN DAN SARAN
Jadi kita sebagai warga negara Indonesia harus melestarikan budaya Indonesia. Supaya
budaya kita tidak di akui oleh negara lain. Dan kita sebagai bangsa Indonesia harus bisa
menjaga budaya Indonesia sebagai warga negara. Kalua bukan kita, siapa lagi yang akan
melestarikan. Dan kita juga harus bisa memperkenalkan kepada dunia bahwa wayang
kulit adalah milik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/wayang_kulit
ix